DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Masalah... 3
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Variabel Penelitian ... 5
G. Definisi Operasional... 6
BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI 7 A. Pembelajaran Inkuiri ... 7
B. Levels of Inquiry Model ... 10
C. Kemampuan Inkuiri pada Levels of Inquiry Model ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Metode dan Desain Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
C. Teknik Pengumpulan Data ... 25
D. Prosedur Penelitian... 25
E. Instrumen Penelitian... 28
F. Teknik Pengolahan Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Pelaksanaan Penelitian ... 34
B. Kemampuan Inkuiri Siswa ... 35
C. Hasil Observasi Pembelajaran Levels of Inquiry Model ... 89
D. Rasionalitas Hasil Penelitian ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 102
DAFTAR TABEL
2.1 Levels of Inquiry Model ... 11
2.2 Tipe Inquiry Labs ... 15
2.3 Kemampuan Inkuiri dan Tujuan Pedagogik Dasar pada Levels of Inquiry .. 19
2.4 Pembelajaran Levels of Inquiry Model pada Topik Gerak Bumi ... 21
4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 34
4.2 Persentase Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri ... 82
4.3 Rata-Rata Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Levels of Inquiry Model
... 89
DAFTAR GAMBAR
3.1 Alur Penelitian ... 27
4.1Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan Discovery
Learning ... 36
4.2Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan
Discovery Learning ... 36
4.3Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan Interactive
Demonstration ... 50
4.4Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan
Interactive Demonstration ... 51
4.5Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan Inquiry
Lesson ... 57
4.6Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan
Inquiry Lesson ... 57
4.7Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan Inquiry
Labs ... 63
4.8Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan
Inquiry Labs ... 64
4.9Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan
Real-World Application ... 70
4.10 Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan
4.11 Grafik Nilai Rata-Rata Aspek Kemampuan Inkuiri Pada Tingkatan
Hypothetical Inquiry ... 77
4.12 Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Kemampuan Inkuiri pada Tingkatan
Hypothetical Inquiry ... 77
4.13 Grafik Kemampuan Inkuiri Siswa pada Levels of Inquiry Model... 84
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perangkat Pembelajaran... 102
Lampiran B Instrumen Penelitian ... 125
Lampiran C Analisis Data Hasil Penelitian ... 150
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006). Berdasarkan
KTSP, pendidikan IPA bukan hanya diarahkan untuk mampu menguasai
kumpulan pengetahuan tetapi juga memerlukan adanya proses penemuan sehingga
IPA perlu diarahkan untuk inkuiri. Dengan adanya inkuiri, menjadikan siswa
mampu memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Selain itu pembelajaran IPA yang dilaksanakan secara inkuiri, dapat
menumbuhkan kemampuan siswa dalam berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), gerak Bumi
merupakan salah satu topik yang dipelajari pada mata pelajaran IPA di kelas IX
yang berkaitan dengan materi astronomi (tata surya). Oleh karena itu,
pembelajaran yang dilakukan pada materi tersebut perlu dilakukan secara inkuiri.
Namun, berdasarkan studi pendahuluan di sekolah menengah pertama, hasil
menunjukkan bahwa sebagian siswa hanya memperoleh informasi mengenai
materi tersebut dari buku dan metode pembelajaran yang digunakan dalam
menjelaskan materi ini adalah ceramah dan diskusi. Hal ini didukung oleh
pembelajaran astronomi yang digunakan adalah menggunakan metode ceramah.
Di sebagian sekolah menengah pertama, materi astronomi seringkali dilewatkan,
siswa hanya ditugaskan untuk membaca karena siswa kelas IX lebih difokuskan
pada persiapan ujian nasional (Liliawati et al., 2011).
