• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMENUHAN SYARAT HAL IHWAL KEGENTINGAN YANG MEMAKSA DALAM PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANGUNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMENUHAN SYARAT HAL IHWAL KEGENTINGAN YANG MEMAKSA DALAM PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANGUNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

fia7,fir[t/,-xd/6669'Eau'o-r

?tOz

SNY(IVd

SYTyONY SYIISIISAINN

HIIXTH

SVITIDTY{

O€OITIOT60

ffiffiittN

: qelo

wnlng

nunfiog nqag trodocaaSg

uape

ptolg

ntos ttolDs :lqnuauaru lnrun uoqn{o1q

rsdrurs

ISfIIIISNOX

HYI iYXHYTAi

{}NYINf,I

€OOZ

NIIHYI

}Z UOruON SNYOI{,|I

-9NV(INO

Syry

yoopl

NvHy{nuud

cNyrNf,J,

€I0Z

NnHyr

I0

uo}ror

CNVONO-T}NYCNN IINYCSNSd ITVININf,IAItrd NYUNIYUf,d NYdV-IAt'iAd

(2)

:

us8urJspuoJ

: strsN

:trFartrlrlrx

ga*rgYr

:slsBN

:rlEu-ilrI

qJsroAlufFqn{B{ sdrue6

uduulEurl

: souunJe .louou p&pnu uup sEpn4un6e{qeg oI

rFBgrtt-llr

'9.;q !.g.mer1pg peg ur;q :w6e11up1ryEr r

I

[I,TI.TT \0Nlpuv TI{I&f,S ur;rpuydtulg

b1q

-l

4'z

/

(

/'

"[6)T

frlr

u

I

VaU:,&rErndqopgqr_=

'rI0Z pult{ 9Z l#qspod mInI usqu|B{uD ruo ilirtod un rndm mrunrruurfu

-r

-up rypn tw,(y4uetruqe{uaury1u Vf,f up Uaq.uoppeq IIEp{Bq pqg*urg

p-f

eqer g roruoN fLll uEp gmz unrlur rz rouoN In uErFr:[p p&p ny qeqx pp.uuqnq duomry1 pefra rypq sttEE

IIE

| [

trffi

ttsp t00eunqBr tz roEoNflIlEsIsPmdnfnnp qeplpqpcqplrddn4uqrppep trufwntuopt

lqrE{@qryp[.lquq*ral

tue'(ttutuotlqsue-qpctteqsFolF&p r?Pso8nf p&rrrp pao eruces undfuuns rwpcaqnpns qmsop,(eu oso

e,(rm4ufr1p

nddoq ueo uutuuretq qrs wfu4$uauru8nf rurumqe tuatuappseruad uqresa6iruu @pp @IEBI

qqrqtur,(EgFarhsg

epedol uquqourp tue{ eqad *qnuau uup lpmtuaru tspouou qre( ei(udurg urp ry1od setnl qrieplinu @1 Fqru

Filt-uqnq qqeseuad msldEou tw{ rsr4nsuo{ wrleg unqo qqop e,(ureuaqs tmr wepx uqnq ueqples?ired

rF[osp&rrFF

wepeal ryefia {spu qsxos eumg runuadra

{epF lFxes zuBs )y{ nddn6 mplau rqden uopgsaq tw,( eqpw fuf

reqrtllrlr

sc{Fdur(uaur qpired treurpuod lls?g lMUBsspDg addn4 qunqes rfurqq @pp es{suau tua,( uduuua&1

a(qg rrtr

E

El

f

;

600AIA-nOd/861 rorEoN xt oe$qnd qEFPB lul usl{loltad uupp srlnuad {n npS 'Itsuru smrn( ueglapuart uqrryp

urlr;lIr

ttDFrsloE sqnud lrqesq I{sJBssa wsnwu qBAEFITu :Ftul} 'lsrugsuox qglrrglqsw ftquat gooz uqer }z rwopapqnfu

I,qt

trqogno4 3uqs4 €l0Z unqBJ 1 ouog Euepuq8wpull uueSSuatr qurqlaue4 nBnqsr.d Eslep Es1Btaou tm,{ u6up6q prf

na;

qqamu4ueeq qm,( qspssrtr rrBsnuru uBlmuntao srpusd nll

$tu0 16^I n&I3g oqrlqauour rptuop N,ll pgo

ptr4ph{5Effi

efupef,,t uqlqeprnu EepF.rd 'rsruosuox qsr'srqsw p EpsJIrd qovFur. u,dsn fted snssr u,Isp xdx qrro E qcoru Hv

uIu@ueqp qqers (Xn rdd$6) rsqlsuoy qsuequyl tueual m0? urqulf rouoN twpq1.trn9u6l sqy

mpql.!tlf:I|qil-;i

1 rouop nddod u(ruuqe)I 'lppw ftRls mf$eso :lrqun B&F[ue1as Srrp;s xru Eed x6q Bpudal uqn&m snq u uer

