• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) UNTUK MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA DI JAWA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) UNTUK MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA DI JAWA BARAT."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

UNTUK MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA DI JAWA BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Matematika Konsentrasi Statistika

Oleh

ATIYA MAULANI 0905645

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

APLIKASI

MODEL

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION

(GWR)

UNTUK MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA DI JAWA BARAT

Oleh Atiya Maulani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Atiya Maulani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Model regresi linear klasik atau Ordinary Linear Regression (OLR) merupakan bentuk regresi yang umum digunakan untuk menyatakan bentuk hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktornya. Regresi linear klasik mengasumsikan bahwa nilai taksiran parameter regresi akan bernilai sama untuk setiap lokasi pengamatan atau berlaku secara global. Model Geographically Weighted Regression (GWR) adalah bentuk lokal dari regresi linear klasik yang memperhatikan aspek spasial atau lokasi geografis yang berupa koordinat titik �, � . Dalam GWR, nilai taksiran parameter regresi yang diperoleh untuk setiap lokasi pengamatan akan berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat dengan menggunakan GWR. Hasil pengujian terhadap model regresi linear berganda menunjukkan bahwa asumsi homogenitas varians tidak terpenuhi atau terjadi heterogenitas spasial, dan model regresi linear berganda yang diperoleh tidak berarti secara signifikan. Sehingga, analisis dilanjutkan dengan menggunakan GWR dengan pembobot fixed Kernel Gaussian dan GWR dengan pembobot adaptive Kernel Gaussian. Berdasarkan nilai 2 dan jumlah kuadrat residual , model GWR dengan pembobot adaptive Kernel Gaussian lebih cocok digunakan untuk memodelkan kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat. Model GWR dengan pembobot adaptive Kernel Gaussian, menghasilkan 2 paling besar dibandingkan model regresi linear berganda dan model GWR dengan pembobot fixed Kernel Gaussian, yaitu 0,8994658 atau 89,95 %, dan yang paling kecil, yaitu 0,2555239. Faktor geografis juga berpengaruh terhadap kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat sehingga akan diperoleh model GWR berbeda-beda untuk setiap kota/kabupaten di Jawa Barat. Adapun faktor-faktor lokal yang mempengaruhi kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat secara signifikan adalah kasus bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), anak balita mendapat vitamin A, sarana kesehatan, bayi yang diberi ASI ekslusif, penduduk miskin, dan usia perkawinan pertama ≤ 15 tahun.

(5)

ABSTRACT

Ordinary Linear Regression (OLR) model is a regression that used to indicate the relationship between the response variable with the predictor variable. Classical linear regression assumes that the value of the regression parameter estimates will have the same value for each observation or apply globally. Geographically Weighted Regression (GWR) model is the local form of the classical linear regression model that takes into account aspects of the spatial or geographic coordinates of a point , . In GWR, the estimated value of the regression parameters will vary for each location. This study aims to know the factors that affect toddler malnutrition cases in West Java by using GWR. The test results of the multiple linear regression model showed that the assumption of variance homogeneity is not significant or there is spatial heterogeneity, and multiple linear regression model were not significant. Thus, the analysis continued using a GWR with weighted fixed Kernel Gaussian and GWR with adaptive weighted Kernel Gaussian. Based on the value of coefficient determination 2 and sum of squared residuals, GWR models with adaptive weighted Kernel Gaussian is more suitable for modeling the toddler malnutrition in West Java. GWR models with adaptive weighted kernel Gaussian has an 2 value that greater than the multiple linear regression model and GWR model with fixed weighting kernel Gaussian, that is 0,8994658 or 89,95%, and JK (S) is the smallest, 0,2555239. Geographical factors also affect the cases of toddler malnutrition in West Java that would be obtained GWR models vary according to each city/district in West Java. The local factors affecting toddler malnutrition in West Java is the case of infants with low birth weight (LBW), infants received vitamin A, health facilities, exclusively breast-fed babies, poverty, and the age of first marriage ≤ 15 years.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ...v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB IPENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...3

1.3 Batasan Masalah ...3

1.4 Tujuan Penulisan ...4

1.5 Manfaat Penulisan ...4

1.6 Sistematika Penulisan ...5

BAB IIKAJIAN PUSTAKA ...6

2.1 Analisis Regresi ...6

2.2 Regresi Linear Sederhana ...7

2.2.1 Penaksiran Koefisien Regresi Linear Sederhana ...7

2.2.2 Uji Linearitas dan Uji Keberartian Model Regresi Linear Sederhana ...10

2.3 Regresi Linear Berganda ...12

(7)

2.3.3 Uji Keberartian Model Regresi Linear Berganda ...21

2.4 Koefisien Determinasi ...22

2.5 Status Gizi Anak Balita ...23

BAB IIIGEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) ...26

3.1 Data Spasial ...26

3.2 Geographically Weighted Regression (GWR) ...27

3.2.1 Penkasiran Koefisien Regresi GWR ...28

3.2.2 Pembobot Model GWR ...31

3.2.3 Bandwith pada GWR ...34

3.3 Uji Keberartian Model GWR...35

3.4 Uji Keberartian Koefisien GWR ...37

3.5 Koefisien Determinasi Lokal ...38

3.6 Langkah-Langkah Analisis ...39

BAB IVSTUDI KASUS ...41

4.1 Deskripsi Data ...41

4.2 Variabel-Variabel Penelitian dan Deskripsi Operasional ...41

4.3 Hasil dan Pembahasan ...45

4.3.1 Regresi Linear Berganda ...48

4.3.1.1 Penaskiran Koefisien Regresi ...48

4.3.1.2 Uji Asumsi Residual ...49

4.3.1.3 Uji Keberartian Model Regresi Linear Berganda ...53

4.3.2 Geographically Weighted Regression (GWR) ...54

4.3.2.1 Perbandingan Nilai dan ...55

4.3.2.2 Bandwidth GWR...57

4.3.2.3 Penaksiran Koefisien GWR ...59

4.3.2.4 Uji Keberartian Model GWR ...62

(8)

