• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

Arin Ardiani

0902032

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

Implementasi Strategi Pembelajaran

Intertekstual pada Materi Larutan

Elektrolit dan Nonelektrolit Kelas X

Oleh Arin Ardiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam

© Arin Ardiani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

ARIN ARDIANI

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Sri Mulyani, M.Si NIP. 196111151986012001

Pembimbing II

H. Wiji, M.Si NIP. 197204302001121001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

(4)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Kelas X” bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit kelas X. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas X sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pedoman observasi, angket tanggapan, pedoman wawancara tanggapan, dan soal penguasaan konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit. Konsep yang dipelajari meliputi pelarutan senyawa ion, pelarutan senyawa kovalen, larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah, dan larutan nonelektrolit. Setiap konsep disajikan dalam tiga level representasi, yaitu level makroskopik, level sub-mikroskopik, dan level simbolik serta mempertautkan ketiga level representasi tersebut. Level makroskopik disajikan melalui demonstrasi pelarutan senyawa ion dalam air, foto pelarutan senyawa kovalen dalam air, dan praktikum pengujian daya hantar listrik larutan. Level sub-mikroskopik disajikan melalui video animasi dan gambar dari partikel-partikel dalam larutan-larutan. Level simbolik disajikan dengan menuliskan persamaan reaksi disosiasi yang terjadi dalam larutan. Tanggapan guru dan siswa terhadap proses pembelajaran termasuk kategori baik.Guru berpendapat strategi pembelajaran intertekstual ini variatif dan membahas kimia lebih mendalam. Siswa merasa lebih mudah memahami setiap konsep. Perubahan penguasaan konsep siswa kelompok tinggi dan sedang pada konsep pelarutan senyawa ion dari mengingat cara membuat larutan menjadi dapat menjelaskan proses pelarutan senyawa ion dalam air. Perubahan penguasaan konsep siswa kelompok tinggi dan sedang pada konsep pelarutan senyawa kovalen dari mengingat cara membuat larutan menjadi dapat menjelaskan proses pelarutan senyawa kovalen. Perubahan penguasaan konsep ketiga kelompok siswa pada konsep larutan elektrolit kuat dari tidak menguasai konsep menjadi dapat menentukan jenis senyawa dari masing-masing zat terlarut, menganalisis penyebab larutan elektrolit kuat dapat menghantarkan listrik dengan baik, dan dapat menuliskan persamaan reaksi disosiasinya. Perubahan penguasaan konsep ketiga kelompok siswa pada konsep larutan elektrolit lemah dari tidak menguasai konsep menjadi dapat menentukan jenis senyawa dari masing-masing zat terlarut dan menganalisis penyebab larutan elektrolit lemah penghantar listrik yang buruk. Ketiga kelompok siswa belum dapat menuliskan persamaan reaksi ionisasinya. Perubahan penguasaan konsep siswa kelompok tinggi dan sedang pada konsep larutan nonelektrolit dari tidak menguasai konsep menjadi dapat menentukan jenis senyawa dari zat terlarut, menganalisis penyebab larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik, dan menuliskan persamaan reaksi ionisasinya. Siswa kelompok rendah tidak dapat menuliskan persamaan reaksi ionisasinya. Perubahan penguasaan konsep ketiga kelompok siswa pada penggolongan larutan berdasarkan daya hantar listriknya dari mengingat fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari menjadi dapat menggolongkan larutan berdasarkan perbedaan daya hantar listriknya.

(5)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

This research entitled “the implementation of intertextual learning strategy of electrolytes and nonelectrolytes solution Class X” aims to gain an overview of implementation of intertekstual learning strategy of electrolytes and nonelectrolytes solution Class X. The subjects in this study were 30 students Class X in one of the high schools in Bandung. The method used is the pre-experiment with one group pretest-postestest design. The instruments used were observation, questionnares responses, interview format, and question of mastery concept electrolytes and nonelectrolytes solution. The concepts studied in this research include dissolving ionic compounds in water, dissolving covalent compounds in water, strong electrolytes solution, weak electrolytes solution, and nonelectrolytes solution. Each concept is presented in three levels of chemical representation forms, namely, the macroscopic level, the submicroscopic level, and the symbolic level also in the those three levels of chemical representation are intertwined. The macroscopic level in the form demonstrations dissolving ionic compounds in water, photo of dissolving covalent compounds in water, and experiment electrical conductivity of the solution. The submicroscopic level is presented through animated videos and images of the particles in the solutions. The symbolic level served by writing reaction equation of dissociation that occur in solution. Teacher and students gave good responses for learning using this intetextual stategy. Teachers argue this intertextual varied learning strategies and be able to discuss more in-depth chemistry concept. Students find it easier to understand each concept. The mastering changes of high and moderate groups for dissolution of ionic compound concept, from given the way make the solution to be able to can explain the process of dissolution of ionic compounds in water. The mastering changes high and moderate groups for dissolution of covalent compound concept, from from given the way make the solution to be able to can explain the process of dissolution of covalent compounds in water. The mastering changes of three groups for strong electrolyte solutions concept, from not understand that concept to be able to can determine the types of compounds of each solute, can analyze the cause of a strong electrolyte solution can conduct electricity very well, and can write the dissociation equation. The mastering changes of three groups for weak electrolyte solutions concept, from not understand that concept to be able to can determine the types of compounds of each solute and can analyze the causes of differences in the strength of the electrical conductivity of two solutions. Three goups have not been able to write the ionization equation. The mastering changes of high and moderat group for nonelectrolyte solutions concept, from not understand that concept to be able to can determine the type of solute compound, can analize the causes of nonelectrolyte solution can not conduct electricity, and can write the ionization equation. The low group can not write the ionization equation. The mastering changes of three groups for clasisification of solution electrical conductivity concept, from can given phenomena that occur in everyday life to be able to can be classified into a solution based on differences of electrical conductivity.

