• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry terhadap Kemampuan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Gerak Manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry terhadap Kemampuan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Gerak Manusia"

Copied!
314
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Tina Novasari

NIM 1111016100046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem GerakManusia disusun oleh Tina Novasari, NIM. 1111016100046, Program Studi Pendidikan Biologi,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah lakarta telah melalui bimbingan dan

dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Tangerang, 25 Juli 2016

Yang mengesahkan,

Pembimbing II

l.

fd-,^^g*

---'

Yuke Mardiati. M.Si

NIP. 19760117 200701 2 013 Pembimbing

I

Yr. Suiivo Miranto. M.Pd

(3)

Gerak Manusia"

Tina

Novasari,

NIM

1111016100046, diajukan kepada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 12 Agustus 2016 dihadapan dewan penguji.

Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana 51 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan

Biologi.

Panitia Sidang Munaqosah,

Tangerang. 26 Agustus 2016

Tanggal

Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)

Dr. Yanti Herlanti. M.Pd

NIP. 19710119 200801 2 010

Penguji 1

Dr. Yanti Herlanti" M.Pd

NrP. 19710119 200801 2 010

Penguji 2

Baiq Hana Susanti. M.Sc

NIP. 19700209 200003 2 001

!.1

'1

aLu

6lTlde

V*7^/

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama

Tempat/Tgl.Lahir

NIM

Jurusan / hodi Judul Skripsi

Tina Novasari

Jakarta 5 Agustus 1993 I I I 1016100046

Pendidikan IPA / Pendidikan Biologi

Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry Terhadap

Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Gerak

Manusia

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd

2. Yuke Mardiati, M.Si

dengan ini menyatakan bahwa slaipsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta,26 Juli2016

TinaNovasari

(5)

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem gerak pada manusia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 di SMAN 6 Depok. Metode yang digunakan adalah quasi experiment dengan desain Pretest-Posttest control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing 31 dan 30 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen tes tertulis keterampilan proses sains dalam bentuk essai. Hasil analisis data kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol menggunakan uji-t diperoleh thitung sebesar 2,255 dan ttabel pada taraf signifikansi (α=0,05) sebesar 2,001 maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari model pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem gerak pada manusia.

(6)

Tarbiyah and Teacher Training Faculty, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

This research purposed to know the influence of guided inquiry learning models

on student’s science process skill on the concept of musculoskeletal systems. This

research was conducted at SMAN 6 Depok in November 2015. The type of this research was used quasi experimental with Pretest-Posttest control group design. The sample was taken by using simple random sampling technique. The total number of each research sample for experimental class are 31 students and control class are 30 students. The data collecting technique of this research was using an instrument of wruten test about science process skill in the form of essay. The result of data analysis for the class experiment and class control group using t-test result tcount was 2,255 and

ttable on significance level (α=0,05) at 2.001, then tcount > ttable,. This showed from this

research was that there was an influence of the implementation of guided inquiry based learning model toward science process skill on the concept of musculoskeletal systems.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat

Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yaitu skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry

terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Gerak Manusia”.

Skripsi ini merupakan syarat untuk mendapat gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini mungkin tidak terlaksana dan selesai tanpa adanya izin, bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus validator instrumen penelitian saya yang telah memberikan banyak waktu, tenaga, pikiran, motivasi dan membimbing saya.

4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku Dosen Pendidikan Biologi dan sebagai pembimbing I yang telah memberikan banyak waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi dalam membimbing penulis pada penyusunan skripsi ini.

5. Yuke Mardiati, M.Si, selaku Dosen Pendidikan Biologi dan sebagai pembimbing II yang telah memberikan banyak waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi dalam membimbing penulis pada penyusunan skripsi ini.

(8)

8. Kedua orang tua, Bapak Sukarjo dan Ibu Murtamah, kedua kakak, Eko Sulistiawan

dan Tri Hartono, serta seluruh keluarga yang telah memberikan do’a dan dukungan

baik moril ataupun materi pada penulis.

9. Elyana Nugraheni, Fitriasari, Ratna Endah, Qonita Rahmi, Risyca Nova, Marlina Septiani, Serlin Nur, Nona Tiara, Dessy Amalia, dan teman-teman Pendidikan Biologi B 2011, dab Biologi 2011 atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.

10. Siswa/i SMAN 6 Depok atas kerjasama nya selama penelitian skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang terlibat dalam penelitian dan selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa sripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun terhadap skripsi ini agar dapat memperbaiki dalam penyusunan karya tulis selanjutnya. Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada pada skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Tangerang, Agustus 2016

(9)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori ... 8

1. Model Pembelajaran Inquiry ... 8

a. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry ... 8

b. Tujuan Pembelajaran Inquiry ... 10

c. Tingkatan Pembelajaran Inquiry ... 10

d. Langkah-langkah Pembelajaran Inquiry ... 11

e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Inquiry ... 12

2. Model Pembelajaran Guided Inquiry ... 13

(10)

3. Keterampilan Proses Sains ... 16

a. Pengertian Keterampilan Proses Sains ... 16

b. Dasar-dasar Keterampilan Proses Sains ... 17

c. Tingkatan Keterampilan Proses Sains ... 18

d. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains ... 18

e. Peranan Guru dalam Pendekatan Keterampilan Proses ... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berpikir ... 24

D. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Metode dan Desain Penelitian ... 28

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 30

1. Tes Keterampilan Proses Sains ... 30

2. Lembar Observasi ... 31

G. Kalibrasi Instrumen ... 34

1. Uji Validitas ... 34

a. Validitas Isi ... 35

b. Validitas Butir Soal ... 35

2. Uji Reliabilitas ... 36

3. Uji Tingkat Kesukaran ... 37

4. Uji Daya Beda ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 40

1. Uji Normalitas ... 40

2. Uji Homogenitas ... 41

(11)

4. Teknik Analisis Kemampuan Keterampilan Proses Sains ... 43

5. Teknik Analisis Lembar Observasi ... 43

6. Uji Hipotesis ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 45

1. Deskripsi Data Kualitatif ... 45

a. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains ... 45

2. Deskripsi Data Kuantitatif ... 49

a. Data Hasil Pretest dan Posttest ... 49

b. Nilai Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 49

c. Data Hasil Ketercapaian Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 51

d. Deskripsi Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 52

e. Data Kategori Ketercapaian Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 53

B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Uji Hipotesis ... 54

1. Uji Normalitas ... 54

2. Uji Homogenitas ... 54

3. Uji Hipotesis ... 55

C. Pembahasan ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(12)

vi

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Soal Keterampilan Proses Sains ...31

