Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELATIHAN LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BUDIDAYA
JANGKRIK PADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARKATAN KLAS IIA JELEKONG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Disusun Oleh
Yufi Wafiyyah 0908817
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELATIHAN LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BUDIDAYA
JANGKRIK PADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARKATAN KLAS IIA JELEKONG
Oleh
Yufi Wafiyyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Yufi Wafiyyah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
LEMBAR PENGESAHAN
YUFI WAFIYYAH
0908817
STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELATIHAN LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BUDIDAYA
JANGKRIK PADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARKATAN KALAS IIA JELEKONG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
PEMBIMBING I
Prof. Dr.H. Mustofa Kamil, M.Pd NIP. 19611109 198703 1 001
PEMBIMBING II
Dr. H. Ade Sadikin Akhyadi, Msi NIP. 19570725 198403 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
ABSTRAK
STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELATIHAN LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BUDIDAYA JANGKRIK
PADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARKATAN KLAS IIA JELEKONG
Penelitian ini memfokuskan pada kajian mengenai “Bagaimana Pelaksanaan Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik bagi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jelakong?”. Permasalahan dibatasi pada 1)perencanaan pelatihan life skill, 2) strategi pelatihan life skill, 3) Bagaimana materi pelatihan pelatihan life skill, 4) metode dan teknik pelatihan life skill, 5) Bagaimana evaluasi pelatihan life skill, 6)hasil pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan.
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1)konsep pendidikan luar sekolah, 2) konsep pelatihan, 3) konsep pendidikan kecakapan hidup (life skill), dan 4) konsep kewirausahaan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sederhana dengan penyajian data persentase untuk menggambarkan variabel-variabel yang diteliti kedalam berbagai tafsiran. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara kepada 1 orang pengelola, 2 orang dan 2 orang warga binaan serta angket, skala sikap dan observasi kepada sampel penelitian sebanyak 20 orang.
Adapaun tujuan penelitian ini secara umum ialah mendeskripsikan pelaksanaan Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik bagi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jelakong.
Dari penelitian diketahui bahwa: 1)perencanaan pelatihan dimulai dengan penyusunan tujuan, identifikasi warga binaan, melakukan kemitraan dengan pihak terkait, penentuan waktu pelatihan yang dilaksanakan selamaa 29 hari, serta menyiapkan sarana dan prasaran. 2) strategi yang digunakan merupakan strategi yang mengacu pada tujuan yaitu strategi prilaku keterampilan, 3) materi yang diberikan yaitu materi mengenai pengetahuan dan keterampilan mengenai kewirausahaan budidaya jangkrik. 4) metode pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pola kelompok dengan teknik praktek, ceramah, tanya jawab, simulasi dan diskusi. 5)evaluasi dilaksanakan yaitu evaluasi input, proses dan output. 6) hasil dari pelatihan life skill dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan budidaya jangkrik bagi warga binaan dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
ABSTRACT
DESCRIPTIVE STUDY OF LIFE SKILLS TRAINING FOR IMPROVED IN ENTREPRENEURIAL CULTURE AT THE CRICKET INMATES KLAS IIA
JELEKONG
This study focuses on the study of "How Life Skill Training Implementation in Developing Entrepreneurial Capabilities Raising Crickets for prison inmates in Class IIA Jelakong?" The problem is limited to 1) planning of training life skills, 2) strategies of training life skills, 3) material of training life skill, 4) methods and techniques of training life skill training, 5) evaluation of life skills training, 6) results in increasing the life skill training cultivating entrepreneurial skills crickets for inmates.
Concepts used in this study were 1) the concept of non-formal education, 2) the concept of training, 3) the concept of life skills (life skills), and 4) the concept of entrepreneurship.
In this study the authors use descriptive method using a simple qualitative and quantitative approaches to the presentation of data to describe the percentage of the studied variables into a variety of interpretations. The technique of collecting data using interviews to 1 person manager and 2 person in mates as well as questionnaires, attitude scales and observations to sample as many as 20 person.
The purpose of this study is to describe the general implementation of Life Skill Training in Developing Entrepreneurial Capabilities Raising Crickets for prison inmates in Class IIA Jelekong.
The study found that: 1) training plan begins with the preparation of objectives, identification of inmates, in partnership with stakeholders, the timing of training conducted selamaa 29 days, as well as setting up facilities and infrastructure. 2) the strategy used is a strategy which refers to the goal of behavioral skills strategy, 3) the material provided that the material terms of the knowledge and skills of the entrepreneurial farming crickets. 4) learning methods implemented by using a pattern with a group of engineering practice, lectures, discussion, simulations and discussions. 5) evaluation is conducted evaluations of input, process and output. 6) the results of the life skill training to enhance the ability of entrepreneurial farming crickets for prisoners in terms of cognitive, affective and psychomotor.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN……….……… i
ABSTRAK………...…………... ii
KATA PENGANTAR………...…… iii
UCAPAN TERIMAKASIH………...……… iv
DAFTAR ISI………....……… vi
DAFTAR TABEL………... vii
DAFTAR GAMBAR……….. viii
LAMPIRAN……… ix
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang………...………. 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah…...……….. 5
C. Pertanyaan Penelitian………...………... 6
D. Tujuan Penelitian………..……….. 6
E. Manfaat Penelitian……….………... 7
F. Sistematika Penulisan……… 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 9
A. Pendidikan Luar Sekolah……….…. 9
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah……… 9
2. Tujuan Pendidikan Luar sekolah……….. 11
3. Ciri pendidikan Luar Sekolah………..………. 12
4. Komponen pendidikan luar sekolah………..… 13
B. Pelatihan……….……… 16
1. Pengertian Pelatihan………..……… 16
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan………...……… 17