(6)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……… ii

UCAPAN TERIMAKASIH ……… iii

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR TABEL ………... vi

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN ………... viii

BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………. 3

C. Tujuan Penelitian ……….. 4

D. Manfaat Penelitian ………... 4

E. Penjelasan Istilah ………... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ………... 6

BAB II. KAJIAN TEORI ……… 8

A. Strategi Pembelajaran Intertekstual……….. 8

B. Representasi Kimia ………... 15

C. Hasil Belajar Ranah Kognitif ………... 19

D. Materi Kimia Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ………... 25

1.Larutan Elektrolit ………. 28

2.Larutan Nonelektrolit ………... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ……… 32

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………... 32

B. Metode Penelitian ……… 32

C. Instrumen Penelitian ……… 35

(7)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Analisis Data ……… 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 40

A. Deskripsi Keterlaksanaan Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 42

1. Pembelajaran Konsep Pelarutan Senyawa Ion ………... 42

2. Pembelajaran Konsep Pelarutan Senyawa Kovalen ………... 44

3. Pembelajaran Konsep Larutan Elektrolit Kuat ………... 46

4. Pembelajaran Konsep Larutan Elektrolit Lemah ………... 49

5. Pembelajaran Konsep Larutan Nonelektrolit ………. 51

B. Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ………... 53

1. Tanggapan Guru Terhadap Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ……….. 2. Tanggapan Siswa Terhadap Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ……….. 53 55 C. Penguasaan Konsep Siswa Sebelum dan Setelah Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ………... 59

1. Penguasaan Konsep Pelarutan Senyawa Ion ………... 59

2. Penguasaan Konsep Pelarutan Senyawa Kovalen ………... 68

3. Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit Kuat ………... 75

4. Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit Lemah ………... 83

5. Penguasaan Konsep Larutan Nonelektrolit ………. 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 107

A. Kesimpulan ……….. 107

B. Saran ………. 108

DAFTAR PUSTAKA ……….. 109

LAMPIRAN ……… 112

(8)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Berbagai Wujud Pelarut dan Terlarut yang Membentuk Larutan …. 25

3.1 Kategori Tanggapan ……….. 38

4.1 Jenis jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Pelarutan

Senyawa Ion ………. 66

4.2 Jenis Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Pelarutan

Senyawa Kovalen ……… 73

4.3 Jenis Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Larutan

Elektrolit Kuat ………. 80

4.4 Jenis Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Larutan

Elektrolit Lemah ……….. 88

4.5 Jenis Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Larutan

Nonelektrolit ……… 95

4.6 Jenis Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Larutan

(9)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Tiga Level Representasi Kimia ………. 16

2.2 Hubungan diantara Ketiga Level Representasi antara Nyata dan Representasi ……….. 17

2.3 Perubahan dari Kerangka Berpikir Taksonomi Bloom Asli ke Taksonomi Bloom Revisi ………. 20

2.4 Model Submikroskopik dari Pelarutan NaCl dalam Air ………... 26

2.5 Set Alat Uji Daya Hantar Listrik Larutan ………... 27

2.6 Model Submikroskopik Partikel Larutan Asam Klorida………... 29

2.7 Model Submikroskopik Partikel Larutan Asam Asetat ………… 30

2.8 Model Submikroskopik Partikel Larutan Etanol ……….. 31

3.1 Desain One Group Pretes-Postest ……… 32

3.2 Bagan Alur Penelitian ………... 33

4.1 Contoh-contoh Larutan ………. 43

4.2 Submikroskopik dari pelarutan NaCl dalam air ……… 45

4.3 Pengujian daya hantar listrik larutan natrium klorida dan submikroskopik dari larutan natrium klorida ……… 47

4.4 Submikroskopik dari Larutan Asam Klorida ……… 48

4.5 Submikroskopik dari Larutan Asam Posfat ……….. 50

4.6 Tanggapan Siswa Terhadap Kemudahan Siswa dalam Memahami Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ……….. 55

4.7 Tanggapan Siswa Terhadap Ketertarikannya pada Proses Pembelajaran ………. 56

(10)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PERANGKAT PEMBELAJARAN ……… 112

