• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL (LATIHAN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN BERBAGAI MACAM PEMBUBUTAN (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Peserta Didik SMKN 2 Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL (LATIHAN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN BERBAGAI MACAM PEMBUBUTAN (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Peserta Didik SMKN 2 Bandung)."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

v

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Proses Pembelajaran ... 11

B. Metode ... 14

C. Metode Drill (latihan) ... 18

D. Hasil Belajar ... 24

E. Kompetensi Dasar Melakukan Berbagai Macam Pembubutan . 35 F. Sistem Evaluasi ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 41

B. Alur Penelitian ... 46

C. Prosedur Penelitian ... 47

D. Lokasi dan Objek Penelitian ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Pengujian Instrumen Butir Soal Penelitian ... 51

G. Teknis Analisis Data dan Pengolahan Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Instrumen Penelitian ... 57

B. Pelaksanaan Penelitian ... 64

C. Hasil Penelitian ... 64

(2)

vi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN A ... 94

LAMPIRAN B ... 145

LAMPIRAN C ... 200

LAMPIRAN D ... 208

LAMPIRAN E ... 216

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui jalur pendidikan dihasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas, yang akan meneruskan kepemimpinan bangsa. Penyelengaraan pendidikan yang baik akan menghasilkan lulusan yang berkompeten demikian juga sebaliknya. Pendidikan nasional pada hakekatnya diarahkan pada pembangunan Indonesia seutuhnya yang menyeluruh baik lahir maupun batin. Dipandang dari segi kebutuhan, pembangunan manusia yang berkualitas perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi serta memberikan sumbangan terhadap terlaksananya program-program pembangunan yang telah direncanakan. Salah satu usaha untuk menciptakan manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

Upaya penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu dengan pendidikan yang berkualitas pula, pemerintah Indonesia telah berupaya mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dengan program pendidikan nasional. Pendidikan nasional merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia guna mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya untuk mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

(4)

Sehubungan dengan hal tersebut, pembangunan dibidang pendidikan merupakan strategi dan wahana yang sangat baik dalam pembinaan sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional diperlukan partisipasi dari semua warga negara. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif, baik dari pemerintah, keluarga, dan pengelola pendidikan khususnya.

Realisasi dari pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan salah satunya dengan pendidikan formal di sekolah yang dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan, dimulai dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dimana tiap jenjang pendidikan mempunyai peranan sendiri-sendiri terhadap siswa, yaitu untuk mempersiapkan diri dan memberikan bekal untuk melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi dan kemampuan yang berupa ilmu pengetahuan, sikap

dan keterampilan agar siap terjun di dalam kehidupan masyarakat. Dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan

kegiatan yang penting, artinya berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

banyak tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Dengan demikian, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu,

sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain

adalah hasil dari belajar, keberhasilan dari proses belajar ditandai dengan tercapainya

tujuan pengajaran serta prestasi belajar yang optimal.

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mengajar

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Sedangkan

faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, diantaranya adalah

(5)

siswa (meliputi memahami, berlatih, berdiskusi) dan lain sebagainya. Faktor eksternal

yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, diantaranya keadaan sosial ekonomi,

lingkungan, sarana dan prasarana, guru dan metode mengajar, interaksi edukatif,

kurikulum dan lain sebagainya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, ada berbagai macam metode yang

digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran antara lain metode

ceramah, ekspositori, drill, tanya jawab, resitasi, inkuiri, diskusi, laboratorium,

permainan, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode

pengajaran, antara lain: (1) Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran.

(2) Perbedaan latar belakang individual anak. (3) Perbedaan situasi dan kondisi

dimana pendidikan berlangsung. (4) Perbedaan pribadi dan kemampuan pendidik. (5)

Fasilitas yang berbeda, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Metode mengajar yang sering digunakan di dalam proses belajar mengajar

pada mata pelajaran produktif praktek umumnya metode ceramah dan demonstrasi,

metode ini dinilai baik karena selain guru memberi penjelasan mengenai teori

pembelajaran yang akan diberikan, guru pun mendemontrasikan semua teori yang

telah dijelaskan sehingga siswa menjadi lebih paham. Dengan metode pengajaran

seperti ini diharapkan siswa SMK mendapatkan hasil belajar yang baik dan terampil

terutama dalam aplikasi pengoperasian mesin bubut, untuk mempersiapkan diri, bekal

untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan kemampuan yang berupa ilmu

pengetahuan, sikap agar siap terjun di dalam kehidupan masyarakat. Tetapi

berdasarkan kenyataan data hasil nilai kompetensi dasar melakukan berbagai macam

pembubutan pada siswa kelas XI TP 3 SMK 2 BANDUNG masih dikatakan belum

(6)

(Tabel 1.1) , yang masih banyak mendapat nilai 6,8 dan 6,9 dimana nilai ini masih

dibawah kriteria standar ketuntasan belajar minimum yaitu 7,00.

Tabel 1.1

Nilai hasil belajar kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan

No Rentang Nilai Frekuensi Perolehan Nilai

Banyaknya siswa Prosentase%

1 91-100 0 0

2 81-90 6 17,00

3 71-80 15 42,00

4 < 7,00 14 40,00

Jumlah siswa 35 100

(Sumber: Nilai hasil belajar siswa kelas XI TP 3 SMK 2 Bandung tahun 2008-2009)

Hasil yang kurang memuaskan ini dikarenakan siswa hanya memahami teori

dan kurang mampu mengaplikasikan teori tersebut kedalam praktek, kurangnya

latihan serta bimbingan guru dalam kegiatan praktek akan menyulitkan siswa dalam

menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya. Fenomena ini menunjukkan

belum optimalnya keberhasilan pengajaran, hal ini tentunya tidak terlepas dari

faktor-faktor yang mempengaruhi didalam proses belajar tersebut. Di dalam pengajaran

metode ceramah dan demontrasi, guru memang sudah cukup membekali siswa

dengan teori dan demonstrasi yang diajarkannya, namun tidak cukup seperti itu,

siswa pun harus bisa mengaplikasikan pemahaman tersebut kedalam praktek melalui

latihan dan bimbingan dari guru sehingga siswa pun menjadi lebih terampil, suasana

dimana guru yang mendominasi kelas membuat interaksi antara guru dan siswa

kurang terjalin dengan baik serta membuat komunikasi antara guru dan siswa menjadi

kaku. Hal ini dapat menimbulkan kurangnya kemandirian siswa, sehingga

(7)

sebab itu perlu dikembangkan metode belajar yang melibatkan siswa lebih aktif

dalam proses belajar mengajar, apalagi dalam melakukan berbagai macam

pembubutan yang merupakan salah satu kompetensi dasar yang penting di SMK,

kompetensi dasar ini tidak hanya memerlukan pemahaman saja tetapi juga mampu

mengaplikasikan teori-teori pembelajaran yang telah disampaikan

Salah satu alternatif pembelajaran dalam pemecahan permasalahan yang terjadi pada siswa untuk meningkatkan hasil dan keterampilan belajar siswa khususnya pada kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan digunakan metode pembelajaran drill atau latihan, Ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar, dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu. Hal ini menunjang siswa berprestasi dalam bidang tertentu, siswa tidak hanya mendengarkan atau menerima teori saja dari guru, tetapi murid pun ikut aktif di dalam proses belajar di bawah bimbingan dari guru agar dapat mengaplikasikan hasil teori pembelajaran dalam praktek sehingga menjadi mahir dan terampil. Dengan metode ini diharapkan dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan keaktifan siswa. Sedangkan siswa itu sendiri hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri untuk lebih aktif.

(8)

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah ini diperlukan untuk menjelaskan aspek-aspek permasalahan yang akan timbul dan diteliti lebih lanjut, sehingga akan memperjelas arah dalam penelitian. Adapun Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kemampuan siswa dalam mempergunakan mesin bubut pada kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan konvensional. 2. Metode pembelajaran yang digunakan guru belum tepat dalam

membimbing siswa pada kegiatan praktek.

3. Masih rendahnya nilai prestasi siswa dalam kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan konvensional.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang ditinjaui tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu :

1. Kemampuan kognitif siswa XI TP 3 dalam kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan konvensional dibatasi sampai tingkatan aplikasi.

(9)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah pokok penelitian ini adalah :

“Apakah penerapan metode pembelajaran drill (latihan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan konvensional?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran drill (latihan).

2. Memperoleh gambaran ketuntasan hasil belajar siswa.

3. Memperoleh gambaran keterlaksanaan pembelajaran dengan metode drill (latihan).

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan atau manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Lembaga BPPTKPK

(10)

menerapkannya dalam praktek, sehingga guru pun dapat mengetahui secara langsung tingkat pengusaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

2. Bagi Sekolah

Penerapan model pembelajaran drill (latihan) dapat melatih siswa dalam menerapkan semua teori pembelajaran ke dalam praktek yang membuat siswa lebih mahir dan terampil dalam mengoperasikan mesin bubut

3. Bagi mahasiswa

Penerapan model pembelajaran drill (latihan) ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam mengajar di SMK.

G. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dimaksudkan untuk memudahkan dan menghindari kesalahpahaman tentang istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka perlu kiranya dijelaskan makna dari istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Istilah-istilah yang perlu diberi batasan adalah :

1. Metode Pembelajaran adalah cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. 2. Metode Pembelajaran Drill adalah suatu kegiatan dalam melakukan hal

(11)

untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempumakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen. (Shalahuddin, dkk, 1987: 100). 3. Hasil belajar menurut Hadari Nawawi (1994:100) adalah “Tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor, diperoleh dari hasil tes yang telah disajikan”.

4. BPPTKPK merupakan singkatan dari Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah:

BAB I Pendahuluan, bab ini mengemukakan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan istilah dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, bab ini menjelaskan mengenai proses pembelajaran, metode pembelajaran drill, hasil belajar dan pengukuran hasil belajar.

BAB III Metode Penelitian, bab ini berisi penjabaran tentang metode penelitian yang meliputi variabel, paradigma penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik analisis data.

(12)
(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Reseach. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan, serta memahami situasi dimana pekerjaan ini dilakukan (Kemmis & Carr dalam Kasbolah, 1998/1999: 13). Metode penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang ada di kelas serta berupaya meningkatkan kepemilikan profesionalisme guru melalui kegiatan reflektif dan kolaboratif.

Ada empat jenis PTK yaitu : (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris dan, (4) PTK eksperimental (Chein, 1990).

1. PTK Diagnostik, yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan, dalam hal ini peneliti mendiagnosa dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.

2. PTK Partisipan, suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa

(14)

terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. PTK partisipan dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas hanya saja, disini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.

3. PTK empiris, yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.

4. PTK eksperimental yang dikatagorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari suatu strategi atau teknik yang diterapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran. Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan dalam dunia pendidikan, diantaranya:

(15)

perencanaan (planning), (2) Aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflacting) (Lewin, 1990). Sementara itu empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dikolaborasi lagi menjadi: (1) perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing) dan (3) Penilaian (evaluating) (Ernest,1996).

2. Model Kemmis & Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan diatas, hanya saja komponen tindakan (acting) dengan pengamatan (observing) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa implementasi acting dan observing merupakan kedua kegiatan yang tidak terpisahkan, maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam suatu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan yaitu begitu pula observasi juga harus dilaksanakan.

(16)

antara taraf-taraf di dalam pelaksanaan aksi atau proses belajar mengajar. Selanjutnya dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa sub pokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.

Gambar 3.1 Riset aksi menurut John Elliot Pelaksanaan

Perencanaan Siklus I Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Siklus II Pengamatan

(17)

4. Model Dave Ebbut. Dave Ebbut setuju secara umum dengan ide Kemmis dan Elliot tetapi ada beberapa bagian yang ia tidak setuju. Dace Ebbut mengklaim bahwa model spiral bukan jalan sepenuhnya untuk mendeskripsikan proses penelitian tindakan.

Langkah utama dalam PTK yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan refleksi yang merupakan satu siklus dalam PTK. Siklus selalu berulang setelah satu siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama. Seperti pada siklus pertama. Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua. PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan kegiatannya yang utama yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Faktor yang menyebabkan masalah pada pembelajaran mata pelajaran produktif menggunakan mesin bubut dalam kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan adalah pada saat proses pembelajaran diantaranya: (1) Proses pembelajaran yang berlangsung lebih berorientasi ke teacher centered ketimbang student centered, sehingga membuat siswa kurang aktif dalam proses

(18)

dalam berinteraksi sosial dengan guru atau teman sekelasnya, (4) Perlu adanya alternatif metode pembelajaran lain yang dapat meningkatkan kemampuan penguasaan materi dan keterampilan siswa di kelas.

B. Alur Penelitian

PTK yang dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis – McTaggart, dengan alur penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Kasbolah, 1998)

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Siklus I

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan Siklus II

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Siklus III

(19)

C. Prosedur Penelitian

PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif dengan beberapa kali tindakan perbaikan sehingga masalah tersebut dapat terselesaikan, penelitian ini dibatasi 3 kali siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :

a) Tahap perencanaan (Planning)

Untuk memperoleh keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas perlu adanya proses perencanaan yang matang, maka untuk itu semua disusunlah perencanaan sebagai berikut :

1. Menetapkan jumlah siklus, pada penelitian ini menggunakan tiga siklus. 2. Menetapkan sumber data penelitian yaitu siswa SMK 2 Bandung kelas

XI TP 3 dengan jumlah 35 orang.

3. Menetapkan strategi pembelajaran yang akan dipakai yaitu penerapan metode pembelajaran Drill (latihan) untuk setiap siklusnya

4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

5. Menetapkan cara observasi, yaitu dengan menggunakan format observasi yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Format observasi yang digunakan berupa lembar observasi penilaian unjuk kerja siswa.

6. Menetapkan cara pengumpulan data, yaitu jenis kualitatif observasi 7. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, mendiskusikan hasil pelaksanaan

(20)

b) Tahap Pelaksanaan (Action) dan pengamatan (observing)

Tahap pelaksanaan dan Pengamatan dilakukan secara bersamaan, pada tahap ini disajikan untuk 3 siklus, secara rinci dijelaskan sebagai berikut :

1. Siklus pertama

a. Menyajikan informasi dan penyampaian materi pembelajaran sebagai pengantar ke dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran Drill (latihan).

b. Melakukan kegiatan inti proses pembelajaran dengan metode pembelajaran Drill (latihan). Pada tahap kegiatan ini setiap siswa diberikan job sheet berupa gambar untuk dijadikan soal latihan praktek membubut pada kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan yang sebelumnya guru mendemonstrasikan terlebih dahulu cara pembubutan soal latihan yang telah diberikan. Setiap siswa diberikan waktu untuk mengerjakan soal latihan, dan ketika waktu habis seluruh aktivitas pembubutan dihentikan, guru mengecek dan mengkoreksi setiap hasil pekerjaan siswa dan apabila hasil pekerjaan siswa ada yang belum baik atau belum tepat, siswa akan dibimbing dan difasilitasi oleh guru dalam membubut. Setelah itu guru menyuruh siswa kembali melakukan proses pengerjaan latihan soal, terus secara berulang-ulang, dalam hal proses pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan.

(21)

menggunakan format lembar observasi penilaian unjuk kerja siswa, pada tahap inilah dilakukan pengamatan (observing). Penilaian unjuk kerja siswa ini dilakukan untuk mengukur aspek psikomotor siswa, dengan materi yang berbeda setiap siklusnya.

d. Evaluasi dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa berupa soal uraian yang diberikan pada akhir pembelajaran.

e. Pelaksanaan refleksi akan dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi selesai, guna mengkaji atau menganalisis data yang diperoleh dari proses tindakan dan sebagai bahan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.

2. Siklus Kedua

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus kedua ini berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun untuk siklus kedua, tahapan proses pembelajaran pada siklus kedua sama seperti pembelajaran siklus pertama.

3. Siklus Ketiga

(22)

c) Refleksi

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan evaluasi analisis, sintesis, interpretasi dan eksplanansi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan, refleksi dilakukan setelah tindakan selesai,

D. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian akan di lakukan di Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK). Objek penelitian yang diambil adalah kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas XI TP 3 SMK 2 Bandung pada mata pelajaran produktif mempergunakan mesin bubut dengan kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan sebannyak 30 orang siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Moh Nazir (2005:174) “Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan”. Dalam penelitian ini, yang dimaksud teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk memperoleh data-data empiris yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Sedangkan alat yang digunakan untuk memperoleh data disebut instrumen penelitian.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Tes

(23)

digunakan adalah tes tertulis berbentuk pilihan ganda (multiple choice) yang digunakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi pembelajaran dan peningkatan hasil belajar.

2. Penilaian Unjuk Kerja

Penilaian unjuk kerja siswa dilakukan untuk mengukur aspek psikomotor siswa.

3. Observasi

Observasi menurut Moh Nazir (2005:175) adalah “cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut”. Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data keterlaksanaan metode pembelajaran drill.

F. Pengujian Instrumen Butir Soal Penelitian a) Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168) validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesasihan sesuatu instrument. Suatu instrumen yang valid atau sasih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.

(24)

uraian, penulis menggunakan salah satu rumus pendekatan uji validitas, yaitu

rxy = indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan

Pada penelitian ini, validitas butir soal dilakukan dengan program pengolah data SPSS 15 (Statistical Product and Service Solution). Sedangkan untuk menguji validitas instrumen penilaian unjuk kerja dilakukan dengan judgement ahli, dalam hal ini guru BPPTKPK.

b) Reliabilitas

Reliabilitas tes yang dimaksud adalah sebagai keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Dalam penelitian ini, reliabilitas bentuk uraian menggunakan product momen dahulu yaitu :

{

2 2

}{

2 2

}

rxy = koefisien korelasi antara variable x dan y

Kemudian untuk menghitung indeks realibilitas menggunakan metode

belah dua rumus Spearman-Brown, yaitu :

(25)

Dimana:

11

r = reliabilitas instrumen

2 / 21 / 1

r = rxyyang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan

instrumen.

Besarnya koefisien reliabilitas diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria reliabilitas. Menurut Arikunto (2002:245) bahwa :

11

r ≤0,20 = Reliabilitas sangat rendah 0,20 < r11 ≤0,40 = Reliabilitas rendah membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal terlebih dahulu menentukan skor total siswa yang memperoleh skor tinggi ke rendah, kemudian ambil beberapa sampel dari kelompok atas dan dari kelompok bawah kemudian hitung daya pembeda dengan menggunakan rumus :

(Mohammad Ali, 1993:86) D = Indeks daya beda

BA = Jumlah jawaban benar kelompok unggul (Upper)

BB = Jumlah Jawaban benar kelompok lemah (Lower)

(26)

Nilai daya pembeda (D) yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada kategori sebagai berikut :

Tabel 3.1 Nilai daya pembeda Daya pembeda

(D)

Kriteria

D < 0 Sebaiknya soal dibuang 0 ≤ D 0,2 Jelek (poor) 0,2 < D 0,40 Cukup (statis factory)

0,4 < D ≤ 0,7 Baik (good) D >0,7 Baik sekali (excellent)

(Arikunto, 2009: 218)

d) Tingkat Kemudahan Soal

Suharsimi Arikunto (1991: 210) menyatakan bahwa bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Selanjutnya Karnoto (1999: 161) menjelaskan untuk menghitung taraf kemudahan dipergunakan rumus :

D =

Js B

(Arikunto, 2006: 209)

Dimana :

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siwa yang menjawab soal itu dengan benar Js : jumlah seluruh siswa peserta tes.

(27)

Tabel 3.2

Interpretasi indeks kesukaran Tingkat Kesukaran

(P)

interpretasi

0 ≤ P < 0,3 Sukar

0,3 ≤ P < 0,7 Sedang

0,7 ≤ P < 1 Mudah

(Arikunto, 2006: 210)

G. Teknis Analisis Data dan Pengolahan Data 1. Peningkatan Prestasi Siswa

Pengolahan peningkatan prestasi belajar diperlukan untuk membandingkan keberhasilan (prestasi siswa) dalam pembelajaran tiap siklus. Pengolahan peningkatan prestasi belajar juga digunakan untuk mengetahui efektifitas metode pembelajaran Drill (latihan), maka langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Menghitung nilai rata-rata hasil (penilaian unjuk kerja dan hasil tes pilihan ganda setiap siklus)

b. Menentukan kategori rata-rata hasil belajar, dengan ketentuan sebagai berikut:

Nilai Kategori

9,00-10,00 A (Sangat Baik) 8,00-8,99 B (Baik)

7,00-7,99 C (Cukup) <7,00 D (Kurang)

(28)

c. Membandingkan peningkatan hasil belajar (penilaian unjuk kerja dan hasil tes tertulis berbentuk pilihan ganda setiap siklus)

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Negeri 2 Bandung kelas XI TP 3 mengenai penerapan metode pembelajaran drill (latihan) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam kompetensi dasar Melakukan Berbagai Macam Pembubutan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan metode pembelajaran drill (latihan) kepada siswa dalam kompetensi dasar Melakukan Berbagai Macam Pembubutan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase rata-rata nilai post-test pada setiap siklusnya, baik dalam aspek kognitif maupun psikomotor.

2. Penerapan metode pembelajaran drill (latihan) kepada siswa dalam kompetensi dasar Melakukan Berbagai Macam Pembubutan dapat meningkatkan jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan belajar minimum. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan porsentase pemenuhan kriteria ketuntasan belajar minimum oleh siswa pada setiap siklusnya. 3. Keterlaksanaan pembelajaran dengan metode drill pada aktivitas guru dan

siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya, yang ditandai dengan kategori sedang pada siklus awal dan kategori baik pada siklus akhir.

(30)

B. Saran

Dari keseluruhan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran drill (latihan) yang diterapkan pada kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan ini berdasarkan hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, maka peneliti menyarakan kepada guru untuk menjadikan metode drill (latihan) menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran.

(31)

92

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2010). Drill and Practice. In Great News Network online. Tersedia:http//www. Daily Gadgets & Technology Digital Lifestyle News.com [8 Juli 2010].

Ali Mohamad. (1987). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi Prosedur Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Rosda Karya.

Ali, Mohammad. (1993). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Anonymous. 2009. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. [Online]Tersedia:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/15/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-penetapan-kriteria-ketuntasan-minimal-kkm/. [ 10 Oktober 2009]

Anonymous. 2009. Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa. [Online] Tersedia:http://delapanratus.blogspot.com/2009/04/penilaian-ranah-psikomotorik-siswa.html. [10 Oktober 2009]

Anonymous. 2009. Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. [Online] Tersedia:http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/08/pengukuran-ranah-kognitif-afektif-dan.html. [10 Oktober 2009]

Cronbach, Witherington. (1982). Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. Bandung: JEMMARS.

Ervianto, L (2009). Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kelistrikan Otomotif. Skripsi JPTM FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Eka Tommy (2010). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Dasar Teknik Mesin. Skripsi JPTM FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan

(32)

92

Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introducory Mechanics Courses, [Online]. Tersedia: http://www.physicks.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, [1 October 2002]

Hardi Inu.(2006). Evaluasi Pendidikan. Modul Pembelajaran Bandung:tidak diterbitkan.

Hurrahman F.(2008). Metode Demonstrasi dan Eksperimen. [Online] Tersedia:http://Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com [8 Agustus 2008]. http://www.scribd.com/doc/7554820/01-Model-Ktsp-Smk

Kasbolah, K. (1998). Penelitian TIndakan Kelas (PTK). Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. IBRD: LOAN-IND Martiningsih. (2007). Macam-macam Metode Pembelajaran. [Online]. Tersedia:http://www.Blogger.com/macam-macam-metode-pembelajaran.html [18 Desember 2007]

Mills, H.R. 1977. Teaching and training. London: The Macmillan Press, Ltds Muradi Ahmad. (2009). Metode Drill. In pdfpath online: pdf [Online]. Tersedia:http://www.blogspot.com:/taman-pendidikan//2009/08/metode-drill-dalam-pembelajaran.html.

Nazir Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Roestiyah NK.(1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Roestiyah NK. (1985). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Ryan, D.C. 1980. Characteristics of teacher. A Research study: Their description, comparation, and appraisal. Washington, DC: American Council of Education.

Slameto (2003). Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyanto. 1993. Belajar Gerak. Jakarta : KONI Pusat.

Suprian Atmaja. (2007). Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Tim Dosen UPI. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press. Zaifbio.(2009). Ranah Penilaian Aspek Kognitif, Afektif,dan Psikomotorik.

Gambar

Tabel 1.1 Nilai hasil belajar kompetensi dasar melakukan berbagai macam pembubutan
Gambar 3.2 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Kasbolah, 1998)
Tabel 3.1 Nilai daya pembeda
Tabel 3.2 Interpretasi indeks kesukaran

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan analisis regresi berganda dalam pengolahan data, diperoleh kesimpulan bahwa 71,2% keputusan pengajuan kredit di Sumut Ventura Medan dipengaruhi oleh

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dengan menggunakan analisis regresi berganda dalam pengolahan data, diperoleh kesimpulan bahwa 71,2% keputusan pengajuan kredit di Sumut Ventura Medan dipengaruhi oleh

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA.. Universitas Pendidikan Indonesia

Aktivitas biologi dan isolasi senyawa flavonoid Dari ekstrak etil asetat kayu akar nangka (artocarpus heterophyllus lamk).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang

“Pengaruh Aktivitas Customer Relationship Marketing Terhadap Kepuasan Pelanggan Melalui Manfaat Penerapan Relationship Marketing Di Excelso Galaxy Mall Surabaya”,

Aktivitas biologi dan isolasi senyawa flavonoid Dari ekstrak etil asetat kayu akar nangka (artocarpus heterophyllus lamk).. 1 Waktu dan