3. Prinsip-prinsip Pelatihan………..…. 19
4. Strategi Pembelajaran dalam Pelatihan………. 21
5. Materi, metode dan Teknik Pelatihan………... 24
6. Evaluasi Pelatihan……….… 24
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
C. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) ………. 28
1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill) ………….…….. 28
2. Jenis Kecakapan Hidup (Life Skill) ………. 28
3. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup……….. 31
4. Ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ……… 32
D. Kewirausahaan……….. 33
1. Pengertian Kewirausahaan…. ……… 33
2. Karakter Wirausaha……… 34
3. Kemampuan Wirausaha………. 36
BAB III METODE PENELITIAN 38
A. Lokasi dan Subjek Penelitian………. 38
1. Lokasi Penelitian……….. 38
2. Subjek Penelitian……….………. 38
3. Populasi dan Sampel……… 38
B. Desain Penelitian……… 39
C. Metode Penelitian……….. 41
D. Definisi Operasional……….. 42
E. Instrumen Penelitian……….…. 43
1. Penyusunan Instrumen……….……… 43
2. Pengembangan Instrumen……… 44
F. Teknik Pengumpulan Data……… 45
1. Observasi………. 45
2. Wawancara……….… 45
3. Studi Dokumentasi………. 46
4. Angket……… 46
G. Analisis Data………. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian……… 51
B. Program Pelatihan Life Skill .……….. 54
D. Deskripsi Hasil Penelitian………..……….. 58
1. Perencanaan Pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan
Wirausaha Budidaya Jangkrik……… 58
2. Strategi Pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha
Budidaya Jangkrik ……… 67
3. Materi pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha
Budidaya Jangkrik ……….……… 70
4. Metode dan teknik pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan
Wirausaha Budidaya Jangkrik ………... 72
5. Evaluasi pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan
Wirausaha Budidaya Jangkrik ……….. 75
6. Hasil pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha
Budidaya Jangkrik ………. 79
E. Pembahasan Hasil Penelitian……… 88
1. Perencanaan Pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan
Wirausaha Budidaya Jangkrik……… 89
2. Strategi Pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha
Budidaya Jangkrik ……… 90
3. Materi pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha
Budidaya Jangkrik ……….……… 92
4. Metode dan teknik pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan
Wirausaha Budidaya Jangkrik ………... 93
5. Evaluasi pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan
Wirausaha Budidaya Jangkrik ……….. 95 6. Hasil pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha
Budidaya Jangkrik ……… 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……… 100
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman yang kian hari semakin pesat maka
manusia dituntut untuk terus berkembang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perkembangan zaman yang tidak didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dapat menyebabkan masalah-masalah sosial yang terjadi di
masyarakat. Salah satunya yaitu maraknya tindak kriminalitas yang terjadi di
Indonesia saat ini.
Tindakan kriminalitas atau kejahatan yaitu segala bentuk tingkah laku
masyarakat yang melanggar hukum dan dapat dijerat hukum pidana. Tindak
kriminal di Kota-kota besar seperti Bandung tercatat sangat tinggi. Tindak
kriminal itu diantaranya yaitu kasus pencurian dengan kekerasan (curas),
pencurian dengan pemberatan (curat), dan pencurian kendaraan bermotor
(curanmor) atau biasa disebut dengan istilah C3 maupun kasus berandalan
bermotor, wilayah hukum Polrestabes Bandung masuk katagori tertinggi di semua
kasus tersebut
Menurut Erlangga Masdiono (2011) tingginya angka kriminalitas di Indonesia
disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain kemiskinan, disfungsi norma
dan hukum, ketidakharmonisan unsur terkait serta karakter bangsa yang sudah
bergeser, ditambah dengan sistem pendidikan yang tidak lagi mengajarkan
nilai-nilai etika termasuk pendidikan agama yang hanya menekankan pada aspek
kognitifnya (Diakses tanggal 05/10/2013). [online].
Di Kota besar seperti Bandung banyaknya tindakan kriminalitas disebabkan
oleh faktor ekonomi sejalan dengan pendapat (Made Darma Weda 1996:16)
bahwa “kejahatan timbul disebabkan oleh adanya tekanan ekonomi yang tidak
2
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
adalah penyebab dari tingginya angka kriminalitas di Kota Bandung. (Diakses
tanggal 05/10/2013). [online].
Di Indonesia orang yang melakukan tindak kriminalitas dapat di jerat
hukuman dan dimasukan ke dalam tahanan yang disebut dengan Lembaga
pemasyarakatan (Lapas). Menurut Undang-undang No.12 Tahun 1995
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang
merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Bandung merupakan salah satu
Unit Pelayanan Teknis pemasyarakatan Kementrian Hukum dan Ham wilayah
Jawa Barat. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Bandung atau yang
lebih populer disebut Lapas Jelekong terletak di Jalan Rancamanuk Kelurahan
Warga Mekar Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, adalah Lapas baru
yang mulai dioperasionalkan pada tanggal 4 Mei 2009. Lapas Narkotika klas IIA
Bandung saat ini dihuni oleh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) pelanggar
tindak pidana umum.
Jenis kejahatan yang menghuni Lapas Narkotika Klas IIA Bandung pada
bulan oktober 2013 tercatat yang sangat menonjol jenis kejahatan pencurian
sebanyak 248 orang mencapai angka 22,08% sedangkan kejahatan perampokaan
sebanyak 187 orang mencapai 16,65% dari jumlah penghuni Lapas secara
keseluruhan 1123 orang (Kasubsi registrasi, 2013)
Menurut Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, fungsi
sistem pemasyarakatan adalah menyiapkan orang-orang yang dibina agar dapat
berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang baik dan bertanggung jawab.
Sesuai dengan fungsi pemasyarakatan tersebut maka lapas jelekong melakukan
pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Pembinaan yang
dilaksanakan di lapas jelekong dilakukan melalui pendidikan.
Secara yuridis sistem pendidikan di Indonesia tertuang dalam Undang-
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keaagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1
menetapkan tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal
dan pendidikan informal. pendidikan Luar Sekolah sebaimana pengertian
Pendidikan Nonformal menurut Musofa Kamil (2009 : 13-14) mengemukakan
bahwa:
Pendidikan Non Formal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan social untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita social (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang material, social dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosial.
