UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS
CERITA PENDEK MELALUI TEKNIK PETA PEMIKIRAN
(THINKING MAPS)
(Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2
SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi sebagian
dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Rahayu Yulistia
NIM 0900117
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking
Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013)” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya
saya ini.
Bandung, Mei 2013
Rahayu Yulistia, 2013
Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking
Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA
Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013)
Rahayu Yulistia NIM 0900117
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2
SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013)” ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal di kelas X-2 SMA Langlangbuana yang menunjukkan bahwa keterampilan menulis kurang diminati oleh setiap siswa. Hal tersebut dibuktikan oleh siswa yang mengalami kesulitan ketika mengekspresikan pikirannya ke dalam sebuah tulisan. Sementara itu, dalam pembelajaran menyimak, berbicara, dan membaca siswa dengan mudah mengungkapkan kembali apa yang disimak dan dibaca. Begitu juga pembelajaran berbicara, siswa mampu mengungkapkan hal-hal menarik dari yang telah disimak atau dibacanya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu (1) bagaimana perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana?; (2) bagaimana pelaksanaan proses menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana?; (3) bagaimana hasil dari proses menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana?. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikan perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana; (2) mendeskripsikan pelaksanaan proses menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana; (3) mendeskripsikan hasil dari proses menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana.
Untuk mencapai tujuan tersebut digunakanlah pendekatan penelitian, berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan perilaku penelitinya, perilaku objek penelitian, dan kerangka kerja dalam menangani proses belajar mengajar sehingga adanya perubahan positif yang dilaksanakan dalam sebuah siklus. Salah satu cara yang dapat membantu siswa mengembangkan minat dalam menulis adalah variasi teknik, media, dan metode dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mencoba menerapkan suatu teknik, yaitu teknik peta pemikiran dalam menulis cerita pendek. Teknik peta pemikiran adalah suatu teknik yang dikembangkan dari pendekatan pembelajaran berbasis otak, yaitu metode thinking maps, metode
mind map, metode waking suggestion, metode talking stick, dan teknik snowballing trowing.
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN………. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Rumusan Masalah ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
1.5.1 Manfaat Teoretis ... 7
1.5.2 Manfaat Praktis ... 7
BAB 2 PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI TEKNIK
PETA PEMIKIRAN (THINKING MAPS) ... 10
2.1Kedudukan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek dalam KTSP....……. 10
2.2 Menulis ... 10
2.2.1 Pengertian Menulis ... 10
2.2.2 Keterampilan Menulis ... 11
2.2.3 Tujuan Menulis ……….. 12
2.2.4 Manfaat Menulis ……… 14
2.2.5 Fungsi Menulis ……….. 15
2.2.5.1 Fungsi Menulis Berdasarkan Kegunaan ……….. 16
2.2.5.2 Fungsi Menulis Berdasarkan Peranannya ……… 17
2.2.6 Upaya Mengatasi Kesulitan Menulis ………. 17
2.3 Keterampilan Menulis Cerita Pendek ... 18
2.3.1 Pengertian Cerita Pendek ………... 18
2.3.2 Ciri-ciri Cerita Pendek ……….………... 19
2.3.3 Tujuan Menulis Cerita Pendek ………... 20
2.3.4 Unsur-unsur yang Membentuk Cerita Pendek ………... 21
2.3.4.1 Tema ………. 21
2.3.4.2 Tokoh dan Penokohan ……….. 22
2.3.4.3 Alur dan Pengaluran ………. 22
2.3.4.4 Latar ……….. 23
xi
2.3.4.6 Gaya Bahasa ………. 25
2.3.4.7 Amanat ………. 26
2.4 Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps)………. 27
2.4.1 Pengertian Teknik Peta Pemikiran……….. 27
2.4.2 Langkah-langkah Peta Pemikiran………... 28
2.4.3 Tujuan Peta Pemikiran……… 28
2.4.4 Manfaat Peta Pemikiran ………. 29
2.4.5 Kelebihan dan Kekurangan Peta Pemikiran ....………. 29
2.5 Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Melalui Peta Pemikiran………... 29
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 34
3.1 Desain Penelitian ... 34
3.1.1 Tahapan Pra-PTK... 35
3.1.2 Tahapan Pelaksanaan PTK... 35
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37
3.2.1 Lokasi Penelitian ………...………….……... 37
3.2.2 Subjek Penelitian……… 37
3.3 Definisi Operasional………... 38
3.4 Prosedur Penelitian... 39
