• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BLUES GUITAR SUPPLEMENT PROGRAM GUNA MENINGKATKAN APRESIASI TERHADAP MUSIK BLUES.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BLUES GUITAR SUPPLEMENT PROGRAM GUNA MENINGKATKAN APRESIASI TERHADAP MUSIK BLUES."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

BLUES GUITAR SUPPLEMENT PROGRAM

GUNA MENINGKATKAN APRESIASI TERHADAP MUSIK BLUES (Uji Coba di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan

Jurusan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni

Oleh:

Rully Setia Ramdani NIM. 1006922

PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

BLUES GUITAR SUPPLEMENT PROGRAM

GUNA MENINGKATKAN APRESIASI TERHADAP MUSIK BLUES (Uji Coba di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan

Jurusan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung)

Oleh

Rully Setia Ramdani

S.Sn Sekolah Tinggi Musik Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Seni

Sekolah Pascasarjana

© Rully Setia Ramdani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Adeng Chaedar Alwasilah, M.A NIP. 19530330 198002 1 001

Pembimbing II

Dr. Diah Latifah, M.Pd NIP. 19631006 199202 2 001

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Seni Sekolah Pacasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Bandung

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengembangan

Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna

Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues (Uji Coba di Sekolah

Tinggi Musik Bandung dan Jurusan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan

Sastra Universitas Pasundan Bandung)” ini beserta seluruh isinya adalah

benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya

ini.

Bandung, Februari 2013

(5)

ABSTRAK

Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues (Uji Coba di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Jurusan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah model pembelajaran Blues Guitar yang efektif dan efisien dalam meningkatkan apresiasi mahasiswa terhadap musik Blues. Metode penelitian yang dipergunakan adalah Research & Development pada tahap pengembangan produk dan uji coba produk. Model pembelajaran yang menggabungkan unsur tekstual dan kontekstual musik Blues, dengan pendekatan kualitatif pada uji apresiasi dan kuantitatif pada uji keterampilan. Hasil uji coba terbatas dan luas membuktikan bahwa model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini, dapat meningkatkan keterampilan dan apresiasi mahasiswa terhadap musik Blues.

(6)

ABSTRACT

The research entitled "Developing a learning model of Blues Guitar Supplement Program in order to increase the appreciation of Blues Music (experimented in Sekolah Tinggi Musik Bandung and Jurusan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung). The purpose of this research is making an effective and efficient Blues guitar learning model in increasing students appreciation on Blues Music. The research method, is Research & Development and Experimental. Learning model that consist of Blues textual and Blues contextual, with Qualitative approach on appreciaton test and Quantitative approach on skill test. The result of the limited and wide experiment shows that this program is not only developing the student's skill but also increasing their appreciation on Blues Music.

(7)

DAFTAR ISI

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 12

1. Model Pembelajaran ... 12

2. Blues Guitar ... 13

3. Supplement Program ... 14

4. Blues ... 15

5. Apresiasi ... 16

6. Sekolah Tinggi Musik Bandung ... 17

7. Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung ... 17

D. Tujuan Penelitian ... 18

(8)

F. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II LANDASAN TEORI ... 21

A. Blues ... 21

1. Tekstual ... 25

a. Blues Scales ... 25

b. 12 Bar Blues Chords Progression ... 27

c. Blues Licks ... 28

d. Blues Improvisations ... 29

2. Kontekstual ... 31

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 69

F. Teknik Pengumpulan Data ... 72

G. Teknik Analisis Data ... 78

H. Hipotesis ... 90

I. Draft Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 106

A. Hasil Penelitian ... 106

1. Analisis Kebutuhan Produk ... 106

2. Pengembangan dan Validasi Instrumen ... 115

a. Desain Awal dan Pengembangan Produk ... 115

b. Validasi Instrumen ... 122

3. Uji Coba Terbatas dan Revisi Produk ... 126

a. Proses Uji Coba Terbatas ... 126

b. Perhitungan t-Test Pada Uji Coba Terbatas ... 138

c. Perhitungan Anova Pada Uji Coba Terbatas ... 141

d. Evaluasi Pada Peningkatan Apresiasi ... 145

e. Revisi Produk ... 146

4. Uji Coba Luas dan Revisi Akhir Produk ... 148

(9)

b. Perhitungan t-Test Pada Uji Coba Luas ... 159

c. Perhitungan Anova Pada Uji Coba Luas ... 162

d. Evaluasi Pada Peningkatan Apresiasi ... 167

e. Media Jejaring Sosial Twitter Sebagai Indikator Peningkatan Apresiasi ... 170

f. Revisi Akhir Produk ... 171

5. Validasi Produk dan Penulisan Hasil Penelitian ... 172

B. Pembahasan ... 176

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 181

A. Kesimpulan ... 181

B. Rekomendasi ... 187

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Fretboard Scale pada nada dasar E ... 26

Gambar 2.2. Penulisan 12 Bar Blues Traditional Chords Progress

pada nada dasar E ... 27

Gambar 3.1. Pola True Experimental Design dengan

Pretest-Posttest Control Group Design ... 59

Gambar 4.1. Wawancara mahasiswa Gitar Elektrik, Septada Nur

Widiyandono dan Gatot Dwi Raharjo, pada tahap

Analisis Kebutuhan Produk (STiMB, 11 April 2012) ... 114

Gambar 4.2. Laurentius Mario, Mahasiswa Gitar Elektrik STiMB

angkatan 2008, sedang melakukan tes 1 untuk validasi

produk (5 Oktober 2012) ... 124

Gambar 4.3. Gideon Imanuel Lalamentik, Mahasiswa Gitar

Elektrik STiMB angkatan 2010, sedang melakukan

pretes untuk Uji Coba Terbatas (11 Oktober 2012) ... 128

Gambar 4.4. Suasana Blues Guitar Supplement Program, sesi

materi kelas (12 Oktober 2012)... 130

Gambar 4.5. Modul dan DVD data sebagai tambahan materi, untuk

dapat dipelajari oleh masing-masing peserta ... 131

Gambar 4.6. Gatot Dwi Raharjo (paling kanan), salah satu peserta

sedang melakukan Jam Session di Studio Combo

(11)

Gambar 4.7. Medi Angga A J, salah satu peserta Uji Coba Luas,

sedang melakukan pretest, di ruang kelas Seni Musik

FISS Unpas Bandung (22 Oktober 2012) ... 150

Gambar 4.8. Suasana materi klasikal di ruang kelas Galeri Fakultas

Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung

(27 Oktober 2012) ... 151

Gambar 4.9. Gilang Maulana Ibrahim (kanan) dan Trian Nugraha

(kiri), sedang melakukan Jam Session di gerbang

depan Kampus IV Universitas Pasundan Bandung (1

November 2012)... 152

Gambar 4.10. Putra Pamungkas (kanan) dan Andro Gonar Borindi

(kiri), sedang melakukan Jam Session di depan teras

kelas Galeri Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas

Pasundan Bandung (2 November 2012) ... 152

Gambar 4.11. Satrio Sigit Pamungkas (kanan) dan Reza Herdyana

(kiri), sedang melakukan Jam Session di halaman

ruang Himpunan Mahasiswa Seni Musik Fakultas

Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung

(12)

DAFTAR NOTASI

Notasi 2.1. Penulisan Tangga Nada Blues in C ... 22

Notasi 2.2. Contoh Blues Licks yang dipergunakan dalam Blues

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Bentuk progresi akor 12 bar Blues ... 22

