Neneng Anisah, 2013
PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
PEMBELAJARAN PEMBUATAN SISTEM KOLOID MENGGUNAKAN
METODE DISCOVERY-INQUIRY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat utuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Jurusan Pendidikan Kimia
Oleh :
Neneng Anisah
0902242
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
PEMBELAJARAN PEMBUATAN SISTEM KOLOID MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-INQUIRY
Oleh Neneng Anisah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Neneng Anisah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Neneng Anisah, 2013
NENENG ANISAH
PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
PEMBELAJARAN PEMBUATAN SISTEM KOLOID MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-INQUIRY
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Gun Gun Gumilar, S.Pd., M.Si NIP: 19790626001121001
Pembimbing II
Dr. F.M. Titin Supriyanti, M.Si NIP: 195810141986012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Neneng Anisah, 2013
Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan
ABSTRAK
Keterampilan Proses Sains (KPS) dianggap sebagai keterampilan dasar dan penting bagi siswa, sehingga KPS perlu diukur dalam pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang pencapaian KPS siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experimental, dengan desain penelitian One-Shot Case Study. Subjek penelitian adalah siswa pada salah satu SMA di Kota Bandung sebanyak 37 orang. Instrumen penelitian berupa tes tertulis, lembar observasi, lembar kerja siswa (LKS) dan pedoman wawancara. KPS yang diukur dalam penelitian ini meliputi keterampilan mengajukan pertanyaan, berhipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengamati, berkomunikasi dan menafsirkan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian KPS untuk siswa kelompok tinggi dan sedang termasuk kategori sangat baik dan baik, sedangkan siswa kelompok rendah pencapaiannya sebagian besar termasuk kategori cukup. Pencapaian keseluruhan indikator KPS pada siswa kelompok tinggi termasuk kategori sangat baik, sedangkan pada kelompok sedang dan rendah termasuk kategori baik, namun demikian nilai KPS siswa kelompok sedang lebih tinggi dibanding siswa kelompok rendah. Secara keseluruhan, pencapaian KPS siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid, menggunakan metode discovery-inquiry, termasuk kategori baik.
ABSTRACT
Science process skills (KPS) are considered as basic and important skill for student, so that
KPS needs to be measured in learning process. The purpose of this research is to obtain an
informations about student’s science process skills achievement on making colloidal Systems
learning using discovery-inquiry. This research method used pre-experimental, with one-shot
case study as the design. Subjetcs were student in the one of senior school in Bandung, with
total are 37 peoples. Research instruments in the form of a written test, observation sheet,
student worksheet (LKS), and interview guidelines. There are eight KPS measured on this
research were skill at asking question, hypothesizing, predicting, designing experiment, using
tools and materials, observing, communicating and interpreting data. The result of high and
medium ability student group’s science process skills achievement are very good and good
category, whereas the result of low ability student group’s science process skills achievement
for the most part enough category. The result at the whole indicators science process skills is
the high ability student’s group are very good category while on a medium and low ability student’s group are good category, however the value of science process skills of medium ability student’s group is higher compared to the low ability student’s group. Overall, the student’s science process skills on making colloidal Systems, using discovery-inquiry method, is good category.
iv Neneng Anisah, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………… i
KATA PENGANTAR………. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii
DAFTAR ISI ……….... iv
DAFTAR TABEL ………... vi
DAFTAR GAMBAR ……….. vii
DAFTAR LAMPIRAN ………... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ……….. 3
C. Tujuan Penetilitian ……….. 4
D. Manfaat Penelitian ………... 5
E. Struktur Organisasi Skripsi ……….. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Proses Sains………..………... 7
2. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya…. 8 3. Pentingnya Keterampilan Proses Sains... 13
4. Metode Discovery-Inquiry………..………... 14
a. Discovery ……… 15
b. Inquiry ……… 16
c. Discovery-Inquiry ………... 17
5. Deskripsi Materi Pembuatan Sistem Koloid... 21
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ……… 25
C. Kerangka Pemikiran ………... 28
D. Hipotesis Penelitian ……… 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 32
B. Desain Penelitian ……… 33
C. Metode Penelitian ………. 38
D. Definisi Operasional ………... 38
E. Instrumen Penelitian ………... 39
F. Proses Pengembangan Instrumen ………... 40
G. Teknik Pengumpulan Data ………. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pencapaian Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS)
untuk Masing-masing Kelompok Siswa…...…... 45
B. Pencapaian Keseluruhan Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS) untuk Masing-masing Kelompok Siswa... 68
C. Pencapaian Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS) untuk Seluruh Siswa…... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 77
B. Saran ……… 79
DAFTAR PUSTAKA ………... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………... 85
