HUBUNGAN MOTIF BERPRESTASI DAN KREATIVITAS DENGAN HASIL PELATIHAN
(Studi Deskriptif Analisis Pada Pclatihan Guru Pamong
SLTP Terbuka di BPG Bandung)
TESIS
Diajukan Kcpada Panitia (Jjiaii Tcsis Pada Program Pascnsarjaiia Univcrsitas Pcndidikan Indonesia Untuk Mcmcnuhi Salah
Salu Syarat Mcmpcrolch Gclar Magistcr Pcndidikan Program Studi Pcndidikan Luar Sckolnh
Konscntrnsi Pclatihan
&£
DEDESUDRADJAT NIM. 989539
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PLS S2 KONSENTRASI PELATIHAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Lembar Pengesahan
Pembimbing I
^ y
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA.
Pembimbing II
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan sejauh mana hubungan motif berprestasi dan kreativitas dengan hasil pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran empirik tentang hubungan motif berprestasi kreativitas dengan hasil pelatihan. Berangkat dari pemikiran di atas maka hipotesis yang diajukan ialah ; (1) terdapat hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan hasil pelatihan, (2) terdapat hubungan yang positif antara kreativitas dengan hasil pelatihan, (3) terdapat hubungan yang positif antara motif berprestasi dan kreativitas secara bersama-sama dengan hasil pelatihan.
Landasan teori yang mendukung penelitian ini adalah (a). Teori motivasi yang dikemukakan oleh Mc. Clelland, dalam Miftah Thoha tentang ciri-ciri motif berprestasi tinggi yaitu : berani mengambil resiko yang moderat, mencari dan menggunakan informasi sebagai umpan balik yang konkrit setiap kesempatan yang dilakukan, memperhitungkan keberhasilan dan menyatu dengan tugas. (b). Teori Kreativitas yang dijadikan landasan dalam penelitian ini mengacu kepada pendapat Dedi Supriadi, yang menyebutkan tentang indikator orang kreatif diantaranya : terbuka terhadap pengalaman baru, fleksibel dalam berfikir, bebas dalam menyatakan pendapat, tidak mudah terpengaruh orang lain, percaya pada diri sendiri, tekun, tanggung jawab dan Iain-lain. (c). Teori hasil belajar. Teori yang mendukung terhadap hasil pelatihan yaitu menurut pendapat Ishak Abdulhak dan D. Sudjana, yang menyebutkan bahwa out put atau keluaran adalah kemampuan hasil belajar yang telah diperoleh peserta secara kualitas maupun kuantitas setelah terlibat dalam situasi belajar tertentu, dalam bentuk pengetahuan keterampilan, sikap, dan nilai.
Metode penelitian yang digunakan yaitu Metode Deskriptif, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran empirik mengenai keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian. Sampel yang diambil secara random sampling terhadap populasi sebanyak 80 orang, jumlah sampel sebanyak 50 orang. Teknik penelitian yang digunakan yaitu angket, wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Teknik analisis menggunakan regresi dan korelasi untuk mengetahui hubungan antar variabel dan pola hubungan antar variabel tersebut.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motif berprestasi dengan hasil pelatihan sebesar r = 0,616 dengan faktor penentu 38 %. Sementara itu variabel kreativitaspun menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan hasil pelatihan sebesar r = 0,447 dengan faktor penentu 20 %. Begitu juga halnya variabel motif berprestasi dan kreativitas secara bersama-sama menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan hasil pelatihan sebesar r = 0,640 dengan faktor penentu 40 %.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
UCAPAN TERIMA KASIH ix
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR BAGAN xvii
DAFT AR LAMPIRAN xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah 7
1. Batasan Masalah 7
2. Rumusan Masalah 16
C. Definisi Operasional 17
D. Tujuan Penelitian 22
E. Manfaat Penelitian 22
F. Hipotesis 23
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 24
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah 24
2. Karakteristik Program Pendidikan Luar Sekolah 25
3. Tujuan dan SasaranPLS 26
B. Konsep Pelatihan 28
1. Pengertian Pelatihan 28
2. Tujuan Pelatihan 30
3. Komponen-komponen Pelatihan 31
4. Rancangan Model Pelatihan 33
C. Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka 42
D. Hakikat Motif Berprestasi 43
1. Teori-teori Motivasi 43
a. Teori Kepuasan 45
b. Teori Proses (Process Theory) 48
, 2. Pengertian Motif Berprestasi 48
3. Karakteristik Motif Berprestasi 53
E. Hakikat Kreativitas 56
1. Pengertian Kreativitas 56
2. Kriteria Kreativitas 58
F. Hasil Pelatihan 60
1. Pengertian Hasil Pelatihan 60
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 61
3. Penentuan Hasil Pelatihan 61
G. Hubungan Motif Berprestasi dengan Hasil Pelatihan 63 H. Hubungan Kreativitas dengan Hasil Pelatihan 66 I. Hubungan Motif Berprestasi dan Kreativitas dengan Hasil
Pelatihan 67
J. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 70
B. Populasi dan Sampel Penelitian 71
1. Populasi Penelitian 71
2. Sampel Penelitian 71
C. Penyusunan Alat Pengumpul Data 72
1. Jenis Alat Pengumpul Data 72
2. Penyusunan Alat Pengumpul Data Hasil Pelatihan 73 3. Penyusunan Alat Pengumpul Data Motif Berprestasi 75 4. Penyusunan Alat Pengumpul Data Kreativitas 76
5. Uji Coba Alat Pengumpul Data 79
D. Teknik Pengolahan Data 84
1. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor Responden 85
2. Pemeriksaan Distribusi Data 86
3. Analisis Regresi Linier Sederhana 88
4. Analisis Regresi Multipel 90
5. Analisis Korelasi Sederhana dan Multipel 91
BAB TV HASEL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BPG Bandung 93
1. Profil Pegawai BPG 93
2. MekanismeKerjaBPG... 95
B. Gambaran Umum Profil Responden 95
C. Pengolahan Data 97
1. Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku 97
2. Pengujian Distribusi Normal 98
3. Hubungan Fungsional Antar Variabel Penelitian 99
D. Pembahasan Hasil Penelitian 105
E. Penerapan Hasil Pelatihan 110
F. Temuan Penelitian 121
G. Implikasi Hasil Penelitian 123
H. Keterbatasan Penelitian 127
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 129
B. Rekomendasi 134
DAFTAR PUSTAKA 139
LAMPIRAN-LAMPIRAN 142
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.