3.4.1 Studi Pendahuluan... 39
3.4.2 Perencanaan Tindakan... 40
3.4.4 Pengamatan Tindakan (observasi)... 44
3.4.5 Refleksi Tindakan……….. 44
3.5 Teknik Penelitian... 45
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data……… 47
3.5.3 Teknik Pengolahan Data……… 63
3.5.4 Instrumen Pengolahan Data………... 65
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 69
4.1 Hasil Studi Pendahuluan... 69
4.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 72
4.2.1 Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus I... 72
4.2.1.1 Perencanaan Tindakan Siklus I... 73
4.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 78
4.2.1.3 Analisis Data Siklus I... 83
4.2.1.4 Analisis Data Observasi dan Jurnal Siswa Siklus I... 90
4.2.1.5 Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……… 97
4.2.1.6 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I ……… 106
4.2.2 Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus II ………... 108
4.2.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus II………... 108
4.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...……… 113
xiii
4.2.2.4 Analisis Data Observasi dan Jurnal Siswa Siklus II ………… 125
4.2.2.5 Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……….. 131
4.2.2.6 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II………... 140
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 142
4.3.1 Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerita Pendek ……… 142
4.3.2 Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran Berdasarkan Hasil Jurnal Siswa ...……….. 148
4.3.3 Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran ………. 149
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 151
5.1 Kesimpulan ... 151
5.2 Saran ... 155
DAFTAR PUSTAKA . ... 156
RIWAYAT HIDUP
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang memegang peranan
sangat penting. Manusia mampu mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, dan
perasaannya kepada orang lain melalui bahasa. Oleh karena itu, setiap manusia
dituntut untuk terampil berbahasa, baik secara lisan, maupun tulisan.
Kosasih (2002: 21) mengungkapkan bahasa merupakan suatu alat untuk
berpikir dan belajar. Ungkapan tersebut, mengandung makna bahwa bahasa
memungkinkan kita dapat berpikir secara abstrak. Contohnya, kita dapat
memikirkan suatu objek meskipun objek tersebut tidak berada di dekat kita.
Keterampilan berbahasa memiliki keterkaitan dengan salah satu tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, yaitu siswa mampu berbahasa, baik
secara lisan, maupun tulisan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Ada empat aspek dalam keterampilan berbahasa, yaitu (1) menyimak, (2)
berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Menulis merupakan salah satu aspek
dari keempat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di sekolah.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan terhadap siswa pada hari
Rabu tanggal 8 Agustus 2012, keterampilan menulis merupakan keterampilan
yang kurang diminati oleh siswa kelas X di SMA Langlangbuana dibandingkan
tiga keterampilan bahasa lainnya. Pengamatan awal di SMA Langlangbuana,
khususnya siswa kelas X-2 lebih menyukai pembelajaran menyimak, berbicara,
dan membaca. Hal tersebut dapat dibuktikan pada saat pembelajaran menyimak
dan membaca, siswa mampu mengungkapkan kembali apa yang disimak dan
dibaca. Begitu juga pembelajaran berbicara, siswa mampu mengungkapkan
hal-hal menarik dari yang telah disimak atau dibacanya. Sementara dalam
2
Siswa kelas X-2 sering merasa kesulitan ketika harus mengekspresikan
pikirannya ke dalam sebuah tulisan. Mereka beranggapan bahwa menulis adalah
hal yang sangat sulit. Hasil karya berupa cerita pendek dari beberapa siswa yang
diambil sebagai sampel dan penguat data menunjukkan bahwa mereka kesulitan
menuangkan gagasan dan pikiran ke dalam sebuah tulisan, seperti kesulitan
merumuskan judul, menentukan tema, kurang dalam penguasaan diksi, dan
kurang tepat dalam ejaan. Kesulitan itulah yang mematahkan hasrat mereka untuk
menulis. Dengan demikian, guru bahasa Indonesia dituntut untuk memperbaiki
dan meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia salah satunya dalam
keterampilan menulis.
Guru harus mampu dan sanggup menjalankan perannya sebagai pengajar,
pendidik, pembimbing, fasilitator, evaluator, dan pembina ilmu. Salah satu segi
pembinaan kemampuan guru, yaitu menguasai metodologi dan media pendidikan
untuk kepentingan anak didiknya sehingga mereka berkembang secara optimal
sesuai dengan tujuan pendidikan. Peran penting guru adalah secara sadar dan
terencana mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa aktif
mengembangkan potensinya sendiri melalui proses pembelajaran (Dananjaya,
2010: 35).
