• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY MODEL PADA TOPIK GERAK BUMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY MODEL PADA TOPIK GERAK BUMI."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 3

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Variabel Penelitian ... 5

G. Definisi Operasional... 6

BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI 7 A. Pembelajaran Inkuiri ... 7

B. Levels of Inquiry Model ... 10

C. Kemampuan Inkuiri pada Levels of Inquiry Model ... 19

(2)

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Metode dan Desain Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

C. Teknik Pengumpulan Data ... 25

D. Prosedur Penelitian... 25

E. Instrumen Penelitian... 28

F. Teknik Pengolahan Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Pelaksanaan Penelitian ... 34

B. Kemampuan Inkuiri Siswa ... 35

C. Hasil Observasi Pembelajaran Levels of Inquiry Model ... 89

D. Rasionalitas Hasil Penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 102

(3)

DAFTAR TABEL

2.1 Levels of Inquiry Model ... 11

2.2 Tipe Inquiry Labs ... 15

2.3 Kemampuan Inkuiri dan Tujuan Pedagogik Dasar pada Levels of Inquiry .. 19

2.4 Pembelajaran Levels of Inquiry Model pada Topik Gerak Bumi ... 21

4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 34

4.2 Persentase Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri ... 82

4.3 Rata-Rata Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Levels of Inquiry Model

... 89

(4)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Alur Penelitian ... 27

4.1Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan Discovery

Learning ... 36

4.2Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan

Discovery Learning ... 36

4.3Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan Interactive

Demonstration ... 50

4.4Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan

Interactive Demonstration ... 51

4.5Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan Inquiry

Lesson ... 57

4.6Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan

Inquiry Lesson ... 57

4.7Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan Inquiry

Labs ... 63

4.8Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan

Inquiry Labs ... 64

4.9Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan

Real-World Application ... 70

4.10 Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan

(5)

4.11 Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri Pada Tingkatan

Hypothetical Inquiry ... 77

4.12 Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan

Hypothetical Inquiry ... 77

4.13 Grafik Kemampuan Inkuiri Siswa pada Levels of Inquiry Model... 84

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perangkat Pembelajaran... 102

Lampiran B Instrumen Penelitian ... 125

Lampiran C Analisis Data Hasil Penelitian ... 150

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006). Berdasarkan

KTSP, pendidikan IPA bukan hanya diarahkan untuk mampu menguasai

kumpulan pengetahuan tetapi juga memerlukan adanya proses penemuan sehingga

IPA perlu diarahkan untuk inkuiri. Dengan adanya inkuiri, menjadikan siswa

mampu memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Selain itu pembelajaran IPA yang dilaksanakan secara inkuiri, dapat

menumbuhkan kemampuan siswa dalam berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), gerak Bumi

merupakan salah satu topik yang dipelajari pada mata pelajaran IPA di kelas IX

yang berkaitan dengan materi astronomi (tata surya). Oleh karena itu,

pembelajaran yang dilakukan pada materi tersebut perlu dilakukan secara inkuiri.

Namun, berdasarkan studi pendahuluan di sekolah menengah pertama, hasil

menunjukkan bahwa sebagian siswa hanya memperoleh informasi mengenai

materi tersebut dari buku dan metode pembelajaran yang digunakan dalam

menjelaskan materi ini adalah ceramah dan diskusi. Hal ini didukung oleh

(8)

pembelajaran astronomi yang digunakan adalah menggunakan metode ceramah.

Di sebagian sekolah menengah pertama, materi astronomi seringkali dilewatkan,

siswa hanya ditugaskan untuk membaca karena siswa kelas IX lebih difokuskan

pada persiapan ujian nasional (Liliawati et al., 2011).