Jumlah Lokasi, TKB, Siswa, Guru Bina dan Guru Pamong
5
3.1 Kisi-kisi Sikap Motif Berprestasi dan Kretivitas 78
3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Pelatihan 78
3.3 Rekapitulasi Hasil Pengujian Validitas Item Variabel Xi 80
3.4 Rekapitulasi Hasil Pengujian Validitas Item Variabel X2 82
3.5 Harga Uji Reliabilitas Instrumen 84
3.6 Analisis Varians dalam Regresi Sederhana 89
4.1 Profil Pegawai Berdasarkan Golongan Kepangkatan 94
4.2 Profil Pegawai Berdasarkan Jabatan 94
4.3 Profil Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan 95
4.4 Profil Responden Berdasarkan Usia 96
4.5 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 96
4.6 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan 97
4.7 Deskripsi Harga-harga Untuk Setiap Variabel 98
4.8 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Distribusi 99
4.9 Analisis Varians Regresi Untuk Uji Depedensi dan Linieritas
YAtasXi 100
4.10 Analisis Varians Regresi Untuk Uji Depedensi dan Linieritas
Y AtasX2 102
4.11 Analisis Varians Regresi Untuk Uji Depedensi dan Linieritas
Y AtasXi danX2 104
DAFTAR BAGAN
BAGAN Halaman
1. Keterkaitan Variabel Penelitian 16
2.1 Hubungan Fungsional Komponen-komponen Pelatihan 32
2.2 Langkah-langkah Training dan Development 39
2.3 Model Pelatihan Berorientasi kepada Tujuan 40
2.4 Model Pelatihan Berorientasi kepada Kebutuhan Peserta 40
2.5 Model Pelatihan Berorientasi kepada Kompetensi 41
2.6 Model Pelatihan kombinasi 41
2.7 Situasi Bermotivasi 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Permohonan Izin Mengadakan
Studi Lapangan / Penelitian 143
2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian 144
3. Sebaran Data Untuk Uji Coba Variabel Xi 145
4. Sebaran Data Untuk Uji Coba Variabel X2 146
5. Perhitungan korelasi untuk uji validitas variabel Xi dan X2 147
6. Koefisien Korelasi Skor Ganjil dan Genap Variabel Xi
dan X2 Untuk Uji Reliabiliatas Instrumen 148
7. Rekapitulasi Data Penelitian 149
8. Pengujian Normalitas Distribusi untuk Variable X i 150 9. Pengujian Normalitas Distribusi untuk Variable X 2 151
10. Pengujian Normalitas Distribusi Untuk Variabel Y 152
11. Deskriptive Statistics 153
-Motif Berprestasi 153
12. Kreativitas 154
13. Hasil Pelatihan 155
14. Variables Entered / Renovedb: 156
-Model Summary 156
- Anovab 156
- Coefficien etsa 156
- Variables Entered / Renovedb 156
15. Model Summary 157
- Anovab 157
- Coefficien etsa 157
- Variables Entered / Renovedb 157
- Model Summary 157
16. Anovab 158
- Coefficienetsa 158
17. Pengelompokkan Data Variabel X 1 Dan Pasangannya Variabel Y 159
18. Pengelompokkan Data Variabel X 2 Dan Pasangannya Variabel Y 160
19. Diagram Pencar Y Atas Xi 161
20. Diagram Pencar Y Atas X2 162
21. Tabel Kurve Normal Prosesntase Daerah Kurve Normal 163
22. Nilai-nilai Distribusi t 164
23. Nilai-nilai r Product Moment 165
24. Nilai-nilai Chi Kuadrat 166
25. Nilai-nilai Untuk Distribusi F 167
26. Mekanisme Pelaksanaan Program Kerja BPG 171
27. Mekanisme Program Diklat BPG 172
28. Mekanisme Pelaksanaan Diklat Di BPG Bandung 173
29. Evaluasi Program Penataran / Diklat Guru Pamong SLTP Terbuka 174
30. Lembaran Jawaban Evaluasi Program Penataran / Diklat
Guru Pamong SLTP Terbuka 180
31. Angket Motif Berprestasi 181
32. Lembaran Jawaban Motif Berprestasi 185
33. Angket Kreativitas 186
34. Lembaran Jawaban Kreativitas 189
35. Pedoman Wawancara 190
36. Daftar Riwayat Hidup 194
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dimana
dewasa ini sedang giat-giatnya membangun, baik pembangunan fisik material
maupun pembangunan mental spiritual dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan. Salah satu
pembangunan yang perlu mendapat perhatian yang serius ialah pembangunan
sektor pendidikan, karena sektor ini merupakan salah satu yang sangat penting
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini mengingatkan bahwa
apabila masyarakat suatu negara memiliki sumber daya manusia yang berkualitas
maka cita-cita bangsa untuk mewujudkan tujuan nasionalnya dapat secepatnya
tercapai, dengan kata lain negara tersebut maju dalam segala aspek kehidupannya.
Untuk mewujudkan manusia yang berkualitas tersebut ditempuh melalui
jalur pendidikan persekolahan dan jalur pendidikan luar sekolah. Kedua jalur
pendidikan tersebut merupakan sub sistem dari pendidikan nasional yang
berupaya mewujudkan dari tujuan pendidikan nasional, dimana tujuan pendidikan
nasional yaitu : Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan
sehat jasmani dan rohani, mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut maka pemerintah
menetapkan empat strategi kebijakan yang berhubungan dengan pendidikan,
yaitu :
a). Peningkatan Mutu Pendidikan disemua jenis dan jenjang pendidikan,
b). Pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan,
c). Kesesuaian dan kesepadanan antara lulusan sekolah dengan lapangan
pekerjaan,
d). Efisiensi dalam pendidikan.
Dalam melaksanakan strategi kebijakan pendidikan tersebut diantaranya
pemerintah melaksanakan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun, hal ini dimaksudkan agar setiap warga negara Indonesia
sekurang-kurangnya memperoleh pendidikan tamatan SLTP atau yang sederajat, artinya 6
tahun di SD atau MI dan 3 tahun SLTP atau yang sederajat.
Pelaksanaan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun ini
dilaksanakan melalui dua jalur pendidikan, yaitu pendidikan persekolahan dan
pendidikan luar sekolah. Melalui jalur pendidikan persekolahan ditempuh melalui
berbagai cara diantaranya : Penambahan ruang belajar (kelas), pembangunan
gedung baru, pembentukan SLTP jarak jauh, pembentukan SLTP kecil,
pembentukan SLTP Terbuka. Selain itu dilaksanakan pula penambahan jumlah
guru serta peningkatan kualitas guru melalui pendidikan dan pelatihan. Sedangkan
melalui jalur pendidikan luar sekolah diselenggarakan Program Kejar Paket A
SLTP Terbuka merupakan sub sistem dari SLTP, yang berfungsi untuk
memperluas layanan dan membantu usaha pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan, terutama ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu dan
masyarakat yang terpencil jauh dari pusat kota. Namun demikian program SLTP
Terbuka ini menuntut adanya peran serta dari semua pihak seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, organisasi sosial maupun dari
dinas atau Instansi pemerintah yang terkait dalam upaya memasyarakatkan,
memotivasi masyarakat usia 13-15 tahun tamatan SD atau MI atau sederajat
yang tidak melanjutkan sekolah, agar mereka dapat memanfaatkan SLTP Terbuka
sebagai tempat menimba ilmu.
Dengan hadirnya SLTP Terbuka di tengah-tengah masyarakat ini memiliki
beberapa keuntungan bagi siswanya diantaranya :
a. Tempat Kegiatan Belajar (TKB) bisa diselenggarakan di lingkungan tempat
tinggal siswa dengan menggunakan fasilitas yang ada seperti Madrasah, Balai
Desa, Gedung SD atau MI, rumah-rumah penduduk, dan Iain-lain.
b. Tidak dipungut biaya pendidikan.
c. Siswa terdaftar sebagai siswa SLTP induk.
d. Disediakan buku modul.
e. Bila dapat menyelesaikan sekolah ini maka siswa mendapat STTB SLTP, dan
lain sebagainya.
Keberhasilan kegiatan belajar siswa SLTP Terbuka ditempat belajar (TKB) sangat
ditentukan oleh Guru Pamong yang berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan
Guru Pamong SLTP Terbuka adalah anggota masyarakat yang ditunjuk
oleh Depdiknas kecamatan setempat atau oleh Kepala SLTP Induk dan memiliki
persyaratan antara lain
memiliki perhatian terhadap pendidikan, berdedikasi
tinggi, pendidikan serendah-rendahnya SLTA, bersedia melakukan tugas
membimbing kegiatan belajar siswa SLTP Terbuka di TKB. Guru Pamong
bertanggung jawab atas kelancaran proses belajar mengajar mandiri di TKB yang
dilakukan secara perorangan maupun berkelompok. Tugas Guru Pamong
memotivasi,
mengawasi
dan
membimbing
siswa
belajar,
(Depdikbud,
1999/2000:11).
Dalam rangka mensukseskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun melalui pendidikan persekolahan diantaranya adalah SLTP
Terbuka, pemerintah terus berupaya agar pelaksanaan program ini dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan, yaitu dengan cara menyiapkan modul, media
belajar seperti radio, kaset, memberikan pendidikan dan latihan terutama untuk
guru pamong dan guru bina, hal ini mengingat peran guru pamong dan guru bina
cukup penting baik pada waktu kegiatan belajar di TKB maupun kegiatan belajar
tatap muka di SLTP Induk.Program SLTP Terbuka di Jawa Barat mulai dirintis pada tahun 1979/1980
dilaksanakan di Plumbon, kemudian tahun 1989/1990 di Kandanghaur dan tahun
1993/1994 di Jampang Kulon, sampai saat ini terdapat 721 lokasi SLTP Terbuka
di Jawa Barat, dengan jumlah siswa 86639 siswa, yang terdiri dari 33641 siswa
kelas I, 34778 siswa kelas II dan 18220 siswa kelas III, sedangkan jumlah TKB
pamong 4322 orang, sedangkan jumlah guru bina 8652 orang, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel:
TABEL 1.1
JUMLAH LOKASI, TKB, SISWA, GURU BINA,
DAN GURU PAMONGNo Kabupaten atau Kodya
Lokasi TKB Kelas Guru
Pamong
Guru
Bina
I n m
1 Serang 36 247 2012 1834 978 247 544
2 Pandeglang 31 448 2088 2058 1169 488 831
3 Lebak 42 782 1949 1945 1582 782 1363
4 Tanggerang 33 158 1155 1558 758 185 394
5 Bogor 38 227 2132 1968 932 227 463
6 Sukabumi 36 214 1562 1477 921 252 442
7 Bandung 48 266 2539
2168 873 214 430
8 Sumedang 33 165 1120 1272 617 270 567
9 Cianjur 31 242 2365 2466 1240 165 381
10 Garut 44 254 1916 2130 1111 254 526
11 Tasikmalaya 47 252 1830 2012 806 257 540
12 Ciamis 50 267 1667 1844 935 267 564
13 Kuningan 28 118 543 698 363 118 288
14 Majalengka 34 213 1533 1667 1844 220 412
15 Cirebon 33 196 1486 1333 769 296 415
16 Kod.Cirebon 2 14 149 126 35 14 23
17 Indramayu 32 195 1426 1415 702
195 386
18 Subang 30 189 1369 1445 1085 189 367
19 Purwakarta 28 136 708 694 507 136 321
20 Karawang 29 192 1345 1748 995 192 357
21 Bekasi 30 183 1391 1665 945 183 311
22 Kod. Sukabumi 5 21 153 175 _
21 52
23 Kod.Bandung 2 12 137 70 - 12 23
Jumlah 721 4322 33641 33641 18220 4322 8652
Sumber : Kanwil Depdiknas Proyek Peningkatan SLTP Induk 1999 / 2000
Sebagian besar dari tenaga yang terlibat dalam pengelolaan SLTP Terbuka
telah mengikuti penataran atau orientasi pengelolaan SLTP Terbuka, baik yang
diselenggarakan oleh BPG maupun yang diselenggarkan oleh bidang Dikdasmen
Balai Penataran Guru (BPG) merupakan unit pelaksana teknis (UPT)
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, mempunyai tugas dan
fungsi sesuai SK Mendikbud RI No. 024. Oa/O/1991, tanggal 2Mei 1991 tentang
Organisasi Tata Kerja BPG, mengenai tugas dan flingsinya tertuang pada pasal 2
dan 3 sebagai berikut : BPG mempunyai tugas melaksanakan Penataran Guru
dalam berbagai bidang studi (pasal 2). Sedangkan flingsinya tertuang pada pasal 3
sebagai berikut:
a. Menyusun Program Pelaksanaan Penataran.
