• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BLORA PADA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BLORA PADA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR."

Copied!
265
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan karena dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan. Selain itu dilihat dari waktu jam pelajaran di sekolah juga lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Pelajaran matematika dalam pembelajaran di sekolah diberikan di semua jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Hasil studi dari Trend in International Mathemathics and Science Studi (TIMSS), pembelajaran matematika di Indonesia berada di peringkat bawah. Rata-rata prestasi belajar matematika kelas 8 di Indonesia berdasarkan dari data TIMSS pada tahun 2011 menduduki peringkat 38 dari 42 negara. Survei yang telah dilakukan oleh PISA (Program for International Student Assesment) kemampuan siswa-siswi di Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara alias kedua dari bawah dengan skor 375. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya prestasi belajar matematika kelas 8 di Indonesia. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa di Indonesia bisa disebabkan dari strategi pembelajaran yang diterapkan masih monoton. Hal tersebut yang menyebabkan prestasi belajar siswa di Indonesia masih rendah.

(2)

mencapai sasaran belajar. Berdasarkan hasil observasi, prestasi belajar matematika siswa di SMP Negeri 2 Blora dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah strategi pembelajaran yang digunakan. Strategi pembelajaran yang digunakan kurang bervariatif.

Selain strategi pembelajaran, seorang guru harus pandai dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dan dapat digunakan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran saintifik yaitu Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, karena peserta didik secara aktif terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah. Pembelajaran berbasis masalah akan memungkinkan peserta didik untuk menemukan pembelajaran yang bermakna, peserta didik akan terlatih untuk memecahkan masalah-masalah riil yang sering muncul (Retnawati dan Farhan, 2014: 230). Sehingga pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) diharapkan lebih efektif.

(3)

dengan pemberian masalah terlebih dahulu sebelum peserta didik menemukan suatu konsep. Pemahaman konsep dapat dikembangkan melalui penyelesaian masalah, penalaran, dan argumentasi (NCTM, 2000: 21).

Problem Based Learning (PBL) dapat juga diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Sanjaya, 2014: 214). Menurut Sanjaya (2014: 214), terdapat 3 ciri utama dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

1) Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dalam berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan, 2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, dan 3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir

ilmiah. Melihat ciri utama tersebut, metode Problem Based Learning (PBL) sejalan dengan pendekatan saintifik.

(4)

Sehubungan dengan itu, diperlukan strategi pembelajaran bervariatif yang dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran dengan hasil belajar yang optimal.

Salah satu alternatif solusi yang dilakukan yaitu penerapan strategi pembelajaran yang bervariatif dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran yang jelas dan terurut sehingga diperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning.

Menurut Panen (Rusmono, 2012: 75) pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning diharapkan siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk melakukan kegiatan identifikasi masalah, pengumpulan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Yang berarti pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning merupakan strategi pembelajaran dimana siswa diberikan permasalahan kemudian melakukan penelitian dengan mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk proses pemecahan masalah secara terurut dan teratur.

(5)

akan dikatakan efektif jika rata-rata hasil posttest prestasi belajar mencapai KKM untuk mata pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Blora atau jika menunjukkan peningkatan prestasi belajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut.

1. Prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blora pada mata pelajaran matematika belum optimal.

2. Belum adanya strategi pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora.

3. Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning yang memiliki karakteristik khusus dan secara teori dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar belum diuji keefektifannya di kelas VIII SMP Ngeri 2 Blora.

C. Pembatasan Masalah

(6)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan yang menjadi fokus penelitian adalah :

1. Apakah pendekatan saintifik efektif terhadap prestasi belajar matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora?

2. Apakah pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif terhadap prestasi belajar matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora? 3. Apakah pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih

efektif dibandingkan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efektivitas pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora.

2. Untuk mengetahui efektivitas pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora.

3. Untuk mengetahui keefektifan antara pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Blora.

F. Manfaat Penelitian

(7)

1. Pihak sekolah, yaitu sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning.

2. Bagi guru, penelitian ini bisa digunakan sebagai masukan dan inovasi baru dalam pemilihan model yang tepat dalam pembelajaran matematika. 3. Bagi peneliti, sebagai sarana menambah pengalaman penelitian dan juga

(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika

Secara umum, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 4). Secara khusus, pengertian pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Menurut aliran Behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).

b. Menurut pandangan Kognitif, pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.

c. Menurut pandangan Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya menjadi pola bermakna.

d. Menurut pandangan Konstruktivisme, pembelajaran adalah proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas lapangan yang mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa.

(9)

mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Darsono dkk, 2000: 24-25).

Ciri-ciri pembelajaran yang dikemukakan oleh Darsono, adalah sebagai berikut :

a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan dilakukan secara sistematis. b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam

belajar.

c. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupuk psikologis.

d. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.

e. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

f. Pembelajaran dapat menciptakan susasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

(10)

mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu, pembelajaran matematika memiliki tujuan sebagai berikut: a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram (Depdiknas, http://www.puskur.net).

Potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal dalam proses belajar dan siswa dituntut untuk mampu:

1. Melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan,

2. Mengembangkan kreatifitas dengan imajinasi, intuisi dan penemuannya, 3. Melakukan kegiatan pemecahan masalah,

4. Mengomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain.

(11)

memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa (Depdiknas, 2003: 8).

