Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh
Arin Ardiani
0902032
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
Implementasi Strategi Pembelajaran
Intertekstual pada Materi Larutan
Elektrolit dan Nonelektrolit Kelas X
Oleh Arin Ardiani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam
© Arin Ardiani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
ARIN ARDIANI
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Sri Mulyani, M.Si NIP. 196111151986012001
Pembimbing II
H. Wiji, M.Si NIP. 197204302001121001
Diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Kelas X” bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit kelas X. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas X sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pedoman observasi, angket tanggapan, pedoman wawancara tanggapan, dan soal penguasaan konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit. Konsep yang dipelajari meliputi pelarutan senyawa ion, pelarutan senyawa kovalen, larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah, dan larutan nonelektrolit. Setiap konsep disajikan dalam tiga level representasi, yaitu level makroskopik, level sub-mikroskopik, dan level simbolik serta mempertautkan ketiga level representasi tersebut. Level makroskopik disajikan melalui demonstrasi pelarutan senyawa ion dalam air, foto pelarutan senyawa kovalen dalam air, dan praktikum pengujian daya hantar listrik larutan. Level sub-mikroskopik disajikan melalui video animasi dan gambar dari partikel-partikel dalam larutan-larutan. Level simbolik disajikan dengan menuliskan persamaan reaksi disosiasi yang terjadi dalam larutan. Tanggapan guru dan siswa terhadap proses pembelajaran termasuk kategori baik.Guru berpendapat strategi pembelajaran intertekstual ini variatif dan membahas kimia lebih mendalam. Siswa merasa lebih mudah memahami setiap konsep. Perubahan penguasaan konsep siswa kelompok tinggi dan sedang pada konsep pelarutan senyawa ion dari mengingat cara membuat larutan menjadi dapat menjelaskan proses pelarutan senyawa ion dalam air. Perubahan penguasaan konsep siswa kelompok tinggi dan sedang pada konsep pelarutan senyawa kovalen dari mengingat cara membuat larutan menjadi dapat menjelaskan proses pelarutan senyawa kovalen. Perubahan penguasaan konsep ketiga kelompok siswa pada konsep larutan elektrolit kuat dari tidak menguasai konsep menjadi dapat menentukan jenis senyawa dari masing-masing zat terlarut, menganalisis penyebab larutan elektrolit kuat dapat menghantarkan listrik dengan baik, dan dapat menuliskan persamaan reaksi disosiasinya. Perubahan penguasaan konsep ketiga kelompok siswa pada konsep larutan elektrolit lemah dari tidak menguasai konsep menjadi dapat menentukan jenis senyawa dari masing-masing zat terlarut dan menganalisis penyebab larutan elektrolit lemah penghantar listrik yang buruk. Ketiga kelompok siswa belum dapat menuliskan persamaan reaksi ionisasinya. Perubahan penguasaan konsep siswa kelompok tinggi dan sedang pada konsep larutan nonelektrolit dari tidak menguasai konsep menjadi dapat menentukan jenis senyawa dari zat terlarut, menganalisis penyebab larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik, dan menuliskan persamaan reaksi ionisasinya. Siswa kelompok rendah tidak dapat menuliskan persamaan reaksi ionisasinya. Perubahan penguasaan konsep ketiga kelompok siswa pada penggolongan larutan berdasarkan daya hantar listriknya dari mengingat fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari menjadi dapat menggolongkan larutan berdasarkan perbedaan daya hantar listriknya.