b. Melaksanakan penataran bidang studi yang telah ditentukan.
c. Melakukan dukungan terhadap upaya perbaikan dan penyempurnaan
pendidikan di propinsi.
d. Melakukan pelayanan dan penilaian terhadap pelaksanaan penataran.
e. Melakukan urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga.
Pelaksanaan Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG untuk tahun
anggaran 1999 / 2000 berdasarkan kepada :
a. SK Mendikbud RI No. 024 0a/0/ 1991 tanggal 2 Mei 1991 tentang Organisasi
dan Tata Kerja BPG.
b. Hasil Temuan Tim Koordinasi Penataran Daerah (TKPD) tahun 1999/2000.
c. Program kerja BPG tahun 1999/2000.
Sementara itu tujuan yang ingin dicapai melalui pelatihan guru pamong
SLTP Terbuka ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
peningkatan wawasan guru pamong SLTP Terbuka dibidang pengetahuan,
memahami masyarakat dan mantap dalam pelaksanaan tugas, serta dapat
meningkatkan kesadaran dalam sosialisasi hasil pelatihan, (Panduan Diklat Guru
Pamong SLTP Terbuka, 1999/2000 : 5).
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Pelatihan pada hakikatnya merupakan proses komunikasi yang teratur dan
terencana dengan menghasilkan perubahan atas pengetahuan, keterampilan
dan sikap dalam hubungannya dengan sasaran, khususnya yang berkaitan
dengan pola perilaku yang diinginkan. Hasil dari pelatihan diharapkan dapat
diterapkan sesuai dengan tuntutan dari lembaga, baik lembaga penyelenggara
pelatihan maupun lembaga atau organisasi yang mengirimkan peserta
pelatihan.
Dengan mengacu pada pola tersebut maka sebaiknya dalam menyusun
program suatu pelatihan tidak berakhir pada waktu selesainya pemberian
materi pelatihan di tempat pelatihan, namun program itu baru berakhir apabila
peserta pelatihan telah dapat menerapkan hasil pelatihan di lapangan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui relevansinya materi pelatihan dengan kebutuhan
dilapangan dan sekaligus sebagai masukan bagi penyelenggara pelatihan.
Konsep tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip pelatihan menurut pendapat
Russett, A and Arwady, JW (1978) dalam Anung Haryono (1998 : 59), sbb :
a. Setiap organisasi bertanggung jawab meningkatkan kemampuan karyawan
b. Pengetahuan dan keterampilan kerja hanya dapat dipelajari dan dihayati
pada situasi nyata
d. Kinerja karyawan pasca pelatihan merupakan tolak ukur keberhasilan
pelatihan.
e. Pelatihan hendaknya membawa dampak meningkatnya kinerja organisasi,
kesejahteraan dan kepuasan bekerja
f. Perbedaan Trainee (peserta) merupakan dasar dalam perencanaan,
pengelompokan dan pelaksanaan pelatihan
g. Penilaian kelas merupakan pendekatan penting dalam pelaksanaan
pelatihanh. Penyelenggaraan pelatihan hendaknya ditangani oleh tenaga yang
memiliki kompetensi serta didukung oleh fasilitas
i. Kerjasama dengan instansi lain untuk meningkatkan potensi yang ada
Dengan mencermati konsep tentang prinsip-prinsip pelatihan tersebut
maka apabila peserta pasca pelatihan sudah mampu menerapkan hasil
pelatihan seoptimal mungkin maka tujuan pelatihan dapat dicapai sesuai
dengan harapan semua pihak.
Namun demikian menurut kenyataan yang ada dewasa ini tidak sedikit
karyawan yang telah mengikuti pelatihan tidak dapat menerapkannya di
lapangan, dengan kata lain tidak membawa dampak pada peningkatan kinerja,
apalagi dapat meningkatkan produktivitas, baik itu pelatihan yang
diselenggarakan ditingkat pusat maupun tingkat daerah, sehingga timbul suatu
pertanyaan, apakah yang menyebabkan pelatihan itu kurang bermanfaat ?.
Demikian juga halnya pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka yang telah
dilaksanakan di BPG Bandung, mulai progran SLTP Terbuka Pengembangan
pada tahun 1995/1996 sampai dewasa ini tidak sedikit mereka tidak mampu
melaksanakan tugas sebagai guru pamong, karena tidak bisa menghimpun
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi SLTP Terbuka di Jawa Barat yaitu
masih tingginya angka putus sekolah.
Sementara itu apabila dianalisis secara mendalam yang menyebabkan
pelatihan itu kurang berhasil dalam arti karyawan pasca pelatihan tidak
menerapkan hasil pelatihan dilapangan diantaranya disebabkan karena :
a) Karyawan tidak diberi kesempatan untuk mempraktekan hasil pelatihan.
b) Fasilitas yang diperiukan untuk mempraktekan hasil pelatihan
tidak
tersedia.
c) Isi pelatihan bukan untuk meningkatkan kinerja.
d) Motivasi dan kreativitas peserta yang rendah dalam mengikuti pelatihan
sehingga tidak menguasai materi pelatihan dilapangan.
Sedangkan bila dilihat dari sudut proses pembelajaran dalam pelatihan,
bahwa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar menurut M. Ngalim
Poerwanto (1997 : 107) yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor ini
terdiri dari dua bagian yaitu Fisiologi dan Psikologi. Fisiologi terdiri dari
kondisi pisik dan kondisi pancaidera. Sedangkan Psikologi terdiri dari minat,
bakat, kecerdasan, motivasi, kreativitas, dll. Faktor eksternal yaitu faktor
diluar peserta yang mendukung proses pembelajaran, yang terdiri dari faktor
lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan
alam dan lingkungan sosial. Faktor instrumental terdiri dari : kurikulum,
pelatih, media belajar, fasilitas, sarana belajar, dll.
Lebih jauh Nasution (1982 : 53-54) menyatakan bahwa hasil belajar
10
secara individual walaupun demikian kita dapat membantu anak memberikan
petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien, ini tidak
berarti bahwa mengenai petunjuk-petunjuk itu dengan sendirinya akan
menjamin sukses anak dalam belajar, sukses belajar hanya akan tercapai
berkat usaha keras, tanpa usaha keras tidak akan tercapai sesuatu.
Mencermati pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
paling dominan mempengaruhi proses hasil belajar ialah faktor internal, bukan
berarti mengesampingkan faktor eksternal. Oleh karena itu penulis dalam
penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan hubungan antara motif
berpretasi dan kreativitas (faktor internal), peserta dengan hasil pelatihan, pada
pelatihan Gugu Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung.
Pengambilan variabel-variabel ini tidak menganggap faktor yang lainnya
tidak punya arti dalam proses pelatihan ini. Adapun yang menjadi alasan
pengambilan variabel motif berprestasi dan kreativitas sebagai variabel bebas
dan hasil pelatihan sebagai variabel terikat adalah sebagai berikut:
a. MotifBerprestasi
Setiap orang pada hakikatnya memiliki motif berprestasi, hanya besarnya
motif ini berbeda
satu sama lain yang berarti ada yang memiliki motif
berprestasi tinggi dan ada yang memiliki motif berprestasi rendah. Menurut
pendapat Mc. Clelland bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan yaitu
kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi, dan kebutuhan kekuasaan.
