Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL
PADA MATERI REAKSI REDOKS KELAS X
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh Andika Nopihargu
0902215
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks
Kelas X
Oleh Andika Nopihargu
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Andika Nopihargu 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI REAKSI REDOKS KELAS X
Oleh
ANDIKA NOPIHARGU
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Sri Mulyani, M.Si NIP. 196111151986012001
Pembimbing II
Galuh Yuliani, Ph.D NIP. 198007252001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks Kelas X” bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks dan mengetahui pengaruhnya pada penguasaan konsep siswa pada materi tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre eksperimen dengan bentuk one group pre-test and post-test design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di salah satu SMA Swasta di kota Bandung sebanyak 31 orang. Implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks ini mencakup kegiatan pembelajaran, tanggapan siswa dan guru, dan kendala-kendala yang dialami selama proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara mempertautkan ketiga level representasi kimia (makroskopik, submikroskopik dan simbolik) untuk memfasilitasi siswa dalam memahami konsep reaksi redoks. Secara umum baik siswa maupun guru memberikan respon yang positif terhadap proses pembelajaran. Beberapa kendala yang muncul adalah terbatasnya ketersediaan alat LCD proyektor dan kurangnya pemahaman siswa pada konsep prasyarat ikatan kimia yang menyebabkan kesulitan dalam memahami beberapa konsep reaksi redoks. Implementasi strategi pembelajaran ini berdampak pada penguasaan konsep siswa. Dari hasil analisis pretest dan postest, penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks mengalami peningkatan dengan nilai N-gain sebesar 0,46 yang termasuk pada kategori sedang.
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X ABSTRACT
This research entitled "Implementation of the Learning Strategies Intertextual material Redox Reaction Class X" aims to obtain information on the implementation of learning strategies intertextual on redox reactions and determine the effect on the students' mastery of concepts such material. In this
research, pre-experimental method which was one-group pretest-postest design was implemented. Subjects in this study were 31 students of class X in one of the private senior high school in Bandung city. Implementation of the learning strategy intertextual on redox reactions include learning activities, student and teacher responses, and the constraints experienced during the learning process. Learning activities conducted by third levels of chemical representation (macroscopic, submicroscopic and symbolic) to be able to understand the whole concept of redox reactions. In general, students and teachers responded positively to the learning process. Some problems were encountered the lack of availability of LCD proyektor and lack of understanding of students in chemistry concepts previously caused some difficulty in understanding the concept of redox reactions. Implementation of these learning strategies have an impact on students' mastery of concepts. The result from the analysis of pretest and posttest, students' mastery of concepts in the material redox reaction increased with N-gain values of 0.46 were included in medium criteria.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Penjelasan Istilah ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Representasi Kimia ... 8
B. Strategi Pembelajaran Intertekstual ... 10
C. Penguasaan Konsep ... 12
D. Deskripsi Materi Reaksi Redoks ... 16
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28
B. Metode Penelitian ... 28
C. Desain Penelitian ... 28
D. Instrumen Penelitian ... 32
E. Proses Pengembangan Instrumen... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ... 33
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Keterlaksanaan Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks ... 43
1. Kegiatan Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks ... 43
2. Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks ... 61
3. Kendala-kendala yang dialami Selama Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Reaksi Redoks ... 67
B. Penguasaan Konsep Siswa Terhadap Materi Reaksi Redoks Melalui Strategi Pembelajaran Intertekstual ... 67
1. Pemahaman Siswa pada Masing-Masing Konsep ... 67
2. Penguasaan Konsep Siswa Secara Keseluruhan ... 82
3. Penguasaan Konsep Siswa Berdasarkan Kelompok ... 83
4. Peningkatan Penguasaan Konsep ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
LAMPIRAN ... 93
