• Tidak ada hasil yang ditemukan

WAWASAN KEBANGSAAN GENERASI MUDA : Studi De&kriptif Aitalitik Kasiis Pendidikan Wawasan Kebangsaan Generasi Muda pada Lingkungan Masyarakat diKodia Semarang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "WAWASAN KEBANGSAAN GENERASI MUDA : Studi De&kriptif Aitalitik Kasiis Pendidikan Wawasan Kebangsaan Generasi Muda pada Lingkungan Masyarakat diKodia Semarang."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

WAWASAN KEBANGSAAN GENERASI MUDA

Studi De&kriptif Aitalitik Kasiis

PendidQcan Wawasan Kebangsaan

Generasi Mud a pada Lingkungan Masyarakat

diKodia Semarang

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Umum

Oleh SUPRAYOGI MM. 9596152

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

▸ Baca selengkapnya: kesan kesan jika generasi muda mendapat pendidikan yang sempurna full

(2)

D I S E 1 - U J U I DAN DISAHKAN

OXJKH

PEMBIMBING I

l^

1

%

Prof H. NURSU) SUMAATMADJA

PEMBIMBING II

(3)

ABSTRAK

Generasi muda adalah pemilik masa depan,

oleh karenanya

generasi muda yang berkualitas menjadi harapan bangsa dan

negara demi kelangsungan

hidup negara-bangsa.

Kualitas gene

rasi muda salah satunya ditentukan oleh wawasan kebangsaan yang dimiliki. Di era globalisasi yang mengarah ke sikap pragmatis dan materialis, serta menguatnya primordialisme dan tribalisme, mantapnya wawasan kebangsaan generasi muda

terasa semakin penting. Namun ironisnya justru kerisauanlah

yang ada dibenak sebagian besar bangsa ini.

Penelitian ini bermaksud mengungkap wawasan kebangsaan

generasi muda, dengan meneliti kasus generasi muda di Kodia

Semarang. Tujuan yang hendak dicapai adalah mendapat

gambar-an wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang. Dari

hasil penelitian yang memberikan gambaran wawasan kebangsaan

generasi muda dengan segala faktor yang melingkupinya,

bermaksud merekomendasikan pentingnya dicari model pendidi

kan wawasan kebangsaan generasi muda yang cocok dilaksanakan

di lingkungan pendidikan masyarakat. Penelitian dilakukan

dengan metode diskriptif analitik dengan pedekatan

fenorae-nologis, dengan peneliti sebagai instrumennya.

Hasil penelitian menunjukkan pendidik di lingkungan ma

syarakat (orangtua, tokoh masyarakat, penatar BP-7) dan ge

nerasi muda merasakan adanya penurunan pemahaman dan

aktua-lisasi wawasan kebangsaan generasi muda. Penurunan tersebut

di antaranya disebabkan oleh kurangnya perhatian orangtua

dan bergesernya harapan orangtua tentang masa depan anak

yang semakin pragmatis-materialis dengan penekanan manfaat

jangka pendek, dan tidak jelasnya tantangan yang

membangkit-kan kesadaran kebangsaan.

Akhir penelitian merekomendasikan bahwa pendidikan atau

pembinaan wawasan kebangsaan generasi muda di lingkungan ma

syarakat mendesak untuk segera dilaksanakan, untuk itu perlu dicari model yang cocok bagi pelaksanaannya. Pelaksanaannya

(4)

tidak dengan program khusus-formal, tetapi diintegrasikan ke berbagai program kegiatan rutin yang telah ada dan menarik. Optimalisasi peran pendidik di lingkungan masyarakat

harus dilakukan dengan materi berpedoman pada manfaat,

sejarah, proyeksi masa depan, usaha kesejahteraan rakyat,

sifat inovatif, dan ATHG bangsa. Pembinaan didekati sebagai

pendidikan nilai yang berpegang pada prinsip aktual,

kon-tekstua1-konstitusional, komprehensif, humanistik, mahasiswa

sentris, dan affektif oriented.

Hasil yang diharapkan adalah pola pikir, sikap, dan

perilaku generasi muda tetap berakar pada nilai budaya dan

kepribadian bangsa, dengan nilai wawasan kebangsaan sebagai

acuan tingkah laku dan acuan penilaian perilakunya.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH iii

ABSTRAK vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

BAB I . PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Masalah Penelitian 12

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 16

1. Tujuan Penelitian 16

2. Kegunaan Penelitian 17

D. Difinisi Operasional 19

BAB II. WAWASAN KEBANGSAAN DAN GENERASI MUDA 24

A. Kajian tentang Wawasan Kebangsaan 24

1. Pengertian Wawasan Kebangsaan 24

2. Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme .... 29

3. Cita-cita Negara Bangsa dan Tantangannya 34

4. Globalisasi Dunia dan Tantangannya 43

5. Kedudukan Wawasan Kebangsaan dalam Pen

-didikan Umum 49

B. Kajian tentang Generasi Muda 57

1. Generasi Muda dan Karakteristiknya 57

2. Peranan Generasi Muda dalam Kehidupan

Kehidupan Berbangsa 63

3. Kebijaksanaan Kepemudaan di Indonesia .. 65

C. Kajian tentang Pembinaan Wawasan Kebangsaan

Generasi Muda 70

1. Proses Regenerasi 70

2. Sifat Dinamis Wawasan Kebangsaan dan

Urgensi Memehaminya bagi Generasi Muda . 73

(6)

3. Pendidikan Wawasan Kebangsaan sebagai

Pendidikan Nilai 78

4. Pendidikan Wawasan Kebangsaan Generasi

Muda di Lingkungan Masyarakat 86

BAB III . PROSEDUR PENELITIAN 97

A. Metode dan Pendekatan Penelitian 97

B. Subyek Penelitian 97

C. Teknik Pengumpulan Data Perhatian 98

D. Instrumen Penelitian 99

E. Pengumpulan Data Penelitian 99

F. Analisis Data Penelitian 100

G. Jadwal Kegiatan Penelitian 100

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 101

A. Hasil Penelitian 101

1. Profil Lokasi dan Situasi Penelitian .. 101

2. Identitas Subyek Penelitian 105

3. Pemahaman Pendidik di Lingkungan Masya

rakat tentang Wawasan Kebangsaan 112

4. Alasan dan Tujuan Memahami dan

Mengha-yati Wawasan Kebangsaan 120

B. Pembahasan Hasil Penelitian 125

1. Pemahaman Pendidik di Lingkungan Masya

rakat terhadap Wawasan Kebangsaan Gene

rasi Muda 125

2. Pemahaman dan Penghayatan Wawasan Ke

bangsaan Generasi Muda 133

3. Pendidikan Wawasan Kebangsaan Generasi

Muda di Lingkungan Masyarakat 136

4. Temuan Penelitian 146

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 151

A. Kesimpulan 151

B. Implikasi 154

C. Rekomendasi 157

(7)

DAFTAR PUSTAKA 162

LAMPIRAN SK DOSEN PEMBIMBING 169

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1

Bagan Pola Pendidikan Wawasan Kebangsaan

pada

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1

Rencana Kerja Penelitian

98

Tabel 2

Penduduk Kodia Semarang

Berdasar

Kelorapok

Umur 102

Tabel 3

Tebaran Subyek Penelitian

110

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 menegaskan

bahwa dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua bangsa

Indonesia memasuki proses tinggal landas menuju terwujudnya

masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri berdasarkan

Pancasila. Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua merupa

kan masa kebangkitan nasional kedua bagi bangsa Indonesia

yang tumbuh dan berkembang dengan makin mengandalkan pada

kemampuan dan kekuatan sendiri serta makin menggeloranya

semangat kebangsaan untuk membangun bangsa Indonesia dalam

upaya mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan

bangsa lain yang telah maju. Oleh karena itu Pembangunan

Jangka Panjang Kedua diarahkan untuk meningkatkan kualitas

manusia dan masyarakat Indonesia agar makin maju, mandiri

dan sejahtera berdasarkan Pancasila. Rasa cinta tanah air

yang melandasi kesadaran kebangsaan, semangat pengabdian,

dan tekad untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik

harus terus dibangkitkan dan dipelihara sehingga ber

kembang menjadi sikap mental dan sikap hidup masyarakat yang

mampu mendorong percepatan proses pembangunan di segala

as-pek kehidupan bangsa guna memperkukuh persatuan dan kesatuan

bangsa demi terwujudnya tujuan nasional. Untuk itulah maka

jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa merupakan

(11)

Untuk dapat mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas seperti digariskan oleh GBHN, maka pendi dikan nasional tidak dapat diabaikan perannya. Penca-paian manusia yang berkualitas berkaitan dengan pelak-sanaan fungsi pendidikan pada umumnya. Dikatakan oleh M.D. Dahlan (1983: 3): "Berbioara tentang mutu manusia, berarti

berbicara tentang pendidikan."

