• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF BAHASA ASING DALAM GOOGLE CLASSROOM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF BAHASA ASING DALAM GOOGLE CLASSROOM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF BAHASA ASING DALAM GOOGLE CLASSROOM

Muhammad Nur Ashar Asnur1, Fauzan Adhima2, Melky Ayuwijayanti3, Ria Riski Marsuki4

Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta1,2,3 Pendidikan Bahasa Mandarin, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Semarang4

Corresponding Author: ashar@unj.ac.id

Abstrak

Pembelajaran kolaboratif merupakan poin penting dalam membangun suasana belajar yang efektif. Proses pembelajaran tersebut telah banyak dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal yang menarik dalam kajian ini adalah pembelajaran kolaboratif ternyata juga mulai dikembangkan dalam beberapa platform pembelajaran daring dan tentunya diharapkan dapat mencapai tujuan yang sama dengan proses pembelajaran luring. Terdapat berbagai macam platform pembelajaran daring yang dikembangkan di dunia. Perusahaan yang juga turut andil dalam pengembangan platform yang dikhusukan untuk pendidikan adalah Google.

Perusahaan ini telah mengembangkan Google Apps for Education dan salah satu aplikasinya adalah Google Classroom. Artikel ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik pembelajaran kolaboratif bahasa asing yang disajikan dalam fitur-fitur Google Classroom sebagai nilai tambah dalam membangun kerja sama peserta untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, fitur yang sangat direkomendasikan untuk dikembangkan lebih jauh agar platform Google Classroom dapat mendukung pembelajaran kolaboratif khususnya di era digital. Penelitian merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan kerangka analisis karakteristik pembelajaran kolaboratif oleh Doyle, Sammon, & Neville. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat 18 fitur unggulan dalam google classroom yang dapat mendukung proses pembelajaran kolaboratif bahasa asing. Sedangkan hasil analisis berdasarkan karakteristik pembelajaran kolaboratif oleh Doyle, Sammon, & Neville menunjukkan bahwa keempat karakteristik yang ada mengisi sebagian besar fitur yang ditawarkan oleh google classroom. Namun demikian, peran instruktur memiliki peranan yang dominan dalam fitur google classroom dibandingkan dengan lainnya. Adapun rekomendasi yang ditawarkan dalam mendukung pembelajaran kolaboratif ini ialah fitur pembagian kelompok, main map khususnya dalam membangun ide dalam kelompok kerja, dan efektivitas pengumpulan tugas oleh kelompok belajar yang sebaiknya perlu disediakan tanpa harus dilakukan oleh masing-masing pembelajar.

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era digital ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pengaruhnya tentu merembes pada seluruh kebutuhan manusia di setiap aspek kehidupan. Salah satu pengaruh teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini cukup signifikan adalah pada aspek pendidikan.

Dunia pendidikan telah memanfaatkan potensi positif yang dimiliki oleh teknologi dalam peningkatan mutu dan sumber daya manusia (Baygin, Yetis, Karakose, & Akin, 2016).

Sasarannya tentu mengarah pada perkembangan generasi yang ada. Generasi yang melek teknologi dan bahkan memanfaatkan teknologi untuk kehidupan sehari-hari menjadi alasan mendasar pentingnya teknologi sebagai media penghubung dan pemicu manusia sadar akan pentingnya pendidikan. Bahkan diungkapkan pula bahwa

(2)

2

pendidikan sangat berperan penting terhadap peningkatan kesadaran terhadap nilai- nilai kewarganegaraan (Nussbaum, 2018). Proses pendidikan pada prinsipnya meliputi komponen-komponen utama yaitu pada aspek tujuan, peserta didik, pendidik, muatan, alat, metode dan lingkungan (World Health Organization, 2010). Komponen tersebut berlaku pada seluruh konteks pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal, mulai pada level pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Semua komponen saling mengisi dan terkait satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pada konteks pembelajaran bahasa asing di Indoesia, saat ini telah diupayakan semaksimal mungkin menerapkan proses pendidikan sebagai mana mestinya. Upaya tersebut dimulai dari peningkatan kurikulum, pengembangan sumber daya pendidik, membangun proses belajar, pemanfaatan metode dan platform pembelajaran mutakhir dengan menyesuaikan perkembangan zaman (Wael, Asnur, & Ibrahim, 2018; Saleh, Saud, & Asnur, 2018). Yang menarik adalah platform pembelajaran bahasa asing mutakhir berbasis teknologi yang berkembang pesat mulai dilirik dan dimanfaatkan dalam proses pembelajaran daring. Tentu dengan alasan bahwa pembelajaran daring melalui platform berbasis teknologi yang disediakan memiliki banyak manfaat dan memberikan kemudahan untuk para pembelajar dan pendidik. Renes & Strange (2011) menegaskan bahwa melalui platform pembelajaran berbasis teknologi, pembelajar dan instruktur tidak akan dibatasi oleh ruang dan waktu untuk membangun kreativitas belajar dan mengajar. Malik & Asnur (2019) menambahkan bahwa pembelajar dapat lebih ahli dalam meningkatkan kemampuan bahasa asing dengan memanfaatkan teknologi.