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu aktivitas dan upaya yang dilakukan oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar matematika dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

2. Efektivitas Proses Pembelajaran

Menurut Davis (Slamet Soewandi, dkk: 2005: 43) efektivitas mengacu pada sesuatu yang dikerjakan. Suatu pembelajaran dikatakan efektif bila apa yang dikerjakan benar, artinya sesuai dengan materi dan tujuan. Peterson (Soewandi, dkk: 2005: 44) menekankan efektivitas pada hasil, yaitu banyaknya yang dapat dicapai, jangka waktu penyampaiannya dan jangka waktu bertahannya suatu perubahan. Djamarah dan Zain (2002: 136) menyatakan keefektifan mengacu pada hasil yang dicapai sementara efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil. Elis (Soewandi, dkk: 2005: 43) tidak membedakan pengertian antara efektivitas dan efisiensi. Efektivitas kecuali mengacu pada proses juga mengacu pada hasil, yaitu prestasi akademik siswa yang dicapai melalui tes ujian.

Agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, proses belajarpun harus efektif, yaitu :

(12)

2. Cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik,

3. Lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan, 4. Ada variasi metode pembelajaran,

5. Pemantauan dan evaluasi perkembangan keberhasilan dilakukan secara berkesinambungan,

6. Memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa pada tugas yang dilakukannya.

Menurut Men Soksunag, dkk (NCTM: 2001: 15) Effective math teaching is a combination of subject competency, a flexibility of teaching style and strategy, and concern for the emotional and social as well as the cognitive needs student. Pembelajaran yang efektif merupakan kombinasi dari kemampuan siswa sebagai subyek pembelajaran, gaya dan strategi mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan juga memenuhi kebutuhan emosi, sosial dan kognitif siswa. Slameto (2003: 92) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat membawa siswa belajar efektif. Pembelajaran akan efektif apabila waktu yang tersedia sedikit saja untuk guru melakukan kegiatan ceramah dan waktu yang terbesar adalah untuk kegiatan intelektual dan untuk pemeriksaan pemahaman siswa (Sukarman, 2002: 14 ).

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut antara lain:

(13)

2) Adanya variasi metode pembelajaran, 3) Adanya motivasi,

4) Kurikulum yang baik dan seimbang,

5) Adanya pertimbangan perbedaan individual, 6) Adanya perencanaan sebelum pembelajaran,

7) Penyajian bahan pelajaran yang merangsang siswa untuk berpikir, 8) Integrasi semua pelajaran,

9) Kaitan antara kehidupan nyata dengan sekolah, 10)Kebebasan siswa dalam interaksi pembelajaran, dan 11)Pengajaran individual.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif jika sesuai dengan materi dan tujuan yang telah ditetapkan sehingga hasilnyapun optimal. Peneliti mengacu pada efektivitas hasil. Dalam hal ini peneliti menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning (PBL), sehingga diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran, dan mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan, dalam hal ini adalah prestasi belajar yang optimal.

3. Prestasi Belajar

(14)

prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.

Menurut Hamalik (2010: 18) prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Sedangkan menurut Arikunto (2009: 4) prestasi belajar mencerminkan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan menurut bidang studi. Tujuan yang ditetapkan biasanya berupa kompetensi-kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Senada dengan hal tersebut Winkel (2002: 162) mengatakan prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Prestasi belajar dapat diukur dengan alat ukur tertentu. Tes prestasi belajar merupakan salah satu alat ukur di bidang pendidikan yang sangat penting, artinya sebagai sumber informasi guna pengambilan keputusan (Azwar, 1996: 9). Prestasi belajar diperoleh dengan perangkat tes dan hasil tes dapat memberi informasi tentang apa yang telah dikuasai oleh siswa, serta dapat memberikan informasi kedudukan siswa dibandingkan dengan siswa yang lain atau kelompoknya. Dengan demikian seseorang dapat dikatakan berprestasi atau berhasil dalam suatu pelajaran tertentu jika mampu menyelesaikan tes prestasi belajar tersebut dengan baik.

(15)

a. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik.

b. Sebagai lambang penguasaan hasrat ingin tahu.

c. Sebagai bahan informasi dalam pendididkan. Dengan asumsi bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan suatu pendidikan.

d. Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan tingkat produktifitas secara institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat.

e. Sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa merupakan masalah yang utama karena siswalah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

(16)

4. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian pendekatan saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar secara aktif peserta didik mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan diberi tahu (Hosnan, 2014: 34).

(17)

Menurut Abidin (2014: 122) pembelajaran saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perancangan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna mampu melaksanakan kegiatan ini siswa harus dibina kepekaannya, kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, ketelitiannya mengumpulkan data, dan kecermatannya mengolah data untuk menjawab pertanyaan dan akhirnya kemampuannya membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya.

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Langkah pembelajaran saintifik

Menurut Triling dan Fadel (2009: 93) sintaks model pembelajaran saintifik sebagai berikut :

1) Mengajukan pertanyaan

Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap obyek yang akan dijadikan sebuah penelitian. Berdasarkan pengamatannya tersebut, siswa membuat pertanyaan yang harus dijawab melalui kegiatan penelitian. 2) Menguji pertanyaan

(18)

mengetes apakah masalah yang diajukan dapat diteliti (logis), terukur, bermanfaat, etis dan faktual. Hasil kegiatan ini adalah rumusan masalah yang layak diteliti.

3) Membuat hipotesis

Pada tahap ini siswa membuat hipotesis atau dugaan sementara atas pertanyaan yang telah dibuatnya. Proses membuat hipotesis dilakukan dengan mengoptimalkan pengetahuan awal siswa sehingga menjadi proses penalaran induktif.

4) Melaksanakan penelitian

Pada tahap ini siswa melakukan serangkaian kegiatan penelitian sederhana. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut, siswa mengumpulkan data dan informasi serta mencatatnya dengan baik dan lengkap.

5) Menganalisis data dan membuat simpulan

Pada tahap ini siswa menganalisis dan memaknai data hasil penelitian. Proses pemaknaan data dapat dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dengan teori yang sudah ada atau materi ajar yang ada di buku yang telah ada. Selanjutnya siswa membuat simpulan atas hasil penelitian yang dilakukannya.