Agar pendidikan nasional mampu mengemban amanat yang mulia itu, maka GBHN 1993 (BP7, 1993: 158) menetapkan ten

tang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:

Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kuali-tas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terha-dap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berke-pribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas kreatif,

terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal cinta tanah air, mening katkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghar-gai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.

Sejalan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam

GBHN 1993, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional

(pasal 4 UU NO. 2 Tahun 1989) menetapkan tujuan pendidikan

nasional sebagai berikut:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dengan memahami tujuan pendidikan nasional yang

ditu-angkan dalam GBHN dan Undang-undang Sistem Pendidikan Na

(12)

manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas, dan salah satu indikator manusia berkulaitas adalah dimilikinya rasa dan semangat kebangsaan, yaitu rasa tanggung jawab akan kehidup

an kebangsaannya .dengan menjunjung tinggi persatuan dan

kesatuan bangsa diatas kepentingan pribadi atau golongan.

Rasa dan semangat kebangsaan Indonesia adalah merupakan

nilai yang harus dimiliki oleh setiap manusia Indonesia. A.

Kosasih Djahiri(1992: 2) tentang nilai menyatakan:

Nilai adalah sesuatu yang berharga menurut standart lo-gika(benai—salah), estetika(bagus-buruk), etika ( a d i l / layak-tidak adil), agama(dosa-haram-halal) dan hukum (sah-absah), serta menjadi acuan dan atau sistem keya-kinan diri maupun kehidupannya. Nilai-nilai ini ada dan berkembang dalam berbagai gatra hidup, yakni keilmuan, dan Ipoleksosbudhankam kehidupan.

Agar rasa dan semangat kebangsaan dapat terbina dengan

baik, menjadi acuan dan sistem keyakinan diri manusia Indo

nesia dalam kehidupan kebangsaannya, maka harus diupayakan

melalui pendidikan. Dalam hal ini A. Kosasih Djahiri(1992:

23) menyatakan: "Pendidikan n i l a i esensial dibina secara

kontinyu, terarah-terkendali dan berencana karena s i f a t

dunia a f e k t i f manusia itu sendiri yang labil-kontekstual/

k o n d i s i o n a l - s i t u a s i o n a l . "

Upaya pendidikan mewujudkan manusia Indonesia seutuh

nya, yang memiliki rasa dan semangat kebangsaan adalah

merupakan proses pendidikan nilai, yaitu pendidikan nilai

kebangsaan yang menjadikan pemahaman, sikap, dan penghayatan

kehidupan manusia warga negara Indonesia terhadap bangsa dan

negaranya berbeda dengan manusia bukan warga negara Indone

(13)

Judistira K. Garna dalam Forum Pengkajian Seskoad(1994:

82),

Rudini dalam Bakom PKB Pusat(1992:2),

Kansil(1986:

20),

dan Soeprapto(BP 7 Dati I Jateng: 6) menyatakan bahwa memba-has rasa dan semangat kebangsaan(paham kebangsaan) yang raen-dahulukan dan mengutamakan kepentingan bangsa serta persatu

an dan kesatuan bangsa berarti membicarakan nasionalisme,

yaitu kesadaran berbangsa dan loyalitas atas kebangsaannya.

Jiwa dan semangat menjunjung tinggi persatuan dan ke

satuan bangsa(nasionalisme) adalah sejalan dengan amanat

konstitusi, seperti ditegaskan oleh Penjelasan UUD 1945 se

bagai berikut:

Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi negara mengatasi segaia paham golongan, mengatasi segaia paham perseorangan. Negara, menurut pengertian pembukaan itu menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Ini suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan.

Amanat konstitusi tersebut menekankan harus terbina dan

bertumbuhkembangnya rasa dan semangat kebangsaan, yang

me-lahirkan wawasan kebangsaan pada setiap warga negara Indo

nesia, tak terkecuali para generasi muda yang merupakan

generasi penerus. Oleh karena itu, arah kebijaksanaan pembi

naan generasi muda harus mampu menumbuhkembangkan wawasan

kebangsaan. GBHN 1993 (BP7, 1993: 174) menegaskan:

Pembinaan dan pengembangan generasi muda sebagai gene rasi pewaris nilai-nilai luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan diarahkan agar pemuda menjadi kader pimpinan bangsa yang berjiwa Pancasila, disiplin, peka, mandiri, beretos kerja,

(14)

5

Kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan generasi muda yang tertuang dalam GBHN 1993 tersebut harus dapat

mela-hirkan generasi muda Indonesia yang nemiliki wawasan kebang

saan yang luas. Upaya pembinaan dan pengembangan tersebut melibatkan usaha pendidikan, baik pendidikan formal di

sekolah

maupun

pendidikan di

lingkungan

masyarakat

yang

tidak kalah pentingnya dan besar peranannya dalam menumbuh kembangkan wawasan kebangsaan generasi muda. Mengenai pembi naan dan pengembangan generasi muda, Kansil (1986: 122-123) menyatakan ada tiga jalur, jaitu jalur pendidikan/ keluarga,

jalur pemerintah, dan jalur masyarakat.

Pendidikan wawasan kebangsaan pada generasi muda

dira-sakan sangat penting, karena selain diamanatkan oleh konsti

tusi dan peraturan perundangan yang ada juga berkaitan

dengan kedudukan strategis generasi muda. Sekaitan dengan

hal itu, Kansil (1986: 99) menyatakan:

Dilihat dari segi kebutuhan, maka generasi muda adalah sumber daya manusia di masa yang akan datang. Sebagai sumber insani dari potensi bangsa, maka generasi muda perlu dipersiapkan agar berpartisipasi aktif dan mem

berikan sumbangan yang posit i f kepada pembangunan bangsa dan negara...Disadari bahwa masa depan adalah milik generasi muda. la adalah Ianjutan masa kini dan merupakan hasil masa lampau. Dalam hubungan ini, maka pembinaan dan pengembangan generasi muda harus menanam-kan kepekaan terhadap masa depan untuk dapat menyadari masa datang sebagai kelanjutan masa kini.

(15)

dimungkinkan adanya perbedaan pemahaman dan tanggapan dalam kerangka kehidupan kebangsaan yang disebabkan oleh situasi dan tantangan yang ada memang telah jauh berbeda dengan

pengalaman yang dihayati generasi sebelumnya. Hal tersebut

sebagaimana dikemukakan oleh B. Simandjuntak dan IL.

Pasari-bu (1990: 8), BP 7 Pusat(1993: 26), dan Gantya Witarso

(Suara Merdeka: 24 Maret 1987).

Lebih tegas dikemukakan oleh Abdul Munir Mulkan dalam

Nasikun dkk (1996: 17-19) yang menyatakan:

Nasionalisme di mat a generasi muda pasca perang kemer-dekaan mempunyai makna r e l a t i f berbeda dari generasi yang bergumul dan terlibat perang kemerdekaan... Penga

laman hidup an tar generasi dalam pergumulan kenegaraan dan kebangsaan yang berbeda dapat menumbuhkan sentimen kebangsaan dan kenegaraan yang juga berbeda.

Perbedaan pemahaman dan tanggapan generasi muda tentang

wawasan kebangsaan selain disebabkan tidak mengalaminya

proses perintisan dan pertumbuhan wawasan kebangsaan, tidak

kalah penting adalah faktor pengaruh keadaan kekinian.

Keadaan sekarang yang disebut sebagai jaman globalisasi

tidak dapat dipungkiri sangat berpengaruh terhadap cara

pandang generasi muda dalam peri kehidupan kebangsaannya.

Mudahnya informasi dari berbagai belahan dunia yang

dikon-sumsi tidak selalu menguntungkan bangsa Indonesia, khususnya

generasi muda. Sebagai misal pendapat Kenichi Ohmay dalam

bukunya yang berjudul Dunia Tanpa Batas yang menyatakan

bahwa kini berpikir dan bersikap kebangsaan atau nasionalis

me dipandangnya sebagai sesuatu yang kuno. Generasi muda

dengan karakternya yang terbuka dan mudah menerima perubahan

(16)

yang datangnya dari luar, yang dikemas dalam bentuk berita

atau buku yang apik dan menarik, termasuk pendapat Ohmay

tersebut. Pengaruh globalisasi terhadap bangsa Indonesia dan

dampaknya seperti digambarkan oleh Bernadette N. Setiadi

dalam ISPSKJP&M NO. 1 1993: 33-34):

Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia tentu tidak luput pula dari pengaruh globalisasi i n i . . . Salah satu bahaya utama adalah timbulnya kebingungan dalam menghadapi perubahan dan ketidak jelasan yang demikian cepat terjadi, sehingga tidak jarang para individu (terutama mereka yang masih muda) kehilangan pegangan.

Pandangan senada dikemukakan pula oleh Budi Santoso

dalam Moerdiono, dkk(1995: 111), Lambang Trijono dalam

Analisis CSIS NO. 2 (1996: 136), Soedarsono(Suara Merdeka,

Sabtu: 24 Maret 1997), M. Soeparno(1992: 3), M. Alwi Dahlan

dalam Mimbar NO. 82 Tahun XIV(1996/1997: 21), dan Rudini

dalam Bakom PKB Pusat(1992:2).