-tltFi

Bduq Uqrenloilp rm nddnl s{su €uiltsi tuo,( e,(qegrs uua.rq qeo rrqe,$ Brqueuas tuupuq€uapu11 us{qlusgg3rE

F

Swpuptuupug nndx ri(wqr u&p usp Istr$qns unueu legquaruog rnrnpodur(u Ttuog

"quuau 8rn( udqldqF.rtFl

tuu'( E761 (Inn zz FsEd ureJep qruntrp tuu[ uprsor4peSooq ryq uqudnraru (nddr4) tuepuptuepu;l urffica

iEf

-l

xYusw

luuumpq ig lueun unlnH sqp{e{ .0g01 I 10160 ,lezudoN)

rsqqsuo)l r{BurolltrBr4{ 6uqus1 6967 unqrl 1g rouog grnpu6-tuapu11 sey unpe11 rupgra6

bf

fl02 unqel I rcuroN tuspun-tugpun prn88uo4 qquuoruo; uernpro4 ro&pue4 urep6 eqeungrl Euef uduwtrr

rrr n*_r

rgurul-urtuua1r1 .quX.oSwg'cs1

619 .oN 90/, I A\UIJU lEArrlJ opueg 'ulf

.

tpurEIV (f

uEng I unqul l:

ot't:

urlsunuall lutwg :

fl0f FrBh{ 9Z :

IP'US?UIP'I (I

)dr (q snln1prypu6 fi

sqnl p33ue1 g

0E0r I I0160

16 X4)enSapopl umlnH

uqnH

qrs8urur.rye{g uup usupps'S .H 0661 $quo^oN lt p18ueg

dqt

III

*rI

cn1tcryq1(

rqrtf!&t t

(3)

PEMENUHAN SYARAT HAL IHWAL KEGENTINGAN YANG MEMAKSA DALAM PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH

KONSTITUSI

(Noprizal, 0910111030, Fakultas Hukum Unand, 52 halaman)

ABSTRAK

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradilan dan hakim sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman merupakan

benteng terakhir tegaknya keadilan di Indonesia. Cabang kekuasaan kehakiman

ataujudiarymerupakan cabang yang diorganisasikan secara tersendiri.1Sehingga

kekuasaan kehakiman terkait erat independensi peradilan.2Independensi peradilan

dan independensi hakim merupakan unsur esensial dari Negara hukum atau

rechtsstaat(rule of law).3

Kepercayaan dan harapan masyarakat Indonesia terhadap independensi

peradilan dan hakim rontok ketika ditangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia (MKRI), Akil Mochtar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) beserta 4 (empat) orang tersangka lainnya pada tanggal 02 Oktober 2013

dalam kasus suap sengketa pilkada di MK.4 Penangkapan Pimpinan lembaga

Kehakiman ini sontak membuat kaget seluruh elemen masyarakat termasuk juga

Presiden Republik Indonesia (RI), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).5

Reaksi pun dilontarkan para kalangan aktivis agar kasus tangkap tangan

ketua MK ini diperiksa dengan transparan dan mendukung KPK agar

1

Jimly Asshiddiqie Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Pers,

Jakarta, 2010, hlm 310.

2Ibid,

hlm 311.

3

Lihat lebih lengkap pada pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 005/PUU-IV/2006.

4

Lihat lebih lengkap di www.voaindonesia.com,KPK Tangkap Ketua MK Terkait Suap,

dikunjungi 27/10/2013 pukul 00.24 WIB.

5

Lihat lebih lengkap di www.tempo.co, SBY Kaget Ketua MK Akil Mochtar Ditangkap

(5)

meyelesaikan kasus ini sampai tuntas. Kasus ini menambah daftar panjang pejabat

negara yang tersangkut tindak pidana korupsi. Akibat kasus korupsi ini lembaga

yang di gembor-gemborkan sebagai benteng keadilan dan penjaga konstitusi

(Guardian of Constitutions) mulai goyah dan menghilangkan kepercayaan publik.