Telah banyak perusahaan yang mengembangkan platform berbasis teknologi khususnya untuk pembelajaran bahasa asing. Salah satunya adalah perusahaan raksasa Google. Perusahaan yang didirikan sejak tahun 1998 ini telah melakukan banyak inovasi khususnya di bidang Pendidikan yang saat ini dikenal dengan Google Suite for Education. Inovasi ini dikembangkan untuk memudahkan pengguna dalam proses pembelajaran daring (Constantinou, 2018). Layanan yang ditawarkan terintegrasi dalam satu komponen google cloud, sehingga pengguna dapat memanfaatkan seluruhnya secara daring. Bagi pengajar dan pembelajar bahasa asing dapat memanfaatkan layanan google classroom yang merupakan platform berbasis teknologi dalam proses pembelajaran daring. Pengajar dapat memanfaatkan fitur yang telah disediakan oleh google classroom dalam mengorganisir proses pembelajaran daring. Melalui pembelajaran daring, pembelajar dapat mengamati, mendemonstrasikan, dan mengerjakan materi yang diberikan oleh pengajar dan dapat dilakukan dimana saja (Hartanto, 2016). Iftakhar (2016) mengungkapkan bahwa pembelajar menganggap bahwa google classroom efektif dan sangat mudah digunakan dalam proses pembelajaran. Hammi (2017) menambahkan bahwa implementasi google classroom sangat mudah dipakai dan dipahami karena tampilannya yang simple dan menarik. Sejalan dengan pendapat Hammi, Graham &

Borgen (2018) yang menegaskan bahwa google classroom memberikan kesempatan bagi pengajar dan pembelajar menerapkannya dalam pembelajaran daring karena kemudahan dalam penyiapan perangkatnya, sesuai untuk semua kalangan mulai dari pendidikan dasar hingga universitas, dan fiturnya yang senantiasa dikembangkan.

Manfaat lainnya adalah fleksibilitas google classroom dalam penggunaannya, mudah dioperasikan, paperless, sistem pembelajaran yang terorganisir dan efisiensi biaya (Keller & Cernerud, 2002). Selain itu, sistem pembelajaran mandiri dan kolaboratif yang bisa meningkatkan kompetensi pembelajar dalam berbahasa asing juga menjadi bagian yang tidak dapat dipungkiri manfaatnya.

(3)

3

Pembelajaran kolaboratif bahasa asing yang merupakan bagian kajian ini pada prinsipnya telah banyak dilakukan khususnya dalam pembelajaran bahasa asing.

Pembelajaran kolaboratif muncul dikarenakan setiap pembelajar adalah aktor yang memiliki rasa penasaran, inisiatif, kemampuan memilih dan mengorganisasi ransangan belajar dalam lingkungan belajar. Mereka selanjutnya dirangsang kemampuannya untuk menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada melalui kegiatan kolaborasi (Herdah, 2017). Proses kegiatan kolaborasi pada pembelajaran luring sering dilakukan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan kerja sama dan sosial pembelajar. Melalui kegiatan diskusi, aktivitas pemecahan masalah dalam kelompok, dan sharing pengalaman masing-masing pembelajar, telah memberikan suasana belajar yang lebih bermakna dan tentu berujung pada peningkatan kompetensi pembelajar baik individu maupun kelompok khususnya dalam menemukan altenatif solusi terhadap kasus yang ada (Nuroh, 2016). Manfaat utama tersebut dapat disimpulkan kedalam empat kategori meliputi manfaat sosial, psikologis, akademik, dan penilaian (Laal & Ghodsi, 2012).

Tantangan yang ada selanjutnya adalah pembelajaran kolaboratif bahasa asing yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran daring. Mondahl & Razmerita (2014) mengungkapkan fitur pembelajaran kolaboratif bahasa asing dalam platform pembelajaran daring sangat penting dikembangkan karena fitur tersebut akan mendukung dan kondusif untuk penyelesaian masalah yang ada dan akan mengarah pada pembelajaran bahasa asing yang sukses.

Beberapa penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya (Graham & Borgen, 2018; Hammi, 2017; Iftakhar, 2016) memberikan gambaran bahwa kajian tentang pemanfaatan google classroom telah mendapat perhatian dalam upaya peningkatan kualitas, efektivitas, dan suasana pembelajaran bahasa asing. Meskipun demikian, kajian tentang karakteristik pembelajaran kolaboratif bahasa asing dalam google classroom belum diidentifikasi secara spesifik sehingga penulis merasa perlu melihat fitur-fitur apa saja yang dapat mendukung pembelajaran kolaboratif yang telah ditawarkan oleh google classroom dan batasan-batasan apa saja yang ditemukan dalam platform tersebut yang selanjutnya akan direkomendasikan untuk dikembangkan kedepan khususnya untuk meningkatkan suasana pembelajaran kolaboratif bahasa asing secara daring.