Globalisasi selain membawa pengaruh positif juga memuat

pengaruh negatif yang bagi kelangsungan dan kehidupan ne

gara-bangsa Indonesia, dan wawasan kebangsaan bisa sangat

rentan . Suprapto (1994: 6) dalam makalahnya pada Seminar

Nasional II Dosen Pancasila di Purwokerto menyatakan:

Dengan merebaknya globalisasi dalam bidang ekonomi, yang didukung oleh teknologi komunikasi mengakibatkan melemahnya batas-batas an tar negara, sehingga terjadi i n t e r a k s i secara u n i v e r s a l antar manusia. Hal i n i secara langsung menimbulkan problem terhadap eksistensi negara bangsa. Timbul pertanyaan masih relevankah gagasan tentang nasionalisme dan wawasan kebangsaan.

Jawaban pertanyaan tersebut bagi bangsa Indonesia yang

mendambakan negara persatuan dan kesatuan tidaklah gamang,

yaitu nasionalisme dan wawasan kebangsaan tetap relevan dan

(17)

a

Dampak

negatif globalisasi yang

berpandangan

seolah-olah terjadi perubahan status dan batas negara akan

mengim-bas pada nasionalisme atau wawasan kebangsaan suatu

bangsa.

Dalam kaitan ini, Abdul Azis Wahab (1996:

2) menyatakan:

...munculnya

perubahan status dan

batas-batas

negara

menyebabkan hubungan yang rumit dengan nasionalisme,

identitas politik,

dan partisipasi warga

negara.

Adanya

pengungsi global yang telah menimbulkan orang-orang tanpa kewarganegaraan dalam si tern politik kontemporer mengisyaratkan pentingnya penyiapan warga negara Indo nesia menghadapi perubahan-perubahan tersebut melalui pendidikan kewarnegaraan.

Dengan gaya bahasa berbeda Abdurrahman Wahid dalam

Soerjanto Poespowardojo (1994: 4-5) menyatakan hal yang

senada dengan pernyataan Abdul Aziz Wahab.

Pernyataan Cecep Syarifuddin dalam Forum Pengkajian Seskoad (1994: 103) memperjelas pula pengaruh negatif globa lisasi terhadap nasionalisme atau wawasan kebangsaan:

Selain itu banyak

kalangan

memprihatinkan

bahwasanya

semangat nasionalisme karena terpaan arus globalisasi dihampir segaia bidang kehidupan masyarakat telah berkembang sedemikian jauh, makin kompleks dan rumit. Hingga dalam banyak hal, jiwa nasionalisme bangsa tidak

lagi menjadi hirauan utama dalam cara pandang dan

pola

pikir.

Namun ironisnya, globalisasi yang merebak seolah

meni-adakan batas dan perbedaan antar negara dan bangsa, ternyata membangkitkan semangat kesukuan atau kelompok yang bersifat primordialis. Merebaknya semangat primordialis ini sangat

memprihatinkan

bangsa Indonesia yang pluralis dalam

banyak

seginya. Pluralisme bangsa Indonesia sangat rentan dan

potensial terjadinya disintegrasi nasional. Dalam hal ini

Sofyan

Wanandi (Jawa Pos,

Senin:

27 Mei

1996)

menyatakan:

(18)

kapasitas

tertentu,

kebhinekaan atau kemajemukan itu

dapat

dipandang sebagai potensi perpecahan. "

Nasikun (1996:

7)juga

menyatakan hal yang senada: "... masyarakat majemuk pada umumnya menghadapi masalah integrasi dalam magnitude yang

tidak pernah dihadapi oleh corak masyarakat yang lain. "

Oleh sebab itu bangkitnya semangat primordialis ber-kait erat dengan semakin rumitnya permasalahan pembinaan wawasan kebangsaan. Peringatan adanya ancaman disintegrasi yang disebabkan oleh bangkitnya semangat primordialis harus pula dicermati secara seksama oleh segenap bangsa Indonesia. Sebagaimana dikemukakan oleh Anak Agung Banyu Perwito (Analisis CSIS NO. 2Th. XXV-1996: 156) dengan menyatakan:

Kecenderungan maraknya konflik antar etnis yang terjadi di berbagai penjuru dunia ini tentunya dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia untuk tetap teguh memegang persatuan dan kesatuan bangsa ditengah era globalisasi i n i . . . Sebagai suatu negara-bangsa yang terdiri dari beragam etnis, agama, budaya, dan bahasa, kita perlu memikirkan bersama

terbentuknya satu masyarakat terbuka (open society) guna memantapkan paham kebangsaan Indonesia.

Mencermati berbagai pengaruh globalisasi, maka timbul

berbagai kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam terhadap

merosot atau melunturnya wawasan kebangsaan generasi muda,

yang tidak menghayati secara langsung perintisan dan

penum-buhan wawasan kebangsaan dalam perjuangan mempertahankan

kemerdekaan. Apalagi akhir-akhir ini juga timbul berbagai kerusuhan yang melibatkan generasi muda. Keterlibatan gene rasi muda dalam berbagai kerusuhan massa dipandang

(19)

10

Berbagai kekhawatiran dan merosotnya wawasan kebangsaan

generasi

muda dapat disimak dari berbagai

pernyataan

yang

mengedepan

akhir-akhir

ini.

Siswono Yudohusodo

(1996:

6)

menyatakan:

... semangat kebangsaan yang ada terasa telah

mendang-kal,

telah terjadi erosi rasa kebangsaan

terutama

di

kalangan generasi muda... paham dan semangat kebangsaan

dari bangsa yang majemuk ini akan merosot dan

tenggelam

oleh adanya gejala menonjolnya semangat kesukuan dan keagamaan, yang semula merupakan unsur-unsur yang membentuk negara-bangsa ini. Ada pula yang merasa prihatin karena menganggap ada upaya-upaya yang siste-matik untuk memasukkan pandangan-pandangan budaya asing ke dalam budaya hidup bangsa kita, atau kedalam pan-dangan hidup kita, yang pada saatnya akan dapat melun-turkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa yang telah terbina selama i n i .

Kecemasan senada dikemukakan Ginandjar Kartasasmita (1994: 50) dalam Sarasehan Nasional Peningkatan Kualitas Pengamalan Wawasan Kebangsaan dengan menyatakan:

Kalau kita coba mendalaminya, menangkap berbagai ung-kapan dari masyarakat, terutama dari kalangan cendekia-wan dan pemuka masyarakat memang mungkin ada hal yang menjadi keprihatinan. Pertama,ada kesan seakan-akan semangat kebangsaan telah mendangkal atau terjadi erosi terutama di kalangan generasi muda; seringkali disebut bahwa sifat materialistik, telah menggantikan idealisme yang merupakan sukmanya kebangsaan. Kedua, ada kekhawa

tiran ancaman disintegrasi kebangsaan, dengan melihat gejala yang terjadi di berbagai negara, terutama yang amat mencekam adalah kejadian di Yugoslavia, di bekas Sovyet, dan juga di negara-negara lainnya seperti Afrika, dimana paham kebangsaan merosot menjadi paham

kesukuan.

Kecemasan dan kekhawatiran mendalam merosot dan

(20)

11

ini,

sehingga yang timbul adalah dugaan dan prasangka

bahwa

kadar nasionalisme,

terutama dikalangan generasi muda

mulai

menurun dewasa i n i . "

Pendapat Amir Santoso terasa sangat menarik, sebab

tidak

dengan

serta merta diterima berbagai

prasangka

dan

kecemasan

itu,

tetapi dengan berpikir secara

positif

dan

dengan mempertanyakan dasar argumen ilmiahnya. Tetapi justru dari sifat prasangka dan dugaan tersebut mendorong dan merangsng untuk dibuktikan . Sebab benar atau tidak dugaan atau prasangka tersebut, ternyata telah mendapat respon sangat kuat dari berbagai kalangan, baik tokoh pemerintahan, tokoh agama, dan tokoh masyarakat lainnya. Respon yang kuat tersebut nampak dalam berbagai forum dan melalui berbagai media dilansir tentang perlunya kewaspadaan terhadap

mero-sotnya penghayatan wawasan kebangsaan, sehingga dibutuhkan

usaha untuk mengatasinya dengan menekankan dan memperkuat perlunya pendidikan wawasan kebangsaan bagi generasi muda.

Berbagai ungkapan pakar, politisi, ulama, dan praktisi

tentang perlunya pengkajian dan pemantapan wawasan kebang

saan generasi muda dikemukakan oleh Sofyan Wanandi (Jawa

Pos, Senin: 27 Mei 1996), Dadang Rochmat Hasanusi(Kompas, Senin: 19 Agustus 1996), Abdurrahman Wahid(Kompas, Senin: 2

September 1996), L.B. Moerdani dalam Mimbar BP7 NO. 37 Tahun

VIK1989:

64-65),

Alamsyah Ratuprawiranegara(Walkodri,

1985:

20),

Soenaryadi dalam Media P4 NO.