Pembelajaran inkuiri yang diterapkan perlu dilakukan secara sistematis agar

siswa dapat mengembangkan pemahaman IPA secara menyeluruh. Pembelajaran

ini perlu dilakukan secara bertahap, dimulai dari pembelajaran yang melibatkan

kemampuan dasar menuju pada kemampuan yang lebih tinggi. Menurut Wenning

(2011) tidak semua guru memahami bagaimana menggunakan inkuiri dan tidak

semua guru IPA menggunakan inkuiri secara efektif. Akibat dari kurangnya

pemahaman guru dalam menggunakan inkuiri dengan benar adalah pembelajaran

yang dilakukan tidak sistematis sehingga siswa kurang mampu mengembangkan

pemahaman secara menyeluruh maka untuk mengatasi hal ini, Wenning (2010)

mengusulkan sebuah rangkaian inkuiri yang terdiri dari enam tingkatan inkuiri

yang diawali dari tingkat dasar hingga tingkat yang paling tinggi. Pembelajaran

inkuiri tersebut dinamakan levels of inquiry model yang terdiri dari discovery

learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, real-world

application, dan hypothetical inquiry. Keenam tingkatan tersebut diurutkan

berdasarkan kemampuan intelektual siswa dan pihak pengontrol. Semakin tinggi

tingkat inkuiri maka semakin tinggi juga kemampuan intelektual siswa yang

terlibat. Sementara semakin tinggi tingkatannya maka tingkat keterlibatan guru

dalam pembelajaran semakin rendah, artinya siswa semakin memiliki peranan

(9)

Pada pembelajaran inkuiri, siswa diarahkan untuk melakukan proses

penemuan sehingga akan melibatkan kemampuan siswa yang dinamakan dengan

kemampuan inkuiri. Oleh karena itu melalui pembelajaran levels of inquiry model

yang diterapkan pada topik gerak Bumi, diharapkan mampu menggali

kemampuan inkuiri siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian

sehingga mampu menggali kemampuan inkuiri siswa yang diterapkan pada topik

gerak Bumi melalui pembelajaran levels of inquiry model yang dikembangkan

oleh Wenning. Penelitian ini berjudul “Analisis kemampuan inkuiri siswa SMP

melalui pembelajaran levels of inquiry model pada topik gerak Bumi.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yaitu:

“Bagaimana kemampuan inkuiri siswa SMP melalui pembelajaran levels of

inquiry model pada topik gerak Bumi?”

C. Batasan Masalah

1. Analisis kemampuan inkuiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

analisis hasil kemampuan inkuiri yang diperoleh siswa pada setiap aspek

kemampuan inkuiri yang terlibat pada pembelajaran levels of inquiry model.

2. Tingkatan inkuiri pada levels of inquiry model yang diterapkan pada penelitian

(10)

a. Discovery learning: mengamati; merumuskan konsep; memperkirakan;

menarik kesimpulan; mengkomunikasikan hasil; dan mengklasifikasikan

hasil.

b. Interactive demonstration: memprediksi; menjelaskan; memperkirakan;

memperoleh dan mengolah data; serta merumuskan dan merevisi

penjelasan ilmiah dengan menggunakan logika dan bukti.

c. Inquiry lesson: mengumpulkan dan mencatat data; membuat tabel data;

merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah; serta menggunakan

teknologi dan matematika selama penyelidikan.

d. Inquiry labs tipe guided inquiry: mengukur secara metrik; menetapkan

hukum secara empiris berdasarkan bukti dan logika; merancang dan

melakukan penyelidikan ilmiah; serta menggunakan teknologi dan

matematika selama penyelidikan.

e. Real-world application tipe authentic: mengumpulkan, menilai dan

menafsirkan data dari berbagai sumber; membangun argumen yang logis

berdasarkan bukti ilmiah; membuat dan mempertahankan fakta

berdasarkan keputusan dan penilaian; mengklarifikasi nilai-nilai dalam

kaitannya dengan alam dan norma kehidupan; dan melatih kemampuan

interpersonal.

f. Hypothetical inquiry tipe terapan (applied hypothetical inquiry):

mensintesis hipotesis yang kompleks; menganalisis dan mengevaluasi

pendapat ilmiah; merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru; dan

(11)

3. Topik yang diajarkan pada penelitian ini adalah mengenai gerak Bumi yang

meliputi rotasi dan revolusi Bumi.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan inkuiri siswa

SMP melalui pembelajaran levels of inquiry model pada topik gerak Bumi.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, memperoleh informasi mengenai tingkat keberhasilan dalam

menggali kemampuan inkuiri siswa SMP melalui pembelajaran levels of

inquiry model pada topik gerak Bumi.

