• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi ketepatan penentuan kos produksi kain grey dengan metode job order costing pada PT Kusumahadi Santosa ktgtg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi ketepatan penentuan kos produksi kain grey dengan metode job order costing pada PT Kusumahadi Santosa ktgtg"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI KETEPATAN PENENTUAN KOS PRODUKSI KAIN GREY DENGAN METODE JOB ORDER COSTING

PADA PT KUSUMAHADI SANTOSA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi

Oleh :

IKA HESTINING PRAWESTI NIM F 3307155

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

4

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

· Kamu tidak pernah benar-benar kalah hingga kamu berhenti

mencoba.

· Belajarlah dari kesalahan oarng lain, kau tidak pernah dapat hidup

cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri.

· Apa yang kamu simpan untuk dirimu sendiri akan lenyap, apa yang

kamu berikan kepada orang lain akan kamu miliki selamanya.

Penulis persembahkan karya kecil ini kepada mereka yang telah merubah dan memberi warna dalam hidupku.

1. Allah SWT yang telah menciptakan dan memberiku kesempatan hidup di dunia. 2. Ibu dan Bapak tercinta yang telah

mengorbankan segalanya untukku. 3. Adik-adik ku tersayang.

4. Kelinci Madu ku yang menjadi penyemangatku dalam meraih harapan dan cita-cita.

(5)

5

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas seluruh rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir. Penyusunan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan Tugas Akhir dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan, bimbingan serta petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Ibu Sri Murni, SE, MSi, Ak. Selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi.

(6)

6

4. Bapak Suratman, SE, Ak selaku Manajer Logistik PT Kusumahadi Santosa dan Bapak Arief Sudiarto selaku Kepala Pimpinan Bagian Penerimaan Barang yang telah memberikan ijin dan dengan senang hati menerima penulis untuk magang. 5. Ibu Mun, Bapak Heri, Bapak Joko, Bapak Didik, Bapak Budi,

Mas Waris dan Mas Larno yang telah membantu penulis selama magang di PT Kusumahadi Santosa.

6. Seluruh Dosen pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi yang telah menularkan ilmunya dan setia membantu penulis dalam perkuliahan.

7. Bapak, Ibu, dan adik-adikku tercinta yang telah mencurahkan doa, nasehat dan kasih sayang.

8. Kelinci Maduku yang selalu memberikan motivasi dan semangatnya kepada penulis.

9. Phia, Nopie, Jojo, Maia, Wienda, Yeye, dan Hanna yang banyak memberi penulis pelajaran untuk saling menghargai. Thanks girls buat kekompakannya.

10.Puteri, Vieta, Sabrina, Bang Ipul dan Emro yang selalu memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis.

(7)

7

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini sehingga Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Surakarta, 2010

(8)

8

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . . . i

ABSTRAK . . . ii

HALAMAN PERSETUJUAN . . . iii

HALAMAN PENGESAHAN . . . iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN . . . v

KATA PENGANTAR . . . vi

DAFTAR ISI . . . .. . . ix

DAFTAR TABEL . . . xii

DAFTAR GAMBAR . . . xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan . . . 1

1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan . . . 1

2. Tujuan Perusahaan . . . 4

3. Lokasi Perusahaan . . . 5

4. Struktur Organisasi . . . .11

(9)

9

6. Permodalan Perusahaan . . . .21

7. Proses Produksi . . . 21

8. Pembelian dan Pemasaran . . . 28

9. Ketenagakerjaan . . . . . . 32

B. Latar Belakang Masalah . . . 35

C. Perumusan Masalah . . . 38

D. Tujuan Penelitian . . . 38

E. Manfaat Penelitian . . . 39

II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Tinjauan Pustaka . . . 40

1. Pengertian Kos dan Akuntansi Kos . . . 40

2. Pengertian Kos Produksi . . . 41

3. Unsur-unsur Kos Produksi . . . 42

4. Metode Pengumpulan Kos Produksi Barang . . . . . 43

5. Metode Penentuan Kos Produksi Barang . . . 43

6. Karakteristik Metode Job Order Costing. . . 44

7. Penentuan Tarif Kos Overhead Pabrik . . . 50

8. Departemenlisasi Kos Overhead Pabrik . . . .51

9. Kartu Kos Pesanan . . . 52

2. Penyajian Data dan pembahasan . . . 54

1. Penghitungan Kos Produksi Barang Menurut PT Kusumahadi santosa . . . 55

(10)

10

3. Perbandingan Penghitungan Kos Produksi Menurut

Penulis dan Perusahaan . . . 75 III.TEMUAN

A. Kelebihan . . . 76 B. Kelemahan . . . .77 IV.PENUTUP

A. Kesimpulan . . . 79 B. Rekomendasi . . . 80 DAFTAR PUSTAKA

(11)

11

ABSTRACT

EVALUASI KETEPATAN PENENTUAN KOS PRODUKSI KAIN GREY DENGAN METODE JOB ORDER COSTING PADA

PT KUSUMAHADI SANTOSA

Ika Hestining Prawesti F330715

Determination of cost of production became one of the key corporate strategies to obtain maximum benefit so that companies can compete with other companies. The purpose of this study was to find out more about how the determination of production cost gray cloth with job order costing methods performed by PT Kusumahadi Santosa.

The results showed a number of advantages and disadvantages. Company has made the collection and classification into a boarding house boarding house production of raw materials, cost of direct labor and factory overhead cost in order to calculate the cost of producing goods in each order received from the buyer. Its weakness lies in the not-held order card for each order. Besides the company include boarding supervisors and supervisors monitor the general to the direct labor cost that should be charged to the cost of indirect labor (which is a boarding house factory overhead). The company also has not determined factory overhead cost rates which are determined in advance.

The conclusion is that the company uses job order costing methods in determining the cost of production. In addition the company uses as a basis of production cost in setting the sales price or prices, orders received by the company. Counting cost of raw materials made by the companies also have the right that is by multiplying the quantity of raw materials used during the production process at a price per unit of raw material.

Based on this research, the author gives some advice that is, companies should carry out an order card as a record of servants who used to collect boarding each production order. Companies should be charged the cost of monitors and general superintendent in the indirect cost of labor. Factory overhead cost of loading should PT Kusumahadi Santosa carried out using the factory overhead cost rates which are determined in advance.

(12)

12

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

I.1 Jumlah Tenaga Kerja PT Kusumahadi Santosa . . . . . .32

II.1 Kos Bahan Baku PT Kusumahadi Santosa . . . 56

II.2 Kos Tenaga Kerja Langsung PT Kusumahadi Santosa . . . 58

II.3 Kos Listrik PT Kusumahadi Santosa . . . 59

II.4 Kos Overhead Pabrik Sesungguhnya PT Kusumahadi Santosa .. . . 60

II.5 Kos Produksi PT Kusumahadi Santosa . . . 61

II.6 Taksiran Bahan Baku PT Kusumahadi Santosa Tahun 2010 . . . 66

II.7 Taksiran KOP PT Kusumahadi Santosa Tahun 2010 . . . .67

II.8 Pembebanan Kos Overhead Pabrik PT Kusumahadi Santosa . . . .69

II.9 Kos Overhead Pabrik Sesungguhnya. . . . . . 70

II.10 Penghitungan Selisih Kos Overhead Pabrik . . . .71

II.11 Penghitungan Kos Produksi Menurut Penulis . . . 72

(13)

13

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

I.1 Denah/Layout PT Kusumahadi Santosa . . . 8

I.2 Struktur Organisasi PT Kusumahadi Santosa . . . 13

I.3 Proses Produksi Tenun PT Kusumahadi Santosa . . . 22

I.4 Proses Produksi Printing PT Kusumahadi Santosa . . . 26

II.1 Bagan Alir Buku Besar . . . . . . 53

(14)

14

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Pernyataan

Tabel Kos Bahan Penolong PT Kusumahadi Santosa

(15)

15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

(16)

16

Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 4 November 1989 dengan No.C2-10182.HT.01.04, berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak No.1189/PKD/WDJ.08/KJ.1812/1989 pada tanggal 25 Oktober 1989. PT Kusumahadi Santosa telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak mulai tanggal 25 Juli 1989.