31 TH.

XI(1995/1996:

12),

dan Hendropriyono dalam Mimbar NO. 82 TH. XIV(1996/1997:

(21)

12

Dalam hal

tersebut,

Sofyan Wanandi (Jawa Pos,

Senin:

27

Mei 1996) menyatakan:

Menyimak kecenderungan-kecenderungan, baik di dalam maupun di luar negeri, terdapat beberapa perkembangan yang menjadi kendala atau penghalang usaha peningkatan persatuan dan kesatuan bangsa, antara lain kecende-rungan primordialisme... Kecenderungan semacam ini perlu diatasi secara konsepsional, arif, dan bijaksana berdasarkan wawasan kebangsaan agar tidak berkembang kearah disintegrasi bangsa.

Terasa tepat saatnya himbauan Presiden Suharto (Mimbar BP7 NO. 67/XII-1994/1995: 2) dalam Sarasehan Nasional Pe ningkatan Kulaitas Pengamalan Wawasan Kebangsaan dalam PJP Kedua menyatakan: "Hawasan kebangsaan itu tidak boleh hanyut dalam perubahan dunia, karena tanpa wawasan kebangsaan kita

akan kehilangan jati d i r i . . . itu sebabnya, wawasan kebang

saan kita harus terus kita segarkan. "

Respon masyarakat yang begitu kuat, sebagai ungkapan kekhawatiran dan kecemasan yang sangat mendalam terhadap isue merosot dan mendangkalnya wawasan kebangsaan juga tercermin dari himbauan para Khatib Sholat Idul Fitri (Suara

Merdeka, Selasa: 11 Februari 1997) yang menyerukan

penting-nya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang merupakan

unsur dasar wawasan kebangsaan Indonesia.

Sekaitan latar permasalahan diatas, dipandang sangat perlu dilakukan penelitian masalah yang berkenaan dengan

wawasan kebangsaan generasi muda.

B. Masalah Penelitian

(22)

negara-bangsa.

Perannya dalam kehidupan negara

dan

bangsa

sangat

potensial

dan strategis,

sebab

lambat

atau

cepat

proses regenerasi secara alamiah pasti berlangsung.

Menya-dari hukum alam demikian,

pembinaan dan pengembangan genera

si muda sebagai upaya menyiapkan

kader bangsa yang

memenuhi

amanat konstitusi dan cita-cita kemerdekaan tidak boleh

terabaikan.

Bertolak dari latar belakang penelitian yang telah diu-raikan, ternyata amanat konstitusi sebagaimana ditegaskan oleh Penjelasan UUD 1945 (yang bersifat ideal) dan telah diupayakan perwujudannya melalui berbagai kebijakan pendi-dikan(tujuan pendidikan nasional) yang tertuang dalam

pera-turan perundangan sebagaimana digariskan GBHN 1993 dan UU

NO. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan kebijakan pembinaan dan pengembangan generasi muda (sebagai digariskan oleh GBHN 1993), realitasnya para tokoh masyara kat yang terdiri atas kalangan cendekiawan, negarawan, pendidik, orang tua, pengamat politik, maupun ulama

mempu-nyai kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam mengenai mero

sot dan mendangkalnya pemahaman dan penghayatan wawasan

kebangsaan generasi muda Indonesia.

Timbulnya kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam di

kalangan tokoh masyarakat terhadap pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan oleh generasi muda diyakini karena perbe daan persepsi antara generasi tua dan generasi muda, sebagai

akibat tempaan situasi dan kondisi yang berbeda, yang

(23)

14

kekhawatiran dan kecemasan adalah akibat pengaruh globalisa

si yang menumbuhkan pandangan universalitas, tetapi disisi

lain

menimbulkan

tumbuh suburnya pola pikir dan

sikap

pri

mordialis. Oleh karena itu satu hal yang menarik bagi pene-liti adalah mengetahui bagaimanakah sebenarnya pemahaman dan

penghayatan wawasan kebangsaan generasi muda.

Baik pandangan universalitas yang mengabaikan prinsip negara-bangsa, maupun pola pikir dan sikap primordialis yang

mengutamakan kelompok dan mengabaikan persatuan-kesatuan

negara-bangsa, bagi bangsa dan negara Indonesia yang bersi

fat majemuk sama-sama tidak dikehendaki. Di era globalisasi,

bangsa Indonesia ingin menjalaninya dengan memanfaatkan

peluang yang ada tanpa harus mengorbankan keutuhan jati diri

negara-bangsanya. Dalam hal ini patut diperhatikan pandangan

Endang Sutari dalam Forum Pengkajian Seskoad (1994: 241)

yang menyatakan: "Memilih jalur primordialisme berarti

be-rorientasi ke belakang, hanya mampu bersikap negatif terha

dap keseluruhan budaya global sekarang, berarti memilih

menu tup d i r i . "

Proses penumbuhan, pemahaman, dan penghayatan wawasan

kebangsaan sebagai pendidikan nilai kebangsaan harus melalui

proses pendidikan dalam arti yang luas, yaitu pola hubungan

edukatif antara lingkungan dengan subyek pendidikan, dalam

hal ini generasi muda. Pendidikan yang dimaksudkan menurut

Kansil(1986: 17) adalah: "... cara bagaimana suatu masyara

kat mengalihkan kultur politik kepada generasi berikutnya.

(24)

15

interaksi sosial, komunikasi sosial, dan penteladanan. "

Lingkungan

masyarakat merupakan salah satu

lingkungan

pendidikan yang dominan membentuk manusia Indonesia seutuh

nya. Oleh karena itu lingkungan masyarakat harus dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai yang positif, termasuk wawa san kebangsaan warga negara, khususnya generasi muda.

Untuk menjawab pokok permasalahan kekhawatiran dan

kecemasan mendalam tentang meluntur dan mendangkalnya pema haman dan penghayatan wawasan kebangsaan generasi muda yang dilansir oleh berbagai kalangan melalui berbagai media, maka

sangat menarik untuk dikaji secara lebih cermat dan mendalam

melalui suatu penelitian.

Agar penelitian ini lebih terkendali dan terarah, sehingga mampu menjawab pokok permasalahan, maka diajukan

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Sudahkah pendidik di lingkungan masyarakat memahami wawa

san kebangsaan?

2. Bagaimanakah pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan

generasi muda di Kodia Semarang?

3. Apakah alasan dan tujuan memahami dan menghayati wawasan

kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang?

4. Bagaimanakah proses pendidikan wawasan kebangsaan di

lingkungan masyarakat pada generasi muda di Kodia Sema

rang .

Secara lebih terinci untuk menjawab pertanyaan peneli tian yang telah diajukan, dilakukan penelusuran yang

(25)

16

1. Identifikasi pendidik di lingkungan masyarakat tentang

pengertian wawasan kebangsaan.

2. Pemahaman generasi muda mengenai hak dan kewajibannya selaku warga negara dalam hubungannya dengan bangsa,

negara dan masyarakatnya.

3. Identifikasi pendidik di lingkungan masyarakat terhadap

pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan generasi

muda sebagai cerminan tanggung jawabnya selaku warga

negara.

4. Pemahaman generasi muda tentang latar belakang alasan dan

tujuannya memahami dan menghayati wawasan kebangsaan.

5. Identifikasi pendidik di lingkungan masyarakat terhadap

latar belakang alasan dan tujuan generasi muda memahami

dan menghayati wawasan kebangsaan.

6. Pemahaman dan sikap generasi muda terhadap proses pendi

dikan nilai wawasan kebangsaan di lingkungan masyarakat.

7. Identifikasi pendidik di lingkungan masyarakat terhadap

pendidikan wawasan kebangsaan generasi muda, baik yang

bersifat ideal maupun faktual.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang wawasan kebangsaan generasi muda di

Kodia Semarang ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran

wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang. Dari

garabaran yang diperoleh tersebut direkomendasikan pentingnya

(26)

17

generasi muda di lingkungan

masyarakat yang efektif.

Tujuan

lain dari penelitian ini adalah didapat sumbangan

pemikiran

pengem-bangan perkuliahan dan materi Pendidikan Umum di

perguruan

tinggi yang mampu

menumbuhkembangkan

pemahaman,

sikap,

dan

penghayatan wawasan kebangsaan

sesuai

dengan

tanggung jawab peserta didik selaku warga negara-bangsa yang

baik dan bertanggung jawab.

Sedangkan

secara lebih khusus dan

terinci,

penelitian

ini bertujuan:

Pertama:

Mengidentifikasi pemahaman pendidik di

ling

kungan masyarakat tentang pengertian wawasan kebangsaan.

Kedua: Mendapatkan deskripsi pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang.

Ketiga: Mendapatkan deskripsi alasan dan tujuan genera

si

muda

di Kodia Semarang dalam

memahami

dan

menghayati

wawasan kebangsaan.

Keempat: Mendapatkan deskripsi pendidikan wawasan ke

bangsaan generasi muda oleh pendidik di lingkungan

masyara

kat di Kodia Semarang.

