(Studi Pengembangan Model Pembelajaran pada Mata Pelajaran Bahasa
Arab di Madrasah Ibtidiyah di Kabupaten Lamongan)
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pengembangan Kurikulum
PROMOVENDUS
HISBULLAH HUDA
NIM : 0800838
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Promotor merangkap Ketua
Prof. Dr. H. As’ari Djohar,M.Pd.
Ko-Promotor merangkap Sekretaris
Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd.
Anggota
Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum
Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd
Pengembangan Model Pembelajaran untuk Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah
Ibtidaiyah di Kabupaten Lamongan)” ini besera isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplaan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepda saya apabila di kemudian hari ditemukan terhadap pelanggaran etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klain dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 10 Januari 2013
Yang Membuat Pernyataan,
Kemampuan Komunikasi Lisan (Studi Pengambangan Model Pembelajaran untuk Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidiyah di Kabupaten Lamongan), (1) Promotor : Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd., (2) Ko-promotor : Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd., (3) Anggota : Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd.
Key words : Model Pembelajaran, Komunikasi lisan, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Kemampuan Komunikasi Lisan (Studi Pengambangan Model Pembelajaran untuk Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidiyah di Kabupaten Lamongan), (1) Promotor : Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd., (2) Ko-promotor : Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd., (3) Anggota : Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd.
Key words : Model Pembelajaran, Komunikasi lisan, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
D A F T A R I S I
1. Nilai Strategis Pembelajaran Bahasa Arab... 1
2. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia ... 3
B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ... 12
1. Identifikasi Masalah ... 12
2. Perumusan Masalah ... 14
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat Penelitian ... 15
E. Struktur Organisasi Disertasi ... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS ……… 18
A. Hakikat dan Teori Bahasa ………...……….. 18
1. Pengertian Bahasa ……… 18
2. Teori Bahasa ……… 22
B. Hakikat dan Teori Pembelajaran ………. 24
1. Pengertian Pembelajaran ………. 24
2. Teori Pembelajaran ……….. 29
a. Teori Pembelajaran Behavioristik ……… 30
b. Teori Pembelajaran Kognitif ……… 38
c. Teori Pembelajaran Konstruktivistik ……….. 43
d. Teori Behavioristik-Struktural dan Pembelajaran Bahasa Asing ……… 46
2. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Arab ... 71
3. Karakteristik Bahasa Arab ………... 73
4. Karakteristik Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah ………. 76
D. Hakikat Komunikasi Lisan ………. ... 78
1. Pengertian Komunikasi Lisan ...………… 83
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Lisan ……….. 85
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Lisan ... 88
4. Penilaian dalam Komunikasi Lisan ………. 91
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 96
G. Kerangka Pemikiran... 104
BAB III METODE PENELITIAN 106 A. Jenis Penelitian ………... 106
B. Subyek Penelitian ……… 115
1. Populasi ……… 115
2. Sampel ……….. 116
C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian ……….………... 119
1. Definisi Operasional………. 119
2. Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ……… 120
3. Teknik dan Instrumen Penelitian ……… 125
4. Pengujian Instrumen ……… 128
D. Teknik Analisis Data ………... 129
1. Studi Pendahuluan ……… 129
2. Uji Coba Model ……….. 130
3. Uji Validasi ……….………. 130
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 131 A. Hasil Penelitian ……… 131
1. Deskripsi Hasil Studi Pendahuluan ………. 131
a. Desain dan Penerapan Pembelajaran Bahasa Arab yang sedang berlangsung ... 133
b. Kemampuan dan Kinerja Guru ... 139
c. Kemampuan Komunikasi Lisan dan Minta belajar Siswa ... 143
d. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas, dan Lingkungan ... 144
e. Interpretasi Hasil Studi Pendahuluan ... 146
2. Pengambangan Model Pembelajaran... 148
a. Draft Awal Model Pembelajaran ... 148
Dikembangkan ... 157
d. Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah dengan Model yang Dikembangkan... 159
e. Langkah-Langkah Pengembangan Model Pembelajaran ... 159
3. Implementasi Model Pembelajaran yang Dikembangkan 164 a. Uji Coba Terbatas Model Pembelajaran dan Hasilnya……….………... 164
1). Desain Pembelajaran Uji Coba Terbatas ... 165
2). Hasil Observasi Selama Uji Coba Terbatas ... 177
3). Hasil belajar Selama Uji Coba Terbatas... 179
4). Interpretasi Hasil Uji Coba Terbatas ... 182
5). Perbaikan Model Pembelajaran ... 183
b. Uji Coba Luas Model Pembelajaran dan Hasilnya.... 186
1). Desain Pembelajaran Uji Coba Luas ... 186
2). Hasil Observasi Selama Uji Coba Luas ... 196
3). Hasil belajar Selama Uji Coba Luas ... 198
a). Hasil Uji Coba Luas pada MI Akreditasi A ... 198
b). Hasil Uji Coba Luas pada MI Akreditasi B ... 200
c). Hasil Uji Coba Luas pada MI Akreditasi C ... 203
4). Interpretasi Hasil Uji Coba Luas ... 206
5). Perbaikan Model Pembelajaran ... 210
6). Langkah-Langkah Model Pembelajaran yang Dikembangkan ... 211
7). Model Pembelajaran yang Siap Divalidasi ... 213
4. Efektifitas Model Pembelajaran yang Dikembangkan ... 215
a. Uji Validasi Model Pembelajaran ... 215
b. Hasil Uji Validasi Model Pembelajaran ... 216
1). Hasil Pengujian pada MI Akreditasi A ... 216
2). Hasil Pengujian pada MI Akreditasi B ... 220
3). Hasil Pengujian pada MI Akreditasi C ... 224
c. Interpretasi Hasil Uji Validasi Model Pembelajaran 228 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 235
1. Hasil Studi Pendahuluan ... 235
a. Desain dan Penerapan Pembelajaran Bahasa Arab yang sedang berlangsung ... 235
b. Kemampuan dan Kinerja Guru ... 235
c. Kemampuan Komunikasi Lisan dan Minat Belajar Siswa ... 236
a. Peran dan Posisi Guru dalam Implementasi Model... 243
b. Posisi Siswa dalam Implementasi Model Pembelajaran Hasil Pengembangan ... 245
4 Efektifitas Model Pembelajaran Hasil Pengembangan... 248
a. Efektifitas Model Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa 248 1). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa pada Uji Terbatas... 248
2). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa pada Uji Luas ... 249
3). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa pada Uji Validasi ... 253
b. Efektifitas Model Pembelajaran Dalam Memperbaiki Kualitas Proses Pembelajaran ... 256
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Model Pembelajaran ... 257
a. Faktor Pendukung Implementasio Model Pembelajaran ... 257
b. Faktor Penghambat Implementasi Model Pembelajaran ... 259
BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 261
A. Simpulan ... 261
B. Implikasi ... 264
C. Rekomendasi ... 265
DAFTAR PUSTAKA ... 269
D A F T A R T A B E L
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Nilai Rerata Ujian Akhir Madrasah (UAM) Di Madrasah Ibtidaiyah tahun Pelajaran 2010-2011 di Lima Kabupaten di
Jawa Timur ... 9
