PENGGUNAAN MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MATEMATIK
PADA SISWA SMP
(Studi eksperimen terhadap siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX-2)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh: Rizki Fajarini H
0800356
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGGUNAAN MODEL TREFFINGER UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS
MATEMATIK PADA SISWA SMP
Oleh
Rizki Fajarini Hasibuan 0800356
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Asaretkha Adjane 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN MODEL TRAFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MATEMATIK
PADA SISWA SMP Oleh :
Rizki Fajarini Hasibuan 0800356
Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I
Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. NIP.194908041977021001
Pembimbing II
Drs. H. Maman Suherman,M.Si NIP. 195202121974121001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Rizki Fajarini Hasibuan, 2013
Penggunaan Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Kreativitass Matematik Pada Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
i
Oleh:
Rizki Fajarini Hasibuan 0800356
Abstrak
Matematika adalah suatu pembelajaran yang sangat penting untuk dipelajari. Peningkatan dalam kemampuan kreativitas siswa merupakan suatu tujuan pembelajaran matematika. Kemampuan kreativitas ini juga sangat dibutuhkan terutama dalam menghadapi tantangan hidup dimasa depan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan kreativitas dalam matematika sangat penting bagi setiap siswa. Penilitian ini mengkaji tentang model Treffinger untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa SMP. Tujuan penelitian ini adalah peningkatan kreativitas siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran matematika melalui model Treffinger lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIB SMP Kartika Siliwangi Bandung tahun ajaran 2012-2013. Materi yang diberikan adalah tentang bangun ruang, instrumen yang digunakan adalah tes (pretes-postes), angket, dan lembar observasi. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kreativitas siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran matematika melalui model Treffinger lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional dan sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran Treffinger bernilai positif.
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Batasan Masalah ... 6
1.3Rumusan Masalah... 6
1.4Tujuan Penelitian ... 7
1.5Manfaat Penelitian ... 7
1.6Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Belajar dan Pembelajaran Matematik ... 9
2.2Model Pembelajaran Treffinger ... 11
2.3Kemampuan Kreativitas ... 18
a. Pengertian kreativitas ... 18
vi
2.4Kemampuan Kreativitas dalam Matematika ... 21
2.5Penelitian yang Relevan ... 24
2.6Hipotesis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Metode dan Disain Penelitian ... 26
3.2Populasi dan Sampel ... 27
3.3Variabel Penelitian ... 27
3.4Instrumen Penelitian ... 28
a. Tes Kemampuan Kreativitas ... 28
b. Angket ... 35
c. Lembar Observasi ... 36
3.5Prosedur Penelitian ... 36
3.6Tekhnik Pengolahan Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 42
1. Pengelompokan siswa... 42
2. Deskripsi Data Kemampuan Kreativitas Matematik ... 42
3. Analisis data hasil tes ... 42
a. Analisis data tes awal ... 43
b. Uji Normalitas Data Tes Awal ... 44
c. Uji Homogenitas Data Tes Awal ... 45
d. Uji Kesamaan rata-rata Data Tes Awal ... 46
e. Analisis Data Tes Akhir ... 47
f. Uji Normalitas Data Tes Akhir ... 48
g. Uji Homogenitas Data Tes Akhir ... 49
vii
4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Treffinger ... 60
2. Kemampuan Kreativitas Matematik Siswa ... 63
3. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Treffinger ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 66
5.2Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
LAMPIRAN ... 71
A. RPP dan Bahan Ajar ... 71
A.1 Silabus ... 72
A.2 RPP ... 75
A.3LKS ... 99
B. Instrumen Penelitian ... 119
B.1Kisi-kisi Soal ... 120
B.2Soal Tes kemampuan kreativitas matematika ... 127
B.3Angket Siswa ... 129
B.4Lembar Observasi Guru ... 132
B.5Lembar Observasi Siswa ... 137
C. Data Hasil Penelitian………141
C.1Hasil Uji Coba Penelitian ... 141
C.2Validitas tes ... 143
C.3Reahabilitas tes... 150
viii
C.5Indeks kesukaran tes ... 157
D. Hasil Pengumpulan Data………...…………..161
D.1Nilai Hasil Penelitian... 162
D.2Analisis Data Pretes... 164
D.3Analitis Data Postes... 168
E. Hasil Pengumpulan Data………..………...172
E.1Kinerja siswa pada tes kemampuan kreativitas matematik ... 173
E.2Kinerja Siswa Pada LKS ... 181
E.3Hasil Angket Siswa ... 198
E.4Hasil observasi ... 203
F. Langkah-langkah Penggunaan SPSS 18.0... 223
G. Surat-Surat Izdin... 226
H. Dokumentasi dan Daftar Riwayat Hidup ... 230
H.1Dokumentasi ... 231
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan dan perubahan yang begitu cepat dalam bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi menuntut pendidikan Indonesia agar dapat
mengembangkan sifat dan kemampuan peserta didik yang dapat membantu
peserta didik menghadapi persoalan-persoalan dimasa mendatang. Pemberian
materi pembelajaran kepada peserta didik tidak cukup banyak menolong peserta
didik dalam menghadapi tingakat permasalahan dimasa yang akan dating yang
semakin tinggi dan sulit. Oleh karena itu sekolah harus mengimbanginya dengan
pengembangan kemampuan lainnya seperti mengembangkan kemampuan
kreativitas peserta didik.
