• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MATEMATIK PADA SISWA SMP: Studi eksperimen terhadap siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX-2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MATEMATIK PADA SISWA SMP: Studi eksperimen terhadap siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX-2."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MATEMATIK

PADA SISWA SMP

(Studi eksperimen terhadap siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi XIX-2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh: Rizki Fajarini H

0800356

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGGUNAAN MODEL TREFFINGER UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS

MATEMATIK PADA SISWA SMP

Oleh

Rizki Fajarini Hasibuan 0800356

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Asaretkha Adjane 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN MODEL TRAFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MATEMATIK

PADA SISWA SMP Oleh :

Rizki Fajarini Hasibuan 0800356

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. NIP.194908041977021001

Pembimbing II

Drs. H. Maman Suherman,M.Si NIP. 195202121974121001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

Rizki Fajarini Hasibuan, 2013

Penggunaan Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Kreativitass Matematik Pada Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

i

Oleh:

Rizki Fajarini Hasibuan 0800356

Abstrak

Matematika adalah suatu pembelajaran yang sangat penting untuk dipelajari. Peningkatan dalam kemampuan kreativitas siswa merupakan suatu tujuan pembelajaran matematika. Kemampuan kreativitas ini juga sangat dibutuhkan terutama dalam menghadapi tantangan hidup dimasa depan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan kreativitas dalam matematika sangat penting bagi setiap siswa. Penilitian ini mengkaji tentang model Treffinger untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa SMP. Tujuan penelitian ini adalah peningkatan kreativitas siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran matematika melalui model Treffinger lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIB SMP Kartika Siliwangi Bandung tahun ajaran 2012-2013. Materi yang diberikan adalah tentang bangun ruang, instrumen yang digunakan adalah tes (pretes-postes), angket, dan lembar observasi. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kreativitas siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran matematika melalui model Treffinger lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional dan sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran Treffinger bernilai positif.

(5)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I P E N D A H U L U A N 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Batasan Masalah ... 6

1.3Rumusan Masalah... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5Manfaat Penelitian ... 7

1.6Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Belajar dan Pembelajaran Matematik ... 9

2.2Model Pembelajaran Treffinger ... 11

2.3Kemampuan Kreativitas ... 18

a. Pengertian kreativitas ... 18

(6)

vi

2.4Kemampuan Kreativitas dalam Matematika ... 21

2.5Penelitian yang Relevan ... 24

2.6Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Metode dan Disain Penelitian ... 26

3.2Populasi dan Sampel ... 27

3.3Variabel Penelitian ... 27

3.4Instrumen Penelitian ... 28

a. Tes Kemampuan Kreativitas ... 28

b. Angket ... 35

c. Lembar Observasi ... 36

3.5Prosedur Penelitian ... 36

3.6Tekhnik Pengolahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 42

1. Pengelompokan siswa... 42

2. Deskripsi Data Kemampuan Kreativitas Matematik ... 42

3. Analisis data hasil tes ... 42

a. Analisis data tes awal ... 43

b. Uji Normalitas Data Tes Awal ... 44

c. Uji Homogenitas Data Tes Awal ... 45

d. Uji Kesamaan rata-rata Data Tes Awal ... 46

e. Analisis Data Tes Akhir ... 47

f. Uji Normalitas Data Tes Akhir ... 48

g. Uji Homogenitas Data Tes Akhir ... 49

(7)

vii

4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Treffinger ... 60

2. Kemampuan Kreativitas Matematik Siswa ... 63

3. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Treffinger ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 66