Tabel 3.3 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Praktikum 1 ..32

Tabel 3.4 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Praktikum 2 ..33

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen ...36

Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas ...36

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas ...37

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran ...38

Tabel 3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen ...38

Tabel 3.10 Klasifikasi Daya Pembeda ...39

Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda ...40

Tabel 3.12 Kriteria N-Gain ...42

Tabel 3.13 Kategori Keterampilan Proses Sains ...43

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Praktikum 1 ...46

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Praktikum 2 ...47

Tabel 4.3 Data Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...49

Tabel 4.4 Perbedaan Nilai Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...50

Tabel 4.5 Data hasil Ketercapaian Aspek Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...51

Tabel 4.6 Data Skor N-Gain...52

Tabel 4.7 Frekuensi N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...52

(13)

dan Kelas Eksperimen ...54

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen...55 Tabel 4.11 Hasil Uji-tPretest Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen ...56 Tabel 4.12 Hasil Uji-tPosttest Kelompok Kontrol dan

(14)

viii

Gambar 4.1 Diagram rata-rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...57 Gambar 4.2 Diagram skor Pretest dan Posttest Keterampilan Proses Sains

pada Kelas Eksperimen ...60 Gambar 4.3 Diagram skor Posttest Keterampilan Proses Sains

(15)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (kelas eksperimen)...72

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (kelas kontrol) ...100

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ...121

Lampiran 4 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ...138

Lampiran 5 Penilaian Lembar Kerja Siswa ...154

Lampiran 6 Soal Tugas ...158

Lampiran 7 Kunci Jawaban Tugas ...163

Lampiran 8 Lembar Observasi Guru...167

Lampiran 9 Lembar Observasi Siswa ...183

Lampiran 10 Lembar Observasi Praktikum ...198

Lampiran 11 Lembar Permohonan Validasi Isi ...203

Lampiran 12 Lembar Validasi Instrumen Keterampilan Proses Sains ...204

Lampiran 13 Lembar Kesesuaian Validasi Soal ...220

Lampiran 14 Instrumen Validasi ...222

Lampiran 15 Kunci Jawaban Instrumen Validasi ...232

Lampiran 16 Analisis Hasil Validitas ...240

Lampiran 17 Instrumen Penelitian ...249

Lampiran 18 Kunci Jawaban Instrumen Penelitian ...234

Lampiran 19 Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ...263

Lampiran 20 Analisis Keterampilan Proses Sains Posttest Kelas Eksperimen ..264

Lampiran 21 Analisis Keterampilan Proses Sains Pretest Kelas Eksperimen ....267

Lampiran 22 Analisis Keterampilan Proses Sains Posttest Kelas Kontrol ...270

Lampiran 23 Analisis Keterampilan Proses Sains Pretest Kelas Kontrol ...273

Lampiran 24 Hasil Uji N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...276

(16)

Lampiran 26 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen ...280

Lampiran 27 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest ...282

Lampiran 28 Hasil Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest ...284

Lampiran 29 Dokumentasi ...286

Lampiran 30 Surat Permohonan Bimbingan ...287

Lampiran 31 Surat Izin Penelitian ...288

Lampiran 32 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ...289

(17)

1

1. Latar Belakang Masalah

Hakikat Sains adalah sebagai a way of thinking (cara berfikir), a way of investigating (cara penyelidikan) dan a body of knowledge (sekumpulan pengetahuan). Sebagai cara berfikir, sains merupakan aktivitas mental (berpikir) orang-orang yang bergelut dalam bidang yang dikaji. Sebagai sekumpulan pengetahuan, sains merupakan susunan sistematis hasil temuan para ilmuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, maupun model ke dalam pengetahuannya sesuai bidang kajiannya seperti fisika, kimia, biologi, dan sebagainya.1

Hakikat sains meliputi tiga aspek yakni: produk, proses, dan sikap ilmiah.2 Aspek produk meliputi pengetahuan, konsep, prinsip-prinsip sains, sementara aspek proses terkait dengan serangkaian kegiatan ilmiah dimana seorang peneliti harus memiliki keterampilan proses sains yang yang memungkinkan produk ilmiah pengetahuan dan sikap ilmiah yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, disiplin, teliti, dan terbuka.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains merupakan pendidikan bidang studi dengan alam semesta serta segala proses yang terjadi didalamnya sebagai objeknya. Ilmu pengetahuan tentang alam semesta mencakup kegiatan penyelidikan atau penelitian yang diawali dengan kesadaran adanya masalah. Pada dasarnya seorang ilmuwan tentang alam adalah pengamat (observer)3.

Idealnya, dalam pembelajaran IPA, siswa tidak hanya belajar menghafal atau teori di kelas saja, tetapi siswa juga belajar dari alam dan lingkungan sekitar yang melibatkan

1 Siti Fatonah dan Zuhdan K. Prasetyo, Pembelajaran Sains, (Jakarta: Penerbit Ombak, 2014), h.

6.

2 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 161.

(18)

keterampilan proses sains siswa sehingga mengasah keterampilan proses sains siswa dan kemampuan proses sains siswa dapat diamati.

Observasi yang dilakukan di SMA Negeri 6 Depok berdasarkan hasil wawancara guru mata pelajaran, pembelajaran umumnya menggunakan metode ceramah dan metode diskusi. Penilaian pada umumnya hanya mengukur hasil belajar pada ranah kognitif saja. Hal tersebut dapat dilihat dari soal-soal ulangan harian yang dibuat oleh guru yang hanya mengukur hasil belajar siswa. Menurut guru mata pelajaran, soal-soal Ujian Nasional pun sebagian besar berupa soal hafalan dan hanya mengukur hasil belajar siswa di ranah kognitif sehingga guru lebih memilih metode ceramah dan diskusi serta membiasakan siswa belajar dengan cara menghafal materi-materi pembelajaran.

Pembelajaran yang bersifat eksperimen umumnya dilakukan dengan metode demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Alasan lain dari guru mata pelajaran jarang melakukan praktikum dan tidak menilai keterampilan proses sains siswa secara khusus adalah karena membutuhkan waktu yang lama, keterbatasan alat-bahan dan membutuhkan pengamat yang banyak, sehingga penilaian lebih difokuskan pada hasil belajar siswa saja karena dari pihak sekolah pun tidak ada tuntutan untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan proses sains secara rinci.

Observasi yang dilakukan pada sebagian siswa pun memberikan jawaban yang sama. Siswa biasa belajar dengan metode ceramah dan metode diskusi serta terbiasa belajar dengan cara menghafal. Akibatnya sebagian siswa sudah ter mindset bahwa pelajaran biologi adalah pelajaran yang penuh dengan hafalan, bukan belajar berdasarkan pengalaman, sehingga keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran biologi kurang tergali. Selain itu, pembelajaran menjadi membosankan bagi siswa dan kurang mengaktifkan siswa karena dalam sesi diskusi hanya beberapa siswa saja yang aktif.

