• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi hafalan surah-surah al-Qur’an terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa di SMP-IT al-Ghazali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Implikasi hafalan surah-surah al-Qur’an terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa di SMP-IT al-Ghazali."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa suatu pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa di pungkiri bahwa pendidikan Islam baik sebagai sistem maupun institusinya, merupakan warisan budaya bangsa yang berakar pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan Islam merupakan bagian integral dari sistem Pendidikan Nasional.1

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bawa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Fungsi pendidikan nasional di atas sangat menggambarkan bahwa anak bangsa harus mengembangkan pengetahuan yang berlandaskan IPTEK dan IPTAK. IPTEK harus kita kembangkan sebagai pilar utama daya saing bangsa

1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Bum Aksara, 2006), 6.

(2)

untuk menghadapi inovasi-inovasi yang ada.2 Sedangkan IPTAK sebagai pondasi agar selalu berpegang pada nilai-nilai agama.

Mengingat al-Qur’an merupakan dasar pokok pendidikan,3 maka Pendidikan Al-Qur’an merupakan dasar penting yang harus diajarkan orang tua kepada anaknya sejak dini. Hal ini merupakan salah satu pondasi Islam untuk mengembangkan anak sesuai dengan fitrahnya. Selain itu, cahaya-cahaya hikmah dapat merasuk ke dalam hati mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan kegelapan dengan kekeruhan maksiat dan kesesatan. Pendidikan al-Qur’an pada tahapan awal dilakukan dengan cara membaca, sebagaimana pada arti ayat pertama surat al-Alaq “bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan”.4 Berkenaan dengan itu, pengajaran membaca al-Qur’an penting untuk dilakukan sesuai dengan ajaran Rasulullah yang memberi perhatian luar biasa terhadap kegiatan ini sebagaimana sabda Beliau yang artinya : “Sebaik- baik kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan yang mengajarkannya”. (H. R.

Bukhori).5

Al-Qur’an adalah kitab Allah yang di turunkan melalui malaikat jibril kepada Rosulallah SAW secara mutawatir yang dinilai ibadah karena membacanya di awali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an- Nas.6 Salah satu usaha nyata untuk memelihara kemurnian al-Qur’an adalah dengan menghafalkannya, karena menghafalkan al-Qur’an merupakan suatu

2 Husamah, Pembeajaran Bauran (Blended Learning) (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014), vii.

3 Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadist Tarbawi (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), 2.

4 Departement Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Jabal, 2010), 597.

5 Muhammmmad Ali Ash Shabuni, At- Tibyan fi ulumil Quran, terj. Muhamad Qodirun Nur (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), 6.

6 Achamad Yaman Syamsuddin, Cara Mudah Menghafal al-Quran (Solo: Insan Kamil, 2007), 15.

(3)

pekerjaan yang sangat mulia di hadapan manusia dan di hadapan Allah SWT.

Tidak ada suatu kitab pun di dunia ini yang dihafal oleh puluhan ribu orang di dalam hati mereka, kecuali hanya al-Qur’an yang telah dimudahkan oleh Allah SWT. Untuk diingat dan dihafal. Sebagaimana firman Allah dalam kitabnya:

















Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.(QS. al-Hijr: 9).7

Menghafal al-Qur’an merupakan bentuk penjagaan, saat ini sudah banyak diterapkan terutama lembaga pendidikan Islam formal dan non formal yang menerapkan hafalan al-Qur’an yang diyakini mendongkrak kemampuan seorang peserta didik. Namun pada kenyataannya banyak persepsi yang terdapat dalam masyarakat bagaimana seorang bisa untuk melakukan hafalan sedangkan dalam lembaga masih banyak pelajaran lain yang perlu dikerjakan.

Ketika seseorang telah menghafal al-Qur’an dalam ajaran Islam perlu dijaga karena akan berdosa baginya jika tidak menjaga.

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses belajar berdasar pada waku tertentu. Oleh karena itu, dalam sekolah prestasi belajar merupakan sesuatu yang dinantikan sebagai bukti keberhasilan siswa dalam proses belajarnya, disisi lain prestasi belajar juga merupakan tolak ukur tercapainya tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai hal tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik adalah pendidikan agama Islam,

7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 262.

(4)

dengan tujuan agar dapat membentuk perilaku peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha Esa serta berakhlak Mulia.8

Al-Ghazali dalam Iqbal juga menyampaikan bahwa materi keilmuan yang disampaikan kepada anak hendaklah berurutan mulai dari hafalan dengan baik, mengerti, memahami, meyakini dan membenarkan terhadap apa yang di terimanya sebagai pengetahuan.9 Dengan demikian, dalam pendidikan seseorang akan dikatakan belajar apabila seorang anak tersebut mengalami perubahan baik itu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pengalaman, pemahaman, ataupun keterampilan. Mutu hanya terwujud jika proses pendidikan di sekolah benar-benar menjadikan siswa belajar dan belajar sebanyak mungkin. Mutu pendidikan harus di lihat dari kemampuan siswa secara mandiri. Pengetahuan apapun yang mereka kuasai adalah hasil belajar yang mereka lakukan sendiri.10

Berdasar pada janji tuhan (Allah) bahwa seorang penghafal al-Qur’an akan mendapatkan perlindungan dan kemulian-kemulian dari berbagai bidang, salah satu kemulian yang diberikan yaitu keunggulan dalam prestasi belajarnya. Seorang siswa yang telah menghafalkan al-Qur’an sering mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam belajarnya, karena dalam diri mereka tersebut sudah disucikan oleh al-Qur’an juga sikap (Atiitude) seorang penghafal al-Qur’an juga terjaga dengan baik. Senada dengan yang disampaikan oleh Zakiyah Daradjad bahwa prilaku seseorang yang tampak

8 Permenag RI, no 2 tahun 2008, 48.

9 Abu Muhammad Iqbal, Konsep Pendidikan al-Ghazali tentang Pendidikan (Madiun: Jaya Star Nine, 2013), 44.

10 Ondi dan Haris Suherman, Etika Profesi Keguruan (Bandung: Refika Aditama, 2010), 50.

(5)

lahiriyah dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.11 Menghafal al-Qur’an menjadikan kehidupan seseorang muslim baik lahir maupun batin tidak akan terlepas dai sikap beriman dan bertakwa kepada Allah.12

SMP-IT al-Ghazali adalah lembaga pendidikan yang melaksanakan hafalan al-Qur’an bagi siswa-siswinya, selain itu juga banyak mata pelajaran lain baik umum maupun mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan Islam khususnya Pendidikan agama Islam yang harus mereka tuntut juga untuk menyelesaikan sekolahnya. Kemampuan seseorang tentunya berbeda-beda antara satu dan lainnya. Oleh karena itu, bagi siswa SMP-IT al-Ghazali untuk giat pula dalam menghafal al-Qur’an dan giat dalam semua mata pelajaran khususnya pendidikan agama Islam sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar mereka. Hal ini juga diharapkan untuk menepis persepsi masyarakat terhadap kegiatan menghafal al-Qur’an yang di anggap berat bagi peserta didik khususnya pada peserta didik tingkat sekolah.