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
This research entitled “the implementation of intertextual learning strategy of electrolytes and nonelectrolytes solution Class X” aims to gain an overview of implementation of intertekstual learning strategy of electrolytes and nonelectrolytes solution Class X. The subjects in this study were 30 students Class X in one of the high schools in Bandung. The method used is the pre-experiment with one group pretest-postestest design. The instruments used were observation, questionnares responses, interview format, and question of mastery concept electrolytes and nonelectrolytes solution. The concepts studied in this research include dissolving ionic compounds in water, dissolving covalent compounds in water, strong electrolytes solution, weak electrolytes solution, and nonelectrolytes solution. Each concept is presented in three levels of chemical representation forms, namely, the macroscopic level, the submicroscopic level, and the symbolic level also in the those three levels of chemical representation are intertwined. The macroscopic level in the form demonstrations dissolving ionic compounds in water, photo of dissolving covalent compounds in water, and experiment electrical conductivity of the solution. The submicroscopic level is presented through animated videos and images of the particles in the solutions. The symbolic level served by writing reaction equation of dissociation that occur in solution. Teacher and students gave good responses for learning using this intetextual stategy. Teachers argue this intertextual varied learning strategies and be able to discuss more in-depth chemistry concept. Students find it easier to understand each concept. The mastering changes of high and moderate groups for dissolution of ionic compound concept, from given the way make the solution to be able to can explain the process of dissolution of ionic compounds in water. The mastering changes high and moderate groups for dissolution of covalent compound concept, from from given the way make the solution to be able to can explain the process of dissolution of covalent compounds in water. The mastering changes of three groups for strong electrolyte solutions concept, from not understand that concept to be able to can determine the types of compounds of each solute, can analyze the cause of a strong electrolyte solution can conduct electricity very well, and can write the dissociation equation. The mastering changes of three groups for weak electrolyte solutions concept, from not understand that concept to be able to can determine the types of compounds of each solute and can analyze the causes of differences in the strength of the electrical conductivity of two solutions. Three goups have not been able to write the ionization equation. The mastering changes of high and moderat group for nonelectrolyte solutions concept, from not understand that concept to be able to can determine the type of solute compound, can analize the causes of nonelectrolyte solution can not conduct electricity, and can write the ionization equation. The low group can not write the ionization equation. The mastering changes of three groups for clasisification of solution electrical conductivity concept, from can given phenomena that occur in everyday life to be able to can be classified into a solution based on differences of electrical conductivity.
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……….. i
KATA PENGANTAR ……… ii
UCAPAN TERIMAKASIH ……… iii
DAFTAR ISI ………... iv
DAFTAR TABEL ………... vi
DAFTAR GAMBAR ……….. vii
DAFTAR LAMPIRAN ………... viii
BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang ……….. 1
B. Rumusan Masalah ………. 3
C. Tujuan Penelitian ……….. 4
D. Manfaat Penelitian ………... 4
E. Penjelasan Istilah ………... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ………... 6
BAB II. KAJIAN TEORI ……… 8
A. Strategi Pembelajaran Intertekstual……….. 8
B. Representasi Kimia ………... 15
C. Hasil Belajar Ranah Kognitif ………... 19
D. Materi Kimia Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ………... 25
1.Larutan Elektrolit ………. 28
2.Larutan Nonelektrolit ………... 31
BAB III. METODE PENELITIAN ……… 32
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………... 32
B. Metode Penelitian ……… 32
C. Instrumen Penelitian ……… 35
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Analisis Data ……… 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 40
A. Deskripsi Keterlaksanaan Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 42
1. Pembelajaran Konsep Pelarutan Senyawa Ion ………... 42
2. Pembelajaran Konsep Pelarutan Senyawa Kovalen ………... 44
3. Pembelajaran Konsep Larutan Elektrolit Kuat ………... 46
4. Pembelajaran Konsep Larutan Elektrolit Lemah ………... 49
5. Pembelajaran Konsep Larutan Nonelektrolit ………. 51
B. Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ………... 53
1. Tanggapan Guru Terhadap Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ……….. 2. Tanggapan Siswa Terhadap Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ……….. 53 55 C. Penguasaan Konsep Siswa Sebelum dan Setelah Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ………... 59
1. Penguasaan Konsep Pelarutan Senyawa Ion ………... 59
2. Penguasaan Konsep Pelarutan Senyawa Kovalen ………... 68
3. Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit Kuat ………... 75
4. Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit Lemah ………... 83