Kelima: Merekomendasikan pentingnya disusun model pen didikan wawasan kebangsaan pada generasi muda di lingkungan

masyarakat.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian tentang wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang ini diharapkan mencapai kegunaan atau

keman-faatan,

baik yang

bersifat

teoritis

maupun

kegunaan yang

(27)

18

Kegunaan

Teoritis,

dari hasil

penelitian

ini

ingin

memberikan

sumbangan

pemikiran tentang

pentingnya

tindak

lanjut

disusun

model pendidikan wawasan

kebangsaan

pada

generasi

muda

di

lingkungan

masyarakat,

yang

merupakan

bagian

integral tujuan yang hendak dicapai

penyelenggaraan

Pendidikan Umum di Indonesia. Sebagaimana diketahui,

Pendi

dikan Umum di Indonesia bertujuan membentuk manusia

Indone

sia seutuhnya, dan salah satu kriterianya dimilikinya wawas

an kebangsaan yang luas. Komitmen kebangsaan yang luas

akan

mendorong

manusia

Indonesia sebagai pribadi

warga

negara

yang

dapat

menempatkan peri kehidupannya

secara

seimbang

dalam hubungannya sebagai makhluk individu, sebagai

makhluk

sosial dari suatu masyarakatnya,

sebagai warga negara

Indo

nesia, dan juga sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Kegunaan

Praktis,

selama ini pendidikan wawasan kebang

saan seolah-olah menjadi beban tanggung jawab lembaga pendi

dikan formal atau sekolah saja. Sehingga timbulnya

kekhawa

tiran

dan

kecemasan yang mendalam oleh

berbagai

kalangan

masyarakat

mengenai mendangkal dan merosotnya

wawasan

ke

bangsaan generasi muda tersebut, guru dan sekolah saja

yang

dituding

sebagai

yang paling bertanggung jawab

dan

tidak

berhasil

melaksanakan misinya sebagaimana yang

diamanatkan

oleh tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu, penelitian

ini juga bermaksud mencapai kegunaan yang bersifat praktis,

yaitu:

(1). Membantu pihak-pihak pengarabil kebijakan(lembaga

(28)

19

dan pihak-pihak lain yang berkaitan, dalam mengenali

secara mendalam masalah dan karakteristik wawasan

kebangsaan generasi muda, dan proses pendidikan serta

pembinaannya. Sehingga kebijakan yang diambil menjadi

lebih efektif dan efisien, sesuai dengan tujuannya.

(2). Memberikan gambaran yang mendalam dan jelas bagi maha

siswa Pendidikan Umum atau pemerhati Pendidikan Umum di

Indonesia mengenai wawasan kebangsaan generasi muda di

lingkungan masyarakat, serta upaya pendidikan dan

pembinaannya.

(3). Bagi program Pendidikan Umum, penelitian ini berupaya

mengenali permasalahan dan memperdalam salah satu

aspek kajian Pendidikan Umum di Indonesia, yaitu wawa

san kebangsaan. Dengan mengenali permasalahannya dan

pemahaman yang mendalam akan dapat ditemukan strategi

pendidikan dan pembinaannya secara lebih efektif bagi

sumbangan program Pendidikan Umum terhadap

Negara-Bangsa Indonesia tercinta. Dengan demikian program

Pendidikan Umum dapat melaksanakan fungsi dan misinya

mencetak warga masyarakat dan warga negara Indonesia

yang baik, yaitu warga negara yang paham dan sadar akan

hak dan kewajibannya secara bertanggung jawab.

D. Definisi Operasional

Untuk memperjelas persoalan yang menjadi fokus peneli

(29)

>o

yang diambil dari topik penelitian. Difinisi operasional

yang dimaksud adalah:

1. Hawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan adalah cara pandang yang dilingkupi oleh rasa kebangsaan dan semangat kebangsaan dalam upaya bangsa untuk mencapai cita-cita nasionalnya, dan mengembang-kan eksistensi kehidupannya atas nilai-nilai luhur

bangsa-nya. Wawasan kebangsaan merupakan implementasi dan

aktuali-sasi dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan pemikiran

yang menyangkut kehidupan kebangsaan, baik dalam bidang

ideologi, politik, ekonomi, sosialbudaya, hukum, hamkam dan lain-lainnya, untuk membawa bangsa ke arah kehidupan yang lebih maju dan lebih modern sesuai dengan komitmen

bangsa/bersama.

Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yaitu

kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa yang lahir

secara alamiah karena sejarah, karena aspirasi perjuangan

masa lampau, karena kebersamaan kepentingan, karena rasa

senasib sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu dan masa

kini serta kesamaan pandangan, harapan, dan tujuan dalam

merumuskan cita-cita bangsa untuk waktu yang akan datang.

Dengan kata lain rasa kebangsaan itu adalah perekat yang

mempersatukan dan memberi dasar kepada jati diri kita seba

gai bangsa.

Paham kebangsaan adalah aktualisasi dari rasa kebang

saan yang berupa pikiran-pikiran, gagasan-gagasan yang

(30)

21

cita-cita kehidupan berbangsa dan tujuan nasional yang jelas dan rasional. Paqham kebangsaan itu dinamis, berkembang, dipengaruhi oleh lingkungan strategisnya yang sangat kom-pleks sifatnya. Tumbuh berkembangnya rasa dan semangat

kebangsaan membentuk semangat kebangsaan.

Sedang semangat kebangsaan adalah kerelaan berkorban

demi kepentingan bangsa, negara dan tanah airnya.(Siswono

Yudohusodo, 1996: 12-13)

2. Generasi Muda

Kansil (1986: 138-139) menyatakan: Generasi muda dalam

pengertian umum adalah golongan manusia berusia muda. Sedang

yang disebut pemuda dari segi biologis adalah orang yang

berusia 15 - 30 tahun. Dilihat dari sudut ideologis-politis,

maka generasi muda adalah calon pengganti generasi

terdahu-lu, dalam hal ini umur antara 18 sampai 30 tahun, dan

ka-dang-kadang sampai umur 40 tahun. Sedang pengertian pemuda

berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat

pemuda berada adalah mereka yang ada diluar lingkungan

sekolah maupun perguruan tinggi , usia antara 15 - 30 tahun.

Dengan demikian, dalam pengertian disini yang dimaksud

dengan pemuda adalah manusia yang berumur antara 15 - 30

tahun. Tetapi dalam masa transisi mereka yang berumur 30

40 tahun masih ada dalam jalur organisasi pemuda.

Pengertian pemuda sebagai diuraikan diatas sedikit

berbeda dengan pandangan BP 7 (1993: 227) yang menyatakan:

Pemuda pada umumnya merupakan golongan manusia berusia 15

(31)

pembinaan dilingkungan organisasi kepemudaan, seringkali

masih digunakan batasan usia hingga 40 tahun.

3. Kodia Semarang

Kodia Semarang yang dimaksudkan yaitu merupakan salah

satu daerah tingkat II di Propinsi Jawa Tengah yang merupa

kan Ibu Kota propinsi Jawa Tengah.

4. Pendidikan

Menurut Kansil(1986: 17) pengertian pendidikan dalam

arti pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu masyara

kat mengalihkan kultur politik kepada generasi berikutnya.

Cari ini dapat berujud edukasi formal dan non formal,

inter-aksi sosial, komunikasi sosial, pentaladanan dan sebagainya.

Dengan demikian yang dimaksud dengan pendidikan adalah cara

suatu bangsa mengalihkan kulturnya kepada generasi mudanya

agar menjadi lebih dewasa.

Pendidikan wawasan kebangsaan mencakup pula makna

pembinaan, yaitu pengalihan nilai wawasan kebangsaan sebagai

nilai kehidupan berbangsa kepada generasi muda, sehingga

lebih dewasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

5. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat yang dimaksudkan adalah lingkung

an di mana seseorang selaku anggota negara dan masyarakat

itu hidup dan berinteraksi.

Pendidikan di lingkungan masyarakat yang dimaksudkan

adalah pendidikan yang terlaksanakan melalui berbagai proses

interaksi sosial di dalam kehidupan bermasyarakat, yang

(32)

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas keterkaitan

atau pola interaksi dalam pengertian pendidikan di lingkung

an masyarakat dengan generasi muda, dapat digambarkan secara

skeraatis dalam bagan sebagai berikut:

INFORMAL

Orangtua

NONFORMAL

Tokoh

Masyarakat

PEMUDA

FORMAL

Penatar

BP7

Gambar: 1

Bagan Pola Pendidikan Hawasan Kebangsaan pada Generasi Muda

(33)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analitik

dengan pendekatan fenomenologis. Metode dan pendekatan

tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa masalah yang

dikaji berkaitan dengan sesuatu hal yang sedang berlangsung

dalam kehidupan (berproses). Digunakannya metode dan pende

katan tersebut diharapkan diskripsi atas fenomena yang

ditemukan di lapangan dapat diinterpretasikan makna dan isi

esensinya secara lebih mendalam.