Menurut Maslow (Munandar, 1992:9) bahwa sistem kebutuhan manusia
menekankan kreativitas merupakan manisfestasi dari individu yang berfungsi
sepenuhnya dalam perwujudan dirinya, menurut Biondi (Munandar, 1992:11 )
bahwa kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas
hidupnya.
Salah satu kemampuan yang turut menentukan suksesnya hidup seseorang
adalah kemampuan kreativitas. Kemampuan ini dibutuhkan terutama dalam
menghadapi tantangan masa depan dan era globalisasi serta canggihnya teknologi
komunikasi yang berkembang begitu pesat. Demikian pula kemampuan ini
dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut
kreativitas untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.
Pembelajaran matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat
penting. Karena pentingnya, matematika di ajarkan mulai dari jenjang TK sampai
dengan peguruan tinggi. Bagi siswa selain untuk menunjang dan menambangkan
ilmu-ilmu lainnya, matematika juga diperlukan untuk bekal terjun dan
bersosialisasi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Wahyudin (Kulsum,
2008:2) bahwa sukarnya mempelajari atau mengajarkan matematika, bukan
berarti tidak bisa di upayakan menjadi mudah, asalkan para guru mau
mengupayakan berbagai macam strategi, metode maupun pendekatan dalam
pembelajaran matematika, sehingga matematika mudah diajarkan dan mudah
dipelajari.
Menurut Mustika (2011:2) bahwa yang terjadi dewasa ini, peserta didik
beranggapan bahwa matematika menjadi sesuatu pembelajaran yang sangat sulit
di pahami dan di mengerti. Berdasarkan survey yang dilakukan the third
international mathematics and science study (TIMSS) pada taun 2007 dengan
populasi seluruh peserta didik kelas VIII SMP di Indonesia, menyatakan bahwa
Indonesia menduduki peringkat ke 36 dari 49 negara peserta TIMSS dalam skor
rata-rata prestasi matematika. Hal tersebut menunjukkan tingkat pencapaian
pembelajaran matematika disekolah masih rendah apalagi dalam tingkat
(PISA) pada tahun 2009 indonesia menduduki rangking ke-61 dari 65 negara
untuk katagori matematika.
Menurut Aisyah (2009: 2) bahwa kreativitas siswa di Indonesia masih rendah.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga
penelitian bahwa Organization for Economic Cooperation and Development,
Programme for International student Assessment (OECD PISA) dukungan bank
Dunia terhadap 7.355 peserta didik usia 15 tahun dari 290 SLTP/SMU/SMK
se-Indonesia pada 2003, diketahui bahwa 70% peserta didik se-Indonesia hanya
mampu menguasai matematika sebatas memecakan satu permasalahan
sederhana, belum mampu menyelesaikan masalah kompleks, belum mampu
menyelesaikan masalah yang rumit.
Pendidikan matematika yang dianggap penting belum memperlihatkan
kondisi yang sangat memuaskan bagi dunia pendidikan Indonesia. Terbukti
bahwa tingkat prestasi metamatika Indonesia masih berada dalam posisi rendah.
Buruknya sikap dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika menjadi
salah satu penyebabnya. Mengganggap bahwa matematika merupakan
pembelajaran yang sangat mengerikan, sulit di mengerti atau di pahami menjadi
penyebab buruknya respon siswa terhadap pembelajaran matematika.