Pembelajaran inkuiri yang diterapkan perlu dilakukan secara sistematis agar
siswa dapat mengembangkan pemahaman IPA secara menyeluruh. Pembelajaran
ini perlu dilakukan secara bertahap, dimulai dari pembelajaran yang melibatkan
kemampuan dasar menuju pada kemampuan yang lebih tinggi. Menurut Wenning
(2011) tidak semua guru memahami bagaimana menggunakan inkuiri dan tidak
semua guru IPA menggunakan inkuiri secara efektif. Akibat dari kurangnya
pemahaman guru dalam menggunakan inkuiri dengan benar adalah pembelajaran
yang dilakukan tidak sistematis sehingga siswa kurang mampu mengembangkan
pemahaman secara menyeluruh maka untuk mengatasi hal ini, Wenning (2010)
mengusulkan sebuah rangkaian inkuiri yang terdiri dari enam tingkatan inkuiri
yang diawali dari tingkat dasar hingga tingkat yang paling tinggi. Pembelajaran
inkuiri tersebut dinamakan levels of inquiry model yang terdiri dari discovery
learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, real-world
application, dan hypothetical inquiry. Keenam tingkatan tersebut diurutkan
berdasarkan kemampuan intelektual siswa dan pihak pengontrol. Semakin tinggi
tingkat inkuiri maka semakin tinggi juga kemampuan intelektual siswa yang
terlibat. Sementara semakin tinggi tingkatannya maka tingkat keterlibatan guru
dalam pembelajaran semakin rendah, artinya siswa semakin memiliki peranan
Pada pembelajaran inkuiri, siswa diarahkan untuk melakukan proses
penemuan sehingga akan melibatkan kemampuan siswa yang dinamakan dengan
kemampuan inkuiri. Oleh karena itu melalui pembelajaran levels of inquiry model
yang diterapkan pada topik gerak Bumi, diharapkan mampu menggali
kemampuan inkuiri siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian
sehingga mampu menggali kemampuan inkuiri siswa yang diterapkan pada topik
gerak Bumi melalui pembelajaran levels of inquiry model yang dikembangkan
oleh Wenning. Penelitian ini berjudul “Analisis kemampuan inkuiri siswa SMP
melalui pembelajaran levels of inquiry model pada topik gerak Bumi.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yaitu:
“Bagaimana kemampuan inkuiri siswa SMP melalui pembelajaran levels of
inquiry model pada topik gerak Bumi?”
C. Batasan Masalah
1. Analisis kemampuan inkuiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
analisis hasil kemampuan inkuiri yang diperoleh siswa pada setiap aspek
kemampuan inkuiri yang terlibat pada pembelajaran levels of inquiry model.
2. Tingkatan inkuiri pada levels of inquiry model yang diterapkan pada penelitian
a. Discovery learning: mengamati; merumuskan konsep; memperkirakan;
menarik kesimpulan; mengkomunikasikan hasil; dan mengklasifikasikan
hasil.
b. Interactive demonstration: memprediksi; menjelaskan; memperkirakan;
memperoleh dan mengolah data; serta merumuskan dan merevisi
penjelasan ilmiah dengan menggunakan logika dan bukti.
c. Inquiry lesson: mengumpulkan dan mencatat data; membuat tabel data;
merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah; serta menggunakan
teknologi dan matematika selama penyelidikan.
d. Inquiry labs tipe guided inquiry: mengukur secara metrik; menetapkan
hukum secara empiris berdasarkan bukti dan logika; merancang dan
melakukan penyelidikan ilmiah; serta menggunakan teknologi dan
matematika selama penyelidikan.
e. Real-world application tipe authentic: mengumpulkan, menilai dan
menafsirkan data dari berbagai sumber; membangun argumen yang logis
berdasarkan bukti ilmiah; membuat dan mempertahankan fakta
berdasarkan keputusan dan penilaian; mengklarifikasi nilai-nilai dalam
kaitannya dengan alam dan norma kehidupan; dan melatih kemampuan
interpersonal.
f. Hypothetical inquiry tipe terapan (applied hypothetical inquiry):
mensintesis hipotesis yang kompleks; menganalisis dan mengevaluasi
pendapat ilmiah; merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru; dan
3. Topik yang diajarkan pada penelitian ini adalah mengenai gerak Bumi yang
meliputi rotasi dan revolusi Bumi.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan inkuiri siswa
SMP melalui pembelajaran levels of inquiry model pada topik gerak Bumi.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, memperoleh informasi mengenai tingkat keberhasilan dalam
menggali kemampuan inkuiri siswa SMP melalui pembelajaran levels of
inquiry model pada topik gerak Bumi.
2. Bagi siswa, sebagai sarana yang dapat dijadikan untuk mengembangkan
kemampuan inkuiri pada pembelajaran dengan topik gerak Bumi.
3. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran yang dapat
diterapkan pada materi gerak Bumi agar mampu menggali kemampuan inkuiri
siswa.
F. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah levels of inquiry model dan
G. Definisi Operasional
Pada penelitian ini terdapat istilah mengenai levels of inquiry model dan
kemampuan inkuiri yang terlibat pada pembelajaran ini.