6) Mencipta dan mengomunikasikan laporan

(19)

Menurut Abidin (2014: 141), ada empat tahapan dalam model saintifik proses. Keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Identifikasi masalah

Pembelajaran hendaknya diawali dengan sejumlah masalah yang dapat diidentifikasi, baik masalah yang disajikan oleh guru dan yang lebih baik lagi adalah masalah yang dirumuskan oleh siswa sendiri. Pertanyaan (rumusan masalah) yang dibuat siswa merupakan pertanyaan pemandu pembelajaran yang harus siswa dapatkan jawabannya setelah selesai melaksanakan seluruh rangkaian pembelajaran.

2) Membuat hipotesis

Berdasarkan langkah kerja penelitian ini, dalam konteks model pembelajaran siswa harus menggunakan penalarannya baik secara induktif maupun deduktif untuk mampu merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Hasil yang didapat dari tahap ini adalah sebuah hipotesis atau dugaan sementara.

3) Mengumpulkan dan menganalisis data

Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan baik secara eksperimen maupun cara yang lain. Hasil pengumpulan data tersebut selanjutnya diolah untuk dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ataupun untuk membuktikan hipotesis.

4) Menginterpretasi data dan membuat kesimpulan

(20)

interpretasi adalah simpulan yang dibuat oleh siswa dan selanjutnya menjadi pengetahuan yang benar-benar dikonstruksi oleh siswa sendiri sehingga diyakini akan meningkatkan tingkat retensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang diperoleh siswa melalui kegiatan menyimak penjelasan guru.

Menurut Daryanto (2014) langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta.

Menurut Hosnan (2014: 39) langkah pembelajaran menggunakan metode saintifik dapat dilihat seperti tabel berikut :

Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Metode Saintifik

Kegiatan Aktivitas Belajar

Mengamati (observing) Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat).

(21)

Mengumpulkan data (experimenting) Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen).

Mangasosiasi (associating) Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/ kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data, dimulai dari unstructured- unistructure- multistructure- complicated structure.

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil

konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.

1) Mengamati 2) Menanya

(22)

5. Problem Based Learning

Siregar dan Nara ( 2011: 119) menyatakan bahwa PBL (Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran yang sangat popular dalam dunia kedokteran sejak 1970-an. PBL berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau stimulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip dan yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu (multiple perspective).

Menurut Suprihatiningrum (2012: 215-216) PBL adalah suatu model pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student- centered. Di dalam PBL, dikenal adanya conceptual fog yang bersifat umum, mencakup kombinasi antara metode pendidikan dan filosofi kurikulum. Pada aspek filosofi, PBL dipusatkan pada siswa yang dihadapkan pada suatu masalah. Sementara pada subject based learning guru menyampaikan pengetahuannya kepada siswa sebelum menggunakan masalah untuk memberikan ilustrasi pengetahuan tadi.

(23)

Permasalahan menjadi fokus, stimulus dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing, PBL memiliki banyak variasi, diantaranya terdapat lima bentuk belajar berbasis masalah, yaitu :

1) Permasalahan sebagai pemandu,

2) Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi, 3) Permasalahan sebagai contoh,

4) Permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar,

5) Permasalahan sebagai stimulus (Siregar dan Nara, 2011: 120).

Pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning terdiri dari 5 langkah utama, berikut tabel sintaks pembelajaran berbasis masalah menurut Ibrahim (Suprihatiningrum, 2013: 233).

Tabel 2. Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah.

Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

(24)

Membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dari pemecahan masalah.

Tahap-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Menurut Arrends (2008: 56-60) langkah-langkah dalam menerapkan Problem Based Learning dalam pembelajaran di kelas yaitu :

a. Memberikan orientasi permasalahan pada siswa b. Mengorganisasi siswa untuk meneliti

c. Membantu investigasi mandiri maupun kelompok

d. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Menurut Eggen dan Kauchak (2012: 136) langkah pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model Problem Based Learning yaitu :

(25)

c. Menerapkan strategi

d. Membahas dan mengevaluasi hasil

Sedangkan menurut Abidin (2014 : 163) sintaks atau langkah pembelajaran pada pendekatan Problem Based Learning yaitu :

a. Menemukan masalah b. Membangun struktur kerja c. Menetapkan masalah

d. Mengumpulkan dan berbagi informasi e. Merumuskan solusi

f. Menentukan solusi terbaik g. Menyajikan solusi

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sintaks atau langkah-langkah pembelajaran pada Problem Based Learning yaitu : a. Orientasi siswa pada masalah

b. Mengumpulkan fakta dan mengidentifikasi masalah c. Menyusun strategi

d. Menerapkan strategi e. Menyajikan solusi

(26)

6. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning

Berdasarkan kajian teori yang sudah diuraikan di atas, memperhatikan kedua langkah pembelajaran tersebut, maka pembelajaran pendekatan saintifik dan pembelajaran Problem Based Learning dapat dikombinasikan menjadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning. Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning merupakan salah satu pendekatan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, yaitu adanya pembelajaran dengan Student Centered atau lebih banyak berpusat pada siswa. Langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Problem Based Learning Mengamati Orientasi siswa pada

(27)

masalah Mengasosiasi atau

menalar

Menyusun strategi Menalar dengan menyusun langkah penyelesaian

- Menerapkan strategi Menyelesaikan masalah

Mengomunikasikan Menyajikan solusi Menyajikan solusi atau mengomunikasikan

- Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

- Menarik kesimpulan Menarik kesimpulan

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning.

a. Mengamati masalah

Siswa melakukan pengamatan langsung terhadap masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran dengan cara melihat, membaca, memahami, dan mengamati masalah yang ada. Diharapkan dengan mengamati masalah siswa merasa tertantang untuk mengeksplorasi rasa keingintahuannya. b. Menanya