vi Neneng Anisah, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains.…. 9 Tabel 3.1 Desain Penelitian One-Shot Case Study……...……… 34 Tabel 3.2 Skala Kategori Kemampuan……….……… 42 Tabel 4.1 KPS yang Diukur pada Setiap Tahapan Metode
Discovery-Inquiry ………...……… 46 Tabel 4.2 Pencapaian Keterampilan Mengajukan Pertanyaan untuk
Masing-masing Kelompok Siswa ………...………… 47 Tabel 4.3 Pencapaian Keterampilan Berhipotesis untuk
Masing-masing Kelompok Siswa...…..……… 49 Tabel 4.4 Pencapaian Keterampilan Memprediksi untuk
Masing-masing Kelompok Siswa...………... 52 Tabel 4.5 Pencapaian Keterampilan Merencanakan Percobaan untuk
Masing-masing Kelompok Siswa...…..……… 54 Tabel 4.6 Pencapaian Keterampilan Menggunakan Alat dan Bahan
untuk Masing-masing Kelompok Siswa..……… 57 Tabel 4.7 Pencapaian Keterampilan Mengamati untuk
Masing-masing Kelompok Siswa...……… 59 Tabel 4.8 Pencapaian Keterampilan Berkomunikasi untuk
Masing-masing Kelompok Siswa...………..……… 61 Tabel 4.9 Pencapaian Keterampilan Menafsirkan Pengamatan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambaran Mikroskopik Larutan, Suspensi, dan Koloid..… 22 Gambar 2.3 Pembuatan Sol Fe(OH)3…….………. 25
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian………. 28 Gambar 3.1 Alur Penelitian ………. 36 Gambar 4.1 Nilai Setiap Indikator KPS untuk Setiap Kelompok
Siswa………. 67
Gambar 4.2 Nilai Persentase Rata-rata Keseluruhan Indikator KPS
untuk Masing-masing Kelompok Siswa……… 68 Gambar 4.3 Nilai Persentase Rata-rata KPS Seluruh Siswa untuk
viii Neneng Anisah, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……….. 87
A.2 Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) …………..…………..…………..….. 102
A.3 Kisi-kisi Soal pada LKS 1 ……… 112
A.4 Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) ……… 118
A.5 Kisi-kisi Soal pada LKS 2 ……… 127
Lampiran B B.1 Kisi-kisi Instrumen………. 134
B.2 Soal Tes Tertulis (post-test) ………..………. 136
B.3 Standar Penilaian Soal Tes Tertulis……….….……….. 139
B.4 Petunjuk Penilaian Lembar Observasi 1 ....……… 151
B.5 Lembar Observasi 1 (Cara Kondesasi) ……….. 155
B.6 Petunjuk Penilaian Lembar Observasi 2 ……… 163
B.7 Lembar Observasi 2 (Cara Dispersi) ………. 167
B.8 Pedoman Wawancara……….. 175
Lampiran C C.1 Data Pengelompokkan Siswa .………... 177
C.2 KPS Mengajukan Pertanyaan ………...………. 179
C.3 KPS Berhipotesis ………...………...………. 181
C.4 KPS Memprediksi ………..…...……....………. 183
C.5 KPS Merencanakan Percobaan ……...………. 185
C.6 KPS Menggunakan Alat dan Bahan ….………. 187
C.7 KPS Mengamati …...………...……...………. 190
C.8 KPS Berkomunikasi…...…….………...………. 192
C.9 KPS Menafsirkan Pengamatan ………..………. 194
C.10 KPS Masing-masing Kelompok Siswa untuk Seluruh Indikator ……. 196
C.11 KPS Seluruh Siswa untuk Setiap Indikator …….…….…….…….….. 197
Lampiran D D.1 Surat Izin Penetilian ………... 199
D.2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ………... 200
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sains bidang kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasakan
sulit bagi banyak siswa karena berbagai alasan, salah satunya adalah fakta bahwa
keberhasilan siswa dalam pembelajaran kimia adalah tegantung pada informasi
yang telah mereka pelajari dari pembelajaran sebelumnya (Orgill, 2008).
Kesulitan mempelajari ilmu kimia juga disebabkan karena konsep-konsep yang
terdapat dalam pelajaran kimia memiliki kesukaran dan keabstrakan yang tinggi
(Chittleborough, 2004). Maka dari itu perlunya melibatkan siswa secara langsung
dalam pembelajaran agar siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya.
Kimia pada hakikatnya mencakup dua hal, yaitu kimia sebagai produk dan
kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan
yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip (Ozgelen, 2012).
Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang
dimiliki oleh para ilmuan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan
kimia. Proses dalam melakukan keterampilan yang terkait dengan sains disebut
dengan keterampilan proses sains (sains process skills), dan sikap-sikap yang
dimiliki para ilmuan disebut sikap ilmiah. Keterampilan proses inilah yang
digunakan setiap ilmuan ketika mengerjakan aktivitas-aktivitas sains.
Keterampilan proses sains (KPS) dianggap sebagai keterampilan dasar dan
penting bagi siswa, sehingga KPS perlu diukur dalam pembelajaran menggunakan
metode pembelajaran yang sesuai yakni metode pembelajaran yang berpusat pada
siswa.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan sebelum melaksanakan
penelitian, dari tiga sampel sekolah yang dilakukan wawancara, ditemukan bahwa
metode pembelajaran kimia yang dilakukan di sekolah, belum mengarah pada
metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), seringkali guru
menerapkan metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru dengan siswa
2
Neneng Anisah, 2013
siswa cenderung jenuh dan kurang tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Oleh karena itu, perlu adanya inovasi pembelajaran, yakni pembelajaran yang
dapat mendorong siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri serta
mengembangkan KPS siswa, salah satunya menggunakan metode
discovery-inquiry. Dari ketiga sampel sekolah yang dilakukan wawancara, salah satunya
dipilih sebagai subjek penelitian.
Menurut Amien (1987) discovery-inquiry merupakan suatu metode
pembelajaran yang cara penyajian pelajarannya banyak melibatkan siswa dalam
proses-proses mental dalam rangka penemuan. Sintaks dalam metode
pembelajaran discovery-inquiry ini meliputi stimulasi, perumusan masalah,
pengumpulan data, analisis data, verifikasi, dan generalisasi (Makmun, 2003).
