• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENERAPAN METODE JOB ORDER COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. DITA DAYA GUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PENERAPAN METODE JOB ORDER COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. DITA DAYA GUNA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENERAPAN METODE JOB

ORDER COSTING DALAM PENENTUAN

HARGA POKOK PRODUKSI PADA

PT. DITA DAYA GUNA

Isna Afriyanih

Komp. DPR Kelapa Dua No.30A Rt 006 Rw 03 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 021- 5322422

Isna_afri@yahoo.com

Dosen Pembimbing:

Armanto Witjaksono, SE., Ak. M.M., CA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan

metode job order costing pada PT. Dita Daya Guna. Jenis Penelitian ini adalah penelitian

deskriptif analitis dengan menggunakan data primer seperti data biaya produksi dan hasil

wawancara dengan pihak perusahaan. Penulis melalukan penelitian pada PT. Dita Daya

Guna yaitu suatu perusahaan manufaktur yang melakukan proses produksi berdasarkan

pesanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan perhitungan harga

pokok produksi berdasarkan pesanan tapi terdapat kesalahan pada perhitungan tenaga kerja

dan pembebanan biaya overhead. Selanjutnya dilakukan perhitungan harga pokok produksi

metode Job Order Costing. Hasil perhitungan menunjukkan perbedaaan dimana harga pokok

produksi yang dihitung oleh perusahaan lebih rendah dari harga pokok produksi

menggunakan metode Job Order Costing. Perbedaaan harga pokok produksi tentunya

mempengaruhi harga jual dan laba rugi perusahaan dimana harga jual yang ditentukan dan

laba yang diperoleh perusahaan menjadi lebih rendah. (IA)

(2)

PENDAHULUAN

Meningkatnya persaingan global membuat perusahaan untuk menjaga kelangsungan usaha dan mempertahankan posisinya. Perusahaan didirikan mempunyai tujuan yang telah ditentukan, sebab tujuan merupakan tolak ukur bagi segala pemikiran dalam perusahaan dan tujuan juga memberikan arah bagi kegiatan perusahaan. Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur juga mengharapkan keuntungan berupa kepercayaan dan kepuasan konsumen atas barang-barang hasil produksinya.

Agar tujuan tersebut dapat terwujud, manajemen perusahaan selalu berusaha untuk mengendalikan biaya produksi dari barang yang dihasilkan. Perusahaan dituntut untuk menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tetapi dengan harga yang tetap terjangkau oleh masyarakat serta mamperoleh keuntungan yang cukup. Keuntungan itu tetap diperoleh bila perusahaan berhasil menjual hasil produksinya dengan harga yang tepat, sehingga dapat menutup biaya-biaya yang telah dikeluarkan, memperoleh laba yang diinginkan dan kompetitif dengan harga jual dari perusahaan lain.

Penentuan harga pokok produksi adalah cara perhitungan harga pokok suatu barang mulai dari barang diproduksi sampai barang tersebut selesai dan siap dijual, dimana harga pokok produksi adalah salah satu unsur terpenting dalam penentuan harga pokok penjualan. “Firms should focus on the development of manufacturing capabilities that are key for the market (and consistent with the business strategy). To achieve this, the production function should be integrated into the strategic planning process of the overall business strategy” (Lucia Avella et all, 2010). Berdasarkan jurnal tersebut dapat diterjemahkan bahwa perusahaan harus berfokus pada pengembangan kemampuan manufaktur yang merupakan kunci dalam pasar. Untuk mencapai hal ini, fungsi produksi harus diintegrasikan ke dalam proses perencanaan strategis dari keseluruhan strategi bisnis.

Penentuan harga pokok produksi yang tidak tepat akan mempengaruhi laba yang diperoleh perusahaan. Penentuan harga pokok produksi didasarkan pada perincian dan pencatatan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya merupakan bagian penting dalam penentuan harga pokok produksi, maka semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi harus dicatat secara tepat, sistematis dan terperinci. Untuk tujuan tersebut maka akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa (Mulyadi, 2009).