(28)

dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan juga tingkat kesulitan siswa dalam menghadapi permasalahan.

c. Mengumpulkan informasi dengan mengidentifikasi masalah

Tindak lanjut dari kegiatan menanya adalah kegiatan mengumpulkan informasi. Melalui kegiatan ini siswa menggali dan mengumpulkan informasi melalui berbagai sumber. Sehingga peserta didik dapat membaca buku atau melakukan eksperimen agar terkumpul sejumlah informasi. Selain itu, mengumpulkan informasi juga dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah yang diberikan.

d. Menalar dengan menyusun langkah penyelesaian masalah

Penalaran dapat dikatakan sebagai suatu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran dalam hal ini dapat dilakukan dengan menyusun langkah penyelesaian masalah atau menalar bagaimana siswa mengerjakan atau mencari cara menyelesaikan masalah.

e. Menyelesaikan masalah

Setelah menyusun langkah penyelesaian masalah atau menalar bagaimana siswa mengerjakan atau mencari cara menyelesaikan masalah. Hal yang dilakukan siswa selanjutnya adalah menyelesaikan masalah yang ada. f. Menyajikan solusi atau mengomunikasikan

(29)

mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Kegiatan ini disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa baik dalam bentuk kelompok maupun individu.

g. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Setelah perwakilan siswa mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari dari proses pemecahan masalah, siswa lain diberikan kesempatan untuk menganalisis proses pemecahan masalah dan diberikan kesempatan untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan memberikan pertanyaan, kritik dan saran.

h. Menarik kesimpulan

Siswa melakukan penarikan kesimpulan akhir terhadap materi yang diajarkan pada satu pertemuan. Simpulan ini hendaknya merangkum semua materi yang diajarkan dari apa yang dipelajari pada pertemuan tersebut.

B. Penelitian Yang Relevan

(30)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ermawati (2014) tentang pengaruh penerapan pembelajaran berbasis saintifik terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII di SMP N 1 Margahayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan saintifik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII di SMP N 1 Margahayu, Jawa Barat.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sopiyan (2010) tentang efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa SMP kelas VII. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar siswa. Walaupun penelitian ini meneliti tentang hasil belajar, namun penelitian ini masih relevan. Hal ini dikarenakan hasil belajar digunakan untuk mengukur prestasi belajar.

C. Kerangka Berpikir

(31)

pendidik dan siswa untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam pembelajaran.

Secara teori, model pembelajaran saintifik dan Problem Based Learning bagus untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Banyak penelitian yang sudah dilakukan terhadap model pembelajaran ini dan menunjukkan hasil yang baik. Pendekatan saintifik yang mana lebih menekankan pendekatan secara ilmiah dan metode Problem Based Learning yang mana lebih menekankan aspek masalah. Keduanya memuat berbagai aspek kemampuan yang diharapkan ada pada siswa.

(32)

Pembelajaran

(33)

D. Hipotesis

1. Metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blora, dengan kriteria efektif apabila nilai rata-rata posttest lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 77.

2. Metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blora, dengan kriteria efektif apabila nilai rata-rata posttest lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 77.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Blora Jl. Gunandar No. 72, Kedungjenar, Blora, Jawa Tengah Tahun Ajaran 2016/ 2017 semester II pada tanggal 3-16 Januari 2017. Perlakuan penelitian dilaksanakan menyesuaikan jadwal pelajaran.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Blora yang terbagi menjadi 7 kelas paralel yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, dan VIII G. Sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Blora kelas VIII A dan VIII B. Penentuan 2 kelompok atau kelas dari 7 kelas untuk sampel dilakukan secara acak (Cluster Random Sampling), yaitu dengan cara diundi. Pengundian dilakukan dengan menuliskan huruf A, B, C, D, E, F, dan G pada kertas kecil, dan terpilih huruf A dan B (kelas VIII A dan VIII B). Kemudian dengan cara yang sama pula ditentukan kelas Eksperimen (kelas yang dikenai perlakuan baru) dan kelas Kontrol, diperoleh kelas VIII A sebagai kelas Eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas Kontrol.

C. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

(35)

Design sering kali dipandang sebagai eksperimen tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut dengan “quasi experiment” atau eksperimen

semu. Penelitian eksperimen semu dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh suatu tindakan bila dibandingkan dengan tindakan lain dengan pengontrolan variabelnya sesuai dengan kondisi yang ada (situasional). Yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menilai keefektifan dan membandingkan prestasi belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan kelompok kontrol yang menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik .

2. Desain Penelitian

(36)

matematika. Kedua kelompok diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam hal model pengajarannya.

Tabel 4. Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Treatment Post- test

Kontrol O1 X1 Y1

Eksperimen O2 X2 Y2

(Sumber: Sumanto, 1995: 133)

Keterangan :

O1 : nilai rata-rata pretest kelompok kontrol O2 : nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen

X1 : perlakuan yang diterima kelompok kontrol berupa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik

X1 : perlakuan yang diterima kelompok eksperimen berupa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning

Y1 : nilai rata-rata posttest kelompok kontrol Y2 : nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen D. Perangkat Pembelajaran

(37)

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam hal ini hanya ada satu RPP yang digunakan, yaitu RPP untuk kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan RPP yang sudah disusun oleh guru di sekolah.

2) Lembar Kerja Siswa

LKS merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran berupa lembaran kertas yang berisi informasi maupun pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh siswa. LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS yang didesain oleh peneliti dan juga telah dikonsultasikan kepada guru maupun dosen pembimbing. Dengan adanya LKS tersebut siswa akan terbantu dalam proses pembelajaran matematika. LKS ini dikerjakan oleh siswa secara berkelompok.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini terdiri atas 2 jenis, meliputi :

1) Instrumen Tes

(38)

materi yang sudah selesai dipelajari guna mendapatkan data prestasi siswa.