Pembelajaran melalui metode ini tentunya akan membawa dampak besar bagi
perkembangan mental yang positif pada siswa, sebab melalui pembelajaran
discovery-inquiry siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk bereksplorasi
dan mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang dimiliki siswa.
Dengan demikian, siswa tidak akan berlaku pasif, tetapi memungkinkan siswa
untuk menemukan penemuan-penemuan baru secara mandiri, baik berupa konsep,
fakta, maupun prinsip-prinsip.
Berbagai penelitian mengenai KPS sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Balim pada tahun 2008, hasil penelitian
yang diperoleh yaitu prestasi belajar siswa, persepsi, dan hafalan pada tingkat
kognitif maupun afektif siswa kelompok eksperimen yang menggunakan metode
pembelajaran discovery dan inquiry learning memperoleh pencapaian yang lebih
baik dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode
tradisional, serta penggunaan metode pembelajaran discovery dan inquiry
learning membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Penelitian yang dilakukan
oleh Suprini pada tahun 2012, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan metode
discovery-inquiry pada pembelajaran sifat-sifat koloid dapat mengembangkan
KPS siswa dengan baik, hasil yang diperoleh yaitu keterampilan menafsirkan
pengamatan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, serta
3
menunjukkan bahwa metode discovery-inquiry dapat mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran, serta dapat mengembangkan KPS siswa.
Salah satu materi pembelajaran kimia yang dapat mengembangkan KPS
siswa adalah “Pembuatan Sistem Koloid”. Materi tersebut dipilih karena
beberapa alasan. Pertama, pembelajaran materi ini tidak bersifat memberikan
informasi konsep-konsep saja, tetapi berkesempatan untuk mengembangkan KPS
siswa yang ditunjang melalui kegiatan praktikum yang sesuai dengan
sintaks-sintaks dalam pembelajaran discovery-inquiry. Kedua, pembuatan sistem koloid
merupakan materi yang banyak diaplikasikan dan dimanfaatkan untuk keperluan
hidup manusia, dan peranannya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, diharapkan siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, dari tiga
sampel sekolah di kota Bandung yang dilakukan wawancara pada tahun 2013,
mengungkapkan bahwa biasanya pembelajaran pembuatan sistem koloid
diajarkan dengan menggunakan metode ceramah, sehingga siswa tidak mampu
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimiliknya. Selain itu, materi
pembuatan sistem koloid jarang diajarkan di sekolah karena menurutnya materi
tersebut banyak tetapi alokasi waktunya sedikit, sehingga guru hanya sekedar
memberikan tugas membaca dan merangkum saja.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu dilakukan pembelajaran
dengan menggunakan metode discovery-inquiry untuk mengukur KPS siswa pada
pembelajaran pembuatan sistem koloid. Adapun penelitian yang dilakukan
berjudul “Profil Keterampilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Pembuatan
Sistem Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, permasalahan yang teridentifikasi
yaitu mengenai metode pembelajaran yang sering kali digunakan dalam
pembelajaran kimia di sekolah, terutama pada materi pembuatan sistem koloid
adalah metode yang berpusat pada guru. Akibatnya, dengan metode tersebut siswa
4
Neneng Anisah, 2013
Materi pembuatan sistem koloid erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, keterampilan ini harus diterapkan dalam kehidupan siswa
yaitu untuk mengatasi berbagai persoalan yang mereka temukan. Dengan
demikian, perlu diterapkan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu
menggunakan metode discovery-inquiry yang dapat mengembangkan KPS siswa.
Berdasarkan uraian di atas, secara umum yang menjadi masalah utama
yaitu “Bagaimana KPS siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode discovery- inquiry?”
Untuk memperjelas arah penelitian, maka rumusan masalah di atas
dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pencapaian setiap indikator KPS siswa kelompok tinggi,
sedang dan rendah pada pembelajaran pembuatan sistem koloid
menggunakan metode discovery-inquiry?
2. Bagaimana pencapaian keseluruhan indikator KPS siswa kelompok tinggi,
sedang dan rendah pada pembelajaran pembuatan sistem koloid
menggunakan metode discovery-inquiry?
3. Bagaimana pencapaian setiap indikator KPS seluruh siswa pada
pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode
discovery-inquiry?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Memperoleh informasi tentang pencapaian setiap indikator KPS siswa
kelompok tinggi, sedang dan rendah pada pembelajaran pembuatan sistem
koloid menggunakan metode discovery-inquiry,
2. Memperoleh informasi tentang pencapaian keseluruhan indikator KPS
siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah pada pembelajaran pembuatan
sistem koloid menggunakan metode discovery-inquiry serta;
3. Memperoleh informasi tentang pencapaian setiap indikator KPS seluruh
siswa pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan metode
5
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa:
a. Melatih siswa belajar secara aktif, sehingga dapat memberikan
pengalaman baru serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi pembuatan sistem koloid dalam pembelajaran yang
menggunakan metode discovery-inquiry.
b. Melatih keterampilan proses sains (keterampilan mengajukan
pertanyaan, berhipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan,
menggunakan alat dan bahan, mengamati, berkomunikasi dan
menafsirkan pengamatan).
2. Bagi guru:
Memberikan pengetahuan mengenai penerapan metode pembelajaran
discovery-inquiry yang dapat digunakan untuk aktivitas belajar yang berpusat
pada siswa, terutama pada materi pembuatan sistem koloid.