Sementara itu, hasil wawancara dengan Lia Yuliana, S.Pd. guru bahasa
Indonesia di SMA Langlangbuana pada hari Jumat tanggal 10 Agustus 2012,
sama persis dengan hasil observasi awal, yaitu siswa lebih antusias ketika
ditugaskan membaca dan mengapresiasi cerita pendek. Dengan demikian, perlu
adanya sebuah teknik yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam pembelajaran menulis, khususnya dalam pembelajaran menulis cerita
pendek. Cerita pendek merupakan bagian dari pembelajaran sastra dan
pembelajaran sastra dikatakan berhasil jika dapat memberikan sumbangan yang
maksimal bagi pendidikan secara utuh.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, penelitian yang berkaitan dengan
pembelajaran menulis cerita pendek pernah dilakukan oleh Cristine (2009) dalam
skripsinya yang berjudul “Keefektifan Media VCD Pementasan Drama dalam
Ajaran 2008/2009”. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa penggunaan media pementasan drama bertujuan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam menulis
cerita pendek. Media ini ditampilkan secara audio visual. Penggunan media ini
efektif dan optimal dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Hal tersebut
terlihat dari hasil cerita pendek karya siswa mengalami peningkatan dan
pembelajaran di kelas semakain baik dari sebelumnya.
Penelitian berikutnya dilaksanakan oleh Febianti (2010) juga cukup
berhasil dengan judul skripsi “Penggunaan Strategi TOK (Tiru, Olah,
Kembangkan) dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Sebagai Upaya
Meningkatkan Keterampilan Menulis di Kelas X SMAN 11 Bandung Tahun
Ajaran 2009/2010)”. Penelitian ini berhasil meningkatkan kemampuan menulis
cerita pendek melalui tiga tahap, yaitu meniru sebuah model dengan mengganti
dua unsur (tema dan latar), tahap olah yaitu mengolah unsur tema, alur, dan latar.
Tahap mengembangkan tema baru mengganti tokoh baru dan mengembangkan
peristiwa baru serta unsur-unsur cerita pendek lainnya.
Berdasarkan hasil observasi awal, yaitu wawancara dan penyebaran angket
terhadap guru bahasa Indonesia dan siswa kelas X SMA Langlangbuana, serta
melihat hasil penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan
pembaharuan dalam penelitian yang serupa. Pembaharuan yang dimaksud adalah
penggunaan suatu teknik yang belum pernah digunakan sebelumnya, yaitu teknik
peta pemikiran untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menuangkan gagasan dan
pikiran ke dalam sebuah tulisan seperti kesulitan merumuskan judul, menentukan
tema, kurang dalam penguasaan diksi, dan kurang tepat dalam ejaan. Hal tersebut,
berlandaskan pada kegiatan menulis cerita pendek yang menantang peneliti untuk
memanfaatkan teknik yang belum digunakan dalam penelitian sebelumnya, yaitu
pemanfaatan teknik peta pemikiran atau yang lebih dikenal dengan thinking maps
dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Pemanfaatan teknik tersebut bertujuan
untuk mengarahkan energi mental dan emosional, serta menciptakan suasana
belajar yang menggairahkan dan penuh makna.
Mengacu pada standar proses pembelajaran, pembelajaran harus
4
menantang, dan memberi kebebasan untuk tumbuh-kembangnya prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian. Hal tersebut merupakan sebuah aktivitas yang
menggambarkan dominasi pembelajaran (Dananjaya, 2010: 35). Pada dasarnya,
teknik pembelajaran yang bersangkutan dengan pemikiran dapat menggambarkan
apa yang disebut dengan berpikir (thinking), yaitu suatu proses yang digunakan
agar berfungsi pada representasinya. Representasi dari proses tersebut adalah
mengembangkan konsep, memecahkan masalah, menyimpulkan, dan
mengantisipasi apa yang terjadi. Hal tersebut merupakan bagian dari karakteristik
berpikir. Adapun aspek lain dari berpikir adalah pemelajaran, memori, kreativitas,
komunikasi, logika, dan penyederhanaan (Sousa, 2012: 291).
Lewin (dalam Sousa, 2012: 291) mengatakan bahwa anak-anak terlalu
sering diberi jawaban untuk dihafalkan, bukan diberi berbagai masalah untuk
dipecahkan. Dengan demikian, dalam penggunaan teknik peta pemikiran, guru
tidak perlu mengajarkan bagaimana otak berpikir, melainkan guru dapat
membantu siswa menyusun konten pemelajaran untuk mendorong timbulnya
proses berpikir yang lebih kompleks. Peta pemikiran didasarkan pada delapan
alam raya kognitif atau proses pemikiran yang digunakan otak setiap hari:
mengurutkan, klasifikasi hierarkis, bagian keseluruhan, sebab-akibat,
membandingkan dan membedakan, menggambarkan, analogi, dan menjelaskan
dalam konteks (Hyerle dan Alper, 2012: 18).