2) Instrumen Non Tes

Instrumen non tes digunakan untuk memperoleh data kualitatif. Data kualitatif selanjutnya diolah dengan cara membandingkan dengan data yang diperoleh dengan teori yang ada. Pada penelitian ini, instrumen non tes yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

a) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran diiisi oleh observer yang ikut ke dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran terdiri dari 2 jenis, yaitu Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan menggunakan pendekatan saintifik. Kriteria untuk mengisi lembar observasi adalah dengan memberi tanda checklist () pada kolom “ya” jika aspek yang diamati terlaksana, atau memberi tanda checklist () pada kolom “tidak” jika aspek yang diamati tidak terlaksana pada saat pembelajaran berlangsung.

F. Validitas a) Validitas

(39)

harus memenuhi validitas. Validitas menunjukkan seberapa valid instrumen tersebut untuk mengukur aspek yang hendak diteliti. Validitas sebuah instrumen akan didapatkan setelah instrumen diuji validitasnya oleh dosen ahli atau dosen validator. Validitas dilakukan untuk memastikan bahwa tiap butir soal dalam instrumen dapat mewakili aspek yang diteliti. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 2 teknik pengumpulan data, meliputi observasi dan tes. Teknik observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pembelajaran. Tes digunakan untuk mendapatkan data pretasi belajar siswa dari dua kelompok sampel, yaitu kelas eksperimen dan kontrol. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa pretest dan posttest. Data tes diperoleh dari penelitian pada lembar jawab siswa dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 0.

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

(40)

Data hasil observasi merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran matematika di kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi.

Sementara data yang didapatkan dari tes prestasi belajar akan dihitung rata-rata, variansi, dan simpangan baku menggunakan rumus berikut.

a. Rata- rata (�̅) �̅ = ∑��=1��

(Sumber : Walpole, 1992: 24) b. Variansi (� )

� = ∑��=1��−�̅ −

(Sumber : Walpole, 1992: 35) c. Simpangan Baku (S)

S = √�

= √∑��=1��−�̅ − 2. Uji Asumsi

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

(41)

parametric, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah data tersebut berdistribusi normal. Uji normalitas yang dilakukan menggunakan statistik uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS 17 dengan taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 5% (α = 0,05).

Perumusan hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas data pretest sebagai berikut :

H0 : sebaran nilai pretest (kelas eksperimen atau kontrol) berasal dari data yang berdistribusi normal.

H1 : sebaran nilai pretest (kelas eksperimen atau kontrol) Berasal dari data yang berdistribusi tidak normal. Sedangkan perumusan hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas data posttest sebagai berikut :

H0 : sebaran nilai posttest (kelas eksperimen atau kontrol) berasal dari data yang berdistribusi normal. H1 : sebaran nilai posttest (kelas eksperimen atau

kontrol) berasal dari data yang berdistribusi tidak normal.

(42)

b. Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas kemudian dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan terhadap data yang diperoleh sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest). Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama atau tidak. Hipotesis statistik yang digunakan untuk uji homogenitas data prestasi belajar adalah :

H0 : � = � : Tidak terdapat perbedaan varian data prestasi belajar (pretest atau posttest) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1 : � ≠ � : Terdapat perbedaan varian data prestasi belajar (pretest atau posttest) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(43)

3. Uji Hipotesis

Analisis Keefektifan Pembelajaran Matematika antara Pendekatan Saintifik dan Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa

Keefektifan metode pembelajaran ditentukan berdasarkan indeks keefektifan. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar matematika di SMP Negeri 2 Blora untuk prestasi belajar bahwa siswa dikatakan tuntas belajar apabila mencapai nilai minimal 77 untuk skala 0-100. Sehingga metode pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata siswa mencapai nilai minimal 77.

Pada data prestasi belajar, setelah data hasil tes dianalisis dengan melakukan uji asumsi dilanjutkan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji rata-rata skor pretest siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidak diantara keduanya. Hipotesis yang digunakan untuk uji rata-rata nilai awal prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut. H0 : µ = µ : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretest

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H1 : µ ≠ µ : Terdapat perbedaan rata-rata skor pretest antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Keterangan :

(44)

Kriteria pengujian dan pengambilan kesimpulan adalah H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Berikut adalah rumusan masalah beserta uji hipotesisnya.

a. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah pertama

Rumusan masalahnya adalah apakah pendekatan saintifik efektif terhadap prestasi belajar matematika. Pembelajaran dapat dikatakan efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa apabila rata-rata nilai posttest kelas dapat mencapai KKM atau lebih dari 77. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 : µ ≤ 76,9 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H1 : µ > 76,9 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05.

(45)

b. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah kedua

Rumusan masalahnya adalah apakah penerapan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif terhadap prestasi belajar matematika. Pembelajaran dapat dikatakan efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa apabila rata-rata nilai posttest kelas dapat melampaui KKM atau lebih dari 77. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 : µ ≤ 76,9 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H1 : µ > 76,9 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05.

(46)

Analisis Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Matematika antara Pendekatan Saintifik dan Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa

Langkah selanjutnya adalah data yang dieroleh dari skor posttest siswa akan diuji perbedaan rata-rata jika asumsi normalitas dan homogenitas telah dipenuhi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Jika asumsi-asumsi yang menjadi prasyarat terpenuhi, maka analisis data dilakukan dengan menerapkan analisis uji selanjutnya. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari posttest. Pada penelitian ini, kelompok yang dibandingkan adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hipotesis yang digunakan untuk uji rata-rata prestasi belajar adalah sebagai berikut.

H0 : µ = µ : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H1 : µ ≠ µ: Terdapat perbedaan rata-rata skor posttest antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Keterangan :

µ : rata-rata skor posttest kelompok eksperimen µ� : rata-rata skor posttest kelompok kontrol

(47)

c. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah ketiga

Rumusan masalahnya adalah apakah pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika ditinjau dari prestasi belajar siswa. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut.

H0 : µ ≤ µ : Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning tidak lebih efektif atau sama dengan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H1 : µ > µ : Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih efektif daripada pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05.

Pengujian hipotesis untuk rumusan masalah yang ketiga dapat dilakukan dengan bantuan software SPSS 17 menggunakan uji Independent Sample Test. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05 dengan kriteria keputusan H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari sama dengan α = 0,05.

(48)

kelompok kontrol maka dilakukan pengujian hipotesis berdasarkan skor gain, yaitu menggunakan selisih skor pretest dan posttest. Skor gain didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

� = � − � �� − � Keterangan :

� : skor gain

� : skor pretest prestasi belajar siswa � : skor pretest prestasi belajar siswa � �� : skor maksimal prestasi belajar siswa

Skor gain yang telah diketahui selanjutnya dianalisis dengan kriteria sesuai kategori dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kriteria Skor Gain

Rata-rata skor gain Kriteria

� 0,7 Tinggi

0,3 � < 0,7 Sedang

� < 0,3 Rendah

Suatu pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa apabila skor gain masing-masing minimal mencapai 0,7. Analisis menggunakan skor gain untuk menguji hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut.

a. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah pertama

(49)

H0 : µ�� ≤ 0,7 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H0 : µ�� > 0,7 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Keterangan :

µ�� : rata-rata skor gain kelompok kontrol

Hipotesis di atas dapat diartikan bahwa pendekatan saintifik tidak efektif terhadap prestasi belajar siswa jika rata-rata skor gain siswa memperoleh nilai ≤ 0,7. Pendekatan saintifik efektif terhadap prestasi belajar siswa jika rata-rata skor gain siswa memperoleh nilai > 0,7.

b. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah kedua

Rumusan hipotesis

H0 : µ�� ≤ 0,7 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H0 : µ�� > 0,7 : Pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Keterangan :

µ�� : rata-rata skor gain kelompok eksperimen

(50)

skor gain siswa memperoleh nilai ≤ 0,7. Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif terhadap prestasi belajar siswa jika rata-rata skor gain siswa memperoleh nilai > 0,7.

c. Uji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah ketiga

Hipotesis ketiga untuk menjawab manakah yang lebih efektif antara pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika ditinjau dari prestasi belajar siswa. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.

H0 : µ�� ≤ µ�� : Pendekatan saintifik berbasis Problem Based tidak lebih efektif atau sama dengan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

H1 : µ�� ≤ µ�� : Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning lebih efektif daripada pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Keterangan :

µ�� : rata-rata skor gain kelompok eksperimen µ�� : rata-rata skor gain kelompok kontrol

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2016 sampai dengan tanggal 16 Januari 2016 bertempat di SMP Negeri 2 Blora. Populasi penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas VIII, sedangkan sampelnya diambil secara acak

yaitu kelas VIII A sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII B sebagai

kelompok kontrol.

Pembelajaran pada kelompok eksperimen dilaksanakan oleh peneliti

mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

disusun berdasarkan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Selain itu,

RPP juga telah divalidasi oleh dosen Jurusan Pendidikan Matematika.

Penelitian diawali dengan pemberian pretest pada kedua kelas berupa soal

(52)

Gambar 1. Siswa saat mengerjakan pretest

Setelah siswa melaksanakan pretest seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 1, dilanjutkan dengan pemberian perlakuan pada kelompok

eksperimen berupa pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan pada kelompok kontrol berupa pembelajaran dengan pendekatan

saintifik. Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi

oleh dua orang yaitu guru pelajaran matematika dan satu orang rekan

peneliti. Dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis

Problem Based Learning terdapat kegiatan diskusi kelompok dengan bimbingan yang diberikan oleh peneliti sendiri yang berperan sebagai guru

di kelas. Kegiatan tersebut seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2 dan

Gambar 3. Lembar observasi digunakan untuk mengevaluasi setiap proses

(53)

Gambar 2. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menyelesaikan LKS

Gambar 3. Guru membimbing kegiatan diskusi yang sedang berlangsung

Di akhir penelitian dilakukan posttest yang terdiri dari soal pilihan ganda untuk mengetahui keefektifan kedua pendekatan pembelajaran.

(54)

hasil akhir yang didapat oleh kedua kelompok setelah masing-masing

kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Pelaksanaan posttest yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Siswa saat mengerjakan posttest

Dari awal sampai akhir proses pembelajaran, pada kelompok

eksperimen diterapkan perlakuan berupa pendekatan saintifik berbasis

Problem Based Learning dapat berjalan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya. Proses pembelajaran

diawali dengan pembukaan, penyampaian informasi materi pembelajaran,

penyampaian indikator, apersepsi, penyajian permasalahan dalam Lembar

Kerja Siswa (LKS), diskusi kelompok, presentasi hasil diskusi masing-

masing kelompok, tanya jawab oleh siswa kelompok lain, pengambilan

simpulan hasil diskusi kelompok, pemberian tambahan latihan soal secara

(55)

2. Deskripsi Data

Dalam penelitian yang telah dilakukan, data yang diperoleh terdiri dari

nilai pretest dan nilai posttest prestasi belajar siswa. Kedua data tersebut diperoleh dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang diterapkan

pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dan kelas kontrol yang diterapakan pendekatan saintifik.

a. Data Prestasi Belajar Siswa

Data prestasi belajar siswa terdiri dari pretest dan posttest. Kedua data ini didapatkan dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan

pembelajaran saintifik berbasis Problem Based Learning, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran saintifik. Data

pretest didapatkan sebelum kedua kelompok mendapatkan perlakuan, sedangkan data posttest didapatkan setelah kedua kelompok mendapatkan perlakuan masing-masing. Data prestasi belajar siswa

pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Data Prestasi Belajar Siswa Skor

Eksperimen Kontrol

(56)

Skor Maksimal Ideal 100 100 100 100

Maksimal 70 100 75 100

Minimal 20 65 20 60

Rata-rata 42,43 84,57 48,47 80,56

Variansi 199,076 110,840 152,599 78,254

Simpangan Baku 14,109 10,528 12,353 8,846

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat

perbedaan rata-rata nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara signifikan yang memiliki selisih sebesar 6,04.