Tabel 2.2. Aplikasi lirik dalam satu bait ke dalam progresi 12 bar Blues ... 23

Tabel 3.1. Penggunaan Semantic Defferensial pada instrumen penilaian Blues Guitar Supplement Program. ... 71

Tabel 3.2. Teknik pengumpulan data pada tahapan penelitian ... 77

Tabel 3.3. Tabel perhitungan Product Moment Correlation (Pearson) ... 80

Tabel 3.4. Tabel perhitungan t-Test ... 82

Tabel 3.5. Tabel perhitungan F-Test ... 84

Tabel 3.6. Sintaks model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program... ... 103

Tabel 4.1. Jawaban Kuisioner No.1 ... 107

Tabel 4.2. Jawaban Kuisioner No.2 ... 108

Tabel 4.3. Jawaban Kuisioner No.3 ... 109

Tabel 4.4. Jawaban Kuisioner No.4 ... 110

Tabel 4.5. Jawaban Kuisioner No.5 ... 111

Tabel 4.6. Tabel hasil uji validasi instrumen pertama dan kedua di Sekolah Tinggi Musik Bandung ... 123

(14)

Tabel 4.8. Tabel daftar sample tahap uji coba terbatas di Sekolah

Tinggi Musik Bandung ... 127

Tabel 4.9. Sintaks model pembelajaran Blues Guitar Supplement

Produk di Sekolah Tinggi Musik Bandung ... 132

Tabel 4.10. Tabel daftar skor masing-masing peserta, pada pretest

dan posttest tahap uji coba terbatas di Sekolah Tinggi

Musik Bandung ... 139

Tabel 4.11. Perhitungan Paired Samples Statistics pada IBM

SPSS Statistics 20 ... 140

Tabel 4.12. Perhitungan Paired Samples Correlations pada IBM

SPSS Statistics 20 ... 140

Tabel 4.13. Perhitungan Paired Samples Test pada IBM SPSS

Statistics 20... ... 141

Tabel 4.14. Tabel perhitungan score masing-masing indikator

variabel independen, untuk setiap test.... ... 142

Tabel 4.15. Tabel untuk perhitungan F-Test of Significance ... 142

Tabel 4.16. Tabel hasil perhitungan F-Test of Significance pada

IBM SPSS Statistics 20 ... 143

Tabel 4.17. Tabel hasil perhitungan Duncan pada IBM SPSS

Statistics 20, untuk mengetahui perbedaan antar

(15)

Tabel 4.18. Daftar sampel peserta tahap Uji Coba Luas, Blues

Guitar Supplement Program di Program Studi Seni

Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas

Pasundan Bandung ... 148

Tabel 4.19. Sintaks model pembelajaran Blues Guitar Supplement

Program di Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu

Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung ... 153

Tabel 4.20. Tabel daftar skor masing-masing peserta, pada pretest

dan postest tahap uji coba luas di Program Studi Seni

Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas

Pasundan Bandung ... 159

Tabel 4.21. Perhitungan Paired Samples Statistics pada IBM

SPSS Statistics 20 ... 161

Tabel 4.22. Perhitungan Paired Samples Correlations pada IBM

SPSS Statistics 20 ... 161

Tabel 4.23. Perhitungan Paired Samples Test pada IBM SPSS

Statistics 20 ... 162

Tabel 4.24. Tabel perhitungan score masing-masing indikator

variabel independen, untuk setiap test ... 163

Tabel 4.25. Tabel untuk perhitungan F-Test of Significance ... 164

Tabel 4.26. Tabel hasil perhitungan F-Test of Significance pada

(16)

Tabel 4.27. Tabel hasil perhitungan Duncan pada IBM SPSS

Statistics 20, untuk mengetahui perbedaan antar

(17)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1. Proses pembelajaran yang diimplementasi dalam

Blues Guitar Supplement Program ... 6

Diagram 3.1. Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R & D) ... 61

Diagram 3.2. Diagram proses tahapan penelitian dan pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ... 62

Diagram 3.3. Triangulasi dengan tiga sumber data (kiri atas), triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data (kanan atas), dan triangulasi dengan tiga waktu pengumpulan (tengah bawah) (Bachri, 2010: 56) ... 88

Diagram 3.4. Draft Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ... 93

Diagram 4.1. Hasil jawaban kuisioner No.1 ... 107

Diagram 4.2. Hasil jawaban kuisioner No.2 ... 108

Diagram 4.3. Hasil jawaban kuisioner No.3 ... 109

Diagram 4.4. Hasil jawaban kuisioner No.4 ... 110

Diagram 4.5. Hasil jawaban kuisioner No.5 ... 111

Diagram 4.6. Draft Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ... 121

(18)

Diagram 4.8. Proses pelaksanaan Blues Guitar Supplement Program

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Kuisioner ... ...

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ... ...

Lampiran 3 Silabus PIM Gitar Elektrik III (Style) D3 Penyaji

Musik Sekolah Tinggi Musik Bandung ... ...

Lampiran 4 Silabus Blues Guitar Supplement Program ... ...

Lampiran 5 Pedoman Evaluasi dan Observasi (Pretest – Posttest) ... ...

Lampiran 6 Modul Blues Guitar Supplement Program ... ...

Lampiran 7 Hasil Validasi Instrumen ... ...

Lampiran 8 Hasil Uji Coba Terbatas di Sekolah Tinggi Musik

Bandung ... ...

Lampiran 9 Lembar Evaluasi dan Observasi Hasil Revisi ... ...

Lampiran 10 Hasil Uji Coba Luas di Seni Musik, Fakultas Ilmu

Seni dan Sastra, Universitas Pasundan Bandung ... ...

Lampiran 11 Perhitungan Manual Uji Coba Terbatas dan Uji Coba

Luas (T-Test dan Anova) ... ...

Lampiran 12 Tabel Distribusi t-Student (t-Test) ... ...

Lampiran 13 Tabel Distribusi F ... ...

Lampiran 14 Pedoman Observasi dan Kuisioner Akhir Peserta di

(20)

Lampiran 15 Pedoman Observasi dan Wawancara Akhir Peserta di

Program Studi Seni Musik Faklutas Seni dan Sastra

Universitas Pasundan Bandung ... ...

Lampiran 16 Hasil Kuisioner Peserta di Sekolah Tinggi Musik

Bandung ... ...

Lampiran 17 Hasil Wawancara Peserta di Program Studi Seni

Musik Faklutas Seni dan Sastra Universitas Pasundan

Bandung ... ...

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Blues merupakan bagian dari rentetan panjang sejarah Amerika Serikat, yang

melibatkan bangsa kulit hitam Afrika-Amerika yang menjadi budak belian untuk

kaum kulit putih. Musik Blues menjadi sebuah penawar kepedihan yang dirasakan

bangsa kulit hitam tersebut dan berkembang menjadi berbagai aliran musik yang

kemudian berkembang di Amerika Serikat. Mack dalam Sejarah Musik 3 (1995:

57) menyatakan bahwa:

Salah satu sumber materi untuk kebanyakan aliran musik populer abad ke-20 adalah ―Blues‖, walaupun orang kulit putih sering tidak mau mengakuinya. Secara historis, Blues merupakan suatu jenis musik yang mulai berkembang pada tengah abad yang lalu di Amerika di antara kaum negro. Awal Blues sampai sekarang cukup samar, namun sebagai jenis seni pertunjukan yang berhubungan erat dengan penyelesaian zaman perbudakan di Amerika. Penegasan ini barangkali agak mengherankan, sebab lazimnya Blues dikaitkan dengan nyanyian orang negro sambil bekerja sebagai budak belian untuk orang kulit putih yang berkuasa. Memang inilah sumber praktik Blues secara murni dan utuh, akan tetapi penulis berbicara tentang Blues sebagai suatu jenis seni pertunjukan. Ternyata kebanyakan musisi Blues suka tampil sebagai solis (iringan sendiri), artinya terdapat semacam citra ―keterpencilan‖ bagi musisi tersebut, lalu menjadi ciri khas Blues sebagai seni pertunjukan.