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Skala Kategori Kemampuan ... 35
3.2 Kategori Tingkat Pencapaian N-Gain ... 35
3.3 Penentuan Skor Jawaban Angket ... 36
3.4 Penggolongan Pernyataan Dalam Angket Tanggapan Berdasarkan Kategori ... 36
3.5 Penentuan Kategori Jawaban Angket ... 36
4.1 Rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 38
4.2 Rincian Indikator dan Konsep Sebelum Direvisi ... 38
4.3 Rincian Indikator dan Konsep Setelah Direvisi ... 41
4.4 Representasi Kimia pada Konsep Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen ... 46
4.5 Representasi Kimia pada Konsep Keterbatasan Reaksi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen ... 48
4.6 Representasi Kimia pada Konsep Reaksi Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Elektron ... 49
4.7 Representasi Kimia pada Konsep Keterbatasan Reaksi Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Elektron ... 53
4.8 Representasi Kimia pada Konsep Bilangan Oksidasi ... 54
4.9 Representasi Kimia pada Konsep Reaksi Redoks Berdasarkan Peningkatan dan Penurunan Bilangan Oksidasi... 56
4.10 Representasi Kimia pada Konsep Oksidator dan Reduktor dalam Aplikasi Reaksi Redoks ... 58
4.11 Representasi Kimia pada Konsep Tata Nama Senyawa ... 60
4.12 Persentase Penguasaan Konsep Setiap Kelompok Siswa pada Masing-masing Konsep ... 68
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
4.14 Persentase Siswa pada Pencapaian Nilai N-Gain ... 87
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Representasi Kimia ... 8
2.2 Gambaran Submikroskopis Reaksi Pembentukan Air ... 17
2.3 Gambaran Submikroskopis Reaksi Pembentukan Besi Oksida ... 18
2.4 Gambaran Submikroskopis Reaksi Penguraian Raksa Oksida ... 19
2.5 Gambaran Submikroskopis Reaksi Pembentukan Besi Klorida ... 20
2.6 Gambaran Submikroskopis Reaksi Fe dengan CuSO4 ... 24
3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design ... 29
3.2 Bagan Alur Penelitian ... 31
4.1 Hasil Angket Terhadap Proses Pembelajaran ... 63
4.2 Hasil Angket Terhadap Media Pembelajaran ... 64
4.3 Hasil Angket Terhadap Motivasi Belajar... 65
4.4 Hasil Angket Terhadap Penerapan pada Materi Lain ... 66
4.5 Jawaban Siswa Kelompok Sedang dan Beberapa Siswa Kelompok Rendah pada Soal Nomor 3 Uraian... 71
4.6 Jawaban Sebagian Besar Siswa pada Soal Nomor 4 Bagian a ... 74
4.7 Jawaban Sebagian Besar Siswa pada Soal Nomor 4 Bagian b ... 76
4.8 Jawaban Siswa Kelompok Sedang pada Nomor 2 dan 3 Pilihan Ganda ... 77
4.9 Jawaban Siswa Kelompok Rendah pada Nomor 2 dan 3 Pilihan Ganda ... 78
4.10 Jawaban Siswa Kelompok Tinggi pada Soal Nomor 5 Uraian Bagian a ... 79
4.11 Jawaban Siswa Kelompok Tinggi pada Soal Nomor 5 Uraian Bagian b ... 80
4.12 Jawaban Siswa Kelompok Tinggi pada Soal Nomor 4 Pilihan Ganda ... 80
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
4.13 Jawaban Siswa Kelompok Rendah dan Beberapa Siswa Kelompok
Sedang pada Soal Nomor 5 Uraian Bagian a ... 81
4.14 Jawaban Siswa Kelompok Rendah dan Beberapa Siswa Kelompok Sedang pada Soal Nomor 5 Uraian Bagian b ... 81
4.15 Jawaban Siswa Kelompok Rendah dan Beberapa Siswa Kelompok Sedang pada Soal Nomor 4 Pilihan Ganda ... 81
4.16 Hasil Pretes dan Postes Secara Keseluruhan... 83
4.17 Hasil Pretes dan Postes pada Kelompok Tinggi ... 84
4.18 Hasil Pretes dan Postes pada Kelompok Sedang ... 85
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A.1 Hasil Validasi Butir Soal ... 93
A.2 Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes ... 99
A.3 Analisis Materi Reaksi Redoks ... 108
B.1 Soal Pretes dan Postest ... 117
B.2 Format Observasi ... 120
B.3 Pedoman Wawancara ... 122
B.4 Format Angket Tanggapan ... 124
C.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 125
C.2 Media Power Point ... 154
D.1 Hasil dan Perhitungan Pretest- Postest ... 163
D.2 Hasil dan Pengolahan Angket Tanggapan ... 171
D.3 Hasil Observasi ... 176
D.4 Transkrip Wawancara ... 179
E.1 Surat Izin Permohonan Penelitian ... 184
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan
perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen
Pendidikan Nasional, 2006). Topik kimia secara umum berhubungan dengan
struktur senyawa dan konsep-konsep abstrak yang tidak dapat diamati oleh mata.
Menurut Johnstone (Jansoon, et al. 2009) karakteristik ilmu kimia diperlihatkan
oleh representasi kimia yang terdiri dari tiga level yaitu level makroskopik,
submikroskopik dan simbolik. Level makroskopik berisi representasi dari
fenomena yang terjadi yang dapat diamati langsung. Level submikroskopik berisi
level partikel yang dapat digunakan untuk menggambarkan partikulat dari suatu
fenomena kimia seperti pergerakan elektron, molekul, dan atom. Level simbolik
berisi representasi dari fenomena kimia yang menggunakan tanda, gambar,
aljabar, persamaan kimia, dan bentuk perhitungan.