BAB VPENUTUP ...69

5.1 Kesimpulan ...69

5.2 Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA ...71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...73

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Analisis Varians (ANOVA) Regresi Linear Sederhana ... 11

2.2 Data Hasil Pengamatan dari Responden ... 13

2.3 Klasifikasi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BB/U ... 24

4.1 Statistika Deskriptif Kasus Gizi Buruk Anak Balita di Jawa Barat ... 46

4.2 Nilai Taksiran Koefisien Regresi ... 49

4.3 Coefficientsa ... 50

4.4 Model Summaryb ... 51

4.5 Uji Normalitas ... 52

4.6 ANOVAa ... 53

4.7 Perbandingan Nilai dan ... 55

4.8 Bandwidth Model GWR dengan Pembobot Adaptive Kernel Gaussian ... 57

4.9 Nilai Minimum dan Nilai Maksimum Penakasir Parameter Model GWR ... 59

4.10 ANOVA ... 63

4.11 Uji t ... 64

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Kernel Spasial ... 32

3.2 GWR dengan Kernel Tetap ... 33

3.3 GWR dengan Kernel Adaptif ... 34

4.1 Scatterplot Gizi Buruk ... 50

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Bukti Persamaan (3.10) ... 74

2 Data Persentase Kasus Gizi Buruk Anak Balita di Jawa Barat dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ... 76

3 Koordinat Lokasi Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... 79

4 Matriks Jarak Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... 80

5 Matriks Pembobot Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... 89

6 Penaksir Parameter setiap Kota/Kabupaten di Jawa Barat ... 95

7 Output Software R ... 101

8 Tabel Distribusi F ... 111

9 Tabel Distribusi t ... 118

10 Tabel Durbin Watson ... 120

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang dihadapkan pada berbagai

masalah yang berkaitan dengan dua atau lebih variabel dalam suatu bentuk

hubungan tertentu yang dinyatakan dalam sebuah persamaan matematik. Bentuk

hubungan antara variabel-variabel tersebut dikenal sebagai regresi (Sudjana,

2005). Terdapat dua jenis variabel dalam analisis regresi, yaitu variabel respon

atau variabel tak bebas ( ) dan variabel prediktor atau variabel bebas ( ).

Variabel respon adalah suatu variabel yang bergantung pada variabel prediktor.

Untuk mempelajari bentuk hubungan antara variabel respon dengan variabel

prediktor tersebut biasanya digunakan analisis regresi klasik atau Ordinary Linear

Regression (OLR).

Hasil dari analisis regresi klasik berupa persamaan yang menghubungkan

variabel respon dengan variabel prediktor. Analisis regresi klasik mengasumsikan

bahwa nilai taksiran dari parameter regresi akan bernilai sama untuk setiap lokasi

pengamatan atau berlaku secara global. Dalam analisis regresi klasik sendiri,

terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Asumsi tersebut dinamakan

asumsi klasik, yaitu normalitas, linearitas, tidak terjadi autokorelasi, tidak terdapat

multikolinearitas, dan homoskedastisitas. Namun, apabila analisis regresi klasik

ini diterapkan untuk memodelkan data yang dipengaruhi oleh aspek spasial atau

kondisi geografis lokasi pengamatan, maka ada beberapa asumsi yang sulit

dipenuhi. Berdasarkan keragaman data yang dimiliki oleh data spasial, maka

asusmsi linearitas dalam model regresi linear klasik akan sulit dipenuhi. Selain itu,

asumsi yang sulit dipenuhi lainnya apabila data spasial dimodelkan dalam model

regresi linear klasik adalah asumsi residual yang harus identik atau

homoskedastistitas. Sehingga, apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka akan

(13)

2

Salah satu masalah yang memperhatikan aspek spasial (faktor geografis)

adalah kasus gizi buruk pada anak balita. Permasalahan gizi buruk pada anak

balita tidak hanya dipandang dari sisi kesehatan saja, namun perlu ditinjau dari

aspek lain seperti aspek sosial, ekonomi, budaya, dan keadaan lingkungan tempat

tinggal anak balita. Kasus gizi buruk anak balita dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, mungkin akan berbeda untuk setiap daerah atau lokasi

pengamatan tergantung pada kondisi daerah atau lokasi pengamatan. Sehingga,

untuk menanggulangi kasus gizi buruk tersebut, tidak dapat dilakukan secara

menyeluruh untuk setiap daerah atau lokasi pengamatan.