Teknik peta pemikiran memiliki kecocokan dengan kegiatan menulis
cerita pendek. Hal tersebut berlandaskan pada kegiatan menulis cerita pendek
yang memerlukan delapan alam raya kognitif untuk membangun unsur-unsur yang
terdapat di dalamnya. Unsur-unsur tersebut adalah alur (pengenalan situasi cerita,
pengungkapan peristiwa, menuju pada adanya konflik, puncak konflik, dan
penyelesaian), penokohan (Teknik analitik atau penggambaran langsung,
penggambaran fisik dan prilaku tokoh, penggambaran lingkungan kehidupan
tokoh, penggambaran tata kebahasaan tokoh, dan pengungkapan jalan pikiran
tokoh), latar (latar tempat dan latar waktu), tema (melalui alur cerita, melalui
tokoh cerita, dan melalui perkataan yang dipergunakan pengarang), dan amanat
Dengan menggunakan teknik peta pemikiran, terlebih dahulu siswa
diarahkan kepada manfaat, keuntungan, dan kegunaan keterampilan menulis di
masa yang akan datang. Inti dari kegiatan awal ini adalah menstimulus siswa
untuk senang menulis cerita pendek. Pada pelaksanaannya, teknik peta pemikiran
dikombinasikan dengan media berupa peta gambar. Penggunaan media ini sebagai
upaya untuk menstimulus inspirasi siswa dalam menulis cerita pendek.
Penggunaan teknik peta pemikiran mengajarkan siswa untuk
menggunakan proses imajinasi yang menghubungkan suatu benda visual dengan
otak sehingga menghasilkan sebuah karya berupa tulisan. Otak mengingat apa
yang telah dilihat karena manusia secara intrinsik adalah makhluk visual. Mata
mengandung hampir 70% dari penerima rangsang tubuh dan mengirimkan jutaan
sinyal setiap detik melalui saraf optis ke pusat pengolahan visual di otak. Tidak
mengherankan jika komponen visual dari memori sangat kuat. Hal berikut, dapat
dibuktikan ketika guru menggunakan alat bantu visual untuk menampilkan sebuah
konsep, siswa dapat lebih lama mengingat konsep tersebut (Hyerle dan Alper,
2012: xiii). Benda visual berupa gambar tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu
belajar yang kuat, melainkan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan fakta di atas, peneliti akan
melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian
Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran
2012/2013)”.
Penelitian ini mencoba untuk menerapkan teknik peta pemikiran dalam
pembelajaran menulis cerita pendek. Dengan mensugestikan bahwa pembelajaran
menulis merupakan kegiatan yang mudah dan menyenangkan. Selama ini teknik
yang digunakan guru bahasa Indonesia di SMA Langlangbuana adalah pemberian
contoh cerita pendek, kemudian siswa ditugaskan untuk menulis cerita pendek
sesuai contoh yang diberikan. Kendala dari pemberian contoh tersebut, yaitu
siswa tidak sepenuhnya memahami bagaimana penulisan cerita pendek dan hanya
terfokus pada contoh sehingga kegiatan berpikirnya tidak berkembang. Melalui
6
siswa diharapkan dapat mengerti dan memahami secara baik bahwa teknik ini
sangat bermanfaat bagi perkembangan imajinasinya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dipaparkan,
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Produk tulisan yang dibuat siswa masih kurang memuaskan.
b. Teknik, media, dan metode pembelajaran yang efektif dan menarik belum
digunakan guru pada umumnya.
c. Kualitas guru dalam menerapkan teknik pembelajaran yang dapat menarik
minat siswa dalam keterampilan menulis masih belum maksimal.
d. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling kompleks. Oleh
sebab itu, menulis membutuhkan latihan yang aktif dan kreatif.
e. Pengunaan teknik yang efektif dan tepat dapat meningkatkan pembelajaran
menulis cerita pendek.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik
peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana?
b. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran menulis cerita pendek melalui
teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana?
c. Bagaimana hasil dari proses pembelajaran menulis cerita pendek melalui
teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) mendeskripsikan perencanaan hasil pembelajaran menulis cerita pendek
b) mendeskripsikan pelaksanaan hasil pembelajaran menulis cerita pendek
melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana;
c) mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta
pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana.