METODE

Kajian ini menggunakan Studi literatur yang berbasis pada kerangka kerja konseptual karena kerangka konseptual merupakan landasan yang baik dalam studi literatur. Adapun proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dan berkaitan dengan penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini diadaptasikan pada kerangka kerja Bandara, Miskon, & Fielt (2011) yaitu melalui lima fase. Masing-masing fase dilaksanakan secara berurutan mulai dari proses pemilihan sumber hingga proses analisis dan penyusunan laporan akhir. Pada fase pertama, penulis memilih topik yang diminati dan sesuai dengan kajian penulis melalui berbagai sumber yang relevan. Hasil pemilihan topik yang diminati oleh penulis selanjutnya mengarah pada dua poin penting yaitu pembelajaran kolaboratif bahasa asing dan platform google classroom. Fase kedua, pemilihan topik ini selanjutnya mengarah pada pembelajaran berbasis digital sehingga sumber sumber yang menjadi acuan penulis sebagian besar diperoleh dari hasil penelitian yang dipublikasi pada prosinding seminar nasional, internasional, dan pada jurnal nasional, dan internasional yang khusus membahas tentang pembelajaran

(4)

4

berbasis teknologi. Proses identifikasi sumber yang menjadi acuan penulis tersebut dapat dilakukan dengan melihat ‘judul’, ‘abstrak’, dan ‘kata kunci’ setiap hasil penelitian yang memuat dua poin topik penulis. Fase ketiga, ialah melakukan pengkodean data hasil penelitian dan proses sortir literatur yang dianggap efektif dan efisien dalam kajian ini. Hal ini dilakuknan agar dapat menggambarkan secara spesifik karakteristik pembelajaran kolaboratif dalam google classroom yang menjadi kajian penulis. Fase keempat ialah proses review data literatur. Artinya, data yang diperoleh harus dipastikan kualitasnya, fokus dan konsep kajiannya, serta disentesis dengan baik. Fase kelima ialah proses analisis data kajian untuk disajikan dalam makalah ini. Adapun alat analisis pembelajaran kolaboratif yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kerangka analisis Doyle, Sammon, & Neville (2015) yang meliputi karakteristik pembelajaran kolaboratif yaitu: pembelajaran aktif, partisipasi grup, peran instruktur, keragaman pembelajar, dan hubungan pembelajar. Alat analisis ini selanjutnya disandingkan dengan platform google classroom untuk ditemukan keterkaitan satu sama lain dan hal lain yang menjadi limitasinya.

Tabel 1. kerangka kerja penelitian

No Fase Langkah

1 Pemilihan sumber Penentuan topik yang menarik.

Identifikasi sumber yang relevan untuk topik yang dipilih.

2 Strategi Pencarian Identifikasi istilah pencarian utama.

Iterasi 1: Identifikasi sumber pencarian, mengidentifikasi makalah yang berisi kata kunci apa saja di 'judul', 'abstrak' atau 'kata kunci'.

Iterasi 2: Melakukan tinjauan terperinci tentang abstrak dan kata kunci dari kumpulan makalah awal.

3 Skema Pengkodean Menentukan apa yang akan diambil dari data.

4 Proses Review Membaca sumber data dan mengambil data yang diperlukan.

5 Proses Analisis dan laporan Analysis data yang diperoleh dan menyusun temuan- temuan penelitian

(Bandara et al., 2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran Kolaboratif Bahasa Asing

Mahmudi (2006) mengungkapkan bahwa pembelajaran kolaboratif secara umum dapat menumbuhkan sikap positif yang ada dalam diri pembelajar. Sikap tersebut berupa penghargaan terhadap keberagaaman dan pemahaman terhadap perbedaan setiap individu. Persepktif positif yang timbul dalam diri masing-masing pembelajar selanjutnya diaktualisasikan pada tindakannya saat proses pembelajaran kolaboratif melalui sharing pengalaman, diskusi kelompok untuk menghasilkan ide-ide solutif terhadap permasalahan yang akan dihadapi. Proses pembelajaran kolaboratif juga dapat diaplikasikan dalam pembelajaran berbasis masalah (Sujo-Montes, Armfield, Yen, & Tu, 2018). Hal ini memicu peningkatan kompetensi yang dimiliki pembelajar baik secara individu maupun berkelompok karena sifatnya yang terbuka, mendalam, dan mempengaruhi minat pembelajar.

Kegiatan lainnya yang dapat mendukung pembelajaran kolaboratif bahasa asing juga adalah melalui pendekatan berbasis tugas (Kukulska-Hulme & Viberg, 2018).

Pengajar memberikan tugas pada kelompok yang akan mendorong pembelajar secara

(5)

5

individu dan kelompok untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Pembelajar diberikan kewenangan untuk memutuskan konten tugas yang dikerjakan selama sesuai dengan tema yang diberikan. Selain itu, pendekatan berbasis komunikatif juga berperan terhadap kegiatan pembelajaran kolaboratif karena dalam pembelajarannya, peserta didik membangun interaksi satu sama lainnya dalam proses kolaboratif. Dalam pembelajaran bahasa asing khususnya keterampilan produktif misalnya, diskusi kelompok menuntut pembelajar mengutarakan idenya dengan menggunakan bahasa asing yang dipelajari dan atau mengomentari pendapat dalam kelompok baik secara lisan maupun tulisan.