Jawa Barat merupakan salah satu dari enam provinsi di Indonesia yang

mendapat prioritas untuk menanggulangi kasus gizi buruk. Pada tahun 2011,

sekitar 30 ribu anak balita di Jawa Barat menderita gizi buruk. Dari 26

kota/kabupaten di Jawa Barat, Kabupaten Bogor adalah daerah dengan kasus gizi

buruk tertinggi sebesar 11,91% dari total kasus gizi buruk di Jawa Barat pada

tahun 2011. Banyak balita yang bestatus gizi buruk di Kabupaten Bogor ada 3.304

anak. Selanjutnya diikuti Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Bandung,

masing-masing 2.516 dan 2.437 kasus gizi buruk (BPS, 2011). Tingginya kasus gizi buruk

anak balita di sejumlah daerah tersebut diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti berat badan bayi lahir rendah (BBLR), kemiskinan, dan juga kondisi

geografis dari kota/kabupaten tersebut.

Berdasarkan keragaman kasus gizi buruk anak balita di setiap

kota/kabupaten di Jawa Barat dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi kasus gizi buruk anak balita di setiap kota/kabupaten di Jawa

Barat yang memperhatikan aspek spasial tersebut, maka diperlukan sebuah

metode statistika yang diharapkan dapat memodelkan kasus gizi buruk anak balita

di Jawa Barat dengan lebih baik. Metode statistika tersebut adalah Geographically

Weighted Regression (GWR).

Model GWR merupakan pengembangan dari model regresi klasik. Pada

model GWR, nilai-nilai taksiran parameter yang dihasilkan bersifat lokal,

sehingga setiap lokasi pengamatan mempunyai nilai koefisien regresi yang

(14)

3

pembobot lokasi. Pemilihan fungsi pembobot adalah salah satu penentu hasil

analisis model GWR (Fotheringham et al, 2002).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam

permasalahan Geographically Weighted Regression (GWR) dan aplikasinya untuk

memodelkan kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat. Untuk selanjutnya

Skripsi ini diberi judul “Aplikasi Geographically Weighted Regression (GWR) untuk Menentukan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kasus Gizi Buruk Anak

Balita di Jawa Barat”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan diteliti

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Berdasarkan jumlah kuadrat residual dan nilai koefisien determinasi

2 , model manakah diantara model regresi linear berganda atau Ordinary

Linear Regression (OLR), model Geographically Weighted Regression

(GWR) dengan pembobot fixed Kernel Gaussian, dan model Geographically

Weighted Regression (GWR) dengan pembobot adaptive Kernel Gaussian

yang lebih baik untuk memodelkan kasus gizi buruk anak balita di Jawa

Barat?

2. Berdasarkan model terbaik untuk kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat,

faktor-faktor apa saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap kasus

gizi buruk pada anak balita di setiap kota/kabupaten di Jawa Barat?

1.3 Batasan Masalah

Terdapat beberapa macam fungsi pembobot yang dapat digunakan dalam

pemodelan dengan model Geographically Weighted Regression (GWR), seperti

fungsi Kernel Gaussian dan fungsi Kernel Bi-square. Dalam penulisan skripsi ini,

masalah hanya akan dibatasi pada pemilihan model terbaik antara model OLR,

model GWR dengan menggunakan fungsi pembobot fixed Kernel Gaussian dan

(15)

4

untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kasus gizi buruk anak balita

di setiap kota/kabupaten di Jawa Barat.

1.4 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini

sebagai berikut :

1. Mengetahui model terbaik untuk kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat

berdasarkan jumlah kuadrat residual dan nilai koefisien determinasi

2 model regresi linear berganda atau Ordinary Linear Regression (OLR),

Geographically Weighted Regression (GWR) dengan pembobot fixed

Kernel Gaussian, dan Geographically Weighted Regression (GWR) dengan

pembobot adaptive Kernel Gaussian.

2. Mengetahui faktor-faktor lokal yang mempengaruhi kasus gizi buruk anak

balita di setiap kota/kabupaten di Jawa Barat dengan menggunakan model

terbaik.

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, skripsi ini membahas tentang konsep-konsep regresi linear

klasik dan regresi terboboti geografis atau Geographically Weighted Regression

(GWR), sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan rujukan

untuk pengembangan analisis regresi di masa yang akan datang, khususnya

tentang Geographically Weighted Regression (GWR).

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk

Dinas Kesehatan Jawa Barat untuk menanggulangi kasus gizi buruk anak balita

dengan faktor-faktor yang ditentukan dengan menggunakan model

(16)

5

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan untuk skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Mengemukakan landasan teori yang mendukung BAB III yaitu konsep

analisis regresi klasik, regresi linear sederhana, regresi linear berganda,

dan konsep gizi pada balita.

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

Mengemukakan kajian teoritis tentang Geographically Weighted

Regression (GWR).

BAB IV STUDI KASUS

Mengemukakan aplikasi dari Geographically Weighted Regression

(GWR) untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kasus gizi

buruk pada anak balita di Jawa Barat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merangkum keseluruhan hasil pembahasan dalam bentuk kesimpulan

dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

(17)

BAB III

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

3.1 Data Spasial

Data spasial memuat informasi tentang atribut dan informasi lokasi.

Sedangkan data bukan spasial (aspatial data) hanya memuat informasi tentang

atribut saja. Sebagai ilustrasi, data produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan

berdasarkan banyaknya karyawan merupakan contoh data bukan spasial.

Banyaknya orang yang bertahan dari suatu penyakit di berbagai daerah di suatu

negara merupakan contoh data spasial (Fotheringham et al, 2002).