5.2Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 71

A. RPP dan Bahan Ajar ... 71

A.1 Silabus ... 72

A.2 RPP ... 75

A.3LKS ... 99

B. Instrumen Penelitian ... 119

B.1Kisi-kisi Soal ... 120

B.2Soal Tes kemampuan kreativitas matematika ... 127

B.3Angket Siswa ... 129

B.4Lembar Observasi Guru ... 132

B.5Lembar Observasi Siswa ... 137

C. Data Hasil Penelitian………141

C.1Hasil Uji Coba Penelitian ... 141

C.2Validitas tes ... 143

C.3Reahabilitas tes... 150

(8)

viii

C.5Indeks kesukaran tes ... 157

D. Hasil Pengumpulan Data………...…………..161

D.1Nilai Hasil Penelitian... 162

D.2Analisis Data Pretes... 164

D.3Analitis Data Postes... 168

E. Hasil Pengumpulan Data………..………...172

E.1Kinerja siswa pada tes kemampuan kreativitas matematik ... 173

E.2Kinerja Siswa Pada LKS ... 181

E.3Hasil Angket Siswa ... 198

E.4Hasil observasi ... 203

F. Langkah-langkah Penggunaan SPSS 18.0... 223

G. Surat-Surat Izdin... 226

H. Dokumentasi dan Daftar Riwayat Hidup ... 230

H.1Dokumentasi ... 231

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan dan perubahan yang begitu cepat dalam bidang ilmu

pengetahuan dan tekhnologi menuntut pendidikan Indonesia agar dapat

mengembangkan sifat dan kemampuan peserta didik yang dapat membantu

peserta didik menghadapi persoalan-persoalan dimasa mendatang. Pemberian

materi pembelajaran kepada peserta didik tidak cukup banyak menolong peserta

didik dalam menghadapi tingakat permasalahan dimasa yang akan dating yang

semakin tinggi dan sulit. Oleh karena itu sekolah harus mengimbanginya dengan

pengembangan kemampuan lainnya seperti mengembangkan kemampuan

kreativitas peserta didik.

Menurut Maslow (Munandar, 1992:9) bahwa sistem kebutuhan manusia

menekankan kreativitas merupakan manisfestasi dari individu yang berfungsi

sepenuhnya dalam perwujudan dirinya, menurut Biondi (Munandar, 1992:11 )

bahwa kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas

hidupnya.

Salah satu kemampuan yang turut menentukan suksesnya hidup seseorang

adalah kemampuan kreativitas. Kemampuan ini dibutuhkan terutama dalam

menghadapi tantangan masa depan dan era globalisasi serta canggihnya teknologi

komunikasi yang berkembang begitu pesat. Demikian pula kemampuan ini

(10)

dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut

kreativitas untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.

Pembelajaran matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat

penting. Karena pentingnya, matematika di ajarkan mulai dari jenjang TK sampai

dengan peguruan tinggi. Bagi siswa selain untuk menunjang dan menambangkan

ilmu-ilmu lainnya, matematika juga diperlukan untuk bekal terjun dan

bersosialisasi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Wahyudin (Kulsum,

2008:2) bahwa sukarnya mempelajari atau mengajarkan matematika, bukan

berarti tidak bisa di upayakan menjadi mudah, asalkan para guru mau

mengupayakan berbagai macam strategi, metode maupun pendekatan dalam

pembelajaran matematika, sehingga matematika mudah diajarkan dan mudah

dipelajari.

Menurut Mustika (2011:2) bahwa yang terjadi dewasa ini, peserta didik

beranggapan bahwa matematika menjadi sesuatu pembelajaran yang sangat sulit

di pahami dan di mengerti. Berdasarkan survey yang dilakukan the third

international mathematics and science study (TIMSS) pada taun 2007 dengan

populasi seluruh peserta didik kelas VIII SMP di Indonesia, menyatakan bahwa

Indonesia menduduki peringkat ke 36 dari 49 negara peserta TIMSS dalam skor

rata-rata prestasi matematika. Hal tersebut menunjukkan tingkat pencapaian

pembelajaran matematika disekolah masih rendah apalagi dalam tingkat

(11)

(PISA) pada tahun 2009 indonesia menduduki rangking ke-61 dari 65 negara

untuk katagori matematika.

Menurut Aisyah (2009: 2) bahwa kreativitas siswa di Indonesia masih rendah.