Berdasar deskripsi di atas menjadi ketertarikan peneliti untuk meneliti tentang “Implikasi hafalan surah-surah al-Qur’an terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP-IT) al-Ghazali Jember”.

11 Zakiyah Daradjad, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 76.

12 Abu Muhammad Iqbal, Konsep Pemikiran al-Ghazali,339.

(6)

B. Fokus Penelitian

Untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan maka harus benar-benar fokus pada apa yang akan di teliti. Fenomena yang akan diteliti harus lebih difokuskan pada satu permasalahan, agar penelitian terarah dengan baik dan informasi yang didapat sesuai dengan yang dibutuhkan

Adapun fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implikasi hafalan surah-surah al-Qur’an terhadap pretasi belajar Pendidikan Agama Islam aspek kognitif siswa di SMP-IT al- Ghazali?

2. Bagaimana implikasi hafalan surah-surah al-Qur’an terhadap pretasi belajar Pendidikan Agama Islam aspek afektif siswa di SMP-IT al- Ghazali?

3. Bagaimana implikasi hafalan surah-surah al-Qur’an terhadap pretasi belajar Pendidikan Agama Islam aspek psikomotorik siswa di SMP-IT al- Ghazali?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.13 Tujuan penelitian juga merupakan pernyataan oprasional yang merincikan apa yang akan diselesaikan

13 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Jember Press, 2014), 45.

(7)

dan dicapai dalam penelitian ini.14 Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan implikasi hafalan surah-surah al-Qur’an terhadap pretasi belajar Pendidikan Agama Islam aspek kognitif siswa di SMP-IT al-Ghazali.

2. Untuk mendeskripsikan implikasi hafalan surah-surah al-Qur’an terhadap pretasi belajar Pendidikan Agama Islam aspek afektif siswa di SMP-IT al-Ghazali.

3. Untuk mendeskripsikan implikasi hafalan surah-surah al-Qur’an terhadap pretasi belajar Pendidikan Agama Islam aspek psikomotorik siswa di SMP-IT al-Ghazali.

D. Manfaat penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi teoritis dan praktis bagi pihak-pihak yang bersangkutan dan bagi khalayak pada umumnya.

Adapun manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan keilmuan tentang pendidikan al-Qur’an dan relevansinya dengan prestasi belajar pendidikan agama Islam.

14 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 400.

(8)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menambah khazanah wawasan keilmuan serta pengalaman baru dalam mengetahui implikasi hafalan surah-surah al-Qur’an terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa.

b. Bagi Lembaga

Sebagai tambahan perbendaharaan kepustakan yang dapat dijadikan tambahan refrensi bagi penelitian-penelitian lain yang relevan di masa yang akan datang.

c. Bagi Masyarakat

penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi masyarakat luas untuk selalu memelihara keautentikan al-Qur’an. Serta mendukung lembaga dan peserta didik dalam kegiatan al-Qur’an.

E. Definisi Istilah

Untuk memberikan arahan serta menghindari timbulnya salah penafsiran dan pengertian yang lebih melebar dalam penelitian ini, maka akan peneliti paparkan definisi istilah yang akan menjadi fokus peneliti dalam judul penelitian,15 “Implikasi Hafalan Surah-Surah al-Qur’an Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMP-IT Al-Ghazali”.

1. Hafalan Surah-Surah al-Qur’an

15 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: STAIN Jember Press, 2014), 45.

(9)

Hafalan adalah kegiatan mengingat yang di lakukakn seseorang dan di simpan dengan baik dalam memori otaknya. Menurut Alwi menghafal adalah usaha yang dilakukan oleh pikiran agar selalu ingat terhadap materi pelajaran yang diterima.16

Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang memuat Firman Tuhan Yang Maha Esa yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang disusun dalam 30 juz yang terdiri dari 114 surat, dibagi dalam 6666 ayat dan disusun pada zaman Abu Bakar.17 Sedangkan Al-Jur-Jani dalam Abdullah Syamsul Arifin menjelaskan bahwa, al-Qur’an adalah kitab/

firman Allah yang diturunkan kepada Rosulullah SAW, di tulis dalam mushaf, dan di riwayatkan secara mutawattir. Jadi hafalan al-Qur’an yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas mengingat kembali kalimat surah-surah al-Quran yang telah tersimpan dalam memori otak

2. Prestasi Belajar PAI

Menurut Surya dalam Tohirin prestasi belajar ialah suatu proses yang di lakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.18 Menurut Haryu prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti

16Hasan Alwi , Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 604.

17 Ma’ud Khasan Abdul Qohar, Kamus Istilah Pengantar Populer, (Yogyakarta: BintangPelajar, t.t.), 18.

18 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 8

(10)

proses belajar yang dituangkan dalam nilai raport sebagai hasil dari evaluasi.19

Berdasar GBPP PAI di sekolah umum seperti yang telah dikutib oleh muhaimin, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.20 Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru menuju kearah perbaikan menjadi makhluk yang bercorak diri dengan kelebihan dan kekurangan masing- masing serta mempunyai derajat yang tinggi menurut ukuran Allah.21 Jadi prestasi belajar PAI dalam penelitian ini adalah kemampuan individu untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam sebagai hasil dari proses belajarnya.

Dengan demikian yang dimaksud implikasi hafalan surah-surah al- Qur’an terhadap pretasi belajar pendidikan agama Islam siswa SMP-IT Al- Ghazali Jember dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari menghafal surah-surah al-Quran terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMP-IT Al-Ghazali Jember.

19 Haryu, Self Regulated Learning Motivasi Berprestasi &Prestasi Belajar (Jember:Stain Jember Press, 2013), 192

20 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 75-76.

21 Muhammad Ibrohim, “Kontribusi Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah Peserta Didik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Klakah Lumajang Tahun Pelajaran 2012/2013”(Skripsi: STAIN Jember, 2013), 15.

(11)

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan suatu karya tulis ilmiah. Untuk lebih memudahkan dalam menyajikan dan memahami dari isi penulisan karya tulis ilmiah ini, maka dibuatlah sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab satu merupakan pendahuluan yang meliputi; Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Definisi istilah dan sistematika pembahasan

Bab dua merupakan kajian pustaka meliputi penelitian terdahulu serta kajian teori.

Bab tiga pada bab ini penulis menyajikan metode penelitian yang meliputi; Pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, tahap-tahap penelitian.