1.5 Manfaat Penelitian
Jika penelitian yang dikemukakan di atas dapat tercapai, penelitian ini
akan memberikan manfaat sebagai berikut.
1.5.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini akan memperkuat dan mendukung teori yang terkait dengan
keefektifan teknik dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Penguatan dan
dukungan terhadap teori tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan
penelitian lanjutan dan penelitian di bidang lainnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru,
siswa, peneliti, dan pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun uraiannya, sebagai
berikut:
a) bagi guru, adanya penelitian ini dapat mengetahui teknik yang tepat dalam
mengajarkan penulisan cerita pendek kepada siswa. Teknik ini dapat
membantu guru dalam memberikan motivasi melalui rangsangan pikiran dan
menimbulkan rasa ketertarikan kepada siswa;
b) bagi siswa, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang selama ini
kesulitan menuangkan idenya dalam menulis cerita pendek. Keberhasilan
teknik ini diharapkan siswa akan semakin termotivasi untuk menghasilkan
tulisan-tulisan lain berupa cerita pendek yang lebih banyak secara kuantitas
dan lebih baik secara kualitas sehingga dapat menghantarkan siswa yang
bercita-cita menjadi penulis cerita pendek, menjadi cerpenis andal;
c) bagi peneliti, dapat mengetahui keefektifan sebuah teknik dalam pembelajaran
8
d) bagi pengajaran bahasa Indonesia, melalui penelitian ini pengajaran bahasa
dan sastra Indonesia akan menjadi lebih kaya dengan teknik-teknik baru,
sehingga terjadi pembaharuan bagi teknik-teknik yang sudah ada.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam suatu penelitian memiliki fungsi untuk
memberikan gambaran mengenai langkah-langkahnya. Adapun sistematika
penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. BAB 1 Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan ini, akan dibahas mengenai latar belakang,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian yang
berhubungan dengan judul penelitian, yaitu “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps)
(Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran
2012/2013)”.
b. BAB 2 Kerangka Teori
Kerangka teori memiliki fungsi sebagai dasar teoretis yang mendukung
terhadap permasalahan yang dibahas dalam suatu penelitian, berupa
konsep-konsep/teori-teori/dalil-dalil/hukum-hukum/model-model/rumus-rumus utama dan
turunannya dalam bidang yang dikaji, serta penelitian terdahulu yang relevan
dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur, subjek, dan temuannya. Pada
penelitian ini, kerangka teori yang dibahas meliputi seluk-beluk menulis,
keterampilan menulis cerita pendek, teknik peta pemikiran, dan pembelajaran
menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran.
c. BAB 3 Metodologi Penelitian
Bagian ini berisi penjabaran rinci mengenai metodologi penelitian,
penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan analisis data.
d. BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal utama, yakni: a)
pengolahan atau analisiss data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan
masalah penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian; b) pembahasan atau
analisis temuan. Pada penelitian ini, dibahas dan dianalisis beberapa hasil yang
ditemukan mengenai peningkatan kemampuan menulis cerita pendek melalui
teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana dengan
pendekatan penelitian tindakan kelas.
e. BAB 5 Kesimpulan dan Saran
Bagian ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil
analisis temuan penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini ditulis berdasarkan hasil
dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas X-2 SMA
Langlangbuana dalam pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta
pemikiran. Saran atau rekomendasi disusun untuk pihak-pihak yang terkait
dengan hasil penelitian yang telah didapatkan. Pada penelitian ini, saran ditulis
untuk guru sebagai pendidik yang harus mampu mewujudkan pembelajaran aktif
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Sebagai solusi dari masalah yang diangkat dalam penelitian ini, peneliti
menentukan dan merancang penelitian dengan desain Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Pada penenelitian ini PTK dijadikan sebagai alat untuk memonitor
peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Bagi
guru, PTK merupakan salah satu cara yang strategis untuk memperbaiki layanan
kependidikan yang diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan
peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat
dilakukan, mengingat tujuan PTK yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan
praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Pernyataan tersebut,
diperkuat oleh Arikunto (2009: 3) yang menyatakan bahwa PTK merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Adapun beberapa alasan peneliti menggunakan PTK, hal pertama adalah
karena PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap
terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Kedua, PTK dapat meningkatkan
kinerja guru sehingga menjadi profesional dalam proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM). Ketiga, dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru mampu
memperbaiki proses pembelajaran dengan suatu kajian yang dalam terhadap
permasalahan di kelasnya. Keempat, pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas
pokok seorang pengajar, karena tidak perlu meninggalkan kelas pada saat KBM
berlangsung. Kelima, dengan adanya pelaksanaan PTK, seorang pengajar menjadi
lebih kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai
implementasi dan adaptasi dari berbagai teori dan teknik pembelajaran, serta
bahan ajar yang dipakainya. Penelitian ini dihentikan jika ada peningkatan
terhadap kemampuan siswa atau kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dalam
PTK dilakasanakan karena adanya suatu kajian terhadap masalah secara
sistematis. Hasil dari kajian tersebut dijadikan sebagai landasan dasar untuk
mengatasi masalah yang ada. Pada proses pelaksanaan rencana yang telah
disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang hasilnya dipakai
sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap
pelaksanaan.