Hal ini dapat dilihat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga

penelitian bahwa Organization for Economic Cooperation and Development,

Programme for International student Assessment (OECD PISA) dukungan bank

Dunia terhadap 7.355 peserta didik usia 15 tahun dari 290 SLTP/SMU/SMK

se-Indonesia pada 2003, diketahui bahwa 70% peserta didik se-Indonesia hanya

mampu menguasai matematika sebatas memecakan satu permasalahan

sederhana, belum mampu menyelesaikan masalah kompleks, belum mampu

menyelesaikan masalah yang rumit.

Pendidikan matematika yang dianggap penting belum memperlihatkan

kondisi yang sangat memuaskan bagi dunia pendidikan Indonesia. Terbukti

bahwa tingkat prestasi metamatika Indonesia masih berada dalam posisi rendah.

Buruknya sikap dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika menjadi

salah satu penyebabnya. Mengganggap bahwa matematika merupakan

pembelajaran yang sangat mengerikan, sulit di mengerti atau di pahami menjadi

penyebab buruknya respon siswa terhadap pembelajaran matematika.

Selain itu ditemukan fakta-fakta dilapangan bahwa kemampuan kreativitas

siswa tidak tumbuh secara signifikan, akan tetapi justru sebaliknya. Menurut

hasil peneliti itu semua dikarenakan bahwa kegiatan pembelajaran yang biasa

(12)

mengakibatkan siswa pasif selama mengikuti pembelajaran, kegiatan

pembelajaran matematika belum menonjolkan kreativitas siswa, siswa masih

mendengarkan penjelasan guru saja. Guru memberikan soal yang sedikit berbeda

dari contoh, sedikit dari sebagian siswa yang dapat menjawab dengan benar.

Apalagi jika siswa diberikan soal pembuktian yang menuntut mereka menjawab

lebih dari satu cara maka hanya sedikit diantara semua siswa yang dapat

menjawab dengan benar. Siswa hanya terpaku dalam rumus, siswa merasa tidak

percaya diri dan kurang berani untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya,

tidak berani mengembangkan kemampuan berpikirnya dan kurang percaya diri

untuk mencoba menyelesaikan soal dengan cara sendiri.

Hal ini sesuai dengan pengungkapan Widdiharto (2004) yang menyatakan

bahwa kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan

kemampuan berpikir siswa, metode yang digunakan masih kurang berpariasi, dan

sebagai akibatnya motivasi belajar siswa masih sulit untuk ditumbuhkan dan pola

belajar cenderung menghapal.

Untuk mengatasi persoalan tentang kesulitan siswa dalam mempelajari

matematika dengan masih kurangnya daya kreatiativitas siswa maka diperlukan

suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan daya kreativitas mereka.

Guru dituntut untuk mampu menggunakan inovasi dalam menentukan model

pembelajaran karena pemilihan model yang tidak tepat akan berpengaruh

(13)

belajar mengajar kreativitas dalam pembelajaran matematika adalah model

pembelajaran Treffinger.

Model pembelajaran Treffinger adalah seperangkat cara dan prosedur

kegiatan belajar yang tahap-tahapnya meliputi orientasi, pemahaman diri dan

kelompok, pengembangan kelancaran dan kelenturan berfikir, dan bersikap

kreatif , pemacu gagasan-gagasan kreatif, serta pengembangan kemampuan

memecahkan masalah yang lebih nyata dan kompleks.

Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit

model yang menangani masalah kreativitas secara langsung .Dengan

melibatkan baik keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari

model ini, Treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan

antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.

Dalam model pembelajaran Treffinger dituntut kemampuan guru untuk

dapat membantu siswa dalam mengembangkan kelancaran dan kelenturan

berpikir dan bersikap kreatif, memacu gagasan-gagasan kreatif, serta

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang nyata dan kompleks.

Pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran Treffinger

terdiri dari tiga langkah, yaitu guru memberikan soal terbuka tentang materi yang

diajarkan untuk didiskusikan siswa, guru memberikan kegiatan yang menantang

yaitu berdiskusi untuk bermain, dan yang terakhir siswa membuat pertanyaan

(14)

Berdasarkan uraian di atas tentang permasalahan dalam pembelajaran

matematika, penulis menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

Treffinger merupakan salah satu upaya meningkatkan kreativitas siswa dan

prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika khususnya pada pokok

bahasan Bangun Ruang.