Selain itu ditemukan fakta-fakta dilapangan bahwa kemampuan kreativitas
siswa tidak tumbuh secara signifikan, akan tetapi justru sebaliknya. Menurut
hasil peneliti itu semua dikarenakan bahwa kegiatan pembelajaran yang biasa
mengakibatkan siswa pasif selama mengikuti pembelajaran, kegiatan
pembelajaran matematika belum menonjolkan kreativitas siswa, siswa masih
mendengarkan penjelasan guru saja. Guru memberikan soal yang sedikit berbeda
dari contoh, sedikit dari sebagian siswa yang dapat menjawab dengan benar.
Apalagi jika siswa diberikan soal pembuktian yang menuntut mereka menjawab
lebih dari satu cara maka hanya sedikit diantara semua siswa yang dapat
menjawab dengan benar. Siswa hanya terpaku dalam rumus, siswa merasa tidak
percaya diri dan kurang berani untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya,
tidak berani mengembangkan kemampuan berpikirnya dan kurang percaya diri
untuk mencoba menyelesaikan soal dengan cara sendiri.
Hal ini sesuai dengan pengungkapan Widdiharto (2004) yang menyatakan
bahwa kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan
kemampuan berpikir siswa, metode yang digunakan masih kurang berpariasi, dan
sebagai akibatnya motivasi belajar siswa masih sulit untuk ditumbuhkan dan pola
belajar cenderung menghapal.
Untuk mengatasi persoalan tentang kesulitan siswa dalam mempelajari
matematika dengan masih kurangnya daya kreatiativitas siswa maka diperlukan
suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan daya kreativitas mereka.
Guru dituntut untuk mampu menggunakan inovasi dalam menentukan model
pembelajaran karena pemilihan model yang tidak tepat akan berpengaruh
belajar mengajar kreativitas dalam pembelajaran matematika adalah model
pembelajaran Treffinger.
Model pembelajaran Treffinger adalah seperangkat cara dan prosedur
kegiatan belajar yang tahap-tahapnya meliputi orientasi, pemahaman diri dan
kelompok, pengembangan kelancaran dan kelenturan berfikir, dan bersikap
kreatif , pemacu gagasan-gagasan kreatif, serta pengembangan kemampuan
memecahkan masalah yang lebih nyata dan kompleks.
Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit
model yang menangani masalah kreativitas secara langsung .Dengan
melibatkan baik keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari
model ini, Treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan
antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.
Dalam model pembelajaran Treffinger dituntut kemampuan guru untuk
dapat membantu siswa dalam mengembangkan kelancaran dan kelenturan
berpikir dan bersikap kreatif, memacu gagasan-gagasan kreatif, serta
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang nyata dan kompleks.
Pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran Treffinger
terdiri dari tiga langkah, yaitu guru memberikan soal terbuka tentang materi yang
diajarkan untuk didiskusikan siswa, guru memberikan kegiatan yang menantang
yaitu berdiskusi untuk bermain, dan yang terakhir siswa membuat pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas tentang permasalahan dalam pembelajaran
matematika, penulis menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
Treffinger merupakan salah satu upaya meningkatkan kreativitas siswa dan
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika khususnya pada pokok
bahasan Bangun Ruang.
1.2 Batasan Masalah
Untuk mengatasi luasnya masalah yang dibahas dan kesalah pahaman
maksud serta demi keefektifan dan keefisienan penelitian ini, peneliti membatasi
masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian siswa SMP adalah
model pembelajaran Treffinger.
2. Materi yang dipelajari pada penelitian adalah pokok bahasan Bangun
Ruangpada siswa SMP.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
makapermasalahan secara umum penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan kreativitas siswa SMP yang mendapatkan
model pembelajaran Treffinger lebih baik dari pada pembelajaran
konvensional?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kreativitas siswa SMP yang
mendapatkan pembelajaran matematika melalui model Treffinger lebih baik
dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional.
2. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran Treffinger
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, melalui pembelajaran ini , diharapkan dapat menciptakan
suasana belajar yang menjadikan siswa merasa belajar matematika adalah
hal yang menyenangkan, menumbuhkan sifat yang positif, motivasi dan
kepercayaan diri. Dengan demikian siswa dapat mengembangkan proses
berfikirnya sehingga dapat meningkatkan kreativitasnya.