Dimana motif berprestasi merupakan kebutuhan yang kuat, sehingga sangat
11
untuk mencapai keberhasilan peserta dalam proses dan hasil belajar dalam
pelatihan, maupun dalam penerapan hasil pelatihan dilapangan.
Sementara itu menurut Dadang Sulaeman (1984 : 18) menyebutkan bahwa
motivasi seseorang tergantung pada kekuatan motifnya, karena motif
merupakan kebutuhan, keinginan, dorongan gerak hati dalam diri individu,
dengan kata lain motif merupakan kekuatan yang mengarahkan seseorang
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu motif berprestasi merupakan tenaga
pendorong (Pusing Power) yang menggerakan peserta (siswa) untuk belajar.
Menurut John Heywood dalam Tia Sugiri, (1988 : 117) menyatakan apabila
motif berprestasi ditingkatkan akan membantu membetuk tenaga ahli yang
profesional,
bahkan
akan
menolong
mereka
yang
terlambat
dalam
menyelesaikan studi.
Seperti telah disinggung di atas bahwa faktor yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar yaitu faktor eksternal seperti kurikulum, pelatih, media,
lingkungan, dan Iain-lain. Sedangkan faktor internal selain dari motivasi dan
kreatifitas adalah minat, bakat, kecerdasan, kondisi psikologis dan fisiologis.
Faktor-faktor tersebut tidak diangkat pada penelitian ini bukan berarti tidak
penting, namun menurut pandangan penulis bahwa pada pelatihan Guru
Pamong SLTP Terbuka yang diselenggarakan di BPG Bandung tidak ada
masalah karena sudah dipersiapkan seoptimal mungkin.
Seperti telah diungkapkan diatas bahwa BPG merupakan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, bertugas
12
ditentukan. Dengan demikian lembaga ini sudah dipersiapkan sedemikian rupa
oleh pemerintah baik yang berkaitan dengan fasilitas belajar, tempat, belajar,
media belajar, biaya pelatihan, tenaga pengajar (Widyaiswara) sebagai tenaga
fungsional yang profesional dan berpengalaman, dan Iain-lain.
Oleh karena itu pelaksanaan pelatihan yang diselenggarakan oleh BPG
sudah dipersiapkan seoptimal mungkin sesuai dengan hasil temuan dilapangan,
misalnya kurikulum latihan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, fasilitas
belajar cukup memadai dan lengkap, media belajar tersedia, lingkungan belajar
cukup strategis, biaya pelatihan cukup memadai baik yang bersumber dari mata
anggaran rutin maupun dari proyek. Sementara itu bila dilihat dari aspek
peserta ternyata mereka telah memenuhi persyaratan menjadi peserta pelatihan
Guru Pamong SLTP Terbuka yaitu sehat jasmani dan rohani, mencintai dan
bersedia memajukan pendidikan.
Bila dilihat dari latar belakang pendidikan ternyata sebanyak 50 orang
(62,5%) tamatan program Diploma II, 20 orang (25 %) tamatan SLTA, 10
orang (12,5%) tamatan Perguruan Tinggi (S 1). Dilihat dari latar belakang
pekerjaannya sebanyak 65 orang (81,25%) sebagai
PNS (guru), 10 orang
(12,5%) bekerja sebagai tenaga honorium (guru sukwan) di sekolah, sisanya 5
orang (6, 25%) sebagai tenaga LSM.
Melihat keadaan latar belakang peserta pelatihan ini maka faktor-faktor
seperti kecerdasan, minat, bakat dalam kaitannya dengan pendidikan tidak
diragukan lagi, begitupun faktor eksternal yang sudah dipersiapkan seoptimal
13
ini, namun demikian faktor yang cukup berperan dalam pencapaian tujuan
yaitu motivasi khususnya motif berprestasi sulit untuk diketahuinya secara
tepat. Atas dasar itulah maka penulis dalam penelitian ini menjadikan motif
berprestasi sebagai salah satu variabel bebasnya.
b. Kreativitas
Dalam penelitian ini penulis memilih kreativitas sebagai salah satu
variabel bebas, dengan alasan diantaranya sebagai berikut:
Pada hakikatnya setiap manusia memiliki kreativitas, karena kreativitas
bagi manusia merupakan atribut yang berperan sebagai fungsi egonya,
sehingga kreativitas bukanlah merupakan faktor keturunan. Dengan demikian
maka setiap orang memiliki kreativitas yang berbeda, yaitu ada yang memiliki
kreativitas yang unggul dan ada yang memiliki kreativitas yang biasa.
Menurut Silvano dalam Khaerudin Kurniawan (1999 : 13) menyatakan
bahwa bila dipandang dari kacamata sosial kreativitas orang biasa sangat
penting sebab dapat memberi perasaan, kepuasan, kebanggaan dan mengurangi
perasaan putus asa serta dapat mendorong seseorang pada sikap dasar bagi
pekerjaan, perkembangan dirinya dan kehidupannya. Menurut pandangan
psikiatris, kreativitas biasa akan dapat mengangkat moral dan menurunkan
penyakit syaraf. Sedangkan kreativitas unggul bermanfaat bagi kemajuan sosial
dan pencapaian kemanusiaan yang benar.
Kreativitas
mempunyai
korelasi
dengan
keperibadian
seseorang,
pengembangan kemampuan kreatifakan mempengaruhi pada sikap mental atau
14
integratif, percaya diri yang tinggi, sebaliknya orang yang kurang kreatif
kurang dapat mengembangkan kapasitas sehingga akan memiliki keperibadian
yang terbelah, kurang percaya diri, lemah dan menggantungkan diri pada
pertolongan orang lain. Orang yang kreatif dengan kepribadian yang utuh,
mandiri, dan percaya diri memiliki kemampuan untuk menghadapi masalah.
Sehubungan dengan hal tersebut maka kreativitas merupakan aspek yang
penting dalam proses belajar, karena dari keperibadian yang kreatiflah yang
mendorong setiap orang untuk berhasil mengatasi masalah dan mencapai
kemajuan. Dengan demikian kreativitas merupakan suatu aspek kepribadian
yang memiliki dimensi yang banyak.
Menurut Barbara Clark, dalam Khaerudin Kurniawan (1999 : 14)
menyebutkan bahwa kreativitas sebagai fungsi integratif dari pemikiran,
perasaan, pengindraan dan firasat atau intuisi yang kesemuanya akan
membangun suatu kemampuan kreatif. Pengembangan kreativitas tidak hanya
terkait dengan pengembangan berpikir saja, tetapi harus mengembangkan
kemampuan perasaan, pengindraan, dan intuisi. Sehingga dalam memecahkan
masalah dalam kehidupan manusia menggunakan totalitas kemampuan yang
meliputi kemampuan berpikir, perasaan, pengindraan dan intuisi.
Dengan mencermati kajian tentang kreativitas tersebut diatas semakin
meyakinkan penulis dalam memilih kreativitas sebagai salah satu variabel
15
c. Hasil Pelatihan
Hasil pelatihan dalam penelitian ini penulis jadikan sebagai variabel
terikat, hal ini bukan berarti mengesampingkan faktor yang lainnya. Adapun
yang menjadi alasannya adalah sebagai berikut:
Hasil pelatihan merupakan indikator tercapainya suatu tujuan pelatihan
yang telah direncanakan. Pencapaian tujuan tersebut biasanya ditandai dengan
adanya perubahan pada aspek kogintif, afektif dan psikomotor, bahkan
ditandai dengan penerapan hasil pelatihan dilapangan. Hal ini beralasan
bahwa suatu pelatihan dikatakan berhasil apabila dapat meningkatkan kinerja.
Atas dasar uraian tersebut diatas maka hubungan antara variabel akan
dibahas dalam penelitian ini. Maka secara operasional masalah dalam
penelitan ini yaitu "Seberapa jauh Hubungan Motif Berprestasi dan
Kreativitas peserta dengan Hasil Pelatihan ? ". Eratnya hubungan kedua
variabel bebas ini dengan variabel terikat baik secara masing-masing maupun
secara bersama-sama melalui analisis regresi, korelasi baik simpel maupun
multipel, dengan teknik-teknik ini pula akan diketahui koefisien korelasi.
Angka-angka yang diperoleh bukanlah merupakan tujuan akhir dari
penelitian ini, angka-angka tersebut hanya sekedar alat pembantu untuk
menafsirkan arti dibalik angka. Jadi seandainya diperoleh koefisien korelasi
positif dan signifikan, maka hal tersebut menjadi masukan pada BPG sebagai
16
2. Perumusan Masalah
Dengan melihat pembatasan masalah dalam penelitian ini yang diuraikan
di atas yaitu yang terfokuskan pada "Seberapa jauh Hubungan Motif
Berprestasi dan Kreativitas peserta dengan Hasil Pelatihan ?" pada pelatihan
Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung. Maka dari pembatasan tersebut
terdapat tiga variabel penelitian yaitu : a). Motif Berprestasi sebagai variabel
bebas yang dikonotasikan (X 1), b). Kreativitas sebagai variabel bebas
dikonotasikan (X 2), dan c). Hasil Pelatihan sebagai variabel terikat, yang
dikonotasikan (Y).