Keberadaan PT Kusumahadi Santosa merupakan pengembangan usaha dari Danar Hadi Group yang merupakan salah satu industri batik tulis, cap dan garmen yang mendirikan PT Kusumahadi Santosa yang bergerak dalam bidang pertenunan. Sehubungan denagn meningkatnya usaha PT Kusumahadi Santosa serta keinginan untuk mendapatkan benang sesuai keinginan maka pada tahun 1990, PT Kusumahadi Santosa mengadakan perluasan dengan mendirikan anak perusahaan yaitu PT Kusumaputra Santosa. Perusahaan ini didirikan dengan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan benang terutama bagi kelangsungan proses produksi PT Kusumahadi Santosa.

(17)

17

a. R. H. Santosa b. Danarsih Santosa c. Dra. Mariam Sampurno d. Soehendro Bsc.

(18)

18

2. Tujuan Perusahaan

Tekstil merupakan kebutuhan pokok setiap orang, sejak lahir sampai mati, mudah menggikuti situasi, kondisi dan jamannya. Industri tekstil yang relatif menarik banyak tenaga kerja selalau menjadi perintis industrialisasi bagi negara yang sedang berkembang. Dengan pertumbuhan penduduk atau ekonomi maka permintaan tekstil semakin meningkat tetapi persaingan juga semakin ketat. Oleh karena itu PT Kusumahadi Santosa selalu waspada dan siap menghadapi tantangan dengan selalu memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan melalui peningkatan mutu, pelayanan dan daya saing. PT Kusumahadi Santosa didirikan dengan tujuan sebagai berikut :

a. Membantu pemerintah dalam rangka menunjang pembangunan, khususnya dalam bidang pengadaan sandang untuk kebutuhan masyarakat.

b. Ikut serta mendukung program pemerintah dalam rangka penciptaan lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. c. Memperoleh keuntungan yang diharapkan dari kegiatan dan operasi

yang dilakukan oleh perusahaan.

d. Membantu pendapatan daerah setempat.

(19)

19

f. Menciptakan suatu iklim persaingan usaha yang sehat untuk memicu peningkatan mutu produk sehingga dapat bersaing didalam pasar yang lebih luas.

g. Meningkatkan sumber daya manusia yang berlatih, disiplin yang tinggi, mampu bekerja keras dalam menghadapi ketatnya persaingan dibidang tekstil.

h. Dengan mutu hasil produksi yang baik, diharapkan dapat menjadi salah satu kompetitor dalam usaha perdagangan yang lebih luas, sehingga dapat diterima tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara lainnya.

3. Lokasi Perusahaan

Lokasi perusahaan merupakan faktor penting untuk perkembangan dan tercapainya tujuan yang diinginkan perusahaan. PT Kusumahadi Santosa terletak di bagian timur kota Solo kurang lebih 10 km dari pusat kota, tepatnya di Jl. Raya Solo-Tawangmangu Km 9,4 Jaten, Karanganyar, Surakarta dengan laus areal tanah sebagai berikut :

-Luas tanah bangunan : 70.986 m2 -Luas bangunan kantor : 12.245 m2

-Luas tanah : 47.140 m2

-Luas perumahan : 41.140 m2

(20)

20

a. Tenaga kerja

Lokasi perusahaan terletak dibeberapa kecamatan, antara lain Karanganayar, Mojolaban, dan Tasikmadu sehingga tidak terlalu sulit dalam memperoleh tenaga kerja dari lingkunagan sekitar yang sesuai dengan keinginan perusahaan.

b. Transportasi

Sarana transportasi untuk pemasaran maupun supply bahan baku mudah karena jalur transportasi darat, laut dan udara sudah cukup memadai serta dekat dengan lokasi perusahaan, yaitu banadara udara Adi Sumarmo dan pelabuhan Tanjung Mas Semarang.

c. Bahan Baku

PT Kusumahadi Santosa memperoleh sebagian bahan baku dari PT Kusumaputra Santosa, dari pemasok-pemasok di daerah Surakarta dan sebagian dari luar negeri. Letak perusahaan yang strategis memungkinkan mendatangkan bahan baku dalam waktu yang tepat dan memudahkan pengangkutan suku cadang yang umumnya berasal dari luar negeri.

d. Sumber Energi

(21)

21

e. Perijinan perusahaan

Perijinan dalam mendirikan perusahaan tidak terlalu sulit, karena di daerah ini telah ada beberapa perusahaan yang telah berdiri sebelum PT Kusumahadi Santosa dan dianggap cocok sebagai kawasan industri.

f. Umah Minimum Regional (UMR)

Biaya hidup di Surakarta relatif rendah, sehingga UMR yang ditetapkan pemerintah dapat dikatakan rendah bila dibandingkan dengan kawasan industri lain, seperti Jakarta, Semarang, Surabaya dan sebagainya.

g. Pengembangan Perusahaan

(22)

22

Gambar I.1

Denah/Layout PT. Kususmahadi Santosa

dan PT. Kusumaputra Santosa A

G

Aa Ab

B C’

A B E F H A K L U K V W A

M N O

I J

R O O O P O Q Z

G H P K

Q1 Q1 Q O

(23)

23

Keterangan gambar:

A : Pos Satpam

Aa : Gudang bahan baku

Ab : Departemen Spinning

B : Deparetemen Personalia

C : Kantor Personalia

C1 : Departemen Pemasaran

D : Poliklinik

E : Kantor PPC

F : Kantor SPSI

G : Kantin

H : Mushola

H1 : Kantor Kepala Divisi

I : Departemen Weaving I

J : Departemen Pretreatment/ Finishing

K : Tempat parker

(24)

24

M : Gudang kain printing

N : Sumber air

O : Boiler

P : Tempat istirahat (bale-bale)

Q : Departemen Utility

Q1 : Bengkel

R : Gudang Kain Grey

S : Inspecting Departemen Weaving I

T : Gudang Bahan Baku Departemen Printing

U : Gardu Listrik

V : Laboratorium UPL

W : UPL Kimia-Fisika

X : Departemen Printing

Y : Departemen Weaving II

(25)

25

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, mauapun oarang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS) sesuai dengan akte Notaris Maria Theresia Budi Santosa, maka susunan pengurus PT Kusumahadi Santosa adalah sebagai berikut :

Dewan Komisaris : R.H. Santosa Daellah

Hj. Danarsih Santosa Hj. Diana Hariadi, SE H. Dian Santosa Ir. Soemarmo, Msc

Direktur Utama : Dewanto Kusuma Wibowo,SE

Wakil Direktur Utama : Ir. Sofian, MBA

Direktur Peamasaran : Ir. Etti Soebanario, MM

Kepala Divisi Produksi : Ir. Budihardjo Kepala Divisi Pemasaran I : Ir. Linda Sitompul Kepala Devisi Pemasaran II : Fairus Zabadi

Manajer Logistik : Suaratman, SE

Manajer Umum dan Personalia : Wahyu Cahyo Wibowo,SE,SH

(26)

26

Manajer Spinning : Sumantoro

Manajer Weaving I & II : Ndondon Hartono

Manajer Pretreatment : Rizal MK

Manajer Persiapan Printing : Yusuf Wijayanto Manajer Produksi Printing : Agus Wuryanto

Manajer Desainer : Drodjol Purwanto

Manajer EDP : Deddy Setiabudi

Manajer Pemasaran I : Rachmat S

Manajer Pemasaran II : Ir. Didik Sulartono

(27)

1

Pemegang Saham

Dewan Komisaris

Direktur Utama

Wakil Direktur Utama

Umum & Keu Produksi Pemasaran

Kadiv Umum & Keu Manajer Utility Kadiv Produksi

Kadiv Pemasaran I Kadiv Pemasaran II

Manajer Pemasaran I Manajer Pemasaran II Manajer:

1. Spinning 2. Weaving 1 & 2 3. Pretreatment 4. Pers. Printing 5. Produksi Printing

6. Desainer

Manajer:

1. Logisitk 2. Umum dan

Personalia 3. Keuangan 4. EDP

Gambar I.2

(28)

1 5. Deskripsi Jabatan

Deskripsi jabatan merupakan pernyataan tertulis dari apa yang dilakukan oleh seorang pemangku jabatan, bagaimana pekerjaan itu dilakukan, dan mengapa dilakukan. Dari struktur organisasi yang telah dikemukakan diatas, maka deskripsi jabatan PT Kusumahadi Santosa adalah sebagai berikut:

a. Pemegang Saham

Pemegang saham merupakan orang -orang yang mempunyai hak dalam kepemilikan perusahaan. Dalam kegiatan operasional, pemilik saham memiliki wewenang penuh dalam rangka pengangkatan dan pemberhentian anggota komisaris melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diadakan minimal sekali dalam setahun.

b. Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan badan tertinggi dalam organisasi perusahaan yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Adapun tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris sebagai berikut:

1) Mengawasi dan menertibkan pelaksanaan tujuan perusahaan berdasarkan kebijakan umum yang telah ditetapkan.