3. Bagi peneliti lain:
Dapat dijadikan acuan untuk mengadakan penelitian selanjutnya guna
meningkatkan kualitas pembelajaran kimia.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri atas lima bab yaitu Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian
pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian; Bab III Metode
Penelitian; Bab IV Hasil dan Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran.
Setiap bab terdiri dari sub bab yang disusun secara terstruktur sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Bab 1 sebagai bab Pendahuluan dalam melakukan penelitian, memuat lima
sub bab meliputi Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi. Bab II
sebagai bab yang membahas mengenai Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan
Hipotesis Penelitian, memuat empat sub bab meliputi Kajian Pustaka, Penelitian
6
Neneng Anisah, 2013
Pustaka yang disajikan membahas mengenai teori-teori yang melandasi
penyusunan, yaitu pembahasan mengenai KPS, Metode Discovery-Inquiry, dan
Deskripi Materi Pembuatan Sistem Koloid.
Bab III sebagai bab yang membahas Metodologi Penelitian, memuat
delapan sub bab meliputi Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode
Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan
Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, serta Analisis Data. Bab IV merupakan
bab yang menunjukkan Hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat tiga sub bab
meliputi Pencapaian Setiap Indikator KPS untuk Masing-masing Kelompok
Siswa, Pencapaian Keseluruhan Indikator KPS untuk Masing-masing Kelompok
Siswa, dan Pencapaian Setiap Indikator KPS Seluruh Siswa pada Pembelajaran
Pembuatan Sistem Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Bab terakhir
dalam penulisan skripsi ini adalah Bab V yang membahas mengenai Kesimpulan
dan Saran, memuat dua sub bab yaitu Kesimpulan dan Saran sesuai dengan hasil
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan uraikan mengenai metodologi penelitian yang
digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan
instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Penjelasan dari
masing-masing aspek tersebut dideskripsikan secara sistematis sebagaimana penelitian
ini dilaksanakan.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu SMA di kota Bandung.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester 2, sebanyak satu kelas
yang terdiri dari 37 orang siswa dan sedang mengikuti pembelajaran pembuatan
sistem koloid pada semester 2, tahun ajaran 2012-2013. Siswa dikelompokkan
kedalam tiga kategori kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagian
ketiga kategori tersebut dilihat dari nilai ulangan harian siswa. Adapun
kualifikasi pengelompokkan ketiga kategori tersebut menggunakan cara statistik.
Pengelompokkan dengan cara statistik dilakukan dengan menghitung rata-rata
nilai ulangan harian mata pelajaran kimia dan standar deviasi. Rumus untuk
mencari rata-rata (mean) sebagai berikut:
Keterangan :
: Jumlah skor
N : Jumlah siswa
(Arikunto, 2010)
Rumus untuk mencari standar deviasi adalah: Mean =
33
Neneng Anisah, 2013
Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan
Keterangan:
SD : Standar Deviasi
: tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N
: semua skor dijumlahkan, dibagi N lalu dikuadratkan
Berdasarkan hasil perhitungan (pada lampiran C.1), didapatkan nilai
mean sebesar 70.84 dan nilai standar deviasi sebesar 10,4. Hasil perhitungan dari
penentuan dalam pengelompokkan siswa menunjukkan untuk dapat digolongkan
menjadi siswa kelompok tinggi harus memiliki nilai di atas 81,24. Siswa
digolongkan menjadi kelompok rendah harus memiliki nilai di bawah 60,44, dan
sisanya yaitu di antara nilai 81,24 sampai dengan 60,44 termasuk ke dalam siswa
kelompok sedang. Analisis terhadap nilai ulangan kimia pada seluruh siswa
sebagai subjek penelitian, memperoleh jumlah siswa yang dapat digolongkan
menjadi siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Pembagian kelompok siswa
pada penelitian ini yaitu siswa kelompok tinggi sebanyak 5 orang, siswa
kelompok sedang sebanyak 28 orang dan siswa kelompok rendah sebanyak 4
orang.
Untuk kepentingan penelitian ini, di awal pembelajaran siswa kelompok
eksperimen dikelompokkan secara heterogen, yaitu kelompok terdiri dari siswa
kelompok tinggi, sedang, maupun rendah. Siswa dibagi ke dalam delapan
kelompok dengan masing-masing kelompok siswa terdiri dari 4-5 orang.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot
Case Study. Desain penelitian One-Shot Case Study, yaitu sekelompok siswa
kelas XI yang diberi perlakuan/treatment dengan metode pembelajaran
discovery-inquiry pada materi pembuatan sistem koloid, dan selanjutnya
diobservasi hasilnya mengenai pencapaian keterampilan proses sains (KPS)
siswa dari hasil tes tertulis (post-test), lembar observasi dan LKS. Pada
34
praktikum sesuai dengan tahapan-tahapan dalam metode discovery-inquiry.
Paradigma dalam penelitian eksperimen desain ini dapat digambarkan seperti
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain penelitian One-Shot Case Study
Kelompok Perlakuan Post-test
Eksperimen X O
(Sugiyono, 2012)
X = treatment yang diberikan (Variabel bebas)
O = Observasi (Variabel terikat)
Pada tahap stimulasi, siswa diberikan permasalahan berupa artikel yang
mengandung masalah-masalah yang erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, masalah yang diberikan berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
Tahap selanjutnya adalah perumusan masalah, pada tahap ini siswa dituntut
untuk menggunakan keterampilan mengajukan pertanyaan, memprediksi dan
berhipotesis. Siswa mengidentifikasi berbagai permasalahan yang terdapat di
dalam artikel. Masalah tersebut dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, kemudian
siswa membuat jawaban sementara (hipotesis) atas pertanyaan yang siswa
ajukan sendiri.