Data spasial merupakan sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki

sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian

penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spatial)

dan deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini :

1. Informasi lokasi (spatial) berkaitan dengan suatu koordinat geografi yaitu

lintang (latitude) dan bujur (longitude).

2. Informasi deskriptif (attribute) atau informasi non-spasial, suatu lokasi yang

memiliki beberapa keterangan seperti populasi dan jenis vegetasi (Fikri dkk,

2009) .

Data spasial secara sederhana dapat diartikan sebagai data yang memiliki

referensi keruangan (geografi). Setiap bagian dari data tersebut selain memberikan

gambaran tentang suatu fenomena, juga dapat memberikan informasi mengenai

lokasi dan juga persebaran dari fenomena tersebut dalam suatu ruang (wilayah).

Apabila dikaitkan dengan cara penyajian data, maka peta merupakan bentuk/cara

penyajian data spasial yang paling tepat.

Analisis terhadap data spasial memerlukan perhatian lebih dibandingkan

dengan analisis terhadap data bukan spasial. Kondisi dari suatu lokasi pengamatan

akan berbeda dengan lokasi pengamatan yang lain. Meskipun demikian, kondisi di

suatu lokasi pengamatan akan memiliki hubungan yang erat dengan lokasi

(18)

27

Hal tersebut sesuai dengan Hukum I Tobler yang dikemukakan oleh Tobler

(Tobler’s fisrt law of geography) dalam Schanbenberger dan Gotway (2005),

yaitu ”Everything is related to everything else, but near thing are more related than distant things” yang berarti “Segala sesuatu saling berhubungan satu dengan

yang lainnya, tapi sesuatu yang dekat lebih mempunyai pengaruh daripada sesuatu

yang jauh”.

Hubungan tersebut dinamakan efek spasial. Efek spasial di sini terkait

dengan perbedaan karakteristik lingkungan dan geografis antar lokasi pengamatan

sehingga masing-masing pengamatan kemungkinan memiliki variasi yang

berbeda atau terdapat perbedaan pengaruh variabel prediktor terhadap variabel

respon untuk setiap lokasi pengamatan. Efek spasial ini kemudian disebut sebagai

keragaman spasial atau heterogenitas spasial.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode statistika yang diharapkan dapat

mengantisipasi heterogenitas spasial. Metode statistika tersebut yaitu metode

regersi terboboti geografis atau Geographically Weighted Regression (GWR)

(Fotheringham et al, 2002).

3.2 Geographically Weighted Regression (GWR)

Model regresi terboboti geografis (RTG) atau Geographically Weighted

Regression (GWR) pertama kali diperkenalkan oleh Fotheringham pada tahun

1967. Model GWR adalah pengembangan dari model regresi linear klasik atau

Ordinary Linear Regression (OLR). Model GWR adalah model regresi yang

dikembangkan untuk memodelkan data dengan variabel respon yang bersifat

kontinu dan mempertimbangkan aspek spasial atau lokasi.

Pendekatan yang dilakukan dalam GWR adalah pendekatan titik. Setiap

nilai parameter ditaksir pada setiap titik lokasi pengamatan, sehingga setiap titik

lokasi pengamatan mempunyai nilai parameter yang berbeda-beda.

Model dari Geographically Weighted Regression (GWR) dapat ditulis

sebagai berikut :

(19)

28

dimana

: nilai variabel respon pada titik lokasi pengamatan ke-i

: nilai variabel prediktor ke-k pada titik lokasi pengamatan ke-i

, : koordinat titik lokasi pengamatan ke-i (longitude, latitude)

0 , : konstanta/intercept GWR

, : koefisien regresi ke-k pada titik lokasi pengamatan ke-i

: error pada titik lokasi ke-i yang diasumsikan independen, identik, dan berdistribusi normal dengan rata-rata nol dan

varians �2

Persamaan (3.1) dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut :

= ⨂ 1 +� (3.2)

Penaksiran koefisien regresi pada Geographically Weighted Regression

(GWR) dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil terboboti atau

Weighted Least Square (WLS), yaitu metode kuadrat terkecil dengan memberikan

pembobot yang berbeda pada setiap titik lokasi pengamatan. Pembobot tersebut

berupa matriks diagonal dimana elemen-elemen diagonalnya merupakan sebuah

(20)

29

Misalkan pembobot untuk setiap titik lokasi pengamatan , adalah

, = 1,2, , , maka koefisien regresi pada titik lokasi pengamatan ,

ditaksir dengan menambahkan pembobot pada Persamaan (3.1) dan

meminumkan jumlah kuadrat error-nya seperti pada penaksiran koefisien regresi

linear klasik sebagai berikut :

�2

, merupakan matriks diagonal × dengan setiap elemen diagonalnya

adalah pembobot untuk masing-masing titik lokasi pengamatan , atau .