Kemudian untuk nilai posttest, kelompok eksperimen mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol, sehingga

kelompok eksperimen memiliki rata-rata nilai posttest yang lebih

tinggi dibandingkan rata-rata nilai posttest kelompok kontrol.

Dari data simpangan baku atau standar deviasi, dapat diketahui

bahwa kedua kelompok memiliki keragaman yang cukup tinggi

terhadap rata-rata nilai masing-masing. Hal ini dapat diketahui baik

dari nilai pretest maupun nilai posttest kedua kelompok yang menunjukkan adanya keberagaman yang hampir sama. Berdasarkan

data tersebut, dapat diketahui pula bahwa kedua kelompok mengalami

penurunan nilai simpangan baku atau standar deviasi setelah diberi

perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan

(57)

3. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari pengujian hipotesis yang

berkaitan dengan keefektifan pembelajaran matematika dengan pendekatan

saintifik berbasis Problem Based Learning maupun pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar siswa. Jika kedua pembelajaran ini masing-

masing efektif terhadap aspek yang diukur maka dilakukan uji lanjut

dengan hipotesis mengenai perbedaan keefektifan. Jika hipotesis ini

menunjukkan ada perbedaan maka dilannjutkan lagi dengan uji

perbandingan.

a. Uji Asumsi

Asumsi normalitas dan homogenitas dari data yang diperoleh untuk

prestasi belajar siswa harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian

hipotesis. Hasil yang diperoleh sebelum perlakuan berupa skor awal

pretest serta perlakuan berupa skor akhir posttest baik untuk kelompok

eksperimen mauupun kelompok kontrol. Dari data tersebut akan

dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh dari kedua kelas berdistribusi normal atau tidak. Selain itu,

uji normalitas juga dilakukan untuk menentukan statistik yang akan

digunakan dalam mengolah data, apakah menggunakan statistik

(58)

nilai pretest dan posttest prestasi belajar siswa. Hipotesis uji normalitas adalah sebagai berikut.

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Data Hasil Uji Normalitas Kelompok Data

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

untuk masing- masing data lebih dari α (0,05), maka H0 diterima. Hal

ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji

normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan

Lampiran 4.4.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians

masing-masing variabel secara terpisah. Untuk menguji kesamaan

varians pretest untuk masing-masing variabel digunakan uji Lavene’s. Uji homogenitas dilakukan pada nilai pretest prestasi

(59)

H0 : kelompok data berasal dari populasi yang memiliki varians

homogen

H1 : kelompok data berasal dari populasi yang memiliki varians

tidak homogen

Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data Hasil Uji Homogenitas Data

Berdasarkan Tabel 8, didapatkan signifikansi untuk kedua data

lebih dari α (0,05), maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

kedua kelas bersifat homogen. Hasil uji homogenitas pretest prestasi

belajar siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.5

Setelah dilakukan uji asumsi selanjutnya dilakukan uji hipotesis.

Kriteria keefektifan dalam pengujian hipotesis adalah pembelajaran

dikatakan efektif apabila rata-rata skor posttest siswa minimal mencapai KKM, yaitu 77. Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah

(60)

3) Uji Hipotesis

Setelah hasil uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan

bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Kemudian

dilanjutkan dengan uji perbedaan kemampuan awal untuk

menentukan penggunaan uji hipotesis. Data yang digunakan adalah

data pretest.

Uji perbedaan rata-rata antara kedua kelompok bertujuan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata atau tidak. Uji ini

digunakan apabila asumsi normalitas dan homogenitas telah

terpenuhi. Kedua asumsi ini telah terpenuhi untuk data yang

diperoleh dari hasil pengukuran prestasi belajar sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya.

Karena asumsi-asumsi tersebut telah terpenuhi, maka analisis

data dilakukan dengan menerapkan statistik dengan hipotesis untuk

variabel prestasi belajar sebagai berikut.

H0 : µ� = µ� : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H1 : µ ≠ µ : Terdapat perbedaan rata-rata skor pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

Kriteria keputusan hipotesis tersebut adalah H0 ditolak jika nilai

(61)

Pengujian hipotesis menggunakan uji perbedaan rata-rata

(Independent Sample Test) dilakukan menggunakan bantuan Software

SPSS 17. Hasil analisis dengan Independent Sample Test sebelum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum Perlakuan

Variabel Kelompok Rata-rata Sig.

Prestasi belajar Eksperimen 42,43

0,059 Kontrol 48,47

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan Software SPSS 17 diperoleh signifikansi 0,059 (lebih dari 0,05) untuk variabel prestasi

belajar. Ini menunjukkan H0 diterima, artinya tidak terdapat

perbedaan rata-rata kemampuan awal antara kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol terhadap prestasi belajar.

Analisis Keefektifan Pendekatan Saintifik ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa.

1) Pengujian Hipotesis Pertama

Uji hipotesis pertama adalah untuk menguji keefektifan pendekatan

saintifik ditinjau dari prestasi belajar siswa. Hipotesis yang diuji adalah

sebagai berikut. Dalam hal ini pendekatan saintifik dikatakan efektif jika

rata-rata skor posttest siswa minimal mencapai KKM, yaitu 77. Namun dalam merumuskan hipotesis dipilih skor 76,9 sebagai µ0 (nilai yang dihipotesiskan),

(62)

yang memenuhi tujuan dari pengujian hipotesis penelitian, yaitu menolak H0,

sehingga hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut.

