• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELATIHAN LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BUDIDAYA JANGKRIK PADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARKATAN KLAS IIA JELEKONG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELATIHAN LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BUDIDAYA JANGKRIK PADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARKATAN KLAS IIA JELEKONG."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELATIHAN LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BUDIDAYA

JANGKRIK PADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARKATAN KLAS IIA JELEKONG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Disusun Oleh

Yufi Wafiyyah 0908817

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELATIHAN LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BUDIDAYA

JANGKRIK PADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARKATAN KLAS IIA JELEKONG

Oleh

Yufi Wafiyyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yufi Wafiyyah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

LEMBAR PENGESAHAN

YUFI WAFIYYAH

0908817

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELATIHAN LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BUDIDAYA

JANGKRIK PADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARKATAN KALAS IIA JELEKONG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Prof. Dr.H. Mustofa Kamil, M.Pd NIP. 19611109 198703 1 001

PEMBIMBING II

Dr. H. Ade Sadikin Akhyadi, Msi NIP. 19570725 198403 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

(4)

ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELATIHAN LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA BUDIDAYA JANGKRIK

PADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARKATAN KLAS IIA JELEKONG

Penelitian ini memfokuskan pada kajian mengenai “Bagaimana Pelaksanaan Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik bagi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jelakong?”. Permasalahan dibatasi pada 1)perencanaan pelatihan life skill, 2) strategi pelatihan life skill, 3) Bagaimana materi pelatihan pelatihan life skill, 4) metode dan teknik pelatihan life skill, 5) Bagaimana evaluasi pelatihan life skill, 6)hasil pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan.

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1)konsep pendidikan luar sekolah, 2) konsep pelatihan, 3) konsep pendidikan kecakapan hidup (life skill), dan 4) konsep kewirausahaan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sederhana dengan penyajian data persentase untuk menggambarkan variabel-variabel yang diteliti kedalam berbagai tafsiran. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara kepada 1 orang pengelola, 2 orang dan 2 orang warga binaan serta angket, skala sikap dan observasi kepada sampel penelitian sebanyak 20 orang.

Adapaun tujuan penelitian ini secara umum ialah mendeskripsikan pelaksanaan Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik bagi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jelakong.

Dari penelitian diketahui bahwa: 1)perencanaan pelatihan dimulai dengan penyusunan tujuan, identifikasi warga binaan, melakukan kemitraan dengan pihak terkait, penentuan waktu pelatihan yang dilaksanakan selamaa 29 hari, serta menyiapkan sarana dan prasaran. 2) strategi yang digunakan merupakan strategi yang mengacu pada tujuan yaitu strategi prilaku keterampilan, 3) materi yang diberikan yaitu materi mengenai pengetahuan dan keterampilan mengenai kewirausahaan budidaya jangkrik. 4) metode pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pola kelompok dengan teknik praktek, ceramah, tanya jawab, simulasi dan diskusi. 5)evaluasi dilaksanakan yaitu evaluasi input, proses dan output. 6) hasil dari pelatihan life skill dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan budidaya jangkrik bagi warga binaan dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.

(5)

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

ABSTRACT

DESCRIPTIVE STUDY OF LIFE SKILLS TRAINING FOR IMPROVED IN ENTREPRENEURIAL CULTURE AT THE CRICKET INMATES KLAS IIA

JELEKONG

This study focuses on the study of "How Life Skill Training Implementation in Developing Entrepreneurial Capabilities Raising Crickets for prison inmates in Class IIA Jelakong?" The problem is limited to 1) planning of training life skills, 2) strategies of training life skills, 3) material of training life skill, 4) methods and techniques of training life skill training, 5) evaluation of life skills training, 6) results in increasing the life skill training cultivating entrepreneurial skills crickets for inmates.

Concepts used in this study were 1) the concept of non-formal education, 2) the concept of training, 3) the concept of life skills (life skills), and 4) the concept of entrepreneurship.

In this study the authors use descriptive method using a simple qualitative and quantitative approaches to the presentation of data to describe the percentage of the studied variables into a variety of interpretations. The technique of collecting data using interviews to 1 person manager and 2 person in mates as well as questionnaires, attitude scales and observations to sample as many as 20 person.

The purpose of this study is to describe the general implementation of Life Skill Training in Developing Entrepreneurial Capabilities Raising Crickets for prison inmates in Class IIA Jelekong.

The study found that: 1) training plan begins with the preparation of objectives, identification of inmates, in partnership with stakeholders, the timing of training conducted selamaa 29 days, as well as setting up facilities and infrastructure. 2) the strategy used is a strategy which refers to the goal of behavioral skills strategy, 3) the material provided that the material terms of the knowledge and skills of the entrepreneurial farming crickets. 4) learning methods implemented by using a pattern with a group of engineering practice, lectures, discussion, simulations and discussions. 5) evaluation is conducted evaluations of input, process and output. 6) the results of the life skill training to enhance the ability of entrepreneurial farming crickets for prisoners in terms of cognitive, affective and psychomotor.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……….……… i

ABSTRAK………...…………... ii

KATA PENGANTAR………...…… iii

UCAPAN TERIMAKASIH………...……… iv

DAFTAR ISI………....……… vi

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR……….. viii

LAMPIRAN……… ix

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang………...………. 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah…...……….. 5

C. Pertanyaan Penelitian………...………... 6

D. Tujuan Penelitian………..……….. 6

E. Manfaat Penelitian……….………... 7

F. Sistematika Penulisan……… 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 9

A. Pendidikan Luar Sekolah……….…. 9

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah……… 9

2. Tujuan Pendidikan Luar sekolah……….. 11

3. Ciri pendidikan Luar Sekolah………..………. 12

4. Komponen pendidikan luar sekolah………..… 13

B. Pelatihan……….……… 16

1. Pengertian Pelatihan………..……… 16

2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan………...……… 17

3. Prinsip-prinsip Pelatihan………..…. 19

4. Strategi Pembelajaran dalam Pelatihan………. 21

5. Materi, metode dan Teknik Pelatihan………... 24

6. Evaluasi Pelatihan……….… 24

(7)