Keterkaitan variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah
ini :
Bagan 1
Keterkaitan varibel
X I
f
w
i
Y w
i i
X2
Dari batasan tersebut maka penulis merumuskan masalah menjadi
beberapa sub masalah, yaitu sebagai berikut :
(1). Seberapa jauh hubungan antara Motif Berprestasi dengan Hasil Pelatihan ?
(2). Seberapa jauh Hubungan Kreativitas dengan Hasil Pelatihan ?
(3). Seberapa jauh Hubungan Motif Berprestasi dan kreativitas peserta secara
17
C. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman persepsi antara penulis dan pembaca
dalam mengartikan atau menafsirkan permalasahan dalam penelitian ini, maka
diberikan beberapa definisi operasional sehubungan dengan kata-kata kunci yang
tertera dalam judul dan masalah penelitan, yaitu sebagai berikut:
1. Hubungan
Yang dimaksud dengan hubungan dalam penelitian ini adalah adanya
pertautan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Eratnya pertautan
tersebut dinyatakan melalui besarnya hubungan kedua variabel tersebut.
Menurut Sudjana (1982 : 352) mengemukakan bahwa studi yang mempelajari
eratnya hubungan antara variabel dikenal dengan nama analisis korelasi.
Analisis korelasi ini bermanfaat guna menemukan atau menjelaskan besar
kecilnya kaitan antara variabel penelitian.
Manfaat pendekatan korelasi seperti dikemukakan oleh Wayan Ardhana
(1987) dalam Tia Sugiri (1988 : 19) metode korelasi memberikan informasi
tentang tingkat (besar kecilnya) hubungan antara variabel-variabel yang sedang
dipelajari. berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan
hubungan dalam penelitian ini adalah mencari besar kecilnya pertautan antara
Motif Berprestasi dan Kreativitas peserta dengan Hasil Pelatihan.
2. Motif Berprestasi
Motif Berprestasi (Achievement Motive) dari teori motivasi yang
dikembangkan oleh McClelland, dkk. Yaitu
dorongan untuk mengerjakan
18
Motif Berprestasi (Achievement Motive) dari teori motivasi yang
dikembangkan oleh McClelland, dkk. Yaitu dorongan untuk mengerjakan
sesuatu tugas atau pekerjaan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan
(Dadang Sulaeman, 1984 : 36). Sedangkan menurut Johnson (1970 : 101)
menyatakan bahwa Motif Berprestasi adalah sebagai dorongan yang dimiliki
seseorang untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya menurut patokan
keunggulan, baik dengan patokan internal maupun persaingan (Tia Sugiri,
1988 : 230).
Sementara itu McClelland dalam Miftah Toha (1983 : 230) merinci
unsur-unsur Motif Berprestasi sebagai berikut : (a) Berani mengambil resiko yang
moderat, (b) Mencari dan menggunakan informasi sebagai umpan balik yang
konkrit di dalam setiap kesempatan yang dilakukan, (c) Memperhitungkan
keberhasilan, (d) menyatu dengan tugas.
Berdasarkan unsur-unsur itulah instrumen penelitian untuk mengungkap
motif berprestasi peserta pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di
kembangkan. Tes Pengukuran motif berprestasi tersebut berbentuk kuesioner
dengan lima kemungkinan jawaban (berskala lima). Kuesioner tersebut
berisikan pernyataan-pernyataan yang disusun berdasarkan arah pernyataan
positif dan negatif
Responden menilai pernyataan-pernyataan itu dengan memilih salah satu
kemungkinan jawaban sebagai berikut Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
19
3. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru baik berupa gagasan, maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada sebelumnya (Dedi Supriadi, 1997 : 7). Sementara
itu menurut Vecchio (1995) dalam Wibowo (1999 : 6) menyebutkan bahwa
Kreativitas dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Kreativitas
sebagai proses adalah kemampuan mengidentifikasi banyak kemungkinan
solusi pada persoalan tertentu. Kreativitas sebagai produk adalah berkaitan
dengan penemuan sesuatu, produksi sesuatu yang baru dari akumulasi
keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari buku.
Selanjutnya Dedi Supriadi (1997 : 61) merinci ciri-ciri orang kreatif
diantanya sebagai berikut : terbuka terhadap pengalaman baru, fleksibel dalam
berfikir, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai pendapat sendiri,
tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, memiliki rasa ingin tahu, percaya
pada diri sendiri, tekun, tanggung jawab, komitmen pada tugas, kritis pada
pendapat orang lain, dan Iain-lain.
Berdasarkan
ciri-ciri
orang
kreatif
itulah
instrumen
penelitian
dikembangkan untuk mengungkapkan kreativitas peserta pelatihan guru
pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung, serta dipadukan dengan instrumen
alat pengukur krativitas menurut pendapat Andrew J. Dubrin (1984) dalam
NurlanKusnadi(1992 : 143-148).
20
tersebut berisikan pernyataan-pernyataan yang disusun berdasarkan arah
pernyataan positif dan negatif
Responden menilai pernyataan-pernyataan tersebut dengan memilih salah
satu kemungkinan jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu
(R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap respon akan
mendapat bobot nilai sesuai dengan arah pernyataan yaitu 5, 4, 3, 2, 1 untuk
pernyataan positif, kemudian nilai 1, 2, 3, 4, 5 untuk pernyataan negatif.
4. Hasil Pelatihan
Hasil pelatihan dalam penelitian ini dimaksudkan keluaran (output) dari
pelatihan. Keluaran yaitu kemampuan hasil belajar yang diperoleh peserta
pelatihan setelah terlibat dalam situasi belajar tertentu, komponen tersebut
dapat berbentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai (Ishak Abdulhak,
1995 : 22). Sementara itu menurut D. Sudjana, (1996 : 34) Keluaran (output)
yaitu kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan tingkah laku yang
didapat melalui kegiatan belajar mengajar. Perubahan tingkah laku mencakup
ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajar
yang mereka perlukan.
Dengan mencermati pengertian tersebut maka hasil pelatihan itu pada
hakikatnya pencapaian tujuan dari pelatihan yang telah direncanakan
sebelumnya.
Sementara itu untuk mengukur pencapaian hasil pelatihan tersebut
menggunakan tes awal (pre tes) dan tes akhir (pos tes). Adapun soal tes
21
Terbuka di BPG Bandung menyajikan berbagai materi pelatihan yang
disesuaikan dengan kebutuhan lapangan yang dikelompokan kepada tiga
rumpun, yaitu :
Pertama, Rumpun Pendidikan Dasar umum, yang terdiri dari : Kebijakan
pemerintah tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun,
Pelaksanaan Program Wajib Belajar Dikdas di Jawa Barat. Kedua, Rumpun
Pendidikan Pokok atau Inti, yang terdiri dari : Pengelolaan Pembelajaran di
SLTP Terbuka, Motivasi, Pemantauan Kemajuan Hasil Belajar, Penyusunan
Program Belajar di TKB, Pemanfaatan Modul, Sikap Guru, Pemahaman
Keterbacaan. ketiga, Rumpun Pendidikan Penunjang, yang terdiri dari :
Pemanfaatan Sumber Belajar, Penggunaan Bahasa Indonesia, Program Tindak
Lanjut.
Dari materi pelatihan tersebut kemudian dibuat solah tes untuk mengukur
kemampuan peserta dalam menyerap materi pelatihan yang diberikan selama
pelatihan berlangsung, bentuk soal pilihan berganda dengan empat pilihan
jawaban.
Sementara itu untuk lebih menguatkan dari hasil pelatihan tersebut, maka
penulis dalam penelitian ini mengadakan penelitian mengenai penerapan hasil
pelatihan di lapangan dengan pendekatan kualitatif, kepada beberapa peserta
22
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empirik tentang seberapa
jauh hubungan antara (1) Motif Berprestasi dengan Hasil Pelatihan, (2) Kreativitas
dengan Hasil Pelatihan, dan (3) Motif Berprestasi dan Kreativitas peserta secara
bersama-sama dengan Hasil Pelatihan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan mempunyai kegunaan bukan saja bagi
pengembangan ilmu, namun juga diharapkan mempunyai kegunaan praktis
khususnya bagi peningkatan kualitas Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka dan
bagi program pelatihan pada umumnya.
1. Kegunaan Teoritis
a. Sebagai pengembangan wawasan dan penguatan kognitif pada tingkat
akademis, yaitu memberikan informasi empirik dibidang kajian pelatihan.
b. Melihat relevansi teori-teori pendidikan orang dewasa dengan pelaksanaan
Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka.