Bab empat bab ini mengemukakan penyajian data dan analisis yang meliputi;gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, pembahasan temuan.

Bab lima pada bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan serta saran-saran.

(12)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Untuk membuktikan sejauh mana keorisinilan dan posisi penelitian ini, maka peneliti akan paparkan penelitian-peneitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.

1. Ardliatul Chasanah, “Prestasi Belajar Al-Qur‟an pada Siswa Kelas 1 di Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Umat Jember Tahun Pelajaran 2012/2013” (Skripsi: STAIN, Jember, 2013).

Skripsi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis field reseach. Skripsi ini menyimpulkan bahwa Prestasi Belajar al-Qur‟an pada Siswa Kelas 1 di Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Umat Jember Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat diklasifikasikan dalam tiga ranah, yaitu ranah afektif yang terdeskripsikan dari siswa dapat menghafal al-Qur‟an surat an-Naba‟, an-Nazi‟at, „Abasa, dan surat at-takwir serta surat-surat pilihan yakni surat al-Fatihah, al-Kausar, an-Nasr, dan al-„Asr. Ranah afektif terdeskripsikan dari siswa mempunyai sikap kerja keras dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi pelajaran khususnya pelajaran menghafal. Ranah psikomotorik terdeskripsikan dari siswa mampu melafaldkan hafalannya di depan guru dengan baik dan benar.

2. Ainul Hayat, “Implementasi tentang Prosedur Menghafal al-Qur‟an dan Problematikanya di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Al-Falah Dusun

(13)

Durenan Desa Klompangan Kecamatan Ajung Kabupaten Jember Periode 20111/2012” (Skripsi: STAIN, Jember, 2012).

Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dan berjenis field reseach. Skripsi ini menyimpulkan bahwa prosedur yang dilakukan oleh lembaga Tahfidzul Qur’an al-Falah dusun Durenan Desa Klompangan kecamatan Ajung telah berjalan cukup baik, karena proses menhafal di laksanakan sejak santri masih akan terjun ke dalam proses menghafal sampai mereka meguasai 30 juz al-Qur‟an dan lembaga pondok pesantren al-Falah selalu melahrkan santri yang mampu menghafal al-Qur‟an.

3. Suwati, “Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar al-Qur‟an dalam IV B dengan Metode Card Sort di MI Ma‟arif Sembego, Magowoharjo, Depok, Yogyakarta” (Skripsi: UIN Sunan Kalijaga, 2012).

Skripsi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian tindakan kelas atau Action Reseach. Skripsi ini menyimpulkan bahwa berdasarkan observasi minat pembelajaran al-Qur‟an Hadist dengan metode Card Sort dapat meningkatkan minat belajar siswa, hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan dari hasil angket pra tindakan sebesar 64 %, sebesar 80 % siklus I dan siklus II sebesar 82 %. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu pada test pra tindakan sebesar dengan 58,3 dengan kategori cukup. Pada siklus I sebesar 75,5 dengan kategori baik, siklus II sebesar 87,2 dengan kategori baik sekali. Ketuntasan siswa

(14)

dapat dilihat dari pra tindakan sebanyak 5 siswa (21,74 %), siklus I 17 siswa (37,04 %) dan siklus II 22 siswa (88 %).

Penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian sebelumnya.

Penelitian ini sama-sama menggunakan metode kualitatif dan berjenis field reseach serta sama-sama mengkaji tentang menghafal al-Qur‟an. Akan tetapi dalam penelitian ini juga terdapat perbedaan, penelitian terdahulu di atas ada yang menggunakan penelitian tindakan kelas dan mengkaji tentang peningkatan minat dan prestasi belajar, ada pula yang mengkaji implementasi tentang prosedur menghafal al-quran dan problematikanya dan mengkaji tentang prestasi belajar menghafal al-Qur‟an padas siswa.

Namun dalam penelitian ini lebih mengkaji tentang implikasi hafalan surah- surah al-Qur‟an terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam pada siswa.

B. Kajian Teori

1. Tinjauan Hafalan Surah-Surah al-Qur’an a. Persiapan Sebelum Menghafal al-Qur’an

Menghafal al-Qur‟an terdiri dari 2 term yaitu menghafal dan al- Qur‟an. Menghafal adalah kemampuan untuk memproduksi tanggapan- tanggapan yang telah tersimpan secara tepat dan sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterima.22 Sedangkan menurut Badudu menghafal adalah belajar atau mempelajari sesuatu dan mencoba

22 Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), 260.

(15)

menyimpannya diingatan.23 Menurut Zuhairini dan Ghofir, menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah di baca secara benar seperti apa adanya. Metode tersebut banyak digunakan dalam usaha untuk menghafal al-Qur‟an dan al-Hadits.

Ada empat langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan metode ini, antara lain:

1) Merefleksi, yaitu memperhatikan bahan yang sedang dipelajari, baik dari segi tulisan, tanda bacannya dan syakalnya;

2) Mengulang, yaitu membaca dan atau mengikuti berulang-ulang apa yang diucapkan oleh pengajar;

3) Meresitasi, yaitu mengulang secara individual guna menunjukkan perolehan hasil belajar tentang apa yang telah dipelajari;

4) Retensi, yaitu ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari yang bersifat permanen.24

Adapun pengertian al-Qur‟an ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabinya, Muhammad SAW yang lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya bernilai ibadah, diturunkan secara mutawatir di tulis pada mushaf dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.25 Sedangkan menurut al-Jurjani dalam Syamsul Arifin al- Qur‟an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad

23 Zain Badudu J.S., Sutan Mohammmmad,1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan

24 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang:UM PRESS, 2004), 76.

25 Abdullah Syamsul Arifin, Studi Al-Qur’an (Jember: Pena Salsabila, 2011), 2.

(16)

SAW, ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secar mutawatir tanpa keraguan.26

Penulis rumuskan yang dimaksud menghafal al-Qur‟an dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan menghayati dan berusaha meresapkan bacaan-bacaan al-Qur‟an ke dalam hati, sampai dapat dihafal dan melekat dengan baik dalam ingatan. Penelitian ini penulis membatasi pada 3 juz terakhir dari al-Qur‟an.

Rasulullah SAW menganjurkan agar al-Qur‟an selalu dibaca, dihafal, dan diwajibkan untuk membacanya dalam shalat. Al-Qur‟an merupakan satu-satunya kitab suci yang kemurniannya dijamin oleh Allah SWT. Al-Qur‟an tidak akan mengalami perubahan-perubahan maupun pengurangan sampai hari akhir, tidak ada satu huruf pun yang bergeser atau berubah dari tempatnya dan tidak satu pun yang mungkin dapat disisipkan di dalamnya oleh siapapun. Dalam hal ini, Allah SWT menegaskan dalam firmannya :

























Artinya: Telah sempurnalah kalimat tuhanmu (al-Qur‟an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah-robah kalimatnya dan dialah yang maha mendengar lagi maha mengetahui. (QS. al –An‟am: 115).27

26 Ibid., 19

27 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya , 142.