Kata Blues berasal dari kata blue (biru), yang dipergunakan dalam lirik lagu

Blues sebagai gambaran dari perasaan sedih, muram, murung, dan tertekan.

Kepedihan yang diartikulasikan dalam bentuk nyanyian, yang pada mulanya tanpa

iringan alat musik, hingga kemudian dikenal bentuk iringan yang menjadi bentuk

(22)

Afrika-Amerika pada saat itu) untuk berekspresi dan mengartikulasikan

kehidupannya dalam musik.

Terdapat beberapa bentuk musik yang kemudian mempengaruhi Blues, yang

muncul pada akhir abad 19, dan ditemukan sebagai bentuk ekspresi diri di

komunitas Afrika-Amerika. Menurut Komara (2006: 105); ―Blues memiliki

bentuk umumnya 8, 12 dan 16 bar, menggunakan salah satu skala melodi dan

skema sajak dan dinyanyikan atau ditampilkan dengan alat musik‖.

Blues merupakan dokumen kehidupan orang kulit hitam dan pemikiran

terhadap penyatuan unsur-unsur musik tradisional, pertunjukan, dan tema

lagu-lagu komersial. Seiring waktu dan perkembangannya, Blues kemudian menjadi

akar dari berbagai musik populer Amerika Serikat yang lahir setelahnya. Sebut

saja Rock, R n’B, Gospel, Soul, Funk, Hip Hop, Rap, dan Jazz.

Lambat laun, musik Blues kemudian menjadi digemari oleh berbagai

kalangan. Dari ketertarikan terhadap keunikan musiknya, hingga menjadikannya

komoditas yang menguntungkan dalam bisnis pertunjukan dan rekaman musik.

Maka dalam mempelajari Blues, terjadi proses transformasi pengetahuan atau

pengalaman dalam bentuk verbal maupun nonverbal (teknis dan praktek). Hal ini

dilakukan baik secara otodidak (dengan jalan mendengarkan dan menirukan apa

yang didengar), dengan tutorial dari media internet yang kian marak, dan

mengikuti lembaga-lembaga musik formal dan non formal (melalui tutorial dari

instruktur, guru, dan dosennya). Maka Blues menjadi suatu subjek yang dijadikan

materi pembelajaran, dalam lingkup pendidikan tersebut.

(23)

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Proses belajar merupakan sebuah proses menuju perubahan menjadi lebih

baik. Seperti diungkapkan Trianto (2009: 17):

Terjadi suatu proses perubahan perilaku, dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah seperti: (1) pendekatan

pembelajaran; (2) strategi pembelajaran; (3) metode pembelajaran; (4) teknik

pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Apabila

antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran terangkai

menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut model

pembelajaran. Jadi, model pembelajaran menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22)

adalah:

Suatu perencanaan atau suatau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Pendapat lain model pembelajaran menurut Rusman (2010: 132) pada

dasarnya merupakan:

(24)

Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan tiga

aspek, yaitu: aspek psikomotorik, aspek kognitif, dan aspek afektif. Karena ketiga

aspek tersebut merupakan inti dari sebuah tujuan pembelajaran, seperti

dikemukakan Bloom dan Krathwohl dalam Rusman (2010: 171), bahwa tujuan

pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga domain, yaitu:

Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri, serta memiliki lima tingkatan, dari rendah sampai tinggi, yaitu: penerimaan, responding, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik atau gerakan-gerakan fisik, seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, seni (musik, rupa, tari), dan olah raga.

Aspek kognitif difasilitasi melalui berbagai aktifitas penalaran dengan tujuan

terbentuknya penguasaan intelektual atau pengetahuan. Aspek afektif dilakukan

melalui aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan

terbentuknya kematangan emosional. Sedangkan aspek psikomotorik difasilitasi

melalui adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya keterampilan

praktis. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik, akan membentuk

kemampuan berpikir kritis dan memunculkan kreativitas. Dua kemampuan inilah

yang menjadi dasar kemampuan mengatasi masalah, yang diharapkan terwujud

dalam diri peserta didik.

Hasil belajar menurut Bloom (1976) dalam Anderson (1981) mencakup

prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Karakteristik manusia

meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir

(25)

psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif

mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga

ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam

bidang pendidikan. Kaitannya dengan musik, Kafol (2001) menyatakan bahwa:

Musik sebagai seni dan sebagai subjek artistik mempengaruhi individu secara keseluruhan. Kegiatan musik merangsang perkembangan mental dan fisik, emosi, rasa keindahan, kreativitas, self-estem dan hubungan interpersonal. Oleh karena itu kemajuan yang sama dalam kognitif, afektif, dan psikomotor menjadi hal yang sama penting dan merupakan satu kesatuan.

Pembelajaran apresiasi musik, merupakan sebuah bentuk pembelajaran

estetis. Melalui pembelajaran apresiasi musik, peserta didik dapat memahami

motivasi seorang komposer dalam membuat sebuah komposisi musik, latar

kesejarahan, bentuk musik, struktur, dan gaya musiknya. Hal ini dapat

meningkatkan pemahaman peserta didik dan dapat mendorong pada kualitas

personal yang baik. Seperti diungkapkan oleh Lou, dkk (2011: 45):

Music appreciation is an aesthetic learning activity. Through the

teaching of music appreciation, we can understand a composer’s motivation and historical background as well as the music’s form, structure, and style. Students’ perception of music can be enhanced, and good personality

qualities can be encouraged.

Dalam pembelajaran apresiasi musik, selain peserta didik diberikan

pemahaman mengenai hal-hal musikal (baik secara auditory maupun praktis),

pembelajaran lebih ditekankan kepada hal-hal nonmusikal seperti latar belakang

kesejarahan dan hal-hal filosofis yang melatari lahirnya musik tersebut.

Penekanan pada hal-hal nonmusikal selain untuk wawasan peserta didik, juga

dimaksudkan untuk menumbuhkan pemahaman dan penghargaan terhadap musik

(26)

Dalam Blues Guitar Supplement Program, ranah afektif menjadi landasan

yang harus kuat, karena Blues merupakan soal rasa bukan sekedar soal tangga

nada dan progresi akor. Penekanan pada hal-hal nonmusikal seperti latar

kesejarahan dan filosofis akan lebih utama dalam Blues Guitar Supplement

Program.

Proses pembelajaran pada Blues Guitar Supplement Program, dapat

digambarkan dalam diagram berikut:

Diagram 1.1. Proses pembelajaran yang diimplementasi dalam Blues Guitar Supplement Program.