Tahapan-tahapan pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
3.1.1 Tahapan Pra-PTK
Tahapan pra-PTK meliputi tiga tahap, yaitu identifikasi masalah, analisis
masalah, dan rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi masalah merupakan bukti adanya faktor utama yang menyebabkan
terjadinya masalah.
b. Analisis masalah merupakan pemecahan suatu masalah yang dimulai dengan
dugaan akan kebenarannya.
c. Rumusan masalah merupakan masalah yang dirumuskan untuk dikaji dalam
suatu penelitian.
3.1.2 Tahapan Pelaksanaan PTK
Tahapan pelaksanaan PTK meliputi empat tahap, keempat tahap tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan (planning), tahapan ini disusun berdasarkan hasil studi
pendahuluan. Pada tahap perencanaan ini, peneliti memutuskan apa yang akan
menjadi fokus pembelajaran, teknik, dan evaluasi yang akan digunakan.
b. Pelaksanaan (acting), yaitu tahap berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
dimana tahap ini sudah dipersiapkan pada tahap perencanaan.
c. Pengamatan (observing), yaitu selama proses pembelajaran berlangsung, guru
dan para observer diberikan format observasi untuk mencatat pengamatannya
mengenai proses pembelajaran. Hasil dari catatan lapangan dan observasi
tersebut akan menjadi bahan diskusi untuk melaksanakan siklus berikutnya,
jika hasil dari siklus pertama tidak menunjukkan adanya peningkatan atau
36
d. Refleksi (reflecting), yaitu peneliti melakukan identifikasi untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus berikutnya jika hasil dari siklus pertama tidak
menunjukkan adanya perubahan. Tahapan refleksi menjadi acuan untuk tahap
perencanaan pada siklus berikutnya dan seterusnya sampai hasil yang
diharapkan peneliti tercapai. Berikut ini adalah bagan PTK yang terbagi ke
dalam dua siklus.
3.1
Bagan Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan dua hal penting dalam
penelitian, yaitu lokasi dan subjek penelitian. uraiannya sebagai berikut.
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Langlangbuana yang berlokasi di Jalan
Dr. Sahardjo, SH No. AA4 Sukamiskin Bandung.
3.2.2 Subjek Penelitian
Penelitian ini menitikberatkan kepada penerapan teknik peta pemikiran
dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas X-2 semester 2 SMA Langlangbuana tahun ajaran 2012/2013. Alasan
peneliti memilih siswa kelas X-2 semester 2 SMA Langlangbuana karena pada
saat melakukan observasi awal, didapatkan sebuah data yang menunjukkan bahwa
kelas X-2 bermasalah dalam pembelajaran menulis khususnya dalam kegiatan
menulis jenis sastra.
Peneliti melaksanakan penelitian di SMA Langlangbuana kepada kelas
X-2 semester X-2 tahun ajaran X-201X-2/X-2013 yang berjumlah 40 siswa sebagai subjek
penelitian. Siswa-siswa tersebut merupakan siswa yang hadir dalam setiap
pertemuan dan mengikuti kegiatan belajar mengajar secara penuh. Para siswa
kelas X-2 dipilih menjadi subjek penelitian berlandaskan pada wawancara yang
peneliti lakukan dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas tersebut, yaitu
Lia Yuliana, S. Pd., kelas X-2 tersebut memiliki semangat dan motivasi yang
cukup bagus, serta antusiasme yang begitu tinggi terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia. Namun dalam kegiatan menulis, siswa kelas X-2 masih belum
memuaskan, khususnya dalam kegiatan menulis cerita pendek. Kendalanya,
38
sebuah tulisan seperti merumuskan judul, menentukan tema, memilih diksi yang
tepat, dan penggunaan EYD.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2, dengan pertimbangan
pembelajaran menulis cerita pendek terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada jenjang SMA kelas X semester 2. Adapun yang
dijadikan acuan peneliti dalam penelitian ini adalah standar kompetensi menulis,
yakni mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen
pada kelas X semester 2 dengan kompetensi dasar, menulis karangan berdasarkan
kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar) dan menulis
karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa,
latar). Dengan demikian, penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan
kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek dengan menerapkan
teknik peta pemikiran.