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian

atau menjadi sasaran penelitian adalah generasi muda Kodia

Semarang, yang mempunyai peran atau status sebagai:

a. Generasi Muda, dalam hal ini diambil subyek yaitu, pemuda

atau seseorang yang masuk dalam kelompok usia sebagai

generasi muda. Baik yang masih belajar di perguruan ting

gi, lulusan perguruan tinggi atau sekolah menengah atas

yang sudah bekerja, atau lulusan pendidikan tinggi atau

menengah yang belum bekerja.

b. Tokoh masyarakat(mewakili lingkungan pendidikan non for

mal), yang terdiri dari tokoh muda dan tua, dengan

mem-pertibangkan kedudukannya dalam organisasi kepemudaan,

profesi, dan atau kemasyarakatan. Tokoh masyarakat dimak

sud sebagai pendidik di lingkungan masyarakat.

(34)

98

c. Orang tua(mewakili lingkungan pendidikan informal), dalam hal ini yang diambil sebagai subyek penelitian seseorang yang telah memiliki anak sebagai pemuda dengan latar pendidikan subyek sekolah menengah atau sederajat, dan seorang lagi yang telah mempunyai anak sebagai pemuda dengan latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi.

d. Penatar BP7 Kodia Dati II Semarang(mewakili lembaga

formal yang berpengaruh terhadap pendidikan masyarakat),

yang terdiri dari penatar tiga bidang tatar, yaitu

seorang penatar P4, seorang penatar UUD 1945, dan seorang

penatar GBHN.

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam pengumpulan data penelitian digunakan

teknik pengumpulan data dengan:

a. Teknik Observasi, teknik ini dilaksanakan dalam

menghim-pun data dari semua subyek penelitian. Observasi atau

pengamatan yang dilakukan adalah jenis pemeran serta

sebagai pengamat. Menurut Lexy J. Moleong (1996: 127)

pemeran serta sebagai pengamat yang dimaksudkan adalah

peranan peneliti sebagai pengamat tidak sepenuhnya seba

gai pemeran serta, tetapi masih melakukan fungsi penga

matan. la menjadi-sebagai anggota pura-pura, jadi tidak

melebur dalam arti yang sesungguhnya.

Sedangkan jenis obeservasi yang digunakan adalah jenis

observasi yang Non-Sistematis, yakni observasi yang tidak

menggunakan pedoman baku, berisi sebuah daftar yang

(35)

b. Teknik Hawancara, melalui wawancara, data utama yang

berupa ucapan, pikiran, gagasan, perasaan, dan/atau

tin-dakan subyek penelitian diharapkan dapat terungkap dan

terekam oleh peneliti secara lebih teliti dan cermat.

c. Teknik Dokumentasi, teknik dokumentasi ini dimaksudkan

untuk menghimpun dan merekam data yang dokumenter sifat

nya, seperti arsip penting, foto kegiatan atau aktivitas langsung dari subyek penelitian, tulisan atau artikel,

piagam, dan lain sebagainya.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang merupakan instrumen peneli

tian adalah peneliti sendiri. Untuk itu pengenalan terhadap

diri pada dasarnya merupakan hal yang sangat penting dari bagian persiapan peneliti agar lebih siap dan terampil di

lapangan dalam pengumpulan data penelitian.

Manusia sebagai instrumen penelitian dimungkinkan

memiliki kelebihan. Menurut Lexy J. Moleong (1996:121):

Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen penelitian mencakup

segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuh

an, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data

sece-patnya, dan mampu memanfaatkan kesempatan untuk mengklasifi-kasi dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan untuk

mencari respon yang tidak lazim atau idiosinkratik.

E. Pengumpulan Data Penelitian

Dalam pengumpulan data penelitian didasarkan atas

(36)

lOO

kasus. Secara terinci, tahapan teknik tersebut adalah: (1) Orientasi, (2) Eksplorasi, (3) Member Ckeck, dan (4)

Tria-ngulasi guna menemukan data-data pembanding.

F. Analisis Data Penelitian

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara

induktif, yaitu penarikan kesimpulan yang umum atas dasar

pengetahuan tentang hal yang bersifat khusus. Melalui anali

sis induktif diharapkan mampu menangkap makna data yang

bersifat ganda sebagaimana layaknya fenomena sosial.

G. Jadwal Kegiatan Penelitian

Sebagai pedoman target kerja, dalam penelitian ini

disusun jadwal kegiatan penelitian. Penelitian dilaksanakan

selama 5 bulan, yaitu dimulai Mei 1997 sampai dengan Septem

ber 1997.

Secara terinci kegiatan penelitian tersebut adalah

sebagai berikut:

NO. Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5

1.

2.

3.

4.

5.

Tahap Persiapan

Penyusunan Disain

Penelitian Lapangan

Analisis Data

Penyusunan Laporan

V

V

V V V

V V

(37)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Berdasar data penelitian, interpretasi, dan pembahasan,

yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,

maka

dipero

leh kesimpulan,

implikasi,

dan

rekomendasi sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Penelitian ini bersifat kasus, maka penarikan kesimpul an tidak bermaksud sebagai upaya penggeneralisasian,

melain-kan

lebih merupakan upaya

merekapitulisasikan

makna-makna

esensial dari temuan-temuan penelitian dan pembahasannya.

Pengungkapan

kesimpulan terutama mengacu pada

jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan dan tujuan

penelitian yang

telah

dikemukakan dalam bab sebelumnya. Setelah dilakukan wawan-cara dan diskusi terhadap subyek serta didukung hasil penga matan di lapangan, maka dapat disimpulkan:

1.

Meskipun

pendidik di lingkungan

masyarakat

berpendapat

bahwa wawasan kebangsaan penting, tetapi pemahaman mereka

tentang hal itu sangat kurang.

2.

Menurut pendidik di

lingkungan masyarakat,

sebagai

warga

negara

memahami-menghayati wawasan kebangsaan

merupakan

suatu

kewajiban,

mengingat kelangsungan

kehidupan

ber

bangsa dan bernegara tidak luput dari perubahan

keadaan,

baik yang positif maupun yang negatif.

3. Menurut

pendidik

di

lingkungan

masyarakat,

menurunnya

pemahaman-penghayatan

nilai

wawasan

kebangsaan

oleh

(38)

152

generasi muda tampak dalam fenomena yang mengganggu

kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Menurut pendidik di lingkungan masyarakat, wawasan ke

bangsaan wajib dimiliki oleh generasi muda, tetapi pendi

dik sendiri dalam pembinaan belum dapat berperan secara

optimal.

5. Menurut pendidik dan generasi muda di lingkungan masyara

kat, pembinaan wawasan kebangsaan seyogyanya diintegrasi

kan dengan kegitan rutin lain yang menarik.

B. Implikasi

Dari kesimpulan tersebut di atas, dapat ditarik

impli-kasinya sebagai berikut:

1. Memahami wawasan kebangsaan bagi bangsa dan generasi muda

Indonesia merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan,

sebab bersifat imperatif. Wawasan kebangsaan adalah

komitmen bangsa, maka wajib warga negara untuk memahami

dan menghayatinya. Warga negara yang baik tentu berusaha

menjunjung tinggi dan mempertahankan komitmen bangsa,

sebab penghayatan berpengaruhi terhadap kelanggengan

kehidupan bangsa. Menjunjung tinggi dan mempertahankan

wawasan kebangsaan merupakan kemauan seluruh bangsa.

Agar setiap anggota bangsa dapat menghayati dan mempunyai

(39)

153

memahami maknanya secara benar. Pemahaman yang benar

memberi kemungkinan untuk dapat menghayati secara benar

pula. Sikap memandang kurang penting memahami pengertian

wawasan kebangsaan dapat berdampak pada melemahnya

moti-vasi untuk menghayati, dan hal ini jelas tidak sejalan

dengan amanat konstitusi negara.

2. Positifnya alasan-tujuan pendidik dan generasi muda di

lingkungan masyarakat dalam memahami dan menghayati

wawasan kebangsaan memberi peluang sangat baik bagi

penumbuhan kesadaran mengaktualisasikan komitmen kebang

saan dalam segenap aspek dan bidang kehidupan berbangsa.

Merasa wajib yang bersifat otomatis dan naluriah merupa

kan modal dasar bagi negara, termasuk pendidik di ling

kungan masyarakat dalam melaksanakan misi menumbuhkem

bangkan nilai wawasan kebangsaan pada generasi muda. Hal

tersebut mendorong dilakukannya upaya yang lebih konkrit

dan terarah, yaitu dengan memberi wawasan yang luas dan

bermanfaat sesuai kondisi yang ada. Dengan demikian nilai

wawasan kebangsaan lebih dirasakan manfaatnya.

3. Menurunnya pemahaman-penghayatan wawasan kebangsaan oleh

generasi muda dapat berdampak luas dan serius terhadap

(40)

diperha-tikan dan ditangani segera. Kelangsungan negara sangat

bergantung

pada

kesadaran seluruh

warga

negara

dalam

menghayati wawasan kebangsaan.