Persamaan (3.4) dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut :

�′ , =, 2,,

+ ′ , ′ , ,

(3.6)

Jumlah kuadrat error akan minimum dengan mendiferensialkan

Persamaan (3.6) terhadap ′ , sebagai berikut :

� ′ , �′ , �= 0−2 ′ , + 2 ′ , , = 0

(3.7)

Penyelesaian Persamaan (3.7) sebagai berikut :

0−2 ′ , + 2 ′ , , = 0

(21)

30

2 ′ , , = 2 ′ ,

, , =, (3.8)

Untuk memperoleh nilai taksiran koefisien regresi , , kalikan kedua ruas

dari sebelah kiri pada Persamaan (3.8) dengan invers dari ′ , sehingga :

, −1 ′ , , =, −1 ′ ,

(3.9)

karena ′ , −1 ′ , = , maka :

, = ′ , −1 ′ ,

atau

, = ′ , −1 ′ , (3.10)

, merupakan penaksir yang tak bias, efisien, dan konsisten bagi , . Misalkan ′ = 1, 1, 2, , adalah elemen baris ke-i dari matriks ,

maka nilai taksiran untuk pada titik lokasi pengamatan , adalah :

= ′ ,

= ′ ′ , −1 ′ , (3.11)

Misalkan ′ ′ , −1 ′ , adalah elemen baris ke-i dari matriks

1, sehingga nilai taksiran untuk buah pengamatan dapat ditentukan sebagai

berikut :

= 1 (3.12)

dengan

1 =

1′ ′ 1, 1 −1 ′ 1, 1

2′ ′ 2, 2 −1 ′ 2, 2

′ ′ , −1 ′ ,

(22)

31

3.2.2 Pembobot Model GWR

Peran pembobot dalam GWR merupakan aspek penting. Pembobot

tersebut bergantung pada jarak antar titik lokasi pengamatan. Seperti penjelasan

sebelumnya, pembobot tersebut berupa matriks diagonal dimana elemen-elemen

diagonalnya merupakan sebuah fungsi pembobot dari setiap titik lokasi

pengamatan. Fungsi dari matriks pembobot adalah untuk menentukan atau

menaksir parameter yang berbeda pada setiap titik lokasi pengamatan.

Matriks pembobot pada GWR merupakan matriks pembobot berbasis pada

kedekatan titik lokasi pengamatan ke-i dengan titik lokasi pengamatan lainnya.

Pengamatan terdekat ke titik lokasi pengamatan ke-i umumnya diasumsikan

memiliki pengaruh paling besar terhadap penaksiran parameter di titik lokasi

pengamatan ke-i. Oleh karena itu, matriks pembobot , akan semakin

besar seperti jarak yang semakin dekat.

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai

pembobot. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan memberikan

bobot sebesar 1 untuk setiap titik lokasi pengamatan i dan j sebagai berikut :

= 1 ,∀ (3.14)

Sehingga, model yang dihasilkan apabila menggunakan fungsi pembobot ini

adalah model regresi linear klasik atau Ordinary Linear Regression (OLR).

Pembobot dalam GWR juga dapat ditentukan dengan menggunakan fungsi

invers jarak sebagai berikut :

= 1 , <

0 , ≥ (3.15)

adalah jarak euclidean antara titik lokasi pengamtan ke-i dengan titik lokasi

pengamatan ke-j (Fotheringham et al, 2002).

(23)

32

dan adalah bandwidth atau lebar jendela yang dianalogikan sebagai radius

suatu lingkaran, sehingga sebuah titik lokasi pengamatan yang berada dalam

radius lingkaran masih dianggap berpengaruh dalam membentuk parameter di

titik lokasi pengamatan ke-i.

Fungsi invers jarak akan memberikan bobot = 1, jika titik lokasi ke-j

berada di dalam radius . Sedangkan jika titik lokasi ke-j berada di luar radius

dari titik lokasi ke-i, maka fungsi invers jarak akan memiliki bobot = 0.

Selain itu, matriks pembobot , dapat ditentukan dengan

menggunakan fungsi Kernel. Fungsi Kernel memberikan pembobot sesuai

bandwidth optimum yang nilainya bergantung pada kondisi data.

Gambar 3. 1 Kernel Spasial

Terdapat dua jenis fungsi Kernel dalam GWR, yaitu fungsi Kernel tetap

atau fixed Kernel dan fungsi Kernel adaptif atau adaptive Kernel (Wheeler dan

Antonio, 2010).

a. Fungsi Kernel tetap (fixed Kernel)

Fungsi Kernel tetap memiliki bandwidth yang sama pada setiap titik lokasi

pengamatan.

X : titik lokasi pengamatan ke-i (regression point)

● : titik lokasi pengamatan lainnya (data point)

: pembobot dari titik lokasi pengamatan ke-j terhadap titik lokasi

pengamatan ke-i

: jarak antara titik lokasi pengamatan ke-i terhadap titik lokasi

(24)

33

X : titik lokasi pengamatan ke-i (regression point)

● : titik lokasi pengamatan lainnya (data point)

Gambar 3. 2 GWR dengan Kernel Tetap

Dua jenis fungsi Kernel tetap yang digunakan dalam GWR adalah :

1. Fungsi Kernel Gaussian

= −1

2 2

(3.17)

2. Fungsi Kernel Bi-square

= 1−

2 2

, <

0 ,

(3.18)

b. Fungsi Kernel adaptif (adaptive Kernel)

Fungsi Kernel adaptif memiliki bandwidth yang berbeda untuk setiap titik

lokasi pengamatan. Hal ini disebabkan kemampuan fungsi Kernel adaptif yang

dapat disesuaikan dengan kondisi titik-titik pengamatan. Bila titik-titik lokasi

pengamatan tersebar secara padat disekitar lokasi pengamatan ke-i maka

bandwidth yang diperoleh relatif sempit. Sebaliknya jika titik-titik lokasi

pengamatan memiliki jarak yang relatif jauh dari titik lokasi pengamatan ke-i

(25)

34

X : titik lokasi pengamatan ke-i (regression point)

● : titik lokasi pengamatan lainnya (data point)

Gambar 3. 3 GWR dengan Kernel Adaptif

Dua jenis fungsi Kernel adaptif yang digunakan dalam GWR adalah :

1. Fungsi Kernel adaptif Gaussian

= −1

2 2

(3.19)

2. Fungsi Kernel adaptif Bi-square

= 1− 2 2

, <

0 ,

(3.20)

dengan ( ) adalah bandwidth adaptif yang menetapkan q sebagai jarak tetangga

terdekat dari titik lokasi pengamatan ke-i.