2. Bagi guru, model pembelajaran Treffinger ini mencakup petunjuk yang
spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang
kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.
Memberikan masukan untuk mendesain pembelajaran matematika yang
diharapkan dapat meningkatkan kreativitas matematik siswa, sebagai salah
satu alternatf desain pembelajaran yang diterapkan.
3. Bagi sekolah, diharapkan model Treffinger ini dapat menjadi pertimbangan
4. Bagi peneliti, dapat member gambaran yang lebih jelas tentang perbandinga
kreativitas siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah yang
menggunakan model pembelajaran treffinger.
1.6 Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran Treffinger adalah seperangkat cara dan prosedur
kegiatan belajar yang tahap-tahapnya meliputi orientasi, pemahaman diri
dan kelompok, pengenmbangan kelancaran dan kelenturan berfikir, dan
bersikap kreatif , pemacu gagasan-gagasan kreatif, serta pengembangan
kemampuan memecahkan masalah yang lebih nyata dan kompleks.
2. Kemampuan kreativitas matematik adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas
dalam berpikir serta kemampuan untuk mengkombinasikan suatu gagasan
Kelancaran dedipenisikan sebagai kemampuan memberikan ide-ide yang
tepat dan cepat yang relevan dengan masalah matematika yang diberikan.
Keluwesan didefenisikan sebagai kemampuan menghasilkan keragaman ide
dalam memecahkan masalah matematika yang dibeikan. Elaborasi
didefenisikan sebagai suatu kemampuan memberikan ide atau jawaban yang
bersifat uraian atau penjelasan secara rinci dari jawaban matematika yang
diberikan. Kepekaan didefenisikan sebagai suatu kemampuan yang
tercermin pada kepekaan dalam menangkap permasalahan dan sekaligus
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan kerangka, pola, atau rancangan yang
menggambarkan alur dan arah penelitian yang di dalamnya terdapat
langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kerja.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh dari suatu
pendekatan pembelajaran terhadap kemampuan kreativitas matematik siswa yang
dalam hal ini pengaruh pendekatan Treffinger terhadap kemampuan komunikasi
kreativitas matematik siswa dalam pembelajaran matematika. Selain itu, peneliti
ingin mengetahui hubungan sebab akibat antara perlakuan yang diberikan
dengan kemampuan yang akan diukur. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong
ke dalam penelitian eksperimen.
Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu
kelas kontrol. Kedua kelas tersebut diupayakan memiliki kemampuan setara.
Masing-masing mendapat perlakuan berbeda dalam proses pembelajaran, tetapi
materi yang sama. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan
pendekatan Treffinger. Sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran biasa
atau pendekatan konvensional.
Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
A O X O
Keterangan:
A = Sampel Acak
O = Tes awal/tes akhir
X = Perlakuan pada kelas eksperimen (pembelajaran dengan pendekatan Treffinger).
1.2Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi.
Sampel penelitian ini diambil dari kelas VIIIA dan kelas VIIIB dengan
pertimbangan bahwa materi yang diberikan merupakan materi untuk kelas VIII
dan siswa-siswa kelas VIII sudah berada pada tahap berfikir formal (Ruseffendi
dalam Suzana, 2009). Dua kelas diambil secara acak untuk dijadikan sampel
penelitian. Yaitu siswa kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII A
sebagi kelas kontrol.
1.3Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran model
Treffinger sebagai variabel bebas dan kemampuan kreativitas siswa sebagai
1.4Instrument Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang dapat
menjawab setiap permasalahan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini,
instrumen yang digunakan adalah tes yaitu tes kemampuan berpikir kreatif yang
berupa uraian
a. Tes Kemampuan Kreativitas
Tes kemampuan kreativitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
awal dan tes akhir suatu pokok bahasan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan matematik siswa. Jenis tes yang akan digunakan adalah tes
bentuk uraian. Soal-soal bentuk uraian sangat baik untuk mengungkap
kemampuan kreativitas siswa.
