Yetti Agisti, 2013
PENGARUH PERSEPSI, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK
PENGARUH PERSEPSI, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN
SOSIAL TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK MEMILIH
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
(
Survey pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh YETTI AGISTI
0808418
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
Yetti Agisti, 2013
Pengaruh Persepsi, Motivasi, dan Lingkungan Sosial terhadap
Minat Peserta Didik Memilih Program Studi
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
(
Survey pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)Oleh Yetti Agisti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Yetti Agisti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Yetti Agisti, 2013
PENGARUH PERSEPSI, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PERSEPSI, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK MEMILIH PROGRAM STUDI
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
(Survey pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)
Bandung, Oktober 2013
Skripsi ini disetujui oleh :
Pembimbing I
Dra. Neti Budiwati, M. Si.
NIP. 19630221 198703 2 001
Pembimbing II
Leni Permana, S. Pd. M. Pd.
NIP. 19760318 200112 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI Bandung
ABSTRAK
Yetti Agisti (2013). Pengaruh Persepsi, Motivasi, dan Lingkungan Sosial Terhadap Minat Peserta Didik Memilih Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) (Survey pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013). Dibawah bimbingan Dra. Hj. Neti Budiwati, M. Si. dan Leni Permana, S. Pd., M. Pd.
Penelitian ini berangkat dari rendahnya minat peserta didik memilih program studi IPS. Hal tersebut terlihat dari jumlah peserta didik pada program studi IPA lebih banyak dibandingkan jumlah peserta didik program studi IPS. Faktor yang diduga mempengaruhi minat peserta didik memilih program studi IPS adalah persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu metode penelitian yang mengumpulkan informasi atau data dari sejumlah responden atau sampel dalam penelitian. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 386 responden dari 7 SMA Negeri di Kota Bandung, dengan angket sebagai alat atau instrumen pengumpul data. Sedangkan untuk menganalisis data dan menguji hipotesis digunakan statistik parametrik dengan bantuan program aplikasi IBM SPSS 20.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara simultan (uji F) maupun secara parsial (uji t) persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap minat peserta didik memilih program studi IPS. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan minat peserta didik dalam memilih program studi IPS berada pada kategori tinggi, ditunjukkan oleh persepsi peserta didik pada program studi IPS yang berada pada kategori tinggi, motivasi peserta didik yang berada pada kategori tinggi, dan lingkungan sosial peserta didik yang berada pada kategori kondusif.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama semua pihak baik peserta didik, orang tua, sekolah, maupun teman sebaya untuk membangun persepsi positif, motivasi tinggi, dan lingkungan sosial kondusif agar meningkatkan minat peserta didik memilih program studi IPS.
ABSTRACT
Agisti, Yetti (2013). Influence of Perception, Motivation, and Social Environment on Student Interest in Choosing Social Science Program (Survey on Student X-Class of all Senior High School in Bandung City Academic Year 2012-2013). Under guidance of Dra. Hj. Neti Budiwati, M. Si. and Leni Permana, S. Pd., M.Pd.
This research departs from the low student interest in choosing social program. This is evident from the number of student in science program more than the number of student in social science program. Research indicates that perception, motivation, and social environment has the potential to influence it.
The method of this research is survey method, that collect information or data from respondent or sample in the research. This research takes 386 respondent as sample from seven senior high school in Bandung City, with questionnaire as a tool for collecting data or research instrument. Data were processed and analyzed using parametric statistics with IBM SPSS 20 application program.
The results show that both simultaneously (F test) and partially (t test) perception, motivation, and social environment has a positive influence on student interest in choosing social science program. In addition, the results show that student interest in choosing social science program are in the high category. It indicated by perception of student to social science program that are in the high category, motivation of student are in the high category, and social environment of student are in conducive category.
Therefore, the cooperation of all parties, student, parents, school, and peers are necessary to build positive perception, high motivation, and conducive social environment for increase student interest in choosing social science program.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 8
2.1 Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1 Persepsi ... 8
2.1.1.1 Pengertian Persepsi ... 8
2.1.1.2 Proses Terjadinya Persepsi ... 9
2.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 13
2.1.1.4 Cara Mengukur Persepsi ... 13
2.1.2 Motivasi ... 14
2.1.2.1 Pengertian Motivasi ... 14
2.1.2.2 Fungsi dan Tujuan Motivasi ... 15
2.1.2.3 Teori Motivasi ... 16
2.1.2.4 Proses Motivasi ... 18
2.1.2.5 Jenis-Jenis Motivasi ... 19
2.1.2.6 Cara Mengukur Motivasi ... 19
2.1.3 Lingkungan Sosial ... 20
2.1.3.1 Konsep Lingkungan Sosial ... 20
2.1.3.2 Lingkungan Keluarga ... 20
2.1.3.3 Lingkungan Sekolah... 23
2.1.3.4 Lingkungan Masyarakat (Lingkungan Teman Sebaya) ... 25
2.1.3.5 Cara Mengukur Lingkungan Sosial ... 27
2.1.4 Minat ... 27
2.1.4.1 Pengertian Minat ... 27
2.1.4.2 Perkembangan Minat ... 28
2.1.4.3 Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Minat ... 29
2.1.4.4 Jenis-Jenis Minat ... 30
2.1.4.5 Cara Mengukur Minat ... 30
2.1.5 Tinjauan Tentang Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 31
2.2 Kerangka Pemikiran ... 35
2.3 Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
3.1 Metode Penelitian ... 42
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
3.2.1 Populasi ... 42
3.2.2 Sampel ... 44
3.2.2.1 Sampel Sekolah ... 44
3.2.2.2 Sampel Peserta Didik ... 46
3.3 Definisi Operasional Variabel ... 47
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 49
3.5 Instrumen Penelitian ... 49
3.6 Uji Instrumen Penelitian ... 51
3.6.1 Uji Validitas Instrumen ... 51
3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 56
3.7 Prosedur Penelitian ... 58
3.8 Teknik Pengolahan Data ... 58
3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 61
3.9.1 Teknik Analisis Data ... 61
3.9.1.1 Transformasi Data melalui Method of Successive Interval (MSI) ... 61
3.9.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 61
3.9.1.2.1 Uji Normalitas ... 62
3.9.1.2.2 Uji Multikolinearitas... 62
3.9.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 63
3.9.1.2.4 Uji Autokorelasi ... 64
3.9.1.3 Uji Regresi Linier Berganda ... 65
3.9.2 Pengujian Hipotesis ... 65
3.9.2.1 Uji Parsial (Uji t) ... 66
3.9.2.2 Uji Simultan (Uji F) ... 68
3.9.2.3 Uji Koefisien Determinasi... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
4.1 Hasil Penelitian ... 70
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 70
4.1.2 Deskripsi Responden ... 71
4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71
4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 72
4.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian ... 73
4.1.3.1 Persepsi ... 73
4.1.3.2 Motivasi ... 75
4.1.3.3 Lingkungan Sosial ... 76
4.1.3.3.1 Lingkungan Keluarga ... 76
4.1.3.3.2 Lingkungan Sekolah ... 78
4.1.3.3.4 Minat ... 81
4.1.4 Uji Asumsi Klasik ... 83
4.1.4.1 Uji Normalitas ... 83
4.1.4.2 Uji Multikolinearitas ... 84
4.1.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 84
4.1.4.4 Uji Autokorelasi ... 86
4.1.5 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 87
4.1.5.1 Analisis Data ... 87
4.1.5.1.1 Persamaan Regresi Linier Berganda ... 87
4.1.5.2 Pengujian Hipotesis ... 88
4.1.5.2.1 Uji Parsial (Uji t) ... 88
4.1.5.2.2 Uji Simultan (Uji F) ... 89
4.1.5.2.3 Uji Koefisien Determinasi ... 90
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 91
4.2.1 Pengaruh Persepsi terhadap Minat Peserta Didik Memilih Program Studi IPS ... 91
4.2.2 Pengaruh Motivasi terhadap Minat Peserta Didik Memilih Program Studi IPS ... 93
4.2.3 Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Minat Peserta Didik Memilih Program Studi IPS ... 95
4.2.4 Pengaruh Persepsi, Motivasi, dan Lingkungan Sosial terhadap Minat Peserta Didik Memilih Program Studi IPS ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98
5.1 Kesimpulan ... 98
5.2 Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Yetti Agisti, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang posisi sentral dalam pembangunan di era globalisasi
saat ini. Hal tersebut dikarenakan pendidikan merupakan human investment yang
berperan dalam kelancaran pembangunan dan kemajuan suatu negara. Selain itu,
pendidikan juga mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul yang
memiliki kesiapan dalam menghadapi era globalisasi. Oleh karena itu, pendidikan
sudah sewajarnya menjadi prioritas utama dalam pembangunan.
Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional telah membuat regulasi serta kebijakan untuk pelaksanaan
pendidikan nasional agar berjalan dengan baik. Salah satu upaya yang dilakukan
agar proses pendidikan berjalan lebih optimal adalah diselenggarakannya program
penjurusan yang bertujuan memfasilitasi kebutuhan pembelajaran serta
kompetensi yang diperlukan peserta didik. Penjurusan mulai dilaksanakan pada
jenjang pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, dan MAK, atau bentuk lain
yang sederajat) dalam bentuk program studi. Dalam Pasal 79 ayat 2 PP RI No. 17
Tahun 2010, program studi yang diselenggarakan khusus di SMA dan MA terdiri
atas: Program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program studi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), Program studi Bahasa, Program studi Keagamaan, dan
Program studi lain yang diperlukan masyarakat.
Pelaksanaan penjurusan pada tingkat pendidikan menengah saat ini
dihadapkan pada sebuah permasalahan, yaitu adanya fenomena peserta didik
menganggap salah satu program studi lebih unggul dibandingkan program studi
lainnya yang pada akhirnya dapat mengaburkan tujuan dari diselenggarakannya
penjurusan itu sendiri. Program studi IPA dianggap lebih unggul dan menjanjikan
dibandingkan program studi IPS, sehingga program studi IPA lebih diminati
daripada program studi IPS. Seperti yang dikemukakan oleh Guru Besar Institut
2
telah terjadi pendewaan IPA dalam minat pendidikan masyarakat”
(www.metrotvnews.com). Selain itu, praktisi pendidikan yang juga sosiolog
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar
menjelaskan masyarakat menganggap program studi IPA lebih menjanjikan
dibandingkan program studi IPS berdasarkan lima alasan. Pertama, memilih
program studi IPA lebih hebat (keren). Kedua, lebih mudah melanjutkan
pendidikan ke universitas. Ketiga, IPA menjanjikan masa depan. Keempat,
peserta didik yang memilih IPS dikategorikan berkemampuan rendah. Kelima,
orang tua dan peserta didik memandang rendah program studi IPS
(www.metrotvnews.com).
Fenomena tersebut dapat menjadikan IPS seolah termarjinalisasikan.
Program studi IPS dicitrakan negatif dan tidak memiliki keunggulan oleh
masyarakat, padahal program studi IPS memiliki kelebihan tersendiri sama hal
nya dengan program studi IPA. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Somantri
(2001: 86) yaitu :
“program studi IPS melalui pendidikan IPS didalamnya memberikan
sumbangan dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia di masa depan diantaranya ialah ikut meningkatkan mutu manusia Indonesia agar mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap cita-cita luhur bangsa, memiliki keterampilan memecahkan masalah sosial tepat dan bertanggung jawab, mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan berbagai pekerjaan, mensenafaskan keimanan, ketaqwaan, dan kebudayaan”.
Di Kota Bandung terdapat 136 SMA, yang terdiri dari 27 Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri dan 109 SMA Swasta. SMA di Kota Bandung
tersebar di 6 wilayah kota, yaitu: Tegallega, Karees, Cibeunying, Bojonegara,
Gedebage dan Ujung Berung. SMA Negeri di Kota Bandung pada umumnya lebih
banyak menyelenggarakan program studi IPA dibandingkan program studi IPS
dan Bahasa, yaitu sebanyak 25 SMA Negeri (kecuali SMA Negeri 25 Bandung).
Dalam hal ini berarti sebanyak 96 % SMA Negeri di Kota Bandung lebih banyak
menyelenggarakan program studi IPA dibandingkan IPS. Hal ini bertolak
belakang dengan SMA Swasta di Kota Bandung yang lebih banyak
menyelenggarakan program studi IPS dibandingkan program studi lainnya, yaitu
Yetti Agisti, 2013
SMA Swasta hanya menyelenggarakan program studi IPS saja (Misalnya SMA
Pasundan 5, SMA Pasundan 8, dan SMA Rajawali).
Berikut ini tabel yang menunjukkan jumlah peserta didik antara program
studi IPA dan program studi IPS di SMA Negeri Se- Kota Bandung, dimana
program studi IPA lebih diminati peserta didik dibandingkan program studi IPS.
