WAWASAN KEBANGSAAN GENERASI MUDA
Studi De&kriptif Aitalitik Kasiis
PendidQcan Wawasan Kebangsaan
Generasi Mud a pada Lingkungan Masyarakat
diKodia Semarang
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Umum
Oleh SUPRAYOGI MM. 9596152
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
▸ Baca selengkapnya: kesan kesan jika generasi muda mendapat pendidikan yang sempurna full
(2)D I S E 1 - U J U I DAN DISAHKAN
OXJKH
PEMBIMBING I
l^
1
%
Prof H. NURSU) SUMAATMADJA
PEMBIMBING II
ABSTRAK
Generasi muda adalah pemilik masa depan,
oleh karenanya
generasi muda yang berkualitas menjadi harapan bangsa dan
negara demi kelangsungan
hidup negara-bangsa.
Kualitas gene
rasi muda salah satunya ditentukan oleh wawasan kebangsaan yang dimiliki. Di era globalisasi yang mengarah ke sikap pragmatis dan materialis, serta menguatnya primordialisme dan tribalisme, mantapnya wawasan kebangsaan generasi muda
terasa semakin penting. Namun ironisnya justru kerisauanlah
yang ada dibenak sebagian besar bangsa ini.
Penelitian ini bermaksud mengungkap wawasan kebangsaan
generasi muda, dengan meneliti kasus generasi muda di Kodia
Semarang. Tujuan yang hendak dicapai adalah mendapat
gambar-an wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang. Dari
hasil penelitian yang memberikan gambaran wawasan kebangsaan
generasi muda dengan segala faktor yang melingkupinya,
bermaksud merekomendasikan pentingnya dicari model pendidi
kan wawasan kebangsaan generasi muda yang cocok dilaksanakan
di lingkungan pendidikan masyarakat. Penelitian dilakukan
dengan metode diskriptif analitik dengan pedekatan
fenorae-nologis, dengan peneliti sebagai instrumennya.
Hasil penelitian menunjukkan pendidik di lingkungan ma
syarakat (orangtua, tokoh masyarakat, penatar BP-7) dan ge
nerasi muda merasakan adanya penurunan pemahaman dan
aktua-lisasi wawasan kebangsaan generasi muda. Penurunan tersebut
di antaranya disebabkan oleh kurangnya perhatian orangtua
dan bergesernya harapan orangtua tentang masa depan anak
yang semakin pragmatis-materialis dengan penekanan manfaat
jangka pendek, dan tidak jelasnya tantangan yang
membangkit-kan kesadaran kebangsaan.
Akhir penelitian merekomendasikan bahwa pendidikan atau
pembinaan wawasan kebangsaan generasi muda di lingkungan ma
syarakat mendesak untuk segera dilaksanakan, untuk itu perlu dicari model yang cocok bagi pelaksanaannya. Pelaksanaannya
tidak dengan program khusus-formal, tetapi diintegrasikan ke berbagai program kegiatan rutin yang telah ada dan menarik. Optimalisasi peran pendidik di lingkungan masyarakat
harus dilakukan dengan materi berpedoman pada manfaat,
sejarah, proyeksi masa depan, usaha kesejahteraan rakyat,
sifat inovatif, dan ATHG bangsa. Pembinaan didekati sebagai
pendidikan nilai yang berpegang pada prinsip aktual,
kon-tekstua1-konstitusional, komprehensif, humanistik, mahasiswa
sentris, dan affektif oriented.
Hasil yang diharapkan adalah pola pikir, sikap, dan
perilaku generasi muda tetap berakar pada nilai budaya dan
kepribadian bangsa, dengan nilai wawasan kebangsaan sebagai
acuan tingkah laku dan acuan penilaian perilakunya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH iii
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
BAB I . PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Masalah Penelitian 12
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 16
1. Tujuan Penelitian 16
2. Kegunaan Penelitian 17
D. Difinisi Operasional 19
BAB II. WAWASAN KEBANGSAAN DAN GENERASI MUDA 24
A. Kajian tentang Wawasan Kebangsaan 24
1. Pengertian Wawasan Kebangsaan 24
2. Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme .... 29
3. Cita-cita Negara Bangsa dan Tantangannya 34
4. Globalisasi Dunia dan Tantangannya 43
5. Kedudukan Wawasan Kebangsaan dalam Pen
-didikan Umum 49
B. Kajian tentang Generasi Muda 57
1. Generasi Muda dan Karakteristiknya 57
2. Peranan Generasi Muda dalam Kehidupan
Kehidupan Berbangsa 63
3. Kebijaksanaan Kepemudaan di Indonesia .. 65
C. Kajian tentang Pembinaan Wawasan Kebangsaan
Generasi Muda 70
1. Proses Regenerasi 70
2. Sifat Dinamis Wawasan Kebangsaan dan
Urgensi Memehaminya bagi Generasi Muda . 73
3. Pendidikan Wawasan Kebangsaan sebagai
Pendidikan Nilai 78
4. Pendidikan Wawasan Kebangsaan Generasi
Muda di Lingkungan Masyarakat 86
BAB III . PROSEDUR PENELITIAN 97
A. Metode dan Pendekatan Penelitian 97
B. Subyek Penelitian 97
C. Teknik Pengumpulan Data Perhatian 98
D. Instrumen Penelitian 99
E. Pengumpulan Data Penelitian 99
F. Analisis Data Penelitian 100
G. Jadwal Kegiatan Penelitian 100
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 101
A. Hasil Penelitian 101
1. Profil Lokasi dan Situasi Penelitian .. 101
2. Identitas Subyek Penelitian 105
3. Pemahaman Pendidik di Lingkungan Masya
rakat tentang Wawasan Kebangsaan 112
4. Alasan dan Tujuan Memahami dan
Mengha-yati Wawasan Kebangsaan 120
B. Pembahasan Hasil Penelitian 125
1. Pemahaman Pendidik di Lingkungan Masya
rakat terhadap Wawasan Kebangsaan Gene
rasi Muda 125
2. Pemahaman dan Penghayatan Wawasan Ke
bangsaan Generasi Muda 133
3. Pendidikan Wawasan Kebangsaan Generasi
Muda di Lingkungan Masyarakat 136
4. Temuan Penelitian 146
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 151
A. Kesimpulan 151
B. Implikasi 154
C. Rekomendasi 157
DAFTAR PUSTAKA 162
LAMPIRAN SK DOSEN PEMBIMBING 169
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Bagan Pola Pendidikan Wawasan Kebangsaan
pada
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1
Rencana Kerja Penelitian
98
Tabel 2
Penduduk Kodia Semarang
Berdasar
Kelorapok
Umur 102
Tabel 3
Tebaran Subyek Penelitian
110
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 menegaskan
bahwa dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua bangsa
Indonesia memasuki proses tinggal landas menuju terwujudnya
masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri berdasarkan
Pancasila. Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua merupa
kan masa kebangkitan nasional kedua bagi bangsa Indonesia
yang tumbuh dan berkembang dengan makin mengandalkan pada
kemampuan dan kekuatan sendiri serta makin menggeloranya
semangat kebangsaan untuk membangun bangsa Indonesia dalam
upaya mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan
bangsa lain yang telah maju. Oleh karena itu Pembangunan
Jangka Panjang Kedua diarahkan untuk meningkatkan kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia agar makin maju, mandiri
dan sejahtera berdasarkan Pancasila. Rasa cinta tanah air
yang melandasi kesadaran kebangsaan, semangat pengabdian,
dan tekad untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik
harus terus dibangkitkan dan dipelihara sehingga ber
kembang menjadi sikap mental dan sikap hidup masyarakat yang
mampu mendorong percepatan proses pembangunan di segala
as-pek kehidupan bangsa guna memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa demi terwujudnya tujuan nasional. Untuk itulah maka
jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa merupakan
Untuk dapat mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas seperti digariskan oleh GBHN, maka pendi dikan nasional tidak dapat diabaikan perannya. Penca-paian manusia yang berkualitas berkaitan dengan pelak-sanaan fungsi pendidikan pada umumnya. Dikatakan oleh M.D. Dahlan (1983: 3): "Berbioara tentang mutu manusia, berarti
berbicara tentang pendidikan."
Agar pendidikan nasional mampu mengemban amanat yang mulia itu, maka GBHN 1993 (BP7, 1993: 158) menetapkan ten
tang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kuali-tas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terha-dap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berke-pribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas kreatif,
terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal cinta tanah air, mening katkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghar-gai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.