3.3 Definisi Opresional
Definisi operasional yang berlaku dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a. Kemampuan menulis cerita pendek adalah suatu kegiatan yang melibatkan
pikiran analitis dan kreatif siswa ketika mereka mampu memilah kata,
menuangkan gagasan dan pikiran ke dalam sebuah tulisan, merumuskan judul,
menentukan tema, menguasai diksi, dan tepat dalam ejaan. Selain itu, mereka
juga memahami bahwa cerita pendek merupakan suatu kesatuan bentuk yang
betul-betul utuh dan lengkap. Keutuhan dan kelengkapan sebuah cerita pendek
dapat dilihat dari segi unsur yang membentuknya. Unsur-unsur tersebut adalah
peristiwa cerita (alur dan plot), tokoh cerita (karakter), tema cerita, suasana
cerita (mood dan atmosfir cerita), latar cerita (Setting), sudut pandang
penceritaan (point of view), dan gaya (style) pengarangnya. Adanya tuntutan
hemat dalam penulisan cerita pendek, biasanya pengarang hanya
meniadakan unsur-unsur yang lain, melainkan pengarang hanya memusatkan
(fokus) pada satu unsur yang mendominasi cerpennya.
b. Teknik peta pemikiran dalam praktiknya digunakan guru untuk memfasilitasi,
meningkatkan, dan mempercepat kemampuan siswa untuk menulis dengan
lancar dari tingkat pertama hingga pendidikan tinggi. Intinya, peta pemikiran
adalah kertas untuk pemetaan mental yang masuk ke otak dan melalui benak
pikiran. Dengan demikian, peta pemikiran dapat dijadikan sebagai alat
perangsang pikiran bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek
secara efektif.
c. Penelitian tindakan kelas merupakan alat untuk memonitor perkembangan
kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek dengan
menggunakan teknik peta pemikiran. Tujuan utama penelitian tindakan kelas
adalah upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan apresiasi siswa terhadap
pembelajaran menulis cerita pendek serta hasil proses belajar mengajar.
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajran menulis cerita pendek.
proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sehingga ada
peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek. Prosedur penelitian
dimuali dari, (a) studi pendahuluan (observasi awal), (b) perencanaan tindakan, (c)
pelaksanaan tindakan, (d) pengamatan tindakan (observasi), dan (e) refleksi
tindakan.
3.4.1 Studi Pendahuluan
Langkah pertama yang dilakukan peneliti untuk menemukan masalah
seputar pembelajaran menulis adalah dengan melaksanakan studi pendahuluan.
Studi pendahuluan merupakan pengamatan langsung terhadap proses kegiatan
belajar mengajar di kelas untuk merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan
pokok yang terjadi di kelas sebagai landasan untuk menyusun hipotesis
40
penyebaran angket untuk memperoleh gambaran umum permasalahan yang terjadi
di kelas.
Berdasarkan hasil angket yang telah disebar pada siswa kelas X-2,
wawancara dengan beberapa siswa kelas X-2, yaitu Anita Kesuma, Rahman Ilyas,
dan Rina Rahmawati, serta wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru
bahasa Indonesia kelas X dan XI, yaitu Lia Yuliana, S. Pd., dapat disimpulkan
bahwa masih banyak siswa yang kurang termotivasi untuk menulis cerita pendek,
khususnya kelas X-2. Kelas tersebut dianggap kurang baik dalam pembelajaran
menulis cerita pendek. hal itu dapat dilihat dari nilai hasil tugas menulis cerita
pendek yang pernah dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan dan hasilnya
menunjukkan terdapat 85% siswa mendapatkan nilai di bawah nilai standar
kelulusan (KKM) yaitu 75. Melalui wawancara tersebut, peneliti bertujuan untuk
mencari informasi mengenai karakteristik siswa kelas X-2 dan mengetahui
pembelajaran menulis cerita pendek di kelas X yang biasa dilaksanakan oleh guru
yang bersangkutan. Sementara itu, di samping melakukan wawancara dengan guru
bidang studi tersebut, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa
dan menyebarkan angket mengenai seputar menulis cerita pendek.