1.2 Batasan Masalah

Untuk mengatasi luasnya masalah yang dibahas dan kesalah pahaman

maksud serta demi keefektifan dan keefisienan penelitian ini, peneliti membatasi

masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian siswa SMP adalah

model pembelajaran Treffinger.

2. Materi yang dipelajari pada penelitian adalah pokok bahasan Bangun

Ruangpada siswa SMP.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

makapermasalahan secara umum penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan kreativitas siswa SMP yang mendapatkan

model pembelajaran Treffinger lebih baik dari pada pembelajaran

konvensional?

(15)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kreativitas siswa SMP yang

mendapatkan pembelajaran matematika melalui model Treffinger lebih baik

dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional.

2. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran Treffinger

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, melalui pembelajaran ini , diharapkan dapat menciptakan

suasana belajar yang menjadikan siswa merasa belajar matematika adalah

hal yang menyenangkan, menumbuhkan sifat yang positif, motivasi dan

kepercayaan diri. Dengan demikian siswa dapat mengembangkan proses

berfikirnya sehingga dapat meningkatkan kreativitasnya.

2. Bagi guru, model pembelajaran Treffinger ini mencakup petunjuk yang

spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang

kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.

Memberikan masukan untuk mendesain pembelajaran matematika yang

diharapkan dapat meningkatkan kreativitas matematik siswa, sebagai salah

satu alternatf desain pembelajaran yang diterapkan.

3. Bagi sekolah, diharapkan model Treffinger ini dapat menjadi pertimbangan

(16)

4. Bagi peneliti, dapat member gambaran yang lebih jelas tentang perbandinga

kreativitas siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah yang

menggunakan model pembelajaran treffinger.

1.6 Defenisi Operasional

1. Model pembelajaran Treffinger adalah seperangkat cara dan prosedur

kegiatan belajar yang tahap-tahapnya meliputi orientasi, pemahaman diri

dan kelompok, pengenmbangan kelancaran dan kelenturan berfikir, dan

bersikap kreatif , pemacu gagasan-gagasan kreatif, serta pengembangan

kemampuan memecahkan masalah yang lebih nyata dan kompleks.

2. Kemampuan kreativitas matematik adalah kemampuan untuk membuat

kombinasi baru yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas

dalam berpikir serta kemampuan untuk mengkombinasikan suatu gagasan

Kelancaran dedipenisikan sebagai kemampuan memberikan ide-ide yang

tepat dan cepat yang relevan dengan masalah matematika yang diberikan.

Keluwesan didefenisikan sebagai kemampuan menghasilkan keragaman ide

dalam memecahkan masalah matematika yang dibeikan. Elaborasi

didefenisikan sebagai suatu kemampuan memberikan ide atau jawaban yang

bersifat uraian atau penjelasan secara rinci dari jawaban matematika yang

diberikan. Kepekaan didefenisikan sebagai suatu kemampuan yang

tercermin pada kepekaan dalam menangkap permasalahan dan sekaligus

(17)
(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan kerangka, pola, atau rancangan yang

menggambarkan alur dan arah penelitian yang di dalamnya terdapat

langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kerja.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh dari suatu

pendekatan pembelajaran terhadap kemampuan kreativitas matematik siswa yang

dalam hal ini pengaruh pendekatan Treffinger terhadap kemampuan komunikasi

kreativitas matematik siswa dalam pembelajaran matematika. Selain itu, peneliti

ingin mengetahui hubungan sebab akibat antara perlakuan yang diberikan

dengan kemampuan yang akan diukur. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong

ke dalam penelitian eksperimen.

Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu

kelas kontrol. Kedua kelas tersebut diupayakan memiliki kemampuan setara.