2. Kegunaan Praktis
a. Memberikan sarana dan masukan bagi peningkatan kualitas Guru Pamong
SLTP Terbuka.
b. Hasil Pelatihan ini sebagai alat ukur keberhasilan program pelatihan yang
23
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif antara motif berprestasi dengan hasil pelatihan
2. Terdapat hubungan yang positif antara kreativitas dengan hasil penelitian
3. Terdapat hubungan yang positif antara motif berprestasi dan kreativitas secara
BAB HI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk mencapai tujuan dalam suatu
penelitian. Dalam Bab I telah dikemukakan maksud dan tujuan penelitian, yaitu
berusaha untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara motif
berprestasi dan kreativitas peserta dengan hasil pelatihan. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran empirik
mengenai keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilaksanakan. Hal
ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1988 : 52) sebagai berikut : "metode
penelitian deskriptif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menjelaskan peristiwa atau kejadian yang ada pada masa sekarang, termasuk dalam
metode ini adalah studi kasus, survey, studi pengembangan, studi korelasi",
sementara itu menurut Nasution (1987 : 41) sebagai berikut: "penelitian deskriptif
mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang
situasi-situasi sosial, kebanyakan penelitian sosial bersifat deskriptif.
Selanjutnya data yang diperoleh dari lapangan dianalisa baik secara
kuantitatif berdasarkan informasi statistik, maupun secara kualitatif berdasarkan pengamatan langsung di lapangan mengenai penerapan hasil pelatihan maupun
untuk menginterprestasikan terhadap hasil-hasilnya. Dengan menggunakan metode
deskriptif ini diharapkan dapat memperoleh kesimpulan yang mungkin dapat
diangkat ketahap generalisasi berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data.
Kemudian dari kesimpulan dan generalisasi itu akan ditarik implikasi yang
71
bermakna untuk kepentingan perkembangan pelatihan guru pamong SLTP Terbuka
pada khususnya dan palatihan pada umumnya.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Sesuai dengan objek penelitian dalam tesis ini maka yang dijadikan
sebagai populasi adalah seluruh peserta pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka,
Angkatan ke-IV yang di selenggarakan di BPG Bandung mulai tanggal 14-23
Februari 2000. Jumlah peserta pelatihan Guru Pamong SLTPTerbuka sebanyak
80 orang, utusan dari Kabupaten dan Kotamadya se-Propinsi Jawa Barat,
adapun jumlah peserta pelatihan utusan dari tiap Kabupaten dan Kotamadya
sebanyak 2-4 orang hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan.
2. Sampel Penelitian
Dalam penarikan sampel, besarnya sampel belum cukup menjamin
derajat keandalan hasil penelitian, disamping jumlahnya yang memadai suatu
sampel juga harus mewakili karakteristik anggota populasi. Suatu sampel
penelitian dapat dikatakan mewakili populasi apabila karakteristik populasi
dimiliki pula oleh sampel, untuk inilah sampel suatu penelitian antara lain
dapat ditarik secara proporsional.
Besarnya sampel dalam suatu penelitian belum ada ketentuan yang baku
atau rumus yang pasti, sebagaimana menurut pendapat Nasution (1987 : 114)
yang menyatakan ; "bahwa untuk menentukan besar sampel tidak ada aturan
yang pasti, makin besar jumlah sampel makin baik, karena itu harus diusahakan
72
sekurang-kurangnya tiga pokok satuan, jika peserta itu guru atau kelas maka
jumlah sampel minimal 30 guru atau 30 kelas". Sementara itu menurut Sudjana
(1987 : 72-73) bahwa " mengenai besarnya sampel tidak ada ketentuan yang
baku atau rumus yang pasti, sebab keabsahan sampel terletak pada sikap dan
karateristiknya mendekati populasi atau tidak pada besar atau banyaknya.
Setetes darah manusia cukup untuk menentukan golongan darah, sebab sifatnya
tidak berbeda. Minimal sampel sebanyak 30 subjek". Sedangkan pendapat lain
terhadap populasi kurang dari 1000 dapat diambil 20 sampai 50 proses, patokan
tersebut bukan standar baku melainkan hanya prakiraan berdasarkan
pertimbangan praktis.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dalam penelitian ini penulis
mengambil sampel sebanyak 50 orang dengan alasan bahwa jumlah tersebut
lebih dari 50% populasi, peserta pelatihan 90% adalah guru, sehingga
diperkirakan dapat mewakili karateristik dari populasi. Sebagaimana telah
disinggung pada bab I bahwa dalam penelitian ini ingin mengungkapkan
tentang penerapan atau implementasi dari hasil pelatihan dilapangan, dengan
cara observasi, wawancara kepada peserta pasca pelatihan sebanyak 5 orang dengan pengambilannya secara acak.
C. Penyusunan Alat Pengumpul Data
1. Jenis Alat Pengumpul Data
Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini terutama untuk mengetahui hubungan antara
73
SLTP Terbuka, maka data yang dibutuhkan adalah skor dari variabel-variabel
sebagai berikut : (a) motif berprestasi (Xi), (b) variabel kreativitas (X2), dan
(c) hasil pelatihan (Y). Untuk memperoleh skor dari variabel-variabel
penelitian tersebut maka disusun alat pengumpul data yang digunakan dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
a. Kuesioner
Kuesioner ini digunakan untuk mengungkapkan data mengenai hubungan
motif berprestasi dan kreativitas dengan hasil pelatihan.
b. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengungkapkan penerapan hasil
pelatihan dilapangan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengungkapkan hasil belajar peserta yaitu
beberupa prestasi belajar yang diraih peserta dalam pelatihan, yaitu berupa
nilai pree test maupun pos test. d. Kepustakaan
Kepustakaan digunakan untuk mendalami dan mengungkapkan
konsep-konsep para ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta data-data yang diperiukan lainnya.
2. Penyusunan Alat Pengumpul Data Hasil Pelatihan
Hasil pelatihan dalam penelitian ini diasumsikan dengan keluaran atau
output ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dari peserta itu sendiri setelah selesainya proses pembelajaran dimana dalam
74
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal peserta, sedangkan evaluasi
akhir untuk mengetahui daya serap materi pelatihan yang telah diberikan, yaitu
dengan cara jumlah nilai hasil eveluasi akhir dikurangi hasil evaluasi awal.
Untuk mengumpulkan data hasil belajar peserta pelatihan Guru Pamong
SLTP Terbuka ini penulis menggunakan naskah soal yang dipergunakan oleh
penyelenggara. Adapun bentuk soal yang dipergunakan berupa pilihan ganda,
dengan jumlah soal 40 yang terdiri dari tiga kelompok materi pelatihan yaitu
kelompok Pendidikan Dasar Umum (PDU), kelompok //;//' (Pokok), dan
kelompok Pendidikan Penunjang, dengan rinciannya sebagai berikut:
a. Kelompok Pendidikan Umum, terdiri dari :
1) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
2) Kebijakan Pemerintah
b. Kelompok Inti (Pokok)
1) Pengembangan SLTPT di Jawa Barat
2) Pengelolaan PBM SLTPT
3) Peranan Guru Pamong dalam Pengelolaan Pembelajaran di TKB
4) Pemanfaatan Modul
5) Peningkatan Motivasi, Minat dan Kreativitas Siswa
6) Pemahaman dan Keterbacaan Siswa
7) Sikap dan Perilaku Guru
8) Penyusunan Program Belajar di TKB
9) Pemantauan Kemajuan Hasil Belajar
c. Kelompok Pendidikan Penunjang, terdiri
75
2) Penggunaan Bahasa Indonesia
3) Program Tindak Lanjut
Untuk mengetahui lebih rinci dari soal yang dipergunakan untuk
evaluasi dalam rangka penentuan hasil belajar dapat dilihat pada lampiran.
Sementara itu sistem penilaiannya ialah jumlah jawaban yang benar
dikali sepuluh kemudian di bagi jumlah soal, dengan rumus :
n x 10
Skor = Keterangan : Scor = Nilai
N n = Jumlah jawaban benar
N = Jumlah soal
10 = Angka pembulatan
Sedangkan untuk menentukan nilai akhir atau prestasi peserta pelatihan
yaitu nilai awal di tambah nilai akhir dibagi dua dengan rumus :
XT N.Prt + N.Pst N =
2
Keterangan :
N = Nilai akhir
N.Prt = Nilai pre tes N.Pst = Nilai post tes 2 = Bilangan pembagi
3. Penyusunan Alat Pengumpul Data Motif Berprestasi
Untuk mengumpulkan data dari variabel motif berprestasi dalam penelitian
ini menggunakan alat pengumpul data berbentuk kuesioner yang berisi tentang
pernyataan, hal ini mengingat data yang dibutuhkan berbentuk sikap dari peserta
76
berprestasi model Linkert, sehingga dalam pilihan jawaban pernyataan tersebut
tidak ada yang benar ataupun yang salah karena jawaban tersebut merupakan sikap
dari peserta itu sendiri.