H0 : µ1 ≤ 76,9 : (Pendekatan saintifik tidak efektif ditinjau dari

prestasi belajar siswa)

H0 : µ1 > 76,9 : (Pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi

belajar siswa)

Hasil uji One-Sample T Test dengan bantuan software SPSS untuk

prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil uji One-Sample T Test keefektifan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar

Kelompok Variabel t df Sig.

Pendekatan Saintifik Prestasi belajar 2,412 35 0,021

Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa signifikansi hasil uji

One-Sample T Test yang diperoleh bahwa kelompok pendekatan saintifik untuk variabel prestasi belajar sebesar 0,021. Signifikansi aspek prestasi belajar

tersebut kurang dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa pendekatan saintifik

efektif terhadap prestasi belajar siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 4.6.

Analisis Keefektifan Pendekatan Saintifik Berbasis Problem Based Learning ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa.

2) Pengujian Hipotesis Kedua

Uji hipotesis kedua adalah untuk menguji keefektifan pendekatan

(63)

Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut. Dalam hal ini pendekatan saintifik

berbasis Problem Based Learning dikatakan efektif jika rata-rata skor posttest

siswa minimal mencapai KKM, yaitu 77. Namun dalam merumuskan

hipotesis dipilih skor 76,9 sebagai µ0 (nilai yang dihipotesiskan), hal ini

dilakukan supaya mendapat bentuk atau rumusan hipotesis statistik yang

memenuhi tujuan dari pengujian hipotesis penelitian, yaitu menolak H0,

sehingga hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut.

H0 : µ1 ≤ 76,9 : (Pendekatan saintifik berbasis Problem Based

Learning tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa)

H0 : µ1 > 76,9 : (Pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa) Hasil uji One-Sample T Test dengan bantuan software SPSS untuk

prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil uji One-Sample T Test keefektifan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning ditinjau dari prestasi belajar

Kelompok Variabel t df Sig.

Pendekatan Saintifik berbasis

Problem Based Learning

Prestasi belajar 4,255 34 0,000

Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa signifikansi hasil uji

One-Sample T Test yang diperoleh bahwa kelompok pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning untuk variabel prestasi belajar sebesar 0,000. Signifikansi aspek prestasi belajar tersebut kurang dari 0,05. Ini menunjukkan

(64)

terhadap prestasi belajar siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 4.6.

Analisis perbandingan Keefektifan Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning dan Pembelajaran Saintifik ditinjau dari Prestasi Belajar

Siswa.

3) Pengujian Hipotesis Ketiga

Hasil uji hipotesis pada rumusan masalah yang pertama diperoleh

bahwa pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua diperoleh bahwa pendekatan saintifik

berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Sehingga dilanjutkan pengujian hipotesis ketiga, yaitu untuk menjawab

manakah yang lebih efektif antara pendekatan saintifik dan pendekatan

saintifik berbasis Problem Based Learning ditinjau dari prestasi belajar siswa.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Setelah data tes menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen,

langkah selanjutnya adalah uji perbedaan rata-rata skor gain prestasi belajar

siswa. Data yang dianalisis adalah data skor gain yang diperoleh dari perbandingan antara selisih nilai posttest dan pretest. Karena asumsi-asumsi yang menjadi prasyarat telah terpenuhi, maka analisis data dilanjutkan dengan

pengujian beda rata-rata skor gain prestasi belajar siswa.

Pada penelitian ini kelompok yang dibandingkan adalah kelompok

(65)

berbasis Problem Based Learning. Hipotesis yang digunakan untuk uji beda rata-rata prestasi belajar adalah sebagai berikut.

H0 : µ = µ : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H1 : µ ≠ µ : Terdapat perbedaan rata-rata skor posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kriteria keputusan hipotesis yaitu H0 ditolak jika nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05.

Pengujian hipotesis menggunakan uji perbedaan rata-rata

(Independent Sample Test) yang dilakukan dengan bantuan software SPSS 17.

Hasil analisis dengan Independent Sample Test setelah perlakuan disajikan pada tabel 12 berikut.

Tabel 12. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah Perlakuan

Variabel Kelompok Rata-rata Sig.

Prestasi belajar

Eksperimen 84,57

0,001 Kontrol 80,56

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 12, nilai signifikansi uji

perbedaan rata-rata untuk variabel prestasi belajar adalah 0,001 ini

menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan rata-rata antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap prestasi belajar. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir kedua kelompok pada

Gambar

Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Metode Saintifik
gambar atau media lainnya.
Tabel 2. Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim
Tabel 3. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Berbasis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbaikan perilaku dan tingkat kesehatan pada siswa sekolah dasar (SD) sangat penting dengan pertimbangan bahwa : 1) periode usia siswa SD sedang mengalami tumbuh

Having implemented the research in two cycles, the researcher and the collaborator had a discussion in making a final reflection of the research. Based on

masalah, menyeleksi teknik, memonitor proses solusi, insight, dan pembentukan konsep (Nindiasari, Kusumah, Sumarmo &amp; Sabandar, 2014:81). Memperhatikan karakteritik

Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia,

Pada dasarnya bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi perilaku agresif siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 6 Siswa SMAN 1 Singgahan Kabupaten Tuban Tahun

Toponimi di wilayah Kabupaten Banyu- mas sebagai salah satu tinggalan budaya Sunda masa silam yang ada di Jawa Tengah masih dapat dilacak, baik pada individu masyarakat maupun

Dalam hal ini, menurut hemat peneliti berdasarkan temuan-temuan di lapangan maka, program pengembangan ekonomi masyarkat kategori keluarga rentan yang