Masing-masing mendapat perlakuan berbeda dalam proses pembelajaran, tetapi

materi yang sama. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan

pendekatan Treffinger. Sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran biasa

atau pendekatan konvensional.

Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

A O X O

(19)

Keterangan:

A = Sampel Acak

O = Tes awal/tes akhir

X = Perlakuan pada kelas eksperimen (pembelajaran dengan pendekatan Treffinger).

1.2Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kartika Siliwangi.

Sampel penelitian ini diambil dari kelas VIIIA dan kelas VIIIB dengan

pertimbangan bahwa materi yang diberikan merupakan materi untuk kelas VIII

dan siswa-siswa kelas VIII sudah berada pada tahap berfikir formal (Ruseffendi

dalam Suzana, 2009). Dua kelas diambil secara acak untuk dijadikan sampel

penelitian. Yaitu siswa kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII A

sebagi kelas kontrol.

1.3Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran model

Treffinger sebagai variabel bebas dan kemampuan kreativitas siswa sebagai

(20)

1.4Instrument Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang dapat

menjawab setiap permasalahan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini,

instrumen yang digunakan adalah tes yaitu tes kemampuan berpikir kreatif yang

berupa uraian

a. Tes Kemampuan Kreativitas

Tes kemampuan kreativitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

awal dan tes akhir suatu pokok bahasan yang digunakan untuk mengukur

kemampuan matematik siswa. Jenis tes yang akan digunakan adalah tes

bentuk uraian. Soal-soal bentuk uraian sangat baik untuk mengungkap

kemampuan kreativitas siswa.

Instrumen penelitian yang baik, tentu harus diperhatikan kualitas dari

instrumen tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas soal yang

baik, harus diperhatikan kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya dilihat dari

beberapa hal berikut: validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda, dan

indeks kesukaran. Untuk mengetahui kriteria-kriteria ini, di bawah ini

dipaparkan penjelasannya, yaitu:

a. Validitas Butir Soal

Menurut Suherman (2003: 102) Definisi validitas yaitu suatu alat evaluasi

disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa

yang seharusnya dievaluasi. Hal senada diungkapkan oleh Ruseffendi (1994:

(21)

dan kelompok tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur. Apabila

derajat ketepatan mengukurnya benar, maka validitasnya tinggi. Oleh karena

itu, keabsahan alat evaluasi tergantung pada sejauh mana ketepatan alat

evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat

evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang

dievalausi itu.

Cara menentukan tingkat validitas soal ialah dengan menghitung koefisien

korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur

lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang

tinggi.

Menurut Suherman (2003 : 120) bahwa koefisien validitas butir soal

diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi product-moment memakai

angka kasar (raw score), yaitu :

Dengan:n = banyaknya subyek (testi),

X = skor setiap butir soal,

Y = skor total butir soal.

Menurut Maheswari(2008: 34)Nilai rxydiartikan sebagai nilai koefisien

(22)

Tabel 3.1

0  xy Validitas sangat tinggi 90

0  xy Validitas sangat rendah 00

, 0

rxyTidak valid

Dari hasil perhitungan uji coba soal yang sudah dilakukan maka validitas soal

terlihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal No. Soal rxy Interpretasi

1 0.4115 Sedang

2 0.6283 Sedang

3 0.6602 Sedang

4 0.6989 Sedang

5 0.5877 Sedang

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelima soal yang diujikan

valid dengan validitas sedang.

b. Reliabilitas tes

Menurut Suherman(2003:131) bahwa suatu alat evaluasi disebut reliabel

jika hasil evaluasi tersebut relatif sama jika digunakan untuk subjek yang

sama. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas soal bentuk

(23)

Menurut Suherman(2003:139) bahwa,tolok ukur untuk

menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolok

ukur yang dibuat oleh sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interpretasi Reliabilitasr11

Koefisien reliabilitas

 

r11 Keterangan

 

r11 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0  11  Reliabilitas sangat tinggi

Dari hasil uji coba diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,75, nilai ini

menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen yang digunakan tergolong ke

dalam kategori tinggi.

c. Daya Pembeda

Dalam Suherman (2003:159) dijelaskan bahwa daya pembeda sebuah butir

soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Derajat

(24)

yang bernilai dari -1,00 sampai dengan 1,00. Rumus untuk menentukan daya

JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar,

atau jumlah benar untuk kelompok atas.

JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar, atau jumlah benar untuk kelompok bawah.

JSA = Jumlah siswa kelompok atas

Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak

digunakan adalah:

Berdasarkan kriteria dan perhitungan dengan bantuan software Anates

(25)

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Daya Pembeda No. Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,33 Cukup

d. Indeks Kesukaran

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang

disebut indeks kesukaran (Difficulty Index). Bilangan tersebut adalah

bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal

dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu

sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut

terlalu mudah. Menurut Suherman(2003: 169-170) bahwa rumus untuk

menentukan indeks kesukaran butir soal, yaitu :

A

(26)

Tabel 3.6

Berdasarkan kriteria dan perhitungan dengan bantuan software Anates

V4, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1

Dari hasil diatas diketahui bahwa Indeks Kesukaran tiap butir soalnya adalah sedang dan sukar.

Dari beberapa hasil Uji Instrumen maka diperoleh rekaputasi nilai pada tabel 3.8

Tabel 3.8 Rekaputasi nilai

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Reabilitas Tindakan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0.4115 Sedang 0,33 Cukup 0,63 Sedang

0,75

Digunakan

(27)

3 0.6602 Sedang 0,39 Cukup 0,29 Sukar Digunakan

4 0.6989 Sedang 0,44 Baik 0,39 Sedang Digunakan

5 0.5877 Sedang 0,38 Cukup 0,36 Sedang Digunakan

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari kelima soal dapat digunakan

b. Angket

Penggunaan angket bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa

terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran model treffinger. Skala penilaian yang digunakan adalah

Skala Likert. Dalam Skala Likert siswa memiliki 5 pilihan sikap yang

sesuai dengan pernyataan secara terurut yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju

(S),Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS)

dengan bobot penilaian 1 sampai dengan 5. Namun, dalam penelitian ini

alternatif respon ragu-ragu tidak digunakan dengan alasan agar sikap yang

diberikan oleh siswa mencerminkan (memihak) kearah sikap positif atau

negatif.

Tabel 3.8 Nilai sikap siswa

Pernyataan Positif/negatif Sikap Siswa Nilai

Positif Sangat Setuju 5

Positif Setuju 4

Positif Ragu-Ragu 2

(28)

Positif Sangat Tidak Setuju 1

Negatif Sangat Setuju 1

Negatif Setuju 2

Negatif Ragu-Ragu 3

Negatif Tidak Setuju 4

Negatif Sangat Tidak Setuju 5

c. Lembar Observasi

Lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

model Treffinger

1.5Prosedur Penelitian

Untuk mengontrol dan mengarahkan penelitian yang dilakukan agar dapat

berjalan secara efektif dan efisien, maka dirancang suatu prosedur penelitian

yang terencana.Sesuai dengan maksudnya, prosedur penelitian merupakan

arahan dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir.Prosedur dalam

penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Identifikasi masalah, potensi dan peluang yang terkait dengan

(29)

b. Konsultasi pemilihan judul dan lokasi penelitian

c. Penyusunan dan seminar proposal penelitian.

d. Menyusun komponen-komponen pembelajaran, meliputi bahan ajar,

model evaluasi dan strategi pembelajaran.

e. Membuat dan merevisi instrumen penelitian.

f. Pemilihan sampel penelitian.

g. Mengurus perizinan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan tes awal (pretest) pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif awal siswa.

b. Melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan model

treffingerpada kelompok eksperimen dan pembelajaran secara klasikal

pada kelompok konvensional.

c. Pengisian skala sikap siswa terhadap matematika.

d. Memberikan tes akhir (posttest) kepada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa

setelah pembelajaran.