Pembelajaran kolaboratif pada prinsipnya akan memicu pembelajaran aktif, mendalam, membangun gagasan dan kerja sama tim, menerima perbedaan, meningkatkan kemampuan interpersonal yang pada akhirnya meningkatkan kompetensi bahasa asing pembelajar secara utuh. Alasannya sederhana, bahwa pembelajaran kolaboratif dapat memaksimalkan 3 kompetensi utama yang ada dalam diri pembelajar itu sendiri yaitu kognitiv, afektiv, dan psikomotorik.

Platform Google Classroom yang Mendukung Pembelajaran Kolaboratif Bahasa Asing

Pembelajaran dengan memanfaatkan platform yang ditawarkan oleh G-Suite for Education telah banyak dilakukan karena manfaatnyanya yang sangat besar. Dari segi efisensi kertas, fleksibilitas pengguna, tampilan yang simpel dan menarik, serta proses organisasi tugas oleh pengajar/instruktur yang relatif mudah dilakukan menjadi alasan mendasar pengguna memanfaatkan platform ini. Keuntungan lainnya ialah terdapat beberapa fitur yang ditawarkan sangat familiar oleh pengguna karena platform ini dikembangkan oleh google sendiri dan terintegrasi dengan applikasi lainnya yang mendukung pembelajaran daring.

Terdapat berbagai macam fitur unggulan yang ditawarkan oleh platform pembelajaran google classroom. Keeler & Miller (2015) mengidentifikasi 50 fitur yang dapat ditawarkan dalam platform pembelajaran, diantara fitur tersebut penulis mengidentifikasi 18 fitur yang dapat mendukung pembelajaran kolaboratif. Fitur tersebut diuaraikan sebagai berikut.

1. Pengumuman kelas

Google classroom memberikan kemudahan kepada pengajar/instruktur untuk memberikan pengumuman kelas daring dan melalui akun gmail. Pembelajar dapat melihat pengumuman yang disampaikan oleh pengajar/instruktur pada menu steam dan memberikan komentar terkait tema yang diberikan. Perbedaannya adalah komunikasi yang dilakukan oleh instruktur pada beberapa pembelajaran daring umumnya bersifat satu arah kini diterapkan ke dalam komunikasi dua arah.

2. Sharing materi

Para pengajar/instruktur dapat membagi data berupa dokumen, video, atau link kepada pembelajar bahasa asing. Pemanfaatan google classroom sebagai platform bagi pembelajar untuk memperoleh sumber data digital yang dapat diperoleh untuk memaksimalkan pemahaman pembelajar secara mendalam. Terdapat empat ikon yang yang menggambarkan fitur sharing materi ini yang meliputi: (1) Ikon penjepit kertas yang berfungsi untuk melampirkan file yang disimpan di computer; (2) Ikon google drive memungkinkan google dokumens atau file lain yang disimpan di google drive dilampirkan, (3) Ikon youtube yang memungkinkan untuk dilampirkan URL video youtube yang sesuai dengan pembahasan tema; dan (4) adalah ikon khusus untuk

(6)

6

melampirkan URL sumber yang diperoleh dari internet untuk dibagikan ke dalam menu sharing materi yang disediakan oleh google classroom. Semua dokumen yang dibagikan ke dalam pengumuman hanya dapat dilihat oleh pembelajar yang join ke dalam kelas daring tersebut.

3. Pengumpulan tugas dengan berbagai macam file

Google classroom memberikan kemudahan kepada pembelajar untuk melampirkan lebih dari satu tugas apabila masing-masing tugas tersebut dalam bentuk file yang berbeda.

4. Pembuatan kelas

Google classroom memungkinkan pengajar untuk membuat kelas dengan jenis pelajaran yang berbeda. Begitupula dalam hal pemberian tugas, pengajar dapat mendesain materi secara terstruktur dengan pengaturan yang cukup mudah mulai dari pemberian instruksi, melampirkan file, pengaturan runtutan materi. Peran instruktur pada fitur ini sangat diharapkan untuk membangun proses pembelajaran daring yang lebih efektif khususnya pembelajaran kolaboratif bahasa asing. Apabila pengajar/instruktur tidak memerhatikan ini, tentu akan sangat berdampak terhadap jalannya proses pembelajaran.

5. Mendorong kolaborasi kelas

Proses pembelajaran daring dengan memanfaatkan google classroom, pengajar dapat memfungsikan fitur dokumen yang dibagikan namun hanya bisa dibaca saja atau dapat diedit oleh pembelajar. Mereka dapat dengan mudah mengedit dokumen tersebut secara langsung dan dikirim pada proses pengumpulan tugas. Fitur ini mendukung kegiatan kolaborasi antar sesama pembelajar dan membangun kontribusi setiap pembelajar dalam projek bersama. Misalnya dalam pembelajaran kosakata dengan tema tertentu, pembelajar dapat mengisi dokumen yang telah diatur oleh pengajar untuk diedit dan diisi secara individu dalam bentuk jejaring kata lalu mengirim kembali ke dalam tugas tersebut. Begitupula dalam proses penyusunan materi presentasi yang dapat dilakukan secara berkelompok. Masing-masing pembelajar menuangkan ide mereka dalam penyusunan slide presentasi dan mengirimkannya ke dalam menu pengumpulan tugas yang telah disediakan.