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……… 112

Lampiran 1.2 Media Pembelajaran ……… 156

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN ………. 160

Lampiran 2.1 Lembar Observasi ………... 160

Lampiran 2.2 Angket Tanggapan Siswa ……… 164

Lampiran 2.3 Pedoman Wawancara Guru dan Siswa ………... 166

Lampiran 2.4 SPKLE Pretes dan Postes ………... 167

LAMPIRAN 3 HASIL PENELITIAN, PENGOLAHAN DATA PENELITIAN, DAN SURAT IZIN PENELITIAN … 178 Lampiran 3.1 Hasil Observasi ……… 178

Lampiran 3.2 Pengolahan Anget Tanggapan ………. 182

Lampiran 3.3 Hasil Wawancara Guru dan Siswa ……….. 185

Lampiran 3.4 Pengelompokkan Siswa ………... 190

(11)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang penting dapat

dipergunakan untuk memahami apa yang terjadi di sekitar kita. Kimia

mengandung hal yang abstrak dan dianggap sulit oleh siswa. Observasi

menunjukkan bahwa terkadang siswa berhenti untuk melanjutkan belajar kimia

karena kesulitan tersebut (Sirhan, 2007: 2). Menurut Nicol (Sirhan, 2007: 2)

konsep yang bersifat abstrak yang dianggap sulit tersebut sangat penting untuk

dipahami siswa untuk memahami konsep-konsep kimia selanjutnya.

Konsep kimia yang bersifat abstrak tersebut menurut Johnstone

(Chittleborough et al., 2002: 1) bisa dipelajari melalui representasi kimia.

Representasi kimia merupakan pusat untuk mempelajari kimia yang digunakan

untuk menjelaskan konsep-konsep ilmiah dalam kimia untuk meningkatkan

pemahaman konsep siswa. Terdapat tiga level representasi dalam kimia, yaitu

level makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik. Ketiga level representasi

kimia tersebut mengandung informasi konsep-konsep yang saling berhubungan.

Meski saling berhubungan seringkali siswa memiliki keterbatasan dalam

memahami ketiga level representasi tersebut.

Siswa SMA umumnya memiliki keterbatasan dalam memahami berbagai

tingkat representasi dalam kimia (makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik).

Literatur menunjukkan bahwa ada dua aspek representasi kimia yang

menyebabkan kesulitan bagi siswa. Dua aspek representasi tersebut adalah

representasi molekuler (sub-mikroskopik) dan simbolik. Studi empiris yang

dilakukan Ben-Zvi dan Silberstein (Wu, 2001: 821) menunjukkan bahwa belajar

representasi sub-mikroskopik dan simbolik sangat sulit bagi siswa karena

representasi tersebut tidak terlihat dan abstrak, sementara pemahaman siswa pada

kimia bergantung pada informasi sensorik. Banyak siswa mengalami kesulitan

memvisualisasikan representasi tersebut disebabkan pemahaman sebagian siswa

(12)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

tingkat sensorik dan tidak mampu memvisualisasikan pergerakan partikel dan

representasi simbolik.

Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa terhadap representasi kimia, maka

diperlukan strategi pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar siswa agar

mampu menghubungkan ketiga level representasi kimia, pengalaman sehari-hari

dan kejadian-kejadian di kelas. Strategi pembelajaran yang dapat mengatasi hal

tersebut dinamakan strategi pembelajaran intertekstual. Pada Strategi

pembelajaran intertekstual, konsep kimia dikaji dengan tiga level representasi.

Ketiga level representasi tersebut saling dipertautkan satu sama lain, serta

dipertautkan pula dengan pengalaman sehari-hari dan kejadian-kejadian di kelas.

Dengan demikian, intertekstual dapat menjadi strategi pembelajaran bagi siswa

untuk membangun makna dari berbagai representasi (Wu, 2003: 871).