1. Kemampuan Inkuiri
Kemampuan inkuiri pada penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk
memperoleh informasi yang mengacu pada kemampuan yang terlibat pada levels
of inquiry model. Kemampuan inkuiri diukur dengan menggunakan rubrik
penilaian kemampuan inkuri siswa yang di dalamnya memuat kriteria kemampuan
inkuiri dengan nilai minimum 1 dan maksimum 4. Kemampuan inkuiri siswa
dinilai oleh observer ketika kegiatan pembelajaran dan atau dinilai berdasarkan
jawaban siswa pada lembar kegiatan siswa (LKS).
2. Levels of Inquiry Model
Merupakan pembelajaran yang dikembangkan oleh Carl J. Wenning yang
terdiri dari enam tingkatan yang diurutkan berdasarkan kemampuan intelektual
siswa dan pihak pengontrol. Semakin tinggi tingkatannya, semakin tinggi
kemampuan intelektual siswa yang terlibat dan semakin tinggi juga tingkat
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Tingkatan inkuiri yang diterapkan pada
penelitian ini terdiri dari discovery learning, interactive demonstration, inquiry
lesson, inquiry lab tipe guided inquiry, real-world application tipe authentic, dan
hypothetical inquiry tipe terapan (applied hypothetical inquiry). Masing-masing
tingkatan inkuiri diobservasi oleh observer menggunakan lembar keterlaksanaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif. Menurut Best (dalam Sukardi, 2009) metode deskriptif merupakan
metode yang ditujukan untuk menggambarkan dan menginterpretasikan objek
sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan utama
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakterisktik objek atau subjek yang
diteliti secara tepat (Sukardi, 2009). Desain yang digunakan pada penelitian ini
adalah one-shot case study.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Sementara
menurut Arikunto (2008) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki populasi tersebut
(Sugiyono, 2011). Menurut Arikunto (2008) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di
salah satu SMP di Bandung, sementara sampelnya adalah satu kelas IX SMP dari
Teknik penentuan sampel pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan
purposive sample, teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu agar
dapat mendukung keterlaksanaan penelitian. Penentuan sampel ini berdasarkan
rekomendasi guru mata pelajaran fisika.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data mengenai kemampuan inkuiri siswa diperoleh dengan menggunakan
rubrik penilaian kemampuan inkuiri siswa. Lembar penilaian ini berisi kriteria
kemampuan inkuiri siswa yang hendak diukur. Lembar penilaian inkuiri siswa
diisi berdasarkan kemampuan inkuiri siswa yang muncul. Teknik penilaian
kemampuan inkuiri siswa dilakukan berdasarkan kemampuan inkuiri yang dinilai
oleh observer ketika pembelajaran berlangsung dan atau dinilai berdasarkan
jawaban siswa pada lembar kegiatan siswa (LKS).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, di antaranya:
1. Tahap persiapan meliputi studi pendahuluan untuk mengetahui permasalahan
di lapangan sekaligus menentukan permasalahan yang akan menjadi fokus
penelitian. Tahap berikutnya berupa studi pustaka yang bersumber dari jurnal,
buku, serta informasi yang mendukung penelitian yang akan dilaksanakan
mengenai teori yang melandasi penelitian, studi kurikulum pokok bahasan
rancangan pembelajaran dan kriteria kemampuan inkuiri, serta validasi
instrumen. Setelah itu dilakukan perbaikan intrumen yang telah divalidasi.
2. Tahap pelaksanaan yaitu menerapkan levels of inquiry model. Ketika
pembelajaran, dilakukan pengisian lembar penilaian kemampuan inkuiri siswa
oleh observer. Setelah itu, dilakukan penilaian kemampuan inkuiri
berdasarkan jawaban-jawaban siswa pada lembar kegiatan siswa (LKS).
3. Tahap pengolahan data meliputi pengolahan data, analisis hasil penelitian, dan
Alur penelitian dapat ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Alur Penelitian Merumuskan masalah
Validasi instrumen
Pembelajaran Levels of inquiry model
Observasi kemampuan
inkuiri
Pengolahan dan analisis data Studi pendahuluan
Menyusun rancangan pembelajaran levels of inquiry
Menyusun kriteria kemampuan inkuiri
Pengisian lembar penilaian kemampuan inkuiri siswa berdasarkan jawaban LKS
Pembuatan laporan Studi pustaka
E. Instrumen Penelitian
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan rencana yang menggambarkan urutan dalam
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar tertentu.