(17)

Allah SWT juga menegaskan akan selalu menjaga kemurnian al- Quran sebagaimana di jelaskan dalam firmannya:

















Artinya: Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur‟an, dan sesungguhnya kami benar–benar memeliharanya. (QS. al-Hijr:

9).28

Konsekuensi logis dari ayat-ayat Allah SWT yang memberikan kemudahan kepada orang-orang yang berminat untuk menghafal al- Qur‟an dan bersungguh-sungguh dalam mengamalkan ajarannya. Oleh karena itu, sebelum menghafal al-Qur‟an dianjurkan terlebih dahulu agar mempersiapkan diri dari segala hal.

Persiapan-persiapan sebelum menghafal al-Qur‟an antara lain:29 1) Niat yang Ikhlas.

Ikhlas merupakan hal yang sangat penting dan paling utama sebelum memulai segala sesuatu. Sebab apabila seseorang melakukan suatu perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah SWT amalannya akan sia-sia. Sebagaimana firman Allah:



































28 Ibid., 262.

29 Bahirul Amali Herry, Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an (Yogyakarta: Pro-U Media, 2012.), 103-132.

(18)

Artinya: padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah dengan ikhlas menaatinya semata-mata karena menjalankan agama dan juga agr melaksanakan salat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. al-Bayyinah:5).30

Rosulullah SAW juga menyampaikan dalam hadistnya sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah dari Aby hurairah r.a. Rosulullah Saw bersabda, “barang siapa yang mempelajari suatu ilmu yang semestinya hanya diperuntukan untuk Allah SWT semata, tetapi dia mempelajarinya hanya untuk memperoleh kenikamatan duniawi, maka dia tidak akan mencium wangi surga pada hari kiamat” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Oleh karena itu, sebelum menghafal al-Qur‟an hendaklah kita mengikhlaskan hati karena Allah. Setiap keihlasan kita bertambah, maka setiap kali itu pula pahala Allah SWT akan terus mengalir untuk kita.

2) Tekad yang Kuat.

Menghafal al-Qur‟an merupakan tugas yang sangat agung dan besar. Tidak ada yang sanggup melakukan kecuali orang yang memiliki semangat dan tekad yang kuat serta keinginan yang membaja. Selain itu, pemilik tekad yang kuat merupakan orang yang senantiasa antusias dan terobsesi merealisasikan apa saja yang telah ia niatkan dan menyegarakannya sekuat tenaga. Allah menegaskan

30 Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, 598.

(19)

dalam firmannya akan membalas usaha-usaha orang mukmin dengan balasan yang baik.



























Artinya: Siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah seorang mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. (QS. Al-Isra‟: 19).31 Berdasar firman Allah di atas, sesungguhnya Allah mencintai orang yang memiliki tekad kuat dalam berlomba-lomba menuju keridhaannya sehingga orang yang kuat tekadnya lebih baik dengan yang lemah tekadnya. Rosulullah SAW bersabda, “mukmin yang kuat lebih baik dari mukmin yang lemah.”(HR. Muslim).

3) Menentukan Tujuan

Setelah kita mengucapkan pesan positif secara berulang- ulang, maka hendaknya mengukir seuatu tujuan untuk bisa menghafal al-Qur‟an dengan baik dan benar. Agar tujuan dapat terwujud, sebaiknya kita harus memenuhi tiga hal dalam menghafal al-Qur‟an:

(a). Jangan pernah mengeluh bahwa kita tidak akan pernah dapat menghafal al-Qur‟an.

31 Ibid., 284

(20)

(b). Jadikanlah seseorang sebagai teladan bagi kita, dalam hal menghafal al-Qur‟an dan teladan dalam segala hal.

(c). Catatlah segala apa yang terjadi jika kita telah hafal al-Qur‟an.

Hal ini akan selalu memberikan kita motivasi tatkala mengingat pahala yang akan di dapatkan dengan menghafal al-Qur‟an.

Seperti kita mengingat sabda Nabi SAW “bacalah dan naiklah (menuju tingkatan-tingkatan surga)”.

4) Mengatur Waktu

Waktu adalah hal yang sangat urgen, saking urgennya waktu banyak orang yang terjebak dalam kesia-siaan, dan banyak juga yang beralasan karena kesibukan. Hendaknya seseorang menyadari kemuliaan dan mahalnya waktu. Jangan sia-siakan waktu sebentar- pun untuk sesuatu yang bukan ibadah. Orang yang menyadari mahalnya waktu dan berharganya usia pasti mereka berlomba-lomba untuk mengisisnya dengan mengkaji, membaca, dan mengambil al- Qur‟an. Allah telah menyampaikan dalam firmannya, barang siapa yang tidak menghargai waktu yang teah diberikan Allah, maka akan menerima azab yang sangat pedih.





















































(21)

Artinya:dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan apakah tidak datang kepadamu pembei peringatan?, maka rsakan azab kami dan tidak ada seorangpun penolong bagi orang-orang yang zalim.(QS.

Faathir:37).32

5) Pentingnya Tempat Representatif

Tentukanlah suatu tempat tertentu yang memungkinkan kita untuk bisa menghafalkan hafalan harian secara optimal. Hendaknya kita duduk di depan dinding yang putih bersih, seakan-akan kita duduk di bagian masjid paling depan dan menghadap dengan pandangan mengarah ke depan.

6) Memilih Waktu yang Tepat

Sebelum memulai menghafal al-Qur‟an hendaknya kita menyesuaikan dengan kadar kemampuan kita. Jangan terlalu berlebihan dalam menghafal, tidak masalah sedikit namun komitmen dan selalu berkesinambungan. Cara semacam itu lebih baik dari pada banyak menghafal ayat namun tidak bertahan lama. Rosullah bersabda “amalan yang paling dicintai olah Allah adalah yang istiqomah meskipun sedikit.”(HR. Muslim). Diantara waktu-waktu yang baik untuk menghafal al-Qur‟an anatara lain:

(a). Sepertiga malam terakhir (sebelum terbit fajar).

Malam adalah waktu teraik dalam hidup ini. Pada saat itu Allah turun ke langit dunia sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist shahih dari rosulullah, seorang mukmin yang

32 Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya,

(22)

ingin masuk syurga hendaklah tidak menyia-nyiakan waktu emas ini. Ia selalu mengisinya dengan ketaatan dan munajat kepada-nya. Dan saat itu hafalan Qur‟an yang ia lantunkan dalam shalat sungguh amat indah dan membekas dalam hati, pikiran, dan menjalar ke dalam prilaku.