Setelah tahap perumusan masalah, kemudian siswa menguji kebenaran
dari hipotesis yang telah ia buat sendiri. Oleh karena itu, siswa harus melakukan
pengumpulan data melalui kegiatan praktikum. Untuk mendapatkan data dari
eksperimen, maka siswa sebelumnya merancang percobaan yang akan
dilaksanakan serta mengidentifikasi alat dan bahan yang diperlukan. Pada tahap
pengumpulan data, siswa dilatih keterampilan merancanakan percobaan,
menggunakan alat dan bahan, serta keterampilan mengamati hasil percobaannya.
Selain pengumpulan data didapat dari data percobaan, siswa juga dapat
mengumpulkan data diluar data percobaan, misalnya dari studi pustaka dan
sumber belajar lain. Tahap selanjutnya yaitu analisis data, dari tahap stimulasi
sampai analisis data siswa melakukan pembelajaran dalam bentuk belajar
kelompok. Pada tahap analisis data siswa membuat pertimbangan berdasarkan
35
Neneng Anisah, 2013
Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan
keterampilan berkomunikasinya yaitu melatih siswa untuk dapat
menggambarkan data empiris hasil pengamatan pembuatan sistem koloid ke
dalam bentuk tabel. Setelah tahap analisis data, dilanjutkan dengan tahap
verifikasi. Pada tahap ini siswa dilatih keterampilan menafsirkan pengamatannya
yaitu siswa membandingkan kesesuaian hasil percobaan dengan hipotesis awal
yang telah mereka nyatakan sebelumnya. Tahap terakhir yaitu generalisasi, pada
tahap ini juga siswa dilatih keterampilan menafsirkan pengamatannya yaitu
mengemukakan kesimpulan sebagai suatu hasil pembelajaran yang telah
dilakukan.
Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi terhadap kegiatan
siswa untuk memperoleh nilai siswa selama pembelajaran menggunakan metode
discovery-inquiry yang akan dijadikan sebagai nilai KPS siswa. Setelah
pembelajaran selesai, siswa diberikan post-test untuk mengetahui kemampuan
KPS siswa setelah diberikan perlakuan.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, diperlukan adanya suatu desain atau skema langkah penelitian
sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini
dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, serta tahap
36
Tahap Akhir Mengolah dan menganalisis data
Pembahasan
BAGAN ALUR PENELITIAN
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan Analisis standar isi kimia
SMA berdasarkan KTSP
Penentuan materi kimia yang akan diteliti
Studi kepustakaan materi pembuatan sistem koloid sesuai KTSP
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pembuatan sistem koloid
Validasi instrumen penelitian
Perbaikan
Penyusunan instrumen penelitian (Soal tes tertulis, LKS, lembar observasi, pedoman wawancara)
Pembelajaran menggunakan metode discovery-inquiry untuk menganalisis KPS siswa
Studi kepustakaan mengenai metode discovery-inquiry Studi kepustakaan mengenai
KPS siswa
Pengisian LKS
Observasi
37
Neneng Anisah, 2013
Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan
Berdasarkan Gambar 3.1, alur penelitian tersebut dimulai dari tahapan
persiapan, dilanjutkan tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Untuk lebih jelasnya,
alur penelitian diuraikan dalam langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Menganalisis standar isi KTSP 2006 materi pelajaran kimia SMA
kelas XI.
b. Melakukan studi kepustakaan mengenai KPS.
c. Melakukan studi kepustakaan mengenai metode discovery-inquiry.
d. Menetapkan materi pembuatan sistem koloid yang akan digunakan
sebagai materi pembelajaran dalam penelitian ini.
e. Melakukan studi kepustakaan mengenai materi pembuatan sistem
koloid yang sesuai dengan KTSP.
f. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran pembuatan sistem
koloid.
g. Menyusun instrumen penelitian meliputi: Soal uraian (tes tertulis),
lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi dan pedoman
wawancara.
h. Melakukan validasi instrumen penelitian.
i. Melakukan perbaikan instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Melakukan pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan
metode discovery-inquiry pada kelas yang diteliti.
b. Memberikan LKS dan melaksanakan observasi pada kelas yang
diteliti.
c. Melaksanakan post-test untuk mengetahui KPS yang diukur pada
pembelajaran pembuatan sistem koloid.
d. Melaksanakan wawancara terhadap perwakilan siswa kelompok
tinggi, sedang dan rendah pada kelas yang diteliti.
3. Tahap pengolahan dan analisis data
38
b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari tes tertulis,
LKS, lembar observasi dan pedoman wawancara.
c. Membuat kesimpulan penelitian yang dilaksanakan.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre-experimental.
Metode penelitian pre-experimental merupakan metode penelitian yang belum
sesungguhnya dikarenakan variabel terikatnya masih dipengaruhi oleh variabel
luar selain variabel bebasnya. Pada penelitian pre-eksperimental tidak adanya
kelas kontrol, dan sampel tidak dipilih secara acak. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah KPS, sedangkan variabel bebasnya adalah metode
discovery-inquiry. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pencapaian KPS siswa yang diukur pada pembelajaran pembuatan sistem koloid.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupkan penjabaran variabel dan kondisi yang
terjadi pada penelitian (Wiersma, 2009). Definsi operasional menyatakan apa
yang diamati dan bagaimana mengukurnya. Variabel-variabel dalam penelitian
ini menyangkut variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang akan diuji. Variabel ini merupakan
variabel yang dimanipulasi atau diubah oleh orang yang melakukan
eksperimen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran discovery-inquiry. Metode discovery-inquiry yang
digunakan adalah jenis modified discovery-inquiry.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah KPS siswa. KPS siswa diperoleh berdasarkan nilai siswa
39
Neneng Anisah, 2013
Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah tingkatan kelas siswa yang dijadikan subjek
penelitian, sekolah lokasi penelitian dan materi pokok yang diajarkan
yaitu pembuatan sistem koloid.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih hemat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah
(Arikunto, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal
uraian (tes tertulis), lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi dan pedoman
wawancara.