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

C. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) ………. 28

1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill) ………….…….. 28

2. Jenis Kecakapan Hidup (Life Skill) ………. 28

3. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup……….. 31

4. Ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ……… 32

D. Kewirausahaan……….. 33

1. Pengertian Kewirausahaan…. ……… 33

2. Karakter Wirausaha……… 34

3. Kemampuan Wirausaha………. 36

BAB III METODE PENELITIAN 38

A. Lokasi dan Subjek Penelitian………. 38

1. Lokasi Penelitian……….. 38

2. Subjek Penelitian……….………. 38

3. Populasi dan Sampel……… 38

B. Desain Penelitian……… 39

C. Metode Penelitian……….. 41

D. Definisi Operasional……….. 42

E. Instrumen Penelitian……….…. 43

1. Penyusunan Instrumen……….……… 43

2. Pengembangan Instrumen……… 44

F. Teknik Pengumpulan Data……… 45

1. Observasi………. 45

2. Wawancara……….… 45

3. Studi Dokumentasi………. 46

4. Angket……… 46

G. Analisis Data………. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian……… 51

B. Program Pelatihan Life Skill .……….. 54

(8)

D. Deskripsi Hasil Penelitian………..……….. 58

1. Perencanaan Pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan

Wirausaha Budidaya Jangkrik……… 58

2. Strategi Pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha

Budidaya Jangkrik ……… 67

3. Materi pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha

Budidaya Jangkrik ……….……… 70

4. Metode dan teknik pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan

Wirausaha Budidaya Jangkrik ………... 72

5. Evaluasi pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan

Wirausaha Budidaya Jangkrik ……….. 75

6. Hasil pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha

Budidaya Jangkrik ………. 79

E. Pembahasan Hasil Penelitian……… 88

1. Perencanaan Pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan

Wirausaha Budidaya Jangkrik……… 89

2. Strategi Pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha

Budidaya Jangkrik ……… 90

3. Materi pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha

Budidaya Jangkrik ……….……… 92

4. Metode dan teknik pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan

Wirausaha Budidaya Jangkrik ………... 93

5. Evaluasi pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan

Wirausaha Budidaya Jangkrik ……….. 95 6. Hasil pelatihan Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha

Budidaya Jangkrik ……… 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……… 100

(9)

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman yang kian hari semakin pesat maka

manusia dituntut untuk terus berkembang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perkembangan zaman yang tidak didukung oleh sumber daya manusia yang

berkualitas dapat menyebabkan masalah-masalah sosial yang terjadi di

masyarakat. Salah satunya yaitu maraknya tindak kriminalitas yang terjadi di

Indonesia saat ini.

Tindakan kriminalitas atau kejahatan yaitu segala bentuk tingkah laku

masyarakat yang melanggar hukum dan dapat dijerat hukum pidana. Tindak

kriminal di Kota-kota besar seperti Bandung tercatat sangat tinggi. Tindak

kriminal itu diantaranya yaitu kasus pencurian dengan kekerasan (curas),

pencurian dengan pemberatan (curat), dan pencurian kendaraan bermotor

(curanmor) atau biasa disebut dengan istilah C3 maupun kasus berandalan

bermotor, wilayah hukum Polrestabes Bandung masuk katagori tertinggi di semua

kasus tersebut

Menurut Erlangga Masdiono (2011) tingginya angka kriminalitas di Indonesia

disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain kemiskinan, disfungsi norma

dan hukum, ketidakharmonisan unsur terkait serta karakter bangsa yang sudah

bergeser, ditambah dengan sistem pendidikan yang tidak lagi mengajarkan

nilai-nilai etika termasuk pendidikan agama yang hanya menekankan pada aspek

kognitifnya (Diakses tanggal 05/10/2013). [online].

Di Kota besar seperti Bandung banyaknya tindakan kriminalitas disebabkan

oleh faktor ekonomi sejalan dengan pendapat (Made Darma Weda 1996:16)

bahwa “kejahatan timbul disebabkan oleh adanya tekanan ekonomi yang tidak

(11)

2

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

adalah penyebab dari tingginya angka kriminalitas di Kota Bandung. (Diakses

tanggal 05/10/2013). [online].

Di Indonesia orang yang melakukan tindak kriminalitas dapat di jerat

hukuman dan dimasukan ke dalam tahanan yang disebut dengan Lembaga

pemasyarakatan (Lapas). Menurut Undang-undang No.12 Tahun 1995

Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan

Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang

merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Bandung merupakan salah satu

Unit Pelayanan Teknis pemasyarakatan Kementrian Hukum dan Ham wilayah

Jawa Barat. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Bandung atau yang

lebih populer disebut Lapas Jelekong terletak di Jalan Rancamanuk Kelurahan

Warga Mekar Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, adalah Lapas baru

yang mulai dioperasionalkan pada tanggal 4 Mei 2009. Lapas Narkotika klas IIA

Bandung saat ini dihuni oleh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) pelanggar

tindak pidana umum.

Jenis kejahatan yang menghuni Lapas Narkotika Klas IIA Bandung pada

bulan oktober 2013 tercatat yang sangat menonjol jenis kejahatan pencurian

sebanyak 248 orang mencapai angka 22,08% sedangkan kejahatan perampokaan

sebanyak 187 orang mencapai 16,65% dari jumlah penghuni Lapas secara

keseluruhan 1123 orang (Kasubsi registrasi, 2013)

Menurut Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, fungsi

sistem pemasyarakatan adalah menyiapkan orang-orang yang dibina agar dapat

berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang baik dan bertanggung jawab.

Sesuai dengan fungsi pemasyarakatan tersebut maka lapas jelekong melakukan

pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Pembinaan yang

dilaksanakan di lapas jelekong dilakukan melalui pendidikan.

Secara yuridis sistem pendidikan di Indonesia tertuang dalam Undang-

(12)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keaagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1

menetapkan tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal

dan pendidikan informal. pendidikan Luar Sekolah sebaimana pengertian

Pendidikan Nonformal menurut Musofa Kamil (2009 : 13-14) mengemukakan

bahwa:

Pendidikan Non Formal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan social untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita social (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang material, social dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosial.

Pendidikan Nonformal yang mengitegrasikan kegiatan belajar dan berusaha,

baik dibidang industry dan perdagangan maupun jasa, sesuai dengan kebutuhan

belajar peserta didik dan sumber-sumber yang tersedia dilingkungannya, pada

dasarnya tetelah menyentuh upaya dan pembinaan dan pengembangan

kewirausahaan. Kewirausahaan menjadi salah satu alternative untuk peningkatan

daya saing masyarakat Indonesia dalam era globalisasi, Djudju Sudjana

(2001:130).