(b). Ketika hati bersemangat beramal sholeh.

Membaca al-Qur‟an adalah bagian dari amal shalih, bahkan merupakan amal shalih terbesar. Oleh karena itu disaat kita semangat untuk beribadah, maka manfaatkan waktu tersebut untuk membenahi komitmen kita untuk menjadi pnghafal al- Qur‟an.

(c). Waktu-waktu senggang.

Seorang muslim sejati yang selalu ingin usianya berada dalam ketaatan dan pahala, ia pasti akan memanfaatkan waktu itu untuk beramal sebanyak-banyaknya, salah satunya dengan menghaf al-Qur‟an.

7) Pentingnya Berdoa

Allah menganjurkan kepada setiap muslim agar berdoa kepadanya, baik disaat sempit maupun di saat lapang, di dalam hati maupun terang-teragan sehingga ia memperoleh pahala dari Allah.

Allah SWT berfirman:











...

(23)

Artinya: dan tuhanmu berfirman “berdoalah kepadaku, niscaya akan aku kabulkan bagimu”. (QS. al-Mu‟min: 60).33

Rosulullah juga menganjurkan, “mintalah kepada Allah akan kemurahannya, sesungguhnya Allah senang apabila dimintai sesuatu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Mas‟ud).

Dengan demikian, jelas bahwasannya hanya Allah yang mampu membuat seorang hamba membaca dan menghafal al-Qur‟an dengan baik. maka, sudah seharusnya kita bersungguh-sungguh untuk memohon pertolongan Allah SWT.

8) Memotivasi Diri

Dasarnya manusia dikontrol oleh motivasi yang telah mereka tanam di dalam diri mereka. Motivasi adalah faktor yag sangat berpengaruh pada diri kita, dengan adanya motivasi kita semakin antusias untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi kita.

Suryabrata dalam hasibuan lebih menekankan motif pada sesuatu yang terdapat dalam diri pribadi orang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.34

Konsep peningkatan motivasi yang di tawarkan dalam pendidikan islam adalah motivasi internal-eksternal, vertikal- horizontal yang bernuansa ibadah. Imanuddin menegaskan bahwa motivator yang paling efektif bagi setiap muslim yaitu aqidah-tauhid.

33 Ibid., 474.

34 Syamsul Nizar dan Zainal Effendi Hasibuan, Hadist Tarbawi (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), 165.

(24)

Berdasar pada hal itu, maka untuk meningkatkan aqidah-tauhid salah satunya dengan menghafal al-Qur‟an.

9) Melatih Konsentrasi

Konsentrasi merupakan pemfokusan terhadap suatu objek di mana kita menggabungan kekuatan hati dan pikiran.35 Ketika seseorang mampu berkonsentrasi dengan baik, hal itu sesungguhnya dapat memecahkan setengah permasalahan secara sempurna. Setiap kali kita memfokuskan konsentrasi lebih banyak pada satu halaman al-Qur‟an yang ingin kita hafal, setiap kali itu pula waktu dan kesungguhan yang dibutuhkan hanyalah sedikit.

10) Melatih pernafasan

Pernafasan kita akan menjadi terlatih dengan cara olah raga teratur atau dengan sengaja melatihnya dengan tekhnik olah pernafasan. Benafas dengan tekhnik yang benar adalah dengan menarik napas panjang dan dalam sebelum menghafal al-Qur‟an.

11) Mengatur waktu makan

Saat yang utama abagi kita untuk menghafal adalah saat usus kita dalam keadaan kosong yaitu pada pagi hari. Hal ini bukan berarti ketika menghafal kita harus dalam keadaan lapar.

35 Bairul Amali Herry, Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal al-Qur’an, 130.

(25)

b. Metode Menghafal al-Qur’an

Menurut Gie metode menghafal dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:36

1. Menghafal melalui pandangan mata saja. Bahan pelajaran dipandang atau dibaca di dalam hati dengan penuh perhatian sambil mempekerjakan otak untuk mengingat-ingat.

2. Menghafal melalui pendengaran telinga yaitu Bahan pelajaran dibaca dengan suara yang cukup keras untuk dimasukkan ke dalam kepala melalui telinga.

3. Menghafal melalui gerak-gerak tangan, yaitu dengan jalan menulis di atas kertas menggunakan pensil atau menggerak-gerakkan ujung jari di atas meja sambil berpikir untuk menanamkan bahan pelajaran itu.

Sedangkan Hanifah dalam Skripsinya menjelaskan metode efektif dan praktis dalam menghafal al-Qur‟an adalah sebagai berikut:37

1. Berniat Ikhlas. Niat merupakan rukun yang pertama dalam segala ibadah. Penghafal al-Qur‟an sebaiknya mengatur niatnya sebelum memulai menghafalnya, yaitu untuk mencari ridla Allah dan mendekatkan diri kepadanya.

2. Memelihara diri dari hadats.

36 The Liang Gie, Cara Belajar yang Efesien (Yakarta: Pustat Kemajuan Studi, 1988), 135.

37 Hanifah, “Upaya Meningkatkan Prestasi Menghafal Al-Qur‟an Melalui Strategi Peer Lesson Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Tuntang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”, (Skripsi, STAIN Salatiga, Salatiga, 2012), 44.

(26)

3. Shalat dan berdoa. Seorang penghafal Qur‟an agar cepat hafal dan hafalannya melekat kuat di dalam dada sebaiknya shalat dan doa khusus bagi penghafal Al-Qur‟an.38

4. Menggunakan mushaf Al-Qur‟an yang baku.

5. Berkonsultasi.

Bahirul Amali Herry dalam bukunya juga menjelaskan metode menghafal al-Qur‟an terbagi menjadi tiga:39

1. Metode Klasik dalam Menghafal Al-Qur‟an

Karena kecintaan dari generasi ke generasi muslim, al-Qur‟an dapat terjaga kemurniannya hingga saat ini. Mereka semua telah mewariskan metode dan cara menghafal al-Qur‟an seperti dipraktekan oleh beberapa madrasah dan lembaga Tahfidzul Qur’an lainnya di banyak negara Islam, termasuk Indonesia. Cara tersebut antara lain:

a) Talqin yaitu cara pengajaran hafalan yang di lakukan oleh seorang guru dengan membaca suatu ayat lalu ditirukan oleh murid secara berulang-ulang hingga menancap di hatinya.

b) Talaqqi yaitu presentasi murid kepada gurunya.

c) Mu’aradhah yaitu saling membaca secara bergantian.