Sejalan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam
GBHN 1993, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
(pasal 4 UU NO. 2 Tahun 1989) menetapkan tujuan pendidikan
nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan memahami tujuan pendidikan nasional yang
ditu-angkan dalam GBHN dan Undang-undang Sistem Pendidikan Na
manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas, dan salah satu indikator manusia berkulaitas adalah dimilikinya rasa dan semangat kebangsaan, yaitu rasa tanggung jawab akan kehidup
an kebangsaannya .dengan menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan bangsa diatas kepentingan pribadi atau golongan.
Rasa dan semangat kebangsaan Indonesia adalah merupakan
nilai yang harus dimiliki oleh setiap manusia Indonesia. A.
Kosasih Djahiri(1992: 2) tentang nilai menyatakan:
Nilai adalah sesuatu yang berharga menurut standart lo-gika(benai—salah), estetika(bagus-buruk), etika ( a d i l / layak-tidak adil), agama(dosa-haram-halal) dan hukum (sah-absah), serta menjadi acuan dan atau sistem keya-kinan diri maupun kehidupannya. Nilai-nilai ini ada dan berkembang dalam berbagai gatra hidup, yakni keilmuan, dan Ipoleksosbudhankam kehidupan.
Agar rasa dan semangat kebangsaan dapat terbina dengan
baik, menjadi acuan dan sistem keyakinan diri manusia Indo
nesia dalam kehidupan kebangsaannya, maka harus diupayakan
melalui pendidikan. Dalam hal ini A. Kosasih Djahiri(1992:
23) menyatakan: "Pendidikan n i l a i esensial dibina secara
kontinyu, terarah-terkendali dan berencana karena s i f a t
dunia a f e k t i f manusia itu sendiri yang labil-kontekstual/
k o n d i s i o n a l - s i t u a s i o n a l . "
Upaya pendidikan mewujudkan manusia Indonesia seutuh
nya, yang memiliki rasa dan semangat kebangsaan adalah
merupakan proses pendidikan nilai, yaitu pendidikan nilai
kebangsaan yang menjadikan pemahaman, sikap, dan penghayatan
kehidupan manusia warga negara Indonesia terhadap bangsa dan
negaranya berbeda dengan manusia bukan warga negara Indone
Judistira K. Garna dalam Forum Pengkajian Seskoad(1994:
82),
Rudini dalam Bakom PKB Pusat(1992:2),
Kansil(1986:
20),
dan Soeprapto(BP 7 Dati I Jateng: 6) menyatakan bahwa memba-has rasa dan semangat kebangsaan(paham kebangsaan) yang raen-dahulukan dan mengutamakan kepentingan bangsa serta persatu
an dan kesatuan bangsa berarti membicarakan nasionalisme,
yaitu kesadaran berbangsa dan loyalitas atas kebangsaannya.
Jiwa dan semangat menjunjung tinggi persatuan dan ke
satuan bangsa(nasionalisme) adalah sejalan dengan amanat
konstitusi, seperti ditegaskan oleh Penjelasan UUD 1945 se
bagai berikut:
Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi negara mengatasi segaia paham golongan, mengatasi segaia paham perseorangan. Negara, menurut pengertian pembukaan itu menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Ini suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
Amanat konstitusi tersebut menekankan harus terbina dan
bertumbuhkembangnya rasa dan semangat kebangsaan, yang
me-lahirkan wawasan kebangsaan pada setiap warga negara Indo
nesia, tak terkecuali para generasi muda yang merupakan
generasi penerus. Oleh karena itu, arah kebijaksanaan pembi
naan generasi muda harus mampu menumbuhkembangkan wawasan
kebangsaan. GBHN 1993 (BP7, 1993: 174) menegaskan:
Pembinaan dan pengembangan generasi muda sebagai gene rasi pewaris nilai-nilai luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan diarahkan agar pemuda menjadi kader pimpinan bangsa yang berjiwa Pancasila, disiplin, peka, mandiri, beretos kerja,
5
Kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan generasi muda yang tertuang dalam GBHN 1993 tersebut harus dapat
mela-hirkan generasi muda Indonesia yang nemiliki wawasan kebang
saan yang luas. Upaya pembinaan dan pengembangan tersebut melibatkan usaha pendidikan, baik pendidikan formal di
sekolah
maupun
pendidikan di
lingkungan
masyarakat
yang
tidak kalah pentingnya dan besar peranannya dalam menumbuh kembangkan wawasan kebangsaan generasi muda. Mengenai pembi naan dan pengembangan generasi muda, Kansil (1986: 122-123) menyatakan ada tiga jalur, jaitu jalur pendidikan/ keluarga,
jalur pemerintah, dan jalur masyarakat.
Pendidikan wawasan kebangsaan pada generasi muda
dira-sakan sangat penting, karena selain diamanatkan oleh konsti
tusi dan peraturan perundangan yang ada juga berkaitan
dengan kedudukan strategis generasi muda. Sekaitan dengan
hal itu, Kansil (1986: 99) menyatakan:
Dilihat dari segi kebutuhan, maka generasi muda adalah sumber daya manusia di masa yang akan datang. Sebagai sumber insani dari potensi bangsa, maka generasi muda perlu dipersiapkan agar berpartisipasi aktif dan mem
berikan sumbangan yang posit i f kepada pembangunan bangsa dan negara...Disadari bahwa masa depan adalah milik generasi muda. la adalah Ianjutan masa kini dan merupakan hasil masa lampau. Dalam hubungan ini, maka pembinaan dan pengembangan generasi muda harus menanam-kan kepekaan terhadap masa depan untuk dapat menyadari masa datang sebagai kelanjutan masa kini.
dimungkinkan adanya perbedaan pemahaman dan tanggapan dalam kerangka kehidupan kebangsaan yang disebabkan oleh situasi dan tantangan yang ada memang telah jauh berbeda dengan
pengalaman yang dihayati generasi sebelumnya. Hal tersebut
sebagaimana dikemukakan oleh B. Simandjuntak dan IL.
Pasari-bu (1990: 8), BP 7 Pusat(1993: 26), dan Gantya Witarso
(Suara Merdeka: 24 Maret 1987).
Lebih tegas dikemukakan oleh Abdul Munir Mulkan dalam
Nasikun dkk (1996: 17-19) yang menyatakan:
Nasionalisme di mat a generasi muda pasca perang kemer-dekaan mempunyai makna r e l a t i f berbeda dari generasi yang bergumul dan terlibat perang kemerdekaan... Penga
laman hidup an tar generasi dalam pergumulan kenegaraan dan kebangsaan yang berbeda dapat menumbuhkan sentimen kebangsaan dan kenegaraan yang juga berbeda.
Perbedaan pemahaman dan tanggapan generasi muda tentang
wawasan kebangsaan selain disebabkan tidak mengalaminya
proses perintisan dan pertumbuhan wawasan kebangsaan, tidak
kalah penting adalah faktor pengaruh keadaan kekinian.
Keadaan sekarang yang disebut sebagai jaman globalisasi
tidak dapat dipungkiri sangat berpengaruh terhadap cara
pandang generasi muda dalam peri kehidupan kebangsaannya.
Mudahnya informasi dari berbagai belahan dunia yang
dikon-sumsi tidak selalu menguntungkan bangsa Indonesia, khususnya
generasi muda. Sebagai misal pendapat Kenichi Ohmay dalam
bukunya yang berjudul Dunia Tanpa Batas yang menyatakan
bahwa kini berpikir dan bersikap kebangsaan atau nasionalis
me dipandangnya sebagai sesuatu yang kuno. Generasi muda
dengan karakternya yang terbuka dan mudah menerima perubahan
yang datangnya dari luar, yang dikemas dalam bentuk berita
atau buku yang apik dan menarik, termasuk pendapat Ohmay
tersebut. Pengaruh globalisasi terhadap bangsa Indonesia dan
dampaknya seperti digambarkan oleh Bernadette N. Setiadi
dalam ISPSKJP&M NO. 1 1993: 33-34):
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia tentu tidak luput pula dari pengaruh globalisasi i n i . . . Salah satu bahaya utama adalah timbulnya kebingungan dalam menghadapi perubahan dan ketidak jelasan yang demikian cepat terjadi, sehingga tidak jarang para individu (terutama mereka yang masih muda) kehilangan pegangan.
Pandangan senada dikemukakan pula oleh Budi Santoso
dalam Moerdiono, dkk(1995: 111), Lambang Trijono dalam
Analisis CSIS NO. 2 (1996: 136), Soedarsono(Suara Merdeka,
Sabtu: 24 Maret 1997), M. Soeparno(1992: 3), M. Alwi Dahlan
dalam Mimbar NO. 82 Tahun XIV(1996/1997: 21), dan Rudini
dalam Bakom PKB Pusat(1992:2).