Memperhatikan

karakteris

tik,

aspirasi,

eksistensi,

dan

kondisi

generasi

muda

sangat

penting,

sebab diabaikannya

hal

tersebut

akan

menumbuhkan sikap acuh-tak acuh dan

apriori yang

menjadi

penghalang besar upaya pembinaan.

Mengingat penyebab yang

menonjol atas menurunnya pemahaman-penghayatan wawasan

kebangsaan

karena

harapan-arahan orangtua

yang

semakin

pragmatis-materialis,

maka menyeimbangkan

harapan

yang

pragmatis-idealis dengan yang bernuansakan nilai

wawasan

kebangsaan

oleh

orangtua merupakan

sikap

yang

sangat

bij aksana.

4.

Meningkatkan

peran

pendidik

di

lingkungan

masyarakat

dalam

pembinaan nilai wawasan kebangsaan

pada

generasi

muda

merupakan

kebutuhan

mendesak.

Berbagai

peluang

pendidik

di

lingkungan masyarakat dalam

interaksi

so-sialnya bersama generasi muda dapat dikaitkan dan

diman-faatkan

bagi penumbuhan nilai wawasan kebangsaan.

Keha-diran pendidik yang mampu membimbing dan membombong

moti-vasi

akan lebih menggairahkan generasi

muda.

Penekanan

(41)

genera-155

si muda mencurahkan sebagian perhatiannya bagi kehidupan

kebangsaannya.

5.

Pendidikan umum memegang peran penting dalam meningkatkan

pemahaman-penghayatan

wawasan kebangsaan generasi

muda.

Hal

itu adalah bagian tugas pendidikan umum yang

penting

dalam membina manusia seutuhnya dan anak yang mampu

menyesuaikan

diri dengan lingkungan masyarakat

di

mana

anak

tinggal. Wawasan kebangsaan yang

mantap

merupakan

salah satu indikator penting terwujudnya pembangunan

pendidikan di Indonesia. Secara bertahap dan

berkesinam-bungan

pendidikan

umum

perlu

memprogramkan

pembinaan

wawasan kebangsaan generasi muda secara

dialogis-komuni-katif.

Komunikasi dialogis tetapi terprogram akan

lebih

dapat

diterima,

karena menghargai generasi

muda

secara

lebih manusiawi sesuai dengan

kedudukannya sebagai priba

di warga negara dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

C. Rekomendasi

Sebagai akhir tesis ini,

atas

dasar

kesimpulan

dan

implikasi diberikan rekomendasi sebagai berikut.

1. Bagi Pemerintah dan Lembaga

Penentu

Kebijakan di Bidang

Pembinaan Generasi Muda di Lingkungan

Masyarakat

Pelaksanaan pendidikan wawasan kebangsaan generasi muda

(42)

156

Urgensi mendesak dilaksanakannya tidak semata dilatar belakangi oleh terjadi penurunan wawasan kebangsaan

generasi

muda

saja,

tetapi juga

dalam

upaya

menjawab

tantangan.

Pemantapan wawasan kebangsaan sebagai

bagian

pemantapan

persatuan

bangsa

menjadi

semakin

penting.

Kebijakan pembinaan generasi muda telah menggariskan

arah

tegas pemantapan wawasan kebangsaan sebagai upaya

membe-kali

pemuda

tetap berakar pada budaya

dan

kepribadian

bangsanya dalam memapaki masa depannya.

Tanggung jawab pembinaan generasi muda tidak

hanya pada

sekolah/lembaga

formal,

tetapi juga

pada

pendidik

di

lingkungan

masyarakat.

Berdasarkan

temuan

penelitian

pembinaan wawasan

kebangsaan tidak perlu

diselenggarakan

.secara khusus dan formal, melainkan dengan diintegrasikan

pada

berbagai

kegiatan rutin

lain yang

menarik.

Setiap

kegiatan

hendaknya disisipi pesan nilai wawasan

kebang

saan. Cara demikian selain tidak akan membentuk mental

rendah diri atau inlander, juga tidak membosankan yang

menumbuhkan sikap apriori. Berbagai peluang interaksi sosial antara orangtua, tokoh masyarakat, dan penatar

dengan generasi muda harus dimanfaatkan untuk

menanamkan

nilai

wawasan kebangsaan.

Bentuk dialog,

sarasehan,

dan

yang

sejenisnya merupakan kondisi ideal

bagi

pembinaan

wawasan kebangsaan generasi muda yang dapat

membangkit

kan rasa memiliki dan tanggung jawab.

Pentingnya

pembinaan wawasan kebangsaan

dilihat

dari

(43)

157

visi kebangsaan, pemeliharaan atau pemantapan visi ke

bangsaan, dan penyamaan atau penegasan visi kebangsaan

pada generasi muda. Dengan adanya penanaman, pemelihara an, dan penegasan visi kebangsaan tersebut, nilai wawasan kebangsaan mampu berperan sebagai acuan perilaku dan

acuan penilaian bagi perilaku generasi muda.

Materi seyogyanya mempertimbangkan dimensi manfaat, proyeksi masa depan, sejarah bangsa, usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat, sifat inovatif, dan ATHG bangsa.

Bagi orangtua perlu menyadari bahwa nilai wawasan ke bangsaan harus menjadi muatan harapan pada anak-anaknya di masa depan, selain kehidupan sejahtera secara

materi-il. Sentuhan nilai wawasan kebangsaan oleh orangtua dapat

dilakukan di berbagai kesempatan hidup bersama sehari-hari. Bagi tokoh masyarakat perlu memanfaatkan wibawa dan peluangnya untuk menyisipkan nilai wawasan kebangsaan melalui interaksi sosialnya dengan generasi muda. Bagi penatar, selain mengacu target materi bidang tanggung jawabnya, perlu memanfaatkan pembahasan materi dengan mengkaitkan pada nilai wawasan kebangsaan. Berbagai usaha tersebut diyakini akan mampu meningkatkan usaha dan

semangat

generasi

muda dalam

mengaktualisasikan

nilai

wawasan kebangsaan di kehidupan nyata.

Memperhatikan

berbagai

terauan tersebut

diatas,

maka

perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan model

pendidikan

wawasan kebangsaan pada generasi muda di lingkungan

(44)

158

2. Bagi Perkuliahan Pendidikan Umum di Perguruan Tinggi ten

tang Nilai Wawasan Kebangsaan

Sebagai program pendidikan yang berupaya mengembangkan

kepribadian/jati diri yang utuh dan mendasari pengembang

an intelektualitas dan profesionalitas, maka Pendidikan

Umum raengemban misi menumbuhkembangkan nilai wawasan

kebangsaan sebagai wujud kepedulian mahasiswa terhadap

negara-bangsanya. Oleh karena itu dalam pengembangan per

kuliahan Pendidikan Umum perlu disajikan topik-topik

ba-hasan yang terkait dengan nilai wawasan kebangsaan yang

diangkat dari realitas kehidupan berbangsa yang bersifat

aktual dan problematis.

Pengembangan perkulihan Pendidikan Umum tersebut mela

lui komponen mata kuliah yang tergabung dalam Mata Kuliah

Umum(MKU), yang merupakan komponen formal dalam kurikulum

di perguruan tinggi untuk menunjang pembentukan kepriba

dian yang utuh dan kompetensi profesional seorang alum

nus, sebelum memasuki kehidupan kemasyarakatan.

Penyajian nilai wawasan kebangsaan dilakukan dengan

analisa kritis dan komprehensif, sehingga mahasiswa

ter-gairahkan untuk berdialog dengan segaia potensi dirinya,

membekali diri bagi partisipasinya dalam lkut menanamkan,

memelihara, dan menegaskan wawasan kebangsaan yang meru

pakan komitmen berbangsa.

Dalam mengangkat dan menyajikan topik bahasan hendaknya

berpegang pada prinsip-prinsip: aktual, kontekstual-kon-stitusional, komprehensif, humanistik, mahasiswa sentris,

(45)

159

3. Alternatif bagi Penelitian Selanjutnya

Dalam kaitannya dengan topik pembahasan tentang wawasan

kebangsaan tentu diperlukan pemahaman yang komprehensif,

oleh sebab itu perlu informasi sebanyak dan selengkap mung

kin. Penelitian ini jangkauannya sangat terbatas, baik pokok

pembahasannya yang hanya terfokus pada generasi muda ataupun

lingkup kewilayahannya yang hanya terbatas di Kodia Semarang

Berikut disajikan alternatif tema yang disarankan:

1. Perlu penelitian yang menghasilkan alternatif model pen

didikan wawasan kebangsaan di lingkungan masyarakat.

2. Perlu diteliti tentang wawasan kebangsaan berkaitan

dengan lingkup profesi, tingkat pendidikan formal , dan

status sosial. Di dalam penelitian ini ternyata pemahaman

pengertian wawasan kebangsaan diantara profesi dan minat

yang berbeda memberikan warna yang berbeda pula.