6. Buat diskusi

Fitur buat diskusi juga ditawarkan dalam platform pembelajaran ini. Melalui google sheets, pembelajar dapat mengumpulkan ide tentang topik diskusi. Pertanyaan diskusi dapat ditambahkan pada halaman individual, dan tab tambahan digunakan untuk beberapa pertanyaan. Google sheets yang dapat diedit dibagikan ke pembelajar dan berfungsi menjawab pertanyaan diskusi. Tentu ini akan memotivasi pembelajar untuk berkomentar atau memberikan ide bahkan ketika mereka kesulitan berbicara di kelas.

Pembelajar lainnya juga dapat melihat komentar dan ide pembelajar lainnya sehingga beberapa komentar sebelumnya akan memberikan gambaran kepada mereka tentang tema dan atau komentar lain yang juga mendukung atau menyanggah ide yang ada. Kegiatan ini akan meningkatkan keterampilan produktif mereka khususnya dalam keterampilan menulis bahasa asing.

(7)

7 7. Umpan balik sebelum pengumpulan tugas

Umpan balik yang digunakan pembelajar ke pengajar/instruktur pada fitur ini dapat berfungsi maksimal sehingga komunikasi dua arah terjalin dengan baik. Pengajar dapat memberikan pemahaman berkaitan dengan tugas yang akan dikerjakan oleh pembelajar atau memperjelas instruksi yang seharusnya dilakukan oleh pembelajar sebelum mereka memastikan untuk mengumpulkan tugas.

8. Tanya Jawab tentang tugas

Apabila tugas telah dibagikan oleh pengajar/instruktur di google classroom, pembelajar dapat mengomentari tugas tersebut atau mengajukan pertanyaan terkait materi yang dibagikan. Pembelajaran daring ini memungkinkan mereka mengajukan pertanyaan dimanapun, kapanpun dan respon pengajar/instruktur dapat dilihat oleh seluruh pembelajar. Dalam pembelajaran bahasa asing, terkadang fitur ini difungsikan juga untuk melatih pembelajar menulis komentar atau pertanyaan kedalam bahasa asing dan dapat dengan mudah dikoreksi oleh pengajar ataupun pembelajar.

9. Umpan balik via email

Fitur umpan balik via email dimaksudkan sebagai kegiatan dua arah antara pengajar dan pembelajar bahasa asing dalam kelas daring. Pengajar dapat mengirim catatan yang dapat diterima oleh seluruh pembelajar atapun dengan mengirimkan email ke masing-masing siswa. Pada proses pemberian catatan terdapat menu email yang akan mengarahkan pengajar ke akun gmail dan membuka komposisi email.

Setiap pembelajar diharuskan memiliki akun gmail yang telah terintegrasi dengan google classroom sehingga fitur ini sangat dimungkinkan dilakukan oleh pengajar.

10. Pembuatan catatan kolaborasi

Pembuatan catatan secara kolaboratif ini memiliki fungsi untuk membangun kerja sama antar sesama pembelajar bahasa asing dalam kegiatan pembelajaran daring karena mereka akan saling menginformasikan tentang materi dan tidak akan ketinggalan informasi. Kegiatan diskusi dalam pembuatan catatan kolaborasi ini juga sangat dimungkinkan terjadi karena terdapat fitur edit file yang berfungsi sebagai notulen masing-masing pembelajar dan setiap catatan tersebut dapat mereka akses melalui pengumuman di kelas.

11. Fitur polling

Fitur polling sangat mendukung kegiatan kolaboratif pembelajaran. Fitur ini dimaksudkan agar mengetahui kesediaan pembelajar mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu yang sifatnya bebas. Misalnya, penentuan tema presentasi yang ditawarkan oleh pengajar. Pembelajar dapat memilih tema yang mereka minati untuk dibuat laporannya dan masing-masing mereka akan bekerja sama dengan tim yang memiliki minat yang sama pula. Dengan hanya mengklik “mark as done” menandakan bahwa pembelajar tertarik mengerjakan tema tersebut. Jika mereka tidak tertarik, mereka tidak perlu menanggapi dengan cara apapun dan memilih tema lainnya dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Hasil pemilihan tersebut secara otomatis akan muncul dalam data pengajar dan selanjutnya diatur projek kerja tema yang telah dipilih.

12. Bagikan Dokumen dengan Kelas

Mendistribusikan dokumen dapat menjadi tugas yang sulit bagi para pengajar/instruktur. Pengajar menghabiskan banyak waktu untuk mencetak dokumen, pergi ke mesin fotokopi, membagikannya di kelas, dan kemudian menunggu

(8)

8

pembelajar untuk menemukan kertas yang sudah mereka berikan. Google classroom memudahkan distribusi dokumen. Melampirkan dokumen, baik melalui pengumuman atau dalam tugas, memungkinkan siswa untuk dengan cepat menemukan materi kelas dan kembali ke sumber ketika mereka membutuhkannya nanti.