5. Penguasaan Konsep Larutan Nonelektrolit ………. 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 107
A. Kesimpulan ……….. 107
B. Saran ………. 108
DAFTAR PUSTAKA ……….. 109
LAMPIRAN ……… 112
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL Tabel
2.1 Berbagai Wujud Pelarut dan Terlarut yang Membentuk Larutan …. 25
3.1 Kategori Tanggapan ……….. 38
4.1 Jenis jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Pelarutan
Senyawa Ion ………. 66
4.2 Jenis Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Pelarutan
Senyawa Kovalen ……… 73
4.3 Jenis Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Larutan
Elektrolit Kuat ………. 80
4.4 Jenis Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Larutan
Elektrolit Lemah ……….. 88
4.5 Jenis Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Larutan
Nonelektrolit ……… 95
4.6 Jenis Jawaban Pretes dan Postes Siswa pada Konsep Larutan
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Tiga Level Representasi Kimia ………. 16
2.2 Hubungan diantara Ketiga Level Representasi antara Nyata dan Representasi ……….. 17
2.3 Perubahan dari Kerangka Berpikir Taksonomi Bloom Asli ke Taksonomi Bloom Revisi ………. 20
2.4 Model Submikroskopik dari Pelarutan NaCl dalam Air ………... 26
2.5 Set Alat Uji Daya Hantar Listrik Larutan ………... 27
2.6 Model Submikroskopik Partikel Larutan Asam Klorida………... 29
2.7 Model Submikroskopik Partikel Larutan Asam Asetat ………… 30
2.8 Model Submikroskopik Partikel Larutan Etanol ……….. 31
3.1 Desain One Group Pretes-Postest ……… 32
3.2 Bagan Alur Penelitian ………... 33
4.1 Contoh-contoh Larutan ………. 43
4.2 Submikroskopik dari pelarutan NaCl dalam air ……… 45
4.3 Pengujian daya hantar listrik larutan natrium klorida dan submikroskopik dari larutan natrium klorida ……… 47
4.4 Submikroskopik dari Larutan Asam Klorida ……… 48
4.5 Submikroskopik dari Larutan Asam Posfat ……….. 50
4.6 Tanggapan Siswa Terhadap Kemudahan Siswa dalam Memahami Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ……….. 55
4.7 Tanggapan Siswa Terhadap Ketertarikannya pada Proses Pembelajaran ………. 56
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 PERANGKAT PEMBELAJARAN ……… 112
Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……… 112
Lampiran 1.2 Media Pembelajaran ……… 156
LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN ………. 160
Lampiran 2.1 Lembar Observasi ………... 160
Lampiran 2.2 Angket Tanggapan Siswa ……… 164
Lampiran 2.3 Pedoman Wawancara Guru dan Siswa ………... 166
Lampiran 2.4 SPKLE Pretes dan Postes ………... 167
LAMPIRAN 3 HASIL PENELITIAN, PENGOLAHAN DATA PENELITIAN, DAN SURAT IZIN PENELITIAN … 178 Lampiran 3.1 Hasil Observasi ……… 178
Lampiran 3.2 Pengolahan Anget Tanggapan ………. 182
Lampiran 3.3 Hasil Wawancara Guru dan Siswa ……….. 185
Lampiran 3.4 Pengelompokkan Siswa ………... 190
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang penting dapat
dipergunakan untuk memahami apa yang terjadi di sekitar kita. Kimia
mengandung hal yang abstrak dan dianggap sulit oleh siswa. Observasi
menunjukkan bahwa terkadang siswa berhenti untuk melanjutkan belajar kimia
karena kesulitan tersebut (Sirhan, 2007: 2). Menurut Nicol (Sirhan, 2007: 2)
konsep yang bersifat abstrak yang dianggap sulit tersebut sangat penting untuk
dipahami siswa untuk memahami konsep-konsep kimia selanjutnya.
Konsep kimia yang bersifat abstrak tersebut menurut Johnstone
(Chittleborough et al., 2002: 1) bisa dipelajari melalui representasi kimia.
Representasi kimia merupakan pusat untuk mempelajari kimia yang digunakan
untuk menjelaskan konsep-konsep ilmiah dalam kimia untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa. Terdapat tiga level representasi dalam kimia, yaitu
level makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik. Ketiga level representasi
kimia tersebut mengandung informasi konsep-konsep yang saling berhubungan.
Meski saling berhubungan seringkali siswa memiliki keterbatasan dalam
memahami ketiga level representasi tersebut.
Siswa SMA umumnya memiliki keterbatasan dalam memahami berbagai
tingkat representasi dalam kimia (makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik).
Literatur menunjukkan bahwa ada dua aspek representasi kimia yang
menyebabkan kesulitan bagi siswa. Dua aspek representasi tersebut adalah
representasi molekuler (sub-mikroskopik) dan simbolik. Studi empiris yang
dilakukan Ben-Zvi dan Silberstein (Wu, 2001: 821) menunjukkan bahwa belajar
representasi sub-mikroskopik dan simbolik sangat sulit bagi siswa karena
representasi tersebut tidak terlihat dan abstrak, sementara pemahaman siswa pada
kimia bergantung pada informasi sensorik. Banyak siswa mengalami kesulitan
memvisualisasikan representasi tersebut disebabkan pemahaman sebagian siswa
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
tingkat sensorik dan tidak mampu memvisualisasikan pergerakan partikel dan
representasi simbolik.
Untuk mengatasi kesulitan belajar siswa terhadap representasi kimia, maka
diperlukan strategi pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar siswa agar
mampu menghubungkan ketiga level representasi kimia, pengalaman sehari-hari
dan kejadian-kejadian di kelas. Strategi pembelajaran yang dapat mengatasi hal
tersebut dinamakan strategi pembelajaran intertekstual. Pada Strategi
pembelajaran intertekstual, konsep kimia dikaji dengan tiga level representasi.
Ketiga level representasi tersebut saling dipertautkan satu sama lain, serta
dipertautkan pula dengan pengalaman sehari-hari dan kejadian-kejadian di kelas.