Perencanaan dan pengendalian biaya produksi dapat dilakukan dengan perhitungan harga pokok produksi secara tepat dan akurat dengan tetap menjaga kualitas dari barang atau produk yang dihasilkan. Informasi yang dibutuhkan dalam perhitungan harga pokok produksi adalah informasi mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Harga pokok produksi ini nantinya akan digunakan untuk penentuan harga jual produk maupun untuk perhitungan laba rugi periodik.

Dalam prakteknya, pembebanan biaya ke produk dan jasa dilakukan dengan menghitung rata-rata untuk antarwaktu dan antarproduk. Cara untuk menghitung rata-rata-rata-rata sangat tergantung pada tipe proses produksi yang terkait. Para pelaku usaha biasanya tidak detail dan kurang rinci dalam mengidentifikasi biaya-biaya yang menjadi biaya produksi dan tidak menerapkan metode perhitungan harga pokok produksi yang sesuai. Akibatnya perhitungan harga pokok produksi menjadi tidak tepat dan mempengaruhi laba rugi yang diperoleh perusahaan, dimana laba atau rugi tersebut tidak sesuai dengan laba yang sesungguhnya diterima perusahaan dan menjadi tujuan perusahaan.

Dalam metode job order costing, perusahaan harus dapat memperkirakan harga pokok produksi suatu produk ketika perusahaan menerima atas pesanan produk tertentu. Metode job order costing dirancang untuk mengawasi biaya perusahaan dalam menghasilkan atau mengerjakan masing-masing pesanan. Ketidaktepatan dalam penentuan harga pokok produksi dapat mengakibatkan terlalu tinggi atau terlalu rendahnya harga jual yang ditawarkan. Penetapan harga pokok produksi yang terlalu tinggi akan menyebabkan harga jual yang tinggi sehingga akan mengakibatkan perusahaan akan kalah bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Sebaliknya jika penetapan harga pokok produksi terlalu rendah akan menyebabkan harga jual yang rendah sehingga perusahaan tidak dapat menutup biaya produksi yang dikeluarkan dalam proses produksi sehingga perusahaan mengalami kerugian yang dapat menghambat proses operasional perusahaan periode berikutnya.

Pengumpulan harga pokok produksi oleh PT. Dita Daya Guna menggunkan metode harga pokok pesanan (job order cost method) dikarenakan sebagian besar poses produksinya berdasarkan pesanan yang diterima. Adapun contoh pesanan yang digunakan penulis yaitu kebutuhan panel pada proyek pembangunan Gedung Rektorat Universitas Tadulako di Palu dikarenakan memililki harga penjualan yang paling tinggi.

(3)

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menjadikan permasalahan dalam penentuan harga pokok produksi sebagai fokus di dalam penelitian ini dengan judul “Evaluasi Penerapan Metode Job Order Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi pada PT. Dita Daya Guna”. Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Oleh Karena itu peneliti juga bermaksud untuk mempelajari penelitian-penelitian terdahulu agar dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Rully Kusumawardani yang berjudul Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job Order Costing (Studi Kasus UMKM CV. TRISTAR Alumunium), yaitu penerapan metode Job Order Costing pada CV. TRISTAR menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan terhadap harga pokok produksi, harga jual dan laba yang diperoleh perusahaan. Perbedaannya tidak semua sama, dalam artian ada yang menghasilkan nilai positif ada yang negatif. Perbedaannya disebabkan oleh kesalahan perusahaan dalam menghitung biaya produksi dan terkait kebijakan pembulatan harga perusahaan. Kemudian penelitian yang dilakukan Hendra Setiawan, Tarida Marlin, dan Yunita yang berjudul Penerapan Metode Job Order Costing Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus Pada PT Organ Jaya), yaitu hasil evaluasi yang dilakukan oleh penelitian tersebut menemukan banyak kekeliruan dalam perhitungan harga pokok produksi, contohnya seperti pada pembebanan biaya tenaga kerja langsung ke dalam harga pokok produksi ditetapkan berdasarkan pada unit output yang dihasilkan, hal tersebut dapat dilakukan tetapi pada perusahaan yang memproduksi barang tidak bervariasi baik bentuk maupun volumenya.