Salah satu konsep kimia kelas X yang terdapat dalam Standar Isi materi

kimia SMA adalah larutan elektrolit dan nonelektrolit. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan, pembelajaran ini seringkali hanya mengutamakan level

makroskopik dan simbolik saja, sedangkan level sub-mikroskopiknya kurang

tersentuh. Sabaniati (2009) telah melakukan analisis terhadap pemahaman siswa

terhadap level makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik pada materi larutan

elektrolit dan nonelektrolit kelas X. Sabaniati (2009) menyatakan pemahaman

siswa terhadap ketiga level representasi tersebut masih sangat kurang.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperoleh gambaran bahwa hampir seluruh

siswa SMA yang diteliti (89%) memiliki pengetahuan level makroskopik, tetapi

tidak ada satupun siswa yang memiliki pemahaman level sub-mikroskopik dan

level simbolik. Selain itu pemahaman siswa SMA pada ketiga level representasi

tersebut tidak terintegrasi secara utuh, sehingga tidak ada satupun siswa SMA

yang memiliki pemahaman yang padu antara ketiga level tersebut. Di sisi lain,

materi larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan materi dasar dan menjadi

fondasi untuk mempelajari materi larutan untuk tingkat yang lebih tinggi. Oleh

karena itu, konsep-konsep pada materi ini mutlak harus dipahami siswa secara

menyeluruh karena akan terus diimplementasikan pada konsep-konsep kimia

(13)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

Strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit telah dikembangkan oleh Rustini (2009). Strategi pembelajaran yang

dikembangkan oleh Rustini baru sebatas perencanaan dan belum pernah

diujicobakan. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran intertekstual

yang telah dikembangkan tersebut, perlu dilakukan ujicoba melalui implementasi

dalam proses pembelajaran. Dari hasil implementasi strategi pembelajaran

intertekstual akan diketahui bagaimana proses pelaksanaan dari strategi

pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hasil

implementasi tersebut akan digunakan sebagai bahan evaluasi dalam

pengembangan pembelajaran intertekstual pada pembelajaran kimia selanjunya,

khususnya pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Oleh karena itu,

peneliti memilih penelitian tentang implementasi strategi pembelajaran

intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X?”.

Berdasarkan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan implementasi strategi pembelajaran intertekstual

pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X?

2. Bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap strategi pembelajaran

intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X?

3. Bagaimana perubahan penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah

implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit

(14)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang

implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit kelas X. Penelitian ini akan digunakan sebagai bahan evaluasi dalam

pengembangan strategi pembelajaran intertekstual selanjutnya pada materi larutan

elektrolit dan nonelektrolit kelas X.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi

banyak kalangan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran intertekstual

pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

2. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan

dalam memahami materi kimia khususnya materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit yang didasari dengan tiga level representasi sehingga dapat

memahami materi larutan elektrolit dan nonelektrolit secara lebih baik.

3. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif strategi

pembelajaran untuk menyampaikan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit,

memberikan acuan untuk penggunaan strategi pembelajaran intertektual pada

materi kimia yang lain.

4. Bagi peneliti lain, hasil peneliti lain diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan dalam merevisi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan

elektrolit dan nonelektrolit kelas X. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan acuan dalam pengembangan strategi pembelajaran intertektual pada

(15)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dari istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian, maka peneliti mendeskripsikan istilah-istilah yang

penting sebagai berikut:

1. Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan (KBBI, 2008).

2. Menurut David, J. R (Sanjaya, 2009: 124) strategi diartikan sebagai a plan,

method, or series of activities designed to achieves a particular educational

goal. Berdasarkan pernyataan David tersebut strategi pembelajaran dapat

diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu..

3. Strategi pembelajaran intertekstual adalah strategi pembelajaran kimia yang

memberikan pengalaman belajar siswa agar mampu mempertautkan antara

representasi kimia (makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik), pengalaman

hidup sehari-hari dan kejadian di dalam kelas (Wu, 2003: 871).

4. Representasi kimia adalah macam-macam rumus, struktur, dan simbolik

dalam ilmu kimia yang diciptakan dan terus diperbaharui untuk merefleksikan

suatu rekonstruksi teori dan eksperimen kimia (Wu et al., 2001: 823).

Representasi kimia terdiri dari tiga level yaitu level makroskopik, level

submikroskopik, dan level simbolik (Chittleborough et al., 2002: 2).

5. Level makroskopik adalah fenomena yang berhubungan dengan kimia yang

benar-benar dapat diamati, seperti fenomana kimia yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium (Chittleborough et al.,

2002: 2).

6. Level submikroskopik adalah level yang menjelaskan apa yang terjadi pada

level molekuler, seperti elektron, molekul dan atom (Chittleborough et al.,

2002: 2).

7. Level simbolik adalah suatu representasi dari fenomena yang berhubungan

dengan kimia menggunakan media yang bervariasi termasuk di dalamnya

simbol dari atom, molekul, dan senyawa dalam bentuk gambar-gambar,

(16)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I berisi pendahuluan, bab II

kajian pustaka, bab III metode penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembahasan,

dan bab V kesimpulan dan saran. Bab I berisi uraian tentang pendahuluan dan

merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian,

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bagian latar belakang menjelaskan alasan masalah tersebut diteliti, pentingnya

masalah tersebut diteliti dan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah

tersebut baik dari sisi teoritis maupun praktis. Bagian rumusan masalah berisi

rumusan dan analisis masalah. Bagian tujuan penelitian berisi hasil yang ingin

dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Bagian manfaat penelitian disajikan

manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bagi peneliti

khususnya, dan bagi pihak-pihak lain, seperti guru, siswa, dan peneliti lain.