Globalisasi selain membawa pengaruh positif juga memuat
pengaruh negatif yang bagi kelangsungan dan kehidupan ne
gara-bangsa Indonesia, dan wawasan kebangsaan bisa sangat
rentan . Suprapto (1994: 6) dalam makalahnya pada Seminar
Nasional II Dosen Pancasila di Purwokerto menyatakan:
Dengan merebaknya globalisasi dalam bidang ekonomi, yang didukung oleh teknologi komunikasi mengakibatkan melemahnya batas-batas an tar negara, sehingga terjadi i n t e r a k s i secara u n i v e r s a l antar manusia. Hal i n i secara langsung menimbulkan problem terhadap eksistensi negara bangsa. Timbul pertanyaan masih relevankah gagasan tentang nasionalisme dan wawasan kebangsaan.
Jawaban pertanyaan tersebut bagi bangsa Indonesia yang
mendambakan negara persatuan dan kesatuan tidaklah gamang,
yaitu nasionalisme dan wawasan kebangsaan tetap relevan dan
a
Dampak
negatif globalisasi yang
berpandangan
seolah-olah terjadi perubahan status dan batas negara akan
mengim-bas pada nasionalisme atau wawasan kebangsaan suatu
bangsa.
Dalam kaitan ini, Abdul Azis Wahab (1996:
2) menyatakan:
...munculnya
perubahan status dan
batas-batas
negara
menyebabkan hubungan yang rumit dengan nasionalisme,
identitas politik,
dan partisipasi warga
negara.
Adanya
pengungsi global yang telah menimbulkan orang-orang tanpa kewarganegaraan dalam si tern politik kontemporer mengisyaratkan pentingnya penyiapan warga negara Indo nesia menghadapi perubahan-perubahan tersebut melalui pendidikan kewarnegaraan.
Dengan gaya bahasa berbeda Abdurrahman Wahid dalam
Soerjanto Poespowardojo (1994: 4-5) menyatakan hal yang
senada dengan pernyataan Abdul Aziz Wahab.
Pernyataan Cecep Syarifuddin dalam Forum Pengkajian Seskoad (1994: 103) memperjelas pula pengaruh negatif globa lisasi terhadap nasionalisme atau wawasan kebangsaan:
Selain itu banyak
kalangan
memprihatinkan
bahwasanya
semangat nasionalisme karena terpaan arus globalisasi dihampir segaia bidang kehidupan masyarakat telah berkembang sedemikian jauh, makin kompleks dan rumit. Hingga dalam banyak hal, jiwa nasionalisme bangsa tidak
lagi menjadi hirauan utama dalam cara pandang dan
pola
pikir.
Namun ironisnya, globalisasi yang merebak seolah
meni-adakan batas dan perbedaan antar negara dan bangsa, ternyata membangkitkan semangat kesukuan atau kelompok yang bersifat primordialis. Merebaknya semangat primordialis ini sangat
memprihatinkan
bangsa Indonesia yang pluralis dalam
banyak
seginya. Pluralisme bangsa Indonesia sangat rentan dan
potensial terjadinya disintegrasi nasional. Dalam hal ini
Sofyan
Wanandi (Jawa Pos,
Senin:
27 Mei
1996)
menyatakan:
kapasitas
tertentu,
kebhinekaan atau kemajemukan itu
dapat
dipandang sebagai potensi perpecahan. "
Nasikun (1996:
7)juga
menyatakan hal yang senada: "... masyarakat majemuk pada umumnya menghadapi masalah integrasi dalam magnitude yang
tidak pernah dihadapi oleh corak masyarakat yang lain. "
Oleh sebab itu bangkitnya semangat primordialis ber-kait erat dengan semakin rumitnya permasalahan pembinaan wawasan kebangsaan. Peringatan adanya ancaman disintegrasi yang disebabkan oleh bangkitnya semangat primordialis harus pula dicermati secara seksama oleh segenap bangsa Indonesia. Sebagaimana dikemukakan oleh Anak Agung Banyu Perwito (Analisis CSIS NO. 2Th. XXV-1996: 156) dengan menyatakan:
Kecenderungan maraknya konflik antar etnis yang terjadi di berbagai penjuru dunia ini tentunya dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia untuk tetap teguh memegang persatuan dan kesatuan bangsa ditengah era globalisasi i n i . . . Sebagai suatu negara-bangsa yang terdiri dari beragam etnis, agama, budaya, dan bahasa, kita perlu memikirkan bersama
terbentuknya satu masyarakat terbuka (open society) guna memantapkan paham kebangsaan Indonesia.
Mencermati berbagai pengaruh globalisasi, maka timbul
berbagai kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam terhadap
merosot atau melunturnya wawasan kebangsaan generasi muda,
yang tidak menghayati secara langsung perintisan dan
penum-buhan wawasan kebangsaan dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan. Apalagi akhir-akhir ini juga timbul berbagai kerusuhan yang melibatkan generasi muda. Keterlibatan gene rasi muda dalam berbagai kerusuhan massa dipandang
10
Berbagai kekhawatiran dan merosotnya wawasan kebangsaan
generasi
muda dapat disimak dari berbagai
pernyataan
yang
mengedepan
akhir-akhir
ini.
Siswono Yudohusodo
(1996:
6)
menyatakan:
... semangat kebangsaan yang ada terasa telah
mendang-kal,
telah terjadi erosi rasa kebangsaan
terutama
di
kalangan generasi muda... paham dan semangat kebangsaan
dari bangsa yang majemuk ini akan merosot dan
tenggelam
oleh adanya gejala menonjolnya semangat kesukuan dan keagamaan, yang semula merupakan unsur-unsur yang membentuk negara-bangsa ini. Ada pula yang merasa prihatin karena menganggap ada upaya-upaya yang siste-matik untuk memasukkan pandangan-pandangan budaya asing ke dalam budaya hidup bangsa kita, atau kedalam pan-dangan hidup kita, yang pada saatnya akan dapat melun-turkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa yang telah terbina selama i n i .
Kecemasan senada dikemukakan Ginandjar Kartasasmita (1994: 50) dalam Sarasehan Nasional Peningkatan Kualitas Pengamalan Wawasan Kebangsaan dengan menyatakan:
Kalau kita coba mendalaminya, menangkap berbagai ung-kapan dari masyarakat, terutama dari kalangan cendekia-wan dan pemuka masyarakat memang mungkin ada hal yang menjadi keprihatinan. Pertama,ada kesan seakan-akan semangat kebangsaan telah mendangkal atau terjadi erosi terutama di kalangan generasi muda; seringkali disebut bahwa sifat materialistik, telah menggantikan idealisme yang merupakan sukmanya kebangsaan. Kedua, ada kekhawa
tiran ancaman disintegrasi kebangsaan, dengan melihat gejala yang terjadi di berbagai negara, terutama yang amat mencekam adalah kejadian di Yugoslavia, di bekas Sovyet, dan juga di negara-negara lainnya seperti Afrika, dimana paham kebangsaan merosot menjadi paham
kesukuan.
Kecemasan dan kekhawatiran mendalam merosot dan
11
ini,
sehingga yang timbul adalah dugaan dan prasangka
bahwa
kadar nasionalisme,
terutama dikalangan generasi muda
mulai
menurun dewasa i n i . "
Pendapat Amir Santoso terasa sangat menarik, sebab
tidak
dengan
serta merta diterima berbagai
prasangka
dan
kecemasan
itu,
tetapi dengan berpikir secara
positif
dan
dengan mempertanyakan dasar argumen ilmiahnya. Tetapi justru dari sifat prasangka dan dugaan tersebut mendorong dan merangsng untuk dibuktikan . Sebab benar atau tidak dugaan atau prasangka tersebut, ternyata telah mendapat respon sangat kuat dari berbagai kalangan, baik tokoh pemerintahan, tokoh agama, dan tokoh masyarakat lainnya. Respon yang kuat tersebut nampak dalam berbagai forum dan melalui berbagai media dilansir tentang perlunya kewaspadaan terhadap
mero-sotnya penghayatan wawasan kebangsaan, sehingga dibutuhkan
usaha untuk mengatasinya dengan menekankan dan memperkuat perlunya pendidikan wawasan kebangsaan bagi generasi muda.
Berbagai ungkapan pakar, politisi, ulama, dan praktisi
tentang perlunya pengkajian dan pemantapan wawasan kebang
saan generasi muda dikemukakan oleh Sofyan Wanandi (Jawa
Pos, Senin: 27 Mei 1996), Dadang Rochmat Hasanusi(Kompas, Senin: 19 Agustus 1996), Abdurrahman Wahid(Kompas, Senin: 2
September 1996), L.B. Moerdani dalam Mimbar BP7 NO. 37 Tahun
VIK1989:
64-65),
Alamsyah Ratuprawiranegara(Walkodri,
1985:
20),
Soenaryadi dalam Media P4 NO.