Tabel 1
Jumlah Peserta Didik Program Studi IPA dan IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Total
IPA % IPS %
1 SMA Negeri 1 Bandung 519 71,10 211 28,90 730 2 SMA Negeri 2 Bandung 755 83,52 149 16,48 904 3 SMA Negeri 3 Bandung 623 95,55 29 4,45 652 4 SMA Negeri 4 Bandung 576 80,67 138 19,33 714 5 SMA Negeri 5 Bandung 627 81,96 138 18,04 765 6 SMA Negeri 6 Bandung 459 65,01 247 34,99 706 7 SMA Negeri 7 Bandung 419 63,48 241 36,52 660 8 SMA Negeri 8 Bandung 814 82,64 171 17,36 985 9 SMA Negeri 9 Bandung 505 61,51 316 38,49 821 10 SMA Negeri 10 Bandung 453 53,42 395 46,58 848 11 SMA Negeri 11 Bandung 449 53,26 394 46,74 843 12 SMA Negeri 12 Bandung 431 61,84 266 38,16 697 13 SMA Negeri 13 Bandung 333 50,53 326 49,47 659 14 SMA Negeri 14 Bandung 399 62,54 239 37,46 638 15 SMA Negeri 15 Bandung 422 53,62 365 46,38 787 16 SMA Negeri 16 Bandung 614 59,55 417 40,44 1031 17 SMA Negeri 17 Bandung 357 55,52 286 44,48 643 18 SMA Negeri 18 Bandung 410 57,91 298 42,09 708 19 SMA Negeri 19 Bandung 407 61,67 253 38,33 660 20 SMA Negeri 20 Bandung 468 70,91 192 29,09 660 21 SMA Negeri 21 Bandung 302 50,33 298 49,66 600 22 SMA Negeri 22 Bandung 484 57,96 351 42,04 835 23 SMA Negeri 23 Bandung 479 63,61 274 36,39 753 24 SMA Negeri 24 Bandung 470 66,86 233 33,14 703 25 SMA Negeri 25 Bandung 254 39,26 393 60,74 647 26 SMA Negeri 26 Bandung 276 63,59 158 36,41 434 27 SMA Negeri 27 Bandung 303 61,09 193 38,91 496
Jumlah Peserta didik 12608 6971 19579
4
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa 19.579 peserta didik SMA Negeri
se- Kota Bandung dari total peserta didik sebanyak 12.608 peserta didik berada
pada program studi IPA dan sisanya sebanyak 6.971 peserta didik berada pada
program studi IPS. Hal ini dapat merepresentasikan minat peserta didik untuk
memilih atau masuk program studi IPS lebih rendah dibandingkan program studi
IPA. Dari tabel di atas diketahui sebesar 64,39% peserta didik SMA Negeri se-
Kota Bandung lebih memilih masuk program studi IPA dibandingkan program
studi IPS yang hanya sebesar 35,61%. Bahkan di SMA Negeri 3 Bandung, dari
total peserta didik kelas X tahun ajaran 2012-2013 sebanyak 652 orang, hanya 29
orang peserta didik yang masuk atau memilih program studi IPS dan sisanya
sebanyak 623 orang masuk atau memilih program studi IPA. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa sebesar 95,55% peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Bandung
memilih program studi IPA dan sisanya sebesar 4,45% memilih program studi
IPS.
Minat peserta didik yang rendah dalam memilih program studi IPS dalam
penelitian ini diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu persepsi, motivasi,
dan lingkungan sosial. Saleh dan Wahab (2004: 263) menerangkan bahwa ada dua
faktor yang mempengaruhi minat seseorang terhadap sesuatu, yaitu :
1) Faktor intern atau faktor dari dalam individu yang bersangkutan. Contohnya :
bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman/persepsi, motivasi, serta kepribadian.
2) Faktor ekstern atau faktor dari luar individu yang bersangkutan. Contohnya :
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat.
Teori perspektif dari Copeland menjelaskan bahwa sikap manusia, emosi,
dan keadaan internal dipengaruhi oleh hasil kesimpulan dari pengamatan perilaku
mereka sendiri, yang pada akhirnya memotivasi minat untuk memenuhi
kebutuhan (http://digital.lib.itb.ac.id). Maka bila disimpulkan persepsi merupakan
sikap yang dapat memotivasi minat atau dengan kata lain minat dipengaruhi oleh
persepsi. Jika persepsi peserta didik terhadap program studi IPS baik atau bagus
maka peserta didik pun akan memiliki minat yang tinggi untuk memilih program
studi IPS, dan begitu pula sebaliknya. Dewasa ini, persepsi pada program studi
Yetti Agisti, 2013
satu SMA Negeri di Kota Bandung menunjukkan bahwa peserta didik yang
memiliki persepsi lebih positif terhadap program studi IPS terbilang rendah,
kecuali peserta didik yang telah masuk pada program studi IPS itu sendiri.
Guralnik (Sobur, 2003 : 267) mengemukakan bahwa ”motivasi merupakan
perangsang dan dorongan dari dalam diri akan menyebabkan seseorang
melakukan sesuatu”. Dengan demikian adanya motivasi menyebabkan memiliki
minat untuk melakukan sesuatu. Adanya suatu tujuan atau cita-cita di bidang
program studi IPS disertai dengan adanya motivasi belajar yang kuat, akan
menimbulkan minat terhadap program studi IPS. Selain itu, menurut pandangan
hedonisme, semua orang lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan
kesenangan atau kepuasan baginya. Oleh karena itu, seorang peserta didik akan
memiliki dorongan atau motivasi untuk memilih program studi yang akan
menimbulkan kepuasan baginya. Kepuasaan yang dimaksud berupa kepuasan
dalam pencapaian tujuan atau cita-cita kedepannya dan pada akhirnya akan
menimbulkan minat.
Selain itu, lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan minat individu. Dalyono (2009: 133)
mengemukakan bahwa “Lingkungan sosial merupakan semua orang/manusia lain
yang mempengaruhi kita”. Lingkungan sosial meliputi, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat, yang dalam penelitian ini lebih
ditekankan pada lingkungan teman sebaya. Lingkungan sosial akan berpengaruh
terhadap minat individu, dalam hal ini minat peserta didik dalam memilih
program studi IPS, seiring dengan fase perkembangan dan pertumbuhan yang
dialami individu. Karena pada hakekatnya peserta didik dalam hal ini individu
adalah sebagai makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan.
Baharuddin (2009: 68) menyatakan bahwa “sebagian ahli menyatakan bahwa
individu tidak berarti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang mempengaruhinya”.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Elza Septiana pada tahun 2011 menunjukkan
bahwa lingkungan sosial berpengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun
6
Realita di atas menjadikan suatu permasalahan tersendiri yang sangat urgen
untuk dikaji. Berangkat dari hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Persepsi, Motivasi, dan Lingkungan Sosial Terhadap Minat Peserta didik Memilih Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) (Survey pada Peserta didik Kelas X SMA Negeri Se- Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran umum persepsi, motivasi, lingkungan sosial, dan minat
peserta didik memilih program studi IPS ?
2. Bagaimana pengaruh persepsi terhadap minat peserta didik memilih program
studi IPS ?
3. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap minat peserta didik memilih program
studi IPS ?
4. Bagaimana pengaruh lingkungan sosial terhadap minat peserta didik memilih
program studi IPS ?
5. Bagaimana pengaruh persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial terhadap minat
peserta didik memilih program studi IPS ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran umum persepsi, motivasi, lingkungan sosial, dan minat
peserta didik memilih program studi IPS
2. Mengetahui pengaruh persepsi terhadap minat peserta didik memilih program
studi IPS
3. Mengetahui pengaruh motivasi terhadap minat peserta didik memilih program
Yetti Agisti, 2013
4. Mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap minat peserta didik memilih
program studi IPS
5. Mengetahui pengaruh persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial terhadap minat
peserta didik memilih program studi IPS
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis yaitu :
1) Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu pendidikan, terkait faktor-faktor yang mempengaruhi minat
peserta didik memilih program studi IPS.
2) Secara praktis
1. Bagi guru, mendorong guru dan pihak bimbingan konseling (BK) sekolah
untuk mampu memberikan arahan bagi setiap peserta didik dalam rangka
memilih program studi IPS.
2. Bagi peserta didik, mendorong peserta didik untuk memilih program studi
secara tepat, penuh pertimbangan dan tidak asal-asalan.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan sekolah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Sugiyono (2011: 3) mengartikan metode penelitian sebagai “cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Nazir (2003:56) mengemukakan bahwa:
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel.
Menurut Sukmadinata (2008: 54-55) terdapat tiga karakteristik utama dari
survei yaitu:
1) Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti: kemampuan, sikap, kepercayaan, dan pengetahuan dari populasi.
2) Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi.
3) Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.