13. Umpan balik teman

Umpan balik teman sebaya sangat mendukung kegiatan kolaboratif dalam pembelajaran luring khususnya bahasa asing. Google classroom mengembangkan itu juga dalam bentuk pembelajaran daring. Pembelajar dapat memberikan umpan balik kepada rekan-rekan mereka menggunakan google slide di google classroom. Pengajar dapat memberikan izin kepada pembelajar untuk mengedit file dan pembelajar dapat pula memasukan komentar pada slide teman sekelas mereka sebagai umpan balik.

14. Bagikan catatan

Google doc yang terintegrasi dalam google classroom memungkinkan pembelajar focus pada kegiatan diskusi. Catatan penting berkaitan materi dapat dibagikan oleh guru dalam pembelajaran daring baik sebagai pengumuman ataupun sebagai bagian dari materi pertemuan. Pembelajar dapat dengan mudah mengakses catatan tersebut sehingga mereka dapat menghabiskan banyak waktu untuk berinteraksi dan berdiskusi tentang ide-ide mereka.

15. Berbagi pembelajaran informal

Berbagi pembelajaran informal yang dimaksud dalam fitur ini ialah proses berbagi pengalaman yang dimiliki pembelajar bahasa asing dalam kehidupan mereka dalam google classroom. Kegiatan berbagi yang dimaksud dapat berupa tips dan trik memahami materi bahasa asing yang diajarkan baik melalui tulisan, gambar, video, atau dokumen. Pembelajar lainnya dapat memberikan komentar terkait pengalaman pembelajar terhadap materi yang dipelajari, begitupula pengajar dapat memberikan masukan atau mendorong pembelajar lainnya menerapkan pengalaman tersebut dalam proses pembelajaran

16. Projek siswa

Fitur projek siswa merupakan fitur yang disediakan oleh google classroom sebagai wadah pengumpulan data. Selain itu, para pembelajar bahasa asing dapat menyerahkan elemen proyek mereka pada menu lampiran. Hanya pembelajar yang berada dalam projek kerja yang dapat mengirim, melihat, dan mengedit data yang ada pada google drive. Elemen ini telah diatur dengan rapih oleh google classroom sehingga pengajar dapat dengan mudah mengontrol kemajuan pembelajar.

17. Kolaborasi dengan teman sebaya

Fitur ini akan meingkatkan hubungan dua arah antar pembelajar-pembelajar, pengajar-pengajar. Kolaborasi dengan teman sebaya pada level pembelajar dilakukan pada kegiatan berbasis projek atau berbasis masalah. Sedangkan pada level pengajar, kolaborasi dapat dilakukan dalam proses pembelajaran bahasa asing. Alasannya ialah penguasaan bahasa asing terdiri atas keterampilan reseptif dan produktif yang dalam proses pengajarannya dilakukan oleh tim kebahasaan. Agar dapat berlangsung dengan dinamis dan sesuai dengan tingkatan kebahasaan yang diharapkan, kolaborasi antar pengajar sering dilakukan. Komentar dari tim pengajar sangat memungkinkan pemahaman mendalam kepada pembelajar. Begitupula dalam hal koordinasi

(9)

9

penyusunan materi ajar berdasarkan tim kebahasaan dan tanggung jawab masing- masing pengajar.

18. Pertemuan sesama guru secara virtual

Fitur ini dikhususkan kepada tim pengajar dalam platform google classroom.

Para pengajar dapat membuat jadwal pertemuan secara daring. Hal ini terkadang sangat membantu para pengajar yang disebabkan oleh pekerjaan yang padat sehingga mereka tidak dapat bertemu secara langsung dalam rapat. Pertemuan daring juga memberikan kemudahan bagi mereka karena fiturnya fleksibelnya yang dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Administrator dapat mengundang tim kebahasaan untuk ikut dalam google classroom seperti halnya pembelajar bahasa asing.

Karakteristik Pembelajaran Kolaboratif dalam Google Classroom

Karakteristik pembelajaran kolaboratif bahasa asing dalam google classroom pada prinsipnya telah memenuhi kerangka yang telah ditetapkan oleh Doyle, Sammon, &

Neville (2015). Kerangka tersebut meliputi: (1) Pembelajaran aktif yang berarti bahwa peserta didik berpartisipasi dalam proses interaksi dan negosiasi yang konstruktif dan interaktif dalam tugas penyelesaian masalah; (2) Partisipasi grup adalah kelompok yang terdiri dari 3-4 peserta didik mengajukan pertanyaan, membenarkan pendapat, mendengarkan orang lain, dan melalui negosiasi, meraih jawaban konsensual; (3) Peran Instruktur dalam memberikan tugas, dan menawarkan panduan sesuai dengan materi; (4) Keragaman pembelajar yang memungkinkan peserta didik untuk menggambar perspektif yang berbeda tentang informasi terkait tugas; dan (5) Hubungan pembelajar yang meliputi instruktur-pembelajar, pembelajar-instruktur, pembelajar-pembelajar, dan instruktur-instruktur dan dibagun secara dinamis dalam proses pembelajaran.