Menurut Sirhan (2007) pada dasarnya ketiga level representasi kimia yang
terdiri dari level makroskopik, level submikroskopik dan level simbolik harus
saling dikaitkan satu sama lain supaya dapat membangun konsep yang utuh
dalam suatu materi kimia. Menurut Wu (2003) pertautan di antara representasi
pada level yang berbeda-beda tersebut (makroskopik, submikroskopik dan
simbolik) dapat dipandang sebagai hubungan intertekstual. Wu (2003) juga
menyatakan bahwa membuat hubungan intertekstual di antara ketiga level
representasi kimia sangat penting dalam pembelajaran kimia. Namun,
pembelajaran kimia pada umumnya seringkali terbatas pada dua level
representasi kimia, yaitu makroskopik dan simbolik. Level submikroskopik
dipelajari secara terpisah, siswa diharapkan dapat mengintegrasikan sendiri
pemahamannya pada level submikroskopik dengan melihat gambar-gambar di
buku tanpa adanya pengarahan dari guru. Beberapa studi menunjukkan bahwa
2
representasi kimia (Ben-Zvi, Eylon, & Silberstein, 1986, 1987, 1988; Kozma &
Russell, 1997; Krajcik, 1991; Nakhleh, 1992 dalam Wu, 2003). Kesulitan ini
dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep kimia karena pada dasarnya fakta-fakta yang bersifat abstrak atau
submikroskopik merupakan penjelasan bagi fakta-fakta dan konsep kongkrit.
Selain itu, penguasaan konsep dalam kimia sangat penting untuk menunjang
konsep-konsep berikutnya. Seperti yang diungkapkan oleh Dahar (1996) bahwa
konsep merupakan batu-batu pembangun (building blocks) dalam berpikir. Oleh
karena itu, pembelajaran kimia yang dalam proses pembelajarannya tidak
melibatkan ketiga level representasi kimia tersebut akan menyebabkan kesulitan
siswa dalam memahami konsep kimia.
Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukan suatu strategi pembelajaran
yang dapat mempertautkan ketiga representasi kimia sehingga pemahaman
konsep siswa dapat terbangun dengan baik. Salah satu strategi pembelajaran yang
memiliki karakteristik tersebut adalah strategi pembelajaran intertekstual.
Strategi pembelajaran ini diharapkan akan membantu siswa dalam memahami
konsep kimia. Peneliti-peneliti sebelumnya telah melakukan implementasi
strategi pembelajaran intertekstual pada beberapa materi kimia dan menganalisis
pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa diantaranya Juwita (2010)
melaporkan bahwa implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi
hidrolisis garam mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi
tersebut. Rahmawati (2010) melaporkan bahwa implementasi strategi
pembelajaran intertekstual pada pokok bahasan titrasi asam basa juga mampu
meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap materi tersebut pada soal-soal
jenjang C3 dan C4 pada taksonomi Bloom.
Reaksi redoks merupakan salah satu topik penting dalam ilmu kimia.
Silberberg (Osterlund, 2010) menyatakan bahwa reaksi redoks berperan penting
dalam berbagai proses kimia seperti reaksi fotosintesis, reaksi pembakaran bahan
bakar fosil, dan perkaratan logam. Selain itu, aplikasi reaksi redoks seperti
penggunaan baterai dan aki banyak ditemukan pemakaiannya di masyarakat luas.