Bagian penjelasan istilah, disajikan definisi dari berbagai istilah yang digunakan

pada penelitian. Bagian struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan

penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi.

Bab II menunjukkan kedudukan dari teori yang sedang dikaji dan

kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Pada kajian

pustaka, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan kedudukan

masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang sedang

diteliti. Materi yang dikaji dalam kajian pustaka ini meliputi strategi pembelajaran

intertekstual, representasi kimia, hasil belajar ranah kognitif, dan materi larutan

elektrolit dan nonelektrolit.

Bab III berisi penjabaran rinci mengenai metode penelitian, termasuk

beberapa komponen antara lain lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,

metode penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan intrumen, teknik

pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal utama,

yaitu analisis data dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan atau analisis

data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan

(17)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

penelitian sesuai dengan desain penelitian. Bagian pembahasan atau analisis

temuan mendiskusikan temuan dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas

dalam bab kajian pustaka.

Bab V berisi kesimpulan dan saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan

pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Kesimpulan berisi

jawaban dari pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Saran ditujukan kepada

para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti berikutnya yang berminat

(18)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang sedang mempelajari materi larutan

elektrolit dan nonelektrolit. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu 30

orang siswa kelas X. Fokus penelitian ini adalah implementasi strategi

pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X,

bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap strategi pembelajaran intertekstual,

dan bagaimana perubahan penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah

implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pre-eksperimen. Metode pre-eksperimen digunakan karena penelitian ini baru sebatas

ujicoba sehingga pada penelitian ini tidak menggunakan kelas kontrol sebagai

pembanding. Desain penelitian yang digunakan pada metode pre-eksperimen ini

adalah One Group Pretest-Postest, yaitu suatu kelompok yang diberikan tes awal

(pretest) kemudian diberikan perlakuan dengan penerapan strategi pembelajaran

intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit setelah itu dilakukan

tes kembali (posttest). Metode penelitian pre-eksperimen dengan desain One

Group Pretest-Postest memiliki pola sebagai berikut :

Gambar 3.1. Desain One Group Pretest-Postest

(Sugiono, 2013: 109)

Keterangan :

O1 : Tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (Pretest)

X : Perlakuan yaitu berupa penerapan strategi pembelajaran intertekstual

(19)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |

O2 : Tes yang dilakukan setelah pembelajaran (Postest)

Berdasarkan desain penelitian yang telah diungkapkan, maka alur

penelitiannya disusun seperti pada Gambar 3.2 berikut ini.

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian

Keterangan:

SPKLE: Soal Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

PO : Pedoman Observasi

AT : Angket Tanggapan

(20)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |

Alur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan pemilihan materi kimia yang akan

diimplementasikan. Materi yang dipilih adalah materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit yang dipelajari di kelas X semester 2. Materi ini dipilih karena

merupakan materi dasar untuk mempelajari materi larutan yang lebih

kompleks. Setelah materinya ditentukan kemudian dilakukan pengkajian

kesesuaian strategi pembelajaran intertekstual yang sudah dikembangkan pada

penelitian sebelumnya oleh Rustini (2009) dengan melakukan beberapa revisi

terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media.

Pada tahap persiapan dilakukan juga pembuatan instrumen penelitian

yang terdiri dari Soal Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit (SPKLE),

Pedoman Observasi (PO), Angket Tanggapan (AT), dan Pedoman Wawancara

Tanggapan (PWT). Instrumen yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh

dosen jurusan pendidikan kimia. Hasil validasi kemudian direvisi dan

divalidasi kembali.

Strategi pembelajaran yang telah disusun dalam RPP, media

pembelajaran, dan SPKLE kemudian diujicobakan kepada sekelompok siswa

untuk mengetahui kekurangannya. Kemudian dilakukan revisi sebelum pada

pelaksanaan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi strategi

pembelajaran di sekolah. Langkah pertama yang dilakukan adalah pemberian

pretest dengan menggunakan SPKLE. Pretes ini bertujuan untuk mengetahui

penguasaan konsep siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran. Langkah

selanjutnya adalah mengimplementasikan strategi pembelajaran intertekstual

yang dilakukan berdasarkan RPP yang telah disusun. Selama pembelajaran

berlangsung direkam dan dilakukan obervasi oleh observer dengan

menggunakan PO untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan dari

(21)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |

pembelajaran selesai dilakukan, siswa diberikan postest dengan menggunakan

SPKLE. Selanjutnya wawancara dengan mengacu pada PWT sebagai bahan

pendukung untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan

implementasi strategi pembelajaran intertekstual yang telah dilakukan. Semua

instrumen penelitian meliputi jawaban pretest dan posttest dari SPKLE siswa,

rekaman video dan hasil observasi, dan hasil wawancara dikumpulkan untuk

dianalisis.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian meliputi analisis data, pembahasan, dan