2). Metode Modern dalam Menghafal Al-Qur‟an

Era modern seperti sekarang, kita juga dapat menerapkan metode-metode baru sebagai alternatif. Misalnya:

38 Munjahit, Strategi Menghafal Al- Qur’an 10 Bulan Khatam ( Kiat-Kiat Sukses Menghafal al- Qur’an ) (Yogyakarta: Idea Press, 2007), 114.

39 Bahirul Amali Herry, Bisa Menghafal Al-Quran, 83-90.

(27)

a) Mendengarkan kaset murattal melalui tape recorder, walkman, al-Qur‟an digital, MP3/MP4, dll.

b) Merekam suara kita dan mengulang-ulang dengan bantuan alat- alat modern di atas.

c) Menggunakan program software al-Qur‟an penghafal (mushaf muhaffizh).

d) Membaca buku-buku Qur’anic puzzle40. 3). Metode menghafal al-Qur‟an Menurut al-Qur‟an

a) Talaqqi

Talaqqi yaitu suatu metode menghafal dengan cara murid berpresntasi (menyetor) hafalan pada gurunya. Oleh karena itu hendaklah memilih guru yang bijak dan profesional.

b) Membaca secara pelan-pelan dan mengikuti bacaan Allah SWT berfirman:



































Artinya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca la- Quran karena hendak cepat-cepat menguasainya.

Sesungguhnya kamilah yang mengumpulkan di dadamu dan membuatmu pandai membacanya. Apabila kami telah selesai membacanya, maka ikutilah bacaan itu.

(QS. Al-Qiyamah: 16-18).41

40 Bahirul Amali Herry, Bisa Menghafal Al-Quran, 86.

41 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 577.

(28)

Berdasar pada ayat di atas, Allah telah memerintahkan kita untuk membaca al-Quran dengan pelan-pelan sehingga kita menghayati makna ayat demi ayatnya.

c) Merasukan bacaan dalam batin

Al-Qur‟an merupakan kalam Allah yang harus difahami dan di yakini, oleh karena itu, Allah memeritahkan kita untuk menghayati kandungan dari ayat yang kita baca.

d) Membaca sedikit demi sedikit dan menyimpannya di hati Allah SWT berfirman:

































Artinya: berkatalah orang-orang.”mengapa al-Qur‟an itu tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) sekali turun saja?, demikianlah, supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya secara tartil.”(QS. Al- Furqaan: 32).42

Ayat tersebut sudah menjelaskan bahwa diturunkannya al-Qur‟an agar hati kita menjadi kuat, demikian pula untuk menghafal qur‟an pastilah dimulai dengan sedikit demi sedikit.

e) Membaca dengan tartil (tajwid) dalam kondisi bugar dan tenang.

Membaca al-Qur‟an membutuhkan stamina yang baik, sehingga dianjurkan untuk selau bugar agar pemahaman pada al- Qur‟an tidak kabur, dengan kondisi yang fit, maka pikiran kita

42 Ibid., 362.

(29)

akan fokus, apabila dibarengi dengan membaca dengan tartil yang baik, maka pemahaman akan al-Qur‟an sangatlah sempurna.

2. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar sering disebut prestasi belajar. Menurut Chaplin dalam Haryu Prestasi belajar adalah keberhasilan tertentu yang bersifat khusus dalam melakukan suatu tugas belajar atau tingkat penguasaan menjalankan tugas belajar atau tugas akademik di sekolah.43 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai/angka yang diberikan oleh guru.44 Jadi dapat penulis rumuskan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil belajar yang terwujud setelah individu melakukan proses belajar.

Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga aspek di atas harus menjadi indikator dari prestasi belajar.

Menurut Sudjana ketiga aspek di atas tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki.

43 Haryu, Self Regulated Learning Motivasi berprestasi & Prestasi Belajar, 193.

44 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), 700.

(30)

a. Prestasi Belajar Bidang Kognitif

Secara leksikal istilah “cognitive” berasal dari kata kognition yang padanannya adalah kata knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cogniton “kognisi” seperti yang disinyalir oleh Neisser yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya “Psikolog Pendidikan” mendifinisikan dengan perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.45 Sedangkan menurut Chaplin dalam Asrori istilah kognitif sering dikenal dengan intelek. Intelek berasal dari bahasa ingris “intellect” yang berarti: proses kognitif, berfikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai dan kemampuan mempertimbangkan.46

Sedangkan menurut Jean Piaget “intellect” ialah akal budi berdasarkan aspek-aspek kognitif, khususnya proses-proses berfikir yang lebih tinggi.47 Intelegensi menurut Jean Piaget diartikan sama dengan kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berfikir dan bertindak secara adaptif termasuk kemampuan-kemampuan mental yang kompleks seperti berfikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar bidang kognitif adalah keberhasilan dalam proses belajar yang berhubungan dengan bidang kecerdasan intelektual.

45 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2002), 66.

46 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), 47-48.

47 Ibid.,48.

(31)

Tipe-tipe prestasi belajar bidang kognitif mencakup:48 1. Tipe prestasi belajar pengetahuan menghafal

Pengetahuan hafalan merupakan terjemahan dari

“knowledge”. Pengetahuan ini mencakup aspek-aspek faktual dan ingatan. Tipe prestasi belajar pengetahuan merupakan tingkatan tipe prestasi yang paling rendah. Namun demikian, tipe prestasi belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe-tipe prestasi belajar yang lebih tinggi.

2. Tipe prestasi belajar pemahaman (menginterpretasikan) Tipe prestasi belajar pemahaman memerlukan kemampuan untuk menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Ada tiga macam yaitu:

a) Pemahaman terjemahan yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya.

b) Pemahaman penafsiran yakni mampu membedakan konsep- konsep yang berbeda.

c) Pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat dibalik tertulis, tersirat, tersurat, meramalkan sesuatu, dan memperluas wawasan.

3. Tipe prestasi belajar penerapan (aplication)

48 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 151.

(32)

Tipe prestasi belajar aplikasi merupakan kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan suatu konsep, ide, rumus, dan hukum dalam suatu situasi yang baru.

4. Tipe prestasi belajar analisis

Tipe prestasi belajar analisis merupakan kesanggupan memecahkan, menguraikan suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti..

5. Tipe prestasi belajar sintesis

Sintesis merupakan lawan analisis. Analisis tekanannya pada kesanggupan menguraikan suatu integrtas menjadi suatu yang bermakna, sedangkan pada sintesis adalah kesanggupan untuk menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi satu integritas

6. Tipe pestasi belajar evaluasi

Tipe prestasi belajar evaluasi merupakan kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan kriteria yang digunakannya.

.Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif individu yaitu faktor hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor tersebut tidak terpisah secara sendiri-sendiri melainkan merupak resultante dari interaksi keduanya. Pengaruh faktor heriditas dan

(33)

lingkungan terhadap perkembangan kognitif dapat dijelaskan sebagai berikut:49

1. Faktor Heriditas

Semenjak dalam kandungan anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja kognitifnya. Secara potensial anak telah embawa kemungkinan, apakah akan memiliki kemampuan berfikir normal, di atas normal, atau di bawah normal. Potensi ini tidak akan terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang.

2. Faktor Lingkungan

Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan kognitif anak.

a. Keluarga

Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berfikir.

b. Sekolah

Sekolah diberi tanggunga jawab untuk meningkatkan perkembangan anal, termasuk perkembangan intelek anak.

49 Ibid., 55-56.

(34)

Guru hendaknya menyadari betul behwa perkembangan kognitif anak terletak di tangannya.

b. Tipe Prestasi Belajar Afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Salat satu faktor yang mempengaruhi kualitas belajar adalah sikap.50 Sikap seseorang bisa diramalkan perubahan-perubahannya, apabila sesorang telah menguasai bidang kognitif bidang tinggi. Menurut Pius dan Dahlan afektif adalah hal yang memiliki rasa kasih yang besar, berkenaan dengan perasaan (cinta) kasih sayang.51 Sedangkan menurut Enung Fatimah afektif adalah perasaan yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari.52 Chaplin dalam Asrosi menfinisikan sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relative stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap orang lain,objek, lembaga, atau persoalan tertentu.53 Berdasar pengertian sikap di atas, dapat dirumuskan bahwa sikap adalah kecenderungan seseorang yang bersifat positif atau negatif yang dituangkan dalam benuk tingkah laku.

50 Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar (Bandung: Wacana Prima, 2009), 16.

51 Pius A Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah (Surabaya: Arkola, 1994), 9.

52 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik) (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 104

53 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran (Bandung: Wacana Prima, 2009), 159.

(35)

Kategori afektif sebagaimana yang disampaikan oleh Bloom dalam Abin terdapat 5 kategori:54

1. Penerimaan terhadap fenomena

Penerimaan ini merupakan kategori awal dari kemampuan afektif. Kategori ini meliputi memberikan perhatian, kesediaan untuk mendengar, serta memilih perhatian. Siswa secara aktif mengikuti fenomena atau stimulus.

2. Tanggapan terhadap fenomena

Kategori ini meliputi berpartisipasi aktif, memberi perhatian, dan bereaksi terhadap fenomena tertentu. Siswa tidak hanya menganggapi fenomena atau stimuli, tetapi bereaksi.

3. Penilaian

Kategori ini meliputi penilaian seseorang terhadap obyek, fenomena, atau perilaku tertentu. Penilaian tersebut mulai dari penerimaan sampai dengan pernyataan komitmen. Penilaian merupakan dasar internalisasi seperangkat nilai-nilai tertentu, yang ditunjukkan siswa melalui perilakunya (dan seringkali dapat diamati).

4. Organisasi

Kategori ini mengatur nilai-nilai ke dalam prioritas-prioritas dengan mengontraskan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik antar nilai tersebut, dan menciptakan sistem nilai sendiri.

54 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 189- 190.

(36)

5. Internalisasi Nilai

Siswa memiliki suatu sistem nilai yang mengontrol perilakunya. Perilaku tersebut sangat meluas, konsisten, dapat diprediksi, dan yang paling penting, menjadi karakteristik siswa.

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, prilaku ini melibatkan perasaan dan emosi. Kedua, prilaku ini harus tipikal pemikiran prilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif ini adalah intensitas, arah dan terget. 55

Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan, hal ini tergambar dari persiapan sebelum menghafal al-Qur‟an seperti, niat yang ikhlas, bersuci, memelihara dari hadats dan berdoa. Arah berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan. Arah menunjukan apakah perasaan itu baik atau buruk, hal ini juga tergambar dari persiapan sebelum menghafal al-Qur‟an seperti, tekad yang kuat, memilih tempat representative, dan memotivasi diri.

Sedangkan Target mengacu pada objek, aktivitas atau ide sebagai arah dari perasaan, hal ini tergambar dari persiapan sebelum menghafal seperti, menentukan tujuan, melatih konsentrasi, pernafasan, dan mengatur waktu.

Kategori internalisasi nilai yang meliputi banyak hal diatas di harapkan berimplikasi pada kehidupan sehari-hari siswa, dampaknya

55 Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, 15.

(37)

tidak hanya sebatas pada materi saja atau pada saat pembelajaran saja melainkan bisa dikerjakan dalam keseharian siswa.

c. Tipe Prestasi Belajar Psikomotor

Menurut Gagne seperti yang telah dikutip oleh Abd Rachman mendefnisikan psikomotor dengan sesuatu yang mengenai kecendurungan atau kesiapan untuk bertindak.56 Sedangkan menurut Enung kecakapan Psikomotor merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja syaraf motorik yang di lakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan berbagai kegiatan.57 Jadi dapat dirumuskan psikomotor adalah kecakapan seseorang yang berhubungan dengan gerakan tubuh.

Tipe prestasi belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemamampuan bertindak seseorang.

Berdasar apa disampaikan oleh Dave dalam Riyanto, kategori kemampuan psikomotorik diantaranya:58

1. Imitasi

Imitasi berarti meniru tindakan seseorang. Contoh imitasi misalnya seorang siswa mengamati demonstrasi guru dan kemudian siswa tersebut meniru proses atau aktivitas guru.

56 Abd Rachma Abror, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: PT Taira Wacana, 1993), 108.

57 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, 32.

58 Yatim Riyanto, Paradigma Pembelajaran (Surabaya: Unesa universitas Press, 2008), 12.

(38)

2. Manipulasi

Kategori manipulasi berarti melakukan keterampilan atau menghasilkan produk dengan cara dengan mengikuti petunjuk umum.

3. Presisi

Kategori presisi berarti secara independen melakukan keterampilan atau menghasilkan produk dengan akurasi, proporsi, dan ketepatan.

4. Artikulasi

Kategori artikulasi artinya memodifikasi keterampilan atau produk agar sesuai dengan situasi baru, atau menggabungkan lebih dari satu keterampilan dalam urutan harmonis dan konsisten.

5. Naturalisasi

Kategori naturalisasi artinya menyelesaikan satu atau lebih keterampilan dengan mudah dan membuat keterampilan otomatis dengan tenaga fisik atau mental yang ada.