2. Bagi siswa, sebagai sarana yang dapat dijadikan untuk mengembangkan

kemampuan inkuiri pada pembelajaran dengan topik gerak Bumi.

3. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran yang dapat

diterapkan pada materi gerak Bumi agar mampu menggali kemampuan inkuiri

siswa.

F. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah levels of inquiry model dan

(12)

G. Definisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat istilah mengenai levels of inquiry model dan

kemampuan inkuiri yang terlibat pada pembelajaran ini.

1. Kemampuan Inkuiri

Kemampuan inkuiri pada penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk

memperoleh informasi yang mengacu pada kemampuan yang terlibat pada levels

of inquiry model. Kemampuan inkuiri diukur dengan menggunakan rubrik

penilaian kemampuan inkuri siswa yang di dalamnya memuat kriteria kemampuan

inkuiri dengan nilai minimum 1 dan maksimum 4. Kemampuan inkuiri siswa

dinilai oleh observer ketika kegiatan pembelajaran dan atau dinilai berdasarkan

jawaban siswa pada lembar kegiatan siswa (LKS).

2. Levels of Inquiry Model

Merupakan pembelajaran yang dikembangkan oleh Carl J. Wenning yang

terdiri dari enam tingkatan yang diurutkan berdasarkan kemampuan intelektual

siswa dan pihak pengontrol. Semakin tinggi tingkatannya, semakin tinggi

kemampuan intelektual siswa yang terlibat dan semakin tinggi juga tingkat

keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Tingkatan inkuiri yang diterapkan pada

penelitian ini terdiri dari discovery learning, interactive demonstration, inquiry

lesson, inquiry lab tipe guided inquiry, real-world application tipe authentic, dan

hypothetical inquiry tipe terapan (applied hypothetical inquiry). Masing-masing

tingkatan inkuiri diobservasi oleh observer menggunakan lembar keterlaksanaan

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

deskriptif. Menurut Best (dalam Sukardi, 2009) metode deskriptif merupakan

metode yang ditujukan untuk menggambarkan dan menginterpretasikan objek

sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan utama

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakterisktik objek atau subjek yang

diteliti secara tepat (Sukardi, 2009). Desain yang digunakan pada penelitian ini

adalah one-shot case study.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Sementara

menurut Arikunto (2008) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki populasi tersebut

(Sugiyono, 2011). Menurut Arikunto (2008) sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti.

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di

salah satu SMP di Bandung, sementara sampelnya adalah satu kelas IX SMP dari

(14)

Teknik penentuan sampel pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan

purposive sample, teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu agar

dapat mendukung keterlaksanaan penelitian. Penentuan sampel ini berdasarkan

rekomendasi guru mata pelajaran fisika.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data mengenai kemampuan inkuiri siswa diperoleh dengan menggunakan

rubrik penilaian kemampuan inkuiri siswa. Lembar penilaian ini berisi kriteria

kemampuan inkuiri siswa yang hendak diukur. Lembar penilaian inkuiri siswa

diisi berdasarkan kemampuan inkuiri siswa yang muncul. Teknik penilaian

kemampuan inkuiri siswa dilakukan berdasarkan kemampuan inkuiri yang dinilai

oleh observer ketika pembelajaran berlangsung dan atau dinilai berdasarkan

jawaban siswa pada lembar kegiatan siswa (LKS).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, di antaranya:

1. Tahap persiapan meliputi studi pendahuluan untuk mengetahui permasalahan

di lapangan sekaligus menentukan permasalahan yang akan menjadi fokus

penelitian. Tahap berikutnya berupa studi pustaka yang bersumber dari jurnal,

buku, serta informasi yang mendukung penelitian yang akan dilaksanakan

mengenai teori yang melandasi penelitian, studi kurikulum pokok bahasan

(15)

rancangan pembelajaran dan kriteria kemampuan inkuiri, serta validasi

instrumen. Setelah itu dilakukan perbaikan intrumen yang telah divalidasi.

