• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD BERBANTUAN WINGEOM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD BERBANTUAN WINGEOM."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

i

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD

BERBANTUAN WINGEOM

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

ARCAT 1101164

(2)

ii

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD BERBANTUAN

WINGEOM

Oleh ARCAT

S.Pd Universitas Riau Pekanbaru, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Arcat, 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

iii

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD

BERBANTUAN WINGEOM

Oleh:

Arcat 1101164

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Kusnandi, M.Si.

Pembimbing II

Dr. Stanly Dewanto, M.Pd.

Mengetahui:

(4)

iv

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(5)

vii

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Arcat. (2013). Improved Spatial Ability and Self-Efficacy Junior High School Students Through Cooperative Model STAD Wingeom Assisted.

This research will be revealed differences increase in spatial ability and self-efficacy among students who obtain STAD cooperative learning models aided by Wingeom with students who obtain conventional learning. The study was quasi-experimental. The samples in this study were eighth grade students from two classes at one of public secondary school in West Bandung district. The research instrument consists of a set of tests of spatial ability, self-efficacy questionnaire scales, and observation sheets. The study design used Non Equivalent Control Group Design. Both classes were given pretest and posttest on spatial ability. At the end of the meeting, both classes were given questionnaires in the form of student self-efficacy scale. Research hypotheses were tested through parametric test (t-test) and non-parametric tests (Mann-Whitney test). The results showed that an increase in spatial ability and self-efficacy of students who obtain STAD cooperative learning models aided by Wingeom better than students who obtain conventional teaching

(6)

viii

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...8

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Definisi Operasional ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Spasial Matematis ...11

B. Self-Efficacy ... 13

C. Model Pembelajaran Kooperatif ...20

D. Program Wingeom ...27

E. Pembalajaran Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom ...29

F. Penelitian yang Relevan ...35

G. Pembelajaran Konvensional ...37

H. Hipotesis Penelitian ...38

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...39

B. Populasi dan Sampel Penelitian ...39

C. Variabel Penelitian ...40

D. Instrumen Penelitian ...40

1. Tes Kemampuan Spasial Matematis ...40

2. Skala Self-Efficacy Siswa ...41

3. Teknik Analisis Instrumen ...42

E. Prosedur Penelitian ...47

F. Teknik Pengumpulan Data ...48

G. Teknik Pengolahan Data ...49

1. Teknik Analisis Data Kuantitatif ...49

2. Teknik Analisis Data Skala Self-Efficacy ...51

(7)

ix

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Analisis Hasil Pengolahan Data Kuantitatif ...54

a. Analisis Pretes Kemampuan Spasial Matematis (KSM) ... 55

1) Uji Normalitas Pretes KSM ...56

2) Uji Perbedaan Rata-rata Pretes KSM ...57

b. Analisis Postes Kemampuan Spasial Matematis ...57

1) Uji Normalitas Postes SKM ...58

2) Uji Perbedaan Rata-rata postes KSM ...59

c. Analisis N-gain Kemampuan Spasial Matematis ...60

1) Uji Normalitas N-gain ...61

2) Uji Perbedaan Rata-rata N-gain KSM ...62

2. Analisis Hasil Pengolahan Data Kualitatif ...63

a. Analisis Angket Skala Self-efficacy Siswa ...63

1) Analisis Deskriptif Skala Self-efficacy ...64

2) Analisis Inferensial Skor Self-efficacy Siswa ... 66

a) Uji Normalitas Self-efficacy ...67

b) Uji Homogenitas Self-efficacy ...68

c) Uji Perbedaan rata-rata self-efficacy ...69

b. Lembar Observasi ...70

B. Pembahasan 1. Kemampuan Spasial Matematis ...72

2. Self-Efficacy ...75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...77

B. Implikasi ...77

C. Saran ...78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN: LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN ...86

LAMPIRAN B: ANALISI HASIL UJI COBA ...148

(8)

x

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Umum ... 22

Tabel 2.2 Konversi Skor Perkembangan Poin Kemajuan ... 26

Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 27

Tabel 2.4 Nilai Perkembangan Individu ... 33

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisian Validitas ... 44

Tabel 3.2 Interpretasi Uji Validitas Tes Spasial Matematis ... 45

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 46

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 47

Tabel 3.5 Interpretasi Uji Daya Pembeda Tes Spasial Matematis ... 47

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran ... 48

Tabel 3.7 Interpretasi Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Spasial Matematis ... 48

Tabel 3.8 Klasifikasi N-gain ... 52

Tabel 4.1 Statistik deskriptif kemampuan spasial matematis siswa ... 55

Tabel 4.2 Rata-rata Skor Pretes KSM ... 56

Tabel 4.3 Uji Normalitas Skor Pretes ... 57

Tabel 4.4 Uji Perbedaan Rata-Rata Skor Pretes KSM ... 58

Tabel 4.5 Rata-rata Data Postes KSM ... 59

Tabel 4.6 Uji Normalitas Postes ... 60

Tabel 4.7 Uji Kesamaan Rata-Rata Postes KSM... 61

Tabel 4.8 Rata-rata dan Klasifikasi N-gain KSM ... 62

Tabel 4.9 Uji Normalitas N-gain ... 63

Tabel 4.10 Uji Kesamaan Rata-rata N-gain KSM ... 64

Tabel 4.11 Analisis Perbedaan Rata-Rata Data Skor Self-Efficacy ... 67

Tabel 4.12 Rata-rataDataAngket Self-Efficacy ... 68

Tabel 4.13 Uji Normalitas Self-Efficacy ... 69

Tabel 4.14 Uji Hogenitas Self-Efficacy ... 70

(9)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika sangat dibutuhkan dalam kehidupan, karena hampir dalam

setiap aktivitas sehari-hari, disadari atau tidak kita pasti menggunakan

matematika. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur lagi. Matematika

membekali peserta didik untuk mempunyai kemampuan berfikir logis, analitis,

sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Sebagai contoh

kehidupan sehari-hari penggunaan matematika dalam perdagangan menghitung

jumlah yang harus dibayar sipembeli dan berapa yang harus dikembalikan. Oleh

karena itu, matematika menjadi salah satu pelajaran terpenting yang harus

dikuasai oleh setiap orang yang ingin meraih sukses dalam kehidupannya.

Namun keadaan Indonesia saat ini, kemampuan berpikir matematis siswa

masih tergolong rendah. Kenyataan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur

adalah data hasil studi internasional yang dilakukan oleh Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student

Assesment (PISA).