Metode penelitian survey dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan informasi atau data dari sejumlah responden atau sampel dalam
penelitian. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis, sehingga pada akhirnya
diperoleh hasil serta kesimpulan dari penelitian.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi
Riduwan (2011: 54) mengatakan bahwa “populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
berkaitan dengan masalah penelitian”. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
Yetti Agisti, 2013
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA
Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012-2013 yang berjumlah 10.636 orang.
Adapun rincian dari populasi penelitian dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 3.1
Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013
No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah
Total Laki-laki Perempuan
1 SMA NEGERI 1 192 218 410
2 SMA NEGERI 2 201 247 448
3 SMA NEGERI 3 146 144 290
4 SMA NEGERI 4 193 310 503
5 SMA NEGERI 5 140 184 324
6 SMA NEGERI 6 186 200 386
7 SMA NEGERI 7 175 195 370
8 SMA NEGERI 8 248 234 482
9 SMA NEGERI 9 187 219 406
10 SMA NEGERI 10 200 242 442
11 SMA NEGERI 11 198 269 467
12 SMA NEGERI 12 125 197 322
13 SMA NEGERI 13 145 192 337
14 SMA NEGERI 14 134 170 304
15 SMA NEGERI 15 167 195 362
16 SMA NEGERI 16 282 292 574
17 SMA NEGERI 17 148 224 372
18 SMA NEGERI 18 270 196 466
19 SMA NEGERI 19 186 195 381
20 SMA NEGERI 20 212 184 396
21 SMA NEGERI 21 155 164 319
22 SMA NEGERI 22 250 227 477
23 SMA NEGERI 23 168 217 385
24 SMA NEGERI 24 119 204 323
25 SMA NEGERI 25 207 168 375
26 SMA NEGERI 26 120 148 268
27 SMA NEGERI 27 237 210 447
JUMLAH 4.992 5.644 10.636
44
3.2.2 Sampel
Sugiyono (2011: 118) memberikan pengertian bahwa “Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi”.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik proportionate stratified random sampling, yaitu teknik sampling yang
digunakan untuk populasi yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Teknik pengambilan sampel yang diambil bertujuan agar dapat menggambarkan
secara tepat sifat populasi yang heterogen dan dilakukan dalam beberapa tahap.
3.2.2.1 Sampel Sekolah
SMA Negeri yang ada di Kota Bandung dapat diklasifikasikan kedalam tiga
kluster (berdasarkan passing grade input, kualitas lulusan, sarana, prasarana,
kualitas guru, dan sebagainya). Penentuan sampel sekolah dari populasi sekolah
yang berjumlah 27 sekolah diambil melalui metode persentase. Hal ini didasarkan
atas pendapat Arikunto (2010: 134) sebagai berikut:
Jika jumlah subjek populasi besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut dari banyak sedikitnya data
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti
Berdasarkan pada pendapat diatas, maka dalam penelitian ini diambil
sampel sebanyak 25 %, sehingga sampel sekolah yang diambil adalah sebanyak
25 % x 27 = 6,75 dibulatkan menjadi 7 sekolah. Penentuan sampel sekolah,
diambil berdasarkan kluster SMA Negeri di Kota Bandung dengan pemilihan
sekolah setiap kluster dipilih secara acak dengan sistem diundi. Untuk jumlah
sampel sekolah ditiap kluster dihitung melalui rumus sederhana alokasi
proporsional yaitu :
n N N
n i
i .
Keterangan :
ni = jumlah sampel menurut stratum Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah sampel seluruhnya n = jumlah populasi seluruhnya
Yetti Agisti, 2013
SMA N 19 Bandung Dari rumus tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Jumlah sekolah sampel kluster 1 = 7 : 27 x 7 = 1,81 ≈ 2 sekolah 2) Jumlah sekolah sampel kluster 2 = 6 : 27 x 7 = 1,55 ≈ 1 sekolah 3) Jumlah sekolah sampel kluster 3 = 14 : 27 x 7 = 3,63 ≈ 4 sekolah
Jadi, jumlah sampel sekolah kluster 1 yang diambil sebanyak 2 sekolah,
sekolah kluster 2 sebanyak 1 sekolah, dan sekolah kluster 3 sebanyak 4 sekolah.
Tabel 3.2 Sampel Sekolah
Berdasarkan Kluster SMA Negeri di Kota Bandung
KLUSTER POPULASI SEKOLAH SAMPEL SEKOLAH
1
SMA Negeri 2 Bandung
SMA N 3 Bandung SMA N 4 Bandung SMA Negeri 3 Bandung
SMA Negeri 4 Bandung SMA Negeri 5 Bandung SMA Negeri 8 Bandung SMA Negeri 11 Bandung SMA Negeri 24 Bandung
2
SMA Negeri 1 Bandung SMA Negeri 6 Bandung
SMA Negeri 7 Bandung SMA N 6 Bandung
SMA Negeri 9 Bandung
SMA Negeri 20 Bandung
SMA Negeri 22 Bandung
3
SMA Negeri 10 Bandung SMA Negeri 12 Bandung SMA Negeri 13 Bandung SMA Negeri 14 Bandung SMA Negeri 15 Bandung
SMA Negeri 16 Bandung SMA N 14 Bandung SMA Negeri 17 Bandung SMA N 15 Bandung SMA Negeri 18 Bandung SMA N 17 Bandung SMA Negeri 19 Bandung
46
3.2.2.2 Sampel Peserta Didik
Setelah diperoleh sampel sekolah maka langkah selanjutnya adalah
menentukan sampel peserta didik pada setiap sampel sekolah. Penentuan jumlah
sampel peserta didik dilakukan melalui perhitungan sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Presisi yang ditetapkan
Dengan menggunakan rumus diatas didapat sampel peserta didik sebagai berikut:
1 . 2
d N N n 1 ) 05 , 0 .( 636 . 10 636 . 10 2 n 1 ) 0025 , 0 ).( 636 . 10 ( 636 . 10 n 59 , 27 636 . 10 n 386 5 , 385 n
Dari perhitungan diatas, maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini
adalah 386 orang.
Sedangkan jumlah sampel peserta didik di tiap sekolah dilakukan secara
proporsional seperti halnya dalam mengambil jumlah sampel sekolah, dimana
memakai rumusan alokasi proportional yaitu :
n
N
N
n
i
i.
Keterangan :
ni = jumlah sampel menurut stratum N = jumlah sampel seluruhnya
Ni = jumlah populasi menurut stratum n = jumlah populasi seluruhnya
(Riduwan, 2011: 66)
1 . 2
d N N n Q TC AC
Yetti Agisti, 2013
Sampel peserta didik di setiap sampel sekolah diambil secara acak di setiap
kelas yang berbeda. Berikut ini hasil perhitungan jumlah sampel peserta didik di
setiap sampel sekolah.