2. Tahap pelaksanaan yaitu menerapkan levels of inquiry model. Ketika

pembelajaran, dilakukan pengisian lembar penilaian kemampuan inkuiri siswa

oleh observer. Setelah itu, dilakukan penilaian kemampuan inkuiri

berdasarkan jawaban-jawaban siswa pada lembar kegiatan siswa (LKS).

3. Tahap pengolahan data meliputi pengolahan data, analisis hasil penelitian, dan

(16)
[image:16.595.128.467.137.756.2]

Alur penelitian dapat ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Alur Penelitian Merumuskan masalah

Validasi instrumen

Pembelajaran Levels of inquiry model

Observasi kemampuan

inkuiri

Pengolahan dan analisis data Studi pendahuluan

Menyusun rancangan pembelajaran levels of inquiry

Menyusun kriteria kemampuan inkuiri

Pengisian lembar penilaian kemampuan inkuiri siswa berdasarkan jawaban LKS

Pembuatan laporan Studi pustaka

(17)

E. Instrumen Penelitian

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan rencana yang menggambarkan urutan dalam

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar tertentu.

RPP pada penelitian ini disusun menjadi tiga pertemuan dimana seluruh tingkatan

inkuiri pada pembelajaran levels of inquiry model dibagi menjadi tiga pertemuan

tersebut. Semakin tinggi tingkatan inkuiri pada pembelajaran levels of inquiry

model semakin tinggi pula kemampuan intelektual siswa yang terlibat dan

semakin tinggi juga tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran tetapi peran

guru dalam pembelajaran semakin rendah. Rencana pelaksanaan pembelajaran

terdapat pada lampiran A.1.

2. Rubrik Penilaian Kemampuan Inkuiri

Rubrik penilaian kemampuan inkuiri siswa digunakan untuk menilai

kemampuan inkuiri siswa di setiap tingkatan inkuiri pada pembelajaran levels of

inquiry model yang berisi kriteria kemampuan-kemampuan inkuiri yang hendak

diukur. Pemberian nilai pada setiap aspek kemampuan inkuiri menggunakan nilai

minimum 1 dan nilai maksimum 4. Lembar penilaian kemampuan inkuiri siswa

diisi berdasarkan kemampuan inkuiri siswa yang dinilai oleh observer ketika

pembelajaran berlangsung dan atau dinilai berdasarkan jawaban-jawaban siswa

pada lembar kegiatan siswa (LKS). Rubrik penilaian kemampuan inkuiri siswa

terdapat pada lampiran B.2.

Kemampuan inkuiri siswa yang dinilai oleh observer ketika kegiatan

(18)

a. Discovery learning: kemampuan mengamati yang dinilai dalam

melakukan atau tidak melakukan pengamatan terhadap suatu fenomena;

memperkirakan; dan mengkomunikasikan hasil.

b. Interactive demonstration: memprediksi; memperkirakan.

c. Inquiry lesson: mengumpulkan dan mencatat data; melakukan

penyelidikan ilmiah; dan menggunakan teknologi dan matematika selama

penyelidikan.

d. Inquiry labs tipe guided inquiry: mengukur secara metrik; melakukan

penyelidikan ilmiah; dan menggunakan teknologi dan matematika selama

penyelidikan.

e. Real-world application tipe authentic: mengumpulkan, menilai, dan

menafsirkan data dari berbagai sumber; membangun argumen logis

berdasarkan bukti ilmiah; melatih kemampuan interpersonal.