Tabel 2.1 Tahapan Model Bermain Peran ... 65
Tabel 2.2 Tahapan Model Memorization ... 66
Tabel 2.3 Tahapan Model Nondirektif ... 67
Tabel 2.4 Model Penilaian Presentasi ... 92
Tabel 2.5 Model Penilaian Wawanraca dan Percakapan ... 93
Tabel 2.6 Konversi Nilai Wawancara dan Percakapan ... 94
Tabel 2.7 Model Penilaian Diskuasi ... 95
Tabel 3.1 Keadaan Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Kabupaten Lamongan ... 115
Tabel 3.2 Sumber Data Penelitian pada Studi Pendahuluan ... 117
Tabel 3.3 Sumber Data Penelitian pada Uji Coba Luas ... 118
Tabel 3.4 Sumber Data Penelitian pada Uji Validasi ... 119
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... ………... 121
Tabel 3.6 Hasil Penilaian Instrumen Penelitian ... 129
Tabel 4.1 Latar Belakang Responden Guru ... 132
Tabel 4.2 Persiapan Guru Ketika Menerima Tugas Mengajar ... 133
Tabel 4.3 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Arab .... 134
Tabel 4.4 Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab... ... 136
Tabel 4.5 Kemampuan Guru Bahasa Arab ... 139
Tabel 4.6 Kinerja Guru Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah ... 141
Tabel 4.7 Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas IB MI ... 143
Tabel 4.8 Minat Belajar Bahasa Arab Siswa Kelas IV MI ... 143
Tabel 4.9 Sintaks Metode Responsi FIsik Total ... 149
Tabel 4.10 Sintak sPembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 150
Tabel 4.11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam Model yang Dikembangkan ... 156
Tabel 4. 12 Proses Pembelajaran dalam Model yang Dikembangkan ... 158
Tabel 4.13 Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah ... 160
Tabel 4.14 Rencana Alokasi Waktu dan Pokok Bahasan Bahasa Arab kelas IV semester II tahun pelajaran 2010-2011 dan semester I tahun 2011 – 2012 ... 162
Tabel 4.15 Skor Hasil Obsercasi Pelaksanaan Uji Coba Terbatas ... 178
Tabel 4.16 Hasil Penilaian Pembelajaran pada Uji Coba Terbatas ... 180
Tabel 4.17 Analisis Uji-t Berpasangan Selam Uji Coba Terbatas ... 181
Tabel 4.18 Skor Hasil Observasi Pelaksanaan Uji Coba Luas ... 196
Tabel 4.21 Hasil Penilaian Pembelajaran Uji Coba Luas MI Akreditasi B ... 201 Tabel 4.22 Analisis Uji-t Berpasangan Selama Uji Coba Luas MI Akreditasi
B ... 202 Tabel 4.23 Hasil Penilaian Pembelajaran Uji Coba Luas MI Akreditasi C ... 203 Tabel 4.24 Analisis Uji-t Berpasangan Selama Uji Coba Luas MI Akreditasi
C ... 205
Tabel 4.25 Hasil Pretest dan Posttest Uji Coba Luas MI Akreditasi A,
B, dan C ... 208
Tabel 4.26 Tes Statistik Uji χ² Nilai Pretest Kelas Eksperimen-Kontrol
pada MI Akreditasi A ... 217
Tabel 4.27 Tes Statistik Uji Homoginitas Pretest Kelas
Eksperimen-Kontrol MI Akreditasi A ... 218
Tabel 4.28 Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI Akreditasi A. ... 219
Tabel 4.29 Hasil Uji-t (t-test) Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI
Akreditasi A ... 219
Tabel 4.30 Tes Statistik Uji χ² Nilai Pretest Kelas Eksperimen-Kontrol
pada MI Akreditasi B.... ... 221
Tabel 4.31 Tes Statistik Uji Homoginitas Pretest Kelas
Eksperimen-Kontrol MI Akreditasi B .... ... 222
Tabel 4.32 Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI Akreditasi B ... 222
Tabel 4.33 Hasil Uji-t (t-test) Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI
Akreditasi B …..………. 223
Tabel 4.34 Tes Statistik Uji χ² Nilai Pretest Kelas Eksperimen-Kontrol
pada MI Akreditasi C ... ... 225
Tabel 4.35 Tes Statistik Uji Homoginitas Pretest Kelas
Eksperimen-Kontrol MI Akreditasi C ... 226
Tabel 4.36 Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI Akreditasi C ... 226
Tabel 4.37 Hasil Uji-t (t-test) Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI
D A F T A R B A G A N
Bagan Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ………..………... 137
Bagan 3.1 Tiga Langkah Penelitian dan Pengembangan Sukmadinata 109
Bagan 4.1 Model Awal (Model Teoritis) Hasil Penggabungan ... 151 Bagan 4.2 Sintaks Pembelajaran yang Dikembangkan dalam Mata
Pelajaran Bahasa Arab ... 152
Bagan 4.3 Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Lisan Final Sementara ... 184
Bagan 4.4 Sintaks Model Pembelajaran yang Dikembangkan untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Final
Sementara ... 185
Bagan 4.5 Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Lisan Final... 213 Bagan 4.6 Sintaks Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Lisan Final ... 214
D A F T A R G R A F I K
Grafik Halaman
Grafik 4.1 Perkembangan Pelaksanaan Uji Coba Terbatas Model
Pembelajaran ... 179
Grafik 4.2 Perbandingan Hasil hasil pretest dan Posttest Uji Coba
Terbatas ... 181
Grafik 4.3 Perkembangan Pelaksanaan Uji Coba Luas pada Semua
Kategori Madrasah... 198 Grafik 4.4 Perbandingan Hasil Penilaian Pretest dan Posttest pada Uji
Coba Luas MI Akreditasi A ... 199
Grafik 4.5 Perbandingan Hasil Penilaian Pretest dan Posttest pada Uji
Coba Luas MI Akreditasi B ... 201
Grafik 4.6 Perbandingan Hasil Penilaian Pretest dan Posttest pada Uji
Coba Luas MI Akreditasi C ... 204
Grafik 4.7 Perbandingan Hasil Posttest Uji Coba Luas untuk Semua
Kategori MI ... 209
Grafik 4.8 Skor Rerata Posttest Kontrol-Eksperimen pada Uji Validasi
MI Kategori Baik, Sedang, dan Kurang ... 229
Grafik 4.9 Rerata Gain pada Uji Validasi MI Kategori Baik, Sedang,
D A F T A R G A M B A R
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Sinergitas antara Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Arab, Karakteristik Siswa MI Dan Model Pembelajaran yang Dikembangkan ... 11
Gambar 2.1 Peristiwa Bahasa Komunikasi Lisan ... 84
Gambar 3.1 Rancangan Eksperimen (diadopsi dari McMillan & Schumacher, 2001; 342) ... 114
BAB I
PENDAHULUAN
Pembahasan bab ini meliputi lima subbab yaitu: latar belakang masalah,
identifikasi masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi disertasi.
A.Latar Belakang Masalah
1. Nilai Strategis Pembelajaran Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan bahasa al-Qur’an ( Q.S. Asy-Syu’ara’; 192-193)
dan al-Hadits (dari Ibnu Abbas riwayat Muslim), sumber hukum dan ajaran Islam.
Al-Qur’an yang merupakan wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw. menggunakan bahasa Arab dan tidak pernah ada al-Qur`an
dengan bahasa selainnya. Seorang muslim yang ingin memahami al-Qur`an, ia
seharusnya menguasai bahasa Arab. Tanpa penguasaan yang baik terhadap bahasa
Arab, ia tidak akan dapat memahami al-Qur’an dengan benar. Demikian juga
al-Hadits yang merupakan perkataan, perbuatan, dan ketetapan nabi Muhamaad saw.
menggunakan bahasa Arab. Selain itu, banyak buku keislaman ditulis oleh
ulama’ muslim pada abad pertengahan dalam bahasa Arab.
Selain sebagai bahasa al Qur’an dan al Hadits, bahasa Arab juga sebagai bahasa komunikasi dan informasi umat Islam. Bahkan sejak tahun 1973, bahasa
Arab telah ditetapkan sebagai bahasa resmi dalam lingkungan Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB). Saiful Musthofa (2012) mengatakan bahwa dalam urutan
rangking bahasa resmi yang dipakai dalam hubungan internasional versi PBB,
bahasa Arab menempati urutan nomor lima setelah bahasa Inggris, bahasa
Prancis, bahasa Jerman dan bahasa Cina. Penetapan tersebut dapat meningkatkan
mendapatkan perhatian perhatian tidak hanya dari kalangan muslim tetapi juga
dari kalangan non-muslim.