Pada prinsipnya setiap fitur yang telah ditawarkan google classroom berperan membangun pembelajaran kolaboratif bahasa asing. Secara rinci dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 1. Karakteristik Pembelajaran Kolaboratif dalam Google Classroom

Berdasarkan data yang dipaparkan pada grafik 1 digambarkan bahwa karakteristik yang mendominasi dalam fitur platform google classroom ialah peran instruktur dengan persentase 86% selanjutnya pada posisi kedua ialah pembelajaran aktif dengan persentase 58%. Pada posisi ketiga ialah partisipasi grup dengan

58%

34%

86%

24%

32%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pembelajaran aktif

Partisipasi grup Peran instruktur keragaman pembelajar

hubungan pembelajar

(10)

10

presentase 34%, dan diikuti hubungan pembelajar dengan persentase 32%. Pada posisi terakhir ialah keragaman pembelajar hanya 24%.

Hasil identifikasi ini menunjukkan bahwa platform google classroom sangat bergantung pada peran instruktur sebagai salah satu karakteristik pembelajaran kolaboratif. Semua hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran harus disiapkan dengan baik oleh pengajar/instruktur dan menyusun panduan pembelajarannya dengan baik. Temuan ini sejalan dengan pendapat Webb (2009) bahwa peran pengajar/instruktur dalam pembelajaran sangat penting. Dalam hal ini, peran yang dilakukan khususnya dalam pembelajaran kolaboratif bahasa asing dalam google classroom ialah bagaiman seorang pengajar/instruktur dapat menumbuhkan praktik kerja kelompok yang efektif melalui instruksi yang jelas dan spesifik.

Rekomendasi Fitur Pembelajaran Kolaboratif dalam Google Classroom

Meskipun telah banyak fitur yang mendukung pembelajaran kolaboratif dalam google classroom namun dalam pelaksanaannya masih terdapat harapan yang dapat membangun pembelajaran kolaboratif tersebut semakin maksimal. Hasil identifikasi penulis menemukan bahwa dalam pengumpulan tugas hanya boleh secara pribadi dan tidak bersifat kelompok. Meskipun telah disediakan fitur pemberian tugas hanya kepada orang-orang tertentu saja dan diambil dari hasil pembagian kelompok belajar, namun peserta pembelajar daring masing-masing tetap harus mengirimkan tugas tersebut secara berulang pada menu lampiran tugas.

Kendala tersebut diharapkan penulis dapat dijadikan rekomendasi agar fitur tersebut bisa dimuat. Selain itu, fitur pembagian kelompok dan diskusi privasi antar kelompok juga diharapkan dapat menjadi masukan dalam tulisan ini. Dengan demikian, upaya fitur-fitur yang ditawarkan dapat meningkatkan proses pembelajaran kolaboratif dalam platform google classroom

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis menyimpulkan tiga poin penting dalam tulisan ini. Pertama, diantara 50 fitur yang ditawarkan dalam google classroom, terdapat 18 fitur yang mendukung kegiatan pembelajaran kolaboratif bahasa asing. Kedua, Karakteristik pembelajaran kolaboratif bahasa asing dalam google classroom secara umum telah memuhi kerangka analisis ditetapkan oleh Doyle, Sammon, & Neville (2015). Hasil analisis penulis menunjukkan bahwa Peran pengajar/Instruktur dalam platform google classroom sangat mendominasi khususnya dalam memberikan tugas, dan menawarkan panduan sesuai dengan materi dan mendorong kegiatan kolaborasi pembelajar bahasa asing itu sendiri. Ketiga, adalah rekomendasi yang ditawarkan dalam kajian ini yaitu proses pengumpulan tugas kelompok yang sifatnya tidak secara individu, fitur pembagian kelompok, dan diskusi kelompok secara privasi

DAFTAR PUSTAKA

Bandara, W., Miskon, S., & Fielt, E. (2011). A systematic, tool-supported method for conducting literature reviews in information systems. In 19th European

Conference on Information Systems, ECIS 2011. Helsinki, Finland.

Baygin, M., Yetis, H., Karakose, M., & Akin, E. (2016). An effect analysis of industry

(11)

11

4.0 to higher education. In 2016 15th International Conference on Information Technology Based Higher Education and Training, ITHET 2016.

https://doi.org/10.1109/ITHET.2016.7760744

Constantinou, E. K. (2018). Teaching in Clouds: Using the G Suite for Education for the Delivery of Two English for Academic Purposes Courses. Journal of Teaching English for Specific and Academic Purposes, 6, 305.

https://doi.org/10.22190/jtesap1802305c

Doyle, C., Sammon, D., & Neville, K. (2015). Building an evaluation framework for social media-enabled collaborative learning environments (SMECLEs). Journal of Decision Systems, 24(3), 298–317.

https://doi.org/10.1080/12460125.2015.1054694

Graham, M. J., & Borgen, J. (2018). Google Classroom. In Google Tools Meets Middle School. https://doi.org/10.4135/9781506360188.n3

Hammi, Z. (2017). Implementasi Google Classroom Pada Kelas Xi Ipa Man 2 Kudus.

Universitas Negeri Semarang.