Kemampuan inkuiri yang dinilai berdasarkan jawaban siswa pada lembar

kegiatan siswa di antaranya:

a. Discovery learning: merumuskan konsep, menarik kesimpulan, dan

mengklasifikasikan hasil.

b. Interactive demonstration: menjelaskan; memperoleh dan mengolah data;

dan merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah dengan menggunakan

logika dan bukti.

c. Inquiry lesson: membuat tabel data; merancang penyelidikan dengan

menentukan langkah-langkah penyelidikan; dan menggambarkan

(19)

d. Inquiry labs tipe guided inquiry: menetapkan hukum secara empiris

berdasarkan bukti dan logika; dan merancang penyelidikan dengan

menentukan langkah-langkah penyelidikan.

e. Real-world application tipe authentic: membuat dan mempertahankan

fakta berdasarkan keputusan dan penilaian; dan mengklarifikasi nilai-nilai

dalam kaitannya dengan alam dan norma kehidupan.

f. Hypothetical inquiry tipe terapan (applied hypothetical inquiry):

mensintesis hipotesis yang kompleks; menganalisis dan mengevaluasi

pendapat ilmiah; merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru; dan

memecahkan masalah nyata yang kompleks.

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa digunakan sebagai panduan siswa dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran. LKS ini berisi tentang langkah kerja serta

pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang diajarkan selama pembelajaran levels

of inquiry model pada topik gerak Bumi. LKS dibuat berdasarkan kemampuan

inkuiri siswa yang hendak diukur. Masing-masing tingkatan inkuiri, siswa diberi

LKS yang berisi panduan dalam pembelajaran serta pertanyaan yang harus

dijawab oleh siswa. LKS terdapat pada lampiran A.2.

Berikut ini adalah kemampuan inkuiri yang dinilai berdasarkan jawaban siswa

pada lembar kegiatan siswa:

a. Discovery learning: merumuskan konsep, menarik kesimpulan, dan

(20)

b. Interactive demonstration: menjelaskan; memperoleh dan mengolah data;

dan merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah dengan menggunakan

logika dan bukti.

c. Inquiry lesson: membuat tabel data; merancang penyelidikan dengan

menentukan langkah-langkah penyelidikan; dan menggambarkan

hubungan.

d. Inquiry labs tipe guided inquiry: menetapkan hukum secara empiris

berdasarkan bukti dan logika; dan merancang penyelidikan dengan

menentukan langkah-langkah penyelidikan.

e. Real-world application tipe authentic: membuat dan mempertahankan

fakta berdasarkan keputusan dan penilaian; dan mengklarifikasi nilai-nilai

dalam kaitannya dengan alam dan norma kehidupan.

f. Hypothetical inquiry tipe terapan (applied hypothetical inquiry):

mensintesis hipotesis yang kompleks; menganalisis dan mengevaluasi

pendapat ilmiah; merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru; dan

memecahkan masalah nyata yang kompleks.

4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa memuat

aktivitas guru dan siswa yang disesuaikan dengan setiap tingkatan inkuiri pada

pembelajaran levels of inquiry model. Lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran ini menggambarkan urutan pembelajaran yang tertuang di dalam

RPP yang telah disusun oleh guru. Pengisian lembar ini adalah dengan

(21)

pengamatan observer terhadap aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa

selama pembelajaran yang mengacu pada kriteria dalam lembar observasi.

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran terdapat pada lampiran B.1.a.

F. Teknik Pengolahan Data

a. Setelah pembelajaran levels of inquiry model diterapkan pada materi rotasi dan

revolusi Bumi, tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Berikut ini adalah

teknik pengolahan data kemampuan inkuiri siswa:

1. Hasil kemampuan inkuiri pada setiap aspek diolah dengan cara:

a. Menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa dengan terlebih dahulu

memberikan nilai kemampuan inkuiri pada masing-masing indikator

kemampuan inkuiri berdasarkan kriteria kemampuan inkuiri yang telah

dibuat dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 4. Kemudian

dihitung nilai rata-rata dari seluruh siswa. Nilai rata-rata kemampuan

inkuiri siswa tersebut diubah ke dalam bentuk nilai 1 hingga 4 dengan

cara sebagai berikut.

nilai rata−rata aspek kemampuan inkuiri = nilai rata−rata

nilai maksimum × 4

b. Langkah selanjutnya, nilai rata-rata tersebut diubah ke dalam bentuk

persentase.