3.2.3 Bandwith pada GWR

Dalam fungsi pembobot Kernel di atas, terdapat parameter bandwidth yang

nilainya tidak diketahui. Sehingga, perlu dilakukan penaksiran terhadap parameter

bandwidth tersebut. Bandwidth dapat dianalogikan sebagai radius suatu

lingkaran, sehingga sebuah titik lokasi pengamatan yang berada dalam radius

lingkaran masih dianggap berpengaruh dalam membentuk parameter di titik lokasi

pengamatan ke-i. Pemilihan bandwidth optimum dalam GWR merupakan hal

(26)

35

Nilai bandwidth yang sangat kecil akan mengakibatkan penaksiran

parameter di lokasi pengamatan ke-i semakin bergantung pada titik lokasi

pengamatan lain yang memiliki jarak terdekat dengan lokasi pengamatan ke-i,

sehingga varians yang dihasilkan akan semakin besar. Sebaliknya, jika nilai

bandwidth sangat besar maka akan mengakibatkan bias yang semakin besar,

sehingga model yang diperoleh terlalu halus (Dwinata, 2012).

Metode yang digunakan untuk menentukan bandwidth optimum adalah

metode validasi silang atau Cross Validation (CV) sebagai berikut :

� = − =1 2 (3.21)

dengan adalah nilai penaksir , dimana pengamatan di titik lokasi

pengamatan ke-i dihilangkan dari proses penaksiran. Nilai bandwidth optimum

diperoleh ketika CV minimum (Fotheringham et al, 2002).

3.3 Uji Keberartian Model GWR

Uji keberartian model GWR dilakukan untuk menentukan apakah model

GWR lebih baik secara signifikan dalam memodelkan data daripada model OLR

atau tidak.

Perumusan hipotesisnya adalah :

0 : Tidak ada pengaruh faktor geografis pada model

1 : Ada pengaruh faktor geografis pada model

atau

0 : , = untuk setiap = 1,2, , dan = 1,2, ,

1 : Paling sedikit ada satu , ≠ , = 1,2, ,

Penentuan statistik uji untuk uji keberartian model GWR didasarkan pada

jumlah kuadrat residual atau residual sum of square yang diperoleh dari model

(27)

36

= (3.22)

dan nilai taksiran residual dari model OLR atau GWR dinyatakan sebagai berikut :

� = − = − = − (3.23)

merupakan matriks identitas dan merupakan matriks topi dengan bernilai 0

atau 1 yang masing-masing menunjukkan model OLR atau GWR.

Jumlah kuadrat residual dari kedua model tersebut dapat ditulis sebagai

berikut :

� ′=

� ′=(3.24)

dengan = − ′ − .

Ketika = 0, maka diperoleh 0 yaitu matriks topi untuk model OLR yang

dinyatakan sebagai berikut :

0 = ′ −1 ′ (3.25)

Sehingga, jumlah kuadrat residual atau residual sum of square untuk model OLR

adalah :

= ′ − 0 ′ − 0 (3.26)

dan ketika = 1, maka diperoleh 1 yaitu merupakan matriks topi untuk model

GWR yang dinyatakan pada Persamaan (3.13) sebagai berikut :

1 =

1′ ′ 1, 1 −1 ′ 1, 1

2′ ′ 2, 2 −1 ′ 2, 2

′ ′ , −1 ′ ,

Sehingga, jumlah kuadrat residual atau residual sum of square untuk model GWR

(28)

37

= ′ − 1 ′ − 1 (3.27)

Selisih antara jumlah kuadrat residual model OLR dan model GWR disebut

sebagai GWR improvement dan dinyatakan sebagai berikut :

= − (3.28)

Adapun statistik uji yang digunakan untuk uji keberartian model GWR

adalah :

= ℎ (3.29)

dengan adalah banyak lokasi pengataman.

Kriteria uji yang digunakan yaitu, jika ≥ ; 1, 2 , maka 0 ditolak.

Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara model OLR dan model GWR

dalam memodelkan data. Nilai ; 1, 2 , diperoleh dari Tabel Distribusi

dengan taraf signifikansi , pembilang = 1 = − −1, dan penyebut

= 2 = −2 1 + 1′ 1 (Brunsdon, Fotheringham & Charlton, 2002,

91-92).

3.4 Uji Keberartian Koefisien GWR

Pengujian parameter model GWR dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi kasus gizi anak balita di setiap kota/kabupaten di Jawa Barat.