Instrumen penelitian yang baik, tentu harus diperhatikan kualitas dari
instrumen tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas soal yang
baik, harus diperhatikan kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya dilihat dari
beberapa hal berikut: validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda, dan
indeks kesukaran. Untuk mengetahui kriteria-kriteria ini, di bawah ini
dipaparkan penjelasannya, yaitu:
a. Validitas Butir Soal
Menurut Suherman (2003: 102) Definisi validitas yaitu suatu alat evaluasi
disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa
yang seharusnya dievaluasi. Hal senada diungkapkan oleh Ruseffendi (1994:
dan kelompok tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur. Apabila
derajat ketepatan mengukurnya benar, maka validitasnya tinggi. Oleh karena
itu, keabsahan alat evaluasi tergantung pada sejauh mana ketepatan alat
evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat
evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang
dievalausi itu.
Cara menentukan tingkat validitas soal ialah dengan menghitung koefisien
korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur
lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang
tinggi.
Menurut Suherman (2003 : 120) bahwa koefisien validitas butir soal
diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi product-moment memakai
angka kasar (raw score), yaitu :
Dengan:n = banyaknya subyek (testi),
X = skor setiap butir soal,
Y = skor total butir soal.
Menurut Maheswari(2008: 34)Nilai rxydiartikan sebagai nilai koefisien
Tabel 3.1
0 xy Validitas sangat tinggi 90
0 xy Validitas sangat rendah 00
, 0
rxy Tidak valid
Dari hasil perhitungan uji coba soal yang sudah dilakukan maka validitas soal
terlihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2
Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal No. Soal rxy Interpretasi
1 0.4115 Sedang
2 0.6283 Sedang
3 0.6602 Sedang
4 0.6989 Sedang
5 0.5877 Sedang
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelima soal yang diujikan
valid dengan validitas sedang.
b. Reliabilitas tes
Menurut Suherman(2003:131) bahwa suatu alat evaluasi disebut reliabel
jika hasil evaluasi tersebut relatif sama jika digunakan untuk subjek yang
sama. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas soal bentuk
Menurut Suherman(2003:139) bahwa,tolok ukur untuk
menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolok
ukur yang dibuat oleh sebagai berikut:
Tabel 3.3
Interpretasi Reliabilitasr11
Koefisien reliabilitas
r11 Keterangan
r11 0,20 Reliabilitas sangat rendah0 11 Reliabilitas sangat tinggi
Dari hasil uji coba diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,75, nilai ini
menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen yang digunakan tergolong ke
dalam kategori tinggi.
c. Daya Pembeda
Dalam Suherman (2003:159) dijelaskan bahwa daya pembeda sebuah butir
soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Derajat
yang bernilai dari -1,00 sampai dengan 1,00. Rumus untuk menentukan daya
JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar,
atau jumlah benar untuk kelompok atas.
JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar, atau jumlah benar untuk kelompok bawah.
JSA = Jumlah siswa kelompok atas
Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak
digunakan adalah:
Berdasarkan kriteria dan perhitungan dengan bantuan software Anates
Tabel 3.5
Hasil Perhitungan Daya Pembeda No. Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,33 Cukup
d. Indeks Kesukaran
Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang
disebut indeks kesukaran (Difficulty Index). Bilangan tersebut adalah
bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal
dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu
sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut
terlalu mudah. Menurut Suherman(2003: 169-170) bahwa rumus untuk
menentukan indeks kesukaran butir soal, yaitu :
A
Tabel 3.6
Berdasarkan kriteria dan perhitungan dengan bantuan software Anates
V4, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1
Dari hasil diatas diketahui bahwa Indeks Kesukaran tiap butir soalnya adalah sedang dan sukar.
Dari beberapa hasil Uji Instrumen maka diperoleh rekaputasi nilai pada tabel 3.8
Tabel 3.8 Rekaputasi nilai
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Reabilitas Tindakan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 0.4115 Sedang 0,33 Cukup 0,63 Sedang
0,75
Digunakan
3 0.6602 Sedang 0,39 Cukup 0,29 Sukar Digunakan
4 0.6989 Sedang 0,44 Baik 0,39 Sedang Digunakan
5 0.5877 Sedang 0,38 Cukup 0,36 Sedang Digunakan
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari kelima soal dapat digunakan
b. Angket
Penggunaan angket bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran model treffinger. Skala penilaian yang digunakan adalah
Skala Likert. Dalam Skala Likert siswa memiliki 5 pilihan sikap yang
sesuai dengan pernyataan secara terurut yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju
(S),Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS)
dengan bobot penilaian 1 sampai dengan 5. Namun, dalam penelitian ini
alternatif respon ragu-ragu tidak digunakan dengan alasan agar sikap yang
diberikan oleh siswa mencerminkan (memihak) kearah sikap positif atau
negatif.