31 TH.
XI(1995/1996:
12),
dan Hendropriyono dalam Mimbar NO. 82 TH. XIV(1996/1997:
12
Dalam hal
tersebut,
Sofyan Wanandi (Jawa Pos,
Senin:
27
Mei 1996) menyatakan:
Menyimak kecenderungan-kecenderungan, baik di dalam maupun di luar negeri, terdapat beberapa perkembangan yang menjadi kendala atau penghalang usaha peningkatan persatuan dan kesatuan bangsa, antara lain kecende-rungan primordialisme... Kecenderungan semacam ini perlu diatasi secara konsepsional, arif, dan bijaksana berdasarkan wawasan kebangsaan agar tidak berkembang kearah disintegrasi bangsa.
Terasa tepat saatnya himbauan Presiden Suharto (Mimbar BP7 NO. 67/XII-1994/1995: 2) dalam Sarasehan Nasional Pe ningkatan Kulaitas Pengamalan Wawasan Kebangsaan dalam PJP Kedua menyatakan: "Hawasan kebangsaan itu tidak boleh hanyut dalam perubahan dunia, karena tanpa wawasan kebangsaan kita
akan kehilangan jati d i r i . . . itu sebabnya, wawasan kebang
saan kita harus terus kita segarkan. "
Respon masyarakat yang begitu kuat, sebagai ungkapan kekhawatiran dan kecemasan yang sangat mendalam terhadap isue merosot dan mendangkalnya wawasan kebangsaan juga tercermin dari himbauan para Khatib Sholat Idul Fitri (Suara
Merdeka, Selasa: 11 Februari 1997) yang menyerukan
penting-nya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang merupakan
unsur dasar wawasan kebangsaan Indonesia.
Sekaitan latar permasalahan diatas, dipandang sangat perlu dilakukan penelitian masalah yang berkenaan dengan
wawasan kebangsaan generasi muda.
B. Masalah Penelitian
negara-bangsa.
Perannya dalam kehidupan negara
dan
bangsa
sangat
potensial
dan strategis,
sebab
lambat
atau
cepat
proses regenerasi secara alamiah pasti berlangsung.
Menya-dari hukum alam demikian,
pembinaan dan pengembangan genera
si muda sebagai upaya menyiapkan
kader bangsa yang
memenuhi
amanat konstitusi dan cita-cita kemerdekaan tidak boleh
terabaikan.
Bertolak dari latar belakang penelitian yang telah diu-raikan, ternyata amanat konstitusi sebagaimana ditegaskan oleh Penjelasan UUD 1945 (yang bersifat ideal) dan telah diupayakan perwujudannya melalui berbagai kebijakan pendi-dikan(tujuan pendidikan nasional) yang tertuang dalam
pera-turan perundangan sebagaimana digariskan GBHN 1993 dan UU
NO. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan kebijakan pembinaan dan pengembangan generasi muda (sebagai digariskan oleh GBHN 1993), realitasnya para tokoh masyara kat yang terdiri atas kalangan cendekiawan, negarawan, pendidik, orang tua, pengamat politik, maupun ulama
mempu-nyai kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam mengenai mero
sot dan mendangkalnya pemahaman dan penghayatan wawasan
kebangsaan generasi muda Indonesia.
Timbulnya kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam di
kalangan tokoh masyarakat terhadap pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan oleh generasi muda diyakini karena perbe daan persepsi antara generasi tua dan generasi muda, sebagai
akibat tempaan situasi dan kondisi yang berbeda, yang
14
kekhawatiran dan kecemasan adalah akibat pengaruh globalisa
si yang menumbuhkan pandangan universalitas, tetapi disisi
lain
menimbulkan
tumbuh suburnya pola pikir dan
sikap
pri
mordialis. Oleh karena itu satu hal yang menarik bagi pene-liti adalah mengetahui bagaimanakah sebenarnya pemahaman dan
penghayatan wawasan kebangsaan generasi muda.
Baik pandangan universalitas yang mengabaikan prinsip negara-bangsa, maupun pola pikir dan sikap primordialis yang
mengutamakan kelompok dan mengabaikan persatuan-kesatuan
negara-bangsa, bagi bangsa dan negara Indonesia yang bersi
fat majemuk sama-sama tidak dikehendaki. Di era globalisasi,
bangsa Indonesia ingin menjalaninya dengan memanfaatkan
peluang yang ada tanpa harus mengorbankan keutuhan jati diri
negara-bangsanya. Dalam hal ini patut diperhatikan pandangan
Endang Sutari dalam Forum Pengkajian Seskoad (1994: 241)
yang menyatakan: "Memilih jalur primordialisme berarti
be-rorientasi ke belakang, hanya mampu bersikap negatif terha
dap keseluruhan budaya global sekarang, berarti memilih
menu tup d i r i . "
Proses penumbuhan, pemahaman, dan penghayatan wawasan
kebangsaan sebagai pendidikan nilai kebangsaan harus melalui
proses pendidikan dalam arti yang luas, yaitu pola hubungan
edukatif antara lingkungan dengan subyek pendidikan, dalam
hal ini generasi muda. Pendidikan yang dimaksudkan menurut
Kansil(1986: 17) adalah: "... cara bagaimana suatu masyara
kat mengalihkan kultur politik kepada generasi berikutnya.
15
interaksi sosial, komunikasi sosial, dan penteladanan. "
Lingkungan
masyarakat merupakan salah satu
lingkungan
pendidikan yang dominan membentuk manusia Indonesia seutuh
nya. Oleh karena itu lingkungan masyarakat harus dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai yang positif, termasuk wawa san kebangsaan warga negara, khususnya generasi muda.
Untuk menjawab pokok permasalahan kekhawatiran dan
kecemasan mendalam tentang meluntur dan mendangkalnya pema haman dan penghayatan wawasan kebangsaan generasi muda yang dilansir oleh berbagai kalangan melalui berbagai media, maka
sangat menarik untuk dikaji secara lebih cermat dan mendalam
melalui suatu penelitian.
Agar penelitian ini lebih terkendali dan terarah, sehingga mampu menjawab pokok permasalahan, maka diajukan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Sudahkah pendidik di lingkungan masyarakat memahami wawa
san kebangsaan?
2. Bagaimanakah pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan
generasi muda di Kodia Semarang?
3. Apakah alasan dan tujuan memahami dan menghayati wawasan
kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang?
4. Bagaimanakah proses pendidikan wawasan kebangsaan di
lingkungan masyarakat pada generasi muda di Kodia Sema
rang .
Secara lebih terinci untuk menjawab pertanyaan peneli tian yang telah diajukan, dilakukan penelusuran yang
16
1. Identifikasi pendidik di lingkungan masyarakat tentang
pengertian wawasan kebangsaan.
2. Pemahaman generasi muda mengenai hak dan kewajibannya selaku warga negara dalam hubungannya dengan bangsa,
negara dan masyarakatnya.
3. Identifikasi pendidik di lingkungan masyarakat terhadap
pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan generasi
muda sebagai cerminan tanggung jawabnya selaku warga
negara.
4. Pemahaman generasi muda tentang latar belakang alasan dan
tujuannya memahami dan menghayati wawasan kebangsaan.
5. Identifikasi pendidik di lingkungan masyarakat terhadap
latar belakang alasan dan tujuan generasi muda memahami
dan menghayati wawasan kebangsaan.
6. Pemahaman dan sikap generasi muda terhadap proses pendi
dikan nilai wawasan kebangsaan di lingkungan masyarakat.
7. Identifikasi pendidik di lingkungan masyarakat terhadap
pendidikan wawasan kebangsaan generasi muda, baik yang
bersifat ideal maupun faktual.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang wawasan kebangsaan generasi muda di
Kodia Semarang ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang. Dari
garabaran yang diperoleh tersebut direkomendasikan pentingnya
17
generasi muda di lingkungan
masyarakat yang efektif.
Tujuan
lain dari penelitian ini adalah didapat sumbangan
pemikiran
pengem-bangan perkuliahan dan materi Pendidikan Umum di
perguruan
tinggi yang mampu
menumbuhkembangkan
pemahaman,
sikap,
dan
penghayatan wawasan kebangsaan
sesuai
dengan
tanggung jawab peserta didik selaku warga negara-bangsa yang
baik dan bertanggung jawab.
Sedangkan
secara lebih khusus dan
terinci,
penelitian
ini bertujuan:
Pertama:
Mengidentifikasi pemahaman pendidik di
ling
kungan masyarakat tentang pengertian wawasan kebangsaan.
Kedua: Mendapatkan deskripsi pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang.