Trends in International Mathematics and Science Study(TIMSS) adalah

studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah lanjutan

tingkat pertama. Studi ini dikoordinasikan oleh The International Association for

the Evaluation of Educational Achievement(IEA), prestasi matematika siswa kelas

VIII Indonesia yang diambil sampel berada pada urutan ke-36 dari 49 negara yang

ikut berpartisipasi. Nilai rerata Indonesia berada di bawah rerata internasional,

Indonesia hanya memperoleh nilai rerata 397 sedangkan nilai rerata internasional

yaitu 500 (Puspendik 2012). Selama keikutsertaan Indonesia dalam TIMSS,

peringkat belajar matematika siswa Indonesia yang diambil sampel tidak ada

perubahan yang signifikan dan selalau berada di bawah, tahun 1999 berada pada

urutan ke-34 dari 38 negara, tahun 2003 berada pada urutan ke-35 dari 46 negara,

(10)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Laporan hasil studi PISA tidak berbeda jauh dengan TIMSS. Programme

for International Student Assessment(PISA) adalah studi internasional tentang

prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15

tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh Organisation for Economic Cooperation

and Development(OECD), pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa ranking

matematika siswa di Indonesia yang diambil sebagai sampel berada pada

peringkat ke-61 dari 65 negara yang ikut berpartisipasi. Skor rerata matematis

internasional yaitu 500, sedangkan Indonesia hanya mampu memperoleh skor

rerata 371 (Puspendik 2012). Selama keikut sertaan Indonesia dalam PISA selalau

berada pada ranking 10 terbawah.

Domain konten soal yang diteskan PISA kepada siswa di Indonesia salah

satunya adalah geometri. Sub-sub komponen konten yang diteskan yaitu

perubahan dan keterkaitan, ruang dan bentuk, kuantitas, ketidakpastian dan data.

Di bawah ini adalah contoh soal yang telah diteskan studi PISA kepada siswa

akhir pendidikan dasar atau berusia 15 tahun (Wardhani dan Rumiati, 2011).

Berdasarkan analisis hasil studi PISA menyatakan bahwa masih ada siswa

Indonesia yang kesulitan dalam menyelesaikan soal di atas. Beberapa siswa

Indonesia yang mampu menyelesaikan soal tersebut yaitu 33,4%, sisanya

menjawab salah. Hal ini memperlihatkan rendahnya kemampuan spasial siswa

dalam geometri, yang sangat diperlukan untuk memahami geometri.

Studi dari Guay & McDaniel (1977) menemukan bahwa kemampuan spasial

mempunyai hubungan positif dengan matematika pada anak usia sekolah. Studi

dari Shermann (1980) juga menemukan bahwa matematika dan berpikir spasial

mempunyai korelasi yang positif pada anak usia sekolah, baik pada kemampuan

(11)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengemukakan bahwa setiap siswa harus berusaha mengembangkan kemampuan

dan penginderaan spasialnya yang sangat berguna dalam memahami relasi dan

sifat-sifat dalam geometri untuk memecahkan masalah matematika dan masalah

dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Academy of Science mengungkapkan

bahwa hal tersebut diperkuat dengan persepsi dari suatu objek atau gambar dapat

dipengaruhi secara ekstrim oleh orientasi objek tersebut, sehingga dapat

mengenali suatu objek/gambar dengan tepat diperlukan kemampuan spasial.

Rendahnya kemampuan spasial siswa Indonesia tersebut disebabkan

berbagai faktor. Diantaranya adalah karena karakteristik matematika yang abstrak.

Kariadinata (2010) mengemukakan bahwa, banyak persoalan geomerti yang

memerlukan visualisasi dalam pemecahan masalah dan pada umumnya siswa

merasa kesulitan dalam mengkonstruksi bangun ruang geometri.

Selain temuan Kariadinata di atas, ada beberapa fakta dilapangan yang

ditemukan dalam beberapa penelitian lain yang menyatakan secara tidak langsung

bahwa kemampuan spasial siswa masih rendah dan perlu untuk ditingkatkan. Hal

ini ditunjukkan oleh beberapa penelitian diantaranya hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sudarman (Abdussakir, 2009) yang menemukan bahwa masih

banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri, mulai tingkat

dasar sampai perguruan tinggi. Secara tersirat temuan tersebut menunjukkan siswa

SMP kesulitan dalam belajar geometri termasuk bangun ruang yang ada didalam

materi SMP. Selain itu, Gumilar (2012) menyatakan bahwa masih banyak siswa

yang mengalami kesulitan dalam memahami geometri, terutama geometri ruang

yang merupakan materi matematika yang tidak disukai oleh siswa.

Lebih lanjut, Markaban (Suwaji, 2008) mengemukakan bahwa dari hasil

Training Need Assessment (TNA) Calon Peserta Diklat Guru Matematika SMP

yang dilaksanakan PPPPTK Matematika tahun 2007 dengan sampel sebanyak 268

guru SMP dari 15 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa untuk materi luas

selimut, volume tabung, kerucut, dan bola sangat diperlukan oleh guru, 48,1%

(12)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan volume balok, kubus, prisma serta limas, 43,7 % guru menyatakan sangat

memerlukan. Sedangkan untuk materi; sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas

serta bagian-bagiannya; pembuatan jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas;

unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola. Guru menyatakan memerlukan, dengan

persentase berturut-turut 48,1%, 48,1%, dan 45,9%. Secara tidak langsung hal ini

menggambarkan bahwa siswa SMP membutuhkan peningkatan kemampuan

spasial.

Selain kemampuan spasial siswa, terdapat aspek psikologis yang turut

memberikan kontribusi terhadap keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan

tugas dengan baik. Aspek psikologis tersebut adalah self-efficacy. Wilson & Janes

(2008) menyatakan bahwa self-efficacy merupakan salah satu faktor penting

dalam menentukan prestasi matematika seseorang.

Banyak peneliti melaporkan bahwa self-efficacy siswa berkorelasi dengan

konstruksi motivasi, kinerja dan prestasi siswa. Diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Betz dan Hacket pada tahun 1983 (Pajares, 2002:11)

melaporkan bahwa dengan self-efficacy yang tinggi, pada umumnya seorang siswa

akan lebih mudah dan berhasil melampaui latihan-latihan matematika yang

diberikan kepadanya, sehingga hasil akhir dari pembelajaran tersebut yang

tercermin dalam prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih tinggi

dibandingkan siswa yang memiliki self-efficacy rendah. Selain itu menurut Hacket

ditahun 1985 dan Reyes tahun 1984 (Pajares, 2002:10), self-efficacy juga dapat

membuat seseorang lebih mudah dan lebih merasa mampu untuk mengerjakan

soal-soal matematika yang dihadapinya, bahkan soal matematika yang lebih rumit

atau spesifik sekalipun.