Penyelenggaraan pendidikan Nonformal dapat dilakukan melalui satuan

pendidikan Nonformal salah satunya yaitu melalui pelatihan. Pelatihan yang

dilaksanakan di Lapas Jelekong diharapkan dapat memberikan skill agar kelak

saat bebas mereka bisa diterima masyarakat dan dapat berperan kembali dalam

pembangunan nasional.

Sejalan dengan pengertian pelatihan yaitu Pelatihan adalah usaha berencana

yang diselenggarakan supaya dicapai penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan

(13)

4

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

Berdasarkan Instruksi Presiden RI No.15 Tahun 1974 menyatakan bahwa

pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang

berlaku, dalam waktu relatif singkat dan dengan metode yang lebih

mengutamakan praktek daripada teori.

Tujuan dasar dari pelatihan adalah untuk membangun atau mengembangkan

pengetahuan keterampilan individu guna mencapai tingkat yang diinginkan

(Anwar, 2006 : 163).

Dinding tembok yang menjulang serta terali besi, bukan penghambat bagi

mereka untuk berkreasi dan berinovasi membuat sesuatu yang berguna. Adanya

harapan merubah pandangan bahwa di dalam Lembaga Pemasyarakatan bukan

hanya ada sesuatu yang negative saja tetapi juga bisa melakukan hal-hal yang

positif. Tembok tinggi dan teralis besi menjadi inspirasi warga binaan dalam

meningkatkan kemampuan berwirausaha, agar kelak saat bebas mereka bisa

diterima. Maka dari itu Lapas Jelekong menyelenggarakan berbagai macam

pelatihan keterampilan hidup (life skill).

Life skill mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan

seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara

martabat di masyarakat. Life skill merupakan kemampuan komunikasi secara

efektif, kemampuan mengembangkan kerjasama, melaksanakan peranan sebagai

warga negara yang bertanggungjawab, memiliki kesiapan serta kecakapan untuk

bekerja, dan memiliki karakter dan etika untuk terjun ke dunia kerja (Anwar,

20-21 : 2006).

Salah satu pelatihan life skill yang dilaksanakan di lapas jelekong yaitu

program pelatihan yang dilakukan pada kelompok pembudidaya jangkrik. Dengan

adanya program pelatihan life skill pada pada kelompok pembudidaya jangkrik

diharapkan dapat meningkatkan ranah kognitif, afektif dan psikomotor dalam

menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan kemampuan wirausaha warga binaan

(14)

keluar dari lapas warga binaan pemasyarakatan dapat bekerja secara mandiri

(wirausaha) sehingga mereka tidak kembali melakukan tindakan kriminalitas.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti

tertarik untuk mengungkap dan mendeskripsikan tentang pelaksanaan pelatihan

life skill dalam meningkatkan kemampuan berwirausaha pada kelompok

pembudidaya jangkrik di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas mengenai program pelatihan life

skill yang diselenggarakan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Jelekong, maka

teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

a. Tindak kriminalitas yang terjadi di kota Bandung disebabkan oleh faktor

ekonomi yaitu banyaknya tingkat pengangguran sehingga mereka terpaksa

melakukan tindak kejahatan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

b. Narapidana yang telah menjalankan 2/3 masa tahanan memerlukan

pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal setelah mereka keluar sehingga

diharapkan tidak kembali melakukan tindakan kriminalitas.

c. Lembaga Pemasyarakatan Jelekong yang merupakan salah satu Lapas tindak

pidana umum melaksanakan pembinaan melaluli program pelatihan life skill

pada kelompok pembudidaya jangkrik agar para warga binaan lapas

mempunyai keterampilan sebagai bekal wirausaha.

d. Warga binaan pemasyarakatan yang telah mengikuti program pelatihan life

skill dapat mempunyai kemampuan berwirausaha budidaya jangkrik di Lapas.

2. Perumusan Masalah

Ditinjau dari identifikasi masalah di atas maka penulis merumuskan masalah

yang akan diteliti hanya pada “Bagaimana Pelaksanaan Pelatihan Life Skill Dalam

Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik bagi warga binaan di

(15)

6

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

Untuk memperjelas lingkup dalam penelitian ini, peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan penelitian yang relevan dengan permasalahan penelitian

yaitu:

a. Bagaimana perencanaan pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan

wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang dilaksanakan di

Lembaga Pemasyarakatan Jelekong?

b. Bagaimana strategi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan

wirausaha budidaya jangkrik bagi waga binaan yang dilaksanakan di Lembaga

Pemasyarakatan Jelekong?

c. Bagaimana materi pelatihan pelatihan life skill dalam meningkatkan

kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang

dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong?

d. Bagaimana metode dan teknik pelatihan life skill dalam meningkatkan

kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang

dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong?

e. Bagaimana evaluasi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan

wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang dilaksanakan di

Lembaga Pemasyarakatan Jelekong?

f. Bagaimana hasil pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan

wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang diselenggarakan di

Lembaga Pemasyarakatan Jelekong?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini secara umum, untuk memperoleh gambaran

tentang “Pelaksanaan Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan

Wirausaha Budidaya Jangkrik.” Sedangkan secara khusus, tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui perencanaan pelatihan life skill dalam meningkatkan

kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang

(16)

2. Untuk mengetahui strategi pelatihan life skill dalam meningkatkan

kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang

dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong.

3. Untuk mengetahui materi pelatihan pelatihan life skill dalam meningkatkan

kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang

dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong.

4. Untuk mengetahui metode dan teknik pelatihan life skill dalam meningkatkan

kemampuan wirausaha budidaya jangkrik yang dilaksanakan di Lembaga

Pemasyarakatan Jelekong.

5. Untuk mengetahui evaluasi pelatihan life skill dalam meningkatkan

kemampuan wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang

dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong.

6. Untuk mengetahui hasil pelatihan life skill dalam meningkatkan kaemampuan

wirausaha budidaya jangkrik bagi warga binaan yang diselenggarakan di

Lembaga Pemasyarakatan Jelekong.