Bahasa Arab masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke
nusantara. Sejak itu pula bahasa Arab telah dipelajari di nusantara ini. Akan
tetapi secara formal bahasa Arab dipelajari baru mulai pada tahun 1970-an
melalui penetapan kurikulum di madrasah Ibtidaiyah, madrasah Tsanawiyah, dan
madrasah Aliyah (Syukur, 2012;1).
Peraturan Menteri Agama (Permenag) Republik Indonesia nomor 2 tahun
2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab di madrasah menyatakan bahwa
bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa di
madrasah Ibtidaiyah yang diarahkan untuk mendorong, membimbing,
mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif
terhadap bahasa Arab, baik reseptif (menyima’ dan membaca) maupun produktif
(berbicara dan menulis). Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami
pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu
kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan
maupun secara tulis.
Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab
tersebut sangat penting dalam memahami sumber ajaran Islam, yaitu al Qur’an
dan al Hadits, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkenaan dengan Islam
bagi siswa. Untuk itu, bahasa Arab di madrasah dipersiapkan untuk menguasai
kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat kompetensi berbahasa secara
integral, yaitu menyima’, berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat madrasah Ibtidaiyah (MI) pembelajaran bahasa Arab dititikberatkan
pada kecakapan menyimak dan berbicara sebagai landasan berbahasa. Pada
tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs), keempat kecakapan berbahasa diajarkan
secara seimbang. Sedangkan pada tingkat Madrasah Aliyah (MA),
sehingga siswa diharapkan mampu mengakses berbagai referensi berbahasa Arab.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pembelajaran bahasa Arab di madrasah
bertujuan untuk menguasai empat keterampilan berbahasa.
2. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia
Sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di madrasah, kondisi
pengajaran bahasa Arab di madrasah-madrasah di Indonesia masih dihadapkan
pada berbagai kendala dan tantangan, sehingga tujuan pengajaran bahasa Arab
yang ideal (penguasaan terhadap empat keterampilan berbahasa) belum
sepenuhnya dapat direalisasikan. Sauri (2012) mengemukakan tiga faktor kendala
pengajaran bahasa Arab di madrasah sebagai berikut; Pertama, faktor edukatif,
pengajaran bahasa Arab masih relatif kurang ditopang oleh faktor-faktor
pendidikan/pengajaran yang memadai seperti kurikulum (termasuk di dalamnya
orientasi dan tujuan, muatan materi dan sistem pembelajaran, serta sistem
evaluasi), faktor tenaga edukatif, dan faktor sarana pendidikan yang menunjang;
Kedua, faktor sosial budaya, pada umumnya peta pengajaran bahasa Arab berada
dalam lingkungan sosial yang kurang mendukung. Terdapat kesulitan yang cukup
serius dalam menciptakan lingkungan yang kondusif dan mendukung bagi
suksesnya pengajaran bahasa Arab sesuai dengan yang diharapkan; Ketiga, faktor
linguistik bahasa Arab itu sendiri. Selama ini, siswa cenderung mempunyai kesan
bahwa mempelajari bahasa Arab itu jauh lebih sulit dari pada mempelajari bahasa
asing lainnya.
Senada dengan Sauri, Ainin (2011) menemukan dua problem
pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, yaitu implementasi pembelajaran bahasa
Arab, dan non-implementasi. Problem implementasi pembelajaran bahasa Arab
antara lain (a) rendahnya tingkat kemampuan awal siswa, hasil wawancara yang
dilakukan oleh Ainin kepada guru-guru Madrasah Aliyah (MA) menyatakan
bahwa 70% siswa MA belum memiliki kemampuan membaca dan menulis Arab
buku teks atau buku ajar bahasa Arab yang digunakan memuat tema-tema yang
jauh dari pengalaman nyata siswa, terutama tema-tema pada buku teks untuk MA
yang diterbitkan pada tahun 2004 dan buku tersebut, sampai saat ini, masih
digunakan di berbagai MA, bahkan kualitas buku teks bahasa Arab MA yang
diterbitkan pada tahun 2008 tidak lebih baik dari sebelumnya; (c) rendahnya
kualifikasi guru bahasa Arab. Hasil penelitian Khasairi, et al. (2003) mengenai
latar belakang pendidikan guru bahasa Arab di MTs.Kotamadya dan Kabupaten
Malang menunjukkan bahwa 70% guru bahasa Arab berlatarbelakang pendidikan
sarjana dan 30% berlatarbelakang pendidikan SLTA/pesantren. Dari 70%
tersebut, sebagian besar (53%) berlatarbelakang pendidikan agama Islam, 13,33%
berlatarbelakang sastra Arab, dan hanya 3,33% yang berlatarbelakang pendidikan
bahasa Arab. (d) pembelajaran bahasa Arab menekankan aspek pembelajaran
(learning atau ta’allum) dari pada pemerolehan (acquisition atau iktisab).
Pembelajaran yang mengedepankan learning akan menghasilkan siswa yang
mampu memahami bentuk-bentuk bahasa Arab, tetapi tidak mampun
memproduksi bahasa Arab sebagai alat komunikasi; (e) metode atau strategi
pembelajaran bahasa Arab bersifat menoton. Ada kecendrungan, guru
melaksanakan pembelajaran bahasa Arab dengan metode tatabahasa-terjemah.
Metode tatabahasa-terjemah ini lebih mudah diimplementasikan, karena guru
diperkenankan menggunakan bahasa ibu atau bahasa Nasional sebagai alat
komunikasi di kelas; (f) pengabaian penggunaan media pembelajaran bahasa
Arab, dan (g) penilaian pembelajaran bahasa Arab yang terfokus pada hasil bukan
pada proses.(2011; 3-8)
Sedangkan problem non-implementasi antara lain (a) Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 74 tahun 2009 tentang Ujuan Nasional
(UN) untuk Sekolah Dasar/MI dan Permendiknas No. 75 tentang UN untuk
Sekolah Mengenah Pertama/MTs maupun Sekolah Menengah Atas/MA. Dalam
Permendiknas tersebut tidak memasukkan bahasa Arab sebagai salah satu mata
rendahnya komitmen kepala madrasah dalam mendukung pembelajaran bahasa
Arab di madrasah (Ainin, 2011; 11-12).
Selain Ainin, Emzir (2007) juga mengungkap problematika pembelajaran
bahasa Arab di Indonesia dari sisi kebijakan. Kebijakan pendidikan dan
pengajaran bahasa Arab di madrasah dan lembaga pendidikan lainnya,
menurutnya, tidak menentu. Ketidakmenentuan ini dapat dilihat dari beberapa
segi. Pertama, dari segi tujuan, terdapat kerancuan antara mempelajari bahasa
Arab sebagai tujuan (menguasai kemahiran berbahasa) dan sebagai alat untuk
menguasai pengetahuan yang lain yang menggunakan bahasa Arab (seperti
mempelajari tafsir, fiqh, hadits, dan sebagainya). Kedua, dari segi jenis bahasa
Arab yang dipelajari, apakah bahasa Arab klasik (fushha turâts), bahasa Arab
modern/kontemporer (fushha mu’âshirah) atau bahasa Arab pasaran (‘âmmiyyah).
Ketiga, dari segi metode, tampaknya ada kegamangan antara mengikuti
perkembangan dan mempertahankan metode lama. Dalam hal ini, bahasa Arab
banyak diajarkan dengan menggunakan metode qawâ’id wa tarjamah. Selain itu
ketiga alasan di atas, berdasarkan struktur kurikulum madrasah, alokasi waktu
mata pelajaran bahasa Arab di madrasah ibtidaiyah 2 jam pelajaran setiap minggu.
Alokasi waktu tersebut dianggap tidak sebanding dengan tujuan yang diharapkan
dari pembelajaran bahasa Arab di madrasah.