Ketiga: Mendapatkan deskripsi alasan dan tujuan genera
si
muda
di Kodia Semarang dalam
memahami
dan
menghayati
wawasan kebangsaan.
Keempat: Mendapatkan deskripsi pendidikan wawasan ke
bangsaan generasi muda oleh pendidik di lingkungan
masyara
kat di Kodia Semarang.
Kelima: Merekomendasikan pentingnya disusun model pen didikan wawasan kebangsaan pada generasi muda di lingkungan
masyarakat.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian tentang wawasan kebangsaan generasi muda di Kodia Semarang ini diharapkan mencapai kegunaan atau
keman-faatan,
baik yang
bersifat
teoritis
maupun
kegunaan yang
18
Kegunaan
Teoritis,
dari hasil
penelitian
ini
ingin
memberikan
sumbangan
pemikiran tentang
pentingnya
tindak
lanjut
disusun
model pendidikan wawasan
kebangsaan
pada
generasi
muda
di
lingkungan
masyarakat,
yang
merupakan
bagian
integral tujuan yang hendak dicapai
penyelenggaraan
Pendidikan Umum di Indonesia. Sebagaimana diketahui,
Pendi
dikan Umum di Indonesia bertujuan membentuk manusia
Indone
sia seutuhnya, dan salah satu kriterianya dimilikinya wawas
an kebangsaan yang luas. Komitmen kebangsaan yang luas
akan
mendorong
manusia
Indonesia sebagai pribadi
warga
negara
yang
dapat
menempatkan peri kehidupannya
secara
seimbang
dalam hubungannya sebagai makhluk individu, sebagai
makhluk
sosial dari suatu masyarakatnya,
sebagai warga negara
Indo
nesia, dan juga sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Kegunaan
Praktis,
selama ini pendidikan wawasan kebang
saan seolah-olah menjadi beban tanggung jawab lembaga pendi
dikan formal atau sekolah saja. Sehingga timbulnya
kekhawa
tiran
dan
kecemasan yang mendalam oleh
berbagai
kalangan
masyarakat
mengenai mendangkal dan merosotnya
wawasan
ke
bangsaan generasi muda tersebut, guru dan sekolah saja
yang
dituding
sebagai
yang paling bertanggung jawab
dan
tidak
berhasil
melaksanakan misinya sebagaimana yang
diamanatkan
oleh tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu, penelitian
ini juga bermaksud mencapai kegunaan yang bersifat praktis,
yaitu:
(1). Membantu pihak-pihak pengarabil kebijakan(lembaga
19
dan pihak-pihak lain yang berkaitan, dalam mengenali
secara mendalam masalah dan karakteristik wawasan
kebangsaan generasi muda, dan proses pendidikan serta
pembinaannya. Sehingga kebijakan yang diambil menjadi
lebih efektif dan efisien, sesuai dengan tujuannya.
(2). Memberikan gambaran yang mendalam dan jelas bagi maha
siswa Pendidikan Umum atau pemerhati Pendidikan Umum di
Indonesia mengenai wawasan kebangsaan generasi muda di
lingkungan masyarakat, serta upaya pendidikan dan
pembinaannya.
(3). Bagi program Pendidikan Umum, penelitian ini berupaya
mengenali permasalahan dan memperdalam salah satu
aspek kajian Pendidikan Umum di Indonesia, yaitu wawa
san kebangsaan. Dengan mengenali permasalahannya dan
pemahaman yang mendalam akan dapat ditemukan strategi
pendidikan dan pembinaannya secara lebih efektif bagi
sumbangan program Pendidikan Umum terhadap
Negara-Bangsa Indonesia tercinta. Dengan demikian program
Pendidikan Umum dapat melaksanakan fungsi dan misinya
mencetak warga masyarakat dan warga negara Indonesia
yang baik, yaitu warga negara yang paham dan sadar akan
hak dan kewajibannya secara bertanggung jawab.
D. Definisi Operasional
Untuk memperjelas persoalan yang menjadi fokus peneli
>o
yang diambil dari topik penelitian. Difinisi operasional
yang dimaksud adalah:
1. Hawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang yang dilingkupi oleh rasa kebangsaan dan semangat kebangsaan dalam upaya bangsa untuk mencapai cita-cita nasionalnya, dan mengembang-kan eksistensi kehidupannya atas nilai-nilai luhur
bangsa-nya. Wawasan kebangsaan merupakan implementasi dan
aktuali-sasi dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan pemikiran
yang menyangkut kehidupan kebangsaan, baik dalam bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosialbudaya, hukum, hamkam dan lain-lainnya, untuk membawa bangsa ke arah kehidupan yang lebih maju dan lebih modern sesuai dengan komitmen
bangsa/bersama.
Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yaitu
kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa yang lahir
secara alamiah karena sejarah, karena aspirasi perjuangan
masa lampau, karena kebersamaan kepentingan, karena rasa
senasib sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu dan masa
kini serta kesamaan pandangan, harapan, dan tujuan dalam
merumuskan cita-cita bangsa untuk waktu yang akan datang.
Dengan kata lain rasa kebangsaan itu adalah perekat yang
mempersatukan dan memberi dasar kepada jati diri kita seba
gai bangsa.
Paham kebangsaan adalah aktualisasi dari rasa kebang
saan yang berupa pikiran-pikiran, gagasan-gagasan yang
21
cita-cita kehidupan berbangsa dan tujuan nasional yang jelas dan rasional. Paqham kebangsaan itu dinamis, berkembang, dipengaruhi oleh lingkungan strategisnya yang sangat kom-pleks sifatnya. Tumbuh berkembangnya rasa dan semangat
kebangsaan membentuk semangat kebangsaan.
Sedang semangat kebangsaan adalah kerelaan berkorban
demi kepentingan bangsa, negara dan tanah airnya.(Siswono
Yudohusodo, 1996: 12-13)
2. Generasi Muda
Kansil (1986: 138-139) menyatakan: Generasi muda dalam
pengertian umum adalah golongan manusia berusia muda. Sedang
yang disebut pemuda dari segi biologis adalah orang yang
berusia 15 - 30 tahun. Dilihat dari sudut ideologis-politis,
maka generasi muda adalah calon pengganti generasi
terdahu-lu, dalam hal ini umur antara 18 sampai 30 tahun, dan
ka-dang-kadang sampai umur 40 tahun. Sedang pengertian pemuda
berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat
pemuda berada adalah mereka yang ada diluar lingkungan
sekolah maupun perguruan tinggi , usia antara 15 - 30 tahun.
Dengan demikian, dalam pengertian disini yang dimaksud
dengan pemuda adalah manusia yang berumur antara 15 - 30
tahun. Tetapi dalam masa transisi mereka yang berumur 30
40 tahun masih ada dalam jalur organisasi pemuda.
Pengertian pemuda sebagai diuraikan diatas sedikit
berbeda dengan pandangan BP 7 (1993: 227) yang menyatakan:
Pemuda pada umumnya merupakan golongan manusia berusia 15
pembinaan dilingkungan organisasi kepemudaan, seringkali
masih digunakan batasan usia hingga 40 tahun.
3. Kodia Semarang
Kodia Semarang yang dimaksudkan yaitu merupakan salah
satu daerah tingkat II di Propinsi Jawa Tengah yang merupa
kan Ibu Kota propinsi Jawa Tengah.
4. Pendidikan
Menurut Kansil(1986: 17) pengertian pendidikan dalam
arti pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu masyara
kat mengalihkan kultur politik kepada generasi berikutnya.
Cari ini dapat berujud edukasi formal dan non formal,
inter-aksi sosial, komunikasi sosial, pentaladanan dan sebagainya.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pendidikan adalah cara
suatu bangsa mengalihkan kulturnya kepada generasi mudanya
agar menjadi lebih dewasa.
Pendidikan wawasan kebangsaan mencakup pula makna
pembinaan, yaitu pengalihan nilai wawasan kebangsaan sebagai
nilai kehidupan berbangsa kepada generasi muda, sehingga
lebih dewasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat yang dimaksudkan adalah lingkung
an di mana seseorang selaku anggota negara dan masyarakat
itu hidup dan berinteraksi.
Pendidikan di lingkungan masyarakat yang dimaksudkan
adalah pendidikan yang terlaksanakan melalui berbagai proses
interaksi sosial di dalam kehidupan bermasyarakat, yang
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas keterkaitan
atau pola interaksi dalam pengertian pendidikan di lingkung
an masyarakat dengan generasi muda, dapat digambarkan secara
skeraatis dalam bagan sebagai berikut:
INFORMAL
Orangtua
NONFORMAL
Tokoh
Masyarakat
PEMUDA
FORMAL
Penatar
BP7
Gambar: 1
Bagan Pola Pendidikan Hawasan Kebangsaan pada Generasi Muda
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analitik
dengan pendekatan fenomenologis. Metode dan pendekatan
tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa masalah yang
dikaji berkaitan dengan sesuatu hal yang sedang berlangsung
dalam kehidupan (berproses). Digunakannya metode dan pende
katan tersebut diharapkan diskripsi atas fenomena yang
ditemukan di lapangan dapat diinterpretasikan makna dan isi
esensinya secara lebih mendalam.