Dengan demikian, intertekstual dapat menjadi strategi pembelajaran bagi siswa
untuk membangun makna dari berbagai representasi (Wu, 2003: 871).
Salah satu konsep kimia kelas X yang terdapat dalam Standar Isi materi
kimia SMA adalah larutan elektrolit dan nonelektrolit. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan, pembelajaran ini seringkali hanya mengutamakan level
makroskopik dan simbolik saja, sedangkan level sub-mikroskopiknya kurang
tersentuh. Sabaniati (2009) telah melakukan analisis terhadap pemahaman siswa
terhadap level makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit kelas X. Sabaniati (2009) menyatakan pemahaman
siswa terhadap ketiga level representasi tersebut masih sangat kurang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperoleh gambaran bahwa hampir seluruh
siswa SMA yang diteliti (89%) memiliki pengetahuan level makroskopik, tetapi
tidak ada satupun siswa yang memiliki pemahaman level sub-mikroskopik dan
level simbolik. Selain itu pemahaman siswa SMA pada ketiga level representasi
tersebut tidak terintegrasi secara utuh, sehingga tidak ada satupun siswa SMA
yang memiliki pemahaman yang padu antara ketiga level tersebut. Di sisi lain,
materi larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan materi dasar dan menjadi
fondasi untuk mempelajari materi larutan untuk tingkat yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, konsep-konsep pada materi ini mutlak harus dipahami siswa secara
menyeluruh karena akan terus diimplementasikan pada konsep-konsep kimia
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
Strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit telah dikembangkan oleh Rustini (2009). Strategi pembelajaran yang
dikembangkan oleh Rustini baru sebatas perencanaan dan belum pernah
diujicobakan. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran intertekstual
yang telah dikembangkan tersebut, perlu dilakukan ujicoba melalui implementasi
dalam proses pembelajaran. Dari hasil implementasi strategi pembelajaran
intertekstual akan diketahui bagaimana proses pelaksanaan dari strategi
pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hasil
implementasi tersebut akan digunakan sebagai bahan evaluasi dalam
pengembangan pembelajaran intertekstual pada pembelajaran kimia selanjunya,
khususnya pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Oleh karena itu,
peneliti memilih penelitian tentang implementasi strategi pembelajaran
intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X?”.
Berdasarkan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlaksanaan implementasi strategi pembelajaran intertekstual
pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X?
2. Bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap strategi pembelajaran
intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X?
3. Bagaimana perubahan penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah
implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit kelas X. Penelitian ini akan digunakan sebagai bahan evaluasi dalam
pengembangan strategi pembelajaran intertekstual selanjutnya pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit kelas X.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi
banyak kalangan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran intertekstual
pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.
2. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan
dalam memahami materi kimia khususnya materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit yang didasari dengan tiga level representasi sehingga dapat
memahami materi larutan elektrolit dan nonelektrolit secara lebih baik.
3. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif strategi
pembelajaran untuk menyampaikan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit,
memberikan acuan untuk penggunaan strategi pembelajaran intertektual pada
materi kimia yang lain.
4. Bagi peneliti lain, hasil peneliti lain diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dalam merevisi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit kelas X. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan acuan dalam pengembangan strategi pembelajaran intertektual pada
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
E. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dari istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian, maka peneliti mendeskripsikan istilah-istilah yang
penting sebagai berikut:
1. Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan (KBBI, 2008).
2. Menurut David, J. R (Sanjaya, 2009: 124) strategi diartikan sebagai a plan,
method, or series of activities designed to achieves a particular educational
goal. Berdasarkan pernyataan David tersebut strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu..
3. Strategi pembelajaran intertekstual adalah strategi pembelajaran kimia yang
memberikan pengalaman belajar siswa agar mampu mempertautkan antara
representasi kimia (makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik), pengalaman
hidup sehari-hari dan kejadian di dalam kelas (Wu, 2003: 871).
4. Representasi kimia adalah macam-macam rumus, struktur, dan simbolik
dalam ilmu kimia yang diciptakan dan terus diperbaharui untuk merefleksikan
suatu rekonstruksi teori dan eksperimen kimia (Wu et al., 2001: 823).
Representasi kimia terdiri dari tiga level yaitu level makroskopik, level
submikroskopik, dan level simbolik (Chittleborough et al., 2002: 2).
5. Level makroskopik adalah fenomena yang berhubungan dengan kimia yang
benar-benar dapat diamati, seperti fenomana kimia yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium (Chittleborough et al.,
2002: 2).
6. Level submikroskopik adalah level yang menjelaskan apa yang terjadi pada
level molekuler, seperti elektron, molekul dan atom (Chittleborough et al.,
2002: 2).