Ditinjau dari segi implementasi pembelajaran bahasa Arab, Nasruddin
(2006: 245) menyoroti tiga problem pembelajaran bahasa Arab di Indonesia
yaitu, tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, dan metode pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia bertujuan keagamaan. Pembelajaran
berpusat pada pengajaran dan pemahaman al-Qur’an dan hadits dan buku-buku
keagamaan. Bahan-bahan atau materi pembelajaran bahasa Arab di Indonesia
berpusat pada materi tata bahasa dan teks bacaan. Sedangkan metode
pembelajaran yang banyak digunakan pada pembelajaran bahasa Arab di
Problem pembelajaran bahasa Arab yang dikemukakan oleh para
pemerhati pembelajaran bahasa Arab di Indonesia di atas bersifat umum. Secara
khusus problematika pembelajaran bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah yang
cukup memprihatinkan adalah:
a. Lemahnya Kompetensi Guru Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah
Idealnya guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah memiliki empat
kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, pribadi dan sosial.
Kompetensi pedagogik diperoleh melalui pendidikan guru sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan. Guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah seharusnya
memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S1) atau diploma IV (D-IV) dalam
pendidikan bahasa Arab.. Realitas di lapangan justru berbeda. Sebagian besar
guru bahasa Arab di Madrasah Ibtiadaiyah tidak berlatar belakang dari pendidikan
bahasa Arab. Misalnya penelitian Masyruhah (2001) terhadap guru bahasa Arab
di Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan
menunjukkan bahwa guru bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan
Sugio tidak ada yang berlatar belakang pendidikan bahasa Arab. Hasil serupa juga
ditemukan peneliti ketika melakukan studi pendahuluan. Dari delapan guru bahasa
Arab tidak ada seorangpun guru bahasa Arab yang berlatar pendidikan bahasa
Arab di madrasah Ibtidaiyah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Mereka
tidak memiliki kompetensi dalam pembelajaran bahasa Arab.
Barangkali penyebab utama terjadinya hal tersebut adalah masih
kurangnya perhatian lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) untuk
mempersiapkan guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah. Memang PLTK telah
membuka jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) baik di lingkungan
kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan (Kemendikbud) maupun di
lingkungan Kementerian Agama (Kemenang). Namun lulusan PBA tersebut
dipersiapkan untuk mengajar bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah (MTs.),
Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Satu-satunya
adalah program studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).
Kenyataan yang terjadi di lapangan, justru sebagian besar Prodi PGMI membuka
konsentrasi mata pelajaran umum. Misalnya di Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah
Surabaya membuka Konsentrasi Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Terkait dengan problem guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah, menurut
Muhaimin (2007: 27), minimal terlihat pada dua masalah mendasar yaitu;
Pertama, Lemahnya metodologis. hasil pengamatan penulis bahwa proses
pembelajaran bahasa Arab selama ini berlangsung secara tradisional. Para guru
bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah terbiasa menggunakan metode tata bahasa
dan terjemah. Proses pembelajaran berlangsung tanpa memperhatikan
potensi-potensi yang dimiliki siswa. Padahal siswa dengan segala potensi-potensinya harus
diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab. Guru bahasa Arab
hanya membacakan bacaan atau kosa kata, menerjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, dan menjelaskan tata bahasanya. Sementara itu siswa hanya
menghafalkan kosa kata dan kaidah-kaidahnya. Hasil pengamatan ini juga
dibenarkan oleh Mustofa (2012). Menurutnya guru bahasa Arab di madrasah
Ibtidaiyah kurang memahami pembelajaran bahasa Arab dan kurikulumnya.
Mereka hanya mengajarkan tata bahasa Arab dan terjemah. Syuhadak (2006: 24)
menengarahi kelemahan tersebut diakibatkan kurangnya pelatihan metodologi
pembelajaran bahasa Arab modern.
Kedua, kelemahan penguasaan bahasa Arab. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti, semua guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah yang
dijadikan subyek penelitian ini menguasai kosa kata dan tata bahasa Arab, tetapi
mereka kurang menguasai komunikasi lisan bahasa Arab. Karena kelemahan
tersebut, mereka tidak pernah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar. Mereka cenderung menggunakan metode pembelajaran yang
memungkinkan mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
Akibatnya siswa jarang mendapatkan masukan bahasa ujaran yang akan dijadikan
b. Lemahnya Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa dalam Bahasa Arab
Secara ideal, siswa madrasah Ibtidaiyah yang telah mempelajari bahasa
Arab selama tiga tahun mulai dari kelas IV sampai kelas VI seharusnya memiliki
kemampuan berbicara secara sederhana dalam bahasa Arab. Namun kenyataan di
lapangan memperlihatkan kondisi yang kontradiktif. Sebagian besar alumni
madrasah Ibtidaiyah masih belum bisa melakukan komunikasi lisan sederhana
dalam bahasa Arab. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
membuktikan hal tersebut. Penelitian yang dilakukan Lathifiana Aktavia (2010) di
kelas VII MTs Miftahul huda Maguan Kaliori Rembang menunjukkan bahwa
siswa kelas VII belum dapat berkomunikasi sederhana dalam bahasa Arab.
Penelitian yang dilakukan Fariyanti Indra (2010) di kelas VII madrasah
Tsanawiyah Muhammadiyah 03 Sedayu Lawas Brondong Lamongan juga
menghasilkan kesimpulan yang sama. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa
kemampuan berbicara bahasa Arab siswa kelas VII ini masih sangat rendah. Hasil
yang sama juga ditemukan Noor Laila Azizah (2010) pada saat melakukan
penelitian di kelas VII MTs. Nurul Ulum Malang. Hasil penelitian ini
mengungkap bahwa sebagian siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah ini masih
belum bisa berbicara bahasa Arab. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Ahmad
Zaki (2012) ketika melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah
Pamekasan Madura. Penelitian ini berhasil mengungkap bahwa siswa kelas IX
MTs. ini belum dapat berbicara dalam bahasa Arab.
Kondisi kemampuan komunikasi lisan siswa di madrasah Ibtidaiyah juga
tidak lebih baik dari kemampuan komunikasi lisan siswa di madrasah
Tsanawiyah. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Badrul Khoir (2011) di
kelas V Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Ulum Sumber Gempol Pagelaran Malang.
Penelitian ini mengungkap bahwa sebagian besar siswa belum bisa berbicara
bahasa Arab. Penelitian yang sama dilakukan Avina Nailul Izza (2012) di kelas
IV madrasah Ibtidaiyah Al Muawwanah Janti Mojoagung Jombang. Penelitian ini
berbicara bahasa Arab. Kondisi yang sama juga dialami oleh siswa kelas IV di
madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Bahauddin Ngelom Taman Sidoarjo. Penelitian
yang dilakukan Nurul Istiqomah (2012) ini menunjukkan bahwa dari 25 siswa
kelas IV hanya 10 siswa (40%) yang dianggap bisa berkomunikasi lisan dan 15
siswa (60%) ditemukan belum bisa berkomunikasi lisan sederhana.
Kelemahan komunikasi lisan siswa dalam bahasa Arab juga ditemukan
peneliti pada saat melakukan studi pendahuluan di delapan madrasah Ibtidaiyah
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Kemampuan komunikasi lisan siswa
masih sangat jauh dari tujuan pembelajaran bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah.
Dengan kata lain, kemampuan komunikasi lisan secara sederhana yang
seharusnya dimiliki oleh para alumni madrasah Ibtidaiyah setelah mendapatkan
pembelajaran bahasa Arab di madrasah justru masih jauh dari yang diharapkan.