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi maanfaat dari penelitian ini adalah manfaat teoritis

maupun praktis adalah sebagai berikut :

1. Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu

pendidikan luar sekolah yaitu mengenai pelatihan dan kewirausahaaan.

2. Praktis

a. Sebagai bahan kajian bagi bihak yang bersangkutan yaitu warga binaan

pemasyarakatan yang mengikuti pelatihan budidaya jangkrik dalam

mengembangkan kemampuan berwirausaha,

b. Sebagai bahan kajian bagi pihak lain yang berminat meneliti objek yang sama

menurut dimensi yang berbeda.

c. Sebagai masukan bagi pihak lembaga Pemasyarakatan Jelekong lain dalam

(17)

8

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyajikan sistematika penulisan

skripsi sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Penelitian,

Identifikasi dan Perumusan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Kajian Pustaka yang didalamnya membahas tentang teori-teori dasar

dan konsep tentang masalah yang sedang diteliti.

BAB III Prosedur Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian, Teknik

Pengumpulan Data, Prosedur Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan

Data dan Analisis Data.

BAB IV Deskripsi Analisis data hasil penelitian dan pembahasan. Membahas

mengenai gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan penelitian.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A

Bandung yang merupakan salah satu Unit Pelayanan Teknis pemasyarakatan

Kementrian Hukum dan Ham wilayah Jawa Barat. Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Klas II A Bandung (Lapas Jelekong) terletak di Jalan Rancamanuk

Kelurahan Warga Mekar Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, adalah

Lapas baru yang mulai dioperasionalkan pada tanggal 4 Mei 2009. Lapas

Narkotika klas IIA Bandung saat ini dihuni oleh Warga Binaan Pemasyarakatan

(WBP) pelanggar tindak pidana umum.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel

dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian adalah sesuatu baik orang, benda atau

lembaga (organisasi) yang sifat keadaannya akan diteliti, dengan kata lain subjek

penelitian merupakan sesuatu yang di dalam dirinya melekat suatu objek

penelitian.

Subjek penelitian yang dijadikan sumber data dalam penyelenggaraan

program pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha budidaya

jangkrik, yaitu peserta program pelatihan life skill pada kelompok wirausaha

budidaya jangkrik. Sumber utama untuk memberikan informasi yang diperlukan,

yaitu 2 (dua) orang warga binaan yang telah selesai mengikuti program, 1 (satu)

orang pengelola dan 2 (dua) orang instruktur.

3. Populasi dan sampel

Dalam penelitian ini menggunakan penyajian data dengan kuantitatif maka di

perlukan pula populasi dan sampel. Populasi adalah Sampel dari penelitian ini

(19)

39

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

Arikunto, 2002:108). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2001: 57). Populasi

dalam penelitian ini sebanyak 20 orang warga binaan maka diambil

keseluruhannya. Sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002 : 134)

“apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dimaksud disini adalah tahapan aktivitas yang

dilakukan secara berurut dari awal sampai akhir penelitian, yang nantinya

memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan

pengumpulan data, analisis dan penafsiran data, sampai pada penulisan laporan.

Secara umum tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini ada empat tahap,

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2007:127) yaitu:.

1. Tahap Pralapangan

Pada kegiatan pertama penulis melakukan observasi langsung ke lokasi

penelitian yang berlokasi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A

Bandung (Lapas Jelekong) terletak di Jalan Rancamanuk Kelurahan Warga Mekar

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Hal ini dilakukan supaya peneliti

sendiri mendapatkan pandangan awal tentang pokok permasalahan yang ada di

lokasi, yang akan dijadikan lokasi penelitian. Pada tahapan ini peneliti melakukan

perijinan kepada berbagai pihak yang terkait, mulai dari aparat pemerintahan

terkait yaitu Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah JAWA

BARAT dan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Bandung.

Selanjutnya melakukan wawancara awal terhadap pihak lembaga dan pengelola

program. Pada tahap ini juga penulis menganalisis apakah fokus permasalahan

tersebut berkaitan dengan disiplin ilmu yang peneliti kaji atau tidak.

2. Tahap Rancangan dan Pelaksanaan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti akan mempertimbangkan fokus kajian serta metode

(20)

penelitian serta siapa saja yang akan menjadi subjek penelitian dan siapa saja yang

akan menjadi narasumber dalam penelitian ini. Setelah rancangan penelitian

dibuat maka pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti menyusun instrumen

penelitian, mengumpulkan data di lapangan, menganalisis data, mengadakan

penyimpulan hasil temuan penelitian di lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Menganalisis data merupakan langkah yang sangat menentukan dalam

mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model analisis yang dipakai

adalah teknik analisa deskriptif karena sasaran penelitiaan ini adalah fenomena

yang terus berlangsung. Kegiatan analisis data dilakukan dari awal sampai akhir

penelitian. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen

pribadi, dokumen resmi. Data yang telah terkumpul tersebut diolah sesuai dengan

kaidah pengolahan data yang relevan dengan pendekatan penelitian kualitatif.

4. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan tahapan

kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Pada tahap ini mengadakan pengumpulan

data, analisa data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian

sampaidata yang diperlukan terkumpul, pengolahan data berupa laporan awal

setelah membandingkan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data

sebagai laporan akhir yang dilakukan setelah data yang diperlukan lengkap

terkumpul. Tahap ini merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah

berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan, serta laporan pun

dibuat sesuai dengan outline yang berlaku di lingkungan Universitas.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelatihan life skill

dalam meningkatkan kemampuan berwirausaha budidaya jangkrik. Guna

(21)

41

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

penelitian merupakan cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan

penelitian yang dilakukan, dengan menggunakan langkah-langkah sistematis.

Metode yang digunakan yaitu metode deskriftif, tujuan metode deskriptif

menurut Sumadi Subrata (2012: 75) adalah untuk membuat pecandraan (deskripsi)

secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu.