(29)

2

3) Mempertimbangkan dan menyetujui rancangan anggaran perusahaan dan rencana kerja untuk tahun buku baru yang diusulkan oleh direksi.

4) Menandatangani surat-surat penting sesuai dengan wewenang yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan.

5) Mengusahakan agar tujuan-tujuan perusahaan seperti yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

6) Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham dalam hal pembebasan tugas dan kewajiban direksi.

7) Berdasarkan perkembangan yang terjadi, Dewan Komisaris bertugas menyempurnakan kembali kebijakan-kebijakan umum perusahaan yang telah ditetapkan.

c. Direktur Utama

Direktur Utama merupakan pejabat tertinggi yang bertugas memimpin, mengawasi, serta menilai hasil sasaran perusahaan dan dalam pelaksanaan tugasnya bersama-sama dengan wakil direktur dan direktur-direktur lain yang berada dibawahnya.

Tugas dan tanggung jawab Direktur Utama adalah:

(30)

3

2) Memimpin rapat direksi dan mengkoordinasikan rencana yang diusulkan para direktur dengan memperhatikan kebijakan umum perusahaan yang telah ditetapkan.

3) Bersama direksi lain mempunyai wewenang mengangkat para pejabat perusahaan.

4) Mempertanggung jawabkan seluruh hasil kegiatan perusahaan yang telah terlaksana kepada Dewan Komisaris.

d. Wakil Direktur Utama

Wakil Direktur Utama bertugas membantu Direktur Utama dalam melaksanakan tugas harian.

e. Direktur Pemasaran

Direktur pemasaran bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama dan membawahi Kepala Divisi Pemasaran I & II. Tugas dan tanggung jawab Direktur Pemasaran adaalah sebagai berikut:

1) Membuat kontrak penjualan dengan pembeli luar negeri dan dalam negeri.

2) Menetapkan rencana penjualan jangka pendek dan jangka panjang.

3) Melaporkan realisasi rencana penjualan bulanan kepada Direktur Utama pada saat rapat direksi.

(31)

4

f. Kepala Divisi Produksi

Kepala Divisi Produksi bertanggung jawab langsung kepada Direktur Produksi. Tugas dan tanggung jawab Kepala Divisi Produksi adalah sebagai berikut:

1) Merencanakan, mengatur, dan mengawasi pengadaan bahan produksi serta barang-barang lain untuk menjamin kelancaran proses produksi sesuai pesanan dari bagian pemasaran.

2) Senantiasa mengikuti perkembangan produksi dan mengusahakan agar diadakan peningkatan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas produk yang dihasilkan.

Selain itu, Kepala Divisi Produksi juga berkewajiban untuk mengkoordinasi dan mengawasi bawahannya, yaitu:

1) Manajer Spinning, bertanggung jawab atas kualitas dan proses produksi pemintalan secara keseluruhan, merencanakan besarnya volume produksi, dan mengawasi pelaksanaan produksi menurut standar.

2) Manajer Weaving 1 dan 2, bertanggung jawab atas proses produksi penenunan secara keseluruhan.

(32)

5

4) Manajer Persiapan Printing, bertanggung jawab mempersiapkan segala proses persiapan di departemen printing.

5) Manajer Produksi Printing, bertanggung jawab atas berlangsungnya proses produksi printing.

6) Manajer Desainer, bertanggung jawab mendesain atau merancang motif kain yang akan diproduksi.

g. Kepala Divisi Pemasaran

Kepala Divisi Pemasaran bertanggung jawab langsung kepada Direktur Pemasaran dan membawahi langsung Manajer Pemasaran. Tugas dan tanggung jawab Kepala Divisi Pemasaran adalah sebagai berikut:

1) Membawahi langsung Manajer Pemasaran yang bertanggung jawab mengelola dan memasarkan barang-barang hasil produksi untuk dipasarkan baik untuk pangsa pasar dalam negeri maupun luar negeri.

(33)

6

h. Bagian Umum dan Keuangan 1) Manajer Logistik

Manajer Logistik merupakan bagian dari Bagian Umum dan Keuangan. Memiliki tanggung jawab dalam hal pengadaan barang, mengawasi kelancaran pengadaan barang, dan memenuhi perbekalan untuk kebutuhan perusahaan secara umum.

2) Manajer Umum dan Personalia

Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Umum dan Keuangan. Memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

a)Memperlancar perkembangan perusahaan dan kesejahteraan pegawai serta menentukan urusan kepegawaian.

b)Mencari dan menyeleksi tenaga kerja yang sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan.

c)Melakukan administrasi kepegawaian. d)Melakukan pembayaran gaji pegawai.

(34)

7

3) Manajer Keuangan dan Akuntansi

Manajer Keuangan dan Akuntansi memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

a)Mengurusi bidang keuangan (sirkulasi dalam perusahaan). b)Melakukan pembayaran gaji kepada karyawan.

c)Menyalin laporan keuangan bagi pihak yang bersangkutan dalam perusahaan.

4) Manajer EDP

Bertanggung jawab dalam memproses berbagai data yang ada dalam perusahaan.

5) Manajer Utility

Bertanggung jawab langsung kepada Direktur Produksi dan bertugas memelihara mesin dan pengadaan diesel serta listrik yang akan digunakan untuk kelangsungan proses produksi. 6) Kepala Seksi (Kasie)

Bertanggung jawab kepada Manajer atas pekerjaan yang dilaksanakan dan membawahi langsung karyawan.

7) Kepala Urusan (Kaur)

(35)

8

8) Kepala Regu (Karu) atau Group Leader

Bertanggung jawab kepada Kepala Urusan dan mengurusi masalah di lapangan serta turun langsung di lapangan.

6. Permodalan Perusahaan

PT Kusumahadi Santosa merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN), modal pendirian dipegang oleh keluarga H. Santosa sebagian besar digunakan untuk menyediakan sarana-sarana berupa mesin-mesin produksi dan peralatan pengujian laboratorium dari Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang. Sedangkan pemanfaatan modal lainnya digunakan untuk mendirikan sarana penunjang perusahaan, seperti penyediaan lahan, pembangunan gedung-gedung dan perkantoran, ruang produksi dan sarana-sarana lainnya.

7. Proses Produksi

Proses produksi di PT Kusumahadi Santosa melalui dua departemen produksi, yaitu departemen weaving (departemen tenun) dan departemen printing. Departemen weaving menangani proses penenunan bahan baku benang menjadi kain mentah (grey). Departemen printing menangani proses pemberian corak kain grey menjadi kain batik.

(36)
[image:36.595.193.542.128.652.2]

9

Gambar I.3

Proses Produksi Tenun di PT Kusumahadi Santosa Benang

Palet (lebar)

Kain Putih Finishing / Pemutihan

Kain Grey Baik Inspecting / Folding

Main Grey / Roll Mesin Tenun (Loom) Cucuk

(37)

10

Proses produksi kain grey pada departemen weaving di PT Kusumahadi Santosa adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pembuatan Benang Lusi dan Pakan

Benang lusi adalah benang yang memanjang atau membujur dalam proses penenunan. Benang digulung ke dalam alat yang disebut boom warping, kemudian diadakan penarikan benang untuk menyusun benang yang disesuaikan dengan banyaknya benang pada lebar kain.

Benang pakan adalah benang yang menyilang atau menganyam dalam proses penenunan. Benang pakan diproses melalui mesin kelos dan mesin palet. Benang dimasukkan ke dalam mesin kelos, kemudian benang yang sudah dikelos tersebut diteruskan ke mesin palet yang akan menggulung benang ke dalam kayu klinting. Kayu klinting yang telah berisi benang dipindahkan ke bagian penenunan bersama-sama.

b. Tahap Penghanian (Warping)

(38)

11

c. Tahap Penganjian (Sizing)

Tahap ini berfungsi untuk menguatkan benang, sehingga pada saat ditenun benang tidak mudah putus. Caranya, yaitu benang yang telah disiapkan dari tahap warping dimasukkan ke dalam mesin stalk dan dicampur dengan obat yang dapat menguatkan benang. Obat dan bahan pendukung untuk menguatkan benang adalah acrylic, stracth, tapioca, lilin, dan air.

d. Tahap Cucuk (Racing)

Tahap ini merupakan proses pemasukan benang lewat mata jarum ke sisir / gun. Jumlah mata sisir tergantung dari jumlah yang tersedia dari proses kanji dan selanjutnya dipasangkan ke mesin tenun.

e. Pemaletan

Proses penggulungan benang untuk menentukan panjang benang yang melintang lebar pada kain yang akan di tenun.

f. Tahap Penenunan

(39)

12

benang pakan. Para operator akan terus menerus mengawasi kelancaran proses penenunan.