(19)

Dalam pembelajaran IPA kemampuan proses sains siswa harus dikembangkan khususnya biologi agar sejalan dengan hakikat sains sesungguhnya yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Di dalam pembelajaran biologi, harus menghasilkan suatu produk yang berupa teori, konsep, dan hukum; proses yaitu dalam pembelajaran terdapat proses ilmiah seperti mengamati, mengukur, mengelompokkan, membedakan, dan sebagainya; dan sikap ilmiah yang meliputi rasa ingin tahu, teliti, jujur, terbuka, dan kritis.

Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dalam proses siswa/peneliti menggunakan pikirannya. Keterampilan manual terlibat karena dalam proses siswa menggunakan alat inderanya untuk penggunaan alat bahan, pengukuran, dan pengamatan. Keterampilan sosial terlibat karena dalam prosesnya siswa berinteraksi dengan orang lain dalam satu kelompok.

Melalui keterampilan proses, dapat dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, terbuka, kritis, tidak percaya tahayul, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.4

Untuk meningkatkan kemampuan proses sains siswa dalam pembelajaran IPA, dibutuhkan model dan metode pembelajaran yang efektif. Keterampilan proses sains siswa diharapkan dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran inquiry. Model pembelajaran inquiry memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penyelidikan dalam pembelajaran dalam bentuk praktikum/eksperimen. Experimental inquiry adalah proses menghasilkan dan menguji penjelasan dari fenomena yang diamati. Selain itu, experimental inquiry adalah sebuah proses yang berguna untuk orang yang mencoba untuk memahami apa yang siswa amati sebagai ilmuwan atau peneliti.5 Dalam

4 I Made Tangkas, Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap

Kemampuan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siawa Kelas X SMAN 3 Amlapura, Tesis Program Studi Pendidikan Sains Universitas Pendidikan Ganesha, 2012, h. 4.

5 Robert J. Marzano, Dimensions of Learning, (Alexandria: Mid-continent Research for

(20)

mengamati dan memahami apa yang siswa amati, diharapkan keterampilan proses sains siswa akan meningkat.

Model pembelajaran inquiry sendiri terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:

1) Discovery atau structured inquiry; 2) Guided inquiry; 3) Open inquiry. Pemilihan model pembelajaran guided inquiry ini diperlukan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan alasan: Pertama, guru berperan sebagai fasilitator yaitu menentukan masalah, siswa yang menentukan proses dam menyelesaikan masalah, sehingga akan menggugah rasa ingin tahu siswa. Kedua, model pembelajaran guided inquiry dilakukan dengan cara diskusi dan eksperimen/praktikum yang melibatkan keterampilan proses sains siswa sehingga membantu siswa memahami konsep berdasarkan hasil temuannya dan melatih keterampilan proses sains siswa. Ketiga, pembelajaran dengan model guided inquiry dilakukan secara berkelompok sehingga akan membangun rasa tanggung jawab siswa, dan keterampilan bekerja sama siswa.

Guided inquiry (inkuiri terbimbing) merupakan cara belajar yang efektif untuk mempersiapkan siswa berpikir secara mendalam tentang suatu pelajaran sehingga siswa dapat berhasil dalam belajar. Inkuiri terbimbing menargetkan penilaian pada siswa dari situasi yang dihubungkan pada suatu proses, sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang berarti dalam kehidupannya.6

Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) merupakan metode yang menggunakan struktur pembelajaran kelompok proses pembelajaran berpusat pada siswa, dimana siswa mendapat tugas mengumpulkan jawaban bersama dalam suatu kelompok. Siswa bekerja bersama dan mendapat tugas pada salah satu peran berikut: ketua kelompok, pencatat, penyampai materi, dan reflektor. Siswa bertanggung jawab dalam menjalankan peran di dalam grup sehingga hasilnya siawa mendapatkan sendiri, bukan berdasarkan instruksi dimana memotivasi untuk melengkapi tugas satu sama lain untuk

6 Carol C Kuhlthau, et al., Guided Inquiry: Learning in 21st Century Second Edition, (California:

(21)

memuaskan instruktur.7

Dengan pembelajaran berbasis guided inquiry (inkuiri terbimbing), diharapkan kemampuan proses sains siswa bisa meningkat dan menumbuhkan kesadaran siswa sebagai peneliti, sikap ilmiah siswa, ketelitian, kedisiplinan, dan kejujuran siswa juga dapat dikembangkan.

Pemilihan model pembelajaran guided inquiry didukung pula oleh hasil kajian yang relevan dari penelitian yang dilakukan oleh Sri Wulaningsih, Baskoro Adi, dan Riezky

Maya dengan judul “Pengaruh Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap

Keterampilan Proses Sains Siswa Ditinjau dari Kemampuan Akademik siswa SMA

Negeri 5 Surakarta” dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa model pembelajaran guided inquiry memiliki tahapan-tahapan belajar yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan proses sains siswa.8 Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengangkat penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry terhadap Kemampuan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Gerak Manusia”.

B. Identifikasi Masalah

Latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

a. Model pembelajaran kurang efektif dan tidak sesuai dengan karakteristik mata pelajaran biologi.

b. Siswa cenderung menghafal, bukan belajar berdasarkan pengalaman. c. Penilaian hanya menekankan pada hasil belajar aspek kognitif saja. d. Keterampilan proses sains siswa tidak tergali.

7 Jarrod Trevathan, Towards Online Delivery of Process-Oriented Guided Inquiry Learning

Techniques in Information Technology Courses, Journal of Learning Design Griffith University, Vol. 6 No. 2, 2013, p. 2.

8 Sri Wulaningsih, Baskoro Adi. P, dan Riezky Maya. P, Pengaruh Model pembelajaran Inkuiri

(22)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi:

a. Model pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah model pembelajaran guided inquiry

b. Langkah-langkah model pembelajaran guided inquiry mengacu pada langkah-langkah menurut Carol C. Khulthau.

c. Materi yang disampaikan adalah sistem gerak manusia Aspek eterampilan proses sains mengacu pada Nuryani Y. Rustaman dan yang diukur ada 10 aspek meliputi: mengamati, mengklasifikasi, interpretasi, prediksi, membuat pertanyaan, berhipotesis, merancang percobaan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran guided inquiry terhadap kemampuan proses sains siswa pada konsep sistem gerak manusia?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh model pembelajaran guided inquiry terhadap kemampuan proses sains siswa pada konsep sistem gerak manusia.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain:

a. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan tentang model pembelajaran guided inquiry terhadap kemampuan proses sains dan memacu peneliti kedepannya untuk melakukan penelitian yang lebih variatif lagi.