Tidak jauh berbeda penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh

Mahardikawati (2011) terhadap siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja

kabupaten Sukabumi, yang menyatakan terdapat hubungan positif yang signifikan

antara efikasi diri (self-efficacy) dengan prestasi belajar siswa. Demikian juga

(13)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

salah satu faktor pencapai prestasi siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa

self-efficacy yang dimiliki siswa berkaitan dengan prestasi yang dicapainya. Semakin

tinggi self-efficacy yang dimiliki siswa semakin tinggi pula prestasi belajar yang

dicapainya, begitu juga sebaliknya semakin rendah self-efficacy siswa semakin

rendah pula prestasi belajar yang dicapainya.

Namun temuan di lapangan menunjukkan masih rendahnya self-efficacy

siswa, diantaranya yang diungkapkan oleh Ruseffendi (1991) bahwa “terdapat

banyak orang yang setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak

yang tidak dipahaminya, bahkan banyak konsep yang dipahami secara keliru.

Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan banyak

memperdayakan”. Dari temuan adanya siswa yang mengganggap matematika sukar dan ruwet tersebut, secara tersirat dapat diartikan bahwa kepercayaan diri

siswa akan kemampuannya (self-efficacy) untuk menghadapi matematika masih

rendah.

Selain temuan di atas, fakta di lapangan yang sering dijumpai guru-guru

dalam mengajar adalah ketidakmauan siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada

guru dan menjawab pertanyaan guru. Ketidakmauan siswa tersebut di latar

belakangi karena siswa tidak percaya akan kemampuannya untuk menjawab

dengan benar pertanyaan guru. Juga ketidakpercayaan siswa akan kebenaran

pertanyaan yang diajukan kepada guru.

Upaya memvisualisasikan ide-ide matematika agar matematika bisa

benar-benar dipahami oleh siswa, khususnya pada materi geometri dibutuhkan suatu

strategi pembelajaran yang lebih inovatif. Diantaranya adalah media inovatif

dengan pemanfaatan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran. Adanya TIK ini dapat

memberikan nuansa baru untuk mendorong proses pembelajaran matematika yang

lebih baik.

Menurut Wepner (Kusuma, 2003) ada enam keunggulan komputer dalam

(14)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seperti lazimnya manusia; (2) Mampu memotivasi siswa dengan pujian yang

dirancang khusus; (3) Memberi kesempatan bereksperimen tanpa dihantui

kekuatiran akan kerusakan yang bisa terjadi; (4) Tidak diskriminatif; (5) Memberi

siswa ketrampilan yang berharga untuk masa depannya, (6) Mempercepat proses

perhitungan yang secara manual sangat lama waktu menyelesaiannya, atau bahkan

tidak mungkin sama sekali.

Demikian juga yang dinyatakan oleh Glass (Kusuma, 2003) bahwa banyak

sekali kontribusi nyata yang dapat dipersembahkan komputer bagi kemajuan

pendidikan, khususnya pembelajaran matematika. Komputer dapat dimanfaatkan

untuk mengatasi perbedaan invidual siswa; mengajarkan konsep; melaksanakan

perhitungan dan menstimulir belajar siswa. Hal ini memperlihatkan bahwa

penerapan pembelajaran matematika melalui media komputer akan lebih

menyenangkan dan lebih bermakna bagi siswa. Selain itu, pembelajaran melalui

media komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif untuk

mengoptimalkan kemampuan matematika, meskipun setiap siswa memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap suatu materi yang diajarkan.

Komputer dan software merupakan sarana yang bermanfaat untuk

mengembangkan bahan ajar, untuk meningkatkan kualitas presentasi sehingga

memperjelas penyampaian materi, membantu proses perhitungan yang sulit

dilakukan secara manual, membantu menginterpretasikan suatu formula atau

konsep dalam matematika, dan lain-lain. Menurut Fey dan Heid (Kusuma, 2008)

penggunaan software komputer untuk kegiatan pembelajaran sangat tidak terbatas,

beberapa software komputer dapat memberikan pengalaman dan mengonstruksi

bangun-bangun geometri, melatih kemampuan tilikan ruang, dan melatih

keterampilan memecahkan masalah. Ada banyak software yang telah dibuat

secara khusus untuk membantu pembelajaran matematika, diantaranya Maple,

Matlab, Winplot, Wingeom,Winstat, Winmat dll.

Peragaan tentang visualisasi sangatlah penting dalam pembelajaran

(15)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dirancang untuk menyampaikan konsep-konsep geometri, sehingga

pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka dengan guru dan

tekonologi sangatlah efektif (Kariadinata, 2010). Salah satu dynamic mathematics

software yang dapat dijadikan media pembelajaran pada pembelajaran geometri

adalah Wingeom. Pembelajaran dengan Wingeom dapat membantu siswa

memvisualisasikan bentuk geometri dimensi dua maupun dimensi tiga yang

abstrak menjadi lebih konkret, sehingga siswa dapat lebih memahami konsep dan

mencitrakannya dalam pikiran untuk melatih kemampuan spasial.

Selain hal di atas, keberhasilan siswa tidak terlepas dari implementasi model

pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika. Karena itu pemilihan

metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna

tercapainya iklim pembelajaran aktif dan bermakna adalah tututan yang mesti

dipenuhi oleh para guru. Widayati (2012) menyatakan bahwa kualitas dan

keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan

guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan

materi pelajaran adalah model kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Divisions (STAD). Kooperatif STAD terdiri dari empat langkah utama yaitu:

presentasi kelas, kerja kelompok, kuis individu dan penghargaan.

Adapun kontribusi pembelajaran kooperatif STAD terhadap kemampuan

spasial matematis siswa secara tidak langsung terlihat atau tidak secara gamblang,

sebagaimana STAD terhadap kemampuan komunikasi siswa. Secara tidak

langsung kooperatif STAD tetap memberikan kontribusi terhadap kemampuan

spasial matematis siswa. Hal tersebut dapat dipahami dari salah satu langkah

STAD yaitu kerja kelompok, dengan adanya kerja kelompok pada STAD ini

membuat siswa aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Aktif dan terlibat

langsungnya siswa dalam proses pembelajaran menjadikan kemampuan matematis

(16)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran koopertif STAD berkontribusi terhadap

kemampuan spasial siswa namun tidak secara langsung.