Sebelum kasus tangkap tangan ini terjadi, pakar hukum tata Negara, Refly Harun

pernah mengungkapkan dugaan kasus suap di MK pada tahun 2010 silam.6

Namun tim investigasi yang diketuai oleh Refly kala itu tak bisa membuktikan

dugaan suap di MK dan Refly sempat berseteru dengan Ketua MK kala itu Moh.

Mahfud MD dan Hakim MK Akil Mochtar.

Akibat kasus ini, berbagai pihak mulai meragukan kredibilitas MK dalam

menangani perkara konstitusional juga termasuk perkara-perkara yang telah

diputus sebelumnya. Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla mengatakan bahwa

akibat tertangkap tangannya Ketua MK sudah dipastikan menurunkan kredibilitas

dan tingkat kepercayaan publik terhadap lembaga Negara dan partai politik

terlebih lagi yang melakukan korupsi adalah lembaga penegak hukum.7

Refly Harun berpendapat bahwa:

sejak beberapa tahun yang lalu meragukan integritas hakim MK. Alasannya karena hakim konstitusi dipilih melalui cara yang menurutnya tak memenuhi prinsip transparansi, objektivitas, akuntabel, dan partisipatif. Pemilihan hakim konstitusi juga melibatkan DPR, Mahkamah Agung, dan Presiden, hal ini menyebabkan pemilihan hakim

6

Tribun News, www.tribunnews.com, Refly Harun Akhirnya Dugaan Saya Dulu

Mengenai Akil Mochtar Terbukti, dikunjungi 28/10/2013 pukul 00.23 WIB.

7

Sindo News,www.sindonews.com, JK Sebut Tindakan Akil Turunkan Kredibilitas MK

(6)

konstitusi terlalu kental nuansa politisnya ketimbang profesionalitasnya.8

Menanggapi kasus ini, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono

mengadakan pertemuan dengan pimpinan lembaga Negara pada tanggal 5 Oktober

2013 di Istana Negara, Jakarta. Selain memberhentikan sementara Akil Mochtar

sebagai ketua MK, Presiden juga membuat lima langkah penyelamatan MK pasca

KPK menangkap Akil Mochtar terkait dugaan suap.9

Langkah penyelamatan ini oleh Presiden SBY sebagai solusi atas

banyaknya kritik dan protes masyarakat terhadap proses pengisian hakim

konstitusi dan pengawasan hakim konstitusi. Sebagaimana diketahui bahwa

pengisian hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga) orang oleh

Mahkamah Agung, 3 (tiga) orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan 3

(tiga) orang oleh Presiden .10 Proses pencalonan dan pemilihan pun dilaksanakan

secara transparan, partisipatif, obyektif dan akuntabel serta mekanismenya diatur

oleh masing-masing lembaga.11

Proses pengisian hakim konstitusi mulai dari pencalonan hingga pemilihan

hakim konstitusi hanya di DPR yang membuka ruang partisipasi publik dalam

bentuk fit and proper test.12 Sementara calon hakim konstitusi yang berasal dari

8

Tribun News,loc. cit.

9

Lebih lengkap di www.merdeka.com , 5 Agenda Penyelamatan MK Yang Diputuskan

SBY,dikunjungi 28/10/2013 pukul 00.28 WIB.

10

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lemabran Negara Republik Indonesia Nomor 4316.

11

Lihat Pasal 19, dan Pasal 20 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

12

Saldi Isra, Reformasi Hukum Tata Negara Pasca Amandemen UUD 1945, Andalas

(7)

MA dan Presiden tidak transparan dan partisipatif.13 Sehingga kualitas dan

integritas calon hakim konstitusi pun tidak teruji oleh publik.

Tidak hanya dalam hal proses pengisian hakim saja yang bermasalah. Dari

segi pengawasan, Mahkamah Konstitusi sama sekali tidak diawasi oleh

pengawasan eksternal. Hal ini dikarenakan akibat putusan MK Nomor

005/PUU-IV/2006 dimana Komisi Yudisial tidak mempunyai wewenang untuk mengawasi

Hakim Konstitusi. Praktis Mahkamah Konstitusi hanya diawasi oleh pengawasan

internal saja.

Latar belakang atau jejak rekam hakim konstitusi pun juga menjadi

sorotan tajam. Banyak pihak mengusulkan untuk menolak calon hakim konstitusi

yang memiliki latar belakang sebagai politisi aktif. Hal ini agar MK tetap

dipandang independen karena MK juga memeriksa dan mengadili perkara

sengketa Pilkada dan sengketa Pemilu dimana pesertanya adalah partai politik.

Adapun langkah-langkah yang disampaikan Presiden SBY pada

pertemuan pimpinan lembaga negara yaitu sebagai berikut:

1. Presiden berharap persidangan yang saat ini berlangsung di MK dijalankan dengan sangat hati-hati. Jangan sampai ada penyimpangan baru agar kepercayaan masyarakat tidak menurun.

2. Presiden dan pimpinan lembaga Negara berharap penegakan hukum oleh KPK dilaksanakan dengan cepat dan konklusif. Sehingga bisa membuktikan ada pihak lain di MK yang ikut terlibat dalam kasus suap. 3. Presiden akan menyiapkan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (Perppu) untuk diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai pengaturan persyaratan seleksi hakim konstitusi berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

(8)

4. Dalam peraturan perundangan yang diatur, Komisi Yudisial (KY) akan melakukan pengawasan terhadap MK.

5. Presiden berharap MK melakukan konsolidasi internal. Presiden berharap MK melakukan audit internal dan bahkan dipandang perlu dilakukan audit eksternal oleh lembaga Negara yang memiliki kewenangan untuk itu.14

Pada tanggal 17 Oktober 2013, Presiden SBY menandatangani Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2013 Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang

Mahkamah Konstitusi.15 Berdasarkan Pasal 22 UUD 1945, Presiden berhak

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dalam hal ihwal

kegentingan yang memaksa. Oleh karena itu, Presiden telah mendalilkan

terjadinya kegentingan di dalam Mahkamah Konstitusi sehingga Presiden

mengeluarkan Perppu Nomor 1 Tahun 2013 untuk mengatasi kegentingan

tersebut. Perppu tersebut menurut Djoko Suyanto memuat tiga hal penting, yakni

persyaratan Hakim Konstitusi, proses penjaringan dan pemilihan Hakim

Konstitusi, dan pengawasan Hakim Konstitusi.16

Walaupun Perppu merupakan hak prerogative Presiden yang dijamin

dalam Pasal 22 UUD 1945, pro dan kontra pun muncul sebelum dikeluarkannya

Perppu MK. Berbagai pihak menyatakan ini bentuk intervensi eksekutif terhadap

lembaga peradilan.

Sebagaimana dikatakan dalam Pasal 22 UUD 1945 bahwa Perppu

dikeluarkan dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa dan memerlukan

14

Republika, www.republika.co.id, Lima Langkah Penyelamatan MK, dikunjungi

28/10/2013 Pukul 00.19.

15

Setkab, www.setkab.go.id, Presiden Teken Perpu MK Hakim Konstitusi Diawasi

Majelis Kehormatan Secara Permanen ,dikunjungi 27/10/2013 pukul 00.20 WIB.

(9)

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada persidangan selanjutnya.17

Rumusan pokok atau materi muatan dalam Perppu adalah rumusan norma hukum

atau materi muatan yang sama dan setara undang-undang. Pasal 11

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-undang-

Perundang-undangan menyatakan bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang sama dengan materi Undang-Undang.

Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa Perppu itu secara materiil adalah

Undang-Undang, hanya bentuknya bukan Undang-Undang.18Dari segi bentuknya

Perppu itu adalah peraturan pemerintah, tetapi dari segi isinya perppu itu

sebenarnya adalah Undang-Undang yang karena alasan kegentingan yang

memaksa ditetapkan sendiri oleh Presiden tanpa lebih dahulu mendapat

persetujuan DPR.19 Bajunya Peraturan Pemerintah, tetapi isinya adalah

Undang-Undang, yaitu undang-undang dalam arti materiil atau “wet in materiele zin”.20

Pasca dikeluarkannya Perppu MK ini, gelombang kritik dan protes terus

disampaikan berbagai pihak. Hal yang paling disorot dalam Perppu MK ini adalah

mengenai hal ihwal kegentingan yang memaksa sebagai syarat formil

dikeluarkannya Perppu. Para advokat yang tergabung dalam Forum Pengacara

Konstitusi melayangkan gugatan pengujian Perppu Nomor 01 Tahun 2013 ke

17

Lihat Pasal 22 UUD 1945.

18

Jimly Asshiddiqie Asshiddiqie,Perihal Undang-Undang,Rajawali Pers, Jakarta, 2011,

hlm 60.

19Ibid,

hlm 24.

20Ibid

(10)

MK. Pihak penggugat menilai Perppu MK bertentangan dengan UUD 1945

karena dikeluarkan tidak dalam kondisi kegentingan yang memaksa.21

Syarat kondisi kegentingan yang memaksa menjadi syarat formil dalam

proses pembentukan Perppu. Oleh karena itu, syarat ini harus terpenuhi agar

produk hukum yang dikeluarkan betul-betul untuk mengatasi keadaan yang

genting dan bukan dalam agenda pencitraan politik. Menurut Robikin,

penangkapan Ketua MK nonaktif Akil Mochtar oleh KPK bukanlah sesuatu

kegentingan yang memaksa sehingga perppu tidak perlu dikeluarkan.22 Seperti

yang dikatakan Djoko Suyanto rumusan yang diatur didalam perppu MK hanya

mengatur mengenai mekanisme seleksi Hakim MK dan pengawasan Hakim MK,

yang notabene tidak menggambarkan kondisi kegentingan yang memaksa.

Contoh lain yang menganalogikan tidak terjadinya kegentingan yang

memaksa adalah MK tetap dapat melaksanakan sidang walau salah satu anggota

hakim MK ditangkap penyidik KPK. Kegentingan yang memaksa dapat terjadi

jika 3 (tiga) orang hakim MK ditangkap penyidik, dan MK tidak dapat melakukan

persidangan karena jumlah hakim tidak kuorum untuk melaksanakan persidangan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, maka

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

21

Kompas,www.kompas.com, Ini 3 Syarat Kondisi Genting Untuk Terbitkan Perppu,

dikunjungi 28/10/2013.

(11)

Bagaimanakah pemenuhan syarat hal ihwal kegentingan yang memaksa

dalam Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

untuk mengetahui bagaimanakah pemenuhan syarat hal ihwal kegentingan

yamg memaksa dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Penulis mengharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, dan bidang hukum tata

negara pada khususnya.

b. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa, dosen

maupun masyarakat luas dalam menambah wawasan dan

pengetahuan serta dapat dijadikan bahan perbandingan bagi

penelitian selanjutnya.

(12)

Memberikan kontribusi yang konkret berkenaan dengan perkembangan

ilmu perundang-undangan terutama tata cara pembentukan peraturan

perundang-undangan khususnya pembentukan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan

untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisisnya.23 Dalam menyusun proposal ini, dibutuhkan bahan atau data

yang konkrit, yang berasal dari bahan kepustakaan yang dilakukan dengan

metode-metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian hukum normatif (yuridis normatif)

yaitu penelitian yang bertujuan untuk meneliti asas-asas hukum,

sistematika hukum, sinkronisasi hukum, sejarah hukum dan

perbandingan hukum.24 Hal ini dikarenakan yang menjadi sumber

utama analisa dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 12

tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 jo. Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Perubahan

Kedua Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah

23

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2007, hlm 43.

24Ibid

(13)

Konstitusi, Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2012

Tentang Persidangan Mahkamah Konstitusi dan Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009.

Sifat dari penelitian ini antara lain adalah bersifat deskriptif dan

historis. Bersifat deskriptif bertujuan untuk menjelaskan alur dan

proses serta syarat ihwal yang memaksa dalam Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang serta bersifat historis yaitu untuk membuat

rekonstruksi secara sistematis dan obyektif dari kejadian atau peristiwa

masa lalu dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi,

serta mensintesiskan data untuk menegakkan fakta dengan kesimpulan

yang kuat (sahih).25 Sehingga penulis memerlukan observasi terhadap

antara lain dokumen resmi, catatan pribadi, surat-menyurat dan

dokumen peninggalan lainnya.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain pendekatan perundang-undangan, pendekatan sejarah, dan

pendekatan konseptual. Pendekatan perundang-undangan dilakukan

dengan cara menelaah produk perundang-undangan yang berkaitan

dengan penelitian yang akan diteliti. Pendekatan sejarah berusaha

untuk mengadakan identifikasi terhadap tahap-tahap perkembangan

25

Bambang Sunggono,Metodologi Penelitian Hukum(ed. 1, 12),Rajawali Pers, Jakarta,

(14)

hukum, yang dapat dipersempit ruang lingkupnya menjadi sejarah

peraturan perundang-undangan.26

Jadi dapat dilihat tahapan perkembangan hukum atau perkembangan

peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dan pendekatan

konseptual dilakukan dengan cara menelah pandangan-pandangan dan

doktrin-doktrin dalam ilmu hukum.

3. Sumber Data

Dalam penulisan ini, penulis memperoleh data dari penelitian

kepustakaan (library research).Data yang digunakan dalam penulisan

guna mengumpulkan bahan penelitian diambil dari data sekunder,

yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka (Penelitian Kepustakaan).

Data sekunder ini terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,

karena dikeluarkan oleh pemerintah dan berbentuk peraturan

perundang-undangan.27Bahan hukum primer ini terdiri dari :

1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; dan

2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 jo. Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013

Tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

26Ibid,

hlm 98.

27

(15)

3) Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 138/PUU-VI/2009.

4) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2012

Tentang Persidangan Mahkamah Konstitusi.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberi

penjelasan atau keterangan mengenai bahan hukum primer yang

berupa Rancangan Undang-Undang (RUU), Rancangan Peraturan

Pemerintah, buku-buku yang ditulis oleh para sarjana hukum,

literatur hasil penelitian yang telah dipublikasikan, jurnal-jurnal

hukum, artikel, makalah, situs internet, dan lain sebagainya.28

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

maupun bahan hukum sekunder.29 Bahan-bahan hukum

tertierantara lain:

1) Kamus Hukum

2) Kamus Bahasa Indonesia

3) Kamus Bahasa Inggris

4. Metode Pengumpulan Data

Data yang bermanfaat bagi penulisan ini diperoleh dengan

menggunakan:

a. Studi Kepustakaan

28Ibid

.

29Ibid

(16)

Studi kepustakaan atau bahan pustaka, yaitu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari

bahan-bahan kepustakaan atau data tertulis, terutama yang

berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, lalu

menganalisis isi data tersebut.

b. Studi Dokumen

Studi dokumen dilakukan dengan cara mempelajari dan

menganalisis bahan-bahan tertulis yang didapatkan dalam

bahan hukum primer seperti Undang-Undang Dasar,

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan sebagainya.

5. Pengolahan Data

Terhadap semua data dan bahan yang diperoleh dari hasil penelitian

diolah dengan cara :

a) editing, yaitu data yang diperoleh baik dari studi pustaka

maupun hasil wawancara akan diteliti dan diedit kembali

untuk memastikan catatan-catatan sudah cukup baik untuk

keperluan proses berikutnya.30

b) Coding, data yang telah di editing tersebut kemudian

dilakukan coding yaitu pemberian kode untuk

30

(17)

mengklasifikasikan berdasarkan sumbernya dan jawaban

responden.31

6. Analisis Data

Bahan hukum primer dan sekunder yang telah diperoleh akan

dianalisis kembali secara kualitatif, yaitu dengan memperlihatkan

fakta-fakta dan data hukum yang dianalisis dengan uraian kualitatif

untuk mengetahui bagaimana proses penetapan Perppu oleh Presiden,

serta deskriptif analisis, yaitu dari penelitian yang telah dilakukan nanti

diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh dan

sistematis tentang hai ihwal kegentingan yang memaksa dalam Perppu

Nomor 1 Tahun 2013. Setelah dianalisis, penulis akan menjadikan

hasil analisis tersebut menjadi suatu karya tulis berbentuk skripsi.

31Ibid,

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh tidak langsung budaya organisasi terhadap kinerja kepala sekolah melalui motivasi dapat dijelaskan dengan model teori dari model integratif perilaku

Dalam teks abstrak disajikan secara padat intisari skripsi yang mencakup latar belakang, masalah yang diteliti, tujuan, hipotesis (jika ada), jenis penelitian, responden,

Musikologi mencakup area penelitian yang luas yang tidak hanya mengkaji musik seni dan musik Eropa tapi juga semua musik folk dan non-Barat.(Béhague,.. 12 | Andre Indrawan :

Pada uji precision yang dilakukan pada bulan Mei, Juni dan Juli 2009, nilai tengah precision Scirus mendapat nilai tertinggi yaitu 0,078 merupakan peringkat pertama, Google

Petani padi sawah dengan sumber informasi yang beragam, pemanfaatan sumber informasi yang lebih sering, keterdedahan informasi dan konvergensi lebih tinggi, sudah

menaati segala peraturan disebuah perusahaan akan sangat ditentukan oleh puas atau tidak puasnya seorang karyawan yang kerja ini terkait dengan adanya pemenuhan

Perhitungan bahwa t hitung nilainya lebih besar daripada nilai t tabel kemudian nilai signifikansi yang terdapat dibawah 0,05 yang membuktikan bahwa memiliki pengaruh

ASPEK YANG DI OBSERVASI SANGAT BAIK BAIK KURANG BAIK TIDAK BAIK Antusias anggota kelompok √ Partisipasi anggota kelompok √ Aktivitas anggota kelompok √ Respon