B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian
atau menjadi sasaran penelitian adalah generasi muda Kodia
Semarang, yang mempunyai peran atau status sebagai:
a. Generasi Muda, dalam hal ini diambil subyek yaitu, pemuda
atau seseorang yang masuk dalam kelompok usia sebagai
generasi muda. Baik yang masih belajar di perguruan ting
gi, lulusan perguruan tinggi atau sekolah menengah atas
yang sudah bekerja, atau lulusan pendidikan tinggi atau
menengah yang belum bekerja.
b. Tokoh masyarakat(mewakili lingkungan pendidikan non for
mal), yang terdiri dari tokoh muda dan tua, dengan
mem-pertibangkan kedudukannya dalam organisasi kepemudaan,
profesi, dan atau kemasyarakatan. Tokoh masyarakat dimak
sud sebagai pendidik di lingkungan masyarakat.
98
c. Orang tua(mewakili lingkungan pendidikan informal), dalam hal ini yang diambil sebagai subyek penelitian seseorang yang telah memiliki anak sebagai pemuda dengan latar pendidikan subyek sekolah menengah atau sederajat, dan seorang lagi yang telah mempunyai anak sebagai pemuda dengan latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi.
d. Penatar BP7 Kodia Dati II Semarang(mewakili lembaga
formal yang berpengaruh terhadap pendidikan masyarakat),
yang terdiri dari penatar tiga bidang tatar, yaitu
seorang penatar P4, seorang penatar UUD 1945, dan seorang
penatar GBHN.
C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Dalam pengumpulan data penelitian digunakan
teknik pengumpulan data dengan:
a. Teknik Observasi, teknik ini dilaksanakan dalam
menghim-pun data dari semua subyek penelitian. Observasi atau
pengamatan yang dilakukan adalah jenis pemeran serta
sebagai pengamat. Menurut Lexy J. Moleong (1996: 127)
pemeran serta sebagai pengamat yang dimaksudkan adalah
peranan peneliti sebagai pengamat tidak sepenuhnya seba
gai pemeran serta, tetapi masih melakukan fungsi penga
matan. la menjadi-sebagai anggota pura-pura, jadi tidak
melebur dalam arti yang sesungguhnya.
Sedangkan jenis obeservasi yang digunakan adalah jenis
observasi yang Non-Sistematis, yakni observasi yang tidak
menggunakan pedoman baku, berisi sebuah daftar yang
b. Teknik Hawancara, melalui wawancara, data utama yang
berupa ucapan, pikiran, gagasan, perasaan, dan/atau
tin-dakan subyek penelitian diharapkan dapat terungkap dan
terekam oleh peneliti secara lebih teliti dan cermat.
c. Teknik Dokumentasi, teknik dokumentasi ini dimaksudkan
untuk menghimpun dan merekam data yang dokumenter sifat
nya, seperti arsip penting, foto kegiatan atau aktivitas langsung dari subyek penelitian, tulisan atau artikel,
piagam, dan lain sebagainya.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang merupakan instrumen peneli
tian adalah peneliti sendiri. Untuk itu pengenalan terhadap
diri pada dasarnya merupakan hal yang sangat penting dari bagian persiapan peneliti agar lebih siap dan terampil di
lapangan dalam pengumpulan data penelitian.
Manusia sebagai instrumen penelitian dimungkinkan
memiliki kelebihan. Menurut Lexy J. Moleong (1996:121):
Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen penelitian mencakup
segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuh
an, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data
sece-patnya, dan mampu memanfaatkan kesempatan untuk mengklasifi-kasi dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan untuk
mencari respon yang tidak lazim atau idiosinkratik.
E. Pengumpulan Data Penelitian
Dalam pengumpulan data penelitian didasarkan atas
lOO
kasus. Secara terinci, tahapan teknik tersebut adalah: (1) Orientasi, (2) Eksplorasi, (3) Member Ckeck, dan (4)
Tria-ngulasi guna menemukan data-data pembanding.
F. Analisis Data Penelitian
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara
induktif, yaitu penarikan kesimpulan yang umum atas dasar
pengetahuan tentang hal yang bersifat khusus. Melalui anali
sis induktif diharapkan mampu menangkap makna data yang
bersifat ganda sebagaimana layaknya fenomena sosial.
G. Jadwal Kegiatan Penelitian
Sebagai pedoman target kerja, dalam penelitian ini
disusun jadwal kegiatan penelitian. Penelitian dilaksanakan
selama 5 bulan, yaitu dimulai Mei 1997 sampai dengan Septem
ber 1997.
Secara terinci kegiatan penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
NO. Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
Tahap Persiapan
Penyusunan Disain
Penelitian Lapangan
Analisis Data
Penyusunan Laporan
V
V
V V V
V V
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Berdasar data penelitian, interpretasi, dan pembahasan,
yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,
maka
dipero
leh kesimpulan,
implikasi,
dan
rekomendasi sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Penelitian ini bersifat kasus, maka penarikan kesimpul an tidak bermaksud sebagai upaya penggeneralisasian,
melain-kan
lebih merupakan upaya
merekapitulisasikan
makna-makna
esensial dari temuan-temuan penelitian dan pembahasannya.
Pengungkapan
kesimpulan terutama mengacu pada
jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan dan tujuan
penelitian yang
telah
dikemukakan dalam bab sebelumnya. Setelah dilakukan wawan-cara dan diskusi terhadap subyek serta didukung hasil penga matan di lapangan, maka dapat disimpulkan:
1.
Meskipun
pendidik di lingkungan
masyarakat
berpendapat
bahwa wawasan kebangsaan penting, tetapi pemahaman mereka
tentang hal itu sangat kurang.
2.
Menurut pendidik di
lingkungan masyarakat,
sebagai
warga
negara
memahami-menghayati wawasan kebangsaan
merupakan
suatu
kewajiban,
mengingat kelangsungan
kehidupan
ber
bangsa dan bernegara tidak luput dari perubahan
keadaan,
baik yang positif maupun yang negatif.
3. Menurut
pendidik
di
lingkungan
masyarakat,
menurunnya
pemahaman-penghayatan
nilai
wawasan
kebangsaan
oleh
152
generasi muda tampak dalam fenomena yang mengganggu
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Menurut pendidik di lingkungan masyarakat, wawasan ke
bangsaan wajib dimiliki oleh generasi muda, tetapi pendi
dik sendiri dalam pembinaan belum dapat berperan secara
optimal.
5. Menurut pendidik dan generasi muda di lingkungan masyara
kat, pembinaan wawasan kebangsaan seyogyanya diintegrasi
kan dengan kegitan rutin lain yang menarik.
B. Implikasi
Dari kesimpulan tersebut di atas, dapat ditarik
impli-kasinya sebagai berikut:
1. Memahami wawasan kebangsaan bagi bangsa dan generasi muda
Indonesia merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan,
sebab bersifat imperatif. Wawasan kebangsaan adalah
komitmen bangsa, maka wajib warga negara untuk memahami
dan menghayatinya. Warga negara yang baik tentu berusaha
menjunjung tinggi dan mempertahankan komitmen bangsa,
sebab penghayatan berpengaruhi terhadap kelanggengan
kehidupan bangsa. Menjunjung tinggi dan mempertahankan
wawasan kebangsaan merupakan kemauan seluruh bangsa.
Agar setiap anggota bangsa dapat menghayati dan mempunyai
153
memahami maknanya secara benar. Pemahaman yang benar
memberi kemungkinan untuk dapat menghayati secara benar
pula. Sikap memandang kurang penting memahami pengertian
wawasan kebangsaan dapat berdampak pada melemahnya
moti-vasi untuk menghayati, dan hal ini jelas tidak sejalan
dengan amanat konstitusi negara.
2. Positifnya alasan-tujuan pendidik dan generasi muda di
lingkungan masyarakat dalam memahami dan menghayati
wawasan kebangsaan memberi peluang sangat baik bagi
penumbuhan kesadaran mengaktualisasikan komitmen kebang
saan dalam segenap aspek dan bidang kehidupan berbangsa.