Tugas operator tenun ini adalah menyambung secepat mungkin yang putus (mesin akan berhenti secara otomatis kalau ada benang yang putus) dan memeriksa serta memasukkan teropong benang pakan jika perlu diganti teropong yang baru. Output dari mesin tenun secara otomatis akan menggulung.

g. Tahap Penyelesaian

Tahap ini adalah penyempurnaan dari tahap sebelumnya. Pada tahap ini akan dilakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:

1) Inspeksi (Inspection)

Inspeksi (inspection) adalah memeriksa kain dari mesin tenun apa ada kain yang cacat dan perlu diperbaiki.

2) Perbaikan (Repairing)

Perbaikan (Repairing) adalah memperbaiki anyaman yang rusak / dobel.

3) Smashing

Smashing adalah membersihkan sisa-sisa benang pada kain.

4) Folding

(40)
[image:40.595.256.386.159.460.2]

13

Gambar I. 4

Proses Produksi Printing PT Kusumahadi Santosa Kain Putih

Sablon

Pengeringan (Drying)

Penghalusan Steaming

(41)

14

Proses selanjutnya adalah proses printing. Proses ini terdiri dari lima tahap, yaitu:

1) Sablon

Merupakan proses pemberian motif dan memberian warna pada kain.

2) Steaming

Merupakan proses untuk menguatkan warna sehingga pada waktu dicuci tidak luntur.

3) Pencucian

Pencucian kain dengan menggunakan air dingin, kemudian dicuci dengan menggunakan air panas dan dicuci lagi dengan air dingin.

4) Pengeringan (Drying)

Merupakan proses pengeringan kain.

5) Penghalusan

Setelah kering, kain dihaluskan agar rapi dan kain siap untuk dipasarkan.

(42)

15

1) Mesin weaving sebanyak 1492 buah, yang berkapasitas 5.000.000 m/bulan, dengan kualitas 100 % cotton dan 100 % rayon.

2) Mesin finishing yang berkapasitas 2.100.00 m/bulan. 3) Mesin dying dengan kapasitas 400.000 m/bulan.

4) Mesin printing (1 chiroist, 12 warna, dan stork) yang berkapasitas 1.200.000 m/bulan.

8. Pembelian dan Pemasaran

Pembelian yang dilakukan PT Kusumahadi Santosa meliputi pembelian bahan baku, pembelian bahan pembantu, dan pembelian suku cadang.

a. Pembelian Bahan Baku

Pembelian bahan baku PT Kusumahadi Santosa dilakukan untuk melayani unit produksi. Bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi PT Kusumahadi Santosa berupa benang dan kanji yang terdiri dari:

1) Benang katun (cotton) nomor 12, 20, 30, 40, 42, 50, dan 60 2) Benang rayon nomor 30

(43)

16

b. Pembelian Bahan Pembantu

Bahan pembantu produksi adalah bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi selain bahan baku. Bahan pembantu meliputi bahan untuk pengepakan dan bahan penunjang untuk proses produksi sehingga hasil produksi tersebut siap dipasarkan. Persediaan bahan pembantu diadakan oleh bagian logistik setelah mendapat permintaan dari bagian produksi. Bahan pembantu yang dibutuhkan PT Kusumahadi Santosa dalam aktivitas produksinya antara lain: 1) Chemical, bahan pembantu ini terdiri dari zat warna dan zat

pembantu.

2) Paper Cone, bahan pembantu ini digunakan untuk menggulung benang yang telah dipintal. Paper cone ini tersedia dalam berbagai macam warna, penggunaannya disesuaikan dengan jenis benang.

3) Layer Box, bahan pembantu ini berupa selembar kardus yang berlubang-lubang, yang digunakan untuk menata benang setelah digulung pada paper cone.

(44)

17

5) Klem Black Zink dan Tali Rafia, bahan pembantu ini dipergunakan untuk mengepak benang yang telah dimasukkan ke dalam box.

6) Straping Band, bahan pembantu ini berupa perekat sejenis lakban yang digunakan untuk menutup box packing sekaligus sebagai tanda bagi setiap jenis benang berdasar warna.

c. Pembelian Suku Cadang

Suku cadang mesin yang digunakan PT Kusumahadi Santosa pengadaannya dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa. Terdapat beberapa suku cadang yang tidak dapat ditemukan di Indonesia, sehingga PT Kusumahadi Santosa mengimpor langsung dari supplier di luar negeri.

Dalam melakukan pemasaran produk, PT Kusumahadi Santosa perlu menentukan luas pasar, tidak hanya sekarang ini, tetapi juga untuk pasar-pasar potensial. Terdapat beberapa kebijakan yang menjadi acuan dari sistem pemasaran yang dilakukan di PT Kusumahadi Santosa, yaitu:

1) Kebijakan Harga

(45)

18

2) Kebijakan Distribusi dan Daerah Pemasaran

Pangsa pasar maupun konsumen potensial merupakan obyek pendistribusian produk PT Kusumahadi Santosa. Peluang untuk meraih pangsa pasar tersebut dilakukan dengan pemilihan daerah potensial bagi pemakai produk. Secara garis besar, obyek pendistribusian produk tersebut meliputi Jakarta, Semarang, Surabaya, Solo, dan Bali. Selain itu juga dipasarkan pada pasar internasional di antaranya adalah Jerman, Amerika Serikat, dan Brazil juga beberapa negara UEA (Uni Emirat Arab) meliputi Arab, Turki, dan Dubai. Selain itu juga merambah kawasan Asia seperti Malaysia dan Singapura.

3) Kebijakan promosi

Promrosi adalah kegiatan untuk memperkenalkan produk pada konsumen yang ada maupunkonsumen potensial. Dalam hal ini, PT Kusumahadi Santosa menempuh beberapa cara yang dirasa efektif dalam melakukan pemasaran produknya. Promosi yang dilakukan antara lain adalah:

a) Mengikuti pameran dagang yang biasa dilakukan setiap setengah tahun sekali atau dalam satu tahun sekali.

(46)

19

9. Ketenagakerjaan

[image:46.595.177.511.337.565.2]

PT Kusumahadi Santosa dalam menjalankan opersionalnya mempunyai tenaga kerja sebanyak 1259 orang, yang terdiri dari karyawan dari masing-masing departemen. Berikut jumlah tenaga kerja PT Kusumahadi Santosa.

Tabel I.1

Jumlah Tenaga Kerja PT Kusumahadi Santosa

Departemen Laki – Laki Perempuan Jumlah

Weaving I 191 166 357

Weaving II 125 159 284

PPC 1 2 3

Printing 244 46 290

Finishing 81 20 101

Utility 59 1 60

Pemasaran 58 5 63

Pemasaran Printing 3 3 6

Logistik 11 5 16

Akuntansi 8 5 13

Umum dll 60 6 66

Jumlah 841 418 1259 Sumber : PT Kusumahadi Santosa

a. Pengaturan Waktu dan Tenaga Kerja

(47)

20

1)Shift Produksi

a) Shift Pagi : 06.00 – 14.00

b) Shift Siang : 14.00 – 22.00 c) Shift Malam : 22.00 – 06.00 d) Waktu Istirahat : 60 menit 2)Shift Keamanan

a) Shift Pagi : 07.00 – 14.00

b) Shift Siang : 15.00 – 23.00 c) Shift Malam : 23.00 – 07.00 d) Waktu Istirahat : 60 menit 3)Normal Shift / Sopir

Waktu Istirahat : 60 menit 4)Pekerja non Shift

a) Senin s/d Jumat : 08.00 – 16.30 b) Waktu Istirahat : 60 menit

c) Sabtu : 08.00 – 11.00 (tanpa istirahat) Pada hari Jumat waktu istirahat 90 menit untuk semua karyawan. b. Kerja Lembur

(48)

21

1)Setiap karyawan yang bekerja lebih dari 7 jam per hari atau 40 jam dalam seminggu, maka kelebihan jam kerja dari batas tersebut diperhitungkan sebagai kerja lembur.