sehari-3
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
hari. Dengan demikian, seharusnya topik reaksi redoks lebih mudah dipelajari
oleh siswa, karena produknya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dapat
dijadikan modal pengetahuan awal siswa untuk mempelajari reaksi redoks.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa reaksi redoks merupakan salah
satu konsep kimia yang dianggap sukar untuk dipelajari siswa. Seperti yang
diungkapkan oleh De Jong dan Treagust (Osterlund, 2009) bahwa siswa memiliki
beberapa kesukaran dalam memahami reaksi redoks yaitu siswa menganggap
reaksi oksidasi dan reduksi sebagai reaksi yang terpisah, siswa sulit dalam
memahami makna dan menentukan bilangan oksidasi, serta mengidentifikasi
reaktan yang termasuk oksidator ataupun reduktor. Schmidt (Osterlund, 2009)
menyatakan bahwa banyak siswa yang meyakini bahwa oksigen selalu menyertai
dalam semua reaksi redoks. Hal ini diduga karena adanya suku kata “oks” dalam
“redoks”. Sedangkan Soudani (Osterlund, 2009) menemukan bahwa siswa
memiliki kesulitan dalam menggunakan konsep redoks untuk menjelaskan
fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terjadi karena penjelasan
yang diberikan oleh guru didominasi dengan pemecahan masalah algoritma dan
siswa menerimanya sebagai sesuatu yang abstrak.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sunarti (2008) telah
dikembangkan strategi pembelajaran intertekstual yang membangun ketiga level
representasi kimia pada pokok bahasan reaksi redoks SMA kelas X. Untuk
mengetahui bagaimana strategi pembelajaran intertekstual tersebut diterapkan
dalam proses pembelajaran reaksi redoks dan untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks, maka strategi
pembelajaran tersebut perlu untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran
materi tersebut. Dari implementasi strategi pembelajaran intertekstual ini maka
akan diketahui beberapa aspek yaitu keterlaksanaan strategi pembelajaran
intertekstual dan pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa pada materi
4
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan
yang dapat diidentifikasi yaitu pembelajaran kimia terutama pada materi reaksi
redoks pada umumnya belum dapat mempertautkan ketiga level representasi
kimia dan masih didominasi oleh dua level yaitu makroskopik dan simbolik. Hal
ini dapat menyebabkan pemahaman siswa terhadap konsep kimia menjadi tidak
utuh. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan strategi pembelajaran
yang dapat mempertautkan ketiga level representasi kimia yaitu makroskopik,
submikroskopik, dan simbolik. Salah satu strategi yang tepat adalah strategi
pembelajaran intertekstual.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah utama yaitu:
“Bagaimana implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi
redoks?” Lebih rinci, rumusan masalah dalam penelitian ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual pada materi
reaksi redoks?
2. Bagaimana penguasaan konsep siswa pada materi reaksi redoks melalui
implementasi strategi pembelajaran intertekstual?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang
implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks kelas
X sebagai bahan evaluasi bagi pengembangan strategi pembelajaran tersebut
sehingga diperoleh strategi pembelajaran intertekstual yang lebih baik.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap beberapa
pihak terkait, diantaranya.
1. Bagi guru, memberikan alternatif pembelajaran dengan menggunakan strategi
5
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
2. Bagi siswa, memberikan kemudahan dalam memahami konsep kimia
mengenai materi reaksi redoks melalui ketiga level representasi kimia yang
saling dipertautkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan penguasaan
konsep siswa pada materi tersebut.
3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan masukan yang berharga dalam
mengembangkan penelitian lain mengenai strategi pembelajaran intertekstual.
E. Penjelasan Istilah
1. Strategi pembelajaran Intertekstual
Strategi pembelajaran intertekstual adalah strategi yang dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan mengkaitkan antara
representasi kimia, pengalaman hidup sehari-hari dan kejadian-kejadian di dalam
kelas yang dapat dibangun siswa untuk memahami ilmu kimia.
2. Representasi kimia
Representasi kimia dapat dipandang sebagai model dan gagasan teori dalam
menginterpretasikan suatu fenomena alami (Hofman dan Laszlo, 1991 dalam
Wu, et al, 2001).
3. Level makroskopik
Level makroskopik adalah representasi dari fenomena yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati langsung
(Johnstone, 1991 dalam Jansoon, et al 2009).
4. Level submikroskopik
Level submikroskopik berisi level partikel yang dapat digunakan untuk
menggambarkan partikulat dari suatu fenomena kimia seperti pergerakan
elektron, molekul, dan atom ( Johnstone, 1991 dalam Jansoon, et al. 2009)
5. Level simbolik
Level simbolik adalah representasi dari fenomena kimia yang menggunakan
tanda, gambar, aljabar, persamaan kimia, dan bentuk perhitungan (Johnstone,
6
F. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun struktur organisasi skripsi dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima
bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian Pustaka; Bab III Metode penelitian;
Bab IV Hasil dan Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran. Berikut akan
dipaparkan rangkuman pembahasannya.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas enam bagian sub bab meliputi latar belakang penelitian,
identifikasi dan perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah dan struktur organisasi skripsi.