3. Tahap Analisis Data

a. Pengumpulan data kuantitatif dan data kualitatif.

b. Pengolahan dan penganalisisan data kuantitatif berupa pretes dan postes

(30)

c. Pengolahan data kualitatif berupa angket skala sikap dan lembar

observasi.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat kesimpulan hasil

penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

1.6Teknik Pengolahan Data

Data yang akan diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua bagian

yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes,

sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, dan pengisian angket.

Penjelasan dari teknik pengolahan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Data Kuantitatif

Data yang bersifat kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah

menggunakan program SPSS. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretes, postes, dan indeks gain

(normalized gain) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Menurut Meltzer (Saptuju dalam Wardhani, 2006: 39) bahwa Indeks gain

ini dihitung dengan rumus indeks gain yaitu:

Indeks Gain = Skor Postes−Skor Pretes

Skor Maksimum Ideal−Skor Pretes

Menurut Hake (Sopandi, 2010) untuk kriteria rendah, sedang dan tinggi

(31)

Table 3.9 Kriteria Gain

Gain Interpertasi

IG > 0,7 Tinggi

0,3 < IG ≤0,7 Sedang

IG ≤0,3 Rendah

Langkah-langkah pengujian hipotesis yang ditempuh untuk data pretes,

postes dan indeks gain adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing kelompok

sampel berdistribusi normal atau tidak. Data-data yang diuji adalah data

pretes kelas kontrol, pretes kelas eksperimen, postes kelas kontrol, postes

kelas eksperimen, gain kelas kontrol dan gain kelas eksperimen. Dalam uji

normalitas ini digunakan uji Shapiro –Wilk.

Jika data berasal dari distribusi yang normal, maka analisa data

dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menentukan uji

parametrik yang sesuai.Namun, jika data berasal dari populasi yang tidak

berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians tetapi

langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata (uji non-parametrik) yaitu

dengan menggunakan Mann Whitney U.

b. Uji Homogenitas varians

Uji homogenitas varians dilakukan jika data yang diolah berdistribusi

normal. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah variansi

(32)

Dalam hal ini yang akan diuji adalah indeks gain kelas kontrol dan gain

kelas eksperimen. Untuk menguji homogenitas varians digunakan uji

Lavene’s Test dengan mengambil taraf kepercayaan 95% (taraf signifikansi

5%). Jika data yang telah dianalisis bersifat normal dan homogen, maka

data tersebut dilakukan uji kesamaan dua rata-rata.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Uji kesamaan dua rata-rata yang dilakukan yaitu untuk menguji apakah

terdapat perbedaan rata-rata (means) pretes dan postes antara kelas

eksperimen dan kelass kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata terhadap skor

pretes dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak dan uji kesamaan dua

rata-rata terhadap skor postes dilakukan dengan menggunakan uji satu

pihak.

Jika data telah berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan

pengujian kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t. Sedangkan

untuk data yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka dilakukan

pengujian kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t’.

2. Pengolahan Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari angket skala sikap, dan lembar observasi.

a. Pengolahan Data Angket Skala Sikap

Angket yang diberikan terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan

negatif. Untuk pertanyaan positif apabila siswa menjawab Sangat Setuju (SS)

(33)

siswa menjawab Tidak Setuju (TS) maka diberi skor 2, dan apabila siswa

menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) maka diberi skor 1. Sebaliknya untuk

pertanyaan negatif, skor 5 diberikan untuk siswa yang menjawab STS, skor 4

untuk siswa yang menjawab TS, skor 2 untuk siswa yang menjawab S, dan

skor 1 untuk siswa yang menjawab SS. Menurut Suherman (2003: 191)

mengolah angket dilakukan dengan menghitung rata-rata skor subjek. Jika

nilainya lebih besar dari 3 maka responden bersikap positif, jika nilainya

kurang dari 3 maka responden bersikap negatif, dan jika sama dengan 3

berarti netral.

b. Pengolahan Data Observasi

Data yang diperoleh melalui lembar observasi yaitu berdasarkan jawaban

ada dan tidak.Pengolahan data observasi dilakukan dengan menghitung

(34)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian dari mulai perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pengamatan pembelajaran, refleksi

pembelajaran, dan analisis data serta pembahasan hasil penelitian dapat

dirumuskan beberapa kesimpulan mengenai pembelajaran matematika

menggunakan model pembelajaran Treffinger pada kelas VIII di SMP Kartika

Siliwangi XIX-2 pada tahun ajaran 2012/2013 dengan pokok bahasan bangun

ruang sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan kreativitas siswa SMP yang mendapatkan model

pembelajaran Treffinger itu lebih baik dari pada pembelajaran konvensional.