Tabel 3.8 Nilai sikap siswa
Pernyataan Positif/negatif Sikap Siswa Nilai
Positif Sangat Setuju 5
Positif Setuju 4
Positif Ragu-Ragu 2
Positif Sangat Tidak Setuju 1
Negatif Sangat Setuju 1
Negatif Setuju 2
Negatif Ragu-Ragu 3
Negatif Tidak Setuju 4
Negatif Sangat Tidak Setuju 5
c. Lembar Observasi
Lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
model Treffinger
1.5Prosedur Penelitian
Untuk mengontrol dan mengarahkan penelitian yang dilakukan agar dapat
berjalan secara efektif dan efisien, maka dirancang suatu prosedur penelitian
yang terencana.Sesuai dengan maksudnya, prosedur penelitian merupakan
arahan dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir.Prosedur dalam
penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Identifikasi masalah, potensi dan peluang yang terkait dengan
b. Konsultasi pemilihan judul dan lokasi penelitian
c. Penyusunan dan seminar proposal penelitian.
d. Menyusun komponen-komponen pembelajaran, meliputi bahan ajar,
model evaluasi dan strategi pembelajaran.
e. Membuat dan merevisi instrumen penelitian.
f. Pemilihan sampel penelitian.
g. Mengurus perizinan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes awal (pretest) pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif awal siswa.
b. Melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan model
treffingerpada kelompok eksperimen dan pembelajaran secara klasikal
pada kelompok konvensional.
c. Pengisian skala sikap siswa terhadap matematika.
d. Memberikan tes akhir (posttest) kepada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa
setelah pembelajaran.
3. Tahap Analisis Data
a. Pengumpulan data kuantitatif dan data kualitatif.
b. Pengolahan dan penganalisisan data kuantitatif berupa pretes dan postes
c. Pengolahan data kualitatif berupa angket skala sikap dan lembar
observasi.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat kesimpulan hasil
penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.
1.6Teknik Pengolahan Data
Data yang akan diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua bagian
yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes,
sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, dan pengisian angket.
Penjelasan dari teknik pengolahan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Data yang bersifat kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah
menggunakan program SPSS. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretes, postes, dan indeks gain
(normalized gain) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Menurut Meltzer (Saptuju dalam Wardhani, 2006: 39) bahwa Indeks gain
ini dihitung dengan rumus indeks gain yaitu:
Indeks Gain = Skor Postes−Skor Pretes
Skor Maksimum Ideal−Skor Pretes
Menurut Hake (Sopandi, 2010) untuk kriteria rendah, sedang dan tinggi
Table 3.9 Kriteria Gain
Gain Interpertasi
IG > 0,7 Tinggi
0,3 < IG ≤0,7 Sedang
IG ≤0,3 Rendah
Langkah-langkah pengujian hipotesis yang ditempuh untuk data pretes,
postes dan indeks gain adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing kelompok
sampel berdistribusi normal atau tidak. Data-data yang diuji adalah data
pretes kelas kontrol, pretes kelas eksperimen, postes kelas kontrol, postes
kelas eksperimen, gain kelas kontrol dan gain kelas eksperimen. Dalam uji
normalitas ini digunakan uji Shapiro –Wilk.
Jika data berasal dari distribusi yang normal, maka analisa data
dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menentukan uji
parametrik yang sesuai.Namun, jika data berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians tetapi
langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata (uji non-parametrik) yaitu
dengan menggunakan Mann Whitney U.
b. Uji Homogenitas varians
Uji homogenitas varians dilakukan jika data yang diolah berdistribusi
normal. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah variansi
Dalam hal ini yang akan diuji adalah indeks gain kelas kontrol dan gain
kelas eksperimen. Untuk menguji homogenitas varians digunakan uji
Lavene’s Test dengan mengambil taraf kepercayaan 95% (taraf signifikansi
5%). Jika data yang telah dianalisis bersifat normal dan homogen, maka
data tersebut dilakukan uji kesamaan dua rata-rata.
c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaan dua rata-rata yang dilakukan yaitu untuk menguji apakah
terdapat perbedaan rata-rata (means) pretes dan postes antara kelas
eksperimen dan kelass kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata terhadap skor
pretes dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak dan uji kesamaan dua
rata-rata terhadap skor postes dilakukan dengan menggunakan uji satu
pihak.