kesimpulan. Data rekaman video selama pembelajaran dan hasil observasi

akan dideskripsikan dengan membandingkan keterlaksanaan implementasi

strategi pembelajaran intertekstual dengan RPP yang telah dibuat. Data

tanggapan baik dari guru maupun dari siswa dideskripsikan untuk mengetahui

tanggapan guru dan siswa terhadap keterlaksanaan implementasi strategi

pembelajaran intertekstual. Data hasil pretest dan posttest siswa akan

dibandingkan dan dideskripsikan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan

dari strategi pembelajaran intertekstual yang telah diterapkan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Soal Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit (SPKLE)

Soal Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit (SPKLE) ini dalam

bentuk tes tertulis berupa esai. SPKLE ini digunakan untuk pretest dan

posttest. SPKLE diberikan bertujuan untuk mengukur bagaimana penguasaan

konsep siswa sebelum dan sesudah dilakukan implementasi strategi

pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

Konsep yang menjadi pertanyaan dalam SPKLE, yaitu:

a. Pelarutan senyawa ion

b. Pelarutan senyawa kovalen

c. Larutan elektrolit kuat

(22)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |

e. Larutan nonelektrolit

Sebelum SPKLE digunakan dalam penelitian, dilakukan analisis soal

berupa validasi. Validasi yang dilakukan hanya sebatas kesesuaian antara soal

yang akan digunakan dengan indikator pembelajaran. Validasi dilakukan oleh

dosen jurusan pendidikan kimia yang kemudian direvisi sesuai hasil validasi.

Selain itu SPKLE diujicobakan kepada sekelompok siswa untuk mengetahui

keterbacaan dan kemudahan bahasa yang digunakan dalam soal untuk siswa

pahami. Dari hasil uji coba dilakukan revisi terhadap soal-soal yang dianggap

masih sulit untuk siswa pahami.

2. Pedoman Wawancara Tanggapan (PWT)

Pedoman Wawancara Tanggapan (PWT) berisi sejumlah pertanyaan

tentang tanggapan terhadap keterlaksanaan implementasi strategi

pembelajaran intertekstual. PWT ini ditujukan kepada guru dan perwakilan

siswa. PWT ini ditujukan untuk mengungkap tanggapan siswa yang tidak

terungkap dari AT dan menggungkap tanggapan guru yang tidak terungkap

dari PO.

3. Angket Tanggapan (AT)

Angket Tanggapan (AT) berisi sejumlah pertanyaan atau penyataan

yang harus dijawab oleh siswa. AT yang digunakan adalah jenis angket

tertutup. Angket tertutup berisi pertanyaan atau penyataan-pernyataan yang

telah memiliki alternatif jawaban yang harus dipilih oleh siswa. Angket

digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan strategi pembelajaran intertekstual. Validasi isi dan

kejelasan bahasa dalam angket dilakukan berdasarkan pertimbangan dosen

pendidikan kimia.

4. Pedoman Observasi (PO)

Pedoman Observaasi (PO) terdiri dari dua bagian, yaitu lembar

observasi dan rekaman video. Lembar Observasi merupakan salah satu

sumber data yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung. Lembar

observasi berisi pertanyaan-pertanyaan seputar pelaksanaan dari

(23)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |

implementasi strategi pembelajaran intertekstual. Selain itu, pedoman

observasi juga berupa rekaman video selama pembelajaran berlangsung

digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa

selama proses pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Deskripsi keterlaksanaan implementasi strategi pembelajaran diperoleh

melalui rekaman video dan hasil observasi selama proses pembelajaran yang

mengacu pada PO. Tanggapan terhadap pelaksanaan implementasi strategi

pembelajaran intertekstual ini diperoleh melalui data PWT baik dari guru maupun

dari perwakilan siswa dan AT dari seluruh siswa. Untuk melihat bagaimana

penguasaan konsep siswa dari implementasi strategi pembelajaran intertekstual

diperoleh dari hasil pretest dan posttest dengan menggunakan SPKLE. Pretest

dilakukan pada bagian awal sebelum dilaksanakan pembelajaran, sedangkan

posttest diberikan setelah dilakukannya pembelajaran.

E. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan tidak menggunakan uji statistik tetapi dengan

analisis deskriptif. Creswell (2009) menyatakan pada penelitian kuantitatif dapat

digunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan hasil penelitian dengan jelas.

Menurut Wiersma (2009: 381) dalam analisis deskriptif dapat diperoleh gambaran

secara umum dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya.