(23)

c. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran biologi.

(24)

8

a. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry

Inkuiri yang dalam bahasa inggris Inquiry, berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.1

Inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil, manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera pendengaran, pengecapan, pengelihatan, peraba, dan indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia terus berkembang menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna apabila rasa ingin tahu dikembangkan. Dalam rangka itulah strategi inkuiri dikembangkan.2

Inkuiri merupakan pembelajaran yang pengajarannya berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah, sedangkan guru berperan sebagai pembimbing belajar dan fasilitator. Dalam pembelajaran inkuiri, tugas utama guru memikih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri.3

1 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Pranada Media Grup,

2009), h. 166.

2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana Pranada Media Grup, 2012), h. 196.

(25)

Model pembelajaran inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richad Suchman (1962) yang memandang hakikat belajar sebagai latihan berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan. Inti dari gagasan Suchman adalah siswa akan bertanya bila dihadapkan pada masalah yang membingungkan, kurang jelas, atau kejadian aneh, siswa memiliki kemampuan menganalisis strategi berfikir siswa, siswa dapat mengembangkan strategi berfikir siswa, dan inkuiri akan lebih bermakna bila dilakukan dalam konteks kelompok.4

Model pembelajaran inkuiri biologi pada mulanya dikembangkan oleh Schwab tahun 1965 yang termuat dalam Biological Science Curriculum Study. Esensi dari model pembelajaran ini adalah mengajarkan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan seperti halnya pada peneliti biologi melakukan penelitian. Sedangkan prosedurnya adalah melibatkan siswa dalam menyelidiki masalah yang sebenarnya dengan cara melibatkan dalam penelitian membantu siswa mengidentifikasi konsep, dan mendorong siswa menemukan cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi.5

Salah satu prinsip utama inquiry, yaitu siswa dapat mengkonstruk pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya. Inquiry digunakan sebagai model yang memungkinkan siswa melakukan penyelidikan yang dilakukan pembelajar.6

Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.7

Uraian-uraian mengenai inquiry tersebut menunjukkan bahwa inquiry merupakan model pembelajaran mandiri yang dapat mengembangkan pola pikir siswa, jiwa peneliti siswa, dan berpusat pada siswa, dimana dalam proses

4 Siti Fatonah dan Zuhdan K. Prasetyo, Op. Cit., h. 74.

5 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.

67.

6 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini., Op. Cit., h. 119.

(26)

pembelajarannya siswa diarahkan untuk memecahkan suatu masalah dan menemukan sendiri jawaban-jawaban dari pertanyaannya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

b. Tujuan Pembelajaran Inquiry

Tujuan pembelajaran inquiry adalah agar siswa memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan tersimpan dalam memori jangka panjang siswa.

Model pembelajaran inkuiri sangat penting untuk membangun nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah seperti:8 1) Keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian data, merumuskan masalah, menguji hipotesis, dan menjelaskan suatu fenomena. 2) Kemandirian belajar. 3) Keterampilan mengekspresikan secara verbal. 4) Kemampuan berfikir logis. 5) Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentative.

c. Tingkatan Pembelajaran Inquiry

Standar for Science Teacher Preparation mengemukakan terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni:9 1) Discovery atau structured inquiry. Pada tingkatan discovery atau structured inquiry tindakan utama guru adalah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil. 2) Guided inquiry. Pada tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah. 3) Open inquiry. Tingkatan ini guru menjelaskan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi masalah dan menyelesaikannya.

Carl J. Wenning membagi inkuiri menjadi 6 tingkatan, yaitu:10 1) Discovery

8 Khoiru Ahmadi, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustaka,

2011), h. 25.

9 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Op. Cit., h. 121-122.

10 Carl J. Wenning, The Levels of Inquiry Model of Science Teaching, Journal of Physics

(27)

Learning. Merumuskan konsep, memperkirakan, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan, dan mengklasifikasikan hasil. 2) Interactive Demonstration. Memprediksi, menjelaskan, memperkirakan, memperoleh dan mengolah data, serta merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah menggunakan logika dan bukti. 3) Inquiry Lesson. Mengumpulkan dan mencatat data, membuat tabel data, merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah, serta menggunakan teknologi dan matematika selama penyelidikan. 4) Inquiry Laboratory. Mengukur secara metrik, menetapkan hukum secara empiris berdasarkan bukti dan logika, merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah, serta menggunakan teknologi dan matematika selama penyelidikan. 5) Real-world Applications. Mengumpulkan, menilai dan menafsirkan data dari berbagai sumber, membangun argument yang logis berdasarkan bukti ilmiah, membuat dan mempertahankan fakta berdasarkan keputusan dan penilaian, mengklarifikasi nilai-nilai dalam kaitannya dengan alam dan norma kehidupan, dan melatih kemampuan interpersonal. 6) Hyphothetical Inquiry. Mensitesis hipotesis yang kompleks, menganalisis dan mengevaluasi pendapat ilmiah, merevisi hipotesis, dan memecahkan masalah nyata yang kompleks.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Inquiry

Bruce Joyce mengungkapkan inkuiri memiliki 5 tahapan atau langkah-langkah pembelajaran, yaitu:11 1) Menyajikan masalah: menjelaskan prosedur inquiri dan menyajikan ketidaksesuaian peristiwa. 2) Mengumpulkan data melalui verifikasi: memeriksa objek dan kondisi objek, serta memeriksa kejadian dari situasi masalah. 3) Mengumpulkan data melalui eksperimen: menentukan variabel yang relevan dan menyusun hipotesis hubungan sebab akibat. 4) Mengorganisasi, menyusun penjelasan: menyusun penjelasan atau membahas hasil eksperimen. 5) Menganalisis proses inkuiri: melakukan analisis strategi inkuiri dan mengembangkan strategi yang lebih efektif.

11 Bruce Joyce, Models of Teaching, (United State of Canada: Pearson Education

(28)

Trianto menjelaskan 5 langkah pembelajaran inkuiri sebagai berikut:12 1) Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan. Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. 2) Merumuskan Hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan pada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. 3) Mengumpulkan Data. Hipotesis digunakan untuk proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik. 4) Analisis Data. Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh data kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis

yang telah dirumuskan. “benar” atau “salah”. 5) Membuat Kesimpulan. Langkah

penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Kedua langkah pembelajaran inkuiri di atas memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya, kedua langkah pembelajaran tersebut sama-memulai pembelajaran dari menyajikan masalah, dari situ proses berinkuiri siswa dimulai. Perbedaannya pada tahapan terakhir, Joyce mengungkapkan melakukan analisis strategi inkuiri dan mengembangkan strategi yang lebih efektif, sedangkan Trianto hanya sampai membuat kesimpulan dari data yang diperoleh siswa.

e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inquiry

Model Pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut:13

(29)

Keunggulan: 1) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang sehingga pembelajaran lebih bermakna. 2) Memberikan ruang pada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar siswa. 3) Sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4) Siswa yang memiliki kebutuhan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Kelemahan: 1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 3) Mengimplementasikannya perlu waktu yang panjang sehingga sulit menyesuaikan dengan waktu yang ditentukan. 4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi, pembelajaran inquiry sulit diimplementasikan oleg guru.