7. Level simbolik adalah suatu representasi dari fenomena yang berhubungan
dengan kimia menggunakan media yang bervariasi termasuk di dalamnya
simbol dari atom, molekul, dan senyawa dalam bentuk gambar-gambar,
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
F. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I berisi pendahuluan, bab II
kajian pustaka, bab III metode penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembahasan,
dan bab V kesimpulan dan saran. Bab I berisi uraian tentang pendahuluan dan
merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian,
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Bagian latar belakang menjelaskan alasan masalah tersebut diteliti, pentingnya
masalah tersebut diteliti dan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah
tersebut baik dari sisi teoritis maupun praktis. Bagian rumusan masalah berisi
rumusan dan analisis masalah. Bagian tujuan penelitian berisi hasil yang ingin
dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Bagian manfaat penelitian disajikan
manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bagi peneliti
khususnya, dan bagi pihak-pihak lain, seperti guru, siswa, dan peneliti lain.
Bagian penjelasan istilah, disajikan definisi dari berbagai istilah yang digunakan
pada penelitian. Bagian struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan
penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi.
Bab II menunjukkan kedudukan dari teori yang sedang dikaji dan
kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Pada kajian
pustaka, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan kedudukan
masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang sedang
diteliti. Materi yang dikaji dalam kajian pustaka ini meliputi strategi pembelajaran
intertekstual, representasi kimia, hasil belajar ranah kognitif, dan materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit.
Bab III berisi penjabaran rinci mengenai metode penelitian, termasuk
beberapa komponen antara lain lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,
metode penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan intrumen, teknik
pengumpulan data, dan analisis data.
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal utama,
yaitu analisis data dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan atau analisis
data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
penelitian sesuai dengan desain penelitian. Bagian pembahasan atau analisis
temuan mendiskusikan temuan dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas
dalam bab kajian pustaka.
Bab V berisi kesimpulan dan saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Kesimpulan berisi
jawaban dari pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Saran ditujukan kepada
para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti berikutnya yang berminat
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang sedang mempelajari materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu 30
orang siswa kelas X. Fokus penelitian ini adalah implementasi strategi
pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X,
bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap strategi pembelajaran intertekstual,
dan bagaimana perubahan penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah
implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pre-eksperimen. Metode pre-eksperimen digunakan karena penelitian ini baru sebatas
ujicoba sehingga pada penelitian ini tidak menggunakan kelas kontrol sebagai
pembanding. Desain penelitian yang digunakan pada metode pre-eksperimen ini
adalah One Group Pretest-Postest, yaitu suatu kelompok yang diberikan tes awal
(pretest) kemudian diberikan perlakuan dengan penerapan strategi pembelajaran
intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit setelah itu dilakukan
tes kembali (posttest). Metode penelitian pre-eksperimen dengan desain One
Group Pretest-Postest memiliki pola sebagai berikut :
Gambar 3.1. Desain One Group Pretest-Postest
(Sugiono, 2013: 109)
Keterangan :
O1 : Tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (Pretest)
X : Perlakuan yaitu berupa penerapan strategi pembelajaran intertekstual
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |
O2 : Tes yang dilakukan setelah pembelajaran (Postest)
Berdasarkan desain penelitian yang telah diungkapkan, maka alur
penelitiannya disusun seperti pada Gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian
Keterangan:
SPKLE: Soal Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
PO : Pedoman Observasi
AT : Angket Tanggapan
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |
Alur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan pemilihan materi kimia yang akan
diimplementasikan. Materi yang dipilih adalah materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit yang dipelajari di kelas X semester 2. Materi ini dipilih karena
merupakan materi dasar untuk mempelajari materi larutan yang lebih
kompleks. Setelah materinya ditentukan kemudian dilakukan pengkajian
kesesuaian strategi pembelajaran intertekstual yang sudah dikembangkan pada
penelitian sebelumnya oleh Rustini (2009) dengan melakukan beberapa revisi
terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media.
Pada tahap persiapan dilakukan juga pembuatan instrumen penelitian
yang terdiri dari Soal Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit (SPKLE),
Pedoman Observasi (PO), Angket Tanggapan (AT), dan Pedoman Wawancara
Tanggapan (PWT). Instrumen yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh
dosen jurusan pendidikan kimia. Hasil validasi kemudian direvisi dan
divalidasi kembali.