Metode ini mengkasifikasikan dua penyajian data yaitu kualitatif dan

kuantitatif, untuk kualitatif yaitu yang digambarkan melalui kata-kata atau kalimat

yang dikelompokkan dan dikategorikan untuk memperoleh kesimpulan, untuk

data yang berupa kuantitatif yang berupa angka-angka hasil perhitungan maupun

pengukuran dapat diproses dengan beberapa cara yaitu dijumlahkan, dibandingkan

dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase. Penelitian kualitatif

menurut Sugiono (2007:1) adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Sedangkan untuk penyajian data yang berupa data kuantitatif atau diseut juga

statistik deskriptif seperti menurut Sugiono (2001: 112) adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul. Penelitian yang dilakukan pada

populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistic deskripsi

dalam analisisnya. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah

penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkar, pictogram, perhitungan

modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, presentil,

perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,

(22)

D. Definisi Operasional

Untuk memperjelas mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini,

maka peneliti akan sedikit menguraikan pengertian dari istilah yang digunakan

dalam penjelasan berikut ini:

1. Pelatihan

Pelatihan adalah serangkaian kegiatan yang dipergunakan untuk

menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan, dan

kemempuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu, menurut

Michael J. Jucius dalam Mustofa Kamil (2010:3)

2. Kecakapan Hidup (Life skill)

Konsep life skill merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan

kurikulum pendidikan yang menekankan pada kecakapan hidup atau bekerja

(Anwar, 20 : 2006).

3. Kemampuan wirausaha

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan adalah kesanggupan,

kecakapan dan kekuatan. Sedangkan wirausaha adalah orang yang pandai atau

berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun

operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta

memasarkannya. [diakses 18/10/2013]

Meredith (2005: 14) dalam Buchori Alma (2009: 16), menyatakan bahwa

wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai

kesempatan usaha mengumpulkan serta sumber daya yang dibutuhkan guna

mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna

memastikan kesuksesan

4. Budidaya

Budidaya hewan melibatkan usaha pembesaran bakalan (hewan muda) atau

bibit/benih (termasuk benur dan nener) pada suatu lahan tertentu selama beberapa

waktu untuk kemudian dijual, disembelih untuk dimanfaatkan daging serta bagian

(23)

43

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

Budidaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah budidaya jangkrik yaitu

proses atau cara bagaimana warga binaaan pemasyarakatan dalam meningkatkan

kemampuan dan proses budidaya jangkrik dengan baik dengan tujuan

memperoleh keuntungan secara ekonomi.

E. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Menurut Sugiono (2007: 60) penelitian kualitatif

sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih

informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas

data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Sedangkan dalam penelitian kuantitatif instrument penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati

(Sugiono, 2001: 84).

Suharsimi Arikunto (2002: 192) mengemukakan pendapat mengenai

metode-metode yang instrumennya digunakan dalam penelitian, diantaranya:

a. Untuk metode wawancara yaitu menggunakan pedoman wawancara.

b. Untuk metode metode tes yaitu menggunakan soal test (pre test dan post test)

c. Untuk metode observasi yaitu menggunakan chec-list

d. Untuk metode dokumentasi yaitu menggunakan dokumentasi atau bisa juga

menggunkan check-list.

Setelah diungkapkan beberapa konsep diatas, maka peneliti memutuskan

bahwa pada penelitian mengenai pelatihan life skill dalam meningkatkan

kemampuan wirausaha budidaya jangkrik warga binaan di lembaga

pemasyarakatan Jelekong, instrument yang digunakan adalah wawancara, angket,

skala sikap serta pedoman observasi.

(24)

Insrumen yang telah ditetapkan kemudian dikembangkan yaitu berupa

tahapan-tahapan yang dilakukan selama dilapangan dan penyusunan dalam

penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:

a. Penyusunan kisi-kisi penelitian

Penyusunan kisi-kisi penelitian dilakukan secara sistematis sesuai dengan

pertanyaan pada penelitian , selanjutkan dijabarkan dalam aspek yang diteliti

berdasarkan indikator yang ada agar memudahkan dalam pembuat alat

pengumpulan data yang berupa wawancara, angket, skala sikap serta pedoman

observasi.

b. Penyusunan pedoman wawancara

Pedoman wawancara disusun dari indikator yang telah ada dan dirumuskan

ke dalam pedoman wawancara, kemudian di uji cobakan kepada informan yaitu

pengelola, instruktur dan warga binaan.

c. Penyusunan angket

Penyusunan angket dibuat dari indikator yang telah ada dan disusun ke dalam

pertanyaan-pertanyaan yang kemudian akan di uji cobakan kepada 20 orang

warga binaan.

d. Penyusunan format skala sikap

Format skala sikap dibuat berdasarkan indikator yang telah ada dan disusun

ke dalam pertanyaan-pertanyaan untuk yang akan di uji cobakan kepada warga

binaan.

e. Penyusunan pedoman observasi

Penyusunan pedoman observasi berdasarkan indikator yang telah ada dan

disusun terlebih dahulu, pedoman observasi ini dibuat berbentuk poin-poin yang

harus dinilai oleh peneliti sendiri.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

(25)

45

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi

yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak

pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in

depth interview) dokumentasi dan angket (Sugiono, 2007: 63).

1. Observasi

Nasution (1998) dalam Sugiono (2007: 64) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapt bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data

dalam penelitan, mengenai kondisi objek penelitian dan mengamati secara

langsung mulai lokasi belajar, sarana belajar, dan praktek lapangan dalam

penyelenggaraan pelatihan life skill tehadap kemampuan wirausaha budidaya

jangkrik langsung mulai lokasi belajar, sarana belajar, dan praktek lapangan.

Observasi yang dilakukan merupakan observasi partisipasi pasif (passive

participation) : means the research is present at the scene of action but does not

interct or participate, jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang

yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiono, 2002,

66). Alat yang digunakan selain diri sendiri juga dibantu buku catatan lapangan,

kamera untuk mendokumentasikan kegiatan belajar dan praktek lapangan. Melalui

observasi data yang dikumpulkan lebih obyektif sesuai keadaan sesungguhnya,

yakni data dan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

2. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg (2002) dalam Sugiono (2007: 72) adalah

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melelui Tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Jadi

dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam

tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi,

di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Untuk mendapatkan

informasi yang lebih mendalam tentang responden, maka peneliti menggunakan

(26)

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan memanfaatkan informan

kunci atau primer maupun informan sekunder. informan kunci atau primer dalam

penelitian ini adalah 2(tiga) orang warga binaan yakni lulusan yang mengikuti

pelatihan life skill kewirausahaan budidaya jangkrik. sedangkan informan

sekunder adalah orang yang menguasai bidang yang akan diteliti, baik dari sisi

organisasi, kegiatan atau penyelenggaraan program yaitu Kepala seksi bimbingan

narapidana/anak didik dan Seksi kegiatan kerja.

3. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiono (2007: 82) dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Studi dokumentasi dalam penelitian ini yaitu gambar

benda-benda yang dijadikan acuan, alat atau fasilitas dalam proses pelaksanaan

program. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/

dapat dipercaya apabila didukung oleh berbagai dokumen. Sasaran studi

dokumentasi adalah dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan pelatihan

life skill kewirausahaan budidaya jangkrik dan lain sebagainya.

4. Angket

Angket atau kuesioner menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

Sedangkan menurut Sugiono (2001: 96) angket digunakan bila responden

jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan dapat menggunakan hal-hal

yang sifatnya rahasia. Kuisioner yang digunakan merupakan kuisioner tertutup

yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden manjawab tentang

dirinya. Dengan bentuk berupa check list, sebuah daftar di mana responden

tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai (Sugiono, 2001:

129).

Penyusunan angket ini dimulai dari penyusunan kisi-kisi berupa uraian

(27)

47

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

menjadi butiran pernyataan yang didapat dari hasil wawancara dengan pihak

Lapas yang mengacu pada hasil pelatihan yang didapat warga binaan setelah

mengikuti pelatihan life skill mengenai kewirausahaan budidaya jangkrik..

G. Analisis Data

Menurut Sugiono (2007: 89) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Nasution (1998) dalam Sugiono (2007: 89) menyatakan “Analisis

telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke

lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam

penelitian kualitatif, analisis data lebih di fokuskan selama proses di lapangan

bersamaan dengan pengumpulan data.

Untuk mempermudah dalam proses pengolahan data, maka penulis melakukan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Melakukan seleksi data yaitu memilih data yang telah dikumpulkan agar

mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga dapat

diperoleh dapat yang sesuai.

2. Mengklasifikasikan data dengan mengelompokkan data kemudian data

tersebut digolongkan yang bertujuan untuk mempermudah dalam pengolahan.

3. Data yang diperoleh melalui wawancara, diolah dengan cara sebagai berikut:

a. Membuat tabel dengan jalur kolom, nomor, pertanyaan, informan, dan

jawaban.

b. Mendeskripsikan jawaban hasil penelitian.

4. Data yang diperoleh melalui angket, skala sikap dan observasi dilakukan

tabulasi data menurut kelompok yang telah ditentukan, agar tiap frekuensi

kemungkinan jawaban dapat diketahui.

(28)

a. Membuat tabel dengan kolom-kolom: no item, pernyataan, pilihan jawaban,

frekuensi yang kemudian di persentase.

b. Keterangan pilihan jawaban

SP = Sangat Paham

P = Paham

KP= Kurang Paham

TP= Tidak Paham

c. Mencari frekuensi yang di observasi ( F ) dengan cara menjumlahkannya dari

setiap pelihan jawaban.

d. Mencari nilai persentase dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut:

keterangan:

P = prosentase

ƒ = frekuensi jawaban terhadap satu poin n = jumlah responden

100% = bilangan konstanta/tetap

e. Mendeskripsikan hasil angket yang telah diperoleh dan di persentasekan.

6. Data yang diperoleh melalui skala sikap, diolah sebagai berikut:

a. Membuat tabel dengan jalur responden, aspek (+) dan (-), skor, menentukan

skala, dan diberi keterangan.

(29)

49

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

Tabel 3.1

Alternatif Jawaban Skala Sikap

Pilihan Jawaban Skor

SS = Sangat Setuju 4

S = Setuju 3

RR = Ragu-ragu 2

TS = Tidak Setuju 1

STS= Sangat Tidak Setuju 0

Sumber: Sugiono

c. Data yang telah diperoleh dari skala sikap Likert, untuk mengetahui

kecenderungan sikap waga binaan setelah mengikuti pelatihan life skill

tentang kewirausahaan budidaya jangkrik itu lebih kea rah positif, negative,

atau netral (tidak memiliki kecenderungan sama sekali).

d. Kriteria rentan sikap

Tabel 3.2 Kriteria rentan sikap

No. Rentan Sikap

1. 0 – 1,5 Negatif

2. 1,5 – 2,5 Netral

3. 2,5 – 4 Positif

Sumber: Sugiono

e. Setelah kriteria diatas telah ditetapkan penulis, setiap hasi jawaban yang telah

diperoleh skornya sehingga memudahkan dalam penafsiran pada penelitian.

7. Data yang diperoleh dari hasil observasi, tahapan pengolahannya sebagai

berikut:

a. Membuat tabel dengan kolom-kolom: no item, pernyataan, pilihan jawaban,

(30)

b. Keterangan pilihan jawaban

ST = Sangat Terampil

T = Terampil

KT= Kurang Terampil

TT= Tidak Terampil

c. Mencari frekuensi yang di observasi ( F ) dengan cara menjumlahkannya dari

setiap pelihan jawaban.

d. Mencari nilai persentase dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut:

keterangan:

P = prosentase

ƒ = frekuensi jawaban terhadap satu poin n = jumlah responden

100% = bilangan konstanta/tetap

e. Mendeskripsikan hasil observasi yang telah diperoleh dan di persentasekan.

8. Melakukan analisis data, data yang dideskripsikan, diprosentasekan dan

dijumlahkan kemudian dianalisis untuk menafsirkan jawaban yang diberikan

responden.

9. Melakukan penarikan kesimpulan, dari data yang telah dianalisis kemudian

disimpulkan sehingga dapat diketahui hasilpenelitian yang sesungguhnya,

selain itu penulis memberikan saran-saran agar program pelatihan tersebut

(31)

100

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan

temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang

diteliti yaitu: “Pelaksanaan pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha”

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diungkapkan pada bab IV, peneliti

dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Perencanaan pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan

wirausaha budidaya jangkrik

Pelaksanaan pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha

budidaya jangkrik merupakan bagian dari jenis pendidikan luar sekolah. Tujuan dari

pelatihan ini yaitu unutuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam

berwirausaha budidaya jangkrik. Pelatihan life skill itu sendiri diselenggarakan di luar

institusi sekolah yaitu di Lembaga Pemasyarakatan Jelekong. Dibawah pengawasan

Kementrian Hukum dan HAM yang mempunyai mitra yang sangat membantu dalam

pelaksanaan pelatihan.