1. Model Pembelajaran Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Inkuiri terbimbing merupakan cara belajar yang efektif untuk mempersiapkan siswa berpikir secara mendalam tentang suatu pelajaran sehingga siswa dapat berhasil dalam belajar. Inkuiri terbimbing menargetkan penilaian pada siswa dari situasi yang dihubungkan pada suatu proses, sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang berarti dalam kehidupannya.14

Inkuiri terbimbing merupakan tangga untuk mencari inti dari sebuah informasi dimana hal itu tidak dapat diolah tanpa adanya masalah. Pembelajaran inkuiri terbimbing menuntut siswa dan guru untuk mengembangkan kesadaran dalam proses penelitian dan mengembangkan pengetahuan, pemikiran, tindakan, dan hukum para peneliti.15

Inkuiri terbimbing sering didefinisikan sebagai teknik pengajaran. Menurut National Science Education Standards of Michigan instruksi dalam pembelajaran

14 Carol C Kuhlthau, et al., Guided Inquiry: Learning in 21st Century Second Edition,

(California: Libraries Unlimited, 2015), p. 4.

15 Lee Fitz Gerald, The Twin Purposes of Guided Inquiry: guiding student inquiry

(30)

inkuiri melibatkan pembelajaran aktif yang menekankan pada pertayaan, menganalisis data, dan berpikir kritis. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, guru menyediakan pertanyaan, siswa yang mendesain dan melakukan prosedur atau praktikum dalam pembelajaran. 16

Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) merupakan metode yang menggunakan struktur pembelajaran kelompok proses pembelajaran berpusat pada siswa, dimana siswa mendapat tugas mengumpulkan jawaban bersama dalam suatu kelompok. Siswa bekerja bersama dan mendapat tugas pada salah satu peran berikut: ketua kelompok, pencatat, penyampai materi, dan reflektor. Siswa bertanggung jawab dalam menjalankan peran di dalam grup sehingga hasilnya siawa mendapatkan sendiri, bukan berdasarkan instruksi dimana memotivasi untuk melengkapi tugas satu sama lain untuk memuaskan instruktur.17

Pembelajaran inkuiri terbimbing menjanjikan membantu siswa untuk mempelajari sains secara bebas dengan konsep alternatif. Aktivitas dalam pembelajaran inkuiri terbimbing focus di tengah-tengah konsep dan proses sains mendorong dan membantu siswa mengerti secara mendalam rangkaian materi dengan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. 18

Guided inquiry (Inkuiri terbimbing) berdasarkan uraian diatas merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan guru dengan cara membimbing siswa untuk dapat menemukan pemahamannya sendiri terhadap suatu materi melalui suatu masalah yang disajikan oleh guru agar memahami materi secara mendalam. Dengan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing, kesadaran siswa sebagai peneliti, sikap ilmiah siswa, ketelitian, kedisiplinan, dan kejujuran siswa juga dapat dikembangkan.

16 Laura Florence, Question & Answer Guided Inquiry, Venturing Into Science Education,

Michigan Sea Grant education’s program, Vol 33, 2011, p. 6.

17 Jarrod Trevathan, Towards Online Delivery of Process-Oriented Guided Inquiry Learning

Techniques in Information Technology Courses, Journal of Learning Design Griffith University, Vol. 6 No. 2, 2013, p. 2.

18 Erl C. Villagonzalo, Process Oriented Guided Inquiry Learning: An Effective Approach in

(31)

a. Tahapan Pembelajaran Guided Inquiry

Alberta mengemukakan bahwa ada 6 tahapan dalam pembelajaran guided inquiry (inkuiri terbimbing), yaitu:19 1) Planning (perencanaan). Guru menyajikan permasalahan suatu materi pembelajaran yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Menentukan prosedur untuk menyelesaikan masalah dengan melakukan eksperimen yang ditentukan oleh siswa. 2) Retrieving (mendapatkan informasi). Siswa mencari dan mengumpulkan data mengenai masalah yang diajukan guru dari berbagai sumber. 3) Processing (memproses informasi). Siswa menguji dan membuktikan hipotesisnya dengan melakukan percobaan dan menganalisa hasil pengamatannya pada eksperimen. 4). Creating (menciptakan informasi). Siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatannya. Membuat laporan kegiatan eksperimennya. 5) Sharing (mengkomunikasikan informasi). Siswa mempresentasikan hasil pengamatannya. Guru mengomentari jalannya diskusi dan memberikan penguatan serta meluruskan hal-hal yang kurang tepat. 6) Evaluating (mengevaluasi). Guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok yang telah memberikan presentasinya kemudian memberi tugas individu mengenai materi yang telah dipelajari.

Carol C. Kuhlthau mengungkapkan terdapat 7 langkah kegiatan dalam pembelajaran guided inquiry (inkuiri terbimbing), yaitu:20 1) Initiation (inisiasi). Guru memulai proses penyelidikan dengan menjelaskan materi yang akan dipelajari dengan cara membangun pemikiran siswa, dan memancing rasa ingin tahu siswa. 2) Selection (seleksi). Siswa memilih topik secara umum, mengarahkan siswa pada pembelajaran, menemukan ide-ide yang menarik (menentukan suatu praktikum, menentukan alat dan bahan yang akan digunakan). 3) Exploration (eksplorasi). Siswa mencari informasi materi pelajaran/ melakukan praktikum dan mengidentifikasi cara yang mungkin dilakukan dari berbagai sumber. 4) Formulation (formulasi). Siswa membentuk informasi umum dari yang siswa temukan dalam berbagai konsep. 5)

19 Alberta, Focus on Inquiry (A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-Based Learning),

(Canada: Alberta Learning, 2004), p. 10.

20 Carol C. Kuhlthau, Guided Inquiry Design, (New Jersey: Rutgers University, 2012), p. 3-4

(32)

Collection (koleksi). Siswa memperluas materi dalam pengetahuan atau pemahaman yang baru. 6) Presentation (presentasi). Siswa berbagi informasi yang didapat dengan orang lain. Dalam hal ini, dengan guru dan teman sekelasnya. 7) Assesment (penilaian). Siswa dan guru menilai apa yang telah siswa pelajari. Tahap ini adalah tahap merefleksikan proses penyelidikan untuk mengevaluasi proses yang telah dilakukan.