3. Perlu penelitian wawasan kebangsaan generasi muda di

wilayah yang berkarakter lain dengan Kodia Semarang,

sehingga didapat gambaran lebih lengkap tentang wawasan

kebangsaan generasi muda Indonesia.

4. Wawasan kebangsaan orangtua menarik pula untuk diteliti,

sebab generasi tua sesuai perkembangan jaman dan kea-daannya bisa mempunyai pemikiran yang berkembang, sebab wawasan kebangsaan bersifat dinamis. Penelitian ini me-temukan bahwa penurunan wawasan kebangsaan generasi muda salah satunya dikarenakan oleh sikap penekanan harapan orang tua yang berlebihan pada sifat pragmatis dan me

(46)

DAFTAR PUSTAKA

A M. Hendropriyono, 1996/1997, Meningkatkan Integrasi Na sional Suatu Pemikiran Untuk Mengatasi Dampak Globali sasi, Mimbar NO. 82Th XIV-1996/1997

Abdul Azis Wahab, 1996, Politik Pendidikan dan Pendidikan

Politik Model Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia Menuju Harganegara Global, (Pidato Pengukuhan Guru Besar), IKIP Bandung

Abdurrachman Wahid, 1996, Sebagai Mayoritas, Umat Islam Harus Menjadi Pengikat Kebangsaan, Kompas Senin: 2

September 1996

Abubakar Busro, 1989, Nilai dan Berbagai Aspeknya Dalam Hukum, Bhratara, Jakarta

Achmad Kosasih Djahiri, 1992, Menelusuri Dunia Afektif-Nilai Moral dan Pendidikan Nilai Moral, Laboratorium

Penga-jaran PMP IKIP Bandung

Alex Lanur, 1995, Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka,

Pener-bit Kanisius, Yogyakarta

Alwi Dahlan, 1996/1997, Pembudayaan P4 dan Komunikasi Pem bangunan: Tantangan Aparatur Era Globalisasi, Mimbar 82 Th XIV-1996/1997

Alwi Dahlan, 1996, Hawasan Komunikasi dan Informasi: Tantan gan Akademis Era Globalisasi (Makalah), BP 7 Dati I

Jateng, Semarang

Alwi Dahlan, 1996, Globalisasi Informasi, Hawasan dan Peru

bahan: Tantangan Baru Komunikasi Nasional (Makalah), BP

7 Dati I Jateng, Semarang

Amin Ibrahim, 1997, Konsep Kesatuan dan Persatuan Bangsa, Pikiran Rakyat, Kamis: 23 Januari 1997

Amri Marzali, 1997, Nilai Dasar Persatuan Bangsa Indonesia, Analisis CSIS NO.1 Tahun XXVI Januari-Februari 1997

Anak Agung Bayu Perwita, 1996, Konflik Antar Etnis dalam Masyarakat Global dan Relevansinya bagi Indonesia.

Analisis CSIS Tahun XXV NO.2 Maret-April 1995

Anthony D. Smith, 1983, Theories of Nationalism, Holmes & Meier Publishers, New York

B. Simandjuntak dan IL. Pasaribu, 1990, Membina dan Mengem bangkan Generasi Muda, Tarsito, Bandung

(47)

161

Bakom PKB Pusat, 1992, Hawasan Kebangsaan Indonesia, Bakom

PKB Pusat, Jakarta

Bambang Daroeso, 1986, Dasar dan Konsep PMP, Aneka IImu,

Semarang

Bernadette N. Setiadi, 1993, Peranan Psikologi Sosial dalam Era Pembangunan, Jurnal Psikologi dan Masyarakat NO.1

ISPSI, Jakarta

BP7 Pusat, 1993, P4 - UUD 1945 - GBHN, BP7 Pusat, Jakarta BP7 Pusat, 1993, UUD - P4 - GBHN, BP7 Pusat, Jakarta

BP7 Pusat, 1994, Kewaspadaan Nasional, BP7 Pusat, Jakarta Chabib Thoha, 1996, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta

Dadang

Rachmat

Hasanusi,

1996,

Nasionalisme

Perlu

Dikaji

Ulang, Kompas, Senin: 19 Agustus 1996

D.A. Wila Huky, 1986, Pengantar Sosiologi, Usaha Nasional,

Surabaya

Departemen

Penbitmassmed

DPP

Golkar,

1994,

Peningkatan

Kualitas Pengamalan Hawasan Kebangsaan Dalam PJP Kedua (Himpunan Makalah Saresehan Nasional), Departemen

Penbitmassmed DPP Golkar, Jakarta

Djoko Widji Suwito, 1997, Sikap Individualisme Makin Meno-njol, Suara Merdeka, Selasa: 25 Maret 1997

Dwi Nugroho

Hidayanto,

1988,

Mengenai Manusia dan

Pendidi

kan, Liberty, Yogyakarta

EM. K. Kaswardi, 1993, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000,

PT Grasindo, Jakarta

Forum Pengkajian Seskoad, 1994, Tantangan Pembangunan, Forum

Pengkajian Seskoad, Bandung

Ginandjar Kartasasmita,

1994/1995,

Pembangunan Nasional

dan

Hawasan Kebangsaan, Mimbar NO.67/XII-1994/1995

Gantya

Witarso,

1987,

Membentuk Hatak Generasi Muda,

Suara

Merdeka, 24 Maret 1987

Hassan

Shadily,

1989,

Ensiklopedi

Indonesia,

PT

Ichtiar

Baru-Van Hoeve, Jakarta

Imam Santoso Sukardi, 1993, Era Globalisasi Dunia dan Karak teristik Manusia Indonesia yang Tangguh, Jurnal Psikol

(48)

162

Jalaludin Rakhmat, 1991, Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Kansil,

1986,

Aku Pemuda

Indonesia

Pendidikan

Politik

Generasi Muda, Balai Pustaka, Jakarta

Kartini Kartono, 1990, Hawasan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Mandar Maju, Bandung

Koentjaraningrat,

1984,

Masalah-masalah Pembangunan,

LP3ES,

Jakarta

Koentjaraningrat,

1985,

Kebudayaan Mentalitas dan

Pembangu

nan, PT Gramedia, Jakarta

Kompas,

1997,

Menggugat Visi dan Semangat Kebangsaan

(Tajuk

Rencana),

Rabu:

21 Mei 1997

}

Kompas,

1997,

Dengan Pemilu Ingin Kita Bangkitkan

Semangat

Kebangsaan

(Tajuk Rencana),

Selasa:

20 Mei

1997

Kuntowidjojo,

1996,

Etika Kebangsaan

Nasionalisme

Versus

Individualisme, Kompas, Kamis: 7 Nopember 1996

L B.

Moerdani,

1989,

Hawasan Kebangsaan dan Implikasi

Stra-teginya Untuk Masa depan,

Mimbar

BP7 NO.37TH VII-1989

Laboratorium Pancasila IKIP Malang, 1983, Pancasila Dalam Pemikiran dan Pemasyarakatannya, HUT Dwiwindu Lapasila,

Malang

Lambang

Trijono,

1996,

Globalisasi Modernitas

dan

Krisis

Negara-Bangsa:

Tantangan

Integrasi

Nasional

dalam

Konteks Global,

Analisis CSIS Tahun XXV NO. 2 Mret-April

1996

Lazuardi

Adi Sage,

1997,

Nasionalisme Para Taipan,

Yes

or

No,

Suara Merdeka,

Jumat:

10 Januari

1997

Lemhanas,

1983,

Kewiraan

Untuk

Mahasiswa,

PT

Gramedia,

Jakarta

Lemhannas, 1989, Kondisi Ketahanan Nasional, Jakarta

Lexy J.

Moleong,

1996,

Metodologi Penelitian Kualitatif,

PT

Remaja Rosdakarya, Bandung

M.

Soeparno,

1992,

Rekayasa Pembangunan

Hatak

dan

Moral

Bangsa, PT Purel Mo

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pendidikan multikultural dalam ekstrakurikuler pramuka untuk memperkuat wawasan kebangsaan pada siswa kelas VII di SMP Negeri

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pendidikan multikultural dalam ekstrakurikuler pramuka untuk memperkuat wawasan kebangsaan pada siswa kelas VII di SMP Negeri

Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Korelasional di SMP Kabupaten Bogor)

Dari 144 sekolah negeri terdapat 40 SMP Terbuka dan 15 sekolah satu atap yang berdiri baru dua Mujiono, 2013 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Wawasan Kebangsaan Siswa

Pembelajaran wawasan Islam dan kebangsaan di ma’had Jami’ah UIN Antasari Banjarmasin merupakan sebuah upaya pengejawantahan nilai moderasi beragama yang telah

Penerapan Mata Kuliah Jatidiri Bangsa sebagai mata kuliah dasar umum memiliki hubungan yang kuat dan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan wawasan kebangsaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya motivasi (variabel moderating) akan dapat memperkuat hubungan wawasan kebangsaan terhadap prestasi

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1 Penanaman nilai-nilai kemuhamamdiyahan berbasis wawasan kebangsaan sudah dilaksanakan mahasiswa dalam kegiatan sehari-hari baik dalam