2)Kerja lembur hanya dibenarkan atas perintah atau persetujuan perusahaan atau pimpinan yang berwenang. Bagi karyawan yang bekerja lembur tanpa perintah atau persetujuan dari pihak yang berwenang, maka tidak akan mendapat upah lembur.

3)Kerja lembur dilakukan jika terdapat pekerjaan yang tidak mungkin diselesaikan dalam jam kerja normal dan memerlukan penyelesaian segera untuk kepentingan kelancaran produksi. c. Pengupahan

1)Dasar Pengupahan

Upah yang diberikan pada PT Kusumahadi Santosa telah disesuaikan dengan standar kerja 7 jam sehari atau 40 jam dalam waktu seminggu sebesar Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku.

2)Sistem Pengupahan

(49)

22

3)Kesejahteraan Karyawan

PT Kusumahadi Santosa menyediakan fasilitas dan jaminan untuk para karyawan, staf, dan pimpinan perusahaan, anatara lain: a) Perusahaan menyediakan poliklinik dan dokter di perusahaan. b) Karyawan beserta keluarga dapat berobat ke dokter perusahaan

secara gratis.

c) Perusahaan memberikan servis makan gratis waktu jam istirahat.

d) Perusahaan menyediakan koperasi karyawan.

e) Perusahaan membantu biaya sakit, kelahiran dan pernikahan. f) Perusahaan memberikan pakaian seragam 2 stel setiap tahun

bagi karyawan.

B. Latar Belakang Masalah

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan utamanya mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan kos yang dikeluarkan dalam proses produksi tersebut akan membentuk kos produksi.

(50)

23

Dalam perusahaan manufaktur ada dua metode pengumpulan kos produksi yang dapat digunakan, yaitu metode process costing dan metode job order costing. Metode process costing digunakan oleh perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang memiliki karakteristik serupa (bersifat homogen), sedangkan metode job order costing sesuai untuk perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang memiliki spesifikasi berbeda (bersifat heterogen) dan atas dasar pesanan.

Dalam metode process costing, penentuan kos produksinya dilakukan setiap akhir periode dengan cara mengumpulkan semua kos produksi pada periode tersebut, sedangkan kos produksi per unit dihitung dengan cara membagi total kos produksi dalam periode tersebut. Jika menggunakan metode job order costing, kos produksinya ditentukan dengan cara mengumpulkan semua kos atas pesanan tertentu dan kos produksi per unit dihitung dengan cara membagi total kos produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.

(51)

24

pesanan yang diterima. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat memperkirakan kos produksi suatu produk ketika perusahaan menerima permintaan atas pesanan produk tertentu.

(52)

25

Atas dasar hal tersebut maka penulis tertarik untuk menjadikan masalah tersebut sebagai fokus penelitian dengan judul “EVALUASI KETEPATAN PENENTUAN KOS PRODUKSI KAIN GREY

DENGAN METODE JOB ORDER COSTING PADA PT

KUSUMAHADI SANTOSA”.

C. Perumusan Masalah

Latar belakang masalah di atas, mendasari perumusan masalah dalam penelitian yang dapat dinyatakan seperti berikut ini.

1. Apakah pengumpulan dan penghitungan kos produksi yang meliputi kos bahan baku, kos tenaga kerja dan kos overhead pabrik pada PT Kusumahadi Santosa telah dilakukan dengan tepat?

2. Apakah kos produksi untuk produk kain grey yang dihasilkan pada PT Kusumahadi Santosa telah dihitung dan ditetapkan secara tepat?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan yang dapat dinyatakan sebagai berikut ini.

(53)

26

2. Mengetahui kos produksi untuk produk yang dihasilkan pada PT Kusumahadi Santosa telah dihitung dan ditetapkan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai hubungan antara teori perhitungan kos produksi dengan metode job order costing dalam penerapannya di dunia nyata.

b.Mengetahui secara langsung penerapan metode job order costing dalam menentukan kos produksi kain grey pada PT. Kusumahadi Santosa.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan besarnya kos overhead pabrik yang dimasukkan ke kos produksi barang sehingga tingkat kos produksi barang dan harga jual lebih akurat.

3. Bagi Pembaca

a. Untuk menambah wawasan mengenai penerapan metode job order costing dalam menentukan harga pokok produksi pada PT. Kusumahadi Santosa.

(54)

27

BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Kos dan Akuntansi Kos

Istilah kos (cost) berarti suatu jumlah rupiah yang diproses (diukur dan dicatat, dipecah, digabungkan dengan kos yang lain, dialokasi, diringkas, dan sebagainya) yang akhirnya akan menjadi dasar penyusunan laporan keuangan (Suwardjono, 2003: 15).

Kos dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu, sedangkan kos dalam arti sempit adalah perngorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva (Mulyadi, 2009: 8-9). Pengertian tersebut mengandung arti bahwa kos merupakan sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu kos biasanya diukur dengan jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa.

(55)

28

secara sistematis, serta menyajikan informasi kos dalam bentuk laporan kos (Supriyono, 1982: 10).

Akuntansi kos adalah mengidentifikasikan, mendefinisikan, mengukur dan melaporkan, dan menganalisis berbagai unsur kos langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan produksi serta pemasaran barang dan jasa. Akuntansi kos juga mengukur kinerja, kualitas produk, dan produktivitas (Rayburn, 1999: 3).

Tujuan pokok akuntansi kos menurut Horngren et. Al. (1998: 4) adalah sebagai berikut.

a. Pengendalian kos

Perusahaan melakukan pengendalian kos dengan cara melakukan evaluasi atas kegiatan manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan berusaha memaksimumkan output yang dihasilkan perusahaan dengan kos yang serendah mungkin.

b. Penetapan kos produksi barang yang dihasilkan perusahaan

Hal ini merupakan tujuan utama dalam akuntansi kos. Perusahaan harus mengetahui kos produksi barang dari barang yang dihasilkan untuk mengetahui nilai persediaan, harga jual dan profitabilitas perusahaan.

c. Penetapan kos produksi barang untuk keseluruhan rantai aktivitas perusahaan yang akan digunakan dalam rangka penentuan harga dan bauran produk.

Tujuan pengklasifikasian kos menurut Horngren et. Al. (1998: 4) adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan laba melalui penganggaran

b. Pengawasan kos melalui akuntansi pertanggungjawaban

c. Penilaian laba tahunan atau berkala termasuk penilaian persediaan d. Membantu dalam menetapkan harga jual dan kebijakan harga

(56)

29

Menurut Horngren (2008: 3), kos produksi yaitu mengukur, menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan dan nonkeuangan yang terkait dengan kos perolehan atau penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi, sedangkan menurut Hanggana (2007: 3), kos produksi adalah semua kos untuk membuat satu unit barang jadi, yang meliputi kos bahan baku, kos tenaga kerja langsung, dan kos overhead pabrik. Kos produksi merupakan jumlah rupiah atau kos yang melekat pada barang jadi yang diproduksi dalam suatu periode dan ditransfer ke gudang barang jadi (Suwardjono, 2003: 295).

3. Unsur-unsur Kos Produksi

Ditinjau dari kegiatan produksi perusahaan manufaktur, kos produksi terdiri dari tiga komponen yang diuraikan sebagai berikut ini (Suwardjono, 2003: 295-297).

a. Kos Bahan Baku

Kos bahan baku merupakan jumlah rupiah (kos) yang melekat pada bahan baku yang dimasukkan dalam produksi. Kos bahan baku terdiri atas semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh bahan baku sampai bahan baku siap diproduksi. Harga bahan baku, kos pengangkutan pembelian bahan baku, potongan dan kembalian pembelian merupakan pos-pos yang membentuk kos bahan baku.

b. Kos Tenaga Kerja (Direct Labor Cost)

Kos tenaga kerja merupakan kos yang melekat pada atau berkaitan dengan tenaga kerja langsung. Yang membentuk kos tenaga kerja langsung biasanya tidak hanya gaji atau upah saja tetapi termasuk pengeluaran lain yang berkaitan dengan tenaga kerja (labor-related cost) misalnya uang lembur, tunjangan, iuran pensiun, asuransi kesehatan dan sebagainya.