Strategi pembelajaran yang telah disusun dalam RPP, media
pembelajaran, dan SPKLE kemudian diujicobakan kepada sekelompok siswa
untuk mengetahui kekurangannya. Kemudian dilakukan revisi sebelum pada
pelaksanaan penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi strategi
pembelajaran di sekolah. Langkah pertama yang dilakukan adalah pemberian
pretest dengan menggunakan SPKLE. Pretes ini bertujuan untuk mengetahui
penguasaan konsep siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran. Langkah
selanjutnya adalah mengimplementasikan strategi pembelajaran intertekstual
yang dilakukan berdasarkan RPP yang telah disusun. Selama pembelajaran
berlangsung direkam dan dilakukan obervasi oleh observer dengan
menggunakan PO untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan dari
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |
pembelajaran selesai dilakukan, siswa diberikan postest dengan menggunakan
SPKLE. Selanjutnya wawancara dengan mengacu pada PWT sebagai bahan
pendukung untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan
implementasi strategi pembelajaran intertekstual yang telah dilakukan. Semua
instrumen penelitian meliputi jawaban pretest dan posttest dari SPKLE siswa,
rekaman video dan hasil observasi, dan hasil wawancara dikumpulkan untuk
dianalisis.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi analisis data, pembahasan, dan
kesimpulan. Data rekaman video selama pembelajaran dan hasil observasi
akan dideskripsikan dengan membandingkan keterlaksanaan implementasi
strategi pembelajaran intertekstual dengan RPP yang telah dibuat. Data
tanggapan baik dari guru maupun dari siswa dideskripsikan untuk mengetahui
tanggapan guru dan siswa terhadap keterlaksanaan implementasi strategi
pembelajaran intertekstual. Data hasil pretest dan posttest siswa akan
dibandingkan dan dideskripsikan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
dari strategi pembelajaran intertekstual yang telah diterapkan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Soal Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit (SPKLE)
Soal Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit (SPKLE) ini dalam
bentuk tes tertulis berupa esai. SPKLE ini digunakan untuk pretest dan
posttest. SPKLE diberikan bertujuan untuk mengukur bagaimana penguasaan
konsep siswa sebelum dan sesudah dilakukan implementasi strategi
pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
Konsep yang menjadi pertanyaan dalam SPKLE, yaitu:
a. Pelarutan senyawa ion
b. Pelarutan senyawa kovalen
c. Larutan elektrolit kuat
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |
e. Larutan nonelektrolit
Sebelum SPKLE digunakan dalam penelitian, dilakukan analisis soal
berupa validasi. Validasi yang dilakukan hanya sebatas kesesuaian antara soal
yang akan digunakan dengan indikator pembelajaran. Validasi dilakukan oleh
dosen jurusan pendidikan kimia yang kemudian direvisi sesuai hasil validasi.
Selain itu SPKLE diujicobakan kepada sekelompok siswa untuk mengetahui
keterbacaan dan kemudahan bahasa yang digunakan dalam soal untuk siswa
pahami. Dari hasil uji coba dilakukan revisi terhadap soal-soal yang dianggap
masih sulit untuk siswa pahami.
2. Pedoman Wawancara Tanggapan (PWT)
Pedoman Wawancara Tanggapan (PWT) berisi sejumlah pertanyaan
tentang tanggapan terhadap keterlaksanaan implementasi strategi
pembelajaran intertekstual. PWT ini ditujukan kepada guru dan perwakilan
siswa. PWT ini ditujukan untuk mengungkap tanggapan siswa yang tidak
terungkap dari AT dan menggungkap tanggapan guru yang tidak terungkap
dari PO.
3. Angket Tanggapan (AT)
Angket Tanggapan (AT) berisi sejumlah pertanyaan atau penyataan
yang harus dijawab oleh siswa. AT yang digunakan adalah jenis angket
tertutup. Angket tertutup berisi pertanyaan atau penyataan-pernyataan yang
telah memiliki alternatif jawaban yang harus dipilih oleh siswa. Angket
digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa terhadap
pembelajaran dengan strategi pembelajaran intertekstual. Validasi isi dan
kejelasan bahasa dalam angket dilakukan berdasarkan pertimbangan dosen
pendidikan kimia.
4. Pedoman Observasi (PO)
Pedoman Observaasi (PO) terdiri dari dua bagian, yaitu lembar
observasi dan rekaman video. Lembar Observasi merupakan salah satu
sumber data yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung. Lembar
observasi berisi pertanyaan-pertanyaan seputar pelaksanaan dari
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |
implementasi strategi pembelajaran intertekstual. Selain itu, pedoman
observasi juga berupa rekaman video selama pembelajaran berlangsung
digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa
selama proses pembelajaran.