Penelitian ini sendiri mempunyai nilai lebih dan terkini dibanding penelitian sebelumnya dengan perumusan masalah yaitu Apakah PT. Dita Daya Guna sudah mengelompokkan biaya dengan tepat? Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order costing yang dilakukan PT. Dita Daya Guna? Dan Bagaimana penetapan harga jual pada PT. Dita Daya Guna? Kemudian tujuan penelitian dibuat berdasarkan perumusan masalah, yang pertama Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mengelompokkan biaya dengan tepat, yang kedua untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order costing, yang ketiga untuk mengetahui apakah perusahaan telah menetapkan harga jual yang tepat.

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam skripsi ini mencakup: 1. Penelitian kepustakaan (library research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengutip teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yang diperoleh dari literatur-literatur, buku-buku, jurnal serta internet yang digunakan sebagai landasan teori.

2. Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data primer, dimana penulis melakukan peninjauan langsung ke PT. Dita Daya Guna dengan melakukan:

a. Observasi

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai masalah yang diteliti.

b. Wawancara

Untuk mendapatkan data yang lebih objektif dan jawaban yang lebih mendalam dari responden maka dalam penelitian juga dilakukan wawancara langsung kepada bagian keuangan dan pemilik perusahaan.

c. Dokumentasi

Mengumpulkan data berupa data biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data biaya yang terjadi di PT Dita Daya Guna, menyajikannya sehingga memberi gambaran mengenai keadaan sebenarnya dari PT. Dita Daya Guna, apakah telah mengelompokkan biaya dengan tepat, menghitung harga pokok produk dengan tepat dan menetapkan harga jual dengan tepat. Juga menganalisis data biaya tersebut, sehingga menghasilkan perhitungan harga pokok produk dan harga jual yang lebih tepat. Kemudian, dari hasil analisis tersebut dapat diambil kesimpulan dan saran.

Variabel-variabel yang akan dipakai penulis dalam penelitian ini secara umum yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Variabel-variabel ini akan

(4)

dipakai untuk menentukan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk masing-masing produk sebagai dasar penentuan harga pokok produksi dengan metode job order costing.

HASIL DAN BAHASAN

Perusahaan manufaktur yang menjalankan kegiatan produksi berdasarkan pesanan, perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan metode job order costing. Sedangkan untuk mencatat biaya yang timbul diperlukan kartu harga pokok pesanan yang berfungsi untuk mencatat dan mengumpulkan biaya produksi untuk tiap-tiap pesanan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan, maka pengendalian produknya dilakukan dengan membandingkan antara standar cost dengan aktual cost. Perhitungan harga pokok produksi harus diperhitungkan dengan cermat dan telti agar menghasilkan harga jual yang lebih tepat.

PT. Dita Daya Guna adalah perusahaan panel listrik yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan dari pihak pemesan. Sehingga dalam penentuan biaya produksi menggunakan metode job order costing. Penentuan harga pokok produksi meliputi perhitungan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Setiap pesanan yang dikerjakan disesuaikan dengan permintaan konsumen pada bentuk dan komponen berberda yang disesuaikan pada kebutuhan konsumen. Hal ini juga menyebabkan perbedaan besarnya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Untuk menunjukan perhitungan biaya produksi untuk tiap pesanan pada perusahaan.