Hartanto, W. (2016). Penggunaan E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Wiwin Hartanto adalah staf mengajar Prog. Studi Ekonomi FKIP UNEJ. Jurnal

Pendidikan Ekonomi, 10(1), 1–18.

Herdah. (2017). Penerapan model pembelajaran kolaborasi dan elaborasi dan pengaruhnya terhadap sikap belajar bahasa arab mahasiswa. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Iftakhar, S. (2016). Google Classroom: What works and How? Journal of Education and Social Sciences, 3, 16–18. Retrieved from

http://www.ucalgary.ca/~dmjacobs/phd/diss/Image74.gif

Keeler, A., & Miller, L. (2015). 50 Things You Can Do with Google Classroom. San Diego, CA: Dave Burgess Consulting, Inc.

Keller, C., & Cernerud, L. (2002). Students’ Perceptions of E‐learning in University Education. Journal of Educational Media.

https://doi.org/10.1080/1358165020270105

Kukulska-Hulme, A., & Viberg, O. (2018). Mobile collaborative language learning:

State of the art. British Journal of Educational Technology, 49(2), 207–218.

https://doi.org/10.1111/bjet.12580

Laal, M., & Ghodsi, S. M. (2012). Benefits of collaborative learning. In Procedia - Social and Behavioral Sciences. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.12.091 Mahmudi, A. (2006). Pembelajaran Kolaboratif [Collaborative learning]. In Seminar

Nasional MIPA 2006 “Peneltian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA serta Peranannya dalam Peningkatan Keprofesionalan Pendidik dan Tenaga kependidikan” (pp. 60–70). Yogyakarta: UNY Press. Retrieved from http://eprints.uny.ac.id/11996/1/PM - 57 Ali Mahmudi.pdf

Malik, A. R., & Asnur, M. N. A. (2019). Using Social Media as a Tool for Learning in Higher Education. Bahtera: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 18(2), 166–

175. https://doi.org/https://doi.org/10.21009/BAHTERA.182.06

Mondahl, M., & Razmerita, L. (2014). Social media, collaboration and social learning - A case-study of foreign language learning. Electronic Journal of E-Learning.

Nuroh, E. Z. (2016). Pendekatan Holistik dan Kolaboratif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 5(2), 311.

https://doi.org/10.21070/pedagogia.v5i2.264

Nussbaum, M. (2018). Education for citizenship in an era of global connection. In Contemporary Philosophical Proposals for the University: Toward a Philosophy of Higher Education. https://doi.org/10.1007/978-3-319-72128-6_8

(12)

12

Renes, S. L., & Strange, A. T. (2011). Using Technology to Enhance Higher Education. Innovative Higher Education, 36(3), 203–213.

https://doi.org/10.1007/s10755-010-9167-3

Saleh, N., Saud, S., & Asnur, M. N. A. (2018). Pemanfaatan QR-Code sebagai media pembelajaran Bahasa Asing pada Perguruan Tinggi di Indonesia. In Seminar Nasional Dies Natalis UNM 57 (pp. 253–260).

Sujo-Montes, L. E., Armfield, S., Yen, C.-J., & Tu, C.-H. (2018). Collaborative Learning. Studies in Systems, Decision and Control, 136, 235–249.

https://doi.org/10.1007/978-3-319-00152-4

Wael, A., Asnur, M. N. A., & Ibrahim, I. (2018). Exploring Students’ Learning Strategies in Speaking Performance. International Journal of Language Education, 2(1), 65. https://doi.org/10.26858/ijole.v2i1.5238

Webb, N. M. (2009). The teacher’s role in promoting collaborative dialogue in the classroom. British Journal of Educational Psychology.

https://doi.org/10.1348/000709908X380772

World Health Organization. (2010). Education component: CBR Guidelines. World Health Organization.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan 2 orang mahasiswa lainnya (14,29%) menyatakan tidak setuju. Selain kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup di atas, tim peneliti juga mengajukan pertanyaan

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147 Tahun 2010, salah satu syarat untuk menerbitkan izin mendirikan rumah sakit adalah harus ada

Google classroom merupakan sebuah platform digital, salah satu contoh dari Learning Management System, yang dapat dimanfaatkan sebagai media belajar dalam pembelajaran

Pembelajaran daring dilakukan dengan menggunakan aplikasi google classroom, zoom meeting, dan aplikasi lainnya yang menggunakan jaringan internet.Berdasarkan uraian di atas,

Allah ingin kita membawa dalam doa kebutuhan kita sehari- hari kepada Dia dengan penuh iman dan pengharapan, sehingga kita akan hidup dalam ketergantungan yang penuh kasih

3. Pelaksanaan: menerjemahkan rencana strategis tahunan secara rinci dijadikan sebagai rencana aksi. Monitoring: mengukur kinerja dan mengevaluasi. Perencanaan strategis

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan pengembangan instrumen tes berpikir kritis dengan format format dua tingkatdengan model pengembangan ADDIE (analysis, design,

Google classroom bisa dikatakan salah satu media pembelajaran yang berbasis metode pembelajaran inkuiri karena google classroom dapat melibatkan kemampuan siswa secara maksimal