D. Teknik Pengumpulan Data
Deskripsi keterlaksanaan implementasi strategi pembelajaran diperoleh
melalui rekaman video dan hasil observasi selama proses pembelajaran yang
mengacu pada PO. Tanggapan terhadap pelaksanaan implementasi strategi
pembelajaran intertekstual ini diperoleh melalui data PWT baik dari guru maupun
dari perwakilan siswa dan AT dari seluruh siswa. Untuk melihat bagaimana
penguasaan konsep siswa dari implementasi strategi pembelajaran intertekstual
diperoleh dari hasil pretest dan posttest dengan menggunakan SPKLE. Pretest
dilakukan pada bagian awal sebelum dilaksanakan pembelajaran, sedangkan
posttest diberikan setelah dilakukannya pembelajaran.
E. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan tidak menggunakan uji statistik tetapi dengan
analisis deskriptif. Creswell (2009) menyatakan pada penelitian kuantitatif dapat
digunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan hasil penelitian dengan jelas.
Menurut Wiersma (2009: 381) dalam analisis deskriptif dapat diperoleh gambaran
secara umum dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya.
1. Soal Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit (SPKLE)
Sebelum menganalisis hasil tes tertulis berupa SPKLE siswa, terlebih
dahulu menentukan kedudukan siswa dalam kelompok berdasarkan nilai
sehari-hari siswa dalam ulangan sehari-harian kimia sebelum materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit. Kedudukan siswa dalam kelompok ditentukan dengan
menggunakan distribusi normal. Siswa diurutkan berdasarkan nilai rata-rata
ulangan harian dari yang mempunyai nilai rata-rata tertinggi sampai yang
mempunyai nilai rata-rata terendah. 25% teratas dikelompokkan menjadi
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |
sebagai kelompok sedang (Firman, 2000: 62). Setelah semua siswa
dikelompokkan, selanjutnya menganalisis jawaban kelompok siswa untuk setiap
konsep. Kemudian dibandingkan antara jawaban kelompok pada saat pretest
maupun posttest. Dideskripsikan konsep mana sajakah yang telah dikuasai siswa
sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran, kemudian dianalisis
dibandingkan manakah dalam pembelajaran yang masih membutuhkan penekanan
agar meningkatkan penguasaan konsep siswa.
2. Pedoman Wawancara Tanggapan (PWT)
Data PWT berisi tanggapan guru dan perwakilan siswa terhadap
keterlaksanaan implementasi strategi pembelajaran intertekstual. PWT merupakan
data pendukung terhadap AT dari siswa dan PO dari guru. Setiap tanggapan guru
dan siswa dideskripsikan secara jelas.
3. Angket Tanggapan (AT)
Data AT diolah dengan menggunakan skala Likert, untuk pernyataan
positif SS, S, N, TS, dan STS berturut-turut 5,4,3,2,1. Untuk pernyataan negatif
SS, S, N, TS, dan STS berturut-turut 1,2,3,4,5. Setelah data diperoleh, skor
rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap kondisi dihitung kemudian
dikategorikan sesuai dengan skor rata-rata masing-masing seperti pada Tabel 3.1.
Hasil pengolahan AT dideskripsikan bagaimana tanggapan siswa terhadap strategi
pembelajaran intertekstual yang telah diterapkan baik dari sisi konten kimia,
proses pembelajaran, maupun dari sisi alat dan media pendukung pembelajaran
Tabel 3.1 Kategori Tanggapan
Skor Rata-rata Kategori 4,50-5,00 Sangat baik
3,50-4,49 Baik
2,50-3,49 Cukup Baik
1,50-2,49 Kurang Baik
1,00-1,49 Tidak Baik
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |
4. Pedoman Observasi (PO)
Data observasi berupa lembar observasi dan rekaman video. Data tersebut
digunakan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan dari implementasi strategi
pembelajaran intertekstual. Pembelajaran dideskripsikan perkonsep yang
dipelajari siswa. Semua kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang implementasi strategi
pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolitkelas X,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit
dan nonelektrolit terlaksana sesuai dengan perencanaan. Pada pembelajaran,
setiap konsep disampaikan dalam tiga level representasi kimia. Tiga level
representasi tersebut yaitu level makroskopik, level sub-mikroskopik, dan
level simbolik. Selain itu, pembelajaran mengaitkan diantara ketiga level
representasi tersebut. Level makroskopik dimunculkan melalui demonstrasi
dan praktikum. Level sub-mikroskopik disajikan melalui video animasi
gambaran partikel-partikel dalam larutan. Level simbolik disajikan berupa
persamaan reaksi disosiasi. Ketiga level representasi tersebut kemudian saling
dipertautkan.