Sementara itu teknik penyusunan soal menggunakan teknik split halp dimana
setiap naskah soal terbagi atas dua bagian yaitu pernyataan yang positif dan
pernyataan yang negatif dengan perbandingan 50 : 50, untuk penilaiannya
menggunakan skala sikap model Lingkert dengan lima option kemungkinan
jawaban yaitu : Sangat setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak setuju (TS),
dan Sangat tidak setuju (STS) dengan bobot nilai 5, 4, 3, 2, 1 untuk pernyataan
positif dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk pernyataan negatif. Bobot nilai setiap responden
dijumlahkan sesuai dengan jawabannya, kemudian nilai seluruh responden
dijumlahkan sehingga diperoleh skor total.
Bentuk soal kuesioner veriabel motif berprestasi disusun berdasarkan
indikator-indikator motif berprestasi tinggi, menurut Mc. Clelland dalam Miftah
(1983 : 230) sebagai berikut; "Berani mengambil resiko, mencari dan
menggunakan informasi sebagai umpan balik, memperhitungkan keberhasilan
dan menyatu dengan tugas".
4. Penyusunan Alat Pengumpul Data Kreativitas
Dalam penyusunan instrumen alat pengumpul data kreativitas peserta
pelatihan mengacu kepada pendapat Dedi Supriadi (1997 : 7) yaitu, bahwa
kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu berupa
gagasan, maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada
77
orang yang kreatif, yaitu sebagai berikut:
"Terbuka terhadap pengalaman baru, fleksibel dalam berfikir, bebas dalam
menyatakan pendapat, menghargai fantasi, tertarik pada kegiatan kreatif,
mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh orang lain,
mempunyai rasa ingin tahu, toleran terhadap perbedaan pendapat. berani
mengambil resiko, percaya kepada diri sendiri, komitmen terhadap tugas,
tidak putus asa, kaya akan inisiatif, peka terhadap lingkungan. berorientasi
pada masa depan, memiliki stabilitas emosi yang baik, tertarik pada hal-hal
yang abstrak, kompleks dan holistik, memiliki gagasan yang orisinil, memiliki
minat yang luas, memanfaatkan waktu luang dengan hal-hal yang positif,
kritis terhadap pendapat orang lain, senang mengajukan pertanyaan yang baik,
memiliki kesadaran etika moral yang tinggi", (Dedi Supriadi, 1997:61).
Sementara itu teknik penyusunan soal menggunakan teknik split halp dimana
setiap naskah soal terbagi atas dua bagian yaitu pernyataan yang positif dan
pernyataan yang negatif dengan perbandingan 50 : 50, untuk penilaiannya
menggunakan skala sikap model Lingkert dengan lima option kemungkinan
jawaban yaitu : Sangat setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak setuju (TS),
dan Sangat tidak setuju (STS) dengan bobot nilai 5, 4, 3, 2, 1 untuk pernyataan
positif dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk pernyataan negatif. Bobot nilai setiap responden
dijumlahkan sesuai dengan jawabannya, kemudian nilai seluruh responden
dijumlahkan sehingga diperoleh skor total.
Dari ciri-ciri orang kreatif itulah yang dijadikan bahan pertimbangan dalam
menyusun instrumen alat pengukur kreativitas peserta pelatihan. Selain dari
ciri-ciri tersebut maka penulis dalam penyusunan instrumen ini dipadukan dengan
instrumen alat pengukur kreativitas menurut pendapat Andrew, J Dubrin (1984)
dalam Nurlan Kusnaedi (1992 : 143-148).
Dari uraian-uraian tersebut diatas maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 3.1
Kisi-kisi Sikap Motif Berprestasi dan Kreativitas
78
No Indikator Nomor Pernyataan .umlah
Positif Negatif +
-A. Motif Berprestasi
1.Berani mengambil resiko 2, 3, 5, 7, 9 1, 4, 6, 8, 10 5 5 10 2.Mencari dan
memanfaatkan 11,12,13,15,20 14,16,17,18,19 5 5 10 Informasi sebagai umpan
Balik
3.Memperhitungkan 21,22,23,24,28 25,26,27,29,30 3 D 10
keberhasilan
4.Menvatu dengan tugas 32,35,36,37.39 31,33,34,38,40 5 3 10
Kreativitas
B. 1.Menyampaikan gagasan 1,3,5,6,8 2, 4, 7, 9, 10 5 5 10 2.Melakukan tindakan 11,12,15,17,19 13,14,16,18,20 5 5 10
3.Mengubah pola pikir 22,23,24,27,30 21,25,26,28,29 5 3 10 4.Memecahkan masalah 31.3,34.35,36 32,37,38,39,40 5 5 10
Jumlah 40 40 80
Tabel 3.2
Kisi-kisi Tes Hasil Pelatihan
Rumpun Materi Pelatihan Jumlah No. Item
Materi Item
Pelatihan A. Pendidikan
Dasar Umum
1. Kebijakan Pemerintah tentang Wajar Dikdas
2 1,14
2. Program Wajar Dikdas di 4 2,3,21 Propinsi Jawa Barat
B. Pendidikan
Pokok
1. Pengelolaan Pembelajaran di
SLTPT
j 4, 5, 24
2. Peranan Guru Pamong 3 4, 7, 9, 25,26
3. Peranan Guru Nina 2 6,22
4. Motivasi 4 13,15,28,29
5. Pemantauan Kemajuan hasil 2 19,20
Belajar
6. Pemoisunan Program Belajar 3 23,30,31 diTKB
7. Pemanfaatan Modul 4 32,33.34,35
8. Pemahaman Keterbacaan i
j 37.38,39
9. Sikap Guru 10,11,12,16
C. Pendidikan 1. Pemanfaatan Sumber Belajar 3 27,17,18
Penunjang 2. Penggunaan BahasaIndonesia 1 36
3. Program Tindak Lanjut 1 40
79
5. Uji Coba Alat Pengumpul Data
e. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kesahihan (validitas
item) dan keterandalan instrumen (reliabilitas instrumen). Subjek yang diambil
sebagai uji coba instrumen berasal dari populasi yang sama, tetapi tidak
termasuk sampel penelitian. Adapun jumlah sampel ujicoba instrumen
sebanyak 30 orang.
Penggunaan uji coba validitas ini dalam penelitian dimaksudkan agar isi
butir-butir tes yang dibuat menggambarkan seluruh indikator setiap variabel.
Uji coba kesahihan butir tes menurut Keriinger (1073 :468), banyak tester yang
familier dengan teknik korelasi item dengan totalnya, dengan asumsi bahwa
total scor adalah valid. Contoh : Valid yang dimaksudkan adalah bila orang
yang tingkat keseringannya yang menjawab tinggi, demikian sebaliknya.
Sementara itu menurut Arikunto ( 1992 : 67 ) menyatakan bahwa
koefisien korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson adalah
prosedur yang umum digunakan untuk
melaporkan validitas item.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka penelitian ini menentukan
validitas butir soal variabel digunakan rumusproduk momen (r) dengan taraf
signifikan 95% (a = 0,05), artinya satu butir pernyataan dinyatakan sahih
jika koefisien korelasi yang diperoleh (r hitung) lebih besar dari r tabel dan
jika koefisien r hitung lebih kecil dari r tabel maka butir tersebut dinyatakan
80
Adapun rumus yang dipergunakan sebagai berikut:
nZXY-(zx)(ZY)
rxv=-|{2ZX2-(i:x)2}{nXY2-(lYf
(Arikunto, 1992 : 69)
Pengujian
signifikansi
harga
r
tersebut
dilakukan
dengan
menggunakan uji t, dengan ketentuan; apabila harga t hitung lebih besar dar
t tabel pada tingkat kepercayaan 95%, item dinyatakan valid, sedangkan jika
harga t hitung lebih kecil dari harga t tabel pada tingkat kepercayaan 95%,
dinyatakan tidak valid. Rumus yang dipergunakan untuk pengujian ini
sebagaimnana dinyatakan Sudjana (1992:380), adalah:
t = r
Vn-2
VT7
Dari hasil perhitungan diperoleh keterangan bahwa dari 40 item yang
diajukan untuk mengukur variabel Xi, seluruh item dinyatakan valid,
sehingga peneliti menggunakan seluruh item untuk perhitungan tersebut.