Perencanaan pelatihan life skill dilaksanakan dengan waktu yang relatif singkat

yaitu berlangsung selama 29 hari dengan sarana dan prasarana yang sudah cukup

menunjang. Pelatihan life skill diberikan kepada warga binaan yang telah

menjalankan masa 2/3 masa tahanan sesuai dengan minat dan bakat serta kebutuhan

warga binaan itu sendiri. Diharapkan setelah warga binaan keluar dari Lapas yaitu

mereka sudah mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berwirausaha

budidaya jangkrik sehingga mereka mempunyai pekerjaan dalam berwirausaha dan

(32)

2. Strategi pembelajaran pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan

wirausaha budidaya jangkrik

Strategi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha budidaya

jangkrik yang digunakan berupa strategi pembelajaran yang mengacu pada tujuan

pelatihan ini sendiri yaitu dalam meningkatkan sikap atau perilaku dan keterampilan

dalam berwirausaha budidaya jangkrik.Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan

dalam menentukan strategi pembelajaran yaitu:

Pertama, menentukan tujuan khusus diadakannya pelatihan life skill tentang

kewirausahaan budidaya jangkrik. yaitu setelah mengikuti pelatihan life skill warga

binaan dapat memiliki keterampilan budidaya jangkrik serta sikap yang baik agar

dapat menerapkannya dalam kegiatan usaha/berwirausaha di Lapas Jelekong. Kedua,

mengidentifikasi sikap dan keterampilan pada saat sebelum mengikuti pelatihan

sebagai tolok ukur keberhasilan. Ketiga, menetapkan langkah-langkah pembelajaran

yaitu pendekatan, metode, dan teknik pembelajran. Keempat, menetapkan tugas-tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta pelatihan. Kelima, Menetapkan umpan balik yang

positif bagi peserta yang memiliki kemampuan lebih yaitu menjadi ketua dalam

kelompok kerja dalam kegiatan praktek budidaya jangkrik. Keenam, memberikan

kesempatan kepada peserta untuk mempraktekan keterampilan yang telah dimiliki ke

dalam kegiatan usaha budidaya jangkrik. Ketujuh, Menggunakan teknologi dalam

pembelajaran yaitu komputer dan infokus.

3. Materi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha

budidaya jangkrik

Materi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha budidaya

jangkrik bagi warga binaan disusun sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang sudah

ditetapkan sebelumnya. Materi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan yaitu

materi yang diberikan dibagi kepada tiga bagian. Pertama, materi mengenai budidaya

jangkrik. Kedua, materi mengenai kewirausahaa seperti pemasaran, perhitungan

modal dan laba usaha,dan Ketiga, dari materi yang diberikan dapat menumbuhkan

(33)

102

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

diberikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan wirausaha budidaya jangkrik.

4. Metode dan teknik pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan

wirausaha budidaya jangkrik

Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan life skill yaitu pada saat

pemberian materi berupa teori dilakukan secara kelompok orang dengan

menggunakan teknik ceramah dan tanya jawab. Media yang digunakan dalam

pemberian teori : laptop, infokus, papan tulis, spidol (boardmaker), dan buku panduan

budidaya jangkrik. Sedangkan pada saat praktek dibagi kelompok kecil dengan

menggunakan teknik tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan praktek. Alat yang

digunakan yaitu semua alat dan bahan yang diperlukan dalam membudidayakan

jangkrik serta buku panduan. Metode yang digunakan tersebut merupakan metode

partisipatif karena peserta berperan aktif dalam prose pembelajaran.

5. Evaluasi pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha

budidaya jangkrik

Evaluasi yang dilakukan berdasarkan komponen program meliputi masukan

(input), proses dan hasil program/ keluaran (output).Evaluasi dalam pelatihan life skill

dalam meningkatkan kemampuan wirausaha budidaya jangkrik dimulai dengan

melihat kondisi warga binaan yang akan keluar dari Lapas tetapi belum mempunyai

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Maka sangat diperlukannya kegiatan pelatihan

life skill agar dengan keterampilan yang mereka punya setelah keluar dari lapas dapat

dimanfaatkan dengan baik untuk memulai kegiatan usaha. Sumber belajar yang

dipilih sudah sangat tepat karena sumber belajar adalah seorang yang memiliki

keterampilan dibidangnya yaitu dalam budidaya jangkrik yang ditugaskan oleh Lapas

untuk membagikan ilmunya kepada warga binaan.

Proses kegiatan pembelajaran pelatihan life skill dalam meningkatkan

kemampuan wirausaha budidaya jangkrik sudah dilaksanakan dengan baik sesuai

(34)

sudah lengkap mencangkup pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam

berwirausaha budidaya jangkrik.

Evaluasi output yang dilaksanakan oleh pengelola, instruktur dan warga binaan

mengacu pada hasil yang telah didapatkan setelah mengikuti pelatihan life skill. Hasil

yang didapatkan warga binaan setelah mengikuti pelatihan life skill berupa

pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam berwirausaha budidaya jangkrik.

6. Hasil pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha

budidaya jangkrik

Hasil peneliti berdasarkan ranah afektif (pengetahuan) yang diukur melalui angket

terhadap pengetahuan diri mengenai usaha yang akan mereka tekuni, pengetahuan

praktis mengenai budidaya jangkrik, dan pengetahuan kewirausahaan. Pengetahuan

diri warga binaan mengenai usaha yang akan mereka tekuni menunjukan bahwa

seluruh warga binaan paham tentang usaha yang akan mereka tekuni.

Pengetahuan praktis warga binaan tentang budidaya jangkrik menunjukan bahwa

seluruh warga binaan setelah mengikuti pelatihan life skill paham tentang cara

membudidayakan jangrik dapat dilihat dari hasil angket (tabel 4.9). Pengetahuan

kewirausahaan yaitu tentang pemasaran, penghitungan modal dan laba seluruh warga

binaan sudah paham.

Ranah afektif (sikap) pada aspek sikap yang menggunakan teknik pengumpulan

data yang berupa skala sikap, berdasarkan hasil yang telah diperoleh menunjukan

bahwa pembelajaran pelatihan yang dilihat dari aspek percaya diri, harapan,

pengambilan resiko, wawasan ke depan, bersifat energik, dan tanggung jawab yang

dimiliki oleh warga binaan seluruhnya positif.