1. Tes Tertulis
Tes digunakan untuk mengetahui KPS yang dikembangkan oleh siswa.
Tes dalam penelitian ini berupa soal uraian yang terdiri dari lima butir soal
meliputi indikator keterampilan merencanakan percobaan, memprediksi,
berhipotesis, berkomunikasi dan menafsirkan pengamatan.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan berisi prosedur praktikum
dan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan langkah-langkah pada
metode discovery-inquiry dan indikator-indikator KPS yang hendak diukur. LKS
ini digunakan sebagai alat bantu untuk memandu siswa selama proses
pembelajaran discovery-inquiry berlangsung, serta LKS yang telah diisi siswa
bertujuan untuk mengukur indikator-indikator KPS siswa yang dapat
dikembangkan pada pembelajaran pembuatan sistem koloid.
3. Lembar Observasi
Observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan atas
40
(Musfiqon, 2012). Observasi ini dilakukan oleh pengamat menggunakan lembar
observasi. Lembar observasi yaitu catatan hasil pengamatan yang dibuat oleh
peneliti untuk mengetahui KPS yang dimiliki siswa. Lembar observasi ini
digunakan oleh peneliti sebagai pedoman melakukan observasi atau pengamatan
guna memperoleh data yang akurat dalam pengamatan. Melalui observasi yang
dilakukan terhadap siswa dalam kegiatan belajar, baik pada waktu menjawab
pertanyaan, melakukan percobaan, maupun kerja kelompok, guru dapat membuat ”judgement” tentang taraf penguasaan keterampilan-keterampilan proses oleh masing-masing siswa (Firman, 2000).
4. Pedoman wawancara
Pedoman Wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi
mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Informasi tersebut diperoleh
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan antara peneliti dan
siswa. Wawancara bertujuan untuk memperkuat jawaban tes tertulis, LKS dan
lembar observasi.
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara
terstruktur, dimana peneliti telah menyiapkan pedoman wawancara berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang tersusun secara sistematis (Sugiyono, 2012).
Kegiatan wawancara direkam menggunakan tape recorder atau video untuk
pendokumentasian, kemudian dianalisis.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Pengujian instrumen dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu
instrumen yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian KPS siswa.
Pengujian instrumen dalam penelitian ini meliputi validasi istrumen.
Uji Validitas
Menurut Arikunto (2010) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Validitas
dilakukan dengan cara membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam
41
Neneng Anisah, 2013
Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan
memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu, maka tes tersebut dikatakan valid untuk tujuan tertentu (Arifin, 2009).
Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur itu
mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut (Firman, 2000).
Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan
penilaian (Sudjana, 2005). Validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
validitas isi. Validitas isi (content validity) adalah derajat kesesuaian isi
butir-butir soal dari suatu tes dengan karakteristik yang hendak diukur (Reksoatmodjo,
2007). Validitas isi terhadap instrumen ini dilakukan oleh dua orang dosen,
dengan cara mempertimbangkan kesesuaian antara butir soal dalam tes tertulis,
LKS dan lembar observasi yang digunakan sebagai alat pengumpul data dengan
indikator KPS siswa yang diukur dalam penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari penelitian berupa tes tertulis, LKS, lembar
observasi dan hasil wawancara untuk memperoleh informasi mengenai
pencapaian KPS siswa. Data dari tes tertulis dan LKS diperoleh dari jawaban
siswa ketika menjawab soal tes tertulis dan LKS mengenai pencapaian KPS
siswa yang diukur dalam penelitian. Lembar observasi diperoleh dari aspek
psikomotor siswa selama melakukan kegiatan praktikum. Hasil wawancara
diperoleh melalui rekaman jawaban siswa terhadap pertanyaan yang diajukan
dalam pedoman wawancara, serta digunakan sebagai data pendukung.
Responden yang diwawancarai adalah sembilan siswa dari masing-masing
perwakilan kelompok tinggi, sedang dan rendah. Rekaman data hasil wawancara
diubah ke dalam bentuk transkrip, sehingga membentuk suatu transkrip
wawancara. Wawancara ini dilakukan diluar jam pelajaran.
H. Analisis Data
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data
untuk tes tertulis, LKS, lembar observasi dan pedoman wawancara adalah
42
1. Pengolahan data tes tertulis
a) Menentukan pencapaian setiap indikator KPS siswa kelompok
tinggi, sedang dan rendah adalah sebagai berikut:
- Mengelompokkan siswa ke dalam kategori tinggi, sedang dan
rendah.
- Memberikan total skor mentah jawaban setiap siswa pada tes
tertulis.
- Mengubah skor mentah menjadi nilai persentase, dengan rumus:
Nilai persentase = x 100%
- Menghitung nilai yang diperoleh siswa dalam masing-masing
kategori siswa (tinggi, sedang dan rendah) untuk setiap indikator
KPS siswa yang diukur.