Merasa wajib yang bersifat otomatis dan naluriah merupa
kan modal dasar bagi negara, termasuk pendidik di ling
kungan masyarakat dalam melaksanakan misi menumbuhkem
bangkan nilai wawasan kebangsaan pada generasi muda. Hal
tersebut mendorong dilakukannya upaya yang lebih konkrit
dan terarah, yaitu dengan memberi wawasan yang luas dan
bermanfaat sesuai kondisi yang ada. Dengan demikian nilai
wawasan kebangsaan lebih dirasakan manfaatnya.
3. Menurunnya pemahaman-penghayatan wawasan kebangsaan oleh
generasi muda dapat berdampak luas dan serius terhadap
diperha-tikan dan ditangani segera. Kelangsungan negara sangat
bergantung
pada
kesadaran seluruh
warga
negara
dalam
menghayati wawasan kebangsaan.
Memperhatikan
karakteris
tik,
aspirasi,
eksistensi,
dan
kondisi
generasi
muda
sangat
penting,
sebab diabaikannya
hal
tersebut
akan
menumbuhkan sikap acuh-tak acuh dan
apriori yang
menjadi
penghalang besar upaya pembinaan.
Mengingat penyebab yang
menonjol atas menurunnya pemahaman-penghayatan wawasan
kebangsaan
karena
harapan-arahan orangtua
yang
semakin
pragmatis-materialis,
maka menyeimbangkan
harapan
yang
pragmatis-idealis dengan yang bernuansakan nilai
wawasan
kebangsaan
oleh
orangtua merupakan
sikap
yang
sangat
bij aksana.
4.
Meningkatkan
peran
pendidik
di
lingkungan
masyarakat
dalam
pembinaan nilai wawasan kebangsaan
pada
generasi
muda
merupakan
kebutuhan
mendesak.
Berbagai
peluang
pendidik
di
lingkungan masyarakat dalam
interaksi
so-sialnya bersama generasi muda dapat dikaitkan dan
diman-faatkan
bagi penumbuhan nilai wawasan kebangsaan.
Keha-diran pendidik yang mampu membimbing dan membombong
moti-vasi
akan lebih menggairahkan generasi
muda.
Penekanan
genera-155
si muda mencurahkan sebagian perhatiannya bagi kehidupan
kebangsaannya.
5.
Pendidikan umum memegang peran penting dalam meningkatkan
pemahaman-penghayatan
wawasan kebangsaan generasi
muda.
Hal
itu adalah bagian tugas pendidikan umum yang
penting
dalam membina manusia seutuhnya dan anak yang mampu
menyesuaikan
diri dengan lingkungan masyarakat
di
mana
anak
tinggal. Wawasan kebangsaan yang
mantap
merupakan
salah satu indikator penting terwujudnya pembangunan
pendidikan di Indonesia. Secara bertahap dan
berkesinam-bungan
pendidikan
umum
perlu
memprogramkan
pembinaan
wawasan kebangsaan generasi muda secara
dialogis-komuni-katif.
Komunikasi dialogis tetapi terprogram akan
lebih
dapat
diterima,
karena menghargai generasi
muda
secara
lebih manusiawi sesuai dengan
kedudukannya sebagai priba
di warga negara dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
C. Rekomendasi
Sebagai akhir tesis ini,
atas
dasar
kesimpulan
dan
implikasi diberikan rekomendasi sebagai berikut.
1. Bagi Pemerintah dan Lembaga
Penentu
Kebijakan di Bidang
Pembinaan Generasi Muda di Lingkungan
Masyarakat
Pelaksanaan pendidikan wawasan kebangsaan generasi muda
156
Urgensi mendesak dilaksanakannya tidak semata dilatar belakangi oleh terjadi penurunan wawasan kebangsaan
generasi
muda
saja,
tetapi juga
dalam
upaya
menjawab
tantangan.
Pemantapan wawasan kebangsaan sebagai
bagian
pemantapan
persatuan
bangsa
menjadi
semakin
penting.
Kebijakan pembinaan generasi muda telah menggariskan
arah
tegas pemantapan wawasan kebangsaan sebagai upaya
membe-kali
pemuda
tetap berakar pada budaya
dan
kepribadian
bangsanya dalam memapaki masa depannya.
Tanggung jawab pembinaan generasi muda tidak
hanya pada
sekolah/lembaga
formal,
tetapi juga
pada
pendidik
di
lingkungan
masyarakat.
Berdasarkan
temuan
penelitian
pembinaan wawasan
kebangsaan tidak perlu
diselenggarakan
.secara khusus dan formal, melainkan dengan diintegrasikan
pada
berbagai
kegiatan rutin
lain yang
menarik.
Setiap
kegiatan
hendaknya disisipi pesan nilai wawasan
kebang
saan. Cara demikian selain tidak akan membentuk mental
rendah diri atau inlander, juga tidak membosankan yang
menumbuhkan sikap apriori. Berbagai peluang interaksi sosial antara orangtua, tokoh masyarakat, dan penatar
dengan generasi muda harus dimanfaatkan untuk
menanamkan
nilai
wawasan kebangsaan.
Bentuk dialog,
sarasehan,
dan
yang
sejenisnya merupakan kondisi ideal
bagi
pembinaan
wawasan kebangsaan generasi muda yang dapat
membangkit
kan rasa memiliki dan tanggung jawab.
Pentingnya
pembinaan wawasan kebangsaan
dilihat
dari
157
visi kebangsaan, pemeliharaan atau pemantapan visi ke
bangsaan, dan penyamaan atau penegasan visi kebangsaan
pada generasi muda. Dengan adanya penanaman, pemelihara an, dan penegasan visi kebangsaan tersebut, nilai wawasan kebangsaan mampu berperan sebagai acuan perilaku dan
acuan penilaian bagi perilaku generasi muda.
Materi seyogyanya mempertimbangkan dimensi manfaat, proyeksi masa depan, sejarah bangsa, usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat, sifat inovatif, dan ATHG bangsa.
Bagi orangtua perlu menyadari bahwa nilai wawasan ke bangsaan harus menjadi muatan harapan pada anak-anaknya di masa depan, selain kehidupan sejahtera secara
materi-il. Sentuhan nilai wawasan kebangsaan oleh orangtua dapat
dilakukan di berbagai kesempatan hidup bersama sehari-hari. Bagi tokoh masyarakat perlu memanfaatkan wibawa dan peluangnya untuk menyisipkan nilai wawasan kebangsaan melalui interaksi sosialnya dengan generasi muda. Bagi penatar, selain mengacu target materi bidang tanggung jawabnya, perlu memanfaatkan pembahasan materi dengan mengkaitkan pada nilai wawasan kebangsaan. Berbagai usaha tersebut diyakini akan mampu meningkatkan usaha dan
semangat
generasi
muda dalam
mengaktualisasikan
nilai
wawasan kebangsaan di kehidupan nyata.
Memperhatikan
berbagai
terauan tersebut
diatas,
maka
perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan model
pendidikan
wawasan kebangsaan pada generasi muda di lingkungan
158
2. Bagi Perkuliahan Pendidikan Umum di Perguruan Tinggi ten
tang Nilai Wawasan Kebangsaan
Sebagai program pendidikan yang berupaya mengembangkan
kepribadian/jati diri yang utuh dan mendasari pengembang
an intelektualitas dan profesionalitas, maka Pendidikan
Umum raengemban misi menumbuhkembangkan nilai wawasan
kebangsaan sebagai wujud kepedulian mahasiswa terhadap
negara-bangsanya. Oleh karena itu dalam pengembangan per
kuliahan Pendidikan Umum perlu disajikan topik-topik
ba-hasan yang terkait dengan nilai wawasan kebangsaan yang
diangkat dari realitas kehidupan berbangsa yang bersifat
aktual dan problematis.
Pengembangan perkulihan Pendidikan Umum tersebut mela
lui komponen mata kuliah yang tergabung dalam Mata Kuliah
Umum(MKU), yang merupakan komponen formal dalam kurikulum
di perguruan tinggi untuk menunjang pembentukan kepriba
dian yang utuh dan kompetensi profesional seorang alum
nus, sebelum memasuki kehidupan kemasyarakatan.
Penyajian nilai wawasan kebangsaan dilakukan dengan
analisa kritis dan komprehensif, sehingga mahasiswa
ter-gairahkan untuk berdialog dengan segaia potensi dirinya,
membekali diri bagi partisipasinya dalam lkut menanamkan,
memelihara, dan menegaskan wawasan kebangsaan yang meru
pakan komitmen berbangsa.