Selain kelemahan siswa dalam komunikasi lisan, siswa juga mengalami
kelemahan dalam penguasaan bahasa Arab. Hasil ujian akhir Madrasah (UAM)
Ibtidaiyah mata pelajaran bahasa Arab pada tahun pelajaran 2010-2011 di lima
kabupaten di propinsi Jawa Timur juga belum dapat dikatakan berhasil. Sebab
nilai rerata tertinggi mata pelajaran Bahasa Arab (6,3) masih di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Arab (6,5). Nilai rerata mata
pelajaran Bahasa Arab pada Ujian Akhir Madrasah (UAM) Madrasah Ibtidaiyah
di lima kabupaten di Jawa Timur pada tahun pelajaran 2010-2011 sebagaimana
dalam tabel 1.1. berikut ini:
Tabel 1.1
Nilai Rerata Ujian Akhir Madrasah (UAM) Di Madrasah Ibtidaiyah tahun Pelajaran 2010-2011 di Lima Kabupaten di Jawa Timur
NO Kabupaten Mata Pelajaran Nilai Rerata
1. Lamongan Bahasa Arab 6,2
2. Gresik Bahasa Arab 6,3
3. Tuban Bahasa Arab 5,7
5. Pacitan Bahasa Arab 5.6
(dokumen Mapenda Kabupaten Lamongan, Gresik, Tuban, Bojonegoro, dan Pacitan)
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kelemahan utama
pembelajaran bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah adalah metode pembelajaran
yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Arab tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran Bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah yang menekankan pada
kemampuan menyimak dan berbicara. Hal ini terindikasi pada beberapa hal
berikut ini:
1) Metode tata bahasa dan terjemah menjadi metode faforit yang secara konsisten
digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Arab. Tidak terdapat variasi
metode lain yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Arab.
2) Guru tidak pernah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar
dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah. Akibatnya siswa
tidak pernah mendapatkan masukan dalam bentuk bahasa ujaran.
3) Guru sangat jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempraktikkan percakapan atau tanya jawab dalam bahasa Arab, meskipun
materi pembelajarannya tentang dialog atau percakapan.
Berbagai problem dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut memerlukan
upaya pemecahan dari berbagai pihak untuk mengatasinya. Menurut peneliti,
posisi dan peran guru dalam mengatasi problem tersebut sangat sentral dan
dominan. Oleh karena itu, pengayaan metodologi pembelajaran bahasa Arab
merupakan sebuah keniscayaan. Menurut asumsi peneliti, profesionalisme para
guru bahasa Arab dalam mengimplementasikan berbagai model pembelajaran
yang relevan dengan karakteristik tujuan pembelajaran bahasa Arab dan
karakteristik siswa madrasah Ibtidaiyah (MI) akan dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi lisan bahasa Arab siswa madrasah Ibtidaiyah.
Karakteristik tujuan pembelajaran bahasa Arab di madasah ibtidiayah
pada kemampuan menyimak dan berbicara sebagai landasan berbahasa
(Permendepag. Nomor 02 Tahun 2008). Menyimak merupakan kemampuan
berbahasa yang seharusnya dipelajari siswa sebelum mempelajari tiga
kemampuan bahasa yang lain (berbicara, membaca, dan menulis). Kemampuan ini
sangat penting bagi siswa madrasah ibtidaiyah sebagai modal untuk mempelajari
kemampuan bahasa yang lain. Demikian juga kemampuan berbicara, kemampuan
ini merupakan kemampuan kedua yang seharusnya dipelajari siswa setelah
mempelajari menyimak. Hal ini tidak berarti bahwa siswa tidak boleh
mempelajari kemampuan berbicara sebelum ia menguasai kemampuan menyimak
secara sempurna. Siswa belajar berbicara dari apa yang ia dengar. Sambil belajar
mendengar ujaran lisan, siswa sekaligus juga bisa belajar berbicara.
Karakteristik siswa madrasah ibtidaiyah (MI) terutama kelas IV MI. Di
antara karakteristik siswa MI kelas IV adalah usia siswa MI berada antara 9
sampai 10 tahun. Perkembangan kognitif siswa usia ini, menurut Piaget, berada
pada tingkat operasional konkret (concrete operations). Pada usia ini anak sudah
dapat berpikir secara logis mengenai segala sesuatu. Mereka mampu berpikir
operasional, menggunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk
operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas
jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya (Sumantri
dan Sukmadinata, 2007; 2.12).
Kegiatan pembelajaran pada usia dini harus disajikan dalam bentuk yang
menyenangkan sesuai dengan usia mereka. Kegiatan pembelajaran tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan konteks “here and now”, dan memanfaatkan
media pembelajaran yang ada, Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian
media pengajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
pembelajaran, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampain pesan dan isi
pada saat pelajaran itu.
Dari berbagai problem pembelajaran bahasa Arab, karakteristik tujuan
mata pelajaran bahasa Arab, karakteristik siswa madrasah ibtidaiyah, dan
karakteristik model pembelajaran yang dikembangkan, maka peneliti dapat
menggambarkan adanya korelasi dan hubungan sinergitas yang saling mendukung
antara komponen-komponen tersebut di atas. Sinergitas antara semua komponen
tersebut terlihat pada gambar 1.1 di bawah ini:
Gambar 1.1.
Sinergitas antara Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Arab, Karakteristik Siswa MI Dan Model Pembelajaran yang Dikembangkan
Gambar di atas memperlihatkan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Arab
di madrasah ibtidaiyah (MI) yang tidak hanya menekankan pada kegiatan
menghafal tata bahasa dan kosa kata, tetapi lebih menekankan pada kegiatan
menyimak ujaran dan memproduksi bahasa lisan, akan dapat dicapai melalui
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi lisan. Selain itu, usaha untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut harus memperhatikan karakteristik siswa kelas IV
madrasah ibtidaiyah.
Atas dasar berbagai hal yang dikemukakan pada latar belakang masalah di
atas, maka penulis bermaksud untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran
yang penulis anggap sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah atau
problem tersebut. Model pembelajaran yang penulis maksud adalah model Karakteristik tujuan mapel
bahasa Arab MI
Karakteristik siswa MI
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa
madrasah ibtidaiyah dalam bahasa Arab.
Beberapa peneliti yang berusaha menfokuskan diri pada pembelajaran
bahasa Arab antara lain Isop Syafi’i (2011). Ia telah melakukan penelitian
pembelajaran bahasa Arab di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati
Bandung. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Arab
dengan menggunakan model pembelajaran nadhariyat al-wahdah (integrated
method) dapat meningkatkan kemampuan bahasa Arab mahasiswa. Selain Isop Syafi’i, Nasruddin (2006) juga telah meneliti pembelajaran bahasa Arab di Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. Dari penelitian ini, ia menyimpulkan bahwa
pembelajaran bahasa Arab di Perguruan Tinggi Islam di Indonesia masih
menghadapi beberapa problem. Selain Isop Syafi’i dan Nasrunddin, Sarmini
(2007) telah meneliti perbandingan bahasa Arab dan bahasa Indonesia dari segi
fonetik, sintaksis, dan tata bahasa untuk menyusun kurikulum pembelajaran
bahasa Arab bagi pemula. Hasil penelitian ini ia menyusun kurikulum
pembelajaran bahasa Arab yang sesuai dengan tingkat pemula.
B.Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Penelitian ini bertolak dari kenyataan bahwa kemampuan komunikasi lisan
siswa dalam bahasa Arab masih lemah. Padahal kemampuan komunikasi lisan
merupakan tujuan pembelajaran bahasa Arab di madrasah ibtidaiyah. Tidak bisa
disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, dan
penting bagi siswa untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
belajarnya. Menurut Slameto (2003:54) “Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu”. Salah
Penelitian pendahuluan menujukkan bahwa minat siswa belajar bahawa Arab
tergolong rendah. Mereka menganggap bahwa pelajaran bahasa Arab itu sulit.