RPP pada penelitian ini disusun menjadi tiga pertemuan dimana seluruh tingkatan
inkuiri pada pembelajaran levels of inquiry model dibagi menjadi tiga pertemuan
tersebut. Semakin tinggi tingkatan inkuiri pada pembelajaran levels of inquiry
model semakin tinggi pula kemampuan intelektual siswa yang terlibat dan
semakin tinggi juga tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran tetapi peran
guru dalam pembelajaran semakin rendah. Rencana pelaksanaan pembelajaran
terdapat pada lampiran A.1.
2. Rubrik Penilaian Kemampuan Inkuiri
Rubrik penilaian kemampuan inkuiri siswa digunakan untuk menilai
kemampuan inkuiri siswa di setiap tingkatan inkuiri pada pembelajaran levels of
inquiry model yang berisi kriteria kemampuan-kemampuan inkuiri yang hendak
diukur. Pemberian nilai pada setiap aspek kemampuan inkuiri menggunakan nilai
minimum 1 dan nilai maksimum 4. Lembar penilaian kemampuan inkuiri siswa
diisi berdasarkan kemampuan inkuiri siswa yang dinilai oleh observer ketika
pembelajaran berlangsung dan atau dinilai berdasarkan jawaban-jawaban siswa
pada lembar kegiatan siswa (LKS). Rubrik penilaian kemampuan inkuiri siswa
terdapat pada lampiran B.2.
Kemampuan inkuiri siswa yang dinilai oleh observer ketika kegiatan
a. Discovery learning: kemampuan mengamati yang dinilai dalam
melakukan atau tidak melakukan pengamatan terhadap suatu fenomena;
memperkirakan; dan mengkomunikasikan hasil.
b. Interactive demonstration: memprediksi; memperkirakan.
c. Inquiry lesson: mengumpulkan dan mencatat data; melakukan
penyelidikan ilmiah; dan menggunakan teknologi dan matematika selama
penyelidikan.
d. Inquiry labs tipe guided inquiry: mengukur secara metrik; melakukan
penyelidikan ilmiah; dan menggunakan teknologi dan matematika selama
penyelidikan.
e. Real-world application tipe authentic: mengumpulkan, menilai, dan
menafsirkan data dari berbagai sumber; membangun argumen logis
berdasarkan bukti ilmiah; melatih kemampuan interpersonal.
Kemampuan inkuiri yang dinilai berdasarkan jawaban siswa pada lembar
kegiatan siswa di antaranya:
a. Discovery learning: merumuskan konsep, menarik kesimpulan, dan
mengklasifikasikan hasil.
b. Interactive demonstration: menjelaskan; memperoleh dan mengolah data;
dan merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah dengan menggunakan
logika dan bukti.
c. Inquiry lesson: membuat tabel data; merancang penyelidikan dengan
menentukan langkah-langkah penyelidikan; dan menggambarkan
d. Inquiry labs tipe guided inquiry: menetapkan hukum secara empiris
berdasarkan bukti dan logika; dan merancang penyelidikan dengan
menentukan langkah-langkah penyelidikan.
e. Real-world application tipe authentic: membuat dan mempertahankan
fakta berdasarkan keputusan dan penilaian; dan mengklarifikasi nilai-nilai
dalam kaitannya dengan alam dan norma kehidupan.
f. Hypothetical inquiry tipe terapan (applied hypothetical inquiry):
mensintesis hipotesis yang kompleks; menganalisis dan mengevaluasi
pendapat ilmiah; merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru; dan
memecahkan masalah nyata yang kompleks.
3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa digunakan sebagai panduan siswa dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. LKS ini berisi tentang langkah kerja serta
pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang diajarkan selama pembelajaran levels
of inquiry model pada topik gerak Bumi. LKS dibuat berdasarkan kemampuan
inkuiri siswa yang hendak diukur. Masing-masing tingkatan inkuiri, siswa diberi
LKS yang berisi panduan dalam pembelajaran serta pertanyaan yang harus
dijawab oleh siswa. LKS terdapat pada lampiran A.2.
Berikut ini adalah kemampuan inkuiri yang dinilai berdasarkan jawaban siswa
pada lembar kegiatan siswa:
a. Discovery learning: merumuskan konsep, menarik kesimpulan, dan
b. Interactive demonstration: menjelaskan; memperoleh dan mengolah data;
dan merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah dengan menggunakan
logika dan bukti.
c. Inquiry lesson: membuat tabel data; merancang penyelidikan dengan
menentukan langkah-langkah penyelidikan; dan menggambarkan
hubungan.
d. Inquiry labs tipe guided inquiry: menetapkan hukum secara empiris
berdasarkan bukti dan logika; dan merancang penyelidikan dengan
menentukan langkah-langkah penyelidikan.
e. Real-world application tipe authentic: membuat dan mempertahankan
fakta berdasarkan keputusan dan penilaian; dan mengklarifikasi nilai-nilai
dalam kaitannya dengan alam dan norma kehidupan.
f. Hypothetical inquiry tipe terapan (applied hypothetical inquiry):
mensintesis hipotesis yang kompleks; menganalisis dan mengevaluasi
pendapat ilmiah; merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru; dan
memecahkan masalah nyata yang kompleks.