(57)

30

Kos overhead pabrik merupakan jumlah rupiah yang melekat pada fasilitas fisik dan penunjang dalam memproduksi barang. Yang dimasukkan dalam kategori ini biasanya adalah barang dan jasa secara fisik tidak mudah ditentukan kelekatannya terhadap produk. Barang dan jasa yang masuk sebagai komponen overhead pabrik antara lain adalah:

1) Tenaga kerja tidak langsung 2) Depresiasi bangunan

3) Depresiasi mesin dan perlengkapannya 4) Bahan habis pakai pabrik (factory supplies) 5) Listrik dan air yang digunakan dalam pabrik 6) Asuransi untuk fasilitas pabrik

7) Bahan Penolong

4. Metode Pengumpulan Kos Produksi Barang

Pengumpulan kos produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, metode pengumpulan kos produksi barang dibagi menjadi dua (Mulyadi, 2009: 17), yaitu:

a. Metode kos pesanan ( job order cost )

Dalam metode ini kos-kos produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan kos produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total kos produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.

b. Metode kos proses (process cost method)

Dalam metode ini kos-kos produksi dukimpulkan untuk periode tertentu dan kos produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total kos produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode bersangkutan.

5. Metode Penentuan Kos Produksi Barang

Metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur kos ke dalam kos produksi. Terdapat dua metode penentuan kos produksi barang (Mulyadi, 2009: 17-18) yaitu:

(58)

31

Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur kos produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari kos bahan baku, kos tenaga kerja langsung dan kos overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur kos prduksi berikut.

Kos bahan baku Rp xx

Kos tenaga kerja Rp xx

Kos overhead pabrik varaibel Rp xx

Kos overhead pabrik tetap Rp xx

Kos produksi Rp xx

b. Variable Costing

Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan kos produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari kos bahan baku, kos tenaga kerja langsung dan kos overhead pabrik variabel. Kos produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur kos produksi berikut.

Kos bahan baku Rp xx

Kos tenaga kerja Rp xx

Kos overhead pabrik variabel Rp xx

Kos produksi Rp xx

6. Karakteristik Metode Job Order Costing

Metode pengumpulan kos produksi dengan metode job order costing memiliki karakteristik sebagai berikut (Suwardjono, 2003: 331).

a. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk atas dasar order melalui satu departemen produksi.

b. Perusahaan menggunakan metode perpetual untuk merunut aliran kos produksi beserta dokumen pendukungnya.

c. Kos diakumulasi untuk tiap pekerjaan secara individual.

d. Manajemen berkepentingan untuk memperoleh informasi tentang status tiap pekerjaan setiap saat memerlukannya.

e. Manajemen juga membutuhkan laporan kos produksi secara keseluruhan dan perodik untuk kepentingan internal (atas dasar kos normal) dan eksternal (atas dasar kos aktual).

f. Penjurnalan transaksi produksi ke buku besar umum (akun barang dalam proses) dilakukan secara periodik atas dasar rekapitulasi bukti transaksi (bon permintaan barang dan kartu jam pekerjaan).

(59)

32

h. Digunakan akun kendali overhead pabrik untuk menggabungkan semua pos-pos overhead pabrik.

Dengan karakteristik metode job order costing di atas, manajemen berkepentingan untuk memperoleh informasi kos untuk tiap pekerjaan. Data kos pekerjaan secara individual bermanfaat bagi manajemen untuk (Suwardjono, 2003: 330):

a. Penetapan harga jual produk pada saat perusahaan menerima sales inquiry atau order khusus.

b. Mengajukan proposal tender untuk pekerjaan serupa di masa datang. c. Mengevaluasi ketepatan kos taksiran dengan kos yang sesungguhnya

terjadi.

d. Membandingkan pekerjaan yang sedang berjalan dengan pekerjaan serupa yang pernah dikerjakan untuk evaluasi kinerja pegawai dan efisiensi.

e. Membandingkan kualitas dan kos pekerjaan perusahaan lain untuk pengembangan strategi pemasaran.

f. Menganalisis waktu penyelesaian produk untuk penentuan taksiran tanggal selesainya pekerjaan tiap kali ada order serta untuk tujuan perencanaan dan penjadwalan produksi.

Setelah diuraikan karakteristik metode job order costing, selanjutnya akan diuraikan penjurnalan pembelian bahan baku, pemakaian bahan baku, kos tenaga kerja, pembayaran gaji dan upah, kos overhead pabrik, kos produk jadi dan kos produk dalam proses.

a. Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong

Persediaan Bahan Baku Rp xxx -

Persediaan Bahan Penolong Rp xxx -

Utang Dagang - Rp xxx

(60)

33

Gaji dan Upah Rp xxx -

Utang Gaji dan Upah - Rp xxx

c. Pemakaian Bahan Baku Dan Bahan Penolong

Pemakaian Bahan Baku:

Barang Dalam Proses-Kos Bahan Baku Rp xxx -

Persediaan Bahan Baku - Rp xxx

Pemakaian Bahan Penolong:

Kos Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx -

Persediaan Bahan Penolong - Rp xxx

d. Pencatatan Pendistribusian Kos Gaji dan Upah

BDP-Kos Tenaga Kerja Langsung Rp xxx -

KOP Sesungguhnya Rp xxx -

Kos Adminstrasi dan Umum Rp xxx -

Kos Pemasaran Rp xxx -

Gaji dan Upah - Rp xxx

e. Pencatatan Pembayaran Gaji dan Upah

Utang Gaji dan Upah Rp xxx -

Kas - Rp xxx

f. Pencatatan Kos Overhead Pabrik

1) Yang Timbul dari Kas

(61)

34

Gaji TKTL - Rp xxx

Reparasi & Pemeliharaan Bangunan - Rp xxx Reparasi & Pemeliharaan Mesin - Rp xxx

2) Akhir Tahun/Bulan Sesungguhnya

KOP Sesungguhnya Rp xxx -

Akumulasi Depresiasi Mesin - Rp xxx

Akumulasi Depresiasi Bangunan - Rp xxx

Kos Telepon - Rp xxx

Kos Listrik - Rp xxx

f. Pencatatan KOP yang dibebankan ke KOP Sesungguhnya

KOP yang Dibebankan Rp xxx -

KOP yang Sesungguhnya - Rp xxx

g. Pencatatan Kos Produk Jadi

Persediaan Produk Jadi Rp xxx -

BDP-Kos Bahan Baku - Rp xxx

BDP-Kos Tenaga Kerja Langsung - Rp xxx

BDP-Kos Overhead Pabrik - Rp xxx

h. Pencatatan Kos Produk Dalam Proses

(62)

35

BDP-Kos Bahan Baku - Rp xxx

BDP-Kos Tenaga Kerja Langsung - Rp xxx

BDP-KOP Sesungguhnya - Rp xxx

h. Penentuan dan Perlakuan Selisih Kos Overhead Pabrik

Setelah pesanan produk selesai dan jumlah kos overhead pabrik dapat ditentukan, maka jumlah kos overhead pabrik dibebankan dapat dibandingkan dengan kos overhead pabrik sesungguhnya untuk penentuan selisih pembebanan kos overhead pabrik (Mulyadi, 2009: 210). Untuk menentukan jumlah selisih kos overhead pabrik yang dibebankan pada produk, digunakan perhitungan sebagai berikut.

Kos Overhead Pabrik Dibebankan Rp xxx

Kos Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx Selisih Kos Overhead Pabrik Rp xxx

Berikut ini adalah pencatatan selisih kos overhead pabrik yang dibebankan.

a. Apabila selisih kurang terjadi (KOP dibebankan < KOP sesungguhnya)

Selisih KOP Rp xxx -

KOP sesungguhnya - Rp xxx

b. Apabila selisih lebih terjadi (KOP dibebankan > KOP sesungguhnya)

(63)

36

Selisih KOP - Rp xxx

Menurut Mulyadi (2009: 211), perlakuan terhadap selisih kos overhead pabrik pada akhir tahun tergantung dari penyebab terjadinya selisih tersebut. Jika selisih terjadi karena kesalahan penghitungan tarif kos overhead pabrik, atau keadaan yang tidak berhubungan dengan efisiensi operasi (seperti dikarenakan perubahan harga bahan penolong dan tarif upah tenaga kerja tidak langsung), maka selisih tersebut dibagi rata ke dalam rekening Persediaan Barang dalam Proses, Persediaan Produk Jadi, dan Kos Penjualan.

Jika selisih kos overhead pabrik dikarenakan ketidakefisiensian pabrik atau kegiatan perusahaan di atas atau di bawah kapasitas normal, maka selisih tersebut harus diperlakukan sebagai penambah atau pengurang rekening Kos Penjualan. Metode perlakuan terhadap selisih kos overhead pabrik adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2009: 211-213).

a. Selisih Kos Overhead Pabrik dibagikan kepada rekening-rekening Persediaan, dan Kos Penjualan.