Selain itu secara tidak langsung juga, kontribusi STAD terhadap

perkembangan kemampuan spasial matematis siswa dapat dilihat dari langkah

STAD yaitu langkah pemberian penghargaan kelompok. Adapun kontribusi

STAD yang disumbangkan berupa motivasi. Termotivasinya siswa untuk belajar

menyebabkan siswa akan berusaha belajar dengan baik, sehingga kemampuan

matematis siswa dapat berkembang termasuk kemampuan spasial matematis

siswa. Berdasarkan hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa STAD berkontribusi

terhadap kemampuan spasial matematis siswa.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas penulis mencoba

mengajukan sebuah studi penelitian untuk meningkatkan kemampuan spasial dan

self-efficacy siswa SMP melalui model kooperatif STAD berbantuan Wingeom.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatana kemampuan spasial matematis siswa yang mendapat

pembelajaran matematika melalui model kooperatif STAD berbantuan

Wingeom lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran

konvensional?

2. Apakah self-efficacy siswa yang mendapat pembelajaran matematika

melalui model kooperatif STAD berbantuan Wingeom lebih baik daripada

siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

(17)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Peningkatan kemampuan spasial matematis siswa yang mendapat

pembelajaran matematika melalui model kooperatif STAD berbantuan

Wingeom dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Self-efficacy siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui

model kooperatif STAD berbantuan Wingeom dibandingkan siswa yang

mendapat pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu alternatif pembelajaran

yang berarti bagi guru, calon guru, siswa, dan sekolah. Untuk lebih jelasnya

diharapkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, dapat menjadi ide dan inspirasi dalam memperluas pengetahuan

dan wawasan mengenai alternatif pembelajaran matematika dalam upaya

meningkatkan kemampuan spasial matematis dan self-efficacy siswa.

2. Bagi siswa, pembelajaran kooperatif STAD dapat menarik rasa

keingintahuan siswa untuk berfikir kritis, kreatif, inovatif, dan sikap

sportif dalam memahami matematika.

3. Bagi para calon guru. Sebagai bahan masukan untuk lebih mengetahui

alternatif-alternatif model mengajar dalam usaha meningkatkan prestasi

belajar siswa.

4. Bagi peneliti bidang sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

salah satu dasar dan masukan untuk melakukan pengembangan dalam

penelitian-penelitian selanjutnya.

E. Definisi Operasional

Dalam rangka memperoleh persamaan persepsi dan menghindarkan

penafsiran yang berbeda dari beberapa istilah dalam penelitian ini, maka perlu di

perjelas istilah-istilah yang digunakan, yaitu:

(18)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran dimana siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari empat sampai lima orang dengan struktur

kelompok yang heterogen.

2. Student Team-Achievement Divisions (STAD) berbantuan Wingeom adalah

salah satu tipe model kooperatif paling sederhana dengan menggunakan

bantuan software Wingeom, menekankan kerja sama kelompok, untuk

mencapai penghargaan terbaik yang diberikan kepada setiap kelompok,

diperoleh berdasarkan skor kemajuan individu dari nilai masing-masing

siswa pada setiap kuis. STAD terdiri dari 4 langkah utama presentasi

kelas, kerja tim, kuis dan penghargaan kelompok

3. Kemampuan spasial adalah kemampuan siswa untuk membayangkan

bentuk atau posisi suatu objek geometri yang dipandang dari sudut

pandang tertentu, menyatakan kedudukan antar unsur-unsur suatu bangun

ruang, mengkonstruksi dan merepresentasikan model-model geometri

yang digambar pada bidang datar dan, menduga dan menentukan ukuran

yang sebenarnya dari stimulus visual suatu objek.

4. Self-efficacy yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keyakinan

seseorang terhadap kemampuannya melakukan tindakan-tindakan yang

diperlukan untuk menyelesaikan soal yang melibatkan kemampuan spasial

matematis dengan berhasil. Self-efficacy yang diukur dalam penelitian ini

berdasarkan karakteristik yaitu percayapada kemampuan sendiri, bertindak

mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif,

dan berani mengungkapkan pendapat.

5. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, diawali dengan guru

menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat

penjelasan yang disampaikan guru, kemudian siswa mengerjakan latihan,

(19)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Terlihat dari judul penelitian ini akan dilakukan secara experiment. Dimana

penelitian eksperimen mengambil sampel secara acak murni, namun pada

pelaksanaan penelitian ini tidak memungkinkan melakukan pengambilan sampel

secara acak murni. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan desain quasi

experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu

kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang

pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif STAD berbantuan

Wingeom dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok siswa yang

pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian

untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan spasial matematis siswa

terhadap pembelajaran matematika dilakukan penelitian dengan desain penelitian

sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Keterangan:

O : Pretes atau Postes

X : Pembelajaran Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

: Subjek tidak dikelompokkan secara acak

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

kelompok control non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005: 52). Pada desain ini, subjek

tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek

seadanya.

(20)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 3 Lembang

tahun ajaran 2013/2014 semester genap. Pengambil populasi tersebut dikarenakan

beberapa pertimbangan diantaranya: (1) letaknya berdekatan dan memudahkan

untuk dijangkau, (2) memudahkan prosedur administratif yang relatif mudah, dan

(3) memiliki ketersediaan sarana dan prasarana yang relatif lengkap. Pengambilan

sampel dilakukan teknik purvosive sampling, dikarenakan tidak memungkinkan

untuk pengambilan sampel secara acak murni.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi,

dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Penelitian ini melibatkan tiga jenis

variabel: variabel bebas, yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan

wingeom dan pembelajaran konvensional; variabel terikat, yaitu kemampuan

spasial dan self-efficacy.

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan dua jenis

instrumen, yaitu tes dan non tes. Instrumen tes dibuat untuk mengumpulkan data

guna mengetahui dan membandingkan kemampuan spasial siswa sebelum dan

sesudah menggunakan model kooperatif tipe STAD berbantuan Wingeom. Bentuk

dari instrumen yang akan digunakan adalah berbentuk uraian karena dengan

bentuk ini kemampuan spasial siswa dapat terlihat. Sedangkan instrumen dalam

bentuk non tes yaitu skala self-efficacy siswa. Berikut ini merupakan uraian dari

masing-masing instrumen yang digunakan.