Pada latar belakang penelitian dipaparkan mengenai fakta yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti, pentingnya masalah itu untuk diteliti, dan pendekatan
dari sisi teoritis untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada sub bab identifikasi
dan perumusan masalah dijabarkan tentang permasalahan yang teridentifikasi dari
latar belakang yang telah diuraikan, selanjutnya masalah yang teridentifikasi
tersebut dinyatakan dalam bentuk rumusan masalah utama dan sub rumusan
masalah. Pada sub bab tujuan penelitian dijelaskan tentang informasi yang akan
diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Pada sub bab manfaat penelitian
dijelaskan manfaat yang akan diperoleh dari penelitian yang dilakukan baik bagi
peserta didik, guru maupun bagi peneliti lain. Pada sub bab penjelasan istilah
dijelaskan penjelasan mengenai istilah-istilah yang ada pada penelitian ini. Sub
bab struktur organisasi berisi penjelasan secara rinci mengenai bagian bab dan
sub bab dalam penulisan skripsi ini, sehingga keterhubungan satu sama lain
menjadi jelas.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai representasi kimia, strategi pembelajaran
intertekstual, penguasaan konsep, deskripsi materi reaksi redoks yang merupakan
pokok materi dari pembelajaran intertekstual yang dilakukan, dan penelitian
terdahulu yang relevan tentang hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan
7
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri atas delapan sub bab yang meliputi lokasi dan subjek
penelitian yang memuat informasi tentang sekolah yang menjadi tempat
penelitian dan jumlah siswa yang terlibat; desain penelitian yakni One Group
Pretest Postest Design; metode yang digunakan untuk melakukan penelitian
yakni metode pre eksperimental; instrumen penelitian yakni terdiri dari tes
(pretest dan postest), lembar observasi, angket dan pedoman wawancara; proses
pengembangan instrumen penelitian yang membahas cara validasi instrumen
penelitian yakni melalui judgement para ahli yang kompeten; teknik
pengumpulan data yang membahas cara-cara pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian dan analisis data yang membahas cara-cara pengolahan dan
analisis data dari instrumen penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri atas
keterlaksanaan strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks dan
penguasaan konsep siswa terhadap materi reaksi redoks melalui implementasi
strategi pembelajaran intertekstual. Pada sub bab keterlaksanaan strategi
pembelajaran intertekstual dijelaskan deskripsi kegiatan pembelajaran
intertekstual pada materi reaksi redoks, tanggapan guru dan siswa terhadap
proses pembelajaran, serta kendala-kendala yang ditemui ketika penelitian. Pada
sub bab penguasaan konsep siswa terhadap materi reaksi redoks melalui
implementasi strategi pembelajaran intertekstual dijelaskan pemahaman siswa
pada masing-masing konsep reaksi redoks, penguasaan konsep siswa secara
keseluruhan, penguasaan konsep siswa berdasarkan kelompok, dan peningkatan
penguasaan konsep siswa dilihat dari pencapaian nilai N-gain pada
masing-masing kelompok siswa.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yakni keterlaksanaan
strategi pembelajaran intertekstual dan penguasaan konsep siswa, dan saran yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas X semester genap tahun ajaran
2012/2013 pada salah satu SMA Swasta di Kota Bandung sebanyak 31 orang.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre
eksperimental. Metode pre eksperimental digunakan karena penelitian ini belum
memenuhi persyaratan eksperimen sesungguhnya, seperti cara eksperimen yang
dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu, hal ini dapat
terjadi karena tidak adanya kelompok kontrol dan sampel tidak dipilih secara
random (Sugiyono, 2010). Metode pre eksperimental adalah penelitian dimana
kelompok tidak diambil secara acak, juga tidak memiliki kelas pembanding, tetapi
hanya diberi tes awal dan tes akhir disamping perlakuan. Pada penelitian ini
perlakuan yang dimaksud adalah penerapan strategi pembelajaran intertekstual.
Melalui penelitian ini akan diperoleh informasi mengenai keterlaksanaan strategi
pembelajaran intertekstual dan penguasaan konsep siswa pada materi reaksi
redoks.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group
Pretest Postest Design dimana hanya menggunakan satu kelompok subjek yang
terlebih dahulu diberi pretest (tes awal), lalu diberikan perlakuan dengan
penerapan strategi pembelajaran intertekstual pada pokok bahasan reaksi redoks,
kemudian di akhir pembelajaran diberi postest (tes akhir). Penelitian dilakukan
dengan cara membandingkan keadaaan sebelum dan sesudah pembelajaran.
29
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa setelah diterapkan strategi
pembelajaran intertekstual dalam rangka mengevaluasi strategi pembelajaran
intertekstual pada materi reaksi redoks sehingga diperoleh strategi pembelajaran
yang lebih baik. Desain penelitian One Group Pretest Postest Design
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design
Keterangan :
O1 = tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan (pretest)
X = perlakuan yang diberikan menggunakan strategi pembelajaran
intertekstual
O2 = tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan (postest)
Adapun prosedur penelitian dideskripsikan malalui alur penelitian yang
terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.