1. Soal Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit (SPKLE)

Sebelum menganalisis hasil tes tertulis berupa SPKLE siswa, terlebih

dahulu menentukan kedudukan siswa dalam kelompok berdasarkan nilai

sehari-hari siswa dalam ulangan sehari-harian kimia sebelum materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit. Kedudukan siswa dalam kelompok ditentukan dengan

menggunakan distribusi normal. Siswa diurutkan berdasarkan nilai rata-rata

ulangan harian dari yang mempunyai nilai rata-rata tertinggi sampai yang

mempunyai nilai rata-rata terendah. 25% teratas dikelompokkan menjadi

(24)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |

sebagai kelompok sedang (Firman, 2000: 62). Setelah semua siswa

dikelompokkan, selanjutnya menganalisis jawaban kelompok siswa untuk setiap

konsep. Kemudian dibandingkan antara jawaban kelompok pada saat pretest

maupun posttest. Dideskripsikan konsep mana sajakah yang telah dikuasai siswa

sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran, kemudian dianalisis

dibandingkan manakah dalam pembelajaran yang masih membutuhkan penekanan

agar meningkatkan penguasaan konsep siswa.

2. Pedoman Wawancara Tanggapan (PWT)

Data PWT berisi tanggapan guru dan perwakilan siswa terhadap

keterlaksanaan implementasi strategi pembelajaran intertekstual. PWT merupakan

data pendukung terhadap AT dari siswa dan PO dari guru. Setiap tanggapan guru

dan siswa dideskripsikan secara jelas.

3. Angket Tanggapan (AT)

Data AT diolah dengan menggunakan skala Likert, untuk pernyataan

positif SS, S, N, TS, dan STS berturut-turut 5,4,3,2,1. Untuk pernyataan negatif

SS, S, N, TS, dan STS berturut-turut 1,2,3,4,5. Setelah data diperoleh, skor

rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap kondisi dihitung kemudian

dikategorikan sesuai dengan skor rata-rata masing-masing seperti pada Tabel 3.1.

Hasil pengolahan AT dideskripsikan bagaimana tanggapan siswa terhadap strategi

pembelajaran intertekstual yang telah diterapkan baik dari sisi konten kimia,

proses pembelajaran, maupun dari sisi alat dan media pendukung pembelajaran

Tabel 3.1 Kategori Tanggapan

Skor Rata-rata Kategori 4,50-5,00 Sangat baik

3,50-4,49 Baik

2,50-3,49 Cukup Baik

1,50-2,49 Kurang Baik

1,00-1,49 Tidak Baik

(25)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |

4. Pedoman Observasi (PO)

Data observasi berupa lembar observasi dan rekaman video. Data tersebut

digunakan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan dari implementasi strategi

pembelajaran intertekstual. Pembelajaran dideskripsikan perkonsep yang

dipelajari siswa. Semua kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam

(26)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang implementasi strategi

pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolitkelas X,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit

dan nonelektrolit terlaksana sesuai dengan perencanaan. Pada pembelajaran,

setiap konsep disampaikan dalam tiga level representasi kimia. Tiga level

representasi tersebut yaitu level makroskopik, level sub-mikroskopik, dan

level simbolik. Selain itu, pembelajaran mengaitkan diantara ketiga level

representasi tersebut. Level makroskopik dimunculkan melalui demonstrasi

dan praktikum. Level sub-mikroskopik disajikan melalui video animasi

gambaran partikel-partikel dalam larutan. Level simbolik disajikan berupa

persamaan reaksi disosiasi. Ketiga level representasi tersebut kemudian saling

dipertautkan.

2. Tanggapan guru dan siswa terhadap implementasi strategi pembelajaran

intertekstual termasuk kategori baik. Menurut guru strategi pembelajaran

intertekstual ini variatif dan membahas materi kimia secara lebih mendalam

karena mengkajinya dari tiga level, yaitu level makroskopik, level

submikroskopik, dan level simbolik. Level sub-mikroskopik yang turut dikaji

dalam pembelajaran intertekstual dapat memecahkan kesulitan siswa dalam

memahami materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Tanggapan siswa

mengenai strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu kemudahan dalam menguasai

konsep, ketertarikan pada pembelajaran, dan tanggapan terhadap media

pembelajaran. Tanggapan siswa terhadap ketiga bagian tersebut termasuk

kategori baik. Menurut siswa pembelajaran melalui praktikum, mempermudah

(27)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |

dari larutan, membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret, siswa pun

lebih mudah dalam memahami setiap konsep.

3. Setelah proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran intertekstual terjadi

perubahan penguasaan konsep pada ketiga kelompok siswa pada materi

larutan elektrolit dan nonelektrolit kearah yang lebih baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan

beberapa hal sebagai bahan perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Saran yang

diajukan peneliti sebagai berikut.

1. Konsep prasyarat yang akan digunakan pada materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit sebaiknya telah dikuasai oleh siswa.

2. Dari segi media, sebaiknya pergerakan animasinya tidak terlalu cepat agar

siswa bisa mengamati dengan benar level sub-mikroskopiknya.