Dalam mengangkat dan menyajikan topik bahasan hendaknya
berpegang pada prinsip-prinsip: aktual, kontekstual-kon-stitusional, komprehensif, humanistik, mahasiswa sentris,
159
3. Alternatif bagi Penelitian Selanjutnya
Dalam kaitannya dengan topik pembahasan tentang wawasan
kebangsaan tentu diperlukan pemahaman yang komprehensif,
oleh sebab itu perlu informasi sebanyak dan selengkap mung
kin. Penelitian ini jangkauannya sangat terbatas, baik pokok
pembahasannya yang hanya terfokus pada generasi muda ataupun
lingkup kewilayahannya yang hanya terbatas di Kodia Semarang
Berikut disajikan alternatif tema yang disarankan:
1. Perlu penelitian yang menghasilkan alternatif model pen
didikan wawasan kebangsaan di lingkungan masyarakat.
2. Perlu diteliti tentang wawasan kebangsaan berkaitan
dengan lingkup profesi, tingkat pendidikan formal , dan
status sosial. Di dalam penelitian ini ternyata pemahaman
pengertian wawasan kebangsaan diantara profesi dan minat
yang berbeda memberikan warna yang berbeda pula.
3. Perlu penelitian wawasan kebangsaan generasi muda di
wilayah yang berkarakter lain dengan Kodia Semarang,
sehingga didapat gambaran lebih lengkap tentang wawasan
kebangsaan generasi muda Indonesia.
4. Wawasan kebangsaan orangtua menarik pula untuk diteliti,
sebab generasi tua sesuai perkembangan jaman dan kea-daannya bisa mempunyai pemikiran yang berkembang, sebab wawasan kebangsaan bersifat dinamis. Penelitian ini me-temukan bahwa penurunan wawasan kebangsaan generasi muda salah satunya dikarenakan oleh sikap penekanan harapan orang tua yang berlebihan pada sifat pragmatis dan me
DAFTAR PUSTAKA
A M. Hendropriyono, 1996/1997, Meningkatkan Integrasi Na sional Suatu Pemikiran Untuk Mengatasi Dampak Globali sasi, Mimbar NO. 82Th XIV-1996/1997
Abdul Azis Wahab, 1996, Politik Pendidikan dan Pendidikan
Politik Model Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia Menuju Harganegara Global, (Pidato Pengukuhan Guru Besar), IKIP Bandung
Abdurrachman Wahid, 1996, Sebagai Mayoritas, Umat Islam Harus Menjadi Pengikat Kebangsaan, Kompas Senin: 2
September 1996
Abubakar Busro, 1989, Nilai dan Berbagai Aspeknya Dalam Hukum, Bhratara, Jakarta
Achmad Kosasih Djahiri, 1992, Menelusuri Dunia Afektif-Nilai Moral dan Pendidikan Nilai Moral, Laboratorium
Penga-jaran PMP IKIP Bandung
Alex Lanur, 1995, Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka,
Pener-bit Kanisius, Yogyakarta
Alwi Dahlan, 1996/1997, Pembudayaan P4 dan Komunikasi Pem bangunan: Tantangan Aparatur Era Globalisasi, Mimbar 82 Th XIV-1996/1997
Alwi Dahlan, 1996, Hawasan Komunikasi dan Informasi: Tantan gan Akademis Era Globalisasi (Makalah), BP 7 Dati I
Jateng, Semarang
Alwi Dahlan, 1996, Globalisasi Informasi, Hawasan dan Peru
bahan: Tantangan Baru Komunikasi Nasional (Makalah), BP
7 Dati I Jateng, Semarang
Amin Ibrahim, 1997, Konsep Kesatuan dan Persatuan Bangsa, Pikiran Rakyat, Kamis: 23 Januari 1997
Amri Marzali, 1997, Nilai Dasar Persatuan Bangsa Indonesia, Analisis CSIS NO.1 Tahun XXVI Januari-Februari 1997
Anak Agung Bayu Perwita, 1996, Konflik Antar Etnis dalam Masyarakat Global dan Relevansinya bagi Indonesia.
Analisis CSIS Tahun XXV NO.2 Maret-April 1995
Anthony D. Smith, 1983, Theories of Nationalism, Holmes & Meier Publishers, New York
B. Simandjuntak dan IL. Pasaribu, 1990, Membina dan Mengem bangkan Generasi Muda, Tarsito, Bandung
161
Bakom PKB Pusat, 1992, Hawasan Kebangsaan Indonesia, Bakom
PKB Pusat, Jakarta
Bambang Daroeso, 1986, Dasar dan Konsep PMP, Aneka IImu,
Semarang
Bernadette N. Setiadi, 1993, Peranan Psikologi Sosial dalam Era Pembangunan, Jurnal Psikologi dan Masyarakat NO.1
ISPSI, Jakarta
BP7 Pusat, 1993, P4 - UUD 1945 - GBHN, BP7 Pusat, Jakarta BP7 Pusat, 1993, UUD - P4 - GBHN, BP7 Pusat, Jakarta
BP7 Pusat, 1994, Kewaspadaan Nasional, BP7 Pusat, Jakarta Chabib Thoha, 1996, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Dadang
Rachmat
Hasanusi,
1996,
Nasionalisme
Perlu
Dikaji
Ulang, Kompas, Senin: 19 Agustus 1996
D.A. Wila Huky, 1986, Pengantar Sosiologi, Usaha Nasional,
Surabaya
Departemen
Penbitmassmed
DPP
Golkar,
1994,
Peningkatan
Kualitas Pengamalan Hawasan Kebangsaan Dalam PJP Kedua (Himpunan Makalah Saresehan Nasional), Departemen
Penbitmassmed DPP Golkar, Jakarta
Djoko Widji Suwito, 1997, Sikap Individualisme Makin Meno-njol, Suara Merdeka, Selasa: 25 Maret 1997
Dwi Nugroho
Hidayanto,
1988,
Mengenai Manusia dan
Pendidi
kan, Liberty, Yogyakarta
EM. K. Kaswardi, 1993, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000,
PT Grasindo, Jakarta
Forum Pengkajian Seskoad, 1994, Tantangan Pembangunan, Forum
Pengkajian Seskoad, Bandung
Ginandjar Kartasasmita,
1994/1995,
Pembangunan Nasional
dan
Hawasan Kebangsaan, Mimbar NO.67/XII-1994/1995
Gantya
Witarso,
1987,
Membentuk Hatak Generasi Muda,
Suara
Merdeka, 24 Maret 1987
Hassan
Shadily,
1989,
Ensiklopedi
Indonesia,
PT
Ichtiar
Baru-Van Hoeve, Jakarta
Imam Santoso Sukardi, 1993, Era Globalisasi Dunia dan Karak teristik Manusia Indonesia yang Tangguh, Jurnal Psikol
162
Jalaludin Rakhmat, 1991, Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Kansil,
1986,
Aku Pemuda
Indonesia
Pendidikan
Politik
Generasi Muda, Balai Pustaka, Jakarta
Kartini Kartono, 1990, Hawasan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Mandar Maju, Bandung
Koentjaraningrat,
1984,
Masalah-masalah Pembangunan,
LP3ES,
JakartaKoentjaraningrat,
1985,
Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangu
nan, PT Gramedia, Jakarta
Kompas,
1997,
Menggugat Visi dan Semangat Kebangsaan
(Tajuk
Rencana),
Rabu:
21 Mei 1997
}
Kompas,
1997,
Dengan Pemilu Ingin Kita Bangkitkan
Semangat
Kebangsaan
(Tajuk Rencana),
Selasa:
20 Mei
1997
Kuntowidjojo,
1996,
Etika Kebangsaan
Nasionalisme
Versus
Individualisme, Kompas, Kamis: 7 Nopember 1996
L B.
Moerdani,
1989,
Hawasan Kebangsaan dan Implikasi
Stra-teginya Untuk Masa depan,
Mimbar
BP7 NO.37TH VII-1989
Laboratorium Pancasila IKIP Malang, 1983, Pancasila Dalam Pemikiran dan Pemasyarakatannya, HUT Dwiwindu Lapasila,
Malang
Lambang
Trijono,
1996,
Globalisasi Modernitas
dan
Krisis
Negara-Bangsa:
Tantangan
Integrasi
Nasional
dalam
Konteks Global,
Analisis CSIS Tahun XXV NO. 2 Mret-April
1996Lazuardi
Adi Sage,
1997,
Nasionalisme Para Taipan,
Yes
or
No,
Suara Merdeka,
Jumat:
10 Januari
1997
Lemhanas,
1983,
Kewiraan
Untuk
Mahasiswa,
PT
Gramedia,
JakartaLemhannas, 1989, Kondisi Ketahanan Nasional, Jakarta
Lexy J.
Moleong,
1996,
Metodologi Penelitian Kualitatif,
PT
Remaja Rosdakarya, BandungM.
Soeparno,
1992,
Rekayasa Pembangunan
Hatak
dan
Moral
Bangsa, PT Purel Mo