Perhitungan harga pokok produksi produk yang telah dilakukan oleh PT. Dita Daya Guna selama ini dilakukan berdasarkan biaya yang ditetapkan dimuka. Perhitungannnya dilakukan berdasarkan pesanan yaitu menggunakan Job Order Costing, akan tetapi penerapannya masih belum sesuai dengan teori. PT. Dita Daya Guna menggolongkan biaya produksi ke dalam biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, bahan baku penolong, biaya transpotasi, biaya testing dan biaya lain-lain. Biaya overhead lain seperti penyusutan peralatan dan bangunan serta perhitungan biaya penunjang lainnya tidak dibebankan pada biaya produksi. Selain itu biaya tenaga kerja dibebankan berdasarkan lama pengerjaan produk.

Penetapan harga jual produk pada PT. Dita Daya Guna dipertimbangkan oleh pemilik perusahaan dan kemudian didiskusikan kepada pemesan. Penetapan harga jual produk pada perusahaan disesuaikan dengan spesifikasi dan komponen panel yang dipesan. Penerapan metode harga pokok pesanan ini memberikan gambaran kepada perusahaan untuk mengerjakan produk dengan tepat waktu dan sesuai dengan perminta konsumen.

Pesanan ini dijadikan objek penelitian karena merupakan pesanan dengan jumlah unit maupun nominal paling besar pada bulan pada Tahun 2013, yang disajikan dalam tabel berikut ini:

Jenis Pesanan Kuantitas Harga/Unit Panel Utama Tegangan Rendah (PUTR) 450 KVA 1 231.684.000

Panel ATS 1 126.737.000

Kapasitor Bank 450 KVA 1 181.137.000

Panel Lighting 8 7.558.000

Panel AC 8 8.285.000

Panel Pompa Deep Well & Trasfer 1 10.111.000

Perhitungan Biaya Produksi

1. Biaya Bahan Baku

Penghitungan biaya bahan baku yang dilakukan oleh PT. Dita Daya Guna sudah tepat. Penghitungan biaya bahan baku langsung ditentukan dengan cara mengalikan jumlah bahan yang dipakai dengan harga pokok perolehan bahan. Harga perolehan bahan baku telah termasuk biaya yang berkaitan pembelian bahan baku seperti biaya angkut pembelian.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Dalam perhitungan biaya tenaga kerja langsung yang dicantumkan oleh PT. Dita Daya Guna dalam perhitungan harga pokok produksi tidak tepat karena dalam biaya tenaga kerja

(5)

langsung tidak dipisahkan dengan biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam perhitungan biaya tenaga kerja perusahaan menerapkan sistem upah yang dihitung harian.

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah unsur biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan selama proses produksi tetapi membantu merubah bahan menjadi produk jadi dan siap dijual. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling kompleks dan tidak dapat diidentifikasikan pada produk jadi, sehingga biaya overhead pabrik baru dapat diketahui setelah barang pesanan selesai diproduksi atau dengan kata lain biaya overhead pabrik dibebankan kepada setiap pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

Perhitungan biaya overhead pabrik belum memasukan semua unsur biaya overhead dan tidak dilakukan atas dasar alokasi. Pengelompokan biaya produksi yang seharusnya merupakan bagian dari biaya overhead pabrik tidak dimasukan, namun PT. Dita Daya Gunahanya mengalokasi biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya bahan penolong, biaya testing dan biaya lain-lain. Hal ini menyebabkan jumlah biaya overhead pabrik menjadi tidak akurat.

Biaya overhead Pabrik dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan kepada setiap pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Penentuan taksiran aktivitas yang dipilih tergantung pada kebijakan yang akan dipilih dan komponen biaya overhead yang paling dominan. Mempertimbangkan uraian di atas maka menurut penulis seharusnya PT. Dita Daya Guna harus menggunakan tarif yang ditentukan di muka dengan dasar penentuan berdasarkan nilai bahan baku karena elemen biaya overhead pabrik pada dominan bervariasi dengan nilai bahan baku PT. Dita Daya Guna.