- Menghitung nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam
masing-masing kategori siswa (tinggi, sedang dan rendah) untuk setiap
indikator KPS siswa yang diukur.
- Menentukan kategori kemampuan perkategori siswa berdasarkan
skala kriteria kemampuan sesuai tabel 3.2.
Tabel 3.2 Skala Kategori Kemampuan
Nilai (%) Kategori Kemampuan
81-100
61-80
41-60
21-41
0-20
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
(Arikunto, 2010)
b) Menentukan pencapaian keseluruhan indikator KPS siswa kelompok
43
Neneng Anisah, 2013
Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Pembuatan Sistem KoloidMenggunakan
- Menghitung nilai rata-rata KPS yang diperoleh siswa pada
masing-masing kategori siswa (tinggi, sedang dan rendah) untuk
seluruh indikator KPS yang diukur.
- Menentukan kategori kemampuan perkategori siswa berdasarkan
skala kriteria kemampuan sesuai tabel 3.2.
c) Menentukan pencapaian setiap indikator KPS seluruh siswa adalah
sebagai berikut :
- Menghitung nilai rata-rata KPS seluruh siswa untuk setiap
indikator KPS yang diukur.
- Menentukan kategori kemampuan seluruh siswa berdasarkan
skala kriteria kemampuan sesuai tabel 3.2.
2. Lembar Kerja Siswa dan lembar observasi
a) Memberikan skor mentah pada lembar observasi dan jawaban siswa
yang terdapat dalam LKS berdasarkan kriteria penilaian yang telah
dibuat.
b) Mengubah skor mentah yang diperoleh kedalam bentuk nilai
persentase.
c) Menentukan nilai rata-rata yang diperoleh siswa untuk
masing-masing:
Kategori kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah.
KPS siswa dalam keterampilan mengajukan pertanyaan, berhipotesis, memprediksi, merencanakan percobaan,
menggunakan alat dan bahan, mengamati, berkomunikasi dan
menafsirkan pengamatan.
d) Menentukan kategori kemampuan seluruh siswa berdasarkan skala
kriteria kemampuan sesuai tabel 3.2.
∑skor mentah
∑skor maksimum
44
3. Wawancara
Wawancara dilakukan pada perwakilan siswa yang memperoleh nilai
tinggi, sedang dan rendah dalam tes. Data yang diperoleh dari hasil wawancara
yang berupa lisan diubah menjadi tulisan. Hasil wawancara dibuat data tertulis
untuk mengetahui informasi mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa
selama pembelajaran berlangsung. Selanjutnya menganalisis hasil wawancara
77 Neneng Anisah, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Selain itu, juga akan dikemukakan saran-saran untuk perbaikan
penelitian dan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis pada penelitian dengan judul Profil
Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa pada Pembelajaran Pembuatan Sistem
Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pencapaian setiap indikator KPS setiap kelompok siswa (tinggi, sedang,
dan rendah) pada pembelajaran pembuatan sistem koloid menggunakan
metode discovery-inquiry adalah sebagai berikut:
a. Keterampilan mengajukan pertanyaan pada siswa kelompok tinggi
termasuk kategori sangat baik (90%), siswa kelompok sedang
termasuk kategori baik (61%), dan siswa kelompok rendah termasuk
kategori cukup (56%).
b. Keterampilan berhipotesis pada siswa kelompok tinggi termasuk
kategori sangat baik (88%), siswa kelompok sedang termasuk kategori
baik (66%), dan siswa kelompok rendah termasuk kategori cukup
(53%).
c. Keterampilan memprediksi pada siswa kelompok tinggi termasuk
kategori sangat baik (95%), siswa kelompok sedang termasuk kategori
baik (62%), dan siswa kelompok rendah termasuk kategori cukup
(56%).
d. Keterampilan merencanakan percobaan pada siswa kelompok tinggi
masing-78
masing nilai sebesar (100%) dan (87%), serta siswa kelompok rendah
termasuk kategori baik (75%).
e. Keterampilan menggunakan alat dan bahan pada siswa kelompok
tinggi dan sedang termasuk kategori baik yaitu dengan masing-masing
nilai sebesar (80%) dan (72%), serta siswa kelompok rendah termasuk
kategori sangat baik (91%).
f. Keterampilan mengamati pada siswa kelompok tinggi dan sedang
termasuk kategori sangat baik yaitu dengan masing-masing nilai
(97%) dan (81%), serta siswa kelompok rendah termasuk kategori
cukup (58%).
g. Keterampilan berkomunikasi pada siswa kelompok tinggi, sedang dan
rendah termasuk kategori sangat baik dengan nilai masing-masing
sebesar (93%), (86%), dan (91%).
h. Keterampilan menafsirkan pengamatan pada siswa kelompok tinggi
termasuk kategori sangat baik (93%), serta kelompok sedang dan
rendah termasuk kategori baik dengan nilai masing-masing sebesar
(75%) dan (71%).
2. Pencapaian keseluruhan indikator KPS pada siswa kelompok tinggi
termasuk kategori sangat baik dengan nilai persentase KPS sebesar 92%,
sedangkan pada kelompok sedang dan rendah termasuk kategori baik,
namun demikian siswa kelompok sedang memperoleh pencapaian dengan
nilai persentase KPS yang lebih tinggi (74%) dibanding siswa kelompok
rendah (69%).