4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa memuat
aktivitas guru dan siswa yang disesuaikan dengan setiap tingkatan inkuiri pada
pembelajaran levels of inquiry model. Lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran ini menggambarkan urutan pembelajaran yang tertuang di dalam
RPP yang telah disusun oleh guru. Pengisian lembar ini adalah dengan
pengamatan observer terhadap aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa
selama pembelajaran yang mengacu pada kriteria dalam lembar observasi.
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran terdapat pada lampiran B.1.a.
F. Teknik Pengolahan Data
a. Setelah pembelajaran levels of inquiry model diterapkan pada materi rotasi dan
revolusi Bumi, tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Berikut ini adalah
teknik pengolahan data kemampuan inkuiri siswa:
1. Hasil kemampuan inkuiri pada setiap aspek diolah dengan cara:
a. Menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa dengan terlebih dahulu
memberikan nilai kemampuan inkuiri pada masing-masing indikator
kemampuan inkuiri berdasarkan kriteria kemampuan inkuiri yang telah
dibuat dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 4. Kemudian
dihitung nilai rata-rata dari seluruh siswa. Nilai rata-rata kemampuan
inkuiri siswa tersebut diubah ke dalam bentuk nilai 1 hingga 4 dengan
cara sebagai berikut.
nilai rata−rata aspek kemampuan inkuiri = nilai rata−rata
nilai maksimum × 4
b. Langkah selanjutnya, nilai rata-rata tersebut diubah ke dalam bentuk
persentase.
2. Hasil kemampuan inkuiri pada setiap tingkatan inkuiri diolah dengan cara
menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa di setiap aspek kemampuan
inkuiri. Setelah itu, diperoleh nilai kemampuan inkuiri di setiap tingkatan
siswa di setiap tingkatan inkuiri ini kemudian diubah menjadi nilai
rata-rata. Nilai rata-rata tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk persentase.
c. Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada siswa dan guru untuk
setiap tingkatan inkuiri pada levels of inquiry model diolah dengan cara
menjumlahkan banyaknya masing-masing aktivitas guru dan siswa yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang
telah dilakukan, diperoleh kesimpulan.
Hasil kemampuan inkuiri siswa yang diperoleh melalui pembelajaran levels of
inquiry model pada topik gerak Bumi adalah sebagai berikut.
1. Pada tingkatan discovery learning, aspek kemampuan inkuiri terendah
diperoleh pada kemampuan mengkomunikasikan hasil dan kemampuan
mengklasifikasikan hasil. Pada aspek kemampuan mengklasifikasikan hasil,
siswa kesulitan dalam mengelompokkan fenomena-fenomena yang menjadi
bukti bahwa Bumi melakukan gerak rotasi dan revolusi. Sementara pada
kemampuan mengkomunikasikan hasil, banyak siswa yang tidak
mengkomunikasikan fenomena-fenomena yang menjadi bukti bahwa Bumi
melakukan gerak rotasi dan revolusi secara lisan. Aspek kemampuan inkuiri
tertinggi diperoleh pada kemampuan mengamati karena siswa terlihat antusias
dalam melakukan pengamatan mengenai fenomena-fenomena yang berkaitan
dengan rotasi dan revolusi Bumi.
2. Pada tingkatan interactive demonstration, banyak siswa masih kesulitan dalam
menghubungkan fenomena yang terjadi berdasarkan demontrasi dengan
fenomena yang terjadi pada alam sekitar sehingga pada aspek kemampuan
penjelasan ilmiah dengan menggunakan bukti dan logika memperoleh nilai
terendah. Sementara, pada aspek kemampuan menjelaskan sebagian siswa
sudah mampu dalam menjelaskan fenomena yang terjadi berdasarkan kegiatan
demonstrasi sehingga pada aspek kemampuan ini diperoleh nilai tertinggi.