2. Hasil kemampuan inkuiri pada setiap tingkatan inkuiri diolah dengan cara

menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa di setiap aspek kemampuan

inkuiri. Setelah itu, diperoleh nilai kemampuan inkuiri di setiap tingkatan

(22)

siswa di setiap tingkatan inkuiri ini kemudian diubah menjadi nilai

rata-rata. Nilai rata-rata tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk persentase.

c. Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada siswa dan guru untuk

setiap tingkatan inkuiri pada levels of inquiry model diolah dengan cara

menjumlahkan banyaknya masing-masing aktivitas guru dan siswa yang

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang

telah dilakukan, diperoleh kesimpulan.

Hasil kemampuan inkuiri siswa yang diperoleh melalui pembelajaran levels of

inquiry model pada topik gerak Bumi adalah sebagai berikut.

1. Pada tingkatan discovery learning, aspek kemampuan inkuiri terendah

diperoleh pada kemampuan mengkomunikasikan hasil dan kemampuan

mengklasifikasikan hasil. Pada aspek kemampuan mengklasifikasikan hasil,

siswa kesulitan dalam mengelompokkan fenomena-fenomena yang menjadi

bukti bahwa Bumi melakukan gerak rotasi dan revolusi. Sementara pada

kemampuan mengkomunikasikan hasil, banyak siswa yang tidak

mengkomunikasikan fenomena-fenomena yang menjadi bukti bahwa Bumi

melakukan gerak rotasi dan revolusi secara lisan. Aspek kemampuan inkuiri

tertinggi diperoleh pada kemampuan mengamati karena siswa terlihat antusias

dalam melakukan pengamatan mengenai fenomena-fenomena yang berkaitan

dengan rotasi dan revolusi Bumi.

2. Pada tingkatan interactive demonstration, banyak siswa masih kesulitan dalam

menghubungkan fenomena yang terjadi berdasarkan demontrasi dengan

fenomena yang terjadi pada alam sekitar sehingga pada aspek kemampuan

(24)

penjelasan ilmiah dengan menggunakan bukti dan logika memperoleh nilai

terendah. Sementara, pada aspek kemampuan menjelaskan sebagian siswa

sudah mampu dalam menjelaskan fenomena yang terjadi berdasarkan kegiatan

demonstrasi sehingga pada aspek kemampuan ini diperoleh nilai tertinggi.

3. Pada tingkatan inquiry lesson, aspek kemampuan inkuiri terendah diperoleh

pada kemampuan menggunakan teknologi dan matematika selama

penyelidikan serta aspek kemampuan inkuiri tertinggi diperoleh pada

kemampuan membuat tabel. Pada kemampuan menggunakan teknologi dan

matematika selama penyelidikan, siswa harus bergantian dengan teman

sekelompok dalam menggunakan komputer yang disediakan sehingga siswa

tidak optimal dalam menggunakan animasi. Sementara, pada kemampuan

membuat tabel, seluruh siswa dibimbing oleh guru sehingga siswa mampu

membuat tabel dengan benar.

4. Pada tingkatan inquiry labs tipe guided inquiry, aspek kemampuan inkuiri

terendah diperoleh pada kemampuan merancang dan melakukan penyelidikan

ilmiah serta aspek kemampuan inkuiri tertinggi diperoleh pada kemampuan

menetapkan hukum secara empiris berdasarkan bukti dan logika. Pada

kemampuan merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah, siswa kesulitan

dalam menggunakan alat gerak semu Matahari. Sementara pada kemampuan

menetapkan hukum secara empiris berdasarkan bukti dan logika, sebagian

siswa sudah mampu membuat kesimpulan mengenai kedudukan Matahari

(25)

5. Pada tingkatan real-world application tipe authentic, siswa kurang aktif dalam

berdiskusi kelompok sehingga pada aspek kemampuan membangun argumen

logis berdasarkan bukti ilmiah dan kemampuan interpersonal memperoleh

nilai terendah. Sementara sebagian besar siswa sudah mampu mendekati benar

dalam memecahkan masalah keseharian sehinggga aspek kemampuan inkuiri

tertinggi diperoleh pada kemampuan membuat dan mempertahankan fakta

berdasarkan keputusan dan penilaian serta kemampuan mengklarifikasi

nilai-nilai dalam kaitannya dengan alam dan norma kehidupan.