Jika data telah berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan
pengujian kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t. Sedangkan
untuk data yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka dilakukan
pengujian kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t’.
2. Pengolahan Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari angket skala sikap, dan lembar observasi.
a. Pengolahan Data Angket Skala Sikap
Angket yang diberikan terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Untuk pertanyaan positif apabila siswa menjawab Sangat Setuju (SS)
siswa menjawab Tidak Setuju (TS) maka diberi skor 2, dan apabila siswa
menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) maka diberi skor 1. Sebaliknya untuk
pertanyaan negatif, skor 5 diberikan untuk siswa yang menjawab STS, skor 4
untuk siswa yang menjawab TS, skor 2 untuk siswa yang menjawab S, dan
skor 1 untuk siswa yang menjawab SS. Menurut Suherman (2003: 191)
mengolah angket dilakukan dengan menghitung rata-rata skor subjek. Jika
nilainya lebih besar dari 3 maka responden bersikap positif, jika nilainya
kurang dari 3 maka responden bersikap negatif, dan jika sama dengan 3
berarti netral.
b. Pengolahan Data Observasi
Data yang diperoleh melalui lembar observasi yaitu berdasarkan jawaban
ada dan tidak.Pengolahan data observasi dilakukan dengan menghitung
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian dari mulai perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pengamatan pembelajaran, refleksi
pembelajaran, dan analisis data serta pembahasan hasil penelitian dapat
dirumuskan beberapa kesimpulan mengenai pembelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran Treffinger pada kelas VIII di SMP Kartika
Siliwangi XIX-2 pada tahun ajaran 2012/2013 dengan pokok bahasan bangun
ruang sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan kreativitas siswa SMP yang mendapatkan model
pembelajaran Treffinger itu lebih baik dari pada pembelajaran konvensional.
2. Sikap Siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran matematika
menggunakan model Treffinger. Hal ini tampak dari hasil pengisian angket
siswa.
5.2Saran
Untuk menindaklanjuti pembelajaran matematika dengan menggunakan
model Treffinger, saran peneliti sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran dengan model Treffinger dapat meningkatkan
kemampuan kreativitas matematik siswa khususnya siswa dalam subjek
penelitian ini. Oleh karena itu, pembelajaran model Treffinger dapat
2. Penelitian terhadap model Treffinger ini disarankan untuk dilanjutkan dengan
aspek penelitian yang lain dan pada kajian yang lebih luas, misalnya pada
68
DAFTAR PUSTAKA
Evans. (1998). Pengertian Berfikir Kreatif. [online]. Tersedia:
http://muassasah.wordpress.com/2007/03/14/apa-itu-kreativiti/. [09 April 2012] Maheswari, S. G. (2008). Penerapan Strategi THINK-TALK-WRITE untuk
Meningkatkan Kemampuan pemevahan Masalah Siswa SMA.Srkipsi UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Munandar, S. C. U. (1999). Indikator Kreativitas. [online]. Tersedia:
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/. [07 April 2012].
Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahmania. ……. Langkah-langkah Pembelajaran treffinger. [online]. Tersedia:
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2253219-langkah-model-pembelajaran-treffinger/. [08 April 2012]
Ruseffendi. E. T. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.
Sofia, E. (2005). Studi Tentang Penerapan Model Pembelajaran Interktif Tipe Permainan untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan
berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sopandi, A. (2010). Indeks Gain. [online]. Tersedia:
http://blog.matematika.us/2010/05/indeks-gain.html. [09 April 2012] Sugiyarti.(2005). Pengertian Belajar. [online]. Tersedia:
69
Sugiyarti.(2005). Tujuan Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia:
http://repository.upi.edu/operator/upload/chater2.pdf. [09 April 2012].
Suherman, E. dkk.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: FPMIPA UPI.
Suherman, E. dkk.(2003). Devenisi Validitas. Bandung: FPMIPA UPI.
Suherman, E. dkk.(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung : FPMIPA UPI.
Suryabrata sumarni.(1984). Pengertian Belajar. [online]. Tersedia: