• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem informasi dan pengambilan keputusan untuk manajemen gapoktan penerima dana bantuan langsung masyarakat pengembangan usaha agribisnis perdesaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem informasi dan pengambilan keputusan untuk manajemen gapoktan penerima dana bantuan langsung masyarakat pengembangan usaha agribisnis perdesaan"

Copied!
256
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INFORMASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

UNTUK MANAJEMEN GAPOKTAN PENERIMA DANA

BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT-

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

MEMET DARMAWAN

MAGISTER PROFESIONAL INDUSTRI KECIL MENENGAH SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

SISTEM INFORMASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

UNTUK MANAJEMEN GAPOKTAN

PENERIMA DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT-

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

MEMET DARMAWAN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional

pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

MAGISTER PROFESIONAL INDUSTRI KECIL MENENGAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)
(5)

Judul Tesis : Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan untuk Manajemen Gapoktan Penerima Dana Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Nama Mahasiswa : Memet Darmawan

Nomor Pokok : P054110105

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS. Dipl, Ing DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(6)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sistem Informasi Manajemen dan Pengambilan Keputusan untuk Gapoktan Penerima Dana Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

(7)

RINGKASAN

MEMET DARMAWAN. Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan untuk Manajemen Gabungan Kelompok Tani Penerima Dana Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Dibimbing oleh Marimin sebagai Ketua dan Muhammad Syamsun sebagai anggota.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, dari 204 gapoktan yang dievaluasi, hanya sebanyak 19 (9,31%) gapoktan yang menyampaikan laporan secara tertib. Kondisi tersebut disebabkan lemahnya kemampuan SDM yang dimiliki gapoktan dalam penyusunan laporan termasuk pengelolaan usaha gapoktan (Itjen, Kementan, 2012) serta lemahnya persyaratan memperoleh dana BLM-PUAP. Kelemahan ini sangat berpengaruh pada kinerja dan tingkat keberhasilan dari usaha yang dilakukan gapoktan dan tingkat kinerja keberhasilan program itu sendiri. Mengingat permasalahan tersebut, dipandang perlu untuk membuat suatu sistem informasi dan pengambilan keputusan yang dapat digunakan oleh gapoktan atau penyuluh pendampingnya dalam operasionalisasi usaha gapoktan.

Pengkajian ini bertujuan untuk membangun suatu sistem informasi dan pengambilan keputusan yang dapat secara mudah dan praktis digunakan oleh penyuluh pendamping dan/atau pengurus gapoktan untuk melakukan pencatatan dan pelaporan perkembangan usaha agribisnis gapoktan. Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai alat untuk pengelolaan administrasi kegiatan usaha gapoktan, melakukan monitoring dan evaluasi, serta pengawasan (audit) oleh auditor internal maupun eksternal.

Pengambilan data primer berupa data gapoktan dan kuesioner AHP terhadap pakar dilakukan dari tanggal 16 Maret 2013 sampai dengan 29 April 2013. Data gapoktan diambil dari gapoktan penerima dana PUAP tahun 2009 di Kabupaten Sleman Provinsi DI. Yogyakarta melalui wawancara mendalam dengan menggunakan kuesioner, sedangkan pakar untuk pengisian kuesioner AHP terdiri dari Direktur Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian DI. Yogyakarta, dan Kepala Sub Direktorat Pembiayaan Agribisnis Direktorat Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian. Adapun pembuatan spesifikasi sistem detail dilaksanakan di Bogor dan Jakarta dari Nopember 2012 sampai dengan Juni 2013.

Tahapan pengkajian dimulai dari analisa kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, dan seterusnya sampai dengan evaluasi user. Adapun Aspek-aspek yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan kajian ini terdiri dari sistem manajemen basis data (SMBD), sistem manajemen basis model (SMBM), dan sistem dialognya. SMBD menyangkut kecukupan data PUAP yang disimpan dalam sistem, SMBM menyangkut kesesuaian model dengan kebutuhan gapoktan (kriteria kelayakan, serta format dan jenis laporan), sedangkan sistem dialog menyangkut kemudahan penggunaan sistem oleh gapoktan.

(8)

interface merupakan bagian utama dari SIPK-GP 1.13 yang berfungsi sebagai media komunikasi antara pengguna (user) dengan model. SIPK-GP 1.13 merupakan paket sistem informasi dan pengambilan keputusan berbasis windows dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Hal ini membuat pengoperasian SIPK-GP 1.13 menjadi mudah. Media interaksi dengan sistem dilakukan dengan menggunakan keyboard dan mouse. Sistem ini dapat dioperasikan pada komputer dengan prosesor minimal Pentium 4, 1 GB RAM, serta memiliki software php, mysql, dan apache. Ketiga software tersebut dapat diunduh secara gratis dan telah terdapat dalam bentuk paket seperti xampp.

Sistem Manajemen Basis Data terdiri dari data umum gapoktan, data perkembangan usaha, data potensi wilayah, dan data potensi pemasaran. Sistem Manajemen Basis Model terdiri dari model seleksi gapoktan, model wilayah usaha, model kinerja gapoktan, dan model pengembangan.

Model pengembangan usaha yang terdapat pada menu fokus usaha menggunakan dua sub-menu yaitu sub menu Analitycal Hierarchy Process (AHP) dan Composite Performance Index (CPI). Pada model pengembangan usaha, untuk sub menu AHP masih dibatasi pada tiga orang partisipan (pakar) sehingga masih bersifat statis. Hal ini masih dapat dikembangkan dengan membuat model bersifat terbuka, di mana jumlah partisipan masih dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan.

(9)
(10)

SUMMARY

MEMET DARMAWAN. Information System and Decision Making for Management of Farmers’ Group Union The Beneficiaries of The Direct Community Assistence-Rural Agribusiness Development. Supervised by Marimin (Coordinator) and Muhammad Syamsun (Member).

Regarding to the evaluation of The Direct Community Assistence-Rural Agribusiness Development (PUAP) conducted by General Inspectorate of Ministry of Agriculture, only 19 or 9,31% of 204 farmers’ group union (the union) which submitting report regularly. This condition due to the lack of human resource capability in composing report including the lack of the union’s agribusiness management (Itjen Kementan, 2012) and also the lack of requirement for the union to receive the grant. This weakness is very influential on the performance and the success rate of the union’s agribusiness and the success rate of the program itself. Given these problems, it is necessary to create an information system and decision-making that can be used by the union or its extension companion in its business operations.

The objective of this study is to develop an information system and decision-making that can be easily and practically used by the companion extension and/or the union’s administrators to do the recording and reporting of the union’s agribusiness growth. The result of this study can be used as a tool to manage the administration of the union’s agribusiness growth, monitoring and evaluation, and auditing conducted by internal or external auditor.

Primary data consists of the union’s common data and the AHP questionnaire collected on March 16, 2013 through April 29, 2013. The union’s data collected from the unions which receive the grant (PUAP) in the year of 2009 in Sleman District, Province of DI. Yogyakarta, whereas experts for the AHP questionnaire consisted of the Director of Finance Directorate of Directorate General of Agricultural Infrastructure, Head of Yogyakarta Assessment Institute for Agricultural Technology, and Head of Sub Directorate Agribusiness Finance of Finance Directorate of Directorate General of Agricultural Infrastructure Ministry of Agriculture. Meanwhile the system specification detail developed in Bogor and Jakarta from November 2012 through June 2013.

The study stages starting from requirement analysis, problem formulation, system identification, and so on until the users evaluation. The aspects of concern in this study consists of database management system (DBMS), model base management system (MBMS), and the dialogue system. The DBMB regarding the adequacy of PUAP data stored in the system, the MBMS regarding the suitability of the model to the union’s needs (eligibility criteria, as well as the format and type of report), while the dialogue system regarding ease of use of the system by the union.

(11)

information systems and decision-making with Indonesian as the default language. This makes the operation of SIPK-GP 1.13 becomes easy. Media interaction with the system is done by using a keyboard and mouse. The system can be operated on a computer with at least has a Pentium 4 processor, 1 GB of RAM, and has a software php, mysql and apache. These three softwares can be downloaded for free and has been found in packages such as xampp.

DBMS consists of the union’s common data, business development data, regional resources data, and market potential data. MBMS cocsists of the union selecting model, the union business area model, the union performance model, and the union development model.

The union development model located in “Fokus Usaha” menu, has two sub-menus namely Analitycal Hierarchy Process (AHP) sub-menu and Composite Performance Index (CPI) sub-menu. The AHP sub-menu is limited for three participants (experts), so this is still static. It is still to be develop to make an open model, in which the number of participants may still be selected according to need.

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang dengan segala karuniaNya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2012 sampai Juni 2013 ini ialah sistem informasi, dengan judul Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan untuk Manajemen Gabungan Kelompok Tani Penerima Dana Bantuan Langsung-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku pembimbing serta Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS., Dipl.Ing., DEA selaku dosen penguji. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ir. Mulyadi Hendiawan, MM (Direktur Pembiayaan Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian), Ir. Wahyu Budi Santoso (Kepala Sub Direktorat Pembiayaan Agribisnis, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian), Dr. Sudarmaji, MP (Kepala Balai Pengkajian Tenknologi Pertanian, DIY), Ir. Sukar dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, DIY, Drs. Imam Subarkah, MM dan teman-teman auditor Inspektorat Investigasi Itjen Kementerian Pertanian, Ibu Fitri dan Pak Indra selaku PMT di Kabupaten Sleman, serta Saudara Fahmi Basya yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada isteri dan anak-anak serta orang tua yang selalu mendukung dan memberikan do’a serta semangat agar tulisan ini berhasil diselesaikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Kerangka Pemikiran ... 3

D. Tujuan ... 5

E. Kegunaan ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ... 6

B. Sistem Penunjang Keputusan serta Pendekatan Sistem dan Tahapannya ... 7

C. Model Penilaian ... 10

D. Pengambilan Keputusan ... 11

E. Analisa Kelayakan Usaha ... 14

F. Wawancara Mendalam ... 16

III METODE KAJIAN ... 17

A. Pendekatan Kajian ... 17

B. Aspek Kajian ... 19

C. Tahapan Kajian ... 22

D. Penetapan Sampel dan Pengumpulan Data ... 22

E. Tahapan Evaluasi User ... 23

F. Tahapan Pengambilan Keputusan ... 24

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Deskripsi Sistem ... 25

1. Rancangan Sistem Manajemen Dialog ... 25

2. Rancangan Sistem Manajemen Basis Data ... 26

3. Diagram Aliran Data (Data Flow Diagram) ... 28

4. Use Case Diagram ... 29

B. Verifikasi Model ... 29

1. Model Seleksi Gapoktan ... 29

2. Model Wilayah Usaha ... 32

3. Model Kinerja Gapoktan ... 36

4. Model Pengembangan ... 37

C. Evaluasi User ... 43

D. Implikasi Manajemen ... 44

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(14)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Skala perbandingan Saaty ... 12

2. Analisa kebutuhan komponen-komponen sistem informasi dan pengambilan keputusan untuk manajemen gapoktan penerima dana PUAP ... 18

3. Formulir verifikasi persyaratan gapoktan ... 21

4. Skoring hasil verifikasi ersyaratan gapoktan ... 21

5. Formulir penilaian kinerja gapoktan ... 22

6. Skoring penilaian kinerja gapoktan ... 22

7. Analisa fokus usaha gapoktan dengan menggunakan CPI ... 24

8. Hasil skoring seleksi untuk gapoktan Madu Makmur ... 30

9. Hasil skoring seleksi untuk gapoktan Bimo Makmur ... 30

10. Hasil skoring seleksi untuk gapoktan Sumber Makmur ... 30

11. Analisa kelayakan usahatani padi ... 32

12. Analisa kelayakan usahatani cabai ... 33

13. Analisa kelayakan usahatani jagung ... 33

14. Analisis sensitivitas pada perhitungan NPV ... 35

15. Analisis sensitivitas pada perhitungan IRR ... 36

16. Analisis sensitivitas pada perhitungan Net B/C ... 36

17. Hasil penilaian kinerj gapoktan Madu Makmur ... 37

18. Hasil penilaian kinerja gapoktan Bimo Makmur ... 37

19. Hasil penilaian kinerja gapoktan Sumber Makmur ... 37

20. Nilai-nilai analisa kelayakan usaha untuk perhitungan CPI ... 43

21. Perhitungan CPI untuk tiga jenis usahatani utama gapoktan ... 43

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Siklus Informasi ... 4

2. Konfigurasi Sistem Penunjang Keputusan ... 8

3. Struktur Dasar SPK ... 9

4. Tahapan Pendekatan Sistem ... 10

5. Skema Pengambilan Keputusan dengan Intuisi ... 12

6. Skema Pengambilan Keputusan dengan Analisis ... 12

7. Diagram Sebab-Akibat Usaha Agribisnis Gapoktan ... 18

8. Diagram Input-Output Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan untuk Manajemen Gapoktan Penerima Dana PUAP ... 19

9. Konfigurasi Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan untuk Manajemen Gapoktan Penerima Dana PUAP ... 20

10. Struktur Hierarki AHP ... 23

11. Tahapan Kajian ... 24

12. Menu utama SIPK-GP 1.13 ... 26

13. Menu profil gapoktan pada SIPK-GP 1.13 ... 27

14. Sub-menu penyaluran dana gapoktan pada SIPK-GP 1.13 ... 27

15. Diagram aliran data level 0 pada SIPK-GP 1.13 ... 28

16. Use case diagram perkembangan usaha gapoktan ... 29

17. Model seleksi gapoktan ... 31

18. Diagram aliran data level 1 pada model seleksi gapoktan ... 31

19. Perhitungan NPV padi pada SIPK-GP 1.13 ... 34

20. Perhitungan Net B/C cabai pada model usaha di SIPK-GP 1.13 ... 34

21. Perhitungan IRR cabai pada model usaha di SIPK-GP 1.13 ... 35

22. Diagram aliran data level 1 pada model wilayah usaha ... 35

23. Penilaian kinerja Gapoktan Sumber Makmur pada model kinerja di SIPK-GP 1.13 ... 38

24. Diagram aliran data level 1 pada model kinerja gapoktan ... 38

25. Hasil perhitungan AHP dengan menggunakan expert choice ... 39

26. Sub-sub menu tambah data AHP pada SIPK-GP 1.13 ... 40

27. Input perbandingan AHP pada Sub-sub menu Perbandingan AHP ... 41

28. Sub-sub menu daftar AHP pada sub menu AHP di SIPK-GP 1.13 ... 41

29. Diagram aliran data level 1 pada model pengembangan dengan AHP ... 41

30. Perhitungan CPI pada SIPK-GP 1.13 ... 42

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Format Laporan Penyaluran Dana BLM-PUAP Kepada

Kelompok Tani ... 55

2. Format Laporan Penyaluran Dana BLM-PUAP Kepada Petani Anggota ... 56

3. Format Laporan Perkembangan Usaha Gapoktan ... 57

4. Format Laporan Perkembangan Usaha Kelompok Tani ... 58

5. Format Laporan Tahunan Gapoktan ... 59

6. Format Laporan Rekapitulasi RUB Gapoktan Tingkat Kabupaten/Kota Dan Provinsi ... 60

7. Kuesioner Proses Hierarki Analitik ... 61

8. Daftar Pertanyaan Tahap Evaluasi User ... 76

9. Data Umum Gapoktan Madu Makmur ... 77

10. Data Umum Gapoktan Bimo Makmur ... 79

11. Data Umum Gapoktan Sumber Makmur ... 80

12. Hasil penilaian variabel seleksi gapoktan untuk Gapoktan Madu Makmur ... 82

13. Hasil penilaian variabel seleksi gapoktan untuk Gapoktan Bimo Makmur ... 83

14. Hasil penilaian variabel seleksi gapoktan untuk Gapoktan Sumber Makmur ... 84

15. Komponen analisa usahtani padi ... 85

16. Komponen analisa usahatani cabai ... 86

17. Kompoenen analisa usahatani jagung ... 87

18. Hasil penilaian variabel kinerja gapoktan untuk Gapoktan Madu Makmur ... 88

19. Hasil penilaian variabel kinerja gapoktan untuk Gapoktan Bimo Makmur ... 89

20. Hasil penilaian variabel kinerja gapoktan untuk Gapoktan Sumber Makmur ... 90

(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data statistik 2011 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin tahun 2011 sebanyak 30,02 juta jiwa atau sebesar 12,49% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah tersebut terdiri dari 18,97 juta jiwa penduduk perdesaan dan 11,05 juta jiwa berasal dari penduduk perkotaan. Berdasar data statistik pula, jumlah terbesar mata pencaharian penduduk berada pada sektor pertanian, dengan demikian hampir dapat dipastikan bahwa jumlah penduduk perdesaan yang miskin sebanyak 18,97 juta jiwa tersebut sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani yaitu kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar, dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi petani tersebut. Sejak tahun 2008 Kementerian Pertanian telah melaksanakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) (Kementan, 2011).

PUAP bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus gabungan kelompok tani (gapoktan), penyuluh, dan penyelia mitra tani; memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; serta meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan (Kementan, 2011).

Sejak tahun 2008 sampai dengan 2012 telah dilakukan penyaluran kepada 44.173 gapoktan atau senilai Rp4.417.300.000.000,00 di seluruh Indonesia, yaitu sebanyak 10.542 gapoktan di tahun 2008, 9.884 gapoktan di tahun 2009, 8.578 gapoktan di tahun 2010, 9.110 gapoktan di tahun 2011, dan 6.050 gapoktan di tahun 2012. Secara umum, permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan PUAP yaitu administrasi dan pembukuan keuangan tidak tertib, perencanaan kegiatan gapoktan tidak tertib, pemanfaatan dan/atau penyaluran dana tidak tertib dan optimal, serta tim teknis PUAP dan komite pengarah belum dibentuk.

Permasalahan yang dihadapi usaha kecil (gapoktan penerima PUAP termasuk didalamnya) menyangkut beberapa persoalan, seperti ketimpangan struktural dalam alokasi dan penguasaan sumberdaya serta kinerja yang relatif terbatas pada hal klasikal. Kekurangan usaha kecil antara lain SDM lemah dalam kewirausahaan dan manajerial; keterbatasan keuangan; ketidakmampuan akses pasar; ketidakmampuan menguasai informasi; serta tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama (Hubeis, 2009).

(18)

banyak. Lima variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan penerima, yaitu dana BLM-PUAP, modal sendiri, umur, pengalaman, dan jumlah anggota keluarga produktif (Anita dan Umi 2011).

Menurut Anita dan Umi (2011), hubungan kelima variabel tersebut dengan peningkatan pendapatan petani penerima, sebagai berikut.

1. Semakin besar jumlah dana BLM-PUAP yang diterima, maka semakin meningkat pendapatan yang diperoleh oleh petani penerima

2. Semakin besar modal sendiri yang digunakan untuk usahatani, maka semakin meningkat pendapatan yang diperoleh petani penerima

3. Semakin tua usia petani (melewati usia produktif), maka tingkat pendapatan petani penerima semakin menurun

4. Semakin lama pengalaman usahatani, maka semakin meningkat pendapatan yang diperoleh petani

5. Semakin banyak jumlah anggota keluarga produktif, maka semakin meningkat pendapatan yang diperoleh petani penerima.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, diketahui bahwa dari 204 gapoktan yang dievaluasi, hanya 19 gapoktan atau 9,31% yang menyampaikan laporan secara tertib. Kondisi tersebut disebabkan lemahnya kemampuan SDM yang dimiliki gapoktan dalam penyusunan laporan termasuk pengelolaan usaha gapoktan. Selain itu, kelemahan inipun disebabkan oleh lemahnya persyaratan yang harus dipenuhi oleh gapoktan untuk dapat memperoleh dana BLM-PUAP. Persyaratan yang ditetapkan hanya bersifat administratif, sedangkan persyaratan teknik seperti tersedianya lahan usahatani serta pengalaman usahatani baik untuk bidang on-farm maupun off-on-farm, tidak dipersyaratkan. Kelemahan ini sangat berpengaruh pada kinerja dan tingkat keberhasilan dari usahatani yang dilakukan gapoktan. Pada akhirnya kelemahan gapoktan ini akan berpangaruh pada tingkat kinerja keberhasilan program itu sendiri (Itjen, Kementan, 2012).

Selain itu, pada umumnya gapoktan melakukan berbagai jenis usahatani baik on-farm maupun off-farm, tanpa pernah melakukan evaluasi untuk mengetahui jenis usahatani mana yang paling menguntungkan. Evaluasi tersebut dapat berupa identifikasi masalah usahatani yang dihadapi anggota dan penetapan solusi-solusi alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut Cain et al. (2003), pemegang kebijakan pertanian di Sri Lanka membuat dan menggunakan sistem penunjang keputusan untuk mengevaluasi masalah dan solusi-solusi potensial untuk pertanian pada daerah aliran sungai di Sri Lanka. Melalui pemanfaatan sistem penunjnag keputusan, pembuat kebijakan dapat membuat keputusan yang lebih baik.

(19)

B. Perumusan Masalah

PUAP merupakan program strategis Kementerian Pertanian untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan. Dalam rangka mempercepat keberhasilan PUAP, dilakukan berbagai upaya dan strategi pelaksanaan terpadu melalui pengembangan kegiatan ekonomi rakyat; penguatan modal bagi petani, buruh tani, dan rumah tangga tani; serta penguasaan teknologi produksi, pemasaran hasil, dan pengelolaan nilai tambah. Upaya-upaya dan strategi-strategi tersebut tidak akan berpengaruh secara signifikan apabila tidak diimplementasikan secara penuh. Selain itu, kinerja keberhasilan program tidak dapat diketahui secara tepat apabila proses pelaporan mulai dari tingkat kelompok tidak berjalan dengan baik. Laporan atas perkembangan usaha gapoktan dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, sampai tingkat pusat. Laporan tersebut berupa laporan triwulanan, yang akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan data dari gapoktan sebagai pelaksana usaha agribisnis (Kementan, 2011).

Selama ini yang menjadi permasalahan utama dalam pelaporan ini tidak tersedianya data yang memadai dari gapoktan. Data tersebut berupa data yang terkait dengan kinerja gapoktan yaitu jumlah penyaluran dana pada masing-masing anggota kelompok tani, data perkembangan usaha yang dilakukan anggota, tingkat pengembalian oleh anggota atas dana yang disalurkan, dan nilai penambahan modal/aset gapoktan.

Ketidaktersediaan data tersebut, sebagian besar disebabkan tidak tertibnya pencatatan yang dilakukan oleh pengurus gapoktan atas penyaluran dan pengembalian dana PUAP oleh anggota, serta perkembangan usahatani anggota. Akibatnya, kinerja gapoktan tidak dapat diketahui dengan pasti dan dievaluasi. Mengingat permasalahan tersebut, dipandang perlu untuk membuat suatu sistem informasi dan pengambilan keputusan yang dapat digunakan oleh gapoktan atau penyuluh pendampingnya dalam operasionalisasi usaha gapoktan.

C. Kerangka Pemikiran

Pelaporan merupakan salah satu bentuk pengawasan atau kontrol terhadap aktivitas bisnis. Dalam PUAP, meskipun pelaporan berjenjang atas perkembangan usaha agribisnis/kinerja gapoktan dimulai dari tingkat kabupaten oleh tim teknis kabupaten, tetapi pada dasarnya data untuk penyusunan laporan tersebut berasal dari data yang disusun oleh gapoktan dibawah dukungan/pengawasan penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, dan tim teknis kecamatan.

Kendala utama yang dihadapi oleh penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, dan tim teknis kecamatan yaitu sulitnya membina gapoktan untuk tertib administrasi. Hal ini berakibat data yang tersedia di gapoktan kurang atau bahkan tidak handal dan tingkat kelayakan usaha dari anggota kelompok yang ditunjukkan dengan lancar tidaknya pengembalian pinjaman tidak dapat dievaluasi.

(20)

pengelolaan data menjadi hal penting yang perlu segera dilakukan. Perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan program sistem informasi dan pengambilan keputusan yang digunakan oleh penyuluh pertanian. Penggunaan sistem yang tidak langsung dilakukan oleh pengurus gapoktan ini, selain disebabkan oleh keterbatasan SDM gapoktan, secara hirarki, penyuluh pertanian mempunyai akses yang lebih dekat dengan tim teknis kecamatan maupun kabupaten.

Penggunaan sistem informasi akan sangat berkaitan dengan data dan siklus informasi. Siklus informasi dalam pengelolaan usaha agribisnis gapoktan digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Siklus Informasi (Marimin, 2008)

Berdasarkan Gambar 1. diketahui bahwa Management Information System (MIS) atau Sistem Informasi Manajemen (SIM), memberikan output berupa informasi. Informasi ini berasal dari data suatu atau beberapa obyek yang dikelola. Pada kegiatan PUAP, data tersebut terdiri dari nama gapoktan; jenis usaha yang dilakukan; jumlah kelompok tani anggota; jumlah anggota per kelompok tani; jumlah pinjaman per anggota kelompok tani; serta jangka waktu, suku bunga, dan cara pengembalian. Informasi yang dihasilkan berupa kinerja usaha agribisnis gapoktan yang meliputi akumulasi jumlah penyaluran dana, jumlah pengembalian dana oleh anggota, perkembangan usaha anggota, dan pertambahan modal dan/atau asset gapoktan. Selain itu, informasi tersebut dapat pula berisi hambatan-hambatan dalam pengembangan usaha gapoktan.

Sistem Penunjang Keputusan (SPK) atau Decision support system (DSS) digunakan untuk memberikan alternatif pengambilan keputusan baik oleh manajemen gapoktan maupun tim teknis atas kelayakan pemberian pinjaman kepada anggota. Alternatif tersebut dapat diperoleh melalui penetapan kriteria kelayakan. Setelah kebijakan/keputusan baru ditetapkan, dilakukan perbaikan terhadap standard operational procedure (SOP), untuk selanjutnya dilaksanakan (action) serta dilakukan monitoring dan evaluasi (MES) secara berkelanjutan untuk memperoleh data baru sebagai bahan penyusunan informasi lanjutan.

(21)

D. Tujuan

Pengkajian ini bertujuan untuk membangun suatu sistem informasi dan pengambilan keputusan yang dapat secara mudah dan praktis digunakan oleh penyuluh pendamping dan/atau pengurus gapoktan untuk melakukan pencatatan dan pelaporan perkembangan usaha agribisnis gapoktan.

E. Kegunaan

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program strategis Kementerian Pertanian dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan, difokuskan untuk mempercepat pengembangan usaha ekonomi produktif yang diusahakan para petani di perdesaan. Dalam Pedoman Umum PUAP tahun 2011 disebutkan bahwa komponen utama pola dasar pengembangan PUAP terdiri dari gapoktan, pendamping gapoktan (penyuluh pendamping dan mitra tani), serta pelatihan bagi petani/pengurus gapoktan dan penyaluran dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian. Adapun strategi operasional PUAP terdiri dari pemberdayaan masyarakat, optimalisasi potensi agribisnis, fasilitasi usaha bagi petani kecil, dan penguatan kelembagaan gapoktan.

Organisasi pelaksanaan PUAP dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat desa sampai dengan pusat. Pada tingkat desa terdapat penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani (PMT) yang berhubungan dengan gapoktan secara langsung untuk melakukan pembinaan. Selain itu, pada tingkat desa pun dibentuk komite pengarah yang ditetapkan oleh kepala desa yang terdiri dari tokoh masyarakat, penyuluh pendamping, PMT, dan perwakilan gapoktan (Kementan, 2011).

Dalam pelaksanaan penyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP, berdasarkan Pedoman Teknis Verifikasi dan Penyaluran Dana BLM-PUAP tahun 2011 (Kementan, 2011), ditetapkan beberapa jenis laporan yang harus dibuat baik oleh kelompok tani, gapoktan, maupun tim teknis. Laporan-laporan tersebut berupa laporan penyaluran dana ke kelompok tani, laporan penyaluran dana ke petani anggota, laporan perkembangan usaha gapoktan, laporan perkembangan usaha kelompok tani, laporan tahunan gapoktan, serta laporan rekapitulasi Rencana Usaha Bersama gapoktan tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Format laporan-laporan tersebut disajikan pada Lampiran 1 sampai 6.

Laporan penyaluran dana ke kelompok tani disampaikan secara bulanan yang mencakup penyaluran dana BLM-PUAP dan jenis usaha produktif yang dilaksanakan oleh kelompok yang dibiayai dengan dana BLM-PUAP. Laporan tersebut dikirimkan oleh gapoktan ke penyuluh pendamping untuk selanjutnya dikompilasi oleh PMT menjadi formulir elektronik untuk dikirim ke operation room Kementan dan menjadi bahan laporan tim teknis kabupaten/kota (Kementan, 2011).

Laporan penyaluran dana ke petani anggota disampaikan secara bulanan yang mencakup penyaluran dana BLM-PUAP dan jenis usaha yang dilakukan oleh petani anggota yang dibiayai melalui dana BLM-PUAP. Laporan tersebut dikirim oleh ketua kelompok tani kepada gapoktan untuk selanjutnya dikompilasi menjadi laporan gapoktan (Kementan, 2011).

(23)

disampaikan ke PMT melalui penyuluh pendamping. Laporan perkembangan usaha kelompok tani disampaikan secara bulanan dan merupakan dasar penyusunan laporan perkembangan usaha gapoktan.

Laporan tahunan gapoktan meliputi realisasi penyaluran dana BLM-PUAP, jenis-jenis usaha produktif, perkembangan usaha agribisnis gapoktan, permasalahan yang dihadapi, dan saran tindak lanjut. Laporan tersebut disampaikan kepada tim teknis kabupaten/kota setelah disahkan oleh rapat anggota (Kementan, 2011).

Dalam pelaksanaan PUAP, penyaluran dana kepada anggota kelompok tani dilakukan melalui pola pinjaman dengan tingkat bunga tertentu. Jangka waktu pinjaman berkisar antara 4, 6, sampai dengan 12 bulan, disesuaikan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh petani. Pengembalian dari anggota pada umumnya dengan cara pengembalian pokok dan bunga seluruhnya pada akhir masa pinjaman atau membayar bunga pinjaman pada setiap akhir periode dan membayar pokok pada akhir masa pinjaman.

B. Sistem Penunjang Keputusan serta Pendekatan Sistem dan Tahapannya

Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks. Hal ini menunjukkan kompleksitas dari sistem yang meliputi kerja sama antar bagian yang interdependen satu sama lain, berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai tujuan (Marimin, 2009).

Dalam Marimin (2009), sifat-sifat dasar dari suatu sistem antara lain pencapaian tujuan, kesatuan usaha, keterbukaan terhadap lingkungan, transformasi, hubungan antar bagian, sistem, dan mekanisme pengendalian. Adapun bila ditinjau dari komponen input, proses, dan output, suatu sistem dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu, sistem analis, sistem desain, dan sistem kontrol.

Sistem informasi manajemen adalah suatu sistem berbasis komputer yang mendukung fungsi-fungsi manajemen melalui penyediaan informasi yang efektif dan efisien sesuai yang dibutuhkan (Marimin, 2008). Sistem informasi manajemen merupakan bagian dari sistem informasi pada tataran operasional, taktik, sampai dengan tataran strategis.

(24)

Sistem Penunjang Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) merupakan sistem berbasis komputer yang mendukung pengambilan keputusan dengan cara membantu pengambil keputusan dalam organisasi melalui informasi dan pemodelan hasil (Sauter, 2010). SPK mengelola dan memproses permasalahan tidak-terstruktur atau semi-terstruktur dalam rangka mendukung proses pengambilan keputusan (Mohemad et al., 2010). Adapun menurut McLeod (2005), DSS bertujuan untuk membantu manajer membuat keputusan memcahkan masalah semi terstruktur, mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya, dan meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan daripada efsiensi.

Menurut Levin et al. (2002), konfigurasi SPK terdiri dari sumber-sumber data internal; sumber-sumber data eksternal; landasan data bagi SPK; analisis data; pembaharuan, sintesis, dan revisi ilmu manajemen; model dasar ilmu manajemen untuk menunjang keputusan; evaluasi model; penggambaran dukungan keputusan dan kontrolnya; serta pembuat keputusan. Secara grafis, konfigurasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Konfigurasi sistem penunjang keputusan

Sauter (2010) menyatakan SPK memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengumpulan data dan analisis proses yang terkait dengan pengambilan keputusan. Mengambil logika satu langkah lebih maju, SPK memberikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan daya tanggap pengambilan keputusan dan meningkatkan kesempatan untuk pengelolaan perusahaan. Dengan kata lain, SPK memberi kemampuan kepada pembuat keputusan untuk mengeksplorasi bisnis intelijen dengan cara yang efektif dan tepat waktu. Sumber-sumber data internal  Akuntansi  Perilaku  Keuangan  Pemasaran  Operasi  produksi Sumber-sumber data eksternal Analisis data Pembaharuan, sintesis, dan revisi IM/OR

Evaluasi model

(25)

Terdapat tiga karakteristik dari SPK, yaitu mengakses data dari berbagai sumber; memfasilitasi pengembangan dan evaluasi model dalam proses pemilihan alternatif, dalam arti memungkinkan pengguna mengubah besar jumlah data menjadi informasi yang membantu pengguna membuat keputusan yang baik; serta menyediakan pengguna suatu interface yang baik dimana pengguna dapat dengan mudah bernavigasi dan berinteraksi (Sauter, 2010).

Desain dasar SPK terdiri dari sistem dialog (user interface), manajemen data, dan manajemen berbasis model (Mohemad et al., 2010). Menurut Shim et al. dalam Mohemad et al. (2010) ketiga komponen tersebut mempunyai fungsi berikut.

1. Subsistem dialog, berfungsi untuk mendukung komunikasi langsung antara pembuat keputusan dengan sistem.

2. Manajemen data, termasuk didalamnya yaitu database yang berisi data yang berhubungan dengan sistem dan pada umumnya diolah menggunakan perangkat lunak yang disebut sistem manajemen basis data. Manajemen data pun berfungsi untuk menyimpan dan mengakses data internal dan eksternal. 3. Manajemen model, berfungsi untuk mendukung sistem dengan kemampuan

analisis data melalu formulasi data.

Sistem manajemen basis data (SMBD) melakukan tiga fungsi dasar, yaitu penyimpanan data dalam basis data, menerima data dari basis data, dan pengendali basis data. SMBD harus bersifat interaktif dan luwes dalam arti mudah dilakukan perubahan terhadap ukuran, isi, dan struktur elemen-elemen data (Marimin, 2008).

Sistem manajemen basis model (SMBM) merupakan perangkat lunak yang mempunyai empat fungsi. Fungsi tersebut yaitu perancang model, perancang format keluaran model (laporan-laporan), memperbaharui dan merubah model, serta memanipulasi data (Marimin, 2008).

Sistem manajemen dialog merupakan subsistem untuk berkomunikasi dengan pengguna. Tugas sistem ini yaitu untuk menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna (Marimin, 2008).

Menurut Marimin (2008), selain ketiga sistem tersebut, terdapat sistem pengolah problematika yang berfungsi sebagai koordinator dan pengendali. Sistem ini menerima input dari ketiga sistem lainnya dalam bentuk baku, serta menyerahkan output ke sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula. Sistem ini berfungsi sebagai penyangga untuk menjamin masih adanya kerterkaitan antara sistem. Secara grafis hubungan keempat sistem tersebut dalam membentuk struktur dasar SPK tersaji pada Gambar 3.

Pendekatan sistem yaitu metode pemecahan masalah yang tahapannya dimulai dengan identifikasi kebutuhan dan diakhiri dengan suatu hasil sistem operasi yang efektif dan efisien. Tahapan pendekatan sistem meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi, dan operasi sistem tersebut (Marimin, 2009).

(26)

Gambar 3. Struktur dasar SPK

Gambar 4. Tahapan pendekatan sistem (Manetsch dan Park dalam Febriani, 2003)

Data Model

Pengguna

Sistem Pengolahan Problematik

Sistem Pengolahan Dialog

Sistem Manajemen Basis Data (SMBD)

Sistem Manajemen Basis Model (SMBM)

SELESAI

MULAI

ANALISA KEBUTUHAN

FORMULASI PERMASALAHAN

IDENTIFIKASI SISTEM

PERMODELAN SISTEM

PEMBUATAN PROGRAM KOMPUTER

VERIFIKASI MODEL

IMPLEMENTASI

EVALUASI PERIODIK SESUAI

(27)

Pada Gambar 4 terlihat bahwa analisa kebutuhan merupakan langkah awal pengkajian dari suatu sistem. Analisa ini akan dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisa kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem (Marimin, 2009).

C. Model Penilaian

Menurut Marimin (2008), terdapat empat model penilaian, yaitu menggunakan nilai numerik, menggunakan skala ordinal, menggunakan nilai perbandingan berpasangan, dan menggunakan preferensi fuzzy.

1. Penilaian dengan skala ordinal

Skala ordinal digunakan untuk penilaian dengan kriteria kompleks dan melibatkan persepsi, misalnya untuk kemudahan operasional, rasa kopi, dan suasana kerja.

2. Perbandingan berpasangan menggunakan Proses Hierarki Analitik

Proses Hierarki Analitik atau Analytic Hierarchy Process (AHP), merupakan penilaian dengan perbandingan berpasangan. AHP membandingkan suatu kondisi tertentu dengan kondisi lainnya (Marimin, 2008).

Menurut Triantaphyllou dan Mann (1995), AHP merupakan pendekatan pengambilan keputusan multi kriteria yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan pengambilan keputusan yang kompleks. AHP menggunakan multi-level struktur hirarki dari tujuan, kriteria, sub-kriteria, dan alternatif-alternatif. Data diperoleh melalui perbandingan berpasangan. Perbandingan ini digunakan untuk memperoleh bobot kepentingan dari kriteria keputusan dan mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif berkaitan dengan masing-maing kriteria keputusan.

Dalam Marimin (2008), ide dasar prinsip kerja AHP, yaitu. a. Penyusunan hirarki

Hirarki merupakan struktur yang terdiri dari tujuan, kriteria, dan alternatif. Persoalan yang akan diselesaikan (tujuan) diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatifnya. Selanjutnya ketiga hal tersebut disusun menjadi struktur hierarki.

b. Penilaian kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty dalam Marimin (2008) untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 merupakan skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty, disajikan dalam Tabel 1.

c. Penentuan prioritas

Peringkat relatif dari seluruh alternatif ditetntukan berdasarkan hasil pengolahan nilai-nilai perbandingan relatif.

d. Konsistensi logis

(28)

Tabel 1. Skala perbandingan Saaty

Nilai Keterangan

1 Kriteria/alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai berdekatan

D. Pengambilan Keputusan

Pada prinsipnya terdapat dua basis dalam pengambilan keputusan, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan intuisi dan pengambilan keputusan rasional, berdasarkan hasil analisis keputusan (Mangkusubroto dan Trisnadi, 1985 dalam Marimin, 2008). Skema pengambilan dengan intuisi dan analisis disajikan pada Gambar 5 dan 6.

Gambar 5. Skema pengambilan keputusan dengan intuisi

(29)

Pengambilan keputusan dengan intuisi sangat dipengaruhi oleh intuisi seseorang atau dengan kata lain, intuisi seseorang mengambil peran yang besar. Dalam pengambilan keputusan secara intuisi, logika bahwa suatu keputusan telah diambil, tidak dapat diperiksa secara logis. Pengambilan keputusan dengan analisis dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain dengan teknik perbandingan indeks kinerja (Comparative Performance Index, CPI), Metoda Bayes, dan Metoda Perbandingan Eksponensial (Marimin, 2008).

Dalam Marimin (2008) disebutkan bahwa CPI merupakan indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan atas peringkat dari berbagai alternatif (i) berdasarkan beberapa criteria (j). Formula yang digunakan dalam teknik CPI, yaitu

dimana

Prosedur penyelesaian CPI dimulai dari identifikasi kriteria tren positif (semakin tinggi nilaianya semakin baik) dan tren negatif (semakin rendah nilainya semakin baik). Untuk kriteria tren positif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara proporsional lebih tinggi. Adapun untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara proporsional lebih rendah. Perhitungan selanjutnya mengikuti prosedur Bayes.

(30)

dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Pembuatan keputusan dengan Metode Bayes dilakukan melalui upaya pengkuantifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dengan suatu bilangan antara 0 dan 1. Persamaan Bayes sebagai berikut (Marimin, 2008).

Dalam Marimin (2008) disebutkan bahwa metode perbandingan eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatiuf keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Formula yang digunakan untk perhitungan skor, sebagai berikut

dimana

(31)

E. Analisa Kelayakan Usaha

Analisa kelayakan usaha dilakukan melalui analisa finansial dan analisa kepekaan. Analisa finansial meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C).

1. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan metode yang dengan cara membandingkan nilai sekarang dari arus kas masuk bersih dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (Suliyanto, 2010) atau dengan kata lain merupakan selisih antara present value dari penerimaan dengan present value dari pengeluaran (Shinta dan Ainiyah, 2010). Suatu usaha dikatakan beruntung apabila nilai NPV positif.

NPV dihitung dengan menggunakan persamaan (Shinta dan Ainiyah, 2010).

di mana

Bt : penerimaan usahatani pada tahun ke-t

Ct : biaya usahatani pada tahun ke-t

i : tingkat suku bunga yang berlaku t : tahun ke-t (0,1,2,3, dst)

2. Internal Rate of Return (IRR)

Analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol (Shinta dan Ainiyah, 2010). Persamaan yang digunakan untuk menghitung IRR, yaitu

di mana

Bt : penerimaan usahatani pada tahun ke-t

Ct : biaya usahatani pada tahun ke-t

t : tahun ke-t (1,2,3, dst)

3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Analisa ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat perbandingan penerimaan dengan tingkat biaya yang digunakan (Shinta, A dan Ainiyah, R., 2010). Persamaan yang digunakan untuk menghitung Net B/C), yaitu

NPV =

t t t i) (1 C -B 

n t 1 t t t IRR C B ) 1 (   = 0

n t 1 t t t i C B ) 1 (  

n t 1 t t t i C B ) 1 (  

(Untuk semua NPVB-C positif)

(Untuk semua NPVB-C negatif)

(32)

di mana

Bt : penerimaan usahatani pada tahun ke-t

Ct : biaya usahatani pada tahun ke-t

i : tingkat suku bunga yang berlaku t : tahun ke-t (0,1,2,3, dst)

F. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam atau dikenal juga sebagai wawancara tidak terstruktur, yaitu jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dalam rangka mendapatkan pengertian atau pemahaman yang lengkap dari sudut pandang responden, wawancara ini pun dapat digunakan untuk menelusuri area-area yang menarik untuk penelitian lebih lanjut. Jenis wawancara ini, menggunakan pertanyaan terbuka kepada responden, dan menelurusi lebih jauh apabila diperlukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara ini sering menggunakan data kualitatif, sehingga disebut juga sebagai wawancara kualitatif (Berry, 1999).

Wawancara mendalam berguna ketika diperlukan informasi rinci tentang pikiran seseorang dan perilaku atau diinginkan untuk mengekplorasi isu-isu baru secara mendalam. Wawancara ini seringkali digunakan untuk menyediakan konteks bagi data lain (seperti data hasil/outcome) dan memberikan gambaran lebih lengkap tentang apa dan kenapa sesuatu terjadi dalam suatu program (Boyce dan Neale, 2006).

Proses dalam melaksanakan wawancara mendalam mengikuti proses umum yang sama dengan penelitian lainnya, yaitu perencanaan, penyiapan instrumen, pengumpulan data, analisa data, dan penyebaran temuan. Perencanaan dimulai dari identifikasi stakeholder yang akan terlibat, identifikasi informasi yang dibutuhkan dan dari siapa informasi tersebut diperoleh, serta menyusun daftar stakeholder yang akan diwawancarai. Penyiapan instrument berupa instruksi yang diikuti pada setiap wawancara, untuk memastikan konsistensi antar wawancara, sehingga meningkatkan kehandalan dari temuan yang diperoleh (Boyce dan Neale, 2006).

(33)

METODE KAJIAN

Pengambilan data primer berupa data gapoktan dan kuesioner AHP terhadap pakar dilakukan dari tanggal 16 Maret sampai dengan 29 April 2013. Data gapoktan diambil dari gapoktan penerima dana PUAP tahun 2009 di Kabupaten Sleman Provinsi DI. Yogyakarta, sedangkan pakar untuk pengisian kuesioner AHP terdiri dari Direktur Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian DI. Yogyakarta, dan Kepala Sub Direktorat Pembiayaan Agribisnis Direktorat Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian.

Pengambilan data gapoktan dilakukan melalui wawancara mendalam untuk memperoleh informasi yang memadai mengenai data umum dan kinerja gapoktan dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun. Adapun pembuatan spesifikasi sistem detail dilaksanakan di Bogor dan Jakarta dari Nopember 2012 sampai dengan Juni 2013.

A. Pendekatan Kajian

Pada desain sistem informasi dan pengambilan keputusan untuk manajemen gapoktan penerima dana PUAP, terdapat kebutuhan pada masing-masing komponen-komponen yang terlibat, yaitu.

1. Anggota gapoktan, yang meliputi kebutuhan akan informasi kepastian jumlah pinjaman untuk memenuhi kebutuhan faktor produksi, adanya peningkatan produksi dan produktivitas usaha, harga jual yang sesuai, keuntungan maksimal, serta pembinaan usahatani dan administrasi dari pemerintah. 2. Gapoktan, meliputi kebutuhan akan kepastian pengembalian pinjaman dari

anggota, adanya peningkatan produksi dan produktivitas usaha, harga jual yang sesuai, dan keuntungan maksimal, perkembangan usaha gapoktan, serta pembinaan usahatani dan administrasi dari pemerintah

3. Tim teknis tingkat desa, meliputi adanya peningkatan produksi dan produktivitas usaha anggota, harga jual yang sesuai, dan keuntungan maksimal, serta pembinaan usahatani dan administrasi dari pemerintah

4. Tim teknis tingkat kecamatan/kabupaten/kota/provinsi, meliputi, adanya peningkatan produksi dan produktivitas usaha, harga jual yang sesuai, keuntungan maksimal, perkembangan usaha agribisnis gapoktan, serta pembinaan usahatani dan administrasi dari pemerintah

5. Tim PUAP pusat meliputi adanya peningkatan produksi dan produktivitas usaha serta perkembangan usaha agribisnis gapoktan.

Secara ringkas analisa kebutuhan tersebut dimuat pada Tabel 2.

(34)

Diagram sebab-akibat untuk pengembangan sistem informasi dan pengambilan keputusan untuk manajemen gapoktan penerima PUAP dituangkan pada Gambar 7.

Tabel 2. Analisa kebutuhan komponen-komponen sistem informasi dan pengambilan keputusan untuk manajemen gapoktan penerima dana BLM-PUAP

Komponen Info

Pelaku

Anggota

Gapoktan Gapoktan

Tim teknis desa

Tim teknis kec/kab/ kota/prov

Tim PUAP pusat

Kepastian jumlah pinjaman     

Kepastian pengembalian

pinjaman     

Peningkatan produksi dan

produktivitas usaha     

Harga jual yang sesuai    

Keuntungan maksimal    

Pembinaan usahatani dan

administrasi    

Keterangan:  = intensitas

Gambar 7. Diagram sebab-akibat usaha agribisnis gapoktan

[image:34.595.69.482.84.679.2]
(35)

dari adanya pemenuhan kebutuhan yang ditentukan secara spesifik pada waktu analisa kebutuhan dan output yang tidak dikehendaki yang berasal dari dampak yang akan ditimbulkan bersama-sama dengan output yang dikehendaki. Digram input-output secara lengkap dituangkan pada Gambar 8.

B. Aspek Kajian

[image:35.595.110.526.275.627.2]

Aspek-aspek yang akan menjadi perhatian dalam pelaksanaan kajian ini terdiri dari sistem manajemen basis data (SMBD), sistem manajemen basis model (SMBM), dan sistem dialognya. SMBD menyangkut kecukupan data PUAP yang disimpan dalam sistem, SMBM menyangkut kesesuaian model dengan kebutuhan gapoktan (kriteria kelayakan, format, dan jenis laporan), sedangkan sistem dialog menyangkut kemudahan penggunaan sistem oleh gapoktan.

Gambar 8. Diagram input-output Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan untuk Manajemen Gapoktan Penerima Dana PUAP

Secara grafis konfigurasi Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan untuk Manajemen Gapoktan Penerima Dana PUAP disajikan dalam Gambar 9. Pada Gambar 9. terlihat bahwa pada SMBM terdapat empat model yaitu Model Seleksi Gapoktan, Model Usaha, Model Kinerja Gapoktan, dan Model Pengembangan. Pada SMBD terdapat empat jenis data yaitu data umum gapoktan, data perkembangan usaha gapoktan, data potensi wilayah, dan data potensi pasar.

(36)

memenuhi syarat atau tidaknya gapoktan tersebut menerima dana BLM-PUAP. Model ini akan menggunakan program Excell untuk menghitung atau melakukan skoring terhadap persyaratan gapoktan penerima dana BLM-PUAP, sebagaimana pada Tabel 3 dan 4.

Gambar 9. Konfigurasi sistem informasi dan pengambilan keputusan untuk manajemen gapoktan penerima dana BLM-PUAP

Model Seleksi Gapoktan akan digunakan oleh petugas seleksi gapoktan. Sehingga dalam pelaksanaan seleksi gapoktan, selain melakukan seleksi administratif, petugas seleksi pun akan menggunakan model ini sebagai dasar penetapan lolos-tidaknya gapoktan untuk menerima dana BLM-PUAP.

Model Wilayah Usaha akan menilai kelayakan usaha dengan menggunakan perhitungan NPV, IRR, dan B/C dengan menggunakan Program Excell. Selain

Pengguna

Sistem Manajemen Dialog

Sistem Pengolahan Terpusat

Model Kinerja Gapoktan

Jumlah penyaluran; jumlah pengembalian pokok; jumlah

pembayaran bunga, jumlah penambahan modal dan/atau asset

Model Wilayah Usaha Analisa kelayakan usaha anggota

Model Pengembangan Analisa fokus usaha gapoktan

Sistem Manajemen Basis Data

Data Umum Gapoktan

Data Perkembangan Usaha Anggota

Data Potensi Wilayah

Data Potensi Pasar Sistem Manajemen Basis Model

(37)

itu, dalam model ini pun akan dilakukan analisa BEP untuk mengetahui titik impas usaha. Data-data yang digunakan untuk perhitungan kelayakan usaha sesuai dengan Lampiran 6. Model ini akan digunakan oleh pengurus gapoktan, penyuluh pendamping, dan/atau penyelia mitra tani sebagai dasar pertimbangan penentuan fokus usaha gapoktan.

Tabel 3. Formulir verifikasi persyaratan gapoktan

1 2 3 4 5 A Jaminan ketersediaan lahan usahatani/sarana

1. >80% anggota tidak memiliki lahan 2. 20-40% anggota memiliki lahan 3. 41-60% anggota memiliki lahan 4. 61-80% anggota memiliki lahan 5. >80% anggota memiliki lahan sendiri B Pengalaman usahatani

1. >80% anggota tidak memiliki pengalaman usahatani selama 6 tahun terakhir 2. 20-40% anggota memiliki pengalaman usahatani selama 6 tahun terakhir 3. 41-60% anggota memiliki pengalaman usahatani selama 6 tahun terakhir 4. 61-80% anggota memiliki pengalaman usahatani selama 6 tahun terakhir 5. >80% anggota memiliki pengalaman usahatani selama 6 tahun terakhir C Modal Sendiri

1. >80% anggota tidak memiliki modal sendiri

2. 20-40% anggota memiliki modal sendiri >=50% dari modal usahatani 3. 41-60% anggota memiliki modal sendiri >=50% dari modal usahatani 4. 61-80% anggota memiliki modal sendiri >=50% dari modal usahatani 5. >80% anggota memiliki modal sendiri >=50% dari modal usahatani D Usia Petani

1. >80% anggota berada pada usia diatas 64 tahun 2. 20-40% anggota berada pada usia 15-64 tahun 3. 41-60% anggota berada pada usia 15-64 tahun 4. 61-80% anggota berada pada usia 15-64 tahun 5. >80% anggota berada pada usia 15-64 tahun

SKOR Uraian

No

FORM VERIFIKASI PERSYARATAN GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP

Tabel 4. Skoring hasil verifikasi persyaratan gapoktan

No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan

1 Jaminan ketersediaan lahan usahatani/sarana 40 5 200

2 Pengalaman usahatani 30 5 150

3 Modal Sendiri 20 1 20

4 Usia Petani 10 5 50

84 LULUS SKORING HASIL VERIFIKASI PERSYARATAN GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP

Model Kinerja Gapoktan akan menggunakan skala ordinal untuk penilaian. Masing-masing unsur kinerja diuraikan untuk menentukan nilai pada skala ordinal yang diperoleh gapoktan. Selanjutnya dengan Program Excell data nilai tersebut dihitung untuk memperoleh kesimpulan mengenai kinerja gapoktan, sebagaimana tertuang pada Tabel 5 dan 6. Model ini akan digunakan oleh petugas pada operation room di kantor pusat Kementerian Pertanian.

(38)

aktor; peningkatan pendapatan, peningkatan lapangan kerja, dan pengembangan kelompok sebagai tujuan; serta jenis usaha gapoktan sebagai alternatif. Model ini akan digunakan oleh penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, dan/atau petugas pada BPTP setempat sebagai dasar penetapan fokus usaha gapoktan.

Tabel 5. Formulir penilaian kinerja gapoktan

1 2 3 4 5

A Jumlah penyaluran dana BLM-PUAP 1. penyaluran kurang dari 100%

2. akumulasi penyaluran 110-150% dari dana awal BLM-PUAP 3. akumulasi penyaluran 151-175% dari dana awal BLM-PUAP 4. akumulasi penyaluran 176-200% dari dana awal BLM-PUAP 5. akumulasi melebihi 200% dari dana awal BLM-PUAP B Jumlah pengembalian pokok pinjaman

1. jumlah pengembalian pokok pinjaman kurang dari 10% 2. jumlah pengembalian pokok pinjaman 11-35% 3. jumlah pengembalian pokok pinjaman 36-70% 4. jumlah pengembalian pokok pinjaman 71-95% 5. jumlah pengembalian pokok pinjaman 96-100% C Jumlah pembayaran bunga pinjaman

1. jumlah pembayaran bunga pinjaman kurang dari 10% 2. jumlah pembayaran bunga pinjaman 11-35% 3. jumlah pembayaran bunga pinjaman 36-70% 4. jumlah pembayaran bunga pinjaman 71-95% 5. jumlah pembayaran bunga pinjaman 96-100% D Jumlah penambahan modal/aset

1. tidak terdapat penambahan modal/aset 2. penambahan modal/aset 10-35% dari dana awal 3. penambahan modal/aset 36-70% dari dana awal 4. penambahan modal/aset 71-95% dari dana awal 5. penambahan modal/aset lebih dari 95% dari dana awal

SKOR Uraian

No

FORM PENILAIAN KINERJA GAPOKTAN

Tabel 6. Skoring penilaian kinerja gapoktan

No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan

1 Jumlah penyaluran dana BLM-PUAP 40 5 200

2 Jumlah pengembalian pokok pinjaman 20 2 40

3 Jumlah pembayaran bunga pinjaman 20 3 60

4 Jumlah penambahan modal/aset 20 3 60

72 KURANG BAIK SKORING HASIL PENILAIAN KINERJA GAPOKTAN

Pada umumnya jenis usaha yang dilakukan gapoktan/anggota gapoktan terdiri dari usaha tanaman pangan, usaha hortikultura, usaha ternak besar, usaha ternak kecil, atau simpan pinjam untuk usaha jual-beli hasil pertanian. Struktur hierarki AHP untuk model pengembangan usaha disajikan pada Gambar 10. Kuesioner untuk penentuan prioritas disajikan pada Lampiran 7.

C. Tahapan Kajian

(39)

Gambar 10. Struktur hirarki AHP penetapan fokus usahatani gapoktan penerima dana BLM-PUAP

D. Pengumpulan Data

Jumlah gapoktan yang akan diwawancara ditentukan dengan metode purposive sampling. Kriteria dasar yang digunakan untuk menentukan contoh adalah performa gapoktan dan keterwakilan usahatani yang dilakukan. Pada masing-masing gapoktan pun akan dilakukan wawancara dengan petani anggota berdasar kriteria penentuan contoh yang sama.

(40)

Gambar 11. Tahapan kajian

E. Tahapan Evaluasi User

Evaluasi user dilakukan untuk mengetahui kecukupan sistem dengan kebutuhan user. Evaluasi meliputi kecukupan input data dan kelengkapan informasi yang merupakan output sistem. Form evaluasi user disajikan pada Lampiran 8.

F. Tahapan Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan langkah lanjutan dari pelaksanaan analisa kelayakan usaha pada Model Wilayah Usaha. Hasil dari tahap pengambilan keputusan ini dapat memberi informasi tambahan bagi pengambil keputusan, dalam hal ini ketua gapoktan , untuk menentukan usahatani mana yang akan menjadi fokus usaha gapoktan. Informasi ini dapat dibandingkan dengan hasil analisa pada Model Pengembangan yang menggunakan AHP.

(41)

Tabel 7. Analisa fokus usaha gapoktan dengan menggunakan CPI

NPV IRR Net B/C

1 Usahatani tanaman pangan 2 Usahatani hortikultura 3 Usahatani ternak besar 4 Usahatani Ternak kecil 5 Usaha simpan-pinjam

0,3 0,2 0,5

Format Penilaian alternatif/fokus usaha gapoktan dengan menggunakan CPI

Kriteria

Bobot Kriteria Jenis Usahatani

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Sistem

Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan Gapoktan PUAP atau disingkat SIPK-GP 1.13 adalah sistem informasi manajemen untuk pengelolaan kinerja gapoktan penerima dana PUAP dan penunjang keputusan gapoktan dalam memilih fokus usaha dari kelompok tani anggotanya. Sistem ini dapat dioperasikan pada komputer dengan prosesor minimal Pentium 4, 1 GB RAM, serta memiliki software php, mysql, dan apache. Ketiga software tersebut dapat diunduh secara gratis dan telah terdapat dalam bentuk paket seperti xampp.

Sistem ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan utama dalam pelaporan gapoktan yaitu tidak tersedianya data yang memadai dari gapoktan. Data tersebut berupa data yang terkait dengan kinerja gapoktan yaitu jumlah penyaluran dana pada masing-masing anggota kelompok tani, data perkembangan usaha yang dilakukan anggota, tingkat pengembalian oleh anggota atas dana yang disalurkan, dan nilai penambahan modal/aset gapoktan.

Meskipun tujuan utama dari pembuatan sistem ini untuk operasional gapoktan dengan user awal penyelia mitra tani atau penyuluh lapangan, tetapi sistem ini pun dapat dimanfaatkan oleh user lainya sesuai dengan keluaran yang dihasilkan. Model Seleksi Gapoktan yang menghasilkan keluaran berupa skor gapoktan berdasarkan data umum gapoktan yang dimasukkan akan digunakan oleh petugas seleksi gapoktan. Dengan demikian, dalam pelaksanaan seleksi gapoktan, selain melakukan seleksi administratif, petugas seleksi pun akan menggunakan model ini sebagai dasar penetapan lolos-tidaknya gapoktan untuk menerima dana BLM-PUAP. Data umum gapoktan sampel disajikan pada Lampiran 9 sampai 11.

Model Wilayah Usaha yang menghasilkan keluaran berupa nilai NPV, IRR, dan B/C digunakan oleh pengurus gapoktan, penyuluh pendamping, dan/atau penyelia mitra tani sebagai dasar pertimbangan penentuan fokus usaha gapoktan. Adapun Model Kinerja Gapoktan menggunakan skala ordinal untuk penilaian. Masing-masing unsur kinerja yang menghasilkan keluaran berupa skor kinerja gapoktan, digunakan oleh petugas pada operation room di kantor pusat Kementerian Pertanian. Sedangkan Model Pengembangan yang menghasilkan keluaran berupa kesimpulan fokus usaha yang paling menguntungkan bagi gapoktan digunakan oleh penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, dan/atau petugas pada BPTP setempat sebagai dasar penetapan fokus usaha gapoktan.

1. Rancangan Sistem Manajemen Dialog

(43)

Menu utama berisi informasi mengenai Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Menu ini dimaksudkan untuk memperkenalkan Program PUAP kepada pengguna yang baru pertama kali menggunakan atau ingin memperoleh informasi tentang PUAP. Rancangan menu utama dibuat sederhana dan simple, sehingga pengguna merasa nyaman dalam menggunakan sistem ini. Menu utama SIPK-GP seperti terlihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Menu utama SIPK-GP 1.13

2. Rancangan Sistem Manajemen Basis Data a. Data Umum Gapoktan

Data umum gapoktan dimuat dalam sub-menu Data Gapoktan pada menu Profil Gapoktan. Sub-menu Data Gapoktan terdiri dari data identitas gapoktan dan data keuangan gapoktan. Pada menu Profil Gapoktan pun memuat sub menu Data Poktan, Data Anggota Poktan, Penyaluran, Pinjaman Anggota, Pengembalian Dana Poktan, Pengembalian Dana Anggota, Potensi Wilayah, dan Potensi Pemasaran.

(44)
[image:44.595.113.491.90.367.2]

Gambar 13. Menu profil gapoktan pada SIPK-GP 1.13

b. Data Perkembangan Usaha

Perkembangan usaha gapoktan ditunjukkan oleh data penyaluran dana gapoktan, data pengembalian dana gapoktan, dan data penambahan asset/modal gapoktan. Data-data tersebut terdapat pada sub-menu Penyaluran Dana Gapoktan, Penyaluran Dana Poktan, Perkembangan Usaha Gapoktan, Perkembangan Usaha Poktan, dan Laporan Tahunan Gapoktan pada menu Laporan . Data perkembangan usaha ini digunakan sebagai dasar untuk menilai kinerja gapoktan pada menu Kinerja Gapoktan. Sub-menu Penyaluran Dana Gapoktan tertuang pada Gambar 14.

c. Data Potensi Wilayah

Data potensi wilayah merupakan sub-menu pada menu Profil Gapoktan. Data ini digunakan sebagai dasar atau referensi dalam penyusunan atau pengisian AHP pada menu Fokus Usaha.

d. Data Potensi Pasar

(45)
[image:45.595.147.512.81.312.2]

Gambar 14. Sub-menu penyaluran dana gapoktan pada SIPK-GP 1.13

3. Diagram Aliran Data

Diagram aliran data atau data flow diagram (DFD) memperlihatkan hubungan fungsional dari nilai yang dihitung oleh sistem termasuk nilai masukan, nilai keluaran, serta tempat penyimpanan internal. Diagram aliran data adalah gambaran grafis yang memperlihatkan aliran data dari sumbernya dalam objek kemudian melewati suatu proses yang mentransformasinya ke tujuan lain (Nugroho dalam Ratih, 2011).

Diagram aliran data terdiri atas empat unsur, yaitu proses, aliran data, entitas, dan data store. Proses adalah sesuatu yang melakukan transformasi terhadap data. Setiap proses harus memiliki sedikitnya satu masukan dan satu keluaran aliran data. Aliran data berguna untuk menghubungkan keluaran dari suatu objek atau proses yang terjadi pada suatu masukan. Entitas adalah objek aktif yang mengendalikan aliran data dengan memproduksi atau mengkonsumsi data. Data store adalah objek pasif dalam diagram aliran data yang menyimpan data untuk penggunaan lebih lanjut (Nugroho dalam Ratih, 2011).

(46)
[image:46.595.111.471.89.454.2]

Gambar 15. Diagram aliran data level 0 pada SIPK-GP 1.13

4. Use Case Diagram

Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari suatu sistem. Use case diagram digunakan untuk menggambarkan interaksi antara pengguna sistem (aktor) dengan kasus (use case) yang disesuaikan dengan langkah-langkah (scenario) yang telah ditentukan (Purwandari, 2010). Pada SIPK-GP 1.13 terdapat beberapa use case, salah satunya disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16. Use case diagram perkembangan usaha gapoktan

Gambar 16 menggambarkan use case pada perkembangan usaha gapoktan, yaitu user gapoktan melakukan login dan sistem melakukan

BPTP Poktan

Gapoktan Pakar

SIPK-GP 1.13

Gapoktan/ PMT/PPL

Pusat/ Auditor Penyaluran ke poktan

dan pengembalian dari poktan

Usahatani , detail anggota, penyaluran ke anggota, dan

pengembalian dari anggota Hasil Penilaian AHP

Analisa usahatani, data penyaluran dan pengembalian,

serta laporan perkembangan usaha

Analisa usahatani, kinerja gapoktan, dan fokus

usaha

Kelayakan gapoktan, analisa usahatani, data penyaluran dan

pengembalian, laporan perkembangan usaha, kinerja

gapoktan, serta fokus usaha

login

Verifikasi login <<include>>

Input data penyaluran

(47)

verifikasi login; gapoktan melakukan input data penyaluran dan data pengembalian (bila telah terjadi penyaluran dana); sistem melakukan pengolahan atas data yang diinput; user lain memanfaatkan keluaran dari sistem tersebut sesuai dengan kebutuhannya. BPTP dan auditor akan memanfaatkan hasil pengolahan data berupa penilaian kinerja gapoktan, sedangkan gapoktan akan memanfaatkan keluaran berupa laporan perkembangan usaha gapoktan.

B. Verifikasi Model

1. Model Seleksi Gapoktan

Model seleksi gapoktan terdiri dari jaminan ketersediaan lahan usahatani/sarana, pengalaman usahatani anggota kelompok tani, modal sendiri yang dimiliki oleh anggota kelompok tani, dan usia anggota kelompok tani. Keempat variabel tersebut merupakan variabel yang mempengaruhi tingkat pendapatan penerima bantuan. Skala ordinal dari variabel ketersediaan lahan usahatani/sarana diubah untuk mengetatkan persyaratan. Perubahan tersebut yaitu dengan hanya mempertimbangkan persentase kepemilikan lahan, sedangkan untuk sewa lahan dianggap tidak memiliki lahan. Secara manual, hasil penilaian variabel untuk seleksi gapoktan pada Gapoktan Madu Makmur, Bimo Makmur, dan Gapoktan Sumber Makmur di

Gambar

Tabel 2.  Analisa kebutuhan komponen-komponen sistem informasi dan
Gambar 8.  Diagram input-output Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan
Gambar 13.  Menu profil gapoktan pada SIPK-GP 1.13
Gambar 14. Sub-menu penyaluran dana gapoktan pada SIPK-GP 1.13
+7

Referensi

Dokumen terkait

sedangkan pada lama perendaman 6 jam (L2) dalam ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) mampu meningkatkan persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang

Sehingga nantinya setelah pelatihan tersebut diharapkan pemahaman terkait dengan Teknologi Informasi Komputer dapat dimanfaatkan oleh seluruh civitas Sekolah Luar

Perairan Bantayan, Kota Dumaguete dan perairan Tanjung Merah berbeda letak geografis, tetapi sama-sama memiliki padang lamun, sehingga perlu dilakukan penelitian

pengujian rangkaian electromagnetic harvesting yang dilakukan terhadap Access Point didapatkan kesimpulan, bahwa pada jarak tertentu tegangan keluaran dari

Tujuan penelitian ini adalah untuk me- ngetahui kondisi populasi meliputi: kelompok ukuran, pertumbuhan pokea pada berbagai tipe kegiatan yang berbeda di Sungai Pohara (bekas

Subjek dalam penelitian ini adalah guru kimia dan siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Makassar Penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu pengembangan

Untuk memperoleh data tersebut maka penulis menyebar angket ini yang berisi 30 item pertanyaan, yang berkaitan dengan intensitas menonton televisi terhadap

Kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II dilakukan dua kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama siswa berlatih kecepatan membaca pemahaman menggunakan komputer yang sudah