Ranah psikomotor (keterampilan) yang dimiliki yang didapatkan melalui hasil

observasi yang telah dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan baik itu

keterampilan budidaya jangkrik, maupun keterampilan wirausaha hasilnya adalah

warga binaan sudah terampil.

Dilihat dari hasil penelitian mengenai tiga aspek tersebut yaitu kognitif, afektif

(35)

104

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

kemampuan wirausaha dalam budidaya jangkrik. Hal ini dapat menegaskan bahwa

dengan warga binaan mengikuti pelatihan life skill dapat meningkatkan kemampuan

wirausaha budidaya jangkrik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi untuk para pihak yang

terkait diantaranya dalam sebagai berikut:

1. Warga Binaan

Warga binaan merupakan seseorang yang sedang menjalankan masa tahanannya

di dalam Lembaga Pemasyarakatan sebagai hukuman karena tidak kejahatan yang

mereka lakukan. Warga binaan sangat memerlukan pembinaan baik dari segi sikap,

pengetahuan maupun keterampilan sebagai bekal setelah keluar dari Lapas agar

mereka tidak kembali melakukan tindak kejahatan. Setelah warga binaan mengikuti

pelatihan life skill dalam meningkatkan kemampuan wirausaha mereka dapat

memanfaatkan keterampilan yang sudah mereka miliki. Diharapkan setelah keluar

dari Lapas warga binaan dapat membuka usaha sendiri khusus dalam bidang

budidaya jangkrik. Dengan demikian warga binaan dapat meningkatkan taraf

hidupnya sehingga berfungsi kembali di masyarakat sebagai agen dalam

pembangunan nasional.

2. Lembaga Pemasyarakatan Jelekong

Diharapkan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Jelekong setelah memberikan

bekal pengetahuan dan keterampilan kepada warga binaan khususnya mengenai

kewirausahaan budidaya jangkrik dapat lebih mengoptimalkan pada pemberian

motivasi agar warga binaan dapat melakukan kegiatan kewirausahaan budidaya

jangkrik setelah mereka keluar dari Lapas. Serta memberikan solusi yang dapat

dilakukan untuk memecahkan masalah yang mungkin akan mereka hadapi di dunia

luar agar mereka dapat diterima kembali dengan baik oleh keluarga dan masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini mudah-mudahan bermanfaat sebagai referensi bagi para peneliti

(36)

skill mengenai kewirrausahaan budidaya jangkrik yang diselenggarakan di Lapas

Jelekong. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu mengkaji mengenai dampak

dari pelatihan life skill mengenai kewirusahaan budidaya jangkrik setelah warga

(37)

Yufi Wafiyyah, 2014

Studi Deskriptif Tentang Pelatihan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Budidaya Jangkrik Pada Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Jelekong

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Anwar, 2006.Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung : ALFABETA

Alma, B. 2009. Kewirausahaan. Bandung : ALFABETA.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta : PT Rineka Cipta

Kamil, M. 2012. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: ALFABETA.

…………. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung: ALFABETA.

Kartika, I. 2011. Mengelola Pelatihan Partisifatif. Bandung : ALFABETA.

Kasmir, (2006). Kewirausahaan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sudjana. 2001. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah,perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung. Bandung: Falah Production.

……….. 2004. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah,perkembangan,

Falsafah, Teori Pendukung. Bandung: Falah Production.

………... 2010. Sistem dan Manajement Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung: Falah Production.

………... 2006. Evaluasi Pendidikan Luar Sekolah (Untuk Pendidikan Nonformal

dan pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono. 2003. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

……….... 2001. Metode Penelitian Administratif. Bandung: ALFABETA.

(38)

Non buku:

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

Peraturan Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan Bagi Narapidana dan Klien Pemasyarakatan

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor. M. HH-….OT.03.01 Tahun 2012. Tentang Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jelekong Sebagai Lembaga Pemasyarakatan Budidaya Jangkrik Kualitas Ekspor.

Peraturan presiden Republik Indonesia No 48 tahun 2013 Tentang Budi Daya Hewan Peliharaan

Ditjen PLSP. 2003. Program Life Skills Melalui Pendekatan Broad Based Education (BEE). Jakarta: Direktorat Tenaga Teknis Depdiknas.

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Kasubsi Registrasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA. Tentang Jumlah Penghuni Lapas Narkotika Klas IIA Jelekong per Oktober 2013

Internet:

Masdiono, E. 2011. Faktor Tingginya Angka Kriminalitas. In Google online [Online].

Tersedia: hankam.kompasiana.com [05 Oktober 2013].

Weda, D. 1996. Faktor Ekonomi Sebagai penyebab tingginya kriminalitas. In Google online

[Online]. Tersedia:

[05 Oktober 2013].

KBBI Online. 2013. Pengertian Kemampuan. In Google online [Online].

Gambar

Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Skala Sikap

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil perilaku agresif pada siswa SMA Laboratorium (Percontohan) UPI tahun ajaran 2014/2015 yang dijadikan sebagai dasar

Efek dari cinta tersebut tidak kembali kepada diri Nabi Muhammad, akan tetapi umat Muslim yang akan mengambil manfaat dari cinta tersebut. Jika seseorang mencintai

Gugus etil yang berpasangan dengan guanin membentuk O-6-etilguanin dan gugus etil yang berpasangan dengan timin membentuk 4 etiltimin, sehingga mutasi yang

Setelah ditemukannya teknologi komunikasi seperti telepon genggam dan internet, manusia semakin meningkatkan cara komunikasinya. Media-media yang digunakan untuk berkomunikasi

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kotoran ayam dosis 20 ton ha -1 sampai 40 ton ha -1 mampu mendukung peningkatan dinamika pertumbuhan

Data kalimat (Film Tullah ke-3, menit ke 21:49), Ayah Melani menggunakan interjeksi [ha] dengan maksud untuk meneruskan penjelasan.Penjelasan yang dimaksud adalah

Zona yang didominasi oleh Rhizophora di tepi laut menunjukkan bahwa pada masa lalu mangrove pada garis pantai tersebut sering mengalami erosi (Giesen et al. Selain