Perumusan hipotesis yang digunakan adalah :

0 : , = 0 ; = 1,2, ,

1 : , ≠0

Statistik uji yang digunakan adalah :

ℎ = ,, (3.30)

dimana , merupakan standar error yang diperoleh dari akar positif

(29)

38

Perhatikan Persamaan (3.10), yaitu penaksir paramater lokal untuk model

GWR . Persamaan (3.10) dapat ditulis dalam bentuk sederhana sebagai berikut :

, =� (3.31)

dimana

� = ′ , −1 ′ , (3.32)

Varians dari penaksir parameter GWR adalah :

, =��′�2 (3.33)

Kriteria pengujian yang digunakan yaitu, jika > 1

2, − −1

diperoleh dari Tabel Distribusi t-Student dengan taraf signifikansi

= 5% dan = − −1 .

3.5 Koefisien Determinasi �� Lokal

Dalam model regresi global yaitu model regresi linear klasik, koefisien

(30)

39

pengamatan yang dapat dijelaskan oleh model. Sedangkan dalam GWR, koefisien

determinasi lokal 2 ditentukan untuk menentukan baik tidaknya sebuah model

pada suatu titik lokasi pengamatan. 2 dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut :

2 =

(3.38)

dengan adalah jumlah kuadrat total model GWR yang dinyatakan

sebagai berikut :

= =1 − 2 (3.39)

dan adalah jumlah kuadrat residual model GWR yang dinyatakan

sebagai berikut :

= =1 − 2 (3.40)

sedangkan adalah pembobot pada titik lokasi pengamatan ke-j dari titik lokasi

pengamatan ke-i, dengan , = 1,2, , (Fotheringham et al, 2002).

3.6 Langkah-Langkah Analisis

Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan untuk menentukan

faktor-faktor yang mempengaruhi kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat dengan

menggunakan Geographically Weighted Regression (GWR) adalah :

1. Mendeskripsikan variabel respon dan variabel-variabel prediktor kasus gizi

buruk anak balita di Jawa Barat.

2. Menganalisis model regresi linear klasik atau Ordinary Linear Regression

(OLR) untuk kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan uji asumsi residual kasus gizi buruk anak balita di Jawa

(31)

40

b. Menaksir parameter model regresi klasik dengan metode kuadrat

terkecil atau Ordinary Least Square (OLS).

c. Melakukan uji keberartian model regresi linear berganda.

3. Menganalisis model Geographically Weighted Regression (GWR) untuk

kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Menentukan koordinat longitude latitude tiap kota/ kabupaten di Jawa

Barat.

b. Menghitung jarak euclidean antar kota/ kabupaten di Jawa Barat.

c. Menentukan bandwidth berdasarkan kriteria CV minimum.

d. Menghitung matriks pembobot tiap kota/kabupaten di Jawa Barat

dengan fungsi Kernel.

e. Menaksir parameter GWR dengan menggunakan bandwidth optimum.

4. Membandingkan jumlah kuadrat residual atau residual sum of sqaure dan

koefisien determinasi 2 model dari OLS, model GWR dengan pembobot

fixed Kernel Gaussian, dan GWR dengan pembobot adaptive Kernel

Gaussian.

(32)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kasus

gizi buruk anak balita, diperoleh bahwa :

1. Berdasarkan jumlah kuadrat residual dan nilai koefisien determinasi

2 , model Geographically Weighted Regression (GWR) dengan

pembobot adaptive Kernel Gaussian ternyata lebih cocok untuk

memodelkan kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat daripada model

OLR dan modelGWR dengan pembobot fixed Kernel Gaussian. Hal ini bisa

dilihat dari jumlah kuadrat residual model GWR dengan pembobot adaptive

Kernel Gaussian sebesar 0,2555239 yang paling kecil diantara jumlah

kuadrat residual model OLR sebesar 1,3451993 dan jumlah kuadrat model

GWR dengan pembobot fixed Kernel Gaussian sebesar 0,2951993. Selain

itu, nilai koefisien determinasi model GWR dengan pembobot adaptive

Kernel Gaussian sebesar 89,95% lebih besar daripada nilai koefisien

determinasi model OLR sebesar 40,7% dan nilai koefisien determinasi

model GWR dengan pembobot fixed Kernel Gaussian sebesar88,39%. Nilai

koefisien determinasi 2 terbesar yaitu untuk model GWR dengan

pembobot adaptive Kernel Gaussian, menunjukkan bahwa 89,95% kasus

gizi buruk anak balita di Jawa Barat dengan model GWR dengan pembobot

adaptive Kernel Gaussian dipengaruhi oleh kasus bayi dengan berat badan

lahir rendah (BBLR), imunisasi lengkap, vitamin A, sarana kesehatan, ASI

eksklusif, penduduk miskin, usia perkawinan pertama ≤ 15 tahun, dan air

bersih.

2. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan metode GWR, dari 26

kota/kabupaten di Jawa Barat diperoleh sepuluh kelompok kota/kabupaten

(33)

70

mempengaruhi kasus gizi buruk anak balita di setiap kota/kabupaten di Jawa

Barat secara signifikan. Secara keseluruhan, dengan menggunakan model

GWR dengan pembobot adaptive Kernel Gaussian diperoleh bahwa

faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kasus gizi buruk anak

balita di Jawa Barat adalah kasus bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR), balita yang mendapat vitamin A, sarana kesehatan, bayi yang

diberi ASI eksklusif, penduduk miskin, dan usia perkawinan pertama ≤ 15

tahun.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kasus

gizi buruk anak balita di Jawa Barat dengan menggunakan metode GWR, penulis

mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Model GWR dengan pembobot adaptive Kernel Gaussian dapat digunakan

untuk memodelkan atau menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi

kasus gizi buruk anak balita di Jawa Barat.