2. Keterampilan Proses Sains

a. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan.21

Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang biasa dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan.22 Keterampilan proses sains tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran sains dan berkaitan dengan hukum dalam pembelajaran sains, baik formal maupun informal.23

Keterampilam proses sains merupakan keterampilan spesial yang mempermudah pembelajaran sains, aktivitas siswa dalam pembelajaran sains, mengembangkan respon indera siswa untuk pembelajaran siswa sendiri, meningkatkan pembelajaran sama baiknya seperti mengajarkan siswa metode penyelidikan.24

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya terdapat

21 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 144. 22 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Op. Cit, h. 51.

23 Chris Keil, Jodi Haney, and Jennifer Zoffel, Inprovements in Student Achivement and

Science Proccess Skill Using Environmental Health Science Problem-Based Learning, Journal of Science Education, Vol. 13 No. 1, 2009, p. 4.

24 Sevilay Karamustafaoglu, Improving the Science Process Skill Ability of Science Student

(33)

dalam diri siswa.25 Pentingnya pendekatan keterampilan proses karena: 1) memberikan pengertian kepada siswa tentang hakikat ilmu pengetahuan yang tepat. Siswa dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan. 2) memberikan kesempatan pada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, belajar bukan hanya sekedar bercerita atau mendengar cerita dan membuat siswa bahagia sebab siswa menjadi pembelajar yang aktif. 3) membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.

keterampilan proses sains berdasarkan uraian di atas merupakan kemampuan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, bukti, dan produk. Mengajarkan keterampilan proses pada siswa berarti memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu tentang sains, bukan hanya sekedar menghafal saja.

Pembelajaran sains dan pengembangan keterampilan proses sains merupakan dua hal yang terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan. Keterampilan proses sains sangat penting mengajarkan siswa untuk memperkaya pengetahuannya. Siswa memerlukan keterampilan proses sains baik untuk melaksanakan investigasi maupun dalam proses belajar.

b. Dasar-dasar Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran didasarkan pada hal-hal berikut:26 1) Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Percepatan perubahan Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak memungkinkan gugu sebagai orang satu-satunya yang menyalurkan pengetahuan. Untuk mengatasinya, perlu pengembangan keterampilan untuk memperoleh dan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa. 2) Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar mendapatkan hasil yang optimal. 3) Kegiatan belajar yang mampu memberi kesempatan pada siswa memperlihatkan unjuk-unjuk kerja melalui semua kegiatan keterampilan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip sangat

25

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2015), h. 138.

(34)

dibutuhkan. 4) Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu. Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemrosesan dan pemerolehan kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran keterbatasan dan keunggulan manusiawi dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Tingkatan Keterampilan Proses

Keterampilan proses menjadi dua tingkatan, yaitu Keterampilan Proses Tingkat Dasar (Basic Science Process Skill) dan Keterampilan Proses Terpadu (Integrated Science Process Skill).27 Keterampilan Proses Tingkat Dasar dan Keterampilan Proses Terpadu meliputi:1) Keterampilan proses tingkat dasar (basic science process skill)

yang meliputi: observasi/mengamati, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inferensi. 2) Keterampilan proses terpadu (integrated science process skill) yang meliputi: menentukan variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional, merencanakan penelitian, dan melakukan eksperimen.

d. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains

Janice Koch mengungkapkan keterampilan proses sains terbagi menjadi 8 tahapan, yaitu:28 1) Observation/observasi. Memperoleh informasi tentang objek dan peristiwa menggunakan seluruh indera. 2) Inference/menarik kesimpulan, membuat pernyataan dari hasil observasi dan memberikan alasan yang masuk akal. 3) Classifying/mengklasifikasikan. Mengelompokkan objek atau ide. 4) Measuring/menghitung. Menentukan jarak, volume, massa, waktu, menggunakan

27 Sevilay Karamustafaoglu, Op. Cit., p. 26.

28 Janice Koch, Science Stories: Science Mothods, Fifth Edition, (USA: Wadsworth, Cengage

(35)

stopwatch, dan lain-lain. 5) Recording data/mengolah data. Mengolah data dalam bentuk kata, gambar, grafik, atau angka dari hasil observasi. 6) Predicting/prediksi. Memprediksi apa yang akan terjadi berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan. Biasanya terlebih dahulu mencari pengetahuan tentang hal serupa. 7) Comparing and contrasting/menyamakan dan membedakan. Menemukan persamaan dan perbedaan suatu objek maupun peristiwa. 8) Designing and investigation/mendesain dan menyelidiki. Mengungkapkan prosedur yang masuk akal yang dapat digunakan untuk ujicoba (menuliskan apasaja alat-bahan yang diperlukan, menuliskan langkah kerja, dan mengidentifikasi variabel dalan suatu penelitian).

Nuryani mengungkapkan keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPA yaitu:29 1) Melakukan pengamatan (observasi). Menggunakan indera pengelihat, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba pada saat mengamati objek sangat dituntut dalam pembelajaran IPA. Menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk keterampilan proses mengamati. 2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi). Mencatat setiap hasil pengamatan secara terpisah antara hasil utama dan hasil sampingan termasuk menafsirkan atau interpretasi. 3) Mengelompokkan (klasifikasi). Penggolongan makhluk hidup dilakukan setelah siswa mengenali ciri-cirinya. Dengan demikian, proses pengelompokan mencakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. 4) Meramalkan (prediksi). Keterampilan meramalkan mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang suatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. 5) Berkomunikasi. Membaca grafik, tabel, atau diagram, menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi. Selain itu termasuk ke dalam berkomunikasi juga adalah menjelaskan hasil percobaan. 6) Berhipotesis. Hipotesis menyatakan

29 Nuryani Y. Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi (Malang: Universitas

(36)

hubungan antara dua variabel, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk mengujinya. 7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan Apabila di dalam lembar kerja siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan variabel juga termasuk ke dalam merencanakan penyelidikan. 8) Menerapkan konsep atau prinsip. Apabla siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, berarti ia menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya. Begitu pula apabila siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. 9) Mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa. Mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Dengsn demikian, jelaslah bahwa bertanya tidak sekedar bertanya, tetapi melibatkan pikiran.