Setelah studi pendahuluan dilaksanakan, peneliti dapat mengamati teknik
pembelajaran yang digunakan guru kelas bersangkutan dan dapat mengidentifikasi
faktor pendukung dan penghambat yang dialami guru dalam pembelajaran bahasa
Indonesia sebelumnya. Melalui studi pendahuluan, peneliti dapat mengetahui
permasalahan dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Pada umumnya, siswa
kurang mengerti dan memahami bagaimana cara menuangkan ide yang sudah ada
dalam pikiran ke dalam sebuah cerita pendek. berdasarkan hal tersebut, peneliti
menerapkan teknik peta pemikiran dalam pembelajaran menulis cerita pendek
dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.
3.4.2 Perencanaan Tindakan
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari studi pendahuluan yang telah
untuk menyusun rencana pembelajaran pada sebuah siklus. Pada tahap ini peneliti
merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran
bahasa Indonesia, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis cerita pendek dan menyusun rencana tindakan perbaikan pembelajaran
menulis cerita pendek dengan teknik peta pemikiran yang difokuskan pada upaya
peningkatan kemampuan menulis cerita pendek.
Ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan dalam perencanaan
tindakan agar penelitian berjalan secra sistematis, terencana, dan terstuktur.
Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut (Sudrajat, 2010: 50-53).
a. Mengidentifikasi dan menentukan alternatif pemecahan masalah
Pada kegiatan ini, peneliti merumuskan masalah secara jelas, baik dengan
kalimat pertanyaan, maupun kalimat pernyataan. Masalah yang dilaksanakan
dalam masalah perencanaan siklus I didapatkan dari pengamatan peneliti pada
tahap studi pendahuluan, sedangkan untuk siklus-siklus berikutnya peneliti
mengidentifikasi masalah yang dialami pada siklus sebelumnya atau siklus I. Pada
kegiatan ini pula, peneliti merencanakan berbagai alternatif pemecahan masalah,
kemudian memilih tindakan yang sekiranya dapat memberikan hasil terbaik.
b. Menentukan waktu penelitian
Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu
kegiatan belajar mengajar. Pada PTK, tidak ada peraturan khusus yang
menentukan waktu pelaksanaan. Waktu pelaksanaan penelitian bersifat relatif.
Rentang waktu untuk siklus bergantung pada materi yang dilaksanakan dengan
cara tertentu. Namun alangkah baiknya, jika penelitian ini dilaksanakan tidak
kurang dari dua siklus. Meskipun demikian, bukan berarti PTK harus
menghabiskan banyak waktu. Oleh karena itu, PTK harus dirancang dan
dipersiapkan secara rinci dan matang. Setelah mendapatkan izin dari kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah yang bersangkutan, peneliti menentukan waktu
penelitian yang disesuaikan dengan program semester yang dimiliki sekolah.
c. Menentukan pokok bahasan atau materi pembelajaran
Pada kegiatan ini, pokok bahasan yang akan dipelajari siswa dipersiapkan
42
relevan dengan masalah yang telah dirumuskan, baik teori bidang studi, maupun
teori pembelajaran bidang studi. Materi pokok yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah materi mengenai pembelajaran menulis cerita pendek,
sedangkan teori pembelajaran bidang studi yang ditentukan peneliti mengacu pada
penerapan teknik peta pemikiran.
d. Mengembangkan skenario pembelajaran
Pada tahap ini, peneliti harus merinci skenario pembelajaran, berupa
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan guru (peneliti) dan
bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam rangka implementasi
tindakan perbaikan yang telah direncanakan. Tindakan-tindakan yang dirancang,
sebaiknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang tidak terduga sehingga
dapat menimbulkan risiko yang akan muncul. Skenario yang disusun merupakan
wujud nyata dari aplikasi teknik peta pemikiran yang meliputi tujuh tahap.
Skenario pembelajaran tersebut dituangkan secara rinci di dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
e. Menentukan sumber pembelajaran
Sumber pembelajaran dapat berupa buku acuan atau handout yang dapat
membantu siswa dalam mendapatkan materi pembelajaran. Sumber pembelajaran
ini disesuaikan dengan esensi pokok bahasan yang telah ditentukan sebelumnya.
f. Menentukan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana pendukung
pembelajaran yang dapat membantu keefektifan pembelajaran di kelas. Pada
kegiatan ini, peneliti menentukan media pembelajaran yang relevan dengan pokok
bahasan dan menyesuaikan fasilitas yang dimiliki sekolah.
g. Menyusun alat evaluasi
Alat evaluasi merupakan salah satu instrumen pengumpulan data yang
dapat digunakan untuk menetapkan indikator ketercapaian pembelajaran. Melalui
alat evaluasi, peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