Sedangkan salah satu faktor eksternal adalah proses pembelajaran bahasa Arab
yang dilakukan guru di madrasah ibtidaiyah. Proses pembelajaran bahasa Arab
yang dilakukan guru di kelas diduga menjadi faktor yang mempengaruhi
kemampuan komunikasi lisan siswa. Hasil penelitian khasairi (2005) di madrasah
Tsanawiyah (MTs) se-Malang Raya menunjukkan bahwa guru-guru bahasa Arab
di MTs. menggunakan metode tata bahasa dan terjemah dalam pembelajaran
bahasa Arab. Secara teoritis, metode tersebut bukan diorientasikan untuk
penguasaan kemampuan komunikasi lisan, melainkan untuk penguasaan tata
bahasa dan kosa kata. Kecenderungan guru bahasa Arab dalam menggunakan
metode tata bahasa dan terjemah mengakibatkan siswa bersikap pasif dan reseptif
apa yang disampaikan guru. kecenderungan guru bahasa Arab menggunakan
bahasa Indonesia dan daerah sebagai pengantar dalam pembelajaran
mengakibatkan siswa kurang mendapatkan input bahasa ujaran yang seharusnya
dijadikan model dasar dalam menginisiasi berbicara.
Berdeda jika pembelajaran bahasa Arab dilaksanakan dengan
menggunakan metode pembelajaran yang bersifat eksploratif dan mendorong
siswa aktif belajar. Demikian juga jika guru bahasa Arab menggunakan bahasa
Arab sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran maka siswa akan
mendapatkan input bahasa ujaran yang cukup untuk menginisiasi berbicara.
Asumsi ini searah dengan kesimpulan hasil penelitian terdahulu yang
menyatakan bahwa proses pembelajaran bahasa Arab kurang mendorong pada
pencapaian kemampuan komunikasi lisan. Banyak faktor yang menjadi penyebab
komunikasi lisan tidak berkembang, di antaranya adalah kurangnya pemahaman
guru bahasa Arab tentang metode pembelajaran yang dapat meeningkatkan
kemampuan komunikasi lisan siswa.
Paparan di atas menunjukkan bahwa banyak faktor yang dapat
eksternal. Yang dimaksud faktor internal adalah row input (siswa segala
karakteristik fisik dan psikologisnya). Sedangkan yang dimaksud faktor eksternal
adalah instrumental input (guru, kurikulum, model pembelajaran, media
pembelajaran, fasilitas, dan lain-lain) dan invironmental input (lingkungan
madrasah, pergaulan teman, dan interaksi sosial secara umum). Mengingat
banyaknya variabel yang dapat mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran,
maka masalah penelitian ini dibatasi pada variabel model pembelajaran sebagai
bagian dari variabel instrumental input. Model pembelajaranpun dibatasi pada
model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan
siswa dalam bahasa Arab.
2. Perumusan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka
masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana model
pembelajaran bahasa Arab yang cocok untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi lisan siswa madrasah ibtidaiyah. Rumusan masalah pokok ini akan
dikembangkan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana kondisi obyektif pembelajaran bahasa Arab di kelas IV madrasah
Ibtidaiyah yang berlangsung selama ini?
b. Bagaimana desain model pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa Madrasah Ibtidaiyah?
c. Bagaimana implementasi model pembelajaran bahasa Arab yang
dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa
Madrasah Ibtidaiyah?
d. Bagaimana efektifitas model pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa madrasah ibtidaiyah
dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Arab yang biasa dilakukan oleh
e. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model
pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi lisan siswa madrasah Ibtidaiyah?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pertanyaan di atas maka tujuan umum penelitian dan
pengembangan ini adalah untuk menghasilkan suatu produk model pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa di madrasah
ibtidaiyah. Dengan mengacu pada tujuan umum tersebut, selanjutnya dijabarkan
tujuan khusus sebagai berikut:
1. Menghasilkan suatu gambaran kondisi awal pembelajaran bahasa Arab di
kelas IV madrasah Ibtidaiyah yang berlangsung selama ini.
2. Menghasilkan suatu produk dalam bentuk desain model pembelajaran bahasa
Arab untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa di madrasah
ibtidaiyah.
3. Menggambarkan implementasi model pembelajaran bahasa Arab untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa di madrasah ibtidaiyah.
4. Menguji efektivitas model pembelajaran bahasa Arab hasil pengembangan
dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan secara
konvensional.
5. Menemukan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model
pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
teoritis juga manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat menjadi bahan
kebijakan, dan pengembang kurikulum pendidikan bahasa Arab di Indonesia
dalam mengembangkan dan memperkuat teori dan konsep pembelajaran bahasa
Arab yang sudah ada, sehingga pembelajaran bahasa Arab menjadi lebih efektif
bagi peningkatan kemampuan komunikasi lisan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini, di samping diharapkan dapat memberikan manfaat
teoritis, juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis. Manfaat praktis
dimaksud dapat ditinjau dari guru bahasa Arab, pihak yang mempunyai
wewenang pengambilan keputusan (decision makers), dan lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK).
a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
bahasa Arab. Dengan menggunakan model pembelajaran hasil pengembangan
ini, diharapkan guru dapat memperbaiki kinerjanya, sehingga pembelajaran
bahasa Arab menjadi efektif.
b. Bagi pihak pengambil keputusan, hasil penelitian yang diharapkan dapat
menghasilkan suatu produk yaitu model pembelajaran bahasa Arab, dapat
dijadikan sebagai model alternatif untuk diseminasikan pada jenjang madrasah
ibtidaiyah dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
bahasa Arab.
c. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya bahan ajar bagi pembinaan para calon guru,
sehingga mereka menguasai dengan berbagai alternatif model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
E. Struktur Organisasi Disertasi
Disertasi ini terdiri atas lima bab, yaitu bab pertama merupakan
pendahuluan, bab kedua merupakan kajian teori dan karangka berpikir, bab ketiga
merupakan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan dan bab kelima
merupakan simpulan dari hasil penelitian.
Bab pertama terdiri atas tujuh subbab, yaitu, latar belakang masalah,
identifikasi masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi disertasi. Bab kedua terdiri atas lima subbab,
yaitu, hakikat dan teori bahasa, hakikat dan teori pembelajaran, hakikat
pembelajaran bahasa Arab, hakikat komunikasi lisan, dan kerangka berpikir
penelitian.
Bab ketiga terdiri atas enam subbab, yaitu jenis penelitian, subyek
penelitian, teknik pengumpulan data dan pengembangan instrumen penelitian, dan
teknik analisis data. Bab keempat terdiri atas dua subbab, yaitu hasil penelitian
dan pembahasan. Hasil penelitian terdiri atas empat sub-subbab, yaitu hasil studi
pendahuluan, pengembangan model, desain model pembelajaran, implementasi
model pembelajaran, dan efektifitas model pembelajaran hasil pengembangan.
Pembahasan juga terdiri atas lima sub-subbab, yaitu. Pembahasan hasil studi
pendahuluan, desain model pembelajaran, implementasi model pembelajaran,
efektifitas model pembelajaran hasil pengembangan, dan faktor pendukung dan
penghambat model pembelajaran. Sedangkan bab lima terdiri atas tiga subbab,
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas empat subbab, yaitu a) jenis penelitian, b) subyek
penelitian, c) teknik pengumpulan data dan pengembangan instrumen penelitian,
dan d) teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menerapkan jenis penelitian dan pengembangan (Research
and Development). Borg dan Gall (1979: 624) memberikan batasan terhadap
model penelitian ini sebagai “a prossess used to develop and validate educational
product”. Selain itu, sebagaimana dikemukakan oleh Gay (1990) bahwa
penelitian dan pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu
produk yang efektif berupa materi pembelajaran, media, strategi pembelajaran
untuk digunakan di sekolah bukan untuk menguji teori. Dari definisi yang
dikemukakan oleh Borg dan Gell tersebut di atas dapat diambil pengertian bahwa
penelitian dan pengembangan ini merupakan rangkaian langkah secara siklus,
setiap siklus yang akan dilalui harus mengacu pada hasil langkah sebelumnya dan
akhirnya menghasilkan suatu produk pembelajaran.
Penggunaan model penelitian ini menurut Zais (1976: 480) telah banyak
digunakan sejak tahun 1960-an khususnya ketika pemerintah Amerika Serikat
mendirikan dan memberikan tugas dan wewenang kepada lembaga Research and
Develompment (R & D) Centers untuk melakukan pengembangan kurikulum
dalam skala yang lebih luas, komprehensif, dan intensif.