1) Apabila selisih lebih dibebankan

Selisih Kos Overhead Pabrik Rp xxx -

Persediaan BDP - Rp xxx

Persediaan Produk Jadi - Rp xxx

(64)

37

2) Apabila selisih kurang dibebankan

Persediaan Produk Dalam Proses Rp xxx -

Persediaan Produk Jadi Rp xxx -

Kos Penjualan Rp xxx -

Selisih Kos Overhead Pabrik - Rp xxx b. Selisih Kos Overhead Pabrik diperlakukan sebagai pengurang

atau penambah rekening Kos Penjualan. 1) Apabila selisih lebih dibebankan

Selisih Kos Overhead Pabrik Rp xxx -

Kos Penjualan - Rp xxx

2) Apabila selisih kurang dibebankan

Kos Penjualan Rp xxx -

Selisih Kos Overhead Pabrik - Rp xxx

7. Penentuan Tarif Kos Overhead Pabrik

Dasar-dasar dalam menentukan besarnya kos overhead pabrik antara lain (Mulyadi, 2009: 200-203):

a. Satuan Produk

Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan yang langsung membebankan kos overhead pabrik kepada produk. Kos overhead pabrik untuk setiap produk dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Taksiran KOP

Tarif KOP per satuan = Taksiran jumlah satuan produk yang

dihasilkan

b. Kos Bahan Baku

(65)

38

dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah kos bahan baku yang dipakai. Rumus penghitungan tarif kos overhead pabrik adalah sebagai berikut.

Persentase KOP dari kos Taksiran KOP

bahan baku yang dipakai Taksiran kos bahan baku yang dipakai

=

x 100%

c. Kos Tenaga Kerja Langsung

Jika sebagian besar elemen kos overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung (misalnya pajak penghasilan atas upah karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk membebankan kos overhead pabrik adalah kos tenaga kerja langsung. Tarif kos overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Taksiran KOP Persentase KOP dari KTKL =

Taksiran KTKL x 100% d. Jam Tenaga Kerja Langsung

Jumlah upah dan jumlah jam kerja (jumlah upah adalah hasil kali jumlah jam kerja dengan tarif upah) berkaitan erat, maka di samping kos overhead pabrik dibebankan atas dasar upah tenaga kerja langsung, dapat pula dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung. Jadi apabila kos overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat produksi, maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung. Rumus untuk menghitung tarif kos overhead pabrik adalah sebagai berikut.

Taksiran KOP

Tarif KOP per jam TKL =

Taksiran jam tenaga kerja

e. Jam Mesin

Apabila kos overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (misalnya bahan bakar atau listrik yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin). Tarif kos overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut.

(66)

39

Taksiran jam kerja mesin

8. Departemenlisasi Kos Overhead Pabrik

Setelah penentuan tarif kos overhead pabrik pada departemen produksi adalah mengalokasikan kos overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa dari departemen pembantu (Mulyadi, 2009: 226).

PT Kusumahadi Santosa memiliki dua departemen produksi, yaitu departemen weaving dan departemen printing. Dalam penelitian ini, penulis terbatas pada satu departemen saja yaitu departemen weaving karena kebijakan perusahaan yang memperbolehkan penelitian hanya pada departemen tersebut. Pada departemen weaving ditunjang departemen pembantu yaitu departemen listrik. Pembentukan departemen listrik ini menyebabkan kos listrik di departemen weaving tidak ada, sehingga kos overhead pabrik di departemen weaving berkurang.

9. Kartu Kos Pesanan

(67)
(68)

1

Gambar II.1 Bagan Alir Buku Besar

Kas / Bank Persediaan BB & BP Barang Dalam Proses Barang Jadi

Rp xxx (a) Rp xxx Rp xxx (d) Rp xxx Rp xxx (g) Rp xxx Rp xxx

(b) Rp xxx (e) Rp xxx

(f) Rp xxx

Utang Dagang Gaji & Upah

Rp xxx (c) Rp xxx Rp xxx

Utang Biaya KOP Sesungguhnya KOP Dibebankan

Rp xxx (i) Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx (j) Rp xxx (h)

(k) Rp xxx (l)

Selisih KOP Kos Penjualan

Rp xxx Rp xxx Rp xxx

[image:68.842.155.742.123.481.2]
(69)

iii

Keterangan:

a. Pencatatan pada saat terjadinya transaksi pembelian secara tunai. b. Pencatatan pada saat terjadinya transaksi pembelian secara kredit. c. Pencatatan pada saat pembayaran gaji dan upah.

d. Pencatatan secara perpetual pada saat persediaan bahan baku dimasukkan ke dalam proses atas dasar kuitansi permintaan bahan baku.

e. Pencatatan secara perpetual pada saat pemakaian tenaga kerja atas dasar kartu jam pekerjaan.

f. Pencatatan kos overhead pabrik yang dibebankan.

g. Pencatatan secara perpetual pada saat satu angkatan produksi selesai dan ditransfer ke gudang barang jadi.

h. Dicatat secara perpetual pada saat penjualan.

i. Pencatatan secara perpetual untuk setiap biaya yang dikeluarkan secara tunai.

j. Pencatatan secara perpetual utang dagang pada KOP Sesungguhnya.

k. Pencatatan secara perpetual utang biaya pada KOP Sesungguhnya.

(70)

iv

B. PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

1. Penghitungan Kos Produksi Barang Menurut PT Kusumahadi Santosa

(71)

v

a. Penghitungan Kos Bahan Baku

[image:71.595.125.518.336.493.2]

Penghitungan kos bahan baku yang dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa adalah dengan mengalikan jumlah bahan baku yang digunakan dengan harga perolehan bahan baku. Adapun penghitungan kos bahan baku untuk pesanan kain grey dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II.1 Kos Bahan Baku PT Kusumahadi Santosa

No.Pesanan : C-101 Pemesan : PT X Jenis Produk : Kain Grey 84x82/40x40 Sifat Pesanan : Segera Tgl Pesan : 2 Maret 2010 Jumlah : 270.000 m Tgl Selesai : 22 Maret 2010

Jumlah Harga Satuan Kos Bahan Baku Kos Bahan Baku per m

Jenis (ball) (Rp) (Rp) (Rp/m)

(a) (b) (axb)

Benang 40 210,01 5.000.000 1.050.050.000 3889 Total Kos Bahan

Baku 1.050.050.000 3889

Sumber : Data Sekunder Diolah

Angka 84x82/40x40 pada kain grey memiliki arti bahwa setiap inch sisir terdapat 84 helai benang lusi 40s yang membujur dan setiap inch pick terdapat 82 helai benang pakan 40s yang melintang.

(72)

vi

benang dapat menghasilkan kain sepanjang 1285,65306 meter (270.000/210,01)

Tabel II.1 menunjukkan bahwa jumlah kos bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter adalah Rp 1.050.050.000,00, yang artinya bahwa setiap meter pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter memerlukan kos bahan baku sebesar Rp 3.889,00.

b. Penghitungan Kos Tenaga Kerja Langsung

Penghitungan kos tenaga kerja langsung yang dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa yaitu berdasarkan kos tenaga kerja sesungguhnya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dengan proses produksi yang terdiri dari:

1) Tenaga kerja pada bagian warping 2) Tenaga kerja pengkanjian

3) Tenaga kerja cucuk 4) Tenaga kerja palet 5) Tenaga kerja tenun:

(73)

vii

6) Inspecting

7) Pengawas Monitor 8) Pengawas Umum

[image:73.595.135.518.381.686.2]

Penghitungan kos tenaga kerja langsung tersebut diperoleh dengan mengalikan jumlah tenaga kerja langsung dengan hari kerja serta upah tarif yang ditetapkan. Adapun penghitungan kos tenaga kerja langsung yang penulis sajikan dalam tabel berikut.