Tabel 3.3
Sampel Peserta Didik Kelas X
Sampel Sekolah Jumlah Peserta Didik Sampel Peserta didik
SMA N 3 Bandung 290 290/2598 x 386 = 43,09 ≈ 43
SMA N 4 Bandung 503 503/2598 x 386 = 74,73 ≈ 75
SMA N 6 Bandung 386 386/2598 x 386 = 57,35 ≈ 57
SMA N 14 Bandung 304 304/2598 x 386 = 45,17 ≈ 45
SMA N 15 Bandung 362 362/2598 x 386 = 53,78 ≈ 54
SMA N 17 Bandung 372 372/2598 x 386 = 55,27 ≈ 55
SMA N 19 Bandung 381 381/2598 x 386 = 56,61 ≈ 57
Jumlah 2598 386
3.3 Definisi Operasional Variabel
Penulis membuat penjabaran konsep variabel penelitian yang dapat
dijadikan pedoman dalam penelitian, untuk menghindari terjadinya kekeliruan di
dalam menafsirkan permasalahan yang penulis teliti. Adapun bentuk
operasionalisasinya yaitu :
Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2004: 51) Persepsi (X1)
Jumlah skor persepsi dalam bentuk skala likert 5 poin dengan indikator :
1. Pengetahuan tentang program studi IPS
2. Pengalaman peserta didik terkait program studi IPS 3. Cakrawala berfikir peserta
didik mengenai program studi IPS
Responden
Motivasi adalah dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan
Motivasi (X2)
Jumlah skor motivasi dalam bentuk skala likert 5 poin dengan indikator :
1. Cita-cita
48
Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data
tertentu yang ingin dicapainya.
(Uno, 2012:8)
2.Keyakinan akan ketercapaian cita-cita dengan memilih program studi IPS
3.Kepercayaan akan hasil yang akan diperoleh dari memilih program studi IPS
4.Keyakinan akan daya tarik dari program studi IPS
5.Usaha untuk mempelajari IPS Lingkungan sosial,
ialah semua orang atau manusia lain yang mempenga-ruhi kita.
(Purwanto, 2010: 28)
Lingku-ngan Sosial
(X3)
Jumlah skor lingkungan sosial dalam bentuk skala likert 5 poin dengan indikator :
Lingkungan Keluarga
Orang tua :
1. Kondisi sosial ekonomi keluarga
2. Cara orang tua mendidik 3. Interaksi anak dengan orang
tua dan anggota keluarga lainnya (interaksi dalam rumah)
4. Fasilitas belajar yang disediakan orang tua
Lingkungan Sekolah
1. Sarana di sekolah 2. Kebijakan sekolah
3. Interaksi guru dengan peserta didik
4. Interaksi peserta didik dengan peserta didik
Lingkungan Masyarakat
1. Interaksi peserta didik dengan anggota masyarakat (teman sebaya)
Responden
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
(Syah, 2004: 136)
Minat (Y)
Jumlah skor minat dalam bentuk skala likert 5 poin dengan indikator :
1. Keinginan memilih program studi IPS
2. Kebanggaan bila memilih program studi IPS
3. Kepuasan pada pembelajaran IPS
4. Keinginan dan kesenangan mempelajari IPS.
Yetti Agisti, 2013
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Angket
Angket yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi sejumlah pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya.
Kemudian dikumpulkan kembali untuk dianalisis dalam rangka menguji
validitas dan reliabilitas angket.
Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket mengenai
persepsi, motivasi, lingkungan sosial, dan minat peserta didik dalam memilih
program studi IPS. Pernyataan disusun dalam bentuk angket tertutup (angket
berstruktur), yaitu angket yang disajikan dengan bentuk sedemikian rupa
sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan
karakteristik dirinya dari daftar pernyataan yang sudah disiapkan. Pertanyaan
yang dikembangkan atas dasar definisi operasional dari masing-masing aspek
yang terdapat dalam setiap variabel yang akan diukur.
2. Studi literatur
Studi literatur adalah usaha pengumpulan informasi yang berhubungan
dengan teori-teori yang berkaitan dengan masalah-masalah variabel yang
diteliti baik dari buku, karya ilmiah berupa skripsi, tesis, dan sejenisnya,
artikel, jurnal, dan lain-lain.
3.5 Instrumen Penelitian
Arikunto (2010: 149) menyatakan bahwa “instrumen penelitian adalah alat
pada waktu penelitian dengan menggunakan sesuatu metode”. Dalam suatu
penelitian, instrumen penelitian mempunyai peran sebagai alat atau fasilitas yang
digunakan dalam mengumpulkan data, agar penelitian yang dilakukan menjadi
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga
lebih mudah diolah.
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah instrumen non-test berupa angket atau kuesioner. Menurut Riduwan (2011:
50
respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Angket dalam
penelitian ini terdiri dari angket mengenai persepsi, motivasi, lingkungan sosial,
dan minat peserta didik dalam memilih program studi IPS.
Angket yang digunakan adalah angket tertutup (angket berstruktur). Angket
tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan,
dimana sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
Angket tertutup dalam penelitian ini berisikan sejumlah pernyataan dengan
menggunakan skala pengukuran yaitu skala Likert.
Riduwan (2011: 87) menyatakan bahwa “skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial”. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala Likert dengan 5 alternatif jawaban yang berarah positif dan negatif.
Berikut ini tabel skor setiap alternatif jawaban sebagai berikut :
Tabel 3.5
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Pernyataan
Skor Lima Pilihan Alternatif Jawaban
SS/SM S/M RR TS/TM STS/
STM
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Keterangan :
SS/SM = Sangat Setuju/Sangat Memadai
S/M = Setuju/Memadai
RR = Ragu-Ragu
TS/TM = Tidak Setuju/Tidak Memadai
STS/STM = Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Memadai
Angket yang dipilih sebagai instrumen penelitian disusun secara cermat,
teliti, dan setepat mungkin guna menghasilkan data yang akurat untuk penelitian.
Adapun langkah-langkah penyusunan angket dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan pembuatan angket, menentukan
variabel, dan menentukan objek yang menjadi responden penelitian.
Yetti Agisti, 2013
c. Penulisan butir soal atau item pernyataan berdasarkan kisi-kisi yang telah
dibuat.
d. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan surat pengantar, petunjuk
pengisian angket, dan sebagainya.
e. Pelaksanaan uji coba instrumen.
f. Penganalisaan hasil, berupa menghitung serta menganalisis validitas dan
realibilitas item, dan sebagainya.
g. Mengadakan revisi terhadap item-item yang tidak valid atau tidak reliabel,
sampai diperoleh item-item yang valid dan reliabel.
3.6 Uji Instrumen Penelitian
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengujian
instrumen penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang
digunakan dalam penelitian.
3.6.1 Uji Validitas Instrumen
Menurut Arikunto (2010: 211) “validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”.
Pengujian validitas instrumen digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur atau instrumen dalam melakukan
fungsinya. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur dan
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. “Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud” (Arikunto, 2010:
211-212). Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan
alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Pengujian
validitas instrumen adalah untuk menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan
52
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan korelasi Product Moment dari Pearson dengan bantuan program
Microsoft Excel 2010. Adapun rumus korelasi Product Moment adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi product moment dari Pearson X = Skor item
Y = Skor total
N = Jumlah responden
Selanjutnya dilakukan uji T, dimana karena subjek merupakan sampel besar,
dimana N lebih besar dari 10, maka untuk melihat signifikansinya dilakukan
dengan mendistribusikan rumus student t, yaitu:
) 1 ( ) 2 ( 2 r n r thit xy
Keterangan : thitung = Nilai t hitung
rxy = Koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden
Dengan kriteria : Jika thitung > ttabel, maka butir item valid dan signifikan.
Jika thitung < ttabel, maka butir item tidak valid dan tidak signifikan.