Menurut Chase (1971; 144-145) penelitian dan pengembangan itu
memiliki kelebihan yaitu
systems among prototypes on the basis of testing under field conditions in a variety of situations, and continuing evaluation and refinement”.
Dalam penelitian ini pendekatan penelitian dan pengembangan (R&D)
dipandang cocok untuk digunakan. Karena tujuan penelitian ini bukan hanya
sekedar untuk menemukan model yang baru, tetapi juga berupaya
mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran bahasa Arab yang efektif
dan efisien dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik madrasah ibtidaiyah
sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Pendekatan R & D ini mempunyai
keunggulan ditinjau dari segi prosedurnya yang sistematis dan sangat
memperhatikan kebutuhan dan situasi dan kondisi nyata di madrasah.
Penelitian dan pengembangan ini menurut Borg dan Gall (1979: 775-776)
langkahnya merupakan suatu siklus, yang terdiri atas 10 langkah yang harus
ditempuh. Kesepuluh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Research and information collecting ---includes review of literatures,
classroom observations, and preparation of reform of state of art. (Penelitian
dan pengumpulan informasi, yaitu kegiatan yang meliputi kajian kepustakaan
dan observasi kelas;
b. Planning--- includes defining skills, stating objectives, determining course
sequence, and small scale feasibility testing. (Perencanaan, mencakup
mendefinisikan produk yang akan dikembangkan, menetapkan tujuan,
menetapkan urutan pembelajaran, dan uji kelayakan dalam skala kecil);
c. Develop preliminary form of product---includes preparation of instructional
materials, handbooks, and evaluation devices. )Mengembangkan produk awal,
mencakup menyiapkan bahan pembelajaran, sumber dan media yang
digunakan, dan intrumen evaluasi);
d. Preliminary field testing---Conducted in form 1 to 3 schools, using 6 to 12
subjects, Interview, observational and questionnaire data collected and
analyzed. (Uji coba produk awal. Pada tahap ini data dikumpulkan melalui
e. Main product revision---Revision of product as suggested by the preliminary
field test results. Revisi produk awal, setelah ditemukan
kekurangan-kekurangannya, kemudian produk awal tersebut dikembangkan menjadi
produk yang lebih baik);
f. Main Field testing---conducted in 5 to 15 schools with 30 to 100 subjects.
Quantitative data on subjects’ pre-course and post-course performance are
collected. Results are evaluated with respect to course objectives and are
compared with control group data, when appropriate. (Uji coba produk yang
sudah direvisi sebelumnya dalam skala luas. Pada tahap ini, data kuantitatif
dari pretest dan posttest dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan
tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok
control).
g. Operational product revision---Revision of product as suggested by main field
test results. (Revisi produk yang telah diujicobakan dalam skala yang lebih
luas);
h. Operational field testing---conducted in 10 to 30 schools involving 40 to 200
subjects. Interview, observational and questionnaire data collected and
analyzed. (Uji coba produk yang telah direvisi dalam skala yang lebih lagi.
Pada tahap ini dikumpulkan data melalui angket, observasi, dan hasil
wawancara untuk selanjutnya dianalisis);
i. Final product revision---Revision of product as suggested by operational
field-test results. (Revisi produk akhir, revisi ini didasarkan pada hasil uji coba
produk sebelumnya); dan
j. Dissemination and implementation---Report on product at professional
meetings and in journals. Work with publisher who assumes commercial
distribution. Monitor distribution to provide quality control. (Desiminasi dan
implementasi, yaitu melaporkan hasilnya dalam pertemuan ilmiah dalam jurnal
dan dilakukan monitoring penyebaran sebagai kontrol terhadap kualitas
Penerapan langkah-langkah tersebut di atas dalam pengembangan model
pembelajaran bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan
dimodifikasi dengan tiga tahapan proses berikut (Sukmadinata, 2008: 189), yaitu
studi pendahuluan, pengembangan model, dan validasi model. Ketiga tahapan ini
dapat digambarkan dalam bagan 3.1. Penggunaan penelitian dan pengembangan
Borg dan Gall yang dimodifikasi dengan penelitian dan pengembangan
Sukmadinata didasarkan pada dua alasan. Pertama bahwa langkah penelitian dan
pengembangan Borg dan Gall yang dimodifikasi Sukmadinata dipandang lebih
mudah digunakan dari pada penelitian dan pengembangan Dick dan Carry. Kedua
kenyataan bahwa penelitian dan pengembangan tersebut sudah teruji
kehandalannya pada penelitian-penelitian terdahulu khususnya di program studi
Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Tiga Langkah Penelitian dan Pengembangan Sukmadinata
Dengan merujuk pada tahapan-tahapan di atas, maka untuk menghasilkan
suatu produk yang dalam hal ini adalah suatu model pembelajaran bahasa Arab,
terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan atau studi lapangan dan studi
literatur. Berdasarkan informasi hasil studi tersebut, kemudian dikembangkan
suatu produk awal sebagai hasil uji kelayakan yang dilaksanakan di madrasah
ibtidaiyah Nurul Hidayah Banyubang, sehingga hasilnya merupakan suatu bentuk
microteach lesson. Berdasarkan pada hasil revisi, maka produk awal ini kemudian
dikembangkan lebih lanjut melalui uji coba di lapangan atau merupakan uji coba
utama. Hasil uji coba utama setelah direvisi yaitu berupa produk operasional,
kemudian dilakukan validasi atau uji coba model sehingga dihasilkan suatu model
yang sesuai dengan yang diharapkan.
Langkah-langkah tersebut, untuk kepentingan dalam penelitian ini, lebih
disederhanakan, sehingga meliputi studi pendahuluan, pengembangan, dan
pengujian. Untuk lebih jelasnya masing-masing langkah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Studi pendahuluan
a. Studi Literatur
Studi literatur merupakan langkah yang sangat penting untuk dilakukan
dalam penelitian karena informasi yang diperoleh dari hasil studi ini dapat
digunakan pada saat melakukan studi lapangan. Selain itu hasil dari studi ini dapat
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Berdasarkan alasan ini, maka pada langkah ini peneliti
melakukan kajian terhadap berbagai literatur yang berkaitan dengan teori,
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran bahasa yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan peserta didik madrasah ibtidaiyah, dan juga materi
pembelajaran itu sendiri serta permasalahannya. Kajian ini dilakukan sejak
peneliti mengajukan prosposal penelitian dan berlangsung terus bersamaan
b. Studi Lapangan
Studi lapangan dalam hal ini merupakan kegiatan penelitian pendahuluan
yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang sesungguhnya terjadi di
kelas. Penelitian pendahuluan ini dilakukan terutama terhadap variabel-variabel
penelitian sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, yaitu meliputi variabel
guru, variabel peserta didik, variabel konteks yang meliputi lingkungan kelas,
sumber belajar, dan media pembelajaran, variabel proses pembelajaran, dan
variabel hasil.
Adapun aspek-aspek yang diteliti dari setiap variabel tersebut meliputi, (1)
kondisi guru berkenaan dengan pemahamannya terhadap tujuan pembelajaran
bahasa Arab di madrasah ibtidaiyah, (2) perencanaan dan pelaksanaan proses
pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan guru, (3) aktivitas peserta didik
selama proses pembelajaran bahasa Arab, dan (4) kondisi sumber belajar dan
media pembelajaran dan pemanfaatannya dalam pembelajaran bahasa Arab.
Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
perencanaan dan pelaksanaan pengembangan model pembelajaran bahasa Arab,
yang dimaksudkan produk dan pengembangannya dapat memecahkan masalah
praktis yang ada di kelas. Dengan kata lain, hasil temuan dari studi lapangan
sebagaimana dijelaskan di atas, dalam penelitian ini akan digunakan sebagai
starting point dalam merancang pengembangan model pembelajaran bahasa Arab
yang akan dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif antara peneliti, guru, dan
kepala madrasah.
c. Perencanaan Pengembangan Model
Langkah-langkah yang ditempuh dalam perencanaan pengembangan
model pembelajaran ini adalah (a) analisis kurikulum, (b) mengembangkan
program, (c) menyusun silabus, dan (d) uji kelayakan terbatas.
1) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum merupakan langkah yang sangat penting untuk
tertulis kurikulum ini peneliti akan menemukan kejelasan berkenaan dengan (a)
tujuan, (b) materi atau pengalaman belajar, (c) organisasi pengalaman belajar, dan
(d) evaluasi. Hasil analisis ini akan memberikan arah untuk memilih dan memilah
model pembelajaran yang dapat mengakomodasi pesan-pesan yang ada dalam
kurikulum tersebut. Dengan kata lain, model pembelajaran yang akan
dikembangkan selain dapat memperbaiki kondisi yang ada, juga harus relevan
dengan pesan-pesan yang terdapat dalam dokumen tertulis kurikulum.
b) Pengembangan Program Pembelajaran dan Menyusun Silabus
Pada tahap ini peneliti mendesain model pembelajaran sebagai produk
awal untuk dilaksanakan dalam uji kelayakan terbatas. Sesuai dengan hasil
analisis kurikulum, maka langkah selanjutnya adalah menyusun program
pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang ditempuh meliputi: (a) menetapkan
model pembelajaran yang akan dikembangkan. (b) menetapkan tema, (c)
menetapkan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang akan
dikembangkan, (d) menentukan sumber daya pembelajaran, (e) menentukan
alokasi waktu pelaksanaan program, (f) menetapkan format silabus atau
perencanaan pembelajaran, (g) menetapkan tujuan pembelajaran, (h) menentukan
materi atau pengalaman belajar, (i) menentukan sumber dan media pembelajaran,
dan (j) menentukan evaluasi pembelajaran.
c) Uji Kelayakan Program
Setelah jelas program dan silabus pembelajaran yang akan dikembangkan,
maka untuk uji kelayakan terbatas dan lebih luas perlu dipersiapkan hal-hal
sebagai berikut; (a) kompetensi yang harus dimiliki guru, (b) format observasi dan
wawancara, (c) format catatan lapangan, dan (d) penentuan lokasi penelitian.
2. Tahap Pengembangan Model Pembelajaran
Sesuai dengan produk studi pendahuluan sebagaimana produk “micro teach lesson” yang telah dilakukan revisi berdasarkan hasil observasi, wawancara,
studi dokumenter, dan hasil tes, maka langkah berikutnya adalah uji coba di
coba utama dan uji coba operasional. Langkah pengembangan ini dilakukan
melalui siklus dengan mengikuti paradigma prosedur penelitian tindakan.
Penelitian tindakan adalah studi dari situasi sosial dengan sasaran
memperbaiki kualitas tindakan di dalam situasi sosial tersebut. Tujuan utamanya
adalah sebagaimana dikemukakan Elliot (1991: 49) bahwa the fundamental aim
of action research is to improve practice rather than to produce knowledge. The
production and utility of knowledge is subordinate to, and conditioned by the
fundamental aim”. Sementara menurut Mc Niff (dalam Sukardi, 2008: 212)
bahwa penelitian tindakan merupakan suatu studi sistematis dari upaya perbaikan
praktik atau pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh sekelompok orang
dengan memakai cara-cara tindakan mereka yang praktis yang disertai dengan
refleksi tentang dampak tindakan praktis mereka.
Sesuai dengan pengertian penelitian tindakan tersebut, maka dalam tahap
pengembangan model pembelajaran ini setiap siklusnya mengikuti
langkah-langkah sebagaimana model penelitian yang dikemukakan McKerman’s (Elliot,
1991: 51) yang secara garis besarnya meliputi langkah penetapan
masalah-perencanaan – pelaksanaan – evaluasi - refleksi. Tahapan penelitian ini dilakukan
pada uji coba pengembangan model pembelajaran, yang dilakukan dalam
beberapa siklus yang secara berulang untuk memperoleh suatu produk, yakni
model pembelajaran bahasa Arab sebagaimana diharapkan.
Adapun aspek-aspek yang diteliti pada tahap pengembangan ini meliputi
(1) perencanaan pembelajaran, (2) implementasi perencanaan pembelajaran yang
meliputi aktivitas guru dan peserta didik, dan (3) hasil belajar. Ketiga aspek ini
secara berkelanjutan dalam setiap siklus terus dilakukan monitoring untuk bahan
evaluasi dan refleksi yang ditindaklanjuti dengan adanya perbaikan-perbaikan
baik terhadap perencanaan maupun implementasinya pada siklus berikutnya.
Adapun hasil akhir dari tahap ini adalah karakterisasi desain model pembelajaran
bahasa Arab yang dapat dijadikan pedoman bagi guru dan karakteristik
3. Pengujian
Pada tahap ini dilakukan uji validasi terhadap model pembelajaran hasil
pengembangan. Hasil uji validasi ini diharapkan mendapatkan kesimpulan yang
menggambarkan karakteristik model pembelajaran hasil pengembangan, dilihat
dari tingkat efektifitasnya terutama dilihat dari dampaknya terhadap kinerja guru,
aktivitas belajar peserta didik, dan keunggulan serta keterbatasannya. Untuk
mendapatkan kesimpulan tersebut, pada tahap uji validasi ini diperlukan
rancangan eksperimen yang kemudian hasilnya dipadankan atau dibandingkan
dengan kelompok kontrol.
Adapun prosedur yang ditempuh untuk menetapkan madrasah yang
termasuk kelompok eksperimen dan madrasah kelompok kontrol serta subyek dari
kedua kelompok tersebut, dilakukan dengan random sampling. Setelah dilakukan
random sampling terhadap subyek dari kedua kelompok tersebut, langkah
selanjutnya adalah memberikan tes awal (pretest) terhadap subyek dari kedua
kelompok tersebut. Hasil tes awal dijadikan dasar untuk melakukan pemasangan
subyek-subyek antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dasar
pemasangan adalah peringkat hasil pretest, maksudnya subyek yang mendapat
skor delapan dipasangkan dengan subyek yang mendapatkan skor sama atau yang
mendekati. Maksud pemasangan tersebut adalah untuk mengurangi perbedaan
kemampuan awal antara pengaruh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
terhadap variabel tergantung (Hidayanto, 1998: 146)
Berdasarkan prosedur di atas, maka langkah pembelajaran pada kelompok
eksperimen adalah (1) melakukan tes awal (pretest), (2) implementasi model
pembelajaran hasil pengembangan, (3) tes akhir (posttest) terhadap kemampuan
peserta didik, dan (4) membandingkan hasil tes awal dengan tes akhir. Prosedur
pembelajaran di atas sama dilakukan pula pada kelompok kontrol, hanya
perbedaannya pada kelompok kontrol pada langkah kedua pembelajaran tidak
melaksanakan model pembelajaran hasil pengembangan tetapi menggunakan
Gambar 3.1
Rangcangan Eksperimen (Diadaptasi dari McMillan & Schumacher, 2001: 342)
Keterangan:
M = Pemilihan subyek melalui pemasangan A = Kelompok eksperimen
B = Kelompok kontrol
O1 = Pretest pada kelompok eksperimen O2 = Posttest pada kelompok eksperimen O3 = Pretest pada kelompok kontrol O4 = Posttest pada kelompok kontrol
X = Pembelajaran dengan model pembelajaran hasil pengembangan -X = Pembelajaran konvensional.
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Subyek penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Arab dan siswa
madrasah ibtidaiyah di kabupaten Lamongan. Berdasarkan data Kementerian
Agama Kabupaten Lamongan tahun 2009, jumlah madrasah Ibtidaiyah di
kabupaten Lamongan sebanyak 489 madrasah sebagaimana dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1
Keadaan Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Kabupaten Lamongan
N O
Kecamatan Jumla h MI
Status Tingkat Akriditasi Ket