1. Tes Kemampuan Spasial Matematis

Tujuan penyusunan tes spasial matematis adalah untuk mengetahui

kemampuan spasial matematis siswa. Tes tersebut berupa soal uraian, disusun

berdasarkan indikator spasial matematis yang hendak diukur. Penyusunan tes

(21)

kisi-Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kisi yang telah disusun disertai dengan kunci jawaban, dan dilengkapi dengan

pedoman pemberian skor tiap butir soal.

Sebelum tes dijadikan instrumen penelitian, tes tersebut diukur validitas

muka terkait dengan kejelasan bahasa atau redaksional, kejelasan gambar atau

representasi dan validitas isi terkait dengan materi pokok yang akan diberikan dan

tujuan yang ingin dicapai serta aspek kemampuan yang diukur. Validitas muka

dan validitas ukur diuji oleh ahli (expert) dalam hal ini dosen pembimbing dan

rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika (SPs) UPI.

Langkah selanjutnya adalah uji coba instrumen tes kepada siswa di SMP

yang akan menjadi tempat penelitian atau di SMP lain dengan kriteria yang mirip,

tetapi pada jenjang kelas yang lebih tinggi dari kelas yang akan dilakukan

penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah instrumen tes yang

diberikan memenuhi kriteria sebagai alat ukur yang baik. Kriteria tersebut

diantaranya adalah validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

2. Skala Self-Efficacy Siswa

Skala self-efficacy digunakan untuk mengukur keyakinan siswa terhadap

kemampuannya melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk

menyelesaikan soal yang melibatkan kemampuan spasial matematis dengan

berhasil. Keyakinan tersebut mencakup empat karakteristik yaitu percaya pada

kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki

konsep diri yang positif, dan berani mengungkapkan pendapat. Keempat

karakteristik tersebut kemudian diturunkan menjadi indikator-indikator dan

selanjutnya dibuat pernyataan-pernyataan untuk mengukur self-efficacy siswa.

Aspek-Aspek dan indikator self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini

diadaptasi dari aspek dan indikator self-efficacy yang dikembangkan oleh

Hendriana (2009).

Untuk menguji validitas skala self-efficacy digunakan uji validitas isi

(content validity). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan

(22)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2006). Instrumen dinyatakan valid apabila isinya sesuai dengan apa yang hendak

diukur. Pada penelitian ini, pengujian validitas skala self-efficacy dilakukan oleh

dosen pembimbing satu dan dua. Berorientasi pada validitas konstruk dan

validitas isi, berupa dimensi dan indikator yang hendak diukur, redaksi setiap

butir pernyataan, keefektifan susunan kalimat dan koreksi.

Dalam penelitian ini, hanya empat respon yang digunakan yaitu Sangat

Setuju (Ss), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan

Netral (N) tidak digunakan untuk menghindari jawaban aman, sekaligus

mendorong siswa untuk menunjukkan keberpihakannya terhadap pernyataan yang

diajukan. Dalam menganalisis hasil skala sikap ini, skala kualitatif tersebut

ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya dibedakan antara

pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. Untuk

pernyataan yang bersifat positif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 4, S

diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk

pernyataan negatif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2,

TS diberi skor 3, STS diberi skor 4.

3. Teknik Analisis Instrumen

Sebelum soal instrumen dipergunakan dalam penelitian, soal instrumen

tersebut diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa yang telah memperoleh materi

yang berkenaan dengan penelitian ini. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui

apakah instrumen tersebut telah memenuhi syarat instrumen yang baik atau

belum, yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

a. Validitas

Menurut Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukan tingkatan kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Validitas

instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengamatan. Dari hasil tersebut

(23)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Validitas Teoritik

Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi

bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan

aturan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes kemampuan spasial dan skala

self-efficacy yang berkenaan dengan validitas isi dan validitas muka diberikan

oleh ahli dalam hal ini dosen pembimbing.

Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari

segi materi yang dievaluasikan (Suherman, 2001: 131). Validitas isi dilakukan

dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah

diajarkan. Apakah soal pada instrumen penelitian sesuai atau tidak dengan

indikator.

Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu yaitu

keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya

dan tidak salah tafsir. Jadi suatu instrumen dikatakan memiliki validitas muka

yang baik apabila instrumen tersebut mudah dipahami maksudnya sehingga tes

tidak mengalami kesulitan ketika menjawab soal.

2) Validitas Empirik

Validitas empirik adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu.

Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat

evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi produk momen dengan

menggunakan angka kasar (Arikunto, 2003: 72) yaitu:

r xy ∑ ∑ ∑

√ ∑ –(∑ } ∑ ∑

Keterangan :

rxy = Koefisian validitas X = Skor tiap butir soal Y = Skor total

(24)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut (Suherman, 2001: 136) klasifikasi koefisien validitas

sebagai berikut:

Hasil perhitungan validitas untuk kemampuan spasial matematis dengan

menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 pada soal uraian secara jelas

dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sementara untuk hasil selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran.

Tabel 3.2

Interpretasi uji validitas tes spasial matematis

No. Soal Korelasi Interpretasi

1 0.444 Sedang

2 0.466 Sedang

3 0.844 Tinggi

4 0.448 Sedang

Dari 7 soal yang diujicobakan, diambil 4 soal yang memiliki validitas

masing-masing tiga soal memiliki validitas sedang dan satu lagi memiliki validitas

tinggi. Hal ini menandakan bahwa soal sudah siap digunakan untuk instrumen tes

pada penelitian ini.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang

sama (Arikunto, 2003: 90). Suatu alat evaluasi (tes dan nontes) disebut reliabel

jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama.

Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes ini adalah rumus Alpha

(25)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu [ ]

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

∑σi2 = jumlah varians skor tiap–tiap item

σt2 = varians total n = banyaknya soal

Menurut Suherman (2001: 156) ketentuan klasifikasi koefisien reliabilitas pada

Tabel 3.3:

Tabel 3.3

Klasifikasi koefisien reliabilitas

Besarnya nilai r11 Interpretasi

0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

r11≤ 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas butir soal secara keseluruhan dengan

menggunakan program Microsoft Office Excel 2010, diperoleh nilai reliabilitas

sebesar 0,52, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa jenis soal spasial matematis

mempunyai reliabilitas cukup. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jenis soal ini

layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda sebuah butir soal tes menurut Suherman (2001: 175) adalah

kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang pandai atau

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda

item dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi

item. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda menurut

(26)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

̅

̅

Keterangan:

DP = Daya pembeda

̅ = Rata-rata skor pada kelompok atas

̅ = Rata-rata skor pada kelompok bawah

= Skor maksimum pada butir soal

Menurut Suherman (2001: 161) klasifikasi interpretasi daya pembeda soal

pada Tabel 3.4:

Tabel 3.4

Klasifikasi koefisien daya pembeda

Kriteria Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Hasil perhitungan daya pembeda untuk kemampuan spasial matematis

dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 pada soal uraian

secara jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sementara untuk hasil

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.5

Interpretasi uji daya pembeda tes spasial matematis

No. Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi

1 0.219 cukup

2 0.250 cukup

3 0.781 sangat baik

4 0.219 cukup

Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat satu soal (no 3) yang memiliki

(27)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa soal ini dapat membedakan antara

kelompok atas dengan kelompok bawah.

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya

suatu soal tes (Arikunto, 2006: 207). Menurut Surapranata (2009: 12), tingkat

kesukaran untuk soal uraian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

̅

Dimana :

TK = Tingkat Kesukaran

̅ = Rata-rata skor pada butir soal

= Skor maksimum pada butir soal

Menurut Suherman (2001: 170) klasifikasi tingkat kesukaran soal sebagai

berikut:

Tabel 3.6

Klasifikasi koefisien tingkat kesukaran

Kriteria Tingkat Kesukaran Klasifikasi

TK = 0,00 Soal Sangat Sukar

0,00  TK  0,3 Soal Sukar

0,3 TK ≤ 0,7 Soal Sedang

0,7 TK ≤ 1,00 Soal Mudah

TK = 1,00 Soal Sangat Mudah

Hasil perhitungan tingkat kesukaran untuk kemampuan spasial matematis

dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 pada soal uraian

secara jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sementara untuk hasil

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.7

Interpretasi uji tingkat kesukaran tes kemampuan spasial matematis

No. Soal Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 0.484 Sedang

2 0.750 Mudah

(28)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 0.406 Sedang

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hanya satu soal (no 2) yang

memiliki tingkat kesukaran mudah, sedangkan yang lainnya memiliki tingkat

kesukaran sedang. Dengan demikian soal ini dapat digunakan dalam penelitian

ini.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian akan dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan yaitu: tahap

persiapan, tahap penelitian dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan beberapa kegiatan yang

dilaksanakan dalam rangka persiapan pelaksanaan penelitian, diantaranya:

a) Melakukan kajian teoritis mengenai model pembelajaran kooperatif

STAD berbantuan Wingeom, kemampuan spasial dan self-efficacy,

b) Mengembangkan bahan ajar untuk kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol,

c) Menyusun instrumen tes yang mengukur kemampuan spasial matematis,

d) Menyusun angket self-efficacy dan lembar observasi,

e) Membuat pedoman penskoran untuk soal uraian,

f) Melakukan observasi,

g) Uji coba instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan pada tahap ini adalah:

a) Pelaksanaan pretes kemampuan spasial pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol,

b) Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif

STAD berbantuan Wingeom pada kelas eksperimen dan pembelajaran

(29)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Pelaksanan postes kemampuan spasial matematis, dan angket

self-efficacy untuk kedua kelompok, dan

d) Pengisian lembar observasi.

3. Tahap Pembuatan Laporan

Tahap ini merupakan tahap akhir, dimana peneliti mengumpulkan,

mengolah dan menganalisia data, serta menulis laporan hasil penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes kemampuan spasial,

skala self-efficacy dan lembar wawancara. Data yang berkaitan dengan

kemampuan spasial matematis siswa dikumpulkan melalui pretes dan postes, data

yang berkaitan dengan self-efficacy siswa dikumpulkan melalui skala self-efficacy

siswa, lembar wawancara dan lembar observasi, sedangkan data mengenai

aktivitas pembelajaran di kelas dikumpulkan melalui lembar wawancara.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Untuk itu pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan, dilakukan

secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Data hasil pretes, postes, dan pengingkatan kemampuan spasial siswa

(N-gain) dari kelas eksperimen dan kontrol diolah menggunakan uji statistik dengan

bantuan software SPSS versi 15.0 for windows. adapun langkah-langkah yang

ditempuh sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes,

(30)

Shapiro-Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wilk dikarenakan lebih dari 30 sampel yang terlibat. Adapun rumusan

hipotesisnya adalah:

Ho: Data berdistribusi normal

H1: Data tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka Ho diterima.

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka Ho ditolak.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui asumsi yang dipakai dalam

pengujian dua rata-rata independent dari skor pretes, postes dan N-gain di dua

kelas. Adapun perumusan hipotesis pengujian homogenitas adalah sebagai

berikut.

Ho: Kedua data bervariansi homogen

H1: Kedua data tidak bervariansi homogen

Dengan kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka Ho diterima.

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α = 0,05), maka Ho ditolak

c. Uji Perbedaan Rata-rata

Jenis perbedaan rata-rata yang akan digunakan tergantung dari hasil

perhitungan uji normalitas dan homogenitas data. Apa bila data normal dan

homogen, maka digunakan Uji-t. Apa bila data normal tapi tidak homogen, maka

digunakan Uji-t’. Sedangkan apa bila data tidak normal, maka digunakan uji

statistik nonparametrik yaitu Mann Whitney-U (Sundayana, 2010).

d. Analisis Data N-Gain

Normalized gain disebut N-gain, pengolahan data gain dalam hasil proses

pembelajaran tidaklah mudah. Mana yang sebenarnya dikatakan gain tinggi dan

mana yang dikatakan gain rendah, kurang dapat dijelaskan melalui gainabsolut

(31)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan dalam bentuk seperti di

bawah ini:

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

klasifikasi pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Klasifikasi N-gain

Besarnya Gain (g) Klasifikasi

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ g < 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

Teknik analisis data N-gain yang dilakukan dengan menggunakan

Independent Sample T-Test atau uji nonparametrik Mann-Whitney, hal ini

dimaksudkan untuk melihat perbedaan dua rata-rata (N-gain). Hasil yang

diharapkan adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata N-gain

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dengan melihat rata-rata N-gain kedua kelas,

rata-rata yang lebih tinggi di salah satu kelas menunjukkan bahwa kelas tersebut

lebih baik dibandingkan kelas lainnya.

2. Teknik Analisis Data Skala Self-Efficacy

Data yang diperoleh melalui angket berupa data ordinal yang, kemudian

ditrasnformasi kedalam skala interval dengan menggunakan Methode of

Successive Interval (MSI), agar terdapat kesetaraan data untuk diolah lebih lanjut.

Data self-efficacy siswa akan dianalisa dengan menggunakan cara pemberian skor

butir skala sikap model Likert. Dalam pelaksanaan penelitian ini, menggunakan

uji statistik yang datanya berupa data interval. Adapun langkah-langkah yang

digunakan menurut Sundayana (2010) adalah:

a. Hasil jawaban untuk setiap pertanyaan dihitung frekuensi setiap pilihan

(32)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Frekuensi yang diperoleh setiap pertanyaan dihitung proporsi setiap

pilihan jawaban.

c. Berdasarkan proporsi untuk setiap pertanyaan tersebut, dihitung proporsi

kumulatif untuk setiap pertanyaan.

d. Kemudian ditentukan nilai batas untuk Z bagi setiap pilihan jawaban dan

setiap pertanyaan.

e. Berdasarkan nilai Z, tentukan nilai densitas (kepadatan). Nilai densitas

dapat dilihat pada tabel ordinat Y untuk lengkungan normal standar.

f. Hitung nilai skala/ scale value/ SV untuk setiap pilihan jawaban dengan

persamaan sebagai berikut:

g. Langkah selanjutnya yaitu tentukan nilai k, dengan rumus:

k= 1 +| |.

h. Langkah terakhir yaitu transformasikan masing-masing nilai pada SV

dengan rumus: SV + k.

Data kualitatif diperoleh dari angket self-efficacy siswa, kemudian data

tersebut akan dianalisis secara deskriptif dan infrensial sebagai berikut. Data yang

terkumpul dari angket self-efficacy siswa dianalisis deskriptif melalui

langkah-langkah berikut:

a. Setiap butir angket dihitung menggunakan cara aposteriori. Dengan

demikian, selain dapat diketahui skor untuk setiap butir angket, juga dapat

diketahui skor yang diperoleh setiap siswa.

b. Menentukan skor sikap netral dengan tujuan untuk membandingkannya

dengan skor sikap siswa. Sehingga terlihat kecenderungan sikap seluruh

siswa secara umum dan kecenderungan sikap setiap individu.

c. Data hasil perhitungan MSI kemudian dibuat dalam bentuk persentase

untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternatif jawaban yang

diberikan. Untuk menentukan persentase jawaban siswa, digunakan rumus

(33)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

% x n f

P 100

Keterangan: P = persentase jawaban

f = frekuensi jawaban

n = banyak responden

Selain menganalisis secara deskriptif, data self-efficacy juga dianalisis

secara inferensial. Analisis ini bertujuan untuk memperlihatkan apakah ada

perbedaan yang signifikan self-efficacy antara siswa kelompok eksperimen dan

siswa kelompok kontrol. Analisis inferensial ini juga sekaligus menguji hipotesis

kedua penelitian ini yang berbunya “Self-efficacy siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui model kooperatif STAD berbantuan

Wingeomlebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional”.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:

a. Melakukan uji normalitas self-efficacy

Setelah melakukan uji normalitas pada data self-efficacy siswa, diperoleh

hasil normal atau tidaknya data self-efficacy. Jika data di kedua kelas normal,

maka dilanjutkan dengan melakukan uji homgenitas. Namun apabila salah satu

dari kedua kelas atau keduanya tidak normal maka langsung melakukan rata-rata

yaitu uji non-parametrik Uji Mann-Whitney.

b. Melakukan uji homogenitas self-efficacy

Setelah mengetahui data self-efficacy siswa berdistribusi normal, selanjutnya

dilakukan uji homogenitas. Jika data self-efficacy siswa homogen atau tidak,

selanjutnya dilakukan uji perbedaan rata-rata

c. Melakukan uji perbedaan rata-rata self-efficacy

Jenis uji perbedaan rata-rata yang akan digunakan ditentukan oleh hasil uji

(34)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelas normal dan homogen maka digunakan uji-t, namun apabila salah satu dari

kedua kelas data self-efficacy tidak normal maka digunakan uji non-parametrik

yaitu uji Mann-Whitney. Sedangkan apabila data self-efficacy di kedua kelas

(35)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV mengenai

perbedaan peningkatan hasil belajar terhadap kemampuan spasial matematis

siswa, atara siswa yang mendapat pembelajaran model kooperatif STAD

berbantuan Wingeom dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional,

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan peningkatan kemampuan spasial siswa yang

memperoleh pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom

lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

Bila diperhatikan berdasarkan kategori peningkatan, diperoleh bahwa

kemampuan spasial matematik pada kelompok siswa yang memperoleh

pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom termasuk

kategori sedang, sedangkan kelompok siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional termasuk dalam kategori rendah.

2. Self-efficay kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran pembelajaran

model kooperatif STAD berbantuan Wingeom, menunjukkan hasil yang

lebih baik daripada self-efficacy siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional.

B. Implikasi

Mengacu pada hasil-hasil penelitian sebagaimana yang diungkapkan di atas,

maka implikasi dari hasil-hasil tersebut diuraikan berikut ini:

1. Pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom dapat

dijadikan sebagai alternatif pembelajaran di jenjang SMP dalam upaya

mengembangkan kemampuan spasial dan self-efficacy matematis siswa.

2. Pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom direspon

(36)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cara pandang siswa bahwa belajar matematika bukan belajar tentang

rumus tetapi belajar memahami matematika dari masalah yang mereka

alami dalam kehidupan sehari-hari.

C. Saran

Penerapan pembelajaran model kooperatif STAD berbantuan Wingeom,

terhadap aspek kemampuan spasial matematis yang merupakan fokus perhatian

dalam penelitian ini, masih perlu diteliti lebih mendalam lagi. Beberapa saran

yang dapat disampaikan penulis dalam laporan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi yang akan menggunakan program Wingeom, hendaknya terlebih

dahulu membuat bangun-bangun geometri yang akan ditampilkan

sebelum digunakan di dalam kelas, agar dapat menggunakan waktu

pembelajaran secara efisien. Bahasan matematika yang dikembangkan

dalam penelitian ini hanya pada jenjang Sekolah Mengah Pertama (SMP)

dan pada materi bangun ruang. Masih terbuka peluang untuk melakukan

penelitian lanjutan pada jenjang dan materi lain, misalnya jenjang SMA

dan pada materi bangun ruang (krucut, bola dll) .