2. Pada penulisan skripsi ini hanya digunakan satu fungsi pembobot yaitu

fungsi Kernel Gaussian untuk menaksir parameter GWR. Pada penulisan

skripsi selanjutnya disarankan untuk menggunakan fungsi pembobot yang

lain, yaitu fungsi Kernel Bi-Square.

3. Untuk penelitian selanjutnya, perlu ditambahkan variabel prediktor lain

yang mempengaruhi kasus gizi buruk anak balita diluar faktor kesehatan

dan ekonomi, seperti kasus bencana alam yang pernah terjadi di setiap

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Admin, Master. (2012). Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita. Pati : Dinkes.

Agustina, Fitriani. (2010). Modul Praktikum4 Analisis Regresi Ganda. Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI : Tidak diterbitkan.

Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Gizi Dasar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ariyanto, Eko Fuji. (2010). Forum. Potret Gizi di Jawa Barat. [online] Tersedia di http://www.yipd.or.id/main/readnews/16099. Tanggal akses : 14 Mei 2013.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. (2012). Jabar dalam Angka 2012. Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Depkes RI.

Dwinata, Alona. (2012). Model Regresi Logistik Terboboti Geografis (Studi Kasus : Pemodelan Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur). Tesis. Bogor : Sekolah Pascasarjana IPB : Tidak diterbitkan.

Fikri, M. Nazarudin, dkk. (2009). Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis (SIG) Tingkat Dasar Bidang Kesehatan. Mataram : Kerjasama Pemerintah Kota Mataram, Dinas Kesehatan Provinsi NTB, DED, GTZ : Tidak diterbitkan.

Fotheringham AS, Brundson C, Chartlon M. (2002). Geographically Weighted Regression, the Analysis of Spatially Varying Relationships. England : John Wiley & Sons, Ltd.

Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics. New York : McGraw-Hill.

(35)

72

Istiono, Wahyudi, dkk. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita. Berita Kedokteran Masyarakat. 25, (3), 150-155.

Janie, Dyah Nirmala Arum. (2012). Statistik Deskriptif & Regresi Linear Berganda Dengan SPSS. Semarang : Semarang University Press.

Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman. (2002). Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Nakaya T, Fotheringham AS, Brunsdon C, Charlon M. (2005). Geographcally Weighted Poisson Regression for Desease Association Mapping. Statistics in Medicine, Volume 24 Issue 17, pages 2695-2717.

Pangaribuan, Siska Dina Delima. (2001). Analisis Regresi Logistik Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Balita di Jawa Tengah. Skripsi. Bogor : Jurusan Statistika FPMIPA IPB : Tidak diterbitkan.

Prihatiningsih, Oktaviani. (2012). Menentukan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Jawa Barat dengan Regresi Terboboti Geografis (RTG). Skripsi. Bogor : Jurusan Statistika FPMIPA IPB : Tidak diterbitkan.

Rahmawati, Rita dan Anik Djuraidah. (2010). Regresi Terboboti Geografis dengan Pembobot Kernel Kudrat Galat untuk Data Kemiskinan di Kabupaten Jember. [online] Tersedia di http://journal.ipb.ac.id/index.php/statistika/arti-cle/viewFile/4885/3319. Tanggal akses : 17 Januari 2013.

Saefuddin, Asep. (2011). On Comparisson between Ordinary Linear Regression and Geographically Weighted Regression: With Application to Indonesia Poverty Data. European Journal of Scientific Research. 57,(2), 275-285. Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung : Tarsito.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Suparyanto. (2011). Konsep Balita. [online] Tersedia di http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/konsep-balita.html?m=1 . Tanggal akses: 29 Maret 2013.

Wheeler, David C. and Antonio Paez. (2010). Handbook of Applied Spatial Analysis : Software Tools, Methods and Applications. Berlin : Springer.

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3. 1 Kernel Spasial
Gambar 3. 3 GWR dengan Kernel Adaptif

Referensi

Dokumen terkait

dari pengeringan jamur kuping dengan mesin pengering adalah dengan suhu 40°C, karena jamur kuping kering bila diolah kembali memiliki kekenyalan yang nyaris sama

Mendeskripsikan data apa yg disimpan pada database dan relasi apa yang terjadi antar data tersebut.. Level tertinggi, yang mendeskripsikan hanya sebagian dari seluruh database,

Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Utang Terhadap Kebijakan Dividen

Oleh karenanya, Armstrong menambahkan bahwa Khomeini, termasuk H{asan al-Bannâ, dan Ali Syariati dianggap sama- sama membawa kaum Muslim ke modernitas dalam sebuah

Pendidikan Agama Islam di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto, (Purwokerto, 2018), h.. Remiswal dkk.-Pendekatan Multikultural Dalam Meningkatkan… 148 dan memberikan

Setelah berdiskusi dalam kelompok, siswa diminta membuat daftar kegiatan yang bisa dilakukan dalan kondisi cuaca tertentu dan pakaian yang harus dikenakan saat kondisi

Ia pun menambahkan bahwa rotasi adalah hal biasa dalam organsasi dengan tujuan untuk penyegaran, memberikan semangat baru menggali potensi yang ada. “Dengan ide dan cara yang

Pada kesempatan ini, petani jamur akan diajarkan proses pembuatan salah satu olahan jamur yaitu abon jamur sehingga dapat memberikan nilai tambah pada jamur yang sudah