Tingkatan-tingkatan keterampilan tersebut, peneliti lebih menitik beratkan pada keterampilan bergerak dan bertindak serta kecakapan ekpresi verbal dan non verbal.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasar pemahaman yang holistik tentang implikasi hafalan al- Qur’an terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan rumusan masalah, maka diperlukan suatu metode penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode/pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian lapangan (field reseach). Metode penelitian kualitatif merupakan suatu jenis metode penelitian yang mempunyai karakteristik lebih tertarik menelaah fenomena-fenomena sosial dan budaya dalam suasana yang berlangsung secara alamiah.59 Sedangkan menurut Moleong metode kualitatif merupakan prosedur penelitian dengan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.60 Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.61

Penggunaan paradigma kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan pengetahuan yang sebenarnya atau titik temu antara

59 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.(Rineka Cipta;

Jakarta.2006)

60 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), 3.

61Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 60.

(40)

gambaran sebelumnya dengan fakta yang ada di lapangan tentang implikasi hafalan al-Quran terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa SMP-IT al-Ghazali.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP-IT) al-Ghazali yang bertempat di Kelurahan Tegal gede Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur, lembaga ini memiliki program penerapkan hafalan al-Qur’an serta ilmu yang menunjang anak memiliki kekuatan hafalan. Alasan peneliti memilih lokasi ini di antaranya :

1. SMP-IT al-Ghazali merupakan lembaga berbasis Islam yang memiliki program tahfidzul Quran juga mengedepankan Ilmu Pengetahuan Umum lainnya.

2. SMP-IT al-Ghazali merupakan lembaga yang baik dalam bidang prestasi 3. SMP-IT al-Ghazali merupakan lembaga yang saat ini banyak diminati oleh

para orang tua terutama mereka yang mengedepankan moral.

C. Subyek Penelitian

Dalam penelitian Kualitatif, kata-kata dan deskripsi tindakan orang- orang yang diamati merupakan sumber data utama. Yang dimaksud sumber data penelitian adalah subjek dari mana data itu diperoleh. Oleh karena itu, untuk memperoleh sumber data yang valid dan sesuai dengan tujuan penelitian

(41)

yang telah dijelaskan di atas, maka diperlukan penentuan informan yang tepat dan representatif dalam menguraikan masalah yang diteliti.

Penelitian ini menentukan informan dengan memakai tekhnik purposive sampling atau sampel bertujuan. Suharsimi Arikunto menjelaskan purposive sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan objek penelitian.62 Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu63. Purposive Sampling adalah cara penggunaan sampel diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.64 Oleh karena itu informan yang telah ditentukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah SMP-IT al-Ghazali 2. Guru PAI SMP-IT al-Ghazali 3. Guru BK

4. Koordinator Tahfidz 5. Siswa

D. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan hal yang sangat subtansi dalam penelitian, sedangkan maksud dari metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan dalam penelitian untuk meraih data tentang implikasi hafalan al-Quran terhadap

62Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Menurut Pendidikan Praktis (Jakarta: Renika Cipta, 1991), 90

63 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), 53.

64 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), 58.

(42)

prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa SMP-IT al-Ghazali. Adapun metode atau cara yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah:

1. Metode Observasi

Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.65 Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.66 Observasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.67 sedangkan menurut Fathoni Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.68

Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Dalam observasi partisipan, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka”. Observasi partisipatif ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif, partisipasi lengkap.

65 Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif (Bandung: Alfa Beta, 2011), 226.

66 Abdurrahman Fathoni, Metodologi Penelitian &Tekhnik Penyusunan Skipsi (Jakarta: Renika Cipta, 2011), 104.

67Nana Syaodih Sukmadinata, Metodology Penelitian Pendidikan, 220.

68 Abdurrahmat Fathoni, MetodologiPenelitian & Tekhnik Penyusunan Skipsi (Jakarta:

RinekaCipta, 2011), 104.

(43)

Penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipasi pasif.

Dimana peneliti hadir ditempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Data yang diperoleh dari tekhnik observasi yaitu:

a. Kegiatan pembelajaran tahfidzul Qur’an di SMP-IT al-Ghazali b. Pembelajaran PAI.

2. Metode Wawancara (interview)

Wawancara adalah pertanyaan-petanyaan yang diajukan secara verbal terhadap orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dianggap perlu.69 Wawancara adalah sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab.70

Menurut Arikunto, bentuk interview dibagi menjadi tiga macam diantaranya:71

a. Interview bebas yaitu, suatu wawancara yang dilakukan secara bebas namun tetap memperhatikan relevansinya dengan masalah yang diteliti.

b. Interview terpimpin yaitu, interview yang dilakukan dengan menyiapkan sederetan pertanyaan yang sudah terkonsep, sehingga dapat terinci.

69 Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 117.

70 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), 130.

71 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 270.

(44)

c. Interview bebas terpimpin yaitu, kombinasi antara interview bebas dengan interview terpimpin. Dalam hal ini interviewer membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

Dalam konteks penelitian ini, jenis interview yang peneliti gunakan adalah interview bebas terpimpin yaitu penyusun tidak terjebak dengan daftar pertanyaan akan tetapi tetap fokus pada subjek dan objek penelitian.

Metode wawancara ini peneliti gunakan karena untuk menggali informasi yang sebanyak-banyaknya terkait dengan implikasi hafalan al- Qur’an terhadap prestasi belajar PAI siswa SMP-IT al-Ghazali.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah upaya pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis. Benda-benda tersebut dapat berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat, agenda dan sebagainya.72 Dari dokumen-dokumen yang terkumpul kemudian dipilih dan disesuaikan dengan fokus penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh data terkait dengan visi, misi, sejarah berdirinya, struktur organisasi, SARPRAS, keadaan guru, siswa karyawan dan semua yang berkaitan dengan implikasi hafalan al-Qur’an terhadap prestasi belajar PAI siswa SMP-IT al-Ghazali.

72Mundir, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 186.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengguna Anggaran Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Banjar Alamat : Jalan Pangeran Hidayatullah No.5 Martapura Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang / Jasa

Kelengkapan Dokumen yang harus Saudara bawa pada saat acara dimaksud terdiri atas: - asli Dokumen Pengadaan sebagaimana yang telah diunggah pada LPSE Kota Medan; - asli

Medan : Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Universitas

Pendahuluan yang telah dijabarkan, merupakan latar belakang peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp) ini, yang berjudul “Peningkatan Kompetensi

Pan Mohammad Faiz, S.H dalam jurnal hukum yang berjudul Menabur Benih Constitutional complaint, berpendapat bahwa constitutional complaint sangat dimungkinkan menjadi

Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil perhitungan uji wilcoxon test dijelaskan bahwa terdapat pengaruh penerapan media audio visual terhadap hasil shooting

manapun. Untuk itu diperlukanlah rasa hormat terhadap pluralisme sebagai basis.. 8 ideologi dari etika global dalam komunitas dunia. The Chicago Declaration of World

Kalbers and Fogarty (1993) indicated that the issue of whether audit committees are actually discharging their important responsibility remains insufficiently