Berdasarkan data perusahaan dan biaya pabrik pada PT. Dita Daya Guna, maka penghitungan tarif taksiran biaya overhead pabrik yaitu seperti pada tabel 4.9 yaitu sebesar Rp 134.464.716 dan taksiran bahan baku seperti pada yaitu sebesar Rp 229.857.632. Maka tarif biaya overhead pabrik dibebankan di muka dapat dihitung sebagai berikut ini.

Penghitungan diatas menunjukkan bahwa tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka adalah sebesar 58,5%. Setelah mengetahui prosentase dari tarif biaya overhead pabrik ditentukan dimuka, maka dapat ditentukan pembebanan biaya overhead dengan dasar biaya pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut ini:

Produk Dasar Pembebanan

Bahan Baku Tarif BOP BOP Dibebankan BOP/unit PUTR Rp 100.069.913 58,5% Rp 58.540.899 Rp 58.540.899 ATS Rp 49.330.807 58,5% Rp 28.858.522 Rp 28.858.522 Kapasitor Rp 72.167.567 58,5% Rp 42.218.027 Rp 42.218.027 Lighting Rp 22.490.520 58,5% Rp 13.156.954 Rp 1.644.619 AC Rp 26.445.400 58,5% Rp 15.470.559 Rp 1.933.820 Pompa Rp 4.172.355 58,5% Rp 2.440.828 Rp 2.440.828 Total Rp 135.636.715

Berdasarkan tabel diatas dapat ditentukan bahwa total biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk pesanan sebesar Rp 135.636.715. Sedangkan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut:

Jenis Overhead Biaya Bahan Baku Tidak Langsung 45.779.404 Tenaga Kerja Tidak Langsung 26.500.000

(6)

Perhitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan dengan perhitungan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terdapat selisih. Selisih perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

BOP yang dibebankan

BOP yang sesungguhnya Selisih Rp 135.636.715 Rp 135.127.899 Rp 508.816

Berdasarkan perhitungan selisih biaya overhead pabrik terdapat selisih sebesar Rp 508.816 dimana BOP dibebankan > BOP yang sesungguhnya terjadi. Selisih overhead pabrik (overhead variance) adalah menguntungkan (favorable), maka selisih overhead tersebut akan mengurangi rekening harga pokok penjualan (cost of goods sold).

Sehingga dapat dihasilkan perhitungan harga pokok produksi pada masing-masing produk adalah sebagai berikut:

Perhitungan Harga Pokok Produksi Panel Utama Tegangan Rendah (PUTR) 450 KVA

Jenis Biaya Total

Bahan Baku Langsung Rp100.069.913

Tenaga Kerja Langsung Rp8.700.000

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp58.540.899

Harga Pokok Produksi Rp167.310.812

Jumlah Unit yang Diproduksi 1

Harga Pokok Produksi Per Unit Rp167.310.812

Perhitungan Harga Pokok Produksi Panel ATS

Jenis Biaya Total

Bahan Baku Langsung Rp49.330.807

Tenaga Kerja Langsung Rp8.700.000

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan 28858522

Harga Pokok Produksi Rp86.889.329

Jumlah Unit yang Diproduksi 1

Harga Pokok Produksi Per Unit Rp86.889.329

Biaya Telepon 825.000 Biaya Transportasi 23.000.000 Depresiasi Mesin 5.406.944 Depresiasi Kendaran 380.139 Depresiasi Peralatan 113.958 Pemeliharaan 3.500.000 Sewa Bagunan 3.750.000 Asuransi 20.000.000

(7)