(37)
[image:37.612.113.535.137.658.2]

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator30

No. Keterampilan

Proses Sains Indikator

1. Observasi Menggunakan alat indera, mengumpulkan fakta yang relevan

2. Klasifikasi

Mencatat hasil pengamatan, mengidentifikasi, membandingkan, mengelompokkan,

menghubungkan hasil pengamatan

3. Interpretasi

Menghubungkan hasil pengamatan,

menemukan pola dalam 1 seri pengamatan, menyimpulkan

4. Prediksi

Menggunakan hasil pengamatan,

mengemukakan kemungkinan yang terjadi pada keadaan yang belum diamati

5. Mengajukan pertanyaan

Bertanya apa, bagaimana, mengapa ; bertanya untuk meminta penjelasan

6. Berhipotesis

Mengetahui ada lebih dari 1 kemungkinan dalam 1 kejadian, menyadari suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti

7. Merancang percobaan

Menentukan alat dan bahan yang dinakan, menentukan variabel, menentukan apa yang akan diukur

8. Menggunakan alat/bahan

Memakai alat bahan, mengetahui alasan dan cara penggunaan alat bahan

9. Menerapkan konsep

Menerapkan konsep pada situasi baru, menggunakan konsep pada pengalama baru

10. berkomunikasi

Memberikan data empiris hasil percobaan, menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan, membaca grafik, mendiskusikan hasil kegiatan

(38)

e. Peranan Guru dalam Pendekatan Keterampilan Proses

Guru sebagai fasilitator siswa memiliki peranan penting dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Proses pembelajaran yang baik akan memberikan kesan pembelajaran bermakna bagi siswa. Ada beberapa hal yang harus guru perhatikan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa diantaranya:31

Peranan Umum: Memberikan kesempatan peserta didik melakukan eksplorasi materi dan fenomena, memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok, mendengarkan pembicaraan siswa yang lain, mendorong siswa mengulas secara kritis tentang bagaimana kegiatan yang telah siswa lakukan, dan memberikan teknik untuk meningkatkan keterampilan khususnya kecepatan dalam observasi dan pengukuran.

Peranan Khusus: membantu mengembangkan keterampilan observasi, kalsifikasi, komunikasi, interpretasi, prediksi, berhipotesis, dan melakukan penyelidikan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sri Wulaningsih, Baskoro Adi P, Riezky Maya P, dalam penelitiannya yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau Dari Kemampuan Akademik Siswa SMA Negeri

5 Surakarta”. Instrumen penelitian berupa tes dan lembar observasi yang telah diuji cobakan untuk diketahui validitas dan reliabilitasnya. Rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis varians (anava) dua jalan pada sel yang tidak sama dengan uji General Linear Model yang sebelumnya telah di uji dengan uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan homogenitas dengan uji Levene’s. Analisis uji lanjut menggunakan uji LSD. Semua perhitungan menggunakan bantuan program SPSS 16 dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa H0 ditolak. Diartikan bahwa model

(39)

pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap KPS siswa SMA Negeri 5 Surakarta.32

I Made Tangkas, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan pemahaman konsep

dan Keterampilan proses sains siswa kelas X SMAN 3 Amlapura”. Rancangan penelitian ini adalah The posttest only control group design. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa. Data pertama dikumpulkan dengan tes pemahaman konsep berbentuk tes pilihan ganda dengan jumlah 30 buitir soal dan data kedua dikumpulkan dengan instrumen keterampilan proses sains dengan 5 indikator. Data dianalisis secara deskriptif dan dengan menggunakan statistik multivariat MANOVA. Berdasarkan hasil analisa data, ditemukan hasil-hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, terdapat perbedaan yang signifikan hasil pemahaman konsep dan keterampilan proses sains antara kelompok siswa dengan model inkuiri terbimbing dan kelompok siswa dengan model pembelajaran langsung (F = 10,349; p<0,05). Kedua, terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelompok siswa dengan model inkuiri terbimbing dan kelompok siswa dengan model pembelajaran langsung (Fhitung = 12,183; Ftabel = 3,920). Ketiga, terdapat perbedaan keterampilan proses sains antara kelompok siswa dengan model inkuiri terbimbing dan kelompok siswa dengan model pembelajaran langsung (Fhitung = 16,756; Ftabel = 3,920).33

Nanda Maikristina, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina, dalam penelitiannya yang

berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMAN 3 Malang

pada Materi Hidrolisis Garam”. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental semu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil

32

Sri Wulaningsih, Baskoro Adi. P, dan Riezky Maya. P, Pengaruh Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Ditinjau dari Kemampuan Akademik siswa SMA Negeri 5 Surakarta, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 4 No. 2, 2012, h. 33.

33 I Made Tangkas, Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

(40)

belajar kognitif, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, psikomotorik, afektif, dan keterampilan proses sains siswa. Tes kognitif dikembangkan oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki kriteria sangat baik dengan rerata persentase keterlaksanaan 100%; (2) hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (rerata 89) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran problem solving (rerata 85) dengan nilai Asymp.Sig = 0,035.34

Ibrahim Bilgin, dalam penelitiannya yang berjudul “The Effect of Guided Inquiry Instruction Incorporating with Cooperative Learning Environtment on University

Students’ Achivement of Acid and Bases Concept and Attitude Toward Guided

Inquiry Instruction” pembelajaran inkuiri pada konsep Asam dan Basa dapat memberikan pengaruh positif dimana dengan inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan siswa belajar sendiri.35

Julie Beth McDonnell, dalam penelitiannya yang berjudul “The Effects of

Guided Inquiry on Understanding High School Chemistry” mengungkapkan bahwa Secara keseluruhan, siswa menunjukkan peningkatan pada pemahaman konseptual dan dalam penyelesaikan masalah siswa menunjukkan peningkatan keterlibatan selama kegiatan kelas. Siswa dan guru juga mengalami peningkatan motivasi sebagai dampak dari adanya interverensi pembelajaran guided inquiry. 36

C. Kerangka Berpikir

Hakikat IPA memiliki empat unsur utama yaitu: 1) sikap, dimana siswa memiliki rasa ingin tahu terhadap benda atau fenomena alam disekitarnya; 2) proses, dimana siswa menggali rasa ingin tahunya atau memecahkan masalah melalui pengamatan,

34 Nanda Maikristina, dkk., Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

terhadapHasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMAN 3 Malang pada Materi Hidrolisis Garam, Skripsi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Malang, 2013, h.7.

35 Ibrahim Bilgin, The Effect of Guided Inquiry Instruction Incorporating with Cooperative

Learning Environtment on University Students’ Achivement of Acid and Bases Concept and Attitude

Toward Guided Inquiry Instruction, Departement of Primary Education Journal Scientific Research and Essay, Vol. 4, 2009, p. 1.