Tahap-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan materi yang akan dikaji oleh peneliti, materi yang dipilih
adalah “Reaksi redoks” yang merupakan materi kimia di kelas X. Materi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang terkandung dalam
materi reaksi redoks.
b. Mengkaji strategi pembelajaran intertekstual pada pokok bahasan reaksi
redoks yang telah dibuat sebelumnya oleh Sunarti (2008), kemudian di
analisis kesesuaiannya dengan standar isi untuk materi reaksi redoks yang
selanjutnya dilakukan perbaikan sesuai pertimbangan dosen pembimbing.
30
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan perangkat
pembelajaran dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran
intertekstual yang telah disusun di dalam strategi pembelajaran.
d. Melakukan uji coba implementasi pada sekelompok siswa yang bukan
termasuk kelas eksperimen sebagai tahapan persiapan dan perbaikan
sebelum pelaksanaan penelitian.
e. Membuat instrumen penelitian yang berupa soal pretest dan postest,
lembar observasi, dan pedoman wawancara.
f. Melakukan perbaikan instrumen penelitian, setelah dilakukan judgment
terhadap soal pretest-postest (validasi isi) oleh validator.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest terhadap kelas eksperimen.
b. Implementasi strategi pembelajaran intertekstual yang mencakup proses
pembelajaran.
c. Memberikan postest terhadap kelas eksperimen.
d. Menyebarkan angket tanggapan kepada siswa
e. Melakukan wawancara dengan guru dan siswa mengenai proses
pembelajaran.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis
data kuantitatif dilakukan secara statistik sedangkan data kualitatif dianalisis
secara deskriptif. Berdasarkan analisis secara keseluruhan maka didapat
kesimpulan penelitian.
31
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X Analisis Strategi Pembelajaran
Intertekstual pada Pokok Bahasan Reaksi Redoks
Penyusunan RPP dan Perangkat Pembelajaran
Penyusunan Instrumen Penelitian
Uji Coba Validasi Instrumen
Revisi Revisi
Pre-test
Implementasi Observasi
Post-test
Angket
Analisis Data
Temuan dan Pembahasan Wawancara
32
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, lembar
observasi, dan pedoman wawancara siswa dan guru dan angket. Rincian
masing-masing instrumen tersebut sebagai berikut:
1. Tes Tertulis (Pretes dan Postes)
Lembar tes tertulis (pretes dan postes) digunakan untuk menjawab rumusan
masalah kedua. Instrumen soal pretes dan postes didasarkan pada indikator
pembelajaran untuk mengukur penguasaan konsep siswa pada materi reaksi
redoks. Perangkat tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan
ganda sebanyak 5 butir soal dan uraian sebanyak 5 butir soal.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama,
yaitu untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran intertekstual. Lembar observasi ini bersifat tak berstruktur,
yaitu semua kegiatan observer tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti
namun, hanya berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai keterlaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran intertekstual.
3. Angket
Pemberian angket dilakukan untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa
terhadap pembelajaran reaksi redoks melalui strategi pembelajaran intertekstual.
4. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa dan
guru terhadap proses pembelajaran reaksi redoks melalui strategi pemebelajaran
intertekstual. Wawancara yang dilakukan bersifat terstrukur karena format
wawancara telah disusun terlebih dahulu dengan jenis pertanyaan bersifat
terbuka, artinya sumber wawancara diberi keleluasaan untuk menjawab
pertanyaan wawancara.
E. Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian yang telah dibuat selanjutnya dilakukan pengembangan
33
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
sejauh mana instrumen sebagai alat ukur dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur. Pada penelitian ini validasi dilakukan dengan meminta pertimbangan
(judgement) para ahli yang berkompeten. Validasi tes tertulis dilakukan dengan
menimbang kesesuaian antara soal tes dengan indikator.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis, observasi, wawancara dan
angket. Tes tertulis berupa pretest dan postest untuk memperoleh data mengenai
penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran
intertekstual. Pretest dilakukan sebelum pembelajaran sedangkan postest
diberikan setelah dilakukannya proses pembelajaran.
Data keterlaksanaan pembelajaran intertekstual diperoleh dari hasil observasi
yang dilakukan oleh guru berpengalaman dan rekaman video yang merekam
aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran. Untuk memperoleh
data mengenai tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dilakukan melalui
wawancara terhadap wakil dari tiap-tiap kelompok subjek penelitian dan
penyebaran angket yang dilakukan setelah proses pembelajaran. Sedangkan
untuk memperoleh data mengenai tanggapan guru dilakukan melalui wawancara
terhadap guru kimia yang mengajar di sekolah tersebut.