2. Tanggapan guru dan siswa terhadap implementasi strategi pembelajaran
intertekstual termasuk kategori baik. Menurut guru strategi pembelajaran
intertekstual ini variatif dan membahas materi kimia secara lebih mendalam
karena mengkajinya dari tiga level, yaitu level makroskopik, level
submikroskopik, dan level simbolik. Level sub-mikroskopik yang turut dikaji
dalam pembelajaran intertekstual dapat memecahkan kesulitan siswa dalam
memahami materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Tanggapan siswa
mengenai strategi pembelajaran intertekstual pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu kemudahan dalam menguasai
konsep, ketertarikan pada pembelajaran, dan tanggapan terhadap media
pembelajaran. Tanggapan siswa terhadap ketiga bagian tersebut termasuk
kategori baik. Menurut siswa pembelajaran melalui praktikum, mempermudah
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu |
dari larutan, membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret, siswa pun
lebih mudah dalam memahami setiap konsep.
3. Setelah proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran intertekstual terjadi
perubahan penguasaan konsep pada ketiga kelompok siswa pada materi
larutan elektrolit dan nonelektrolit kearah yang lebih baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan
beberapa hal sebagai bahan perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Saran yang
diajukan peneliti sebagai berikut.
1. Konsep prasyarat yang akan digunakan pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit sebaiknya telah dikuasai oleh siswa.
2. Dari segi media, sebaiknya pergerakan animasinya tidak terlalu cepat agar
siswa bisa mengamati dengan benar level sub-mikroskopiknya.
3. Pada lembar observasi keterlaksanaan sebaiknya ditambahkan dengan
rubric-rubrik yang dapat menilai kriteria dari keterlaksanaannya.
4. Pada penelitian implementasi strategi pembelajaran intertekstual ini baru
melihat bagaimana perubahan penguasaan konsep siswa. Pada penelitian
selanjutnya sebaiknya diteliti juga bagaimana pengaruhnya terhadap
faktor-faktor pembelajaran yang lain. Faktor-faktor-faktor tersebut seperti motivasi siswa,
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Al-Balushi et al. (2012). “Omani Twelfth Grade Students’ Most Common Misconceptions in Chemistry. Science Educational International. 23, (3), 221-240.
Allen, G. (2000). Intertextuality. London: Routledge.
Anderson dan David. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing:
A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman.
Chang, R. (2010). Chemistry 10th Edition. New York: The McGraw-Hill.
Chittleborough, G.D. (2004). The Role of Teaching Models and Chemical
Representations in Developing Student’s Mental Models of Chemical Phenomena. Tesis Doctor pada Curtin University of Technology.
Chittleborough. G. D. et al. (2002). “Constraints to The Development of First Year University Chemistry Students’ Mental Models of Chemical
Phenomena”. Makalah pada Teaching and Learning Forum, Curtin
University of Technology.
Creswell. (2009). Educational Research Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall.
Dahar. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Dori, Y. J. dan Hameiri, M. (2003). “Multidimensional Analysis System for Quantitative Chemistry Problems: Symbol, Macro, Micro, and Process Aspects”. Journal of Research in Science Teaching, 40, (3), 278-302.
Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Hamzah, H. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
Keller, J. M. (1987). “Development and Use of The ARCS Model of Motivational Design”. Journal of Instructional Development, 10, (3), 2-10.
Krathwohl, D. (2002). “A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview”. Theory into Practice. 41, (4), 212-218.
Lemay, et al. (2009). Chemistry The Central Science 12th Edition. Boston: Pearson Prentice.
Makmun, A. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyani dan Hendrawan. (2003). Kimia Fisika II. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia.
Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Rustini, E. (2009). Pengembangan Strategi Pembelajaran Intertekstual Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit SMA Kelas X. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sabaniati, A. (2009). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik Siswa SMA pada Materi Pokok Larutan elektrolit dan Non Elektrolit. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sirhan. G. (2007). “Learning Difficulties in Chemistry: An Overview”. Journal of
Turkish Science Education. 4, (2), 1-20.
Sugiono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sunhaji. (2008). “Strategi Pembelajaran: Konsep dan Aplikasi”. Jurnal Pemikiran
Alternatif Pendidikan, 13, (4), 474-492.
Treagust, et al. (2003). “The Role of Submicroscopic and Symbolic
Representation in Chemical Explanations”. International Journal of
Science Education. 25, (11), 1353-1368.
Tim Redaksi KBBI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Arin Ardiani, 2014
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X
Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu| | perpustakaan.upi.edu
Whitten, et al. (2004). General Chemistry Seventh Edition. USA: Thomson Brooks.
Wiersma, W dan Stephen G.J. (2009). Research and Methods in Education, Ninth Edition. Boston: Pearson Education, Inc.
Wu, H.K. (2003). ”Linking The Microscopic View of Chemistry to Real Life Experiences:Intertextuality in A High-School Science Classroom”. Journal Science Education. 87, 868-891.