Perhitungan Harga Pokok Produksi Kapasitor Bank 450 KVA

Jenis Biaya Total

Bahan Baku Langsung Rp72.167.567

Tenaga Kerja Langsung Rp8.700.000

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan 42218027

Harga Pokok Produksi Rp123.085.594

Jumlah Unit yang Diproduksi 1

Harga Pokok Produksi Per Unit Rp123.085.594

Perhitungan Harga Pokok Produksi Panel Lighting

Jenis Biaya Total

Bahan Baku Langsung Rp22.490.520

Tenaga Kerja Langsung Rp8.700.000

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan 13156954

Harga Pokok Produksi Rp44.347.474

Jumlah Unit yang Diproduksi 8

Harga Pokok Produksi Per Unit Rp5.543.434

Perhitungan Harga Pokok Produksi Panel AC

Jenis Biaya Total

Bahan Baku Langsung Rp26.445.400

Tenaga Kerja Langsung Rp6.525.000

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan 15470559

Harga Pokok Produksi Rp48.440.959

Jumlah Unit yang Diproduksi 8

Harga Pokok Produksi Per Unit Rp6.055.120

Perhitungan Harga Pokok Produksi Panel Pompa Deep Well & Trasfer

Jenis Biaya Total

Bahan Baku Langsung Rp4.172.355

Tenaga Kerja Langsung Rp2.175.000

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan 2440828

Harga Pokok Produksi Rp8.788.183

Jumlah Unit yang Diproduksi 1

(8)

Analisis Perbandingan Harga Jual

Perbedaan harga pokok produksi yang terjadi karena perbedaan penerapam metode perhitungan harga pokok produksi tersebut otomatis mempengaruhi harga jual masing-masing produk. Perusahaan ternyata terlalu rendah menetapkan harga pokok produksi dan harga jualnya. Perusahaan menentukan harga jual dengan cara harga pokok produksi ditambah dengan pesentasi margin laba. Berikut ini adalah perbandingan harga jual:

Jenis Pesanan Menurut Perusahaan

Menurut Penulis PUTR 450 KVA 242.758.097 246.045.312

Panel ATS 127.692.363 127.778.425

Kapasitor Bank 450 KVA 181.864.069 182.079.281

Panel Lighting 7.558.000 7.672.573

Panel AC 8.285.000 8.904.588

Panel Pompa Deep Well & Trasfer 10.111.000 12.923.799

Dari perbandingan tersebut terlihat bahwa perhitungann harga jual yang ditetapkan perusahaan lebih rendah dari perhitungan penulis. Hal tersebut terjadi karena penetapan harga pokok yang ditetapkan lebih kecil yang disebabkan karena perhitungan biaya overhead pabrik yang ditetapkan tidak menyeluruh.

Kartu Harga Pokok Pesanan

Setiap produk yang telah selesai diproduksi oleh suatu perusahaan yang didasarkan atas pesanan, maka semua unsur biaya produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik untuk suatu pesanan yang telah dihitung, maka dapat diketahui total dari biaya produksi suatu pesanan. Selanjutnya, total biaya produksi suatu pesanan tersebut dipakai untuk menentukan harga pokok produk per unit dari pesanan tersebut. Untuk pengumpulan biaya produksi, digunakan kartu harga pokok pesanan. Kartu harga pokok pesanan dibuat berdasarkan dokumen-dokumen pendukung yang timbul dari kegiatan produksi. Penyelesaian pembuatan kartu harga pokok pesanan tersebut bersamaan dengan saat pesanan tersebut selesai diproduksi.

Kartu harga pokok pesanan merupakan catatan penting dalam penggunaan metode harga pokok pesanan yang berfungsi sebagai rekening pembantu yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Keseluruhan biaya produksi yang terjadi harus sudah tercatat secara rinci dalam kartu harga pokok pesanan tersebut. Dalam proses pengerjaan proses produksi pesanan, PT. Dita Daya Guna belum menggunakan kartu harga pokok pesanan.

Biaya produksi untuk pengerjaan suatu pesanan dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Analisis data yang telah dilakukan oleh penulis atas perhitungan harga pokok produksi pada PT. Dita Daya Guna memperoleh hasil penelitian yang dapat disimpulkan seperti berikut ini:

1. Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan PT. Dita Daya Guna sudah menggunakan Job Order Costing, tetapi masih belum tepat. Kesalahan dilakukan pada perhitungan tenaga kerja yang tidak dipisahkan dengan tenaga kerja langsung dan tidak langsung serta pengelompokan dan pengalokasian biaya overhead pabrik yang belum dibebankan seluruhnya. 2. Dalam penentuan unsur-unsur biaya overhead pabrik, perusahaan tidak memasukkan semua

unsur-unsur biaya overhead pabrik, baik yang secara langsung berhubungan dengan produk yang dihasilkan maupun yang tidak langsung berhubungan dengan produk, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan, biaya sewa gedung dan biaya listrik.

(9)

3. Harga jual yang ditetapkan PT. Dita Daya Guna lebih rendah dibandingkan perhitungan yang dilakukan penulis. Penetapan harga jual produksi menjadi kurang tepat karena pengelompokan dan perhitungan biaya produksi yang kurang tepat.

Saran

Setelah penulis melakukan analisis dan mengambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan pada PT. Dita Daya Guna, maka penulis dapat mengajukan saran-saran yang dapat dinyatakan sebagai berikut ini:

1. PT. Dita Daya Guna hendaknya mengelompokkan unsur-unsur biaya yang tepat yaitu pada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

2. PT. Dita Daya Guna hendaknya melakukan penghitungan harga pokok produksi berdasarkan job order costing method dengan mengakumulasi semua biaya produksi sesuai dengan teori akuntansi biaya.

3. Perusahaan hendaknya menggunakan pembebanan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka dengan dasar biaya bahan baku. Hal ini dikarenakan unsur biaya overhead pabrik yang paling dominan pada perusahaan adalah bahan baku langsung yang perubahannya dipengaruhi oleh pemakaian bahan baku.

4. PT. Dita Daya Guna hendaknya membuat kartu harga pokok pesanan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk tertentu dan dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan.

REFERENSI

Carter, Wiliam K. (2009). Akuntansi Biaya. Terjemahan oleh Krista. Jakarta: Salemba Empat.

Kusumawardani, R. (2013). Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Job Order Costing (Studi Kasus UMKM CV. TRISTAR Alumunium). Malang.

Lucia, Avella., et all. 2010. The Multidimensional Nature of Production Competence and Additional Evidence of Its Impact on Business Performance. International Journal of Operations & Production Management. Vol. 30, No. 6.

Mulyadi. (2009). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: YKPN

Salman, Kautsar Riza. (2013). Akuntansi Biaya Pendekatan Product Costing. Jakarta: Akademia. Setiawan, H., et all. (2010). Evaluasi Penerapan Metode Job Order Costing Dalam Penentuan Harga

Pokok Produksi (Studi Kasus Pada PT Organ Jaya). Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10, No. 2, 140-149, diakses 10 Juni 2014 dari http://jurnal.stiekesatuan.ac.id.

RIWAYAT PENULIS

Isna Afriyanih lahir di kota Jakarta pada 1 April 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Bina Nusantara University dalam bidang Akuntansi pada 2014.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil penelitian, diteukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Store Atmosphere terhadap keputusan pembelian pengunjung toserba Yogya Sunda,

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya Lelang Sederhana dengan metode pascakualifikasi secara elektronik (e-procurement) pada website LPSE Kabupaten

Penelitian ini bermaksud untuk memprediksi pengaruh beroperasinya Rumah Sakit Pendidikan (RSP) di Kampus Universitas Andalas (Unand) Limau Manis terhadap emisi dan

2 of 2003 on the Rules of Discipline Members of Indonesian Police with the implementation of Section 6 the letter Q and the sanctions according to Section 9

Permukaan koordinat adalah permukaan yang dibentuk dengan mengambil satu variabel sumbu koordinat sebagi konstanta.. Pada

VIII Tata Cara Evaluasi Kualifikasi, serta hasil evaluasi terhadap Dokumen Isian Kualifikasi untuk pekerjaan sebagaimana subyek tersebutd. Direktur/pimpinan perusahaan;

[r]