Untuk mengetahui rangkuman validitas variabel Xi dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
TABEL 3.3
REKAPITULASI HASIL PENGUJIAN VALIDITAS ITEM
VARIABEL X,
No. Item r t hitung t tabel Validitas
1 2 3 4 5
81
1 2 3 4 5
2 0,3311 1,857 1,701 Valid
3 0,4664 2,790 1,701 Valid
4 0,3712 2,115 1,701 Valid
5 0,3744 2,136 1,701 Valid
6 0,4956 3,019 1,701 Valid
7 0,4370 2,571 1,701 Valid
8 0,3997 2,307 1,701 Valid
9 0,4499 2,666 1,701 Valid
10 0,4620 2,757 1,701 Valid
11 0,4374 2,574 1,701 Valid
12 0,4270 2,499 1,701 Valid
13 0,5671 3,643 1,701 Valid
14 0,3832 2,195 1,701 Valid
15 0,4823 2,914 1,701 Valid
16 0,4222 2,465 1,701 Valid
17 0,3450 1,945 1,701 Valid
18 0,3169 1,768 1,701 Valid
19 0,3133 1,745 1,701 Valid
20 0,3520 1,990 1,701 Valid
21 0,4831 2,920 1,701 Valid
22 0,3849 2,207 1,701 Valid
23 0,4169 2,427 1,701 Valid
24 0,4863 2,945 1,701 Valid
25 0,4052 2,345 1,701 Valid
26 0,3610 2,048 1,701 Valid
27 0,4472 2,646 1,701 Valid
28 0,3296 1,847 1,701 Valid
29 0,3898 2,240 1,701 Valid
30 0,4291 2,514 1,701 Valid
31 0,5147 3,177 1,701 Valid
32 0,3338 1,874 1,701 Valid
33 0,7173 5,447 1,701 Valid
34 0,3820 2,187 1,701 Valid
35 0,3334 1,872 1,701 Valid
36 0,5417 3,411 1,701 Valid
37 0,3593 2,037 1,701 Valid
38 0,5477 3,464 1,701 Valid
39 0,6074 4,046 1,701 Valid
40 0,3343 1,877 1,701 Valid
82
mengumpulkan data dinyatakan valid, sehingga seluruh item dipergunakan
untuk pengumpulan data. Untuk melihat rincian validitas item untuk
variabel X2, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL 3.4
REKAPITULASI HASIL PENGUJIAN VALIDITAS ITEM
VARIABEL X2
No. Item r t hitung t tabel Validitas
1 2 3 4 5
1 0,4565 2,715 1,701 Valid
2 0,3447 1,943 1,701 Valid
3 0,3533 1,999 1,701 Valid
4 0,4181 2,436 1,701 Valid
5 0,5581 3,559 1,701 Valid
6 0,3207 1,792 1,701 Valid
7 0,4906 2,980 1,701 Valid
8 0,3555 2,012 1,701 Valid
9 0,3332 1,870 1,701 Valid
10 0,3971 2,289 1,701 Valid
11 0,4360 2,563 1,701 Valid
12 0,3362 1,889 1,701 Valid
13 0,5551 3,531 1,701 Valid
14 0,3761 2,148 1,701 Valid
15 0,3324 1,865 1,701 Valid
16 0,4835 2,923 1,701 Valid
17 0,3660 2,081 1,701 Valid
18 0,3569 2,022 1,701 Valid
19 0,3534 1,999 1,701 Valid
20 0,3252 1,819 1,701 Valid
21 0,4671 2,795 1,701 Valid
22 0,4653 2,781 1,701 Valid
23 0,5502 3,487 1,701 Valid
24 0,3674 2,090 1,701 Valid
25 0,3564 2,018 1,701 Valid
26 0,3644 2,070 1,701 Valid
27 0,4400 2,593 1,701 Valid
28 0,4050 2,344 1,701 Valid
29 0,3100 1,725 1,701 Valid
30 0,4443 2,624 1,701 Valid
31 0,3439 1,938 1,701 Valid
32 0,4168 2,426 1,701 Valid
83
1 2 3 4 5
34 0,4039 2,336 1,701 Valid
35 0,4696 2,815 1,701 Valid
36 0,3609 2,048 1,701 Valid
37 0,3214 1,796 1,701 Valid
38 0,4737 2,846 1,701 Valid
39 0,3546 2,007 1,701 Valid
40 0,4875 2,955 1,701 Valid
/ Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah
dua (split-half) dengan membagi skor item ganjil dan skor item genap.
Statistik uji yang dipergunakan adalah Spearmen Brown, yaitu:
2xrl2l2
Sugiono, 1997:265rtt=-1+rM
Di mana, ri 212 sama dengan rsy yang dapat dicari dengan
menggunakan koefisien korelasi product moment, dengan rumus:
nIXY-(lX)(vY)
Axy~
J^-fctflf^-fcY)2
Sugiono, 1997:197Di mana;
X = Bilangan Ganjil
Y = Bilangan Genap
Setelah diperoleh harga rtt, langkah selanjutnya adalah pengujian
signifikansi korelasi Spearmen Brown tersebut dengan menggunakan
statistik uji t, yaitu:
t =
rtt
Vn72
84
Ketentuan: Instrumen dianggap reliabel apabila harga t hitung lebih
besar dari t tabel.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa koefisien korelasi
Spearman-Brown untuk variabel Xi sebesar 0,829. Sedangkan harga t hitung
yang diperoleh sebesar 7,844. Harga ini berada di luar daerah penerimaan
Ho atau harga t hitung (7,844) lebih besar dari harga t tabel (1,701). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen untuk variabel Xi adalah
reliabel pada tingkat kepercayaan 95%.
Sedangkan dari perhitungan reliabilitas variabel X2 diperoleh
keterangan bahwa berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi
Spearman-Brown sebesar 0,813. Sedangkan harga t hitung yang diperoleh
sebesar 7,388. Harga ini berada di luar daerah penerimaan Ho atau harga t
hitung (7,388) lebih besar dari harga t tabel (1,701). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa instrumen untuk variabel X2 adalah reliabel pada tingkat
kepercayaan 95%.
Secara lebih lengkap hasil pengujian reliabilitas instrumen dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL 3.5
HARGA UJI RELIABILITAS INSTRUMEN
Variabel t hitung t tabel Keterangan .
Motif Berprestasi (Xi) 7,844 1,701 Reliabel
Kreativitas (X2) 7,388 1,701 Reliabel
D. Teknik Pe igolahan Data
Teknik pengolahan data diperiukan untuk membuat data penelitian menjadi
85
Sebelum teknik pengolahan data ditempuh, terlebih dahulu dilakukan
pentabulasian data sebagai berikut:
1. Memberikan bobot harga untuk setiap kemungkinan jawaban pada item untuk
setiap variabel penelitian.
2. Memberikan skor pada setiap angket responden dengan cara menjumlahkan
bobot nilai pada setiap item angket responden untuk setiap variabel penelitian.
3. Mengelompokkan skor yang diperoleh responden ke dalam setiap variabel
penelitian.
Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan teknik perhitungan
prosentase skor rata-rata setiap variabel, uji normalitas, analisis regresi linier
sederhana an multipel serta analisis korelasi sederhana dan multipel.
1. Penghitungan Kecenderungan Umum Skor Responden
Penghitungan kecenderungan umum skor responden dari setiap variabel
dimaksudkan untuk mengetahui kecenderungan secara umum jawaban
responden terhadap setiap variabel penelitian, yaitu dengan menggunakan
rumus:
X
P = x 100%
Xid
Keterangan:
P = Prosentase skor rata-rata yang dicari
X = Skor rata-rata setiap variabel
86
Harga rata-rata setiap variabel yang diperoleh dari data tidak bergolong
diperoleh dengan menggunakan rumus:
-
Ix
Keterangan:
X = Harga rata-rata yang dicari
XX = Jumlah Harga untuk Variabel tertentu
n = Banyaknya sampel
2. Pemeriksaan Distribusi Data (Pengujian Normalitas)
Pengujian normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui
sebaran data, apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap pemilihan statistik uji yang dipergunakan, apakah
parametrik atau nonparametrik.
Sebelum dilakukan pengujian normalitas distribusi data, terlebih dahulu
dilakukan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Menetapkan skor yang diperoleh responden dari angket,
b. Menentukan rentang, yaitu:
Rentang = skor tertinggi - skor terrendah
c. Menentukan banyak kelas interval (BK) dengan rumus Sturges, yaitu:
BK=1 +3,3 Log n
d. Menentukan panjang kelas interval (p) dengan menggunakan rumus:
87
e. Membuat distribusi frekeunsi
f.
Mencari harga rata-rata berdasarkan data bergolong, yang dapat diperoleh
dengan menggunakan rumus:
-
2>
g. Mencari simpangan baku dari data bergolong, yang dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus:
nSX-dfxf
i
n(n-l)
s =
Dengan diperolehnya harga-harga di atas, selanjutnya dilakukan pengujian
normalitas distribusi dengan mempergunakan rumus Chi-Kuadrat
(Chi-Square). Rumus tersebut menurut Sudjana (1982:273) adalah:
,
* (Qi-Ei):
x" =2/