Dengan menggunakan beberapa pendekatan strategi pembelajaran, seperti

Contextual Teaching & Learning (CTL), Pembelajaran Kelompok Partisipatif,

Konstruktivistik, serta Pembelajaran Apresiasi. Metode praktek menjadi salahsatu

yang cukup penting dalam model ini, karena peserta harus mengalami

pengalaman secara musikal. Dengan demonstrasi oleh tutor dan proses imitasi

baik melalui tutor maupun melalui materi yang diberikan dalam bentuk Modul

dan DVD. Setelah memahami dasar dari permainan gitar Blues, peserta kemudian

(27)

suplemen gitar Blues ini kemudian dievaluasi melalui assesment dengan

pencatatan pada kemajuan keterampilan memainkan gitar Blues, melalui tes

dengan skoring pada kegiatan Jam Session.

Dasar pemikiran Blues sebagai materi utama program ini yakni, Blues dapat

menjadi sarana untuk mengolah emosi. Lebih lanjut, pendalaman pada filosofi

Blues diharapkan dapat mencerdaskan emosi, sehingga menjadi lebih manusiawi,

peka terhadap lingkungan sekitar, dan bersemangat untuk terus melangsungkan

hidup dalam kondisi apapun. Selain itu, mengingat peran penting Blues dalam

perkembangan musik populer Amerika hingga ke penjuru dunia, maka penting

untuk mempelajarinya lebih dalam. Namun, pembelajaran Blues secara khusus,

baik tekstual maupun kontekstual, tidak banyak ditemukan, bahkan di lembaga

pendidikan tinggi musik sekalipun. Rata-rata pendidikan tinggi musik, baik itu

Universitas maupun Sekolah Tinggi, acuan musik Barat sepenuhnya diarahkan

pada khasanah musik Eropa Tengah. Padahal nyatanya, perkembangan industri

musik di Indonesia, semenjak akhir tahun ’50-an hingga saat ini sangat tertuju

pada musik populer yang berasal dari Amerika Serikat. Seperti yang dikutip

Sasongko & Katjasungkana, dalam Prisma (1991: 51):

Pada pertengahan dasawarsa 1950-an itu berkembang jenis musik rock’n’roll yang diperkenalkan Bill Haley and The Comets dan kemudian dipopulerkan Elvis Presley. … Lewat medium piringan hitam, rock’n’roll

(28)

Sekolah Tinggi Musik Bandung, merupakan salah satu sekolah tinggi yang di

dalamnya terdapat Program Studi D3 Penyaji Musik. Di Sekolah Tinggi Musik

Bandung ini, Blues tidak banyak disentuh. Beberapa mata kuliah yang di

dalamnya terdapat materi Blues yaitu: Sejarah Musik 4 untuk semester 5, yang

sekilas dibahas dalam Sejarah Musik 3 (semester 4), dan PIM Gitar elektrik III

(Style) untuk D3 Penyaji Musik, semester 3.

Buku pegangan Sejarah Musik jilid 3 & 4 karya Dieter Mack, yang rata-rata

digunakan di perguruan tinggi musikpun, hanya menyebut kata Blues empat kali

saja, itupun di bawah judul ―Jazz dan Perkembangan Musik Hiburan Tahun 20-an,

dan sudah tentu selebihnya yang diangkat adalah Jazz. Seperti yang dikutip dari

buku Sejarah Musik jilid 3 oleh Mack (1995: 343):

Legenda bahwa jazz berasal dari kota New Orleans, lazimnya diakui sebagai kurang lebih benar, walaupun sumber-sumber dari Blues, worksongs… mesti juga disebutkan. Tahun 1619 orang Negro mulai datang ke Amerika, ke daerah Virginia. Mula-mula, kaum negro belum bekerja sebagai budak belian. Hal ini baru mulai dengan berkembangnya ekonomi plantase. Pada abad ke-19, bagian Amerika Utara dikuasai oleh masyarakat keturunan Inggris beragama Kristen yang agak bersikap puritan (mereka sangat menentang ritual-ritual kaum Negro sebagai unsur-unsur setan…!). sedangkan di bagian Selatan di bawah pengaruh agama katolik, tradisi-tradisi lama lebih mudah dipertahankan (kenyataan ini tidak menyangkut situasi sosial kaum Negro yang lebih buruk di Selatan, walaupun hidup sosial kaum Negro menjadi makin baik dengan kemenangan bagian Utara pada tahun 1865 dalam Civil War).

Jelas disebutkan bahwa Blues sebagai sumber dari Jazz. Setelah itu,

kemudian Blues disebutkan beberapa kali, sebagai salah satu fase jenis-jenis

musik orang Negro, dan sebagai ciri khas dari Jazz gaya New Orleans, yang

(29)

kampungan dari orang Afro-American – worksong, Blues, juga Blues

Instrumental‖.

Pembelajaran Blues pada mata kuliah Sejarah Musik di Sekolah Tinggi

Musik Bandung, dirasa sangat kurang. Proses pembelajaran yang selama ini hanya

dengan metode ceramah, tidak cukup memberikan pemahaman yang mendasar

pada mahasiswa. Pembelajaran hanya tertuju pada sejumlah hapalan periodisasi

sejarah dan ciri khas musikal pada zamannya (audio sample musik Blues

diperdengarkan). Itulah barangkali pemahaman pembelajaran pada Mata Kuliah

Sejarah Musik di beberapa perguruan tinggi musik untuk sementara ini.

Di Sekolah Tinggi Musik Bandung, tangga nada Blues dan pola-pola

permainan Blues dipelajari pada mata kuliah Instrumen Mayor (PIM) Gitar

elektrik III (Style). Mata kuliah untuk semester 3, D3 Penyaji Musik ini,

menjadikan Blues sebagai materi pembelajaran Style, selain Jazz dan Fusion. Pada

mata kuliah ini pun hanya sebatas menyentuh bahasa musikalnya saja, tidak

memperdalam bagaimana Blues terlahir dari latar kehidupan sosial.

Tidak adanya pembelajaran yang secara khusus mempelajari Blues dari sisi

tekstual maupun kontekstual, menjadi dasar pemikiran penelitian ini. Sebuah

penelitian yang akan menghasilkan produk berupa model pembelajaran “Blues

Guitar Supplemet Program” secara lebih intensif dan terpadu antara tekstual dan

kontekstual. Sebagai suatu supplement untuk meningkatkan apresiasi terhadap

musik Blues.

Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program meliputi materi,

(30)

berupa materi tekstual dan kontekstual musik Blues, meliputi hal musikal (Blues

Scales, Blues Licks, 12 Bar Blues Traditional, dan Blues Improvisation) dan hal

non musikal (Blues History dan Blues Essence). Pendekatan yang dilakukan

dalam model ini diantaranya pendekatan Contextual Teaching and Learning,

Pembelajaran Kelompok Partisipatif, Konstruktivisme, dan Apresiasi. Metode

yang dipergunakan diantaranya Imitasi, Presentasi melalui Powerpoint,

Pembelajaran Mandiri dengan bantuan Modul dan DVD, serta Jam Session.

Media yang dipergunakan berupa Modul, DVD data, Laptop, Infocus, Presentasi

Powerpoint, Gitar, Amplifier, dan Audio Set. Serta evaluasi yang dilakukan

terhadap kompetensi bermain gitar Blues melalui pretest dan posttest, juga

evaluasi terhadap peningkatan evaluasi melalui observasi, kuisioner, dan

wawancara, serta dengan bantuan media jejaring sosial Twitter.

Keseluruhan unsur dalam model pembelajaran Blues Guitar Supplement

Program tersebut, kemudian diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

pada peningkatan kompetensi keterampilan bermain gitar Blues, dan terutama

peningkatan apresiasi mahasiswa terhadap musik Blues di Sekolah Tinggi Musik

Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra

Universitas Pasundan Bandung.

Secara lebih luas, model pembelajaran ini dapat diterapkan baik di perguruan

tinggi musik lain. Dapat diterapkan di komunitas-komunitas Blues yang—

belakangan ini—berkembang dan bermunculan di beberapa kota besar di

Indonesia. Sebagai bentuk Blues Education yang akan dikemas dalam sebuah

(31)

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan dikhususkan

untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran gitar, dengan musik Blues

sebagai materi utamanya. Hal ini disebabkan oleh minimnya pembelajaran Blues

secara menyeluruh di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Seni Musik Fakultas

Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Masalah penelitian dibatasi hanya pada penggunaan model pembelajaran

Blues Guitar Supplement Program, pada peningkatan apresiasi musik Blues

mahasiswa Gitar elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi

Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Sehingga penelitian ini dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H1: Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka didapat rumusan masalah dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah draft model pembelajaran Blues

Guitar Supplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi peserta didik

terhadap musik Blues?; (2) Bagaimanakah pengembangan model pembelajaran

Blues Guitar Supplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi

peserta didik terhadap musik Blues?; (3) Bagaimana tahapan uji coba yang

dilakukan terhadap model pembelajaran Blues Guitar Suplement Program,

(32)

(4) Apakah model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program berpengaruh

terhadap peningkatan apresiasi musik Blues?.

C. Variabel dan Definisi Operasional

Dari judul penelitian yang diajukan, terdapat beberapa variabel yang menjadi

fokus dalam kajian penelitian ini. Variabel-variabel tersebut kemudian terbagi

menjadi dua, yakni; (1) Variabel Independen, merupakan variabel yang menjadi

sebab adanya perubahan, diantaranya Model Pembelajaran, Blues, Blues Guitar,

dan Supplement Program; (2) Variabel Dependen, merupakan variabel yang

menjadi akibat yaitu Apresiasi; dan (3) Variabel Moderator, yang dapat

memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen, yaitu Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni

Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Definisi operasional variabel tersebut adalah:

1. Model Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Offline versi 1.3, 2011), model

adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau

dihasilkan. Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar.

Menurut Rusman (2010: 132), model pembelajaran merupakan:

(33)

Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, merupakan

serangkaian perencanaan (konsep) dan komponen-komponen pembelajaran yang

meliputi: metode, materi (bahan ajar), media pembelajaran, dan evaluasi. Model

yang telah dirancang kemudian akan diujicobakan, guna mencari

hambatan-hambatan di dalam proses pelaksanaannya. Hasil dari ujicoba, akan menjadi acuan

untuk perbaikan rancangan produk, sehingga dihasilkan satu produk model

pembelajaran yang efektif, dan efisien. Dengan model pembelajaran Blues Guitar

Supplement Program ini, mahasiswa D3 Penyaji Musik dengan instrumen mayor

Gitar elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung, dapat meningkatkan

keterampilan, pemahaman, terutama apresiasi terhadap musik Blues. Lebih lanjut,

Model Pembelajaran dikategorikan ke dalam variabel independen.

2. Blues Guitar

Semenjak awal kemunculan Blues hingga saat ini, Blues hampir selalu

diidentikkan dengan gitar. Diawali dengan bermunculannya musisi Blues di era

1920-an yang menyanyi sekaligus memainkan gitar secara individual. Catatan

awal dari Handy, yang melaporkan bahwa ia pernah melihat gitaris dari

Mississippi, yang bermain gitar di stasiun kereta api di tahun 1903. Wissman

(2006: 1) menyatakan: ―kepopuleran Blues gitar diawali oleh rekaman Blind

Lemon Jefferson tahun 1926, yang kemudian diikuti oleh sejumlah gitaris solois

Blues lainnya. Blues lebih cenderung identik dengan Gitar, jika dibandingkan

dengan Jazz, yang lebih identik dengan instrument tiup seperti Horns, Trumpet,

(34)

Rancangan model pembelajaran ini dikhususkan untuk mahasiswa dengan

mayor instrumen Gitar elektrik, yang telah memiliki dasar permainan gitar Blues.

Mahasiswa tersebut telah atau sedang menempuh mata kuliah PIM Gitar elektrik

III (Style), D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Dalam

pembelajaran PIM Gitar elektrik III (Style), Blues dipelajari sebagai pengantar

dasar untuk kemudian lebih dikembangkan dalam Jazz dan Rock. Seperti

dinyatakan oleh Bachtiar dalam wawancara (10 April 2012), ―Konten Blues

dipelajari, namun tidak begitu dominan, hanya secara garis besarnya saja.

Pembelajaran lebih dititik beratkan pada Modern Rock dan Jazz, dengan Blues

(Scale) sebagai dasar.‖

Dengan mengikuti Blues Guitar Supplement Program ini, mahasiswa tersebut

mendapatkan tambahan wawasan dan pemahaman mengenai Blues. Bukan hanya

bagaimana permainan gitar Blues, namun lebih ditekankan pada kajian

kontekstual dari musik Blues itu sendiri. Diharapkan dengan adanya Blues Guitar

Supplement Program ini dapat meningkatkan Apresiasi mahasiswa terhadap

musik Blues. Lebih lanjut, Blues Guitar ini dikategorikan sebagai variabel

independen.

3. Supplement Program

Supplement (suplemen), dapat diartikan sebagai (sesuatu) yang ditambahkan

untuk melengkapi; tambahan (KBBI Offline versi 1.3, 2011). Supplement

Program yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu program tambahan

(35)

Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan mahasiswa Gitar elektrik Program

Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Program tambahan, yang pada awalnya dirancang untuk melengkapi mata

kuliah PIM Gitar elektrik III (Style), yang di dalam mata kuliah praktek tersebut

terdapat Blues sebagai salah satu bentuk style yang dipelajari. Sesuai dengan

Silabus PIM Gitar elektrik III (Style), yang bertujuan: ―…mahasiswa diharapkan

mampu mengetahui dan memahami aspek-aspek musik yang berorientasi pada

genre musik Blues, Jazz, dan Fusion.‖ Demikianlah Blues dipelajari dari sisi

musikalnya saja. Sehingga dengan dasar minimnya pembelajaran Blues inilah,

program dirancang dan diaplikasikan. Lebih lanjut, Supplement Program ini

dikategorikan dalam variabel independen.

4. Blues

Mengacu pada pernyataan Komara (2006: 105), mengenai pengertian Blues:

Blues adalah jenis musik yang berdasar pada penggunaan progresi akor Blues dan blue notes. Blues muncul pada akhir abad 19, yang ditemukan sebagai bentuk ekspresi diri di komunitas Afrika-Amerika. Blues umumnya memiliki bentuk 8, 12, dan 16 bar, menggunakan salah satu skala melodi dan skema sajak dan dinyanyikan atau ditampilkan baik dengan ataupun tanpa alat musik, dengan melodi sebagai komponen utamanya.

Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini meliputi

materi-materi musik Blues, musikal (tekstual) dan non musikal (kontekstual). Materi

tekstual dalam bentuk praktik yang meliputi Blues Scales, Blues Licks, 12 Bar

Blues Chords Progression, Blues Improvisation. Materi kontekstual yang meliputi

kajian sejarah, dari perbudakan dan musik-musik yang melatari Blues,

perkembangan Blues, esensi dan filosofi Blues, dalam bentuk diskusi (curah

(36)

ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada peningkatan

keterampilan, pemahaman, dan khususnya apresiasi mahasiswa instrumen mayor

Gitar elektrik, D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan

mahasiswa Gitar elektrik Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan

Sastra Universitas Pasundan Bandung. Lebih lanjut, Blues sebagai variabel

dikategorikan ke dalam variabel independen.

5. Apresiasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Offline versi 1.3, 2011), apresiasi

dapat diartikan sebagai: (1) kesadaran terhadap nilai seni dan budaya; dan (2)

penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu.

Menurut Miller dalam Pengantar Apresiasi Musik (1987: 1-2), apresiasi

musik dapat didefinisikan sebagai dicapainya kemampuan untuk mendengarkan

musik dengan penuh pengertian.

Meskipun orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam daya tangkap musikal mereka, tak seorangpun lahir dengan kemampuan ini; ia hanya bisa dicapai. Menyukai dan menghargai adalah istilah-istilah yang berhubungan, keduanya tidak berarti sama. Sangatlah mungkin untuk menyukai musik— yakni, untuk menerima kesenangan darinya—tanpa memahaminya atau sungguh-sungguh mengapresiasikannya. Juga sangatlah mungkin untuk memahami secara teknis sebuah komposisi musik tanpa menyukai sepenuhnya.

Pengukuran atau evaluasi hasil dari Blues Guitar Supplement Program ini,

dapat dilakukan terhadap ranah psikomotorik (keterampilan), pemahaman

(kognitif), dan terutama apresiasi (afektif). Hal tersebut dapat dianalisis melalui

dokumentasi, wawancara, dan diskusi yang berlangsung sebelum program, saat

program berlangsung, dan setelah program berlangsung. Lebih lanjut, apresiasi

(37)

6. Sekolah Tinggi Musik Bandung

Beralamat di Jl. Lamping No. 16 Cipaganti – Bandung 40161. Sekolah tinggi

musik yang berdiri di kota Bandung pada tanggal 18 Oktober 2001 dengan ijin

operasional berdasarkan SK Mendiknas No. 129/D/O/2001. Setelah melewati

proses penilaian dan evaluasi selama dua tahun dari Departemen Pendidikan

Nasional cq Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, ijin tersebut diperbaharui

dengan keluarnya SK Mendiknas No. 614/D/T/2004.

Blues Guitar Supplement Program ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Musik

Bandung, atas dasar pertimbangan bahwa di kampus ini, terdapat Program Studi

D3 Penyaji Musik, yang berorientasi industri musik. Salahsatu mata kuliahnya

yaitu PIM Gitar Elektri III (Style) untuk mahasiswa dengan instrumen mayor

Gitar elektrik, yang kemudian menjadi acuan pengembangan model pembelajaran

Blues Guitar Supplement Program. Analisis kebutuhan, validasi produk, dan uji

coba terbatas dilakukan di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Lebih lanjut, Sekolah

Tinggi Musik Bandung dikategorikan ke dalam variabel moderator.

7. Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas

Pasundan Bandung.

Bertempat di Kampus IV Unpas, Jl. Dr. Setiabudi No. 193 Bandung ini

berdiri pada Juli 1999, yang pada awalnya mengkhususkan pada Industri Musik

program D3. Baru pada tahun 2004, Program Studi Seni Musik FISS Unpas

membuka program S1 Seni Musik. Terdapat spesialisasi individual Gitar elektrik,

dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak, sehingga Program Studi Seni

(38)

Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Lebih lanjut, Program Studi

Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung

dikategorikan kedalam variabel moderator.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah, ―Menyusun sebuah model

pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang dapat menjadi suplemen

untuk meningkatkan apresiasi peserta ajar terhadap musik Blues.‖ Serta lebih

lanjut model ini dapat dipergunakan selain di perguruan tinggi musik, juga dapat

dipergunakan di lingkup komunitas-komunitas Blues yang ada di Indonesia.

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Signifikansi dari penelitian dan pengembangan ini adalah mengembangkan

sebuah model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program dengan Blues

sebagai materi utamanya. Sehingga didapat sebuah model pembelajaran gitar

Blues dalam kegiatan praktik berkelompok, dengan kajian tekstual dan

kontekstual. Sehingga dari penulisan ini diharapkan bisa memberi manfaat yang

ditujukan pada:

1. Peneliti

Dapat memperdalam kaidah-kaidah musik Blues dan memberikan

pembelajaran bagaimana pengajaran Blues yang lebih efektif dan efisien. Serta

(39)

sehingga kelak dapat menghasilkan produk-produk model pembelajaran lain yang

serupa.

2. Lembaga Pendidikan

Memberikan alternatif baru dalam pembelajaran gitar Blues bagi

lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang memiliki latar belakang musik Barat. Secara

khusus dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan instrumen mayor Gitar

elektrik, di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif bagi pengembangan dan peningkatan keterampilan, pemahaman,

khususnya apresiasi terhadap musik Blues

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini kemudian dapat diterapkan di masyarakat, khususnya

masyarakat pecinta blues, yang terhimpun dalam komunitas yang hadir di

tengah-tengah masyarakat di beberapa kota besar di Indonesia. Model pembelajaran yang

dapat diterapkan pada masyarakat pecinta Blues, khususnya yang ingin

mendalami Blues guitar dan wawasan seputar musik Blues.

F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan

penelitian, variabel dan definisi operasional, tujuan penelitian,

signifikansi dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan

(40)

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini meliputi kajian-kajian pada penelitian yang telah ada, dan

teori-teori yang dipergunakan dalam penelitian yang akan

dilaksanakan. Kajian pustaka yang lebih difokuskan pada model

pembelajaran, serta kajian terhadap musik Blues seperti Blues Scales,

12 Bar Blues Standart Chord Progress, Improvisation, Blues Lyrcis,

Blues History dan Blues Essence, juga hipotesis dari penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini mengemukakan penelitian Research and Development dengan

pendekatan eksperimen, serta meliputi desain lokasi dan sampel

penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

teknik pengumpulan data, analisis data, pendekatan yang akan

dilakukan, serta prosedur dan tahapan penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini meliputi pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan

temuan dan pembahasan atau analisis temuan.

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini meliputi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil

analisis temuan penelitian, dalam bentuk kesimpulan penelitian.

Implikasi berupa rekomendasi yang dapat ditujukan kepada pengguna

hasil penelitian yang bersangkutan, dan kepada penelitian berikutnya.

Daftar Pustaka

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran Blues

Guitar Supplement Program, guna meningkatkan apresiasi terhadap musik Blues

di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu

Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. Penelitian dilakukan dengan

metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D),

dengan pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.

Sugiyono (2011: 407) menyatakan, “pendekatan penelitian dan

pengembangan (Research & Development), adalah pendekatan penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk

tersebut.” Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang

berisfat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya

dapat berfungsi di masyarakat atau lembaga, maka diperlukan penelitian untuk

menguji keefektifan produk tersebut.

Dalam tahap uji coba produk penelitian pengembangan model pembelajaran

Blues Guitar Supplement Program, diberlakukan metode penelitan eksperimen,

yaitu “metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2011:

107). Sehingga dapat diketahui apakah pengembangan model pembelajaran Blues

(42)

kuliah Gitar Elektrik, khususnya di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program

Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Metode penelitian eksperimen merupakan metode yang lekat dengan R&D,

disebabkan karena metode eksperimen merupakan metode yang akurat untuk

membuktikan keberhasilan R&D tersebut. Seperti dikemukakan oleh Putra (2011:

129):

Kelekatan R&D dan eksperimen didasarkan pada kenyataan bahwa metode penelitian eksperimen adalah metode yang paling tepat dan akurat untuk memenuhi fungsi ilmu yaitu menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol. Metode eksperimen memiliki unsur yang ketat, sistematis, terstruktur dan terukur untuk menguji hubungan kausal atau pengaruh dengan pengontrolan yang ketat dan transparan, dan perhitungan statistik yang tepat dan akurat.

Bentuk eksperimen yang dilakukan dalam tahap uji coba Blues Guitar

Supplemet Program ini adalah menggunakan True Experimental Design dengan

Pretest-Posttest Control Group Design.

Gambar 3.1. Pola True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design (Sugiyono, 2011: 112).

Dalam bentuk eksperimen ini, sampel diambil secara random, terdapat

kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan) dan kelompok eksperimen (yang

diberi perlakuan), serta diberlakukan pretest dan posttest. Seperti yang dinyatakan

oleh Sugiyono (2011: 112-113):

Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utamanya adalah

R O1 X O2

(43)

bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal. Adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3).

Langkah-langkah yang peru dilakukan dalam ekperimen ini terdiri dari tiga

tahap, yakni: pretest, treatment, dan posttest. Seperti diungkap oleh Borg & Gall

(2003: 389):

True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design meliputi tiga langkah yakni:

1. Administrasi pada pengukuran pretest pada variabel terikat 2. Implementasi treatment pada kelompok eksperimen partisipan 3. Administrasi pada posttest yang mengukur lagi variabel terikat

Akibat dari treatment yang diberlakukan pada kelompok eksperimen dibedakan dengan cara membandingkan hasil score pretest dan posttest.

B. Lokasi dan Data Penelitian

Pengembangan dan tahap uji coba terbatas model pembelajaran gitar Blues

dalam Blues Guitar Supplement Program ini, dilakukan di Sekolah Tinggi Musik

Bandung. Sebuah sekolah tinggi musik yang berdiri semenjak 18 Oktober 2001,

beralamat di Jl. Lamping No.16 Cipaganti Bandung 40161. Sedangkan tahap uji

coba luas dilakukan di Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra

Universitas Pasundan Bandung.

Data dari penelitian adalah mahasiswa D3 Penyaji Musik, dengan mayor

instrumen Gitar Elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Dalam hal ini adalah

mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah PIM Gitar Elektrik III (Style).

Sesuai dengan silabus pembelajaran PIM Gitar Elektrik III (Style), yang terdapat

(44)

Dipilihnya Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik

Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung sebagai lokasi

penelitian, adalah karena di kampus ini terdapat Mata Kuliah Instrumen Mayor

(Spesialisasi) Gitar Elektrik. Terdapatnya konten pembelajaran Blues dalam mata

kuliah tersebut, menjadi pilihan tepat untuk dijadikan sampel pengembangan

model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program.

Lebih lanjut uji coba produk Blues Guitar Supplement Program dilakukan di

Program Studi Seni Musik, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan,

yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No. 193 Bandung. Uji coba luas diberlakukan

pada sampel mahasiswa dengan spesialisasi Gitar Elektrik secara acak (random).

C. Tahapan Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 409), dalam penelitian dan pengembangan,

terdapat tahapan-tahapan penelitian seperti yang digambarkan berikut:

(45)

Pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang

dilaksanan, menggunakan pendekatan R&D, dan mengikuti alur tahapan

penelitian sebagaimana pada gambar 3.1. Tahapan penelitian pengembangan

model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini mengadaptasi tahapan

tersebut, dan melakukan modifikasi, yang dibatasi pada hingga pada tahap uji

coba produk. Tahap uji coba produk sekaligus menjadi tahap uji coba pemakaian,

dan diakhiri dengan revisi produk dan pelaporan. Secara garis besar, tahapan

penelitian yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut:

(46)

Berikut penjabaran tahapan penelitian:

1. Tahap I: Analisis Kebutuhan Produk

Analisis kebutuhan produk yang merupakan studi pendahuluan, berupa

pengumpulan data pendukung melalui instrumen penelitian yang digunakan

melalui isntrumen kuisioner dan wawancara, studi literatur terhadap silabus

pembelajaran Gitar Elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung, serta perumusan

masalah, dan penetapan tujuan penelitian. Analisis kebutuhan produk ini

kemudian menjadi acuan dalam pengembangan model pembelajaran Blues Guitar

Supplement Program.

2. Tahap II: Pengembangan Produk dan Validasi Instrumen

Pada tahap ini dilakukan perancangan dan pengembangan produk model

pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Berupa peta konsep model yang

berisi Metode, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran, Materi Pembelajaran,

Media Pembelajaran, dan Evaluasi Pembelajaran.

Instrumen yang telah dirancang kemudian divalidasi dengan menggunakan

Product Moment Correlation (Pearson), untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara variabel X (tes pertama) dan Y (tes kedua). Korelasi yang

dihasilkan apabila mendekati +1 atau sama dengan +1 maka produk tersebut valid.

Validasi dilakukan di Sekolah Tinggi Musik Bandung, terhadap mahasiswa

dengan Instrumen Mayor Gitar Elektrik, dengan dipilih secara random. Sample

kemudian diberikan tes sebanyak dua kali, dengan instrumen penilaian yang sama.

(47)

Correlation (Pearson), sehingga instrumen penelitian dapat dikatakan valid dan

layak untuk diujicobakan lebih lanjut.

3. Tahap III: Uji Coba Terbatas & Revisi Produk

Uji Coba Terbatas dilakukan pada data, yaitu mahasiswa mayor Gitar

Elektrik, D3 Penyaji Musik, Sekolah Tinggi Musik Bandung. Lamanya uji coba

disesuaikan dengan kebutuhan rancangan model pembelajaran Blues Guitar

Supplement Program yang telah divalidasi sebelumnya. Tahap uji coba terbatas

dianalisa menggunakan statistika t-test, untuk menguji tingkat keberhasilan

produk yang diujicobakan. Hipotesis komparatif sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H1: Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kemudian dilakukan analisis varians (Anova), untuk melihat indikator mana

yang pengaruhnya cukup besar dalam peningkatan apresiasi musik Blues.

Setelah dilakukan uji coba terbatas di Sekolah Tinggi Musik Bandung, maka

akan diketahui sejumlah kekurangan-kekurangan pada produk Blues Guitar

Supplement Program ini. Sehingga dilakukan beberapa perbaikan pada produk

untuk kemudian Blues Guitar Supplement Program ini siap diuji coba lebih luas.

4. Tahap IV: Uji Coba Luas & Revisi Akhir Produk

Uji Coba Luas, dilakukan pada mahasiswa dengan spesialisasi Gitar Elektrik

di Program Studi Seni Musik, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas

Pasundan Bandung. Lamanya uji coba disesuaikan dengan kebutuhan rancangan

model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang telah direvisi hasil

(48)

t-test, untuk menguji tingkat keberhasilan produk yang diujicobakan. Hipotesis

komparatif sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H1: Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kemudian dilakukan analisis varians (Anova), untuk melihat indikator mana

yang pengaruhnya cukup besar dalam peningkatan apresiasi musik Blues. Revisi

akhir produk dilakukan jika ditemukan kekurangan-kekurangan selama proses uji

coba berlangsung, atau terdapat aspek-aspek yang harus dikurangi dalam model

pembelajaran yang diuji cobakan.

5. Tahap V: Validasi Produk & Penulisan Hasil Penelitian

Langkah berikutnya adalah memvalidasi produk penelitian pengembangan

model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, dengan metode

triangulasi. Yaitu dengan mensintesa berbagai data yang didapat, baik dari apa

yang dialami peneliti, data hasil wawancara, kuisioner, dan observasi oleh

peneliti, maupun data validasi dari dosen dan ahli mengenai model pembelajaran.

Setelah proses triangulasi, maka diperoleh kesimpulan bahwa produk model

pembelajaran Blues Guitar Supplement Program valid dan dapat dipergunakan.

Dilanjutkan dengan proses penulisan laporan hasil penelitian pengembangan

model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, sehingga dapat menjadi

(49)

D. Instrumen Penelitian

Dalam mengumpulkan data-data, peneliti membutuhkan alat bantu berupa

instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan isntrumen

penelitian diantaranya sebagai berikut:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan

tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti.

Adapun pedoman wawancara dalam penelitian ini terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan data penelitian, seperti yang

berkaitan dengan ada tidaknya konten Blues dalam sebaran mata kuliah di

Sekolah Tinggi Musik Bandung (lihat lampiran 2). Wawancara dilakukan

terhadap mahasiswa terkait, ketua Program Studi, dosen terkait, dan alumni, serta

kepada musisi dan pemerhati Blues sebagai triangulasi dan penguat data.

Pada tahap uji coba, instrumen wawancara dilakukan secara tidak terstruktur,

untuk memperkuat proses pengamatan lapangan terhadap peserta. Hal ini

dilakukan untuk melihat gejala-gejala ketertarikan dan rasa ingin tahu peserta

terhadap musik Blues dalam model pembelajaran Blues Guitar Supplement

Program yang dilaksanakan. Wawancara terakhir dilaksanakan setelah

pembelajaran Blues Guitar Supplement Program selesai dilaksanakan (lihat

(50)

Guitar Supplement Program memberikan kontribusi positif pada peningkatan

apresiasi peserta terhadap musik Blues.

2. Pedoman Kuisioner

Lembar kuisioner merupakan alat pengumpul data awal yang dapat disebar

secara acak kepada mahasiswa aktif di Sekolah Tinggi Musik Bandung, untuk

mengetahui sejauh mana Blues dipelajari di kampus tersebut. Kuisioner berisi

pertanyaan singkat dengan pilihan jawaban ya atau tidak, pilihan jawaban

berdasar nama mata kuliah, pilihan level pembelajaran (sangat

kurang/kurang/cukup/baik/sangat baik), dan satu pertanyaan isian mengenai

alasan dan atau pendapat (lihat lampiran 1).

Kuisioner kemudian dipergunakan pada saat pembelajaran Blues Guitar

Supplement Program ini berakhir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana keefektifan program, serta seberapa besar Blues Guitar Supplement

Program yang diikuti, memberikan kontribusi positif pada peningkatan apresiasi

peserta terhadap musk Blues.

3. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan

sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan pada

beberapa pertanyaan yang dikemukakan di dalam pedoman wawancara sebagai

upaya untuk membuktikan apa yang telah ditemukan dalam wawancara dan tes

saat uji coba produk (pretest, pelaksanaan program, dan posttest) berlangsung

(lihat lampiran 5). Obeservasi juga dilakukan untuk mengamati perubahan positif

(51)

Dalam observasi, alat perekam video berguna sebagai alat bantu pada saat

wawancara dan tahap uji coba berlangsung. Hal ini dilakukan agar peneliti bisa

tetap fokus pada pengambilan data, tanpa harus berhenti untuk mencatat

jawaban-jawaban dari narasumber. Dalam pengumpulan data, alat perekam video baru

dapat digunakan setelah mendapatkan izin dari narasumber untuk merekam video,

khususnya pada saat wawancara berlangsung.

4. Evaluasi/Tes Kompetensi

Tes dilakukan pada sebelum program berlangsung (pretest) dan setelah

program berlangsung (posttest). Tes merupakan “...salah satu alat untuk mengukur

terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa setelah berlangsung serangkaian

proses belajar mengajar” (Trianto, 2009: 199).

Tes kompetensi yang dilakukan terhadap peserta berupa evaluasi

praktek/unjuk kerja terhadap Blues Scales, Blues Licks, 12 bar Blues chords

progression, Blues imporvisations. Tes bentuk lisan/wawancara dilakukan

terhadap sejauh mana wawasan kontekstual Blues yang dipahami peserta sebelum

dan sesudah program berlangsung (lihat lampiran 5). Hal ini dilakukan untuk

mengetahui keefektifan Blues Guitar Supplement Program yang diberlakukan

terhadap data, yaitu mahasiswa mayor Gitar Elektrik D3 Penyaji Musik di

Sekolah Tinggi Musik Bandung dan mahasiswa mayor Gitar Elektrik di Program

(52)

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Dari empat instrumen penelitian yang digunakan, kemudian

instrumen-instrumen tersebut dikembangkan untuk diuji validitas dan reliabilitasnya. Seperti

diungkapkan Sugiyono: “Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk

melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data yang akurat, maka

setiap instrumen harus mempunyai skala” (2011: 133).

Pada Tahap I penelitian (studi pendahuluan), instrumen penelitian yang

digunakan adalah wawancara dan kuisioner. Kemudian pada Tahap IV penelitian

(uji coba produk) dengan pendekatan eksperimen, instrumen penelitian

menggunakan wawancara, observasi, dan tes. Instrumen penelitian

dikembangakan dengan menggunakan beberapa skala, diantaranya:

1. Skala Likert

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena

sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut

sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi inikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011: 135).

Jawaban setiap butir instrumen pada skala Likert mempunyai gradasi bentuk

pilihan dari sangat negatif sampai sangat positif.

(53)

Setiap butir jawaban kemudian dapat diberi skor dari tertinggi menuju

terrendah, sebagai berikut:

Sangat Baik = 5 | Baik = 4 | Cukup = 3 | Kurang = 2 | Sangat Kurang = 1

Skala ini dipergunakan salahsatunya dalam lembar kuisioner, seperti dalam

butir pertanyaan, “Sejauh mana musik Blues dipelajari dalam mata kuliah

tersebut?,” dengan butir jawaban sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan baik

sekali.

2. Skala Guttman

Dalam skala Guttman hanya terdapat dua jawaban yang tegas, yaitu: “ya

-tidak”; “setuju-tidak setuju”; “pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Penelitian

menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang

tegas terhadp suatu permasalahan yang ditanyakan. Jawaban dapat dibuat skor

tertinggi satu dan terrendah nol. Misalnya untuk jawaban “setuju” diberi skor 1

dan “tidak setuju” diberi skor 0. Dapat berbentuk pilihan ganda ataupun checklist

(Sugiyono, 2011: 139).

Skala ini salah satunya dipergunakan dalam lembar kuisioner, seperti dalam

butir pertanyaan, “Apakah anda mengharapkan ada pembelajaran musik Blues

secara lebih intensif?,” dengan butir jawaban ya dan tidak.

3. Semantic Defferensial

Skala ini dipergunakan untuk mengukur sikap, namun bentuknya tidak

pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang

Gambar

Gambar 3.1.
Gambar 4.9.
Tabel hasil perhitungan Duncan pada IBM SPSS
Tabel Distribusi t-Student (t-Test)  ............................................ ...
+7

Referensi

Dokumen terkait