Tabel II.2

Kos Tenaga Kerja Langsung PT Kusumahadi Santosa

No.Pesanan : C-101 Pemesan : PT X

Jenis Produk : Kain Grey 84x82/40x40 Sifat Pesanan : Segera Tgl Pesan : 2 Maret 2010 Jumlah : 270.000 m Tgl Selesai : 22 Maret 2010

Jumlah Upah per Jumlah KTKL KTKL per Karyawan hari Hari (Rp) meter

(orang) (Rp) Kerja (axbxc) (Rp) Bagian

(a) (b) (c)

Warping 15 28.000 15 6.300.000 23

Pengkanjian 12 28.000 15 5.040.000 19

Cucuk 31 28.000 15 13.020.000 48

Palet 81 28.000 15 34.020.000 126

Tenun:

Operator RRT 54 28.000 15 22.680.000 84 Operator Picanol 36 28.000 15 15.120.000 56 Operator Toyoda 92 28.000 15 38.640.000 143

Inspecting 21 28.000 15 8.820.000 33

Pengawas Monitor 10 28.000 15 4.200.000 16 Pengawas Umum 2 28.000 15 840.000 3

Total KTKL 354 148.680.000 551

(74)

viii

Tabel II.2 menunjukkan bahwa jumlah kos tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter adalah Rp 148.680.000,00, yang artinya setiap meter pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter memerlukan kos tenaga kerja langsung sebesar Rp 551,00.

c. Kos Listrik

Berikut ini penulis sajikan tabel kos listrik yang dikeluarkan oleh PT Kusumahadi Santosa untuk memproduksi Kain Grey 84x82 / 40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter.

Tabel II.3 Kos Listrik PT Kusumahadi Santosa

No.Pesanan : C-101 Pemesan : PT X Jenis Produk : Kain Grey 84x82/40x40 Sifat Pesanan : Segera Tgl Pesan : 2 Maret 2010 Jumlah : 270.000 m Tgl Selesai : 22 Maret 2010

Jumlah Produksi Kos Listrik Kos Listrik per meter

(m) (Rp) (Rp/m)

Jenis Produksi

(a) (b) (b/a)

Kain Grey

84x82/40x40

270.000 155.500.000 576

Sumber : Data Sekunder Diolah

(75)

ix

d. Penghitungan Kos Overhead Pabrik

Kos overhead pabrik adalah unsur kos produksi selain kos bahan baku dan kos tenaga kerja langsung yang dikeluarkan selama proses produksi. Penghitungan kos overhead pabrik yang dilakukan PT Kusumahadi Santosa adalah dengan membebankan kos-kos sesungguhnya yang mudah dihubungkan dengan produk yang dihasilkan selama proses produksi. Penghitungan kos overhead pabrik untuk pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel II.4

Kos Overhead Pabrik Sesungguhnya PT Kusumahadi Santosa

No.Pesanan : C-101 Pemesan : PT X Jenis Produk : Kain Grey 84x82/40x40 Sifat Pesanan : Segera Tgl Pesan : 2 Maret 2010 Jumlah : 270.000 m Tgl Selesai : 22 Maret 2010

Keterangan Jumlah (Rp)

Constrat 8.800.000

PVA 20.300.000

Acrelic 1.500.000

Wex 2.400.000

Kos Gaji Kepala Bagian Dept. Weaving 1.200.000 Kos Gaji Staff Kantor Dept. Weaving 31.800.000 Kos Gaji Administrasi Dept. Weaving 3.600.000 Total Kos Overhead Pabrik 69.600.000

Sumber : Data Sekunder Diolah

[image:75.595.162.514.417.631.2]
(76)

x

69.600.000,00, yang artinya setiap meter pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter memerlukan kos tenaga kerja langsung sebesar Rp 258,00.

e. Penghitungan Kos Produksi

[image:76.595.180.515.536.659.2]

Penghitungan kos produksi yang dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa untuk pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter adalah dengan menjumlahkan semua kos yang dikeluarkan yaitu kos bahan baku, kos tenaga kerja langsung dan kos overhead pabrik sesungguhnya. Berikut ini adalah penghitungan kos produksi yang dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa.

Tabel II.5

PT Kusumahadi Santosa Kos Produksi Kain Grey 84x82/40x40

Lebar 1,3 m dan Panjang (Jumlah Produksi) 270.000 m PT Kusumahadi Santosa

Jenis Kos Total Kos (Rp)

Kos Bahan Baku 1.050.050.000

Kos Tenaga Kerja Langsung 148.680.000

Kos Listrik 155.500.000

Kos Overhead Pabrik Sesungguhnya 69.600.000

Jumlah Kos Produksi 1.423.830.000

Jumlah Pesanan (meter) 270.000

Kos Produksi per meter 5.273

Sumber : Data Sekunder Diolah

(77)

xi

270.000 meter adalah Rp 1.423.830.000,00, yang artinya kos produksi yang dibebankan untuk tiap meternya adalah Rp 5.273,00.

2. Penghitungan Kos Produksi Barang Menurut Penulis a. Kos Bahan Baku

Penghitungan untuk menentukan besarnya kos bahan baku yang digunakan dalam memproduksi pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter yang dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa sudah tepat, sehingga dalam penentuan kos bahan baku yang dilakukan penulis sama dengan yang dilakukan pada PT Kusumahadi Santosa. Kos produksi dihitung berdasarkan jumlah bahan baku yang diperlukan dalam memproduksi barang. Berdasarkan penghitungan kos bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter yaitu sebesar Rp 1.050.050.000,00, yang artinya bahwa setiap meter pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter memerlukan kos bahan baku sebesar Rp 3.889,00.

b. Kos Tenaga Kerja Langsung

(78)

xii

dalam penghitungan kos tenaga kerja tersebut dibebankan kos pengawas monitor dan pengawas umum. Pengawas monitor dan pengawas umum memang berkaitan dengan proses produksi akan tetapi tidak secara langsung, maka kos upah pengawas monitor dan pengawas umum dibebankan pada kos tenaga kerja tidak langsung yang merupakan komponen kos overhead pabrik.

Jadi penghitungan kos tenaga kerja langsung untuk memproduksi pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter yaitu sebesar Rp 143.640.000,00 (Rp 148.680.000,00 – Rp 4.200.000,00 – Rp 840.000,00), sehingga kos tenaga kerja langsung setiap meter pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter memerlukan kos tenaga kerja langsung sebesar Rp 532,00.

c. Kos Overhead Pabrik

(79)

xiii

langsung. Kos tenaga kerja tidak langsung yang sesungguhnya terjadi untuk pesanan kain grey 84x82/40x40 dengan lebar 1,3 meter dan panjang 270.000 meter adalah sebesar Rp 41.460.000,00 (Rp 36.600.000,00 + Rp 4.200.000,00 + Rp 840.000,00) atau sebesar Rp 154,22 untuk setiap meternya. Cara yang dilakukan perusahaan dalam penghitungan kos overhead pabrik menyebabkan kos overhead pabrik yang dibebankan terlalu kecil atau terlalu besar.

Penghitungan kos overhead pabrik yang telah dilakukan oleh PT Kusumahadi Santosa kurang tepat, karena kos overhead pabrik yang dibebankan perusahaan hanya kos overhead pabrik yang mudah dihubungkan dengan produk yang dihasilkan dan dikeluarkan selama proses produksi. Padahal perusahaan juga harus memperhitungkan kos depresiasi aktiva tetap, kos kantor, kos air, dan kos telepon. Hal ini menyebabkan kos overhead pabrik yang telah dihitung oleh PT Kusumahadi Santosa menjadi lebih rendah dari yang seharusnya.

(80)

xiv

departemen saja. Hal ini menyebabkan kos overhead pabrik yang telah dihitung oleh PT Kusumahadi Santosa menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Oleh karena itu, masing-masng departemen harus menghitung tarif kos overhead pabrik yang tepat.

(81)

xv

[image:81.595.150.515.255.506.2]

Berikut ini adalah taksiran pemakaian kos bahan baku dan kos o

Gambar

Gambar I.1
1 Gambar I.2
Gambar I.3
Gambar I. 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode job order costing penulis akan membandingkan hasil perhitungan kos yang dihitung oleh penulis dengan kos sebenarnya yang dihitung oleh

Perusahaan dalam menghasilkan laporan kos produksi lebih baik menggunakan kartu kos pekerjaan (job cost sheet) yang akan membantu manajemen dalam perencanaan, pengendalian,

Pengumpulan biaya produksi dalam metode harga pokok pesanan umumnya menggunakan dua macam cost system yaitu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan

CV. Surya Gemilang Jaya Semarang adalah perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan. Metode pengumpulan biaya yang digunakan adalah metode harga pokok pesanan,

Hasil penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan aplikasi penentuan harga pokok produksi dengan metode job order costing yang dapat menghasilkan output berupa

Dalam system perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing) biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah3. Suatu pesanan adalah output

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan harga pokok produksi yang lebih akurat yakni dengan menggunakan job order costing, sehingga diharapkan memberi kemudahan dalam

Metode Job Order Costing / Metode Perhitungan biaya berdasarkan pesanan merupakan suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan berdasarkan