6. Pada tingkatan hypothetical inquiry tipe terapan, aspek kemampuan inkuiri

terendah diperoleh pada kemampuan merevisi hipotesis dan prediksi pada

bukti baru serta aspek kemampuan inkuiri tertinggi diperoleh pada

kemampuan memecahkan masalah nyata yang kompleks. Pada kemampuan

merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru, siswa masih kesulitan dalam

merevisi hipotesis dan prediksi berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan.

Pada kemampuan memecahkan masalah nyata yang kompleks, sebagian siswa

sudah mampu membuat kesimpulan dengan benar dan mendekati benar

mengenai pengaruh revolusi Bumi terhadap perbedaan lamanya siang dan

malam.

B. Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian yang telah dilakukan maka penulis

(26)

1. Agar pembelajaran inkuiri dapat diterapkan secara optimal, guru harus

memiliki kemampuan dalam mengelola kelas dengan baik seperti membuat

suasana kelas agar tetap kondusif, penggunaan alokasi waktu secara tepat,

memberikan kesempatan pada siswa secara merata untuk mengajukan

pendapat, dan guru juga harus mendorong siswa secara aktif dalam pencarian

informasi maupun fakta yang baru. Selain itu ketersediaan alokasi waktu yang

leluasa akan mendukung penerapan pembelajaran ini secara optimal.

2. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan melibatkan kemampuan

psikomotor lebih banyak daripada kemampuan kognitif agar siswa lebih

antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Lembar keterlaksanaan pembelajaran harus mampu menggambarkan seberapa

besar peran guru dan siswa selama pembelajaran. Selain itu, pembuatan

aktivitas pada lembar keterlaksanaan pembelajaran pada masing-masing

tingkatan dari levels of inquiry model sebaiknya disusun dengan jumlah yang

sama agar hasil dari keterlaksanaan masing-masing tingkatan pembelajaran

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas, 2006. KTSP Mata Pelajaran IPA SMP/MTS. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang

Liliawati, W. et al. 2011. Penyusunan Buku Ajar Astronomi Berdasarkan Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Dan SMA. Laporan Penelitian Hibah Bersaing

Nurmala, Nuvi. 2012. Analisis Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas V Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Permata, Evita. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Sma Kelas X Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudrajat, Akhmad. 2011. Strategi Pembelajaran Inkuiri. [online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com. [29 November 2012]

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wenning, Carl. 2005. Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3). pp 3-11

(28)

Wenning, Carl. 2011a. Experimental Inquiry in Introductory Physics Courses. Journal of Physics Teacher Education Online, 6(2). pp 2-8

Gambar

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan inkuiri yang diterapkan dibatasi pada jenis inkuiri terbimbing (guided inquiry). Pada inkuiri terbimbing, guru mengemukakan masalah sedangkan siswa yang

Penerapan model pembelajaran inquiry learning sangat tepat diterapkan pada pembelajaran matematika, karena pada strategi ini siswa di tuntut untuk belajar aktif

Subjek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry). Sumber data validitas perangkat berasal dari nilai

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa melalui penerapan inovasi model pembelajaran inkuiri terbimbing.. Inovasi model

Berdasarkan angket respon siswa, dapat dikatakan bahwa hampir semua siswa (86,7%) menyukai pembelajaran yang dilakukan dengan model levels of inquiry dengan

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran peningkatan keterampilan proses sains antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran levels of inquiry

Subjek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry). Sumber data validitas perangkat berasal dari nilai

Hal ini menunjukkan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen mengalami peningkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif Peningkatan