36 Julie Beth McDonnell, The Effects of Guided Inquiry on Understanding High School

(41)

praktikum, dan lain-lain; 3) produk, berupa hukum atau teori; dan 4) aplikasi, yaitu penerapan konsep IPA tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Observasi disekolah menunjukkan dalam pembelajaran guru lebih sering menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung hanya menghafal materi/ konsep yang siswa pelajari tanpa menggali keterampilan proses sains siswa yang menjadi kemampuan dasar siswa dalam pembelajaran IPA. Pengukuran hasil belajar IPA pun hanya mengukur aspek kognitif saja, sehingga siswa cenderung mengejar target nilai yang sudah di tetapkan.

Model pembelajaran yang efektif sangat diperlukan untuk menggali keterampilan proses sains siswa agar pembelajaran tidak monoton dan pembelajaran menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa sehingga pembelajaran tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, tetapi juga dapat menggali keterampilan proses sains siswa.

(42)
[image:42.612.94.566.102.629.2]

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Hakikat IPA (Biologi)

1. Sikap : Rasa ingin tahu

2. Proses : memecahkan masalah dengan metode ilmiah 3. Produk : Berupa fakta, hukum, teori

4. Aplikasi : Penerapan dalam kehidupan sehari-hari

1. Siswa cenderung menghafal, bukan belajar berdasarkan pengalaman

2. Penilaian sebagian besar hanya mengukur hasil belajar pada ranah kognitif saja 3. pembelajaran menjadi monoton dan kurang mengaktifkan siswa

4. keterampilan proses sains siswa tidak tergali

Diperlukan model pembelajaran yang efektif dan dapat memunculkan keempat aspek pada pembelajaran IPA menggali

keterampilan proses sains siswa

Model pembelajaran guided inquiry (inkuiri terbimbing)

inisiasi seleksi eksplorasi formulasi koleksi presentasi penilaian dan refleksi

(43)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

(44)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 6 Depok di Jalan Raya Limo, Depok, Jawa Barat pada kelas XI semester ganjil tahun ajaran 2015-2016.

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen semu atau quasi eksperimental yaitu pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variabel yang dipandang paling dominan.1

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design, dimana desain ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dimana kedua kelompok dipilih secara random.2 Perbedaan pemahaman pada kedua kelompok dapat dilihat dengan menggunakan pretest sebelum pelajaran dimulai, tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan.

Siswa akan diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry pada kelas eksperimen dan model pembelajaran non guided inquiry pada kelas kontrol. Pada akhir penelitian setelah diberikannya perlakuan maka siswa akan diberikan tes akhir (posttest) setelah proses belajar mengajar materi sistem gerak pada manusia, tujuannya untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah pembelajaran. Hasil kedua tes tersebut nantinya akan dipakai sebagai data penelitian untuk kemudian diolah dan dibandingkan hasilnya dengan

1 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2010), h. 59.

2

(45)
[image:45.595.108.521.174.528.2]

analisis statistik yang digunakan. Desain penelitian ini dapat digambarkan pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Group Pretest Treatment Posttest

Experiment O1 X O2

Control O3 O4

Keterangan:

O1 = Pretest kelompok kelas eksperimen O3 = Pretest kelompok kelas kontrol O2 = Posttest kelompok kelas eksperimen O4 = Posttest kelompok kelas kontrol

X = Proses pembelajaran dengan model guided inquiry

C. Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian.3 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 6 Depok. Populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 6 Depok.

2. Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata kita teliti dan Tarik kesimpulan dari padanya.4. Teknik mengumpulan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik simple random sampling (pengambilan sampel secara acak).5 Sampel yang digunakan adalah kelas XI IPA 4 dan IPA 6 SMA Negeri 6

3 Nana Syaodih, op. cit., h. 250. 4Ibid., h. 250.

5 Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT.

(46)

Depok. Kelompok pertama (kelas IPA 4) adalah kelompok kontrol dan kelompok kedua (kelas IPA 6) adalah kelompok eksperimen.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini mengunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas (variabel X) yaitu model pembelajaran guided inquiry 2. Variabel terikat (variabel Y) yaitu keterampilan proses sains siswa

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari tes keterampilan proses sains dan lembar observasi praktikum yang merupakan instrumen dari penelitian ini. Tes keterampilan proses sains menggunakan soal berupa uraian sebanyak 19 butir saat pretest dan posttest. Lembar observasi praktikum digunakan saat praktikum berlangsung untuk mengukur keterlaksanaan model pembelajaran guided inquiry.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes tertulis keterampilan proses sains dan lembar observasi praktikum. Tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang diberikan pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Sedangkan Kegiatan observasi ini juga dilakukan sebanyak dua kali, yaitu saat praktikum pada kelas eksperimen berlangsung untuk mengukur keterampilan proses sains yang diamati.

1. Tes Keterampilan Proses Sains Siswa

(47)
[image:47.595.72.556.180.539.2]

Kisi- kisi instrumen tes keterampilan proses sains dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Soal Keterampilan Proses Sains

Keterangan :

* soal yang tidak valid

2. Lembar Observasi

Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar observasi. Lembar observasi merupakan metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Lembar observasi ini berupa daftar cek (check list) yaitu penataan data dilakukan dengan mempergunakan sebuah daftar yang memuat nama observer disertai jenis gejala yang diamati.6

6 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.160.

No Indikator KPS Jenjang Kognitif C1 menyebutkan C2 Menjelaskan C3 Aplikasi C4 Analisis C5 Evaluasi C6 Mencipta

1. Observasi 1,2 3*

2. Klasifikasi 4,6 5

3. Interpretasi 7,8*

4. Prediksi 11 9* 10

5. Membuat

Pertanyaan

12, 13*,14,15

6. Membuat

Hipotesis 16

*,17 7. Merenca- nakan Percobaan 18,19,20 8. Menentu-kan Alat-Bahan

21*,22*, 23 9. Menerap-kan Konsep 24,25*

10. Berkomuni

Gambar

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator30
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Soal Keterampilan Proses Sains
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang hanya ingin melihat dampak penerapan model pembelajaran process oriented guided inquiry learning (POGIL)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING ( GUIDED INQUIRY ) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI.. (Eksperimental Semu

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), Cet.7,h.. Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa inquiry merupakan kegiatan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada mata pelajaran IPA materi Biologi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis guided inquiry lebih efektif dalam meningkatkan literasi sains siswa dibandingkan pembelajaran tradisional atau ceramah

Hal tersebut didukung dengan hasil penenelitian terdahulu tentang penerapan model pembelajaran guided inquiry untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa,

Wina Sanjaya (2009: 196) mengemukakan bahwa ciri utama dalam penerapan model pembelajaran guided inquiry yakni dalam prosesnya lebih menekankan kepada aktivitas

ABSTRAK Pengembangan Model Pembelajaran Integrated Guided Inquiry IGI untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.. Pascasarjana Universitas Negeri Padang Oleh,