Dimana taraf signifikansi sebesar 5% atau = 0,05 dan derajat kebebasan yaitu
dk = n – 2.
Berikut ini hasil uji validitas instrumen dari variabel persepsi, motivasi,
lingkungan sosial dam minat.
(Sudjana, 2005: 380)
} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy
Yetti Agisti, 2013
Tabel 3.6
Uji Validitas Angket Persepsi
No Item t hitung t tabel Keputusan
10 16,60 1,65 Valid
11 15,70 1,65 Valid
12 14,10 1,65 Valid
13 6,50 1,65 Valid
14 13,30 1,65 Valid
15 19,30 1,65 Valid
16 16,40 1,65 Valid
17 8,96 1,65 Valid
18 12,50 1,65 Valid
Sumber : Lampiran B.1
Berdasarkan tabel 3.6 menunjukkan nilai t hitung dari seluruh item angket
persepsi lebih besar dari nilai t tabel (t hitung > t tabel) dengan α = 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pernyataan atau angket
untuk persepsi dinyatakan valid. Hal ini berarti seluruh instrumen pernyataan
persepsi menggambarkan aspek yang diukur.
Tabel 3.7
Uji Validitas Angket Motivasi
No Item t hitung t tabel Keputusan
19 20,10 1,65 Valid
20 24 1,65 Valid
21 22,68 1,65 Valid
22 13,59 1,65 Valid
23 15,69 1,65 Valid
24 9,03 1,65 Valid
25 19,50 1,65 Valid
26 8,84 1,65 Valid
27 14,50 1,65 Valid
28 9,68 1,65 Valid
29 25,10 1,65 Valid
30 14,70 1,65 Valid
31 15,90 1,65 Valid
32 18,60 1,65 Valid
33 6,94 1,65 Valid
34 16 1,65 Valid
54
Tabel 3.7 mengenai uji validitas angket motivasi menunjukkan bahwa
seluruh instrumen pernyataan untuk motivasi dinyatakan valid dan berarti dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti. Hal ini dapat dilihat dari
menunjukkan nilai t hitung dari seluruh item angket motivasi lebih besar dari nilai t
tabel (t hitung > t tabel) dengan α = 0,05.
Tabel 3.8
Uji Validitas Angket Lingkungan Sosial
Lingkungan Keluarga Lingkungan Sekolah
No Item
t hitung t tabel Keputusan No
Item
t hitung t tabel Keputusan
1 14,07 1,65 Valid 47 7,47 1,65 Valid
2 13,37 1,65 Valid 48 8,88 1,65 Valid
3 11,17 1,65 Valid 49 9,35 1,65 Valid
4 8,45 1,65 Valid 50 9,36 1,65 Valid
5 12,18 1,65 Valid 51 8,93 1,65 Valid
6 11,65 1,65 Valid 52 10,91 1,65 Valid
7 9,78 1,65 Valid 53 10,78 1,65 Valid
8 9,45 1,65 Valid 54 17,28 1,65 Valid
9 9,86 1,65 Valid 55 13,02 1,65 Valid
35 6,59 1,65 Valid 56 9,80 1,65 Valid
36 6,87 1,65 Valid 57 12,94 1,65 Valid
37 6,98 1,65 Valid 58 13,82 1,65 Valid
38 7,49 1,65 Valid 59 17,53 1,65 Valid
39 8,50 1,65 Valid 60 13,09 1,65 Valid
40 7,69 1,65 Valid 61 6,05 1,65 Valid
41 9,45 1,65 Valid 62 14,69 1,65 Valid
42 8,50 1,65 Valid Lingkungan Teman Sebaya
43 13,92 1,65 Valid 63 16,93 1,65 Valid
44 12,83 1,65 Valid 64 23,00 1,65 Valid
45 6,19 1,65 Valid 65 20,46 1,65 Valid
46 11,32 1,65 Valid 66 11,61 1,65 Valid
67 8,29 1,65 Valid
Sumber : Lampiran B.1
Berdasarkan tabel 3.8 menunjukkan nilai t hitung dari seluruh item angket
lingkungan sosial lebih besar dari nilai t tabel (t hitung > t tabel) dengan α = 0,05.
Yetti Agisti, 2013
angket untuk lingkungan sosial dinyatakan valid. Hal ini berarti seluruh instrumen
pernyataan lingkungan sosial menggambarkan aspek yang diukur.
Tabel 3.9
Uji Validitas Angket Minat
No Item t hitung t tabel Keputusan
68 15,50 1,65 Valid
69 27,90 1,65 Valid
70 27,70 1,65 Valid
71 20,70 1,65 Valid
72 20 1,65 Valid
73 17,30 1,65 Valid
74 15,20 1,65 Valid
75 20,80 1,65 Valid
76 16,20 1,65 Valid
77 18,90 1,65 Valid
78 20,20 1,65 Valid
79 6,62 1,65 Valid
80 16,80 1,65 Valid
81 12,80 1,65 Valid
82 25,90 1,65 Valid
83 15,90 1,65 Valid
Sumber : Lampiran B.1
Sama halnya dengan uji validitas persepsi, motivasi, dan lingkungan sosial
(lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkunga teman sebaya), uji
validitas angket minat menunjukkan bahwa seluruh instrumen pernyataan atau
angket untuk valid dinyatakan valid. Hal ini terlihat pada tabel 3.9, bahwa nilai t
hitung dari seluruh item angket minat lebih besar dari nilai t tabel (t hitung > t tabel)
dengan α = 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen penelitian
dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen atau pengumpul data
56
3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Arikunto (2010: 221) mengatakan bahwa “reliabilitas menunjuk pada satu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data, kareba instrumen tersebut sudah baik”. Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen
pengukuran. Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat
pengumpul data tersebut menunjukkan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan,
kestabilan dan konsistensinya didalam mengungkapkan gejala tertentu dari
sekelompok individu walaupun dilakukan disaat yang berbeda.
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian
menggunakan metode Alpha. Metode Alpha yaitu metode mencari reliabilitas
internal dengan menganalisis realibilitas alat ukur dari satu kali pengukuran.
Adapun rumus pengukuran realibilitas instrumen dengan metode Alpha adalah
sebagai berikut :
t iS
S
k
k
r
.
1
1
11 (Riduwan, 2011: 115)
Dimana : r11 = Nilai realibilitas
∑Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians total
k = Jumlah item
Langkah-langkah mencari nilai realibilitas dengan metode Alpha adalah
sebagai berikut :
1) Mencari Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:
N
N
X
X
S
i i i 2 2
(Riduwan, 2011: 115)Dimana : Si = Varians skor tiap-tiap item
Yetti Agisti, 2013
2) Menjumlahkan Varians semua item dengan menggunakan rumus :
∑Si = S1 + S2 + S3 ... Sn (Riduwan, 2011: 116)
Dimana : ∑Si = Jumlah Varians semua item S1, S2, S3...n = Varians item ke-1,2,3... n
3) Menghitung Varians total dengan rumus :
N
N
X
X
S
i i i 2 2
(Riduwan, 2011: 115)Dimana : Si = Varians total
∑Xi2 = Jumlah kuadrat X total (∑Xi)2 = Jumlah X total dikuadratkan N = Jumlah responden
4) Memasukkan nilai-nilai ke dalam rumus Alpha yaitu :
t iS
S
k
k
r
.
1
1
11
Selanjutnya, dengan menggunakan taraf signifikansi = 0,05, nilai
reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan diperbandingkan atau
diinterpretasikan dengan menggunakan nilai dari tabel korelasi nilai r (tabel 3.6)
dengan derajat kebebasan (n – 2). Keputusannya adalah :
Jika r11 > rtabel berarti reliabel
Jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel
Berikut ini hasil pengujian reliabilitas instrumen penelitian.
Tabel 3.10 Uji Reliabilitas
Variabel r hitung r tabel Keputusan
Persepsi (X1) 0,69 0,11 Reliabel
Motivasi (X2) 0,88 0,11 Reliabel
Lingkungan Sosial (X3) 0,86 0,11 Reliabel
Minat (Y) 0,92 0,11 Reliabel
58
Tabel 3.10 diatas menunjukkan bahwa instrumen penelitian pada persepsi,
motivasi, lingkungan sosial, dan minat dinyatakan reliabel. Hal ini dikarenakan
rhitung lebih besar dari rtabel yang bernilai 0,11. Dengan demikian, seluruh
instrumen dalam penelitian ini merupakan instrumen yang dapat dipercaya.
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu
tahapan persiapan atau pembuatan rancangan penelitian, pelaksanaan, dan
pembuatan laporan hasil penelitian, dengan penjabaran sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian adalah :
a. Membuat proposal atau rancangan penelitian
b. Menentukan dan menyusun instrumen penelitian
c. Menuliskan butir soal atau item pernyataan berdasarkan kisi-kisi yang telah
dibuat
d. Melaksanakan uji coba instrumen
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan pelaksanaan dilakukan dengan turun ke lapangan mengumpulkan
data dengan menyebarkan angket penelitian kepada peserta didik kelas X di
SMA yang dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya, data yang diperoleh dari
angket yang telah diisi responden dianalisis dengan alat analisis yang sesuai
dengan jenis data yang dipakai dalam penelitian.
3. Tahap Pembuatan Laporan Hasil Penelitian
Pada tahap ini, peneliti menyusun hasil penelitian dan menuliskannya dalam
bentuk laporan penelitian. Hal ini ditujukan agar hasilnya diketahui orang lain,
serta prosedurnya pun diketahui orang lain sehingga dapat mengecek
kebenaran pekerjaan penelitian yang dilakukan.
3.8 Teknik Pengolahan Data
Data penelitian dihasilkan atau diungkap melalui instrumen penelitian
[image:32.595.109.516.245.637.2]Yetti Agisti, 2013
tersebut selanjutnya diolah. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk
mengolah data adalah sebagai berikut :
1. Verifikasi Data (Editing)
Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data yang
memadai untuk diolah. Verifikasi data yang dimaksud adalah pemeriksaan
kelengkapan jumlah instrumen yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah
instrumen yang disebarkan. Penyeleksian data dipilih data yang memadai untuk
diolah, yaitu berupa kelengkapan pengisian setiap butir pernyataan dan
kelengkapan pengisian identitas subjek.
2. Penskoran Data (Coding)
Pemberian kode atau skor untuk setiap opsi dari setiap item berdasarkan
ketentuan yang ada. Adapun pola pembobotan untuk coding tersebut adalah
[image:33.595.114.513.211.569.2]sebagai berikut:
Tabel 3.11
Pola Pembobotan Kuesioner
No Alternatif Jawaban Bobot
Positif Negatif
1. Sangat Setuju/Sangat Memadai 5 1
2. Setuju/Memadai 4 2
3. Ragu-Ragu 3 3
4. Tidak Setuju/Tidak Memadai 2 4
5. Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak
Memadai 1 5
Penskoran data dilakukan pada item-item yang perlu diberi skor, dengan
kriteria pemberian skor dari menggunakan skala pengukuran yaitu skala Likert
dengan 5 alternatif jawaban. Pengkodean data dilakukan pada item-item pada
angket yang tidak diberi skor, seperti pengkodean jenis kelamin : Laki-laki
diberi kode 1 dan perempuan diberi kode 0.
3. Pengelompokan Data (Tabulating)
Data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu :
pertama kelompok data persepsi, kedua kelompok data motivasi, ketiga
kelompok data lingkungan sosial, dan keempat kelompok data minat. Hal ini
60
Hasil coding dituangkan ke dalam tabel rekapitulasi secara lengkap untuk
seluruh item setiap variabel. Adapun tabel rekapitulasi tersebut adalah sebagai
[image:34.595.119.511.175.533.2]berikut:
Tabel 3.12
Rancangan Rekapitulasi Hasil Skoring Angket
Responden Skor Item Total
1 2 3 4 5 6 ……… N
1. 2. 3. N
Selanjutnya untuk mengetahui gambaran umum setiap variabel penelitian
berdasarkan distribusi frekuensi digunakan rumus konversi skala lima di bawah
ini :
Tabel 3.13
Pedoman Konversi Norma Absolut Skala 5 Rentang
(Mi + 1,5 SDi) – (Mi + 3,0 SDi) (Mi + 0,5 SDi) – (Mi + 1,5 SDi) (Mi - 0,5 SDi) – (Mi + 0,5 SDi) (Mi - 1,5 SDi) – (Mi - 0,5 SDi) (Mi + 3,0 SDi) – (Mi - 1,5 SDi) Sumber : Suprian (2005: 82)
Setelah itu, dicari skor maksimal ideal (SMi), rata-rata ideal (Mi), dan standar
deviasi ideal (SDi) untuk mengetahui rentang berdasarkan pedoman konversi
norma absolut skala 5 di atas.
4. Analisis data
Analisis data menggunakan alat analisis dan metode statistik yang sesuai
dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian. Analisis data yang
dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu : analisis data untuk tujuan deskriptif
data dan Analisis data untuk tujuan menguji hipotesis.
Data yang diperoleh dianalisis dan diterapkan sesuai dengan pendekatan
atau desain penelitian yang diambil. Hal ini ditujukan untuk mampu membuat
Yetti Agisti, 2013
3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.9.1 Teknik Analisis Data
3.9.1.1 Transformasi Data melalui Method of Successive Interval (MSI)
Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data ordinal.
Transformasi data ordinal menjadi interval gunanya untuk memenuhi sebagian
dari syarat analisis parametrik yang mana data setidaknya berskala interval
(Riduwan dan Kuncoro, 2011: 30). Data ordinal tersebut ditransformasikan
menjadi data interval melalui metode MSI. Langkah-langkah transformasi data
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menghitung frekuensi setiap pilihan jawaban responden pada setiap item
2. Menghitung proporsi setiap pilihan jawaban responden berdasarkan frekuensi
yang diperoleh
3. Menghitung proporsi kumulatif berdasarkan proporsi yang diperoleh
4. Menentukan nilai Z untuk setiap pilihan jawaban berdasarkan proporsi
kumulatif yang diperoleh
5. Menentukan nilai ordinat/Z densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh
6. Menentukan nilai Skala/Scale Value (SV) dengan menggunakan rumus :
(density at lower limit – density at upper limit) (Area below upper limit – area below lower limit)
7. Menghitung skor hasil transformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan
menggunakan rumus : Y = 1 + Svmin (dengan nilai absolut)
8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus: SV + Y
3.9.1.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan apabila peneliti menggunakan analisis
parametrik. Sebelum melakukan pengujian hipotesis pada tahapan analisis data,
maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik terhadap asumsi-asumsi analisis
regresi.
62
3.9.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data antara nilai
yang paling rendah hingga yang paling tinggi serta variabilitasnya. Jika data yang
dianalisis membentuk sebaran normal, maka penelitian dapat menggunakan teknik
analisis statistic parametric. Sebaliknya, jika data tidak berdistribusi normal,
maka analisis yang digunakan adalah analisis-analisis statistik non-parametrik.
Dalam penelitian uji normalitas yang dideteksi dengan uji normal probability plot
(Normal P-P Plot) menggunakan bantuan program aplikasi IBM SPSS 20.
3.9.1.2.2 Uji Multikolinearitas
Istilah multikolinieritas pertama kali dikemukakan oleh Ragner Frisch
(1934) yang mengartikan sebagai adanya hubungan linier yang sempurna atau
eksak diantara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi (Rohmana,
2010: 140).
Multikolinieritas merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap asumsi
model linier klasik (clasical linier regression model, CLRM), karena bisa
mengakibatkan estimator OLS memiliki :
1. Kesalahan baku (standard error) yang membesar
2. Selang keyakinan yang membesar
3. Satu atau beberapa koefisien regresi yang tidak signifikan secara statistik,
meskipun koefisien determinasinya tinggi
4. Estimator OLS dan standard error sensitif terhadap perubahan kecil data.
Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam
model regresi OLS, yaitu:
1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai t- hitung. Jika R2 tinggi
(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang
signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.
2. Melakukan uji korelasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi, perlu
dicurigai adanya masalah multikolinieritas.
Yetti Agisti, 2013
4. Melakukan regresi auxiliary, dengan cara memberlakukan satu variabel
independen sebagai variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap
diperlakukan sebagai variabel independen.
5. Melihat nilai Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF) atau faktor
inflasi varians. Jika faktor inflasi varians dari variabel X (VIF) melampaui
angka 10 (angka ini merupakan kriteria yang sangat relatif), maka telah terjadi
multikolinieritas yang tinggi (adanya multikolinieritas) dan sebaliknya
(Rohmana, 2010: 143-149).
Dalam penelitian ini, cara yang dipakai untuk mendeteksi keberadaan
multikolinieritas pada persamaan model adalah dengan melihat tolerance/TOL
dan faktor inflasi varians (varians inflation factor, VIF) menggunakan program
aplikasi IBM SPSS 20.
3.9.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi penting dalam OLS adalah variabel-variabel pengganggu
dalam kaitannya dengan variabel bebas bersifat homoskedastisitas artinya ui
mempunyai varian (variance) yang sama, dimana penyimpangan atas asumsi ini
dinamakan heteroskedastisitas.
Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas antara lain adalah estimator
OLS tidak menghasilkan estimator Best Linier Unbiased Estimator (BLUE).
Akibatnya varian tidak lagi minimum, sehingga pada akhirnya dapat
menyebabkan perhitungan standard error metode OLS menjadi tidak bisa
dipercaya kebenarannya dan interval estimasi maupun uji hipotesis yang
didasarkan pada distribusi t maupun uji F tidak bisa lagi dipercaya untuk evaluasi
hasil regresi.
Ada beberapa cara untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas, yaitu :
(1) Metode informal (grafik), kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :
a. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan
lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada
64
(2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan
keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran
variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
(3) Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut
variabel pengganggu terhadap variabel Xi. Apabila melalui pengujian
hipotesis lewat uji t terhadap variabel independennya ternyata signifikan
secara statistik, berarti model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
(4) Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test) berdasarkan
rumusan berikut :
1 n n
d 6 -1
rs 2
2 1
(Rohmana, 2010: 170)
Keterangan :
d1 : perbedaan rank residual dengan variabel independen n : jumlah observasi
(5) Uji heteroskedastisitas lainnya, seperti uji heteroskedastisitas berdasarkan
residual OLS atau model ekonometrika linier dan metode Goldfelt-Quandt
Dalam penelitian ini, gejala heteroskedastisitas dideteksi menggunakan
metode grafik dan uji Glejser dengan menggunakan bantuan program aplikasi
IBM SPSS 20.
3.9.1.2.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan hubungan antara residual satu observasi dengan
residual observasi lainnya (Rohmana, 2010: 192). Faktor-faktor penyebab
autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag
dalam model dan tidak dimasukannya variabel penting. Akibatnya parameter yang
diestimasi menjadi bias dan varian tidak minimum sehingga tidak efisien.
Apabila data yang dianalisis mengandung autokorelasi, maka estimator yang
didapatkan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Estimator metode kuadrat terkecil masih linier 2) Estimator metode kuadrat terkecil masih tidak bias
3) Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum (Rohmana, 2010: 193)
Dalam penelitian ini, cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau
Yetti Agisti, 2013
membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan tabel Durbin
Watson, dimana dibantu oleh program aplikasi IBM SPSS 20. Mekanisme uji
Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
1) Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual ei
2) Hitung nilai d (Durbin-Watson)
3) Dapatkan nilai kritis dl dan du
[image:39.595.114.511.216.665.2]4) Ikuti aturan keputusan yang diberikan pada tabel berikut ini :
Tabel 3.14
Aturan Keputusan Autokorelasi
Nilai Statistik d Hasil
0 ≤ d ≤ dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif
dL d dU Daerah ragu-ragu; tidak ada keputusan dU ≤ d ≤ 4 - dU Menerima hipotesis nol; tidak ada
autokorelasi positif atau positif
4 – dU d 4 - dL Daerah ragu-ragu; tidak ada keputusan 4 – dL ≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol; ada
autokorelasi positif
Sumber : Rohmana, 2010 : 195)
3.9.2.3Uji Regresi Linear Berganda
Uji regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier
berganda, karena variabel bebas dari penelitian lebih dari dua variabel. Model
persamaan regresi ganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = a0+ β1X1+ β2X2 + β3X3 + e
Keterangan :
Y = Minat peserta didik memilih program studi IPS a = Konstanta
Β = Koefisien regresi X1 = Persepsi
X2 = Motivasi
X3 = Lingkungan Sosial e = Error term
3.9.2 Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Arikunto,
66
Daerah Penerimaan Ho
dirumuskan, apakah terbukti atau tidak kebenarannya dengan berdasar pada data
ang telah terkumpul. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis akan dilakukan baik
secara simultan (bersama-sama) ataupun secara parsial (sebagian).
Adapun pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan melalui uji satu
[image:40.595.115.510.230.604.2]pihak (uji pihak kanan) yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Uji Pihak Kanan Sumber : (Sugiyono, 2011 : 232)
Keterangan :
H0: β = 0, artinya variabel independen tidak dapat memprediksikan perubahan variabel dependen
Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen dapat memprediksikan perubahan variabel dependen
Selanjutnya pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan mencari terlebih
dahulu nilai statistik dan tabel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini terdiri atas
uji parsial, uji simultan, dan uji determinasi.
3.9.2.3Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial dalam penelitian ini menggunakan korelasi parsial. Tujuan uji
korelasi parsial ini adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat dimana variabel lain dianggap konstan.
α