3. Pada lembar observasi keterlaksanaan sebaiknya ditambahkan dengan

rubric-rubrik yang dapat menilai kriteria dari keterlaksanaannya.

4. Pada penelitian implementasi strategi pembelajaran intertekstual ini baru

melihat bagaimana perubahan penguasaan konsep siswa. Pada penelitian

selanjutnya sebaiknya diteliti juga bagaimana pengaruhnya terhadap

faktor-faktor pembelajaran yang lain. Faktor-faktor-faktor tersebut seperti motivasi siswa,

(28)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Al-Balushi et al. (2012). “Omani Twelfth Grade Students’ Most Common Misconceptions in Chemistry. Science Educational International. 23, (3), 221-240.

Allen, G. (2000). Intertextuality. London: Routledge.

Anderson dan David. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing:

A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman.

Chang, R. (2010). Chemistry 10th Edition. New York: The McGraw-Hill.

Chittleborough, G.D. (2004). The Role of Teaching Models and Chemical

Representations in Developing Student’s Mental Models of Chemical Phenomena. Tesis Doctor pada Curtin University of Technology.

Chittleborough. G. D. et al. (2002). “Constraints to The Development of First Year University Chemistry Students’ Mental Models of Chemical

Phenomena”. Makalah pada Teaching and Learning Forum, Curtin

University of Technology.

Creswell. (2009). Educational Research Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall.

Dahar. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Dori, Y. J. dan Hameiri, M. (2003). “Multidimensional Analysis System for Quantitative Chemistry Problems: Symbol, Macro, Micro, and Process Aspects”. Journal of Research in Science Teaching, 40, (3), 278-302.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Hamzah, H. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

(29)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

Keller, J. M. (1987). “Development and Use of The ARCS Model of Motivational Design”. Journal of Instructional Development, 10, (3), 2-10.

Krathwohl, D. (2002). “A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview”. Theory into Practice. 41, (4), 212-218.

Lemay, et al. (2009). Chemistry The Central Science 12th Edition. Boston: Pearson Prentice.

Makmun, A. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyani dan Hendrawan. (2003). Kimia Fisika II. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia.

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Rustini, E. (2009). Pengembangan Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit SMA Kelas X. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sabaniati, A. (2009). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik Siswa SMA pada Materi Pokok Larutan elektrolit dan Non Elektrolit. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sirhan. G. (2007). “Learning Difficulties in Chemistry: An Overview”. Journal of

Turkish Science Education. 4, (2), 1-20.

Sugiono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunhaji. (2008). “Strategi Pembelajaran: Konsep dan Aplikasi”. Jurnal Pemikiran

Alternatif Pendidikan, 13, (4), 474-492.

Treagust, et al. (2003). “The Role of Submicroscopic and Symbolic

Representation in Chemical Explanations”. International Journal of

Science Education. 25, (11), 1353-1368.

Tim Redaksi KBBI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

(30)

Arin Ardiani, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X

Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu

Whitten, et al. (2004). General Chemistry Seventh Edition. USA: Thomson Brooks.

Wiersma, W dan Stephen G.J. (2009). Research and Methods in Education, Ninth Edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Wu, H.K. (2003). ”Linking The Microscopic View of Chemistry to Real Life Experiences:Intertextuality in A High-School Science Classroom”. Journal Science Education. 87, 868-891.

Gambar

Tabel 2.1  Berbagai Wujud Pelarut dan Terlarut yang Membentuk Larutan ….
Gambar 2.1  Tiga Level Representasi Kimia ………………………………….
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

 Kenyal untuk produk yang plastis yang bersifat deformasi  Keras untuk produk padat yang tidak bersifat deformasi  Pada pengukuran kekerasan, gaya tekan akan memecahkan

Efektifitas Konseling Rational Emotive Dengan Teknik Relaksasi Untuk Membantu Siswa Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian.. Modul Pendekatan Pendekatan Konseling

Ditandatangani oleh Pemimpin/Direktur Utama atau penerima kuasa dari Direktur Utama yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya, atau kepala

Cadangan penurunan nil ai diakui ket ika ada bukt i obj ekt if (sepert i kesulit an keuangan signif ikan pada pihak lawan at au gagal bayar at au penundaan pembayaran signif

Hasil Observasi Peneliti Terhadap Siswa dalam Meningkatkan Kontrol diri dalam bergaul Melalui Layanan Informasi Teknik Self Management Siklus I Pertemuan 1... Laporan,

Saldo dan transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa pada tanggal 30 Juni 2012 dan 2011, dan 31 Desember 2011 serta untuk masa-masa enam bulan dan tahun yang berakhir

Kedua banyaknya mata pelajaran yang sama penting dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia yang harus dipahami oleh siswa, dan yang ketiga siswa tidak memiliki

[r]