3. Pencapaian setiap indikator KPS seluruh siswa adalah sebagai berikut:
a. Keterampilan berkomunikasi (90%), merencanakan percobaan (87%),
serta menggunakan alat dan bahan (81%) termasuk kategori sangat
baik. Keterampilan berhipotesis (69%), mengajukan pertanyaan (69%),
memprediksi (71%,), mengamati (79%), dan menafsirkan pengamatan
79
Neneng Anisah, 2013
b. Pencapaian persentase rata-rata KPS seluruh siswa, pada pembelajaran
pembuatan sistem koloid, menggunakan metode discovery-inquiry,
termasuk kategori baik (78%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat
dikemukakan adalah:
1. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pencapaian keterampilan
siswa pada indikator mengajukan pertanyaan, berhipotesis, dan
memprediksi, memperoleh nilai paling rendah terutama pada siswa
kelompok rendah. Peneliti menyarankan agar keterampilan berhipotesis
sering dilatihkan kepada siswa, agar siswa terbiasa dalam membuat
hipotesis.
2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai KPS siswa, selain
menggunakan butir soal yang mengukur KPS sebaiknya juga
menggunakan instrumen lembar observasi, agar KPS siswa yang muncul
saat pembelajaran berlangsung dapat terukur.
3. Bagi pengajar, disarankan untuk menggunakan metode discovery-inquiry
dalam pembelajaran kimia di kelas, terutama untuk materi pembuatan
sistem koloid, karena bisa memfasilitasi dan melatih KPS siswa dalam
DAFTAR PUSTAKA
Afolabi, F & Akinbobola, A.O. (2010). Analysis of Science Process Skills in
West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical
Examinations in Nigeria. Journal of scientific Research., 5 (4), 234-240.
Aktamis, H. (2008). The Effect of Scientific Process Skills Education on
Student’s Creativity, Science Attitudes and Academic Achievements. Asia Pasific Forum on Science Learning Teaching., Vol.9 Issue1.
Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan
Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Arifin, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian (Edisi Revisi Kelima). Jakarta: Rieka
Cipta.
Arikunto, S. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Balim, A. G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success
and Inquiry Learning Skills. Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of
Educational Research., 35, 1-20.
Birdi, K. S. (2010). Surface and Colloid Chemistry: Principles and Applications.
New York: CRC Press Taylor & Francis Group.
Brady, J.E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 2. Jakarta:
81
Neneng Anisah, 2013
Bruner. J. (1960). The Process of Education. MA: Harvard University Press.
Carin, A. A. (1997). Teaching Modern Science, Seventh Edition. New Jersey :
Prentice-Hall, Inc.
Chabalengula,V. (2012). How Preservice’s Teacher’s Understand and Perform
Science Skills. Southern Illinois University Carbondale, USA. Eurasia
Journal of Mathematics, Science & Technology Education., 8(3),
167-176.
Chittleborough, G.D. (2004). The Role of Teaching Models and Chemical
Representations in Developing Student’s Mental Models of Chemical
Phenomena. Tesis Doctor pada Curtin University of Technology.
Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Devi, K. P. (2010). Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA.
Jakarta: PPPTK IPA.
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Esler, W. A. (1993). Teaching Elementary Science. California: Wadsworth
82
Firman, H. (2000). Penilaian Hasil belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung:
FPMIPA UPI.
Heriawan, A., et.al. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis.
Serang: LP3G.
Makmun, A. S. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Manan, mulyono HA. (2002). Ilmu Kimia 2 untuk SMU/MA Kelas 2. Bandung:
Acarya Media Utama
Marimuthu, T. (2011). An Insight into Constructivism and Discovery Inquiry in
the Teaching of Science by Secondary School Trainee Teachers during
Practicum. Maktab Perguruan Sultan Abdul Halim.
Musfiqon, H. M. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Orgill, M dan Sutherland, A. (2008). Undergraduate Chemistry Students’
Perceptions of and Misconceptions about Buffers and Buffer Problems.
Chemistry Education Research and Practice., 9, 131–143.
Ozgelen, S. (2012). Students’ Science Process Skills with a Cognitive Domain
Framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education., 8(4), 283-292.
Rambuda, A.M & Fraser, W.J. (2004). Perceptions of Teachers of the
Application of Science Process Skills in the Teaching of Geography in
Secondary Schools in the Free State Province. South African Journal of
83
Neneng Anisah, 2013
Reksoatmodjo, T. N. (2007). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan.
Bandung: PT Refika Aditama.
Rezba, R. J., et.al. (2003). Learning and Assessing Science Process Skills, 4th
edition. Kendall/Hunt publishing company.
Rustaman, N.Y. (2005). Pengembangan Kegiatan Laboratorium (Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran-Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: alfabet.
Semiawan, C. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana
Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia.
Sudirman, N. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sumarna, O., et.al. (2006). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Bogor: Regina.
Sunarya,Y & Setiabudi, A. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas
84
Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Suprini. (2012). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI pada
Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid Menggunakan Metode
Discovery-Inquiry. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Susiwi, S. (2007). Perangkat Perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Kimia.
Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha ilmu.
Trowbridge, L. W., et.al. (2000) Teaching Secondary Science, Strategies for
Developing Scientific Literacy. (7Edn). New York Prentice: Hall Inc.
Unesco. (1985). Teaching Methodologies For Population Education:
Inquiry/Discovery Approach. Bangkok: Unesco Regional Office
Education In Asia & the Pacific.
Wahyu, W., et.al. (2007). Perangkat Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran
Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.
Wiersma, W., et.al. (2009). Research Methods in Education: An Introduction 9th