2. Sikap Siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran matematika

menggunakan model Treffinger. Hal ini tampak dari hasil pengisian angket

siswa.

5.2Saran

Untuk menindaklanjuti pembelajaran matematika dengan menggunakan

model Treffinger, saran peneliti sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran dengan model Treffinger dapat meningkatkan

kemampuan kreativitas matematik siswa khususnya siswa dalam subjek

penelitian ini. Oleh karena itu, pembelajaran model Treffinger dapat

(35)

2. Penelitian terhadap model Treffinger ini disarankan untuk dilanjutkan dengan

aspek penelitian yang lain dan pada kajian yang lebih luas, misalnya pada

(36)

68

DAFTAR PUSTAKA

Evans. (1998). Pengertian Berfikir Kreatif. [online]. Tersedia:

http://muassasah.wordpress.com/2007/03/14/apa-itu-kreativiti/. [09 April 2012] Maheswari, S. G. (2008). Penerapan Strategi THINK-TALK-WRITE untuk

Meningkatkan Kemampuan pemevahan Masalah Siswa SMA.Srkipsi UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Munandar, S. C. U. (1999). Indikator Kreativitas. [online]. Tersedia:

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/. [07 April 2012].

Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahmania. ……. Langkah-langkah Pembelajaran treffinger. [online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2253219-langkah-model-pembelajaran-treffinger/. [08 April 2012]

Ruseffendi. E. T. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.

Sofia, E. (2005). Studi Tentang Penerapan Model Pembelajaran Interktif Tipe Permainan untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan

berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sopandi, A. (2010). Indeks Gain. [online]. Tersedia:

http://blog.matematika.us/2010/05/indeks-gain.html. [09 April 2012] Sugiyarti.(2005). Pengertian Belajar. [online]. Tersedia:

(37)

69

Sugiyarti.(2005). Tujuan Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia:

http://repository.upi.edu/operator/upload/chater2.pdf. [09 April 2012].

Suherman, E. dkk.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: FPMIPA UPI.

Suherman, E. dkk.(2003). Devenisi Validitas. Bandung: FPMIPA UPI.

Suherman, E. dkk.(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung : FPMIPA UPI.

Suryabrata sumarni.(1984). Pengertian Belajar. [online]. Tersedia:

Gambar

Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal
Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas
Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Kesukaran
Tabel 3.8 Nilai sikap siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

DED Perkuatan Tebing Sungai Lematang Kabupaten Muara Enim , maka peserta yang masuk dalam calon daftar pendek dan telah melakukan pembuktian kualifikasi sehingga

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertambahan berat badan bayi usia 4 - 6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula.. Metode

Penelitian ini menjelaskan dan menganalisis tentang masalah perceraian dan pemenuhan hak-hak anak dengan mengambil lokasi penelitian di Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal

Harapan seorang anak yang begitu rindu untuk pulang ke rumah guna mendapati ibu dan ayahnya bagaikan air pelepas dahaga, namun harapan itu sirna lantaran ayah dan ibu tak lagi

(1) Struktur kurikulum program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan terdiri atas mata kuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka

[r]

Saluran open wire memberikan nilai tegangan dan arus yang lebih besar untuk parameter-parameter masukan yang sama dibandingkan dengan

 Tuntutan : Upah tidak dibayar selama 5 bulan, Upah dibawah UMK Kota Bekasi dan Uang Service tidak dibayar selama 10 Bulan. Indonesia