Pendidikan Nonformal yang mengitegrasikan kegiatan belajar dan berusaha,
baik dibidang industry dan perdagangan maupun jasa, sesuai dengan kebutuhan
belajar peserta didik dan sumber-sumber yang tersedia dilingkungannya, pada
dasarnya tetelah menyentuh upaya dan pembinaan dan pengembangan
kewirausahaan. Kewirausahaan menjadi salah satu alternative untuk peningkatan
daya saing masyarakat Indonesia dalam era globalisasi, Djudju Sudjana
(2001:130).
Penyelenggaraan pendidikan Nonformal dapat dilakukan melalui satuan
pendidikan Nonformal salah satunya yaitu melalui pelatihan. Pelatihan yang
dilaksanakan di Lapas Jelekong diharapkan dapat memberikan skill agar kelak
saat bebas mereka bisa diterima masyarakat dan dapat berperan kembali dalam
pembangunan nasional.
Sejalan dengan pengertian pelatihan yaitu Pelatihan adalah usaha berencana
yang diselenggarakan supaya dicapai penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan
4
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
Berdasarkan Instruksi Presiden RI No.15 Tahun 1974 menyatakan bahwa
pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang
berlaku, dalam waktu relatif singkat dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori.
Tujuan dasar dari pelatihan adalah untuk membangun atau mengembangkan
pengetahuan keterampilan individu guna mencapai tingkat yang diinginkan
(Anwar, 2006 : 163).
Dinding tembok yang menjulang serta terali besi, bukan penghambat bagi
mereka untuk berkreasi dan berinovasi membuat sesuatu yang berguna. Adanya
harapan merubah pandangan bahwa di dalam Lembaga Pemasyarakatan bukan
hanya ada sesuatu yang negative saja tetapi juga bisa melakukan hal-hal yang
positif. Tembok tinggi dan teralis besi menjadi inspirasi warga binaan dalam
meningkatkan kemampuan berwirausaha, agar kelak saat bebas mereka bisa
diterima. Maka dari itu Lapas Jelekong menyelenggarakan berbagai macam
pelatihan keterampilan hidup (life skill).
Life skill mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan
seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara
martabat di masyarakat. Life skill merupakan kemampuan komunikasi secara
efektif, kemampuan mengembangkan kerjasama, melaksanakan peranan sebagai
warga negara yang bertanggungjawab, memiliki kesiapan serta kecakapan untuk
bekerja, dan memiliki karakter dan etika untuk terjun ke dunia kerja (Anwar,
20-21 : 2006).
Salah satu pelatihan life skill yang dilaksanakan di lapas jelekong yaitu
program pelatihan yang dilakukan pada kelompok pembudidaya jangkrik. Dengan
adanya program pelatihan life skill pada pada kelompok pembudidaya jangkrik
diharapkan dapat meningkatkan ranah kognitif, afektif dan psikomotor dalam
menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan kemampuan wirausaha warga binaan
keluar dari lapas warga binaan pemasyarakatan dapat bekerja secara mandiri
(wirausaha) sehingga mereka tidak kembali melakukan tindakan kriminalitas.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti
tertarik untuk mengungkap dan mendeskripsikan tentang pelaksanaan pelatihan
life skill dalam meningkatkan kemampuan berwirausaha pada kelompok
pembudidaya jangkrik di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas mengenai program pelatihan life
skill yang diselenggarakan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Jelekong, maka
teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
a. Tindak kriminalitas yang terjadi di kota Bandung disebabkan oleh faktor
ekonomi yaitu banyaknya tingkat pengangguran sehingga mereka terpaksa
melakukan tindak kejahatan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
b. Narapidana yang telah menjalankan 2/3 masa tahanan memerlukan
pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal setelah mereka keluar sehingga
diharapkan tidak kembali melakukan tindakan kriminalitas.
c. Lembaga Pemasyarakatan Jelekong yang merupakan salah satu Lapas tindak
pidana umum melaksanakan pembinaan melaluli program pelatihan life skill
pada kelompok pembudidaya jangkrik agar para warga binaan lapas
mempunyai keterampilan sebagai bekal wirausaha.
d. Warga binaan pemasyarakatan yang telah mengikuti program pelatihan life
skill dapat mempunyai kemampuan berwirausaha budidaya jangkrik di Lapas.
2. Perumusan Masalah
Ditinjau dari identifikasi masalah di atas maka penulis merumuskan masalah
yang akan diteliti hanya pada “Bagaimana Pelaksanaan Pelatihan Life Skill Dalam
Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik bagi warga binaan di
6
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
Untuk memperjelas lingkup dalam penelitian ini, peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan penelitian yang relevan dengan permasalahan penelitian
yaitu:
a. Bagaimana perencanaan pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan
wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang dilaksanakan di
Lembaga Pemasyarakatan Jelekong?
b. Bagaimana strategi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan
wirausaha budidaya jangkrik bagi waga binaan yang dilaksanakan di Lembaga
Pemasyarakatan Jelekong?
c. Bagaimana materi pelatihan pelatihan life skill dalam meningkatkan
kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang
dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong?
d. Bagaimana metode dan teknik pelatihan life skill dalam meningkatkan
kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang
dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong?
e. Bagaimana evaluasi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan
wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang dilaksanakan di
Lembaga Pemasyarakatan Jelekong?
f. Bagaimana hasil pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan
wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang diselenggarakan di
Lembaga Pemasyarakatan Jelekong?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini secara umum, untuk memperoleh gambaran
tentang “Pelaksanaan Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan
Wirausaha Budidaya Jangkrik.” Sedangkan secara khusus, tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui perencanaan pelatihan life skill dalam meningkatkan
kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang
2. Untuk mengetahui strategi pelatihan life skill dalam meningkatkan
kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang
dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong.
3. Untuk mengetahui materi pelatihan pelatihan life skill dalam meningkatkan
kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang
dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong.
4. Untuk mengetahui metode dan teknik pelatihan life skill dalam meningkatkan
kemampuan wirausaha budidaya jangkrik yang dilaksanakan di Lembaga
Pemasyarakatan Jelekong.
5. Untuk mengetahui evaluasi pelatihan life skill dalam meningkatkan
kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang
dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong.
6. Untuk mengetahui hasil pelatihan life skill dalam meningkatkan kaemampuan
wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang diselenggarakan di
Lembaga Pemasyarakatan Jelekong.
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi maanfaat dari penelitian ini adalah manfaat teoritis
maupun praktis adalah sebagai berikut :
1. Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu
pendidikan luar sekolah yaitu mengenai pelatihan dan kewirausahaaan.
2. Praktis
a. Sebagai bahan kajian bagi bihak yang bersangkutan yaitu warga binaan
pemasyarakatan yang mengikuti pelatihan budidaya jangkrik dalam
mengembangkan kemampuan berwirausaha,
b. Sebagai bahan kajian bagi pihak lain yang berminat meneliti objek yang sama
menurut dimensi yang berbeda.
c. Sebagai masukan bagi pihak lembaga Pemasyarakatan Jelekong lain dalam
8
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyajikan sistematika penulisan
skripsi sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Penelitian,
Identifikasi dan Perumusan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Pustaka yang didalamnya membahas tentang teori-teori dasar
dan konsep tentang masalah yang sedang diteliti.
BAB III Prosedur Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Prosedur Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan
Data dan Analisis Data.
BAB IV Deskripsi Analisis data hasil penelitian dan pembahasan. Membahas
mengenai gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A
Bandung yang merupakan salah satu Unit Pelayanan Teknis pemasyarakatan
Kementrian Hukum dan Ham wilayah Jawa Barat. Lembaga Pemasyarakatan
Narkotika Klas II A Bandung (Lapas Jelekong) terletak di Jalan Rancamanuk
Kelurahan Warga Mekar Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, adalah
Lapas baru yang mulai dioperasionalkan pada tanggal 4 Mei 2009. Lapas
Narkotika klas IIA Bandung saat ini dihuni oleh Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) pelanggar tindak pidana umum.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel
dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian adalah sesuatu baik orang, benda atau
lembaga (organisasi) yang sifat keadaannya akan diteliti, dengan kata lain subjek
penelitian merupakan sesuatu yang di dalam dirinya melekat suatu objek
penelitian.
Subjek penelitian yang dijadikan sumber data dalam penyelenggaraan
program pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha budidaya
jangkrik, yaitu peserta program pelatihan life skill pada kelompok wirausaha
budidaya jangkrik. Sumber utama untuk memberikan informasi yang diperlukan,
yaitu 2 (dua) orang warga binaan yang telah selesai mengikuti program, 1 (satu)
orang pengelola dan 2 (dua) orang instruktur.
3. Populasi dan sampel
Dalam penelitian ini menggunakan penyajian data dengan kuantitatif maka di
perlukan pula populasi dan sampel. Populasi adalah Sampel dari penelitian ini
39
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
Arikunto, 2002:108). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2001: 57). Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 20 orang warga binaan maka diambil
keseluruhannya. Sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002 : 134)
“apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dimaksud disini adalah tahapan aktivitas yang
dilakukan secara berurut dari awal sampai akhir penelitian, yang nantinya
memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan
pengumpulan data, analisis dan penafsiran data, sampai pada penulisan laporan.
Secara umum tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini ada empat tahap,
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2007:127) yaitu:.
1. Tahap Pralapangan
Pada kegiatan pertama penulis melakukan observasi langsung ke lokasi
penelitian yang berlokasi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A
Bandung (Lapas Jelekong) terletak di Jalan Rancamanuk Kelurahan Warga Mekar
Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Hal ini dilakukan supaya peneliti
sendiri mendapatkan pandangan awal tentang pokok permasalahan yang ada di
lokasi, yang akan dijadikan lokasi penelitian. Pada tahapan ini peneliti melakukan
perijinan kepada berbagai pihak yang terkait, mulai dari aparat pemerintahan
terkait yaitu Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah JAWA
BARAT dan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Bandung.
Selanjutnya melakukan wawancara awal terhadap pihak lembaga dan pengelola
program. Pada tahap ini juga penulis menganalisis apakah fokus permasalahan
tersebut berkaitan dengan disiplin ilmu yang peneliti kaji atau tidak.
2. Tahap Rancangan dan Pelaksanaan Lapangan
Pada tahap ini, peneliti akan mempertimbangkan fokus kajian serta metode
penelitian serta siapa saja yang akan menjadi subjek penelitian dan siapa saja yang
akan menjadi narasumber dalam penelitian ini. Setelah rancangan penelitian
dibuat maka pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti menyusun instrumen
penelitian, mengumpulkan data di lapangan, menganalisis data, mengadakan
penyimpulan hasil temuan penelitian di lapangan.
3. Tahap Analisis Data
Menganalisis data merupakan langkah yang sangat menentukan dalam
mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model analisis yang dipakai
adalah teknik analisa deskriptif karena sasaran penelitiaan ini adalah fenomena
yang terus berlangsung. Kegiatan analisis data dilakukan dari awal sampai akhir
penelitian. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen
pribadi, dokumen resmi. Data yang telah terkumpul tersebut diolah sesuai dengan
kaidah pengolahan data yang relevan dengan pendekatan penelitian kualitatif.
4. Tahap Penulisan Laporan
Penulisan laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan tahapan
kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Pada tahap ini mengadakan pengumpulan
data, analisa data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian
sampaidata yang diperlukan terkumpul, pengolahan data berupa laporan awal
setelah membandingkan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data
sebagai laporan akhir yang dilakukan setelah data yang diperlukan lengkap
terkumpul. Tahap ini merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah
berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan, serta laporan pun
dibuat sesuai dengan outline yang berlaku di lingkungan Universitas.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelatihan life skill
dalam meningkatkan kemampuan berwirausaha budidaya jangkrik. Guna
41
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
penelitian merupakan cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan, dengan menggunakan langkah-langkah sistematis.
Metode yang digunakan yaitu metode deskriftif, tujuan metode deskriptif
menurut Sumadi Subrata (2012: 75) adalah untuk membuat pecandraan (deskripsi)
secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
atau daerah tertentu.
Metode ini mengkasifikasikan dua penyajian data yaitu kualitatif dan
kuantitatif, untuk kualitatif yaitu yang digambarkan melalui kata-kata atau kalimat
yang dikelompokkan dan dikategorikan untuk memperoleh kesimpulan, untuk
data yang berupa kuantitatif yang berupa angka-angka hasil perhitungan maupun
pengukuran dapat diproses dengan beberapa cara yaitu dijumlahkan, dibandingkan
dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase. Penelitian kualitatif
menurut Sugiono (2007:1) adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Sedangkan untuk penyajian data yang berupa data kuantitatif atau diseut juga
statistik deskriptif seperti menurut Sugiono (2001: 112) adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul. Penelitian yang dilakukan pada
populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistic deskripsi
dalam analisisnya. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah
penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkar, pictogram, perhitungan
modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, presentil,
perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,
D. Definisi Operasional
Untuk memperjelas mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
maka peneliti akan sedikit menguraikan pengertian dari istilah yang digunakan
dalam penjelasan berikut ini:
1. Pelatihan
Pelatihan adalah serangkaian kegiatan yang dipergunakan untuk
menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan, dan
kemempuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu, menurut
Michael J. Jucius dalam Mustofa Kamil (2010:3)
2. Kecakapan Hidup (Life skill)
Konsep life skill merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan
kurikulum pendidikan yang menekankan pada kecakapan hidup atau bekerja
(Anwar, 20 : 2006).
3. Kemampuan wirausaha
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan adalah kesanggupan,
kecakapan dan kekuatan. Sedangkan wirausaha adalah orang yang pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun
operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta
memasarkannya. [diakses 18/10/2013]
Meredith (2005: 14) dalam Buchori Alma (2009: 16), menyatakan bahwa
wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai
kesempatan usaha mengumpulkan serta sumber daya yang dibutuhkan guna
mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna
memastikan kesuksesan
4. Budidaya
Budidaya hewan melibatkan usaha pembesaran bakalan (hewan muda) atau
bibit/benih (termasuk benur dan nener) pada suatu lahan tertentu selama beberapa
waktu untuk kemudian dijual, disembelih untuk dimanfaatkan daging serta bagian
43
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
Budidaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah budidaya jangkrik yaitu
proses atau cara bagaimana warga binaaan pemasyarakatan dalam meningkatkan
kemampuan dan proses budidaya jangkrik dengan baik dengan tujuan
memperoleh keuntungan secara ekonomi.
E. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Menurut Sugiono (2007: 60) penelitian kualitatif
sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Sedangkan dalam penelitian kuantitatif instrument penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati
(Sugiono, 2001: 84).
Suharsimi Arikunto (2002: 192) mengemukakan pendapat mengenai
metode-metode yang instrumennya digunakan dalam penelitian, diantaranya:
a. Untuk metode wawancara yaitu menggunakan pedoman wawancara.
b. Untuk metode metode tes yaitu menggunakan soal test (pre test dan post test)
c. Untuk metode observasi yaitu menggunakan chec-list
d. Untuk metode dokumentasi yaitu menggunakan dokumentasi atau bisa juga
menggunkan check-list.
Setelah diungkapkan beberapa konsep diatas, maka peneliti memutuskan
bahwa pada penelitian mengenai pelatihan life skill dalam meningkatkan
kemampuan wirausaha budidaya jangkrik warga binaan di lembaga
pemasyarakatan Jelekong, instrument yang digunakan adalah wawancara, angket,
skala sikap serta pedoman observasi.
Insrumen yang telah ditetapkan kemudian dikembangkan yaitu berupa
tahapan-tahapan yang dilakukan selama dilapangan dan penyusunan dalam
penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
a. Penyusunan kisi-kisi penelitian
Penyusunan kisi-kisi penelitian dilakukan secara sistematis sesuai dengan
pertanyaan pada penelitian , selanjutkan dijabarkan dalam aspek yang diteliti
berdasarkan indikator yang ada agar memudahkan dalam pembuat alat
pengumpulan data yang berupa wawancara, angket, skala sikap serta pedoman
observasi.
b. Penyusunan pedoman wawancara
Pedoman wawancara disusun dari indikator yang telah ada dan dirumuskan
ke dalam pedoman wawancara, kemudian di uji cobakan kepada informan yaitu
pengelola, instruktur dan warga binaan.
c. Penyusunan angket
Penyusunan angket dibuat dari indikator yang telah ada dan disusun ke dalam
pertanyaan-pertanyaan yang kemudian akan di uji cobakan kepada 20 orang
warga binaan.
d. Penyusunan format skala sikap
Format skala sikap dibuat berdasarkan indikator yang telah ada dan disusun
ke dalam pertanyaan-pertanyaan untuk yang akan di uji cobakan kepada warga
binaan.
e. Penyusunan pedoman observasi
Penyusunan pedoman observasi berdasarkan indikator yang telah ada dan
disusun terlebih dahulu, pedoman observasi ini dibuat berbentuk poin-poin yang
harus dinilai oleh peneliti sendiri.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
45
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi
yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak
pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in
depth interview) dokumentasi dan angket (Sugiono, 2007: 63).
1. Observasi
Nasution (1998) dalam Sugiono (2007: 64) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapt bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
dalam penelitan, mengenai kondisi objek penelitian dan mengamati secara
langsung mulai lokasi belajar, sarana belajar, dan praktek lapangan dalam
penyelenggaraan pelatihan life skill tehadap kemampuan wirausaha budidaya
jangkrik langsung mulai lokasi belajar, sarana belajar, dan praktek lapangan.
Observasi yang dilakukan merupakan observasi partisipasi pasif (passive
participation) : means the research is present at the scene of action but does not
interct or participate, jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang
yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiono, 2002,
66). Alat yang digunakan selain diri sendiri juga dibantu buku catatan lapangan,
kamera untuk mendokumentasikan kegiatan belajar dan praktek lapangan. Melalui
observasi data yang dikumpulkan lebih obyektif sesuai keadaan sesungguhnya,
yakni data dan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
2. Wawancara
Wawancara menurut Esterberg (2002) dalam Sugiono (2007: 72) adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melelui Tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Jadi
dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi,
di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Untuk mendapatkan
informasi yang lebih mendalam tentang responden, maka peneliti menggunakan
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan memanfaatkan informan
kunci atau primer maupun informan sekunder. informan kunci atau primer dalam
penelitian ini adalah 2(tiga) orang warga binaan yakni lulusan yang mengikuti
pelatihan life skill kewirausahaan budidaya jangkrik. sedangkan informan
sekunder adalah orang yang menguasai bidang yang akan diteliti, baik dari sisi
organisasi, kegiatan atau penyelenggaraan program yaitu Kepala seksi bimbingan
narapidana/anak didik dan Seksi kegiatan kerja.
3. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiono (2007: 82) dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumentasi dalam penelitian ini yaitu gambar
benda-benda yang dijadikan acuan, alat atau fasilitas dalam proses pelaksanaan
program. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/
dapat dipercaya apabila didukung oleh berbagai dokumen. Sasaran studi
dokumentasi adalah dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan pelatihan
life skill kewirausahaan budidaya jangkrik dan lain sebagainya.
4. Angket
Angket atau kuesioner menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Sedangkan menurut Sugiono (2001: 96) angket digunakan bila responden
jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan dapat menggunakan hal-hal
yang sifatnya rahasia. Kuisioner yang digunakan merupakan kuisioner tertutup
yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden manjawab tentang
dirinya. Dengan bentuk berupa check list, sebuah daftar di mana responden
tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai (Sugiono, 2001:
129).
Penyusunan angket ini dimulai dari penyusunan kisi-kisi berupa uraian
47
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
menjadi butiran pernyataan yang didapat dari hasil wawancara dengan pihak
Lapas yang mengacu pada hasil pelatihan yang didapat warga binaan setelah
mengikuti pelatihan life skill mengenai kewirausahaan budidaya jangkrik..
G. Analisis Data
Menurut Sugiono (2007: 89) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Nasution (1998) dalam Sugiono (2007: 89) menyatakan “Analisis
telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam
penelitian kualitatif, analisis data lebih di fokuskan selama proses di lapangan
bersamaan dengan pengumpulan data.
Untuk mempermudah dalam proses pengolahan data, maka penulis melakukan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Melakukan seleksi data yaitu memilih data yang telah dikumpulkan agar
mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga dapat
diperoleh dapat yang sesuai.
2. Mengklasifikasikan data dengan mengelompokkan data kemudian data
tersebut digolongkan yang bertujuan untuk mempermudah dalam pengolahan.
3. Data yang diperoleh melalui wawancara, diolah dengan cara sebagai berikut:
a. Membuat tabel dengan jalur kolom, nomor, pertanyaan, informan, dan
jawaban.
b. Mendeskripsikan jawaban hasil penelitian.
4. Data yang diperoleh melalui angket, skala sikap dan observasi dilakukan
tabulasi data menurut kelompok yang telah ditentukan, agar tiap frekuensi
kemungkinan jawaban dapat diketahui.
a. Membuat tabel dengan kolom-kolom: no item, pernyataan, pilihan jawaban,
frekuensi yang kemudian di persentase.
b. Keterangan pilihan jawaban
SP = Sangat Paham
P = Paham
KP= Kurang Paham
TP= Tidak Paham
c. Mencari frekuensi yang di observasi ( F ) dengan cara menjumlahkannya dari
setiap pelihan jawaban.
d. Mencari nilai persentase dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut:
keterangan:
P = prosentase
ƒ = frekuensi jawaban terhadap satu poin n = jumlah responden
100% = bilangan konstanta/tetap
e. Mendeskripsikan hasil angket yang telah diperoleh dan di persentasekan.
6. Data yang diperoleh melalui skala sikap, diolah sebagai berikut:
a. Membuat tabel dengan jalur responden, aspek (+) dan (-), skor, menentukan
skala, dan diberi keterangan.
49
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
Tabel 3.1
Alternatif Jawaban Skala Sikap
Pilihan Jawaban Skor
SS = Sangat Setuju 4
S = Setuju 3
RR = Ragu-ragu 2
TS = Tidak Setuju 1
STS= Sangat Tidak Setuju 0
Sumber: Sugiono
c. Data yang telah diperoleh dari skala sikap Likert, untuk mengetahui
kecenderungan sikap waga binaan setelah mengikuti pelatihan life skill
tentang kewirausahaan budidaya jangkrik itu lebih kea rah positif, negative,
atau netral (tidak memiliki kecenderungan sama sekali).
d. Kriteria rentan sikap
Tabel 3.2 Kriteria rentan sikap
No. Rentan Sikap
1. 0 – 1,5 Negatif
2. 1,5 – 2,5 Netral
3. 2,5 – 4 Positif
Sumber: Sugiono
e. Setelah kriteria diatas telah ditetapkan penulis, setiap hasi jawaban yang telah
diperoleh skornya sehingga memudahkan dalam penafsiran pada penelitian.
7. Data yang diperoleh dari hasil observasi, tahapan pengolahannya sebagai
berikut:
a. Membuat tabel dengan kolom-kolom: no item, pernyataan, pilihan jawaban,
b. Keterangan pilihan jawaban
ST = Sangat Terampil
T = Terampil
KT= Kurang Terampil
TT= Tidak Terampil
c. Mencari frekuensi yang di observasi ( F ) dengan cara menjumlahkannya dari
setiap pelihan jawaban.
d. Mencari nilai persentase dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut:
keterangan:
P = prosentase
ƒ = frekuensi jawaban terhadap satu poin n = jumlah responden
100% = bilangan konstanta/tetap
e. Mendeskripsikan hasil observasi yang telah diperoleh dan di persentasekan.
8. Melakukan analisis data, data yang dideskripsikan, diprosentasekan dan
dijumlahkan kemudian dianalisis untuk menafsirkan jawaban yang diberikan
responden.
9. Melakukan penarikan kesimpulan, dari data yang telah dianalisis kemudian
disimpulkan sehingga dapat diketahui hasilpenelitian yang sesungguhnya,
selain itu penulis memberikan saran-saran agar program pelatihan tersebut
100
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan
temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang
diteliti yaitu: “Pelaksanaan pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha”
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diungkapkan pada bab IV, peneliti
dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Perencanaan pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan
wirausaha budidaya jangkrik
Pelaksanaan pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha
budidaya jangkrik merupakan bagian dari jenis pendidikan luar sekolah. Tujuan dari
pelatihan ini yaitu unutuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
berwirausaha budidaya jangkrik. Pelatihan life skill itu sendiri diselenggarakan di luar
institusi sekolah yaitu di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong. Dibawah pengawasan
Kementrian Hukum dan HAM yang mempunyai mitra yang sangat membantu dalam
pelaksanaan pelatihan.
Perencanaan pelatihan life skill dilaksanakan dengan waktu yang relatif singkat
yaitu berlangsung selama 29 hari dengan sarana dan prasarana yang sudah cukup
menunjang. Pelatihan life skill diberikan kepada warga binaan yang telah
menjalankan masa 2/3 masa tahanan sesuai dengan minat dan bakat serta kebutuhan
warga binaan itu sendiri. Diharapkan setelah warga binaan keluar dari Lapas yaitu
mereka sudah mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berwirausaha
budidaya jangkrik sehingga mereka mempunyai pekerjaan dalam berwirausaha dan
2. Strategi pembelajaran pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan
wirausaha budidaya jangkrik
Strategi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha budidaya
jangkrik yang digunakan berupa strategi pembelajaran yang mengacu pada tujuan
pelatihan ini sendiri yaitu dalam meningkatkan sikap atau perilaku dan keterampilan
dalam berwirausaha budidaya jangkrik.Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan
dalam menentukan strategi pembelajaran yaitu:
Pertama, menentukan tujuan khusus diadakannya pelatihan life skill tentang
kewirausahaan budidaya jangkrik. yaitu setelah mengikuti pelatihan life skill warga
binaan dapat memiliki keterampilan budidaya jangkrik serta sikap yang baik agar
dapat menerapkannya dalam kegiatan usaha/berwirausaha di Lapas Jelekong. Kedua,
mengidentifikasi sikap dan keterampilan pada saat sebelum mengikuti pelatihan
sebagai tolok ukur keberhasilan. Ketiga, menetapkan langkah-langkah pembelajaran
yaitu pendekatan, metode, dan teknik pembelajran. Keempat, menetapkan tugas-tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta pelatihan. Kelima, Menetapkan umpan balik yang
positif bagi peserta yang memiliki kemampuan lebih yaitu menjadi ketua dalam
kelompok kerja dalam kegiatan praktek budidaya jangkrik. Keenam, memberikan
kesempatan kepada peserta untuk mempraktekan keterampilan yang telah dimiliki ke
dalam kegiatan usaha budidaya jangkrik. Ketujuh, Menggunakan teknologi dalam
pembelajaran yaitu komputer dan infokus.
3. Materi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha
budidaya jangkrik
Materi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha budidaya
jangkrik bagi warga binaan disusun sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Materi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan yaitu
materi yang diberikan dibagi kepada tiga bagian. Pertama, materi mengenai budidaya
jangkrik. Kedua, materi mengenai kewirausahaa seperti pemasaran, perhitungan
modal dan laba usaha,dan Ketiga, dari materi yang diberikan dapat menumbuhkan
102
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
diberikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan wirausaha budidaya jangkrik.
4. Metode dan teknik pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan
wirausaha budidaya jangkrik
Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan life skill yaitu pada saat
pemberian materi berupa teori dilakukan secara kelompok orang dengan
menggunakan teknik ceramah dan tanya jawab. Media yang digunakan dalam
pemberian teori : laptop, infokus, papan tulis, spidol (boardmaker), dan buku panduan
budidaya jangkrik. Sedangkan pada saat praktek dibagi kelompok kecil dengan
menggunakan teknik tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan praktek. Alat yang
digunakan yaitu semua alat dan bahan yang diperlukan dalam membudidayakan
jangkrik serta buku panduan. Metode yang digunakan tersebut merupakan metode
partisipatif karena peserta berperan aktif dalam prose pembelajaran.
5. Evaluasi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha
budidaya jangkrik
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan komponen program meliputi masukan
(input), proses dan hasil program/ keluaran (output).Evaluasi dalam pelatihan life skill
dalam meningkatkan kemampuan wirausaha budidaya jangkrik dimulai dengan
melihat kondisi warga binaan yang akan keluar dari Lapas tetapi belum mempunyai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Maka sangat diperlukannya kegiatan pelatihan
life skill agar dengan keterampilan yang mereka punya setelah keluar dari lapas dapat
dimanfaatkan dengan baik untuk memulai kegiatan usaha. Sumber belajar yang
dipilih sudah sangat tepat karena sumber belajar adalah seorang yang memiliki
keterampilan dibidangnya yaitu dalam budidaya jangkrik yang ditugaskan oleh Lapas
untuk membagikan ilmunya kepada warga binaan.
Proses kegiatan pembelajaran pelatihan life skill dalam meningkatkan
kemampuan wirausaha budidaya jangkrik sudah dilaksanakan dengan baik sesuai
sudah lengkap mencangkup pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam
berwirausaha budidaya jangkrik.
Evaluasi output yang dilaksanakan oleh pengelola, instruktur dan warga binaan
mengacu pada hasil yang telah didapatkan setelah mengikuti pelatihan life skill. Hasil
yang didapatkan warga binaan setelah mengikuti pelatihan life skill berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam berwirausaha budidaya jangkrik.
6. Hasil pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha
budidaya jangkrik
Hasil peneliti berdasarkan ranah afektif (pengetahuan) yang diukur melalui angket
terhadap pengetahuan diri mengenai usaha yang akan mereka tekuni, pengetahuan
praktis mengenai budidaya jangkrik, dan pengetahuan kewirausahaan. Pengetahuan
diri warga binaan mengenai usaha yang akan mereka tekuni menunjukan bahwa
seluruh warga binaan paham tentang usaha yang akan mereka tekuni.
Pengetahuan praktis warga binaan tentang budidaya jangkrik menunjukan bahwa
seluruh warga binaan setelah mengikuti pelatihan life skill paham tentang cara
membudidayakan jangrik dapat dilihat dari hasil angket (tabel 4.9). Pengetahuan
kewirausahaan yaitu tentang pemasaran, penghitungan modal dan laba seluruh warga
binaan sudah paham.
Ranah afektif (sikap) pada aspek sikap yang menggunakan teknik pengumpulan
data yang berupa skala sikap, berdasarkan hasil yang telah diperoleh menunjukan
bahwa pembelajaran pelatihan yang dilihat dari aspek percaya diri, harapan,
pengambilan resiko, wawasan ke depan, bersifat energik, dan tanggung jawab yang
dimiliki oleh warga binaan seluruhnya positif.
Ranah psikomotor (keterampilan) yang dimiliki yang didapatkan melalui hasil
observasi yang telah dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan baik itu
keterampilan budidaya jangkrik, maupun keterampilan wirausaha hasilnya adalah
warga binaan sudah terampil.
Dilihat dari hasil penelitian mengenai tiga aspek tersebut yaitu kognitif, afektif
104
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
kemampuan wirausaha dalam budidaya jangkrik. Hal ini dapat menegaskan bahwa
dengan warga binaan mengikuti pelatihan life skill dapat meningkatkan kemampuan
wirausaha budidaya jangkrik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi untuk para pihak yang
terkait diantaranya dalam sebagai berikut:
1. Warga Binaan
Warga binaan merupakan seseorang yang sedang menjalankan masa tahanannya
di dalam Lembaga Pemasyarakatan sebagai hukuman karena tidak kejahatan yang
mereka lakukan. Warga binaan sangat memerlukan pembinaan baik dari segi sikap,
pengetahuan maupun keterampilan sebagai bekal setelah keluar dari Lapas agar
mereka tidak kembali melakukan tindak kejahatan. Setelah warga binaan mengikuti
pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha mereka dapat
memanfaatkan keterampilan yang sudah mereka miliki. Diharapkan setelah keluar
dari Lapas warga binaan dapat membuka usaha sendiri khusus dalam bidang
budidaya jangkrik. Dengan demikian warga binaan dapat meningkatkan taraf
hidupnya sehingga berfungsi kembali di masyarakat sebagai agen dalam
pembangunan nasional.
2. Lembaga Pemasyarakatan Jelekong
Diharapkan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Jelekong setelah memberikan
bekal pengetahuan dan keterampilan kepada warga binaan khususnya mengenai
kewirausahaan budidaya jangkrik dapat lebih mengoptimalkan pada pemberian
motivasi agar warga binaan dapat melakukan kegiatan kewirausahaan budidaya
jangkrik setelah mereka keluar dari Lapas. Serta memberikan solusi yang dapat
dilakukan untuk memecahkan masalah yang mungkin akan mereka hadapi di dunia
luar agar mereka dapat diterima kembali dengan baik oleh keluarga dan masyarakat.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini mudah-mudahan bermanfaat sebagai referensi bagi para peneliti
skill mengenai kewirrausahaan budidaya jangkrik yang diselenggarakan di Lapas
Jelekong. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu mengkaji mengenai dampak
dari pelatihan life skill mengenai kewirusahaan budidaya jangkrik setelah warga
Yufi Wafiyyah, 2014
Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Anwar, 2006.Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung : ALFABETA
Alma, B. 2009. Kewirausahaan. Bandung : ALFABETA.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta : PT Rineka Cipta
Kamil, M. 2012. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: ALFABETA.
…………. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung: ALFABETA.
Kartika, I. 2011. Mengelola Pelatihan Partisifatif. Bandung : ALFABETA.
Kasmir, (2006). Kewirausahaan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sudjana. 2001. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah,perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung. Bandung: Falah Production.
……….. 2004. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah,perkembangan,
Falsafah, Teori Pendukung. Bandung: Falah Production.
………... 2010. Sistem dan Manajement Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung: Falah Production.
………... 2006. Evaluasi Pendidikan Luar Sekolah (Untuk Pendidikan Nonformal
dan pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2003. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
……….... 2001. Metode Penelitian Administratif. Bandung: ALFABETA.
Non buku:
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Peraturan Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan Bagi Narapidana dan Klien Pemasyarakatan
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor. M. HH-….OT.03.01 Tahun 2012. Tentang Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jelekong Sebagai Lembaga Pemasyarakatan Budidaya Jangkrik Kualitas Ekspor.
Peraturan presiden Republik Indonesia No 48 tahun 2013 Tentang Budi Daya Hewan Peliharaan
Ditjen PLSP. 2003. Program Life Skills Melalui Pendekatan Broad Based Education (BEE). Jakarta: Direktorat Tenaga Teknis Depdiknas.
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Kasubsi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA. Tentang Jumlah Penghuni Lapas Narkotika Klas IIA Jelekong per Oktober 2013
Internet:
Masdiono, E. 2011. Faktor Tingginya Angka Kriminalitas. In Google online [Online].
Tersedia: hankam.kompasiana.com [05 Oktober 2013].
Weda, D. 1996. Faktor Ekonomi Sebagai penyebab tingginya kriminalitas. In Google online
[Online]. Tersedia:
[05 Oktober 2013].
KBBI Online. 2013. Pengertian Kemampuan. In Google online [Online].