G. Analisis Data
Berdasarkan instrumen yang digunakan, maka teknik analisis data yang
dilakukan adalah:
1. Tes
a. Menentukan kelompok siswa berdasarkan kriteria tinggi, sedang dan
rendah
Pengelompokkan siswa dihitung menggunakan cara statistik. Cara
pengelompokkan siswa dilakukan dengan menghitung rata-rata nilai ulangan
harian mata pelajaran kimia dan standar deviasi. Rumus mencari rata-rata
34
Mean =∑�
� (Arikunto, 2012) Keterangan: ∑� : Jumlah skor
N: jumlah siswa
Rumus untuk mencari standar deviasi:
SD = √∑�2
� : Tiap skor dikuadratkan lalu djumlahkan kemudian dibagi dengan N
∑�
� 2 : Semua skor dijumlahkan, dibagi dengan N lalu dikuadratkan.
Hasil perhitungan dengan menggunakan cara di atas akan menghasilkan tiga
kategori kelompok siswa sebagai berikut:
1. Siswa yang memiliki nilai rata-rata ulangan harian > (mean+SD),
digolongkan ke dalam kategori siswa kelompok tinggi.
2. Siswa yang memiliki nilai rata-rata ulangan harian antara (mean+SD) >
(ulangan harian) > (mean-SD), digolongkan ke dalam kategori siswa
kelompok sedang.
3. Siswa yang memiliki nilai rata-rata ulangan harian < (mean-SD),
digolongkan ke dalam kategori siswa kelompok rendah.
b. Menentukan nilai pretest dan postest
Nilai Siswa = � �� �� � �
c. Mengelompokkan nilai siswa berdasarkan kriteria penguasaan konsep
terhadap materi yang dipelajari menurut Arikunto (2012) yang ditunjukkan
35
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
Tabel 3.1 Skala Kategori Kemampuan
Nilai (%) Kategori
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
(Arikunto, 2012)
d. Menghitung peningkatan hasil belajar siswa dengan N-gain
� − ��� = Nilai � − Nilai � �
Nilai maksimum − nilai � �
e. Menafsirkan nilai rerata gain ternormalisasi yang diperoleh siswa
berdasarkan kriteria N-gain seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kriteria Tingkat Pencapaian N-gain
Batasan Kategori Capaian
N-gain ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ N-gain < 0,7 Sedang N-gain < 0,3 Rendah
(Hake, 1998)
2. Data Observasi
Hasil observasi yang diperoleh dideskripsikan sebagai data dari
keterlaksanaan strategi pembelajaran.
3. Data Angket
a. Mengolah data hasil angket dengan menggunakan skala Likert, dengan
36
Tabel 3.3 Penentuan Skor Jawaban Angket
Jawaban Kriteria Positif Kriteria Negatif
Sangat setuju 5 1
b. Mengelompokkan pernyataan dalam angket berdasarkan kategori seperti
pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Penggolongan Pernyataan Dalam Angket Tanggapan
Berdasarkan Kategori
No. Kategori Nomor Pernyataan
1 Tanggapan terhadap proses pembelajaran 1, 5, 6, 8, 10, 11
2 Tanggapan terhadap media pembelajaran 3, 4
3 Tanggapan terhadap motivasi belajar 2, 7, 9
4 Tanggapan terhadap penerapan pada materi kimia lain
12
c. Menghitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif pada
angket kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan sebagai
berikut.
Tabel 3.5 Penentuan Kategori Jawaban Angket
37
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
4. Data Wawancara
Hasil wawancara yang diperoleh ditranskripsikan dalam bentuk narasi untuk
mengetahui tanggapan guru terhadap pembelajaran dan tanggapan siswa serta
kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran berlangsung. Data yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pada proses pembelajaran intertekstual ini setiap konsep disampaikan dengan
menyajikan dan mempertautkan ketiga level representasi kimia
(makroskopik, submikroskopik, dan simbolik). Level makroskopik disajikan
melalui video percobaan reaksi pembentukan air dan reaksi pembentukan
natrium klorida, melalui gambar reaksi pembentukan raksa oksida, reaksi
pembentukan besi oksida, reaksi pembentukan besi klorida, dan demonstrasi
reaksi antara logam besi dengan larutan tembaga sulfat yang memperlihatkan
fenomena reaksi redoks. Level submikroskopik disajikan dengan cara
memberikan pertanyaan yang mengajak siswa berfikir tentang fenomena
yang diamati dengan dibantu animasi pada level simbolik. Selama proses
pembelajaran, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan cukup baik dan
antusias. Secara umum, tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran cukup
baik. Menurut siswa media yang digunakan selain dapat menambah
ketertarikan dalam belajar kimia juga dapat membantu dalam memahami
konsep reaksi redoks. Guru juga memberikan tanggapan yang positif
terhadap strategi pembelajaran intertekstual yang dipandang lebih efektif dan
efisien serta sistematis dengan mempertautkan ketiga level representasi kimia
sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep reaksi redoks. Hanya
saja dalam implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi
reaksi redoks ini ditemukan beberapa kendala seperti keterbatasan LCD
proyektor menyebabkan adanya waktu yang terbuang ketika pemindahan
siswa dari ruang kelas ke ruang multimedia, kurangnya pemahaman siswa
terhadap konsep kimia pada bab sebelumnya yang merupakan konsep
prasyarat menjadikan siswa mengalami kesulitan dalam memahami beberapa
89
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
2. Strategi pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks dapat
meningkatkan penguasaan konsep siswa dengan nilai N-gain keseluruhan
sebesar 0,46 yang termasuk kategori sedang. Adapun nilai N-gain untuk
masing-masing kelompok diperoleh untuk kelompok tinggi sebesar 0,66;
kelompok sedang sebesar 0,44 dan untuk kelompok rendah sebesar 0,30
dimana ketiganya termasuk pada peningkatan penguasaan konsep dengan
kategori sedang.