3. Pada tingkatan inquiry lesson, aspek kemampuan inkuiri terendah diperoleh
pada kemampuan menggunakan teknologi dan matematika selama
penyelidikan serta aspek kemampuan inkuiri tertinggi diperoleh pada
kemampuan membuat tabel. Pada kemampuan menggunakan teknologi dan
matematika selama penyelidikan, siswa harus bergantian dengan teman
sekelompok dalam menggunakan komputer yang disediakan sehingga siswa
tidak optimal dalam menggunakan animasi. Sementara, pada kemampuan
membuat tabel, seluruh siswa dibimbing oleh guru sehingga siswa mampu
membuat tabel dengan benar.
4. Pada tingkatan inquiry labs tipe guided inquiry, aspek kemampuan inkuiri
terendah diperoleh pada kemampuan merancang dan melakukan penyelidikan
ilmiah serta aspek kemampuan inkuiri tertinggi diperoleh pada kemampuan
menetapkan hukum secara empiris berdasarkan bukti dan logika. Pada
kemampuan merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah, siswa kesulitan
dalam menggunakan alat gerak semu Matahari. Sementara pada kemampuan
menetapkan hukum secara empiris berdasarkan bukti dan logika, sebagian
siswa sudah mampu membuat kesimpulan mengenai kedudukan Matahari
5. Pada tingkatan real-world application tipe authentic, siswa kurang aktif dalam
berdiskusi kelompok sehingga pada aspek kemampuan membangun argumen
logis berdasarkan bukti ilmiah dan kemampuan interpersonal memperoleh
nilai terendah. Sementara sebagian besar siswa sudah mampu mendekati benar
dalam memecahkan masalah keseharian sehinggga aspek kemampuan inkuiri
tertinggi diperoleh pada kemampuan membuat dan mempertahankan fakta
berdasarkan keputusan dan penilaian serta kemampuan mengklarifikasi
nilai-nilai dalam kaitannya dengan alam dan norma kehidupan.
6. Pada tingkatan hypothetical inquiry tipe terapan, aspek kemampuan inkuiri
terendah diperoleh pada kemampuan merevisi hipotesis dan prediksi pada
bukti baru serta aspek kemampuan inkuiri tertinggi diperoleh pada
kemampuan memecahkan masalah nyata yang kompleks. Pada kemampuan
merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru, siswa masih kesulitan dalam
merevisi hipotesis dan prediksi berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan.
Pada kemampuan memecahkan masalah nyata yang kompleks, sebagian siswa
sudah mampu membuat kesimpulan dengan benar dan mendekati benar
mengenai pengaruh revolusi Bumi terhadap perbedaan lamanya siang dan
malam.
B. Saran
Berdasarkan temuan dalam penelitian yang telah dilakukan maka penulis
1. Agar pembelajaran inkuiri dapat diterapkan secara optimal, guru harus
memiliki kemampuan dalam mengelola kelas dengan baik seperti membuat
suasana kelas agar tetap kondusif, penggunaan alokasi waktu secara tepat,
memberikan kesempatan pada siswa secara merata untuk mengajukan
pendapat, dan guru juga harus mendorong siswa secara aktif dalam pencarian
informasi maupun fakta yang baru. Selain itu ketersediaan alokasi waktu yang
leluasa akan mendukung penerapan pembelajaran ini secara optimal.
2. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan melibatkan kemampuan
psikomotor lebih banyak daripada kemampuan kognitif agar siswa lebih
antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Lembar keterlaksanaan pembelajaran harus mampu menggambarkan seberapa
besar peran guru dan siswa selama pembelajaran. Selain itu, pembuatan
aktivitas pada lembar keterlaksanaan pembelajaran pada masing-masing
tingkatan dari levels of inquiry model sebaiknya disusun dengan jumlah yang
sama agar hasil dari keterlaksanaan masing-masing tingkatan pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Depdiknas, 2006. KTSP Mata Pelajaran IPA SMP/MTS. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang
Liliawati, W. et al. 2011. Penyusunan Buku Ajar Astronomi Berdasarkan Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Dan SMA. Laporan Penelitian Hibah Bersaing
Nurmala, Nuvi. 2012. Analisis Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas V Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Permata, Evita. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Sma Kelas X Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sudrajat, Akhmad. 2011. Strategi Pembelajaran Inkuiri. [online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com. [29 November 2012]
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wenning, Carl. 2005. Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3). pp 3-11
Wenning, Carl. 2011a. Experimental Inquiry in Introductory Physics Courses. Journal of Physics Teacher Education Online, 6(2). pp 2-8