2. Aspek psikologi yang diukur dalam penelitian ini hanya self-efficacy.

Masih banyak aspek psikologi lainnya yang menarik untuk diteliti

berkaitan dengan prestasi siswa seperti self-concept yaitu kepercayaan

(37)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. (2009). Pembelajaran Geometri dan Teori van Hiele. [Online]. Tersedia:

http://abdussakir.wordpress.com/2009/01/25/pembelajarangeometri-dan-teori-van-hiele/. [28 Februari 2013]

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

__________(2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asbullah. (2005). Efektifitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Sains pada Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa dan Penguasaan Konsep Pencemaran Lingkungan di SMP. Tesis. Bandung. PPS UPI: Tidak Dipublikasi.

Atun, I. (2006). Pembelajaran Matematika dengan Strategi Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Siswa SMA. Tesis. PPS UPI: Tidak Dipublikasi.

AWE., (2005). Overview: Visual Spatial Skills. AWE Research Overviews.

[Online]. http://www.aweonline.org [25 Februari 2013].

Bandura, A. (1993), Perceived Self Efficacy in Cognitive Development and Functioning, American Psychologist, 28 (2), page.117-148.

__________. (1994). Self-efficacy. Dalam VS Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia perilaku manusia (Vol. 4, hlm 71-81). New York: Academic Press. (Dicetak ulang dalam H. Friedman [Ed.], Ensiklopedia kesehatan mental San Diego:. Academic Press, 1998).

__________. (1977). Social Learning Theory, Englewood Cliff, New Jersey: PrenticeHall.

(38)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

__________. (2006). Guide for Constructing Self-Efficacy Scales. Self-Efficacy Beliefs of Adolescents, pp. 307-337. [Online]. Tersedia: http://www.des.emory.edu/mfp/014-BanduraGuide2006.pdf. [18 Januari 2013].

Firdaus, M. (2010). “Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Melalui

Media Pembelajaran Tangram”. Makalah pada Konferensi Nasional

Pendidikan Matematika III, Medan.

Forster, P.A. (2006). “Assesing Technology-based Approaches for Teaching

andLearning Mathematics”. International Journal of Mathematical

Education in Science and Technology. 37 (2): 145-164

Guay, B.R., & McDaniel, D.E. (1977). “The Relationship Between Mathematics Achievement and Spatial Abilities Among Elementary School Children”. Makalah pada Pertemuan American Research Association, San Francisco.

Gumilar. (2012). Pembelajaran Geometri dengan Wingeom untuk Meningkatkan Kemampuan Spasial dan Penalaran Matematis Siswa. Tesis Pada SPs UPI: Tidak diterbitkan

Harmiati, E., & Rahayu, A. (2008). Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Keruangan Siswa Melalui Pembelajaran Geometri Berbantuan Program Komputer. Laporan penelitian SMA Sang Timur Yogyakarta: tidakditerbitkan.

Harmony, J.,& Theis,R. (2012). “Pengaruh Kemampuan Spasial Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Kota Jambi”.

Jurnal Edumatica. Vol.2, No. 1.

Hendriana. (2009). Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik dan Kepercayaan Diri Siswa SMP. Disertasi pada SPs UPI:Tidak diterbitkan.

(39)

Arcat, 2013

Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Model Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jiang, Z. (2007). “ The Dynamic Geometry Software as an Effective Learning and

Teaching Tool”. The Electronic Journal of Mathematics and

Technology. 1(3).

Kariadinata, R. (2010). “Kemampuan Visualisasi Geometri Spasial Siswa Madrasah Aliyah Negeri (Man) Kelas X Melalui Software

Pembelajaran Mandiri”. Jurnal EDUMAT. 1(2).

Kusumah, Y.S. (2008). Pengembangan Model Computer Based E-learning untuk Meningkatkan High-Order Mathematical Thinking Siswa SMA. Usul penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. Bandung: tidak diterbitkan.

Lee, C., & Bobko, P. (1994).“Self Efficacy Beliefs: Comparasion of Five Measures”.Journal of Applied Psychology. Vol. 79. no. 6, page. 819-825.

Lohman, D.F., (1993). Spatial Ability and G. Paper Presented at the first Spearman Seminar, University of Plymouth.

Mahardikawati, D. (2011). Hubungan antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Siswa.Skripsi pada UPI: Tidak diterbitkan

Mardiah. (2012). Peningkatan Keterampilan Menulis Berita melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW Siswa Kelas VIII D MTs Pondok Pesantren As-Salam Naga Beralih Kabupaten Kampar. Tesis pada SPs UNP: Tidak diterbitkan.

Masterdac. (2012). Kecerdasan Visual Spasial. [Online].

http://www.duniaanakcerdas.com/kecerdasan-visual-spasial.html [04 Januari 2013].

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable”

inDiagnostics Pretest Scores”. American Journal of Physics. Vol. 70 (12)

1259-1268.

Gambar

Tabel 3.1 Klasifikasi koefisian validitas
Tabel 3.3:
Tabel 3.4 Klasifikasi koefisien daya pembeda
Tabel 3.6 Klasifikasi koefisien tingkat kesukaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

KAJIAN KEBIASAAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK REPRODUKSI IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) PADA HABITAT YANG BERBEDA Dl LINGKUNGAN DANAU MELINTANG.. KUTAI KARTANEGARA

Mikroba yang positif menimbulkan gejala serangan penyakit busuk kuning dari hasil uji Postulat Koch diisolasi kembali. Isolasi dilakukan dengan metoda isolasi

dedak padi nya dan selanjutnya dilakukan proses esterifikasi untuk menurunkan asam lemak bebasnya dan dilakukan pengujian kadar FFA terhadap minyak dedak padi, analisa produk

Dengan semakin banyaknya rental-rental VCD di pelosok daerah, maka seiring dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut untuk diciptakannya suatu solusi aplikasi

Study Kelayakan Pengembangan usaha Rental Komputer Mbink ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidak layaknya pengembangan usaha pembukaaan cabang baru yang akan dilakukan dan

Aspek-aspek yang digunakan adalah : aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, dan aspek keuangan. Dari ketiga

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner (angket) sebagai instrumen utama, wawancara dan studi dokumentasi sebagai

• Buah adalah produk yang tumbuh dari tanaman yang berbunga.. Fungsi buah