B. Saran
Ada beberapa saran yang perlu disampaikan untuk menyempurnakan strategi
pembelajaran intertekstual pada materi reaksi redoks, diantaranya adalah:
1. Dari segi konten materi, banyak siswa yang kurang memahami konsep
prasyarat seperti konsep senyawa kovalen dan senyawa ionik serta proses
pembentukan ion, menyebabkan kesulitan dalam memahami konsep reaksi
redoks terutama konsep reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan
elektron. Oleh karena itu, dalam pembelajaran konsep prasyarat tersebut
sebaiknya dilakukan dengan menggunakan strategi yang dapat
mempertautkan ketiga level representasi kimia sehingga diharapkan
pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik.
2. Reaksi perkaratan besi sebaiknya tidak digunakan sebagai contoh dalam
pembelajaran reaksi redoks kelas X karena reaksinya cukup kompleks bagi
siswa kelas X.
3. Implementasi strategi pembelajaran intertekstual ini idealnya dilakukan di
kelas yang sudah dilengkapi LCD proyektor, karena strategi pembelajaran
intertekstual pada materi reaksi redoks ini menggunakan media komputer.
Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan cara membuat print-out gambar dan
transparansi materi reaksi redoks.
4. Pada lembar observasi sebaiknya menggunakan rubrik penilaian yang
didasarkan pada langkah-langkah pembelajaran supaya keterlaksanaannya
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G. (2000). Intertextuality. New York: Routledge.
Anderson, et al (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York:
Longman.
Anitah, S. dkk. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Chittleborough, G.D. et al. (2002). Constrainst to the development of first year
university chemistry students mental models of chemical phenomena.
[Online]. Tersedia: http://www.ecu.edu.au/conferences/tlf/ 2002/ pub/does/ chittleborough.pdf. [23 Juli 2013]
Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006 Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dori, Y. J. dan Hameiri, M. (2003). “Multidimensional Analysis System for
Quantitative Chemistry Problem: Symbol, Macro, Micro and process
Aspects”. Journal of Research in Science Teaching. 40, (3), 278-302.
Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six
91
Andika Nopihargu, 2014
Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X
Hanafiah, N. dan Suhana, C. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Jansoon, N. et. al. (2009). “Understanding Mental Models of Dilution in Thai Students” International Journal of environmental & Science education. 4, (2), 147-168.
Juwita, F. (2008). Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi
Hidrolisis Garam. Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Luxford, J.C dan Stacey L.B. (2013). “Moving beyond definitions: what student
-generated models reveal about their understanding of covalent bonding and
ionic bonding”. Chemistry Education Research and Practice. 14, 214-222.
Osterlund, L. dan Margareta E. (2009). “Students’ Understanding of Redox
Reactions in Three Situations”. NORDINA. 5, (2), 115-127.
Purba. M. (2006). Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Rahmawati. (2008). Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada
Pokok Bahasan Titrasi Asam Basa. Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia
FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Riyanto, Y. (2008). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi
Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sirhan, G. (2007). “Learning Difficulties in Chemistry: An Overview”. Journal of
92
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuatitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunarti, R. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Intertekstualitas Pada Pokok Bahasan Reaksi Redoks SMA Kelas X.
Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Whitten, et al.(2004). General Chemistry, 7th Edition. Brooks Cole-Thomson Learning.
Widoyoko, E. P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wu, K.H., Krajcik J.S. and Soloway, E. (2001). “Promoting Conceptual
Understanding of Chemical Representations : Students’ Use of a
Visualization Tool in The Classroom”. Journal of Research Science
Teaching. 38, (7), 821-842.
Wu, H-K. (2003). “Linking The Microscopic View of Chemistry To Real Life
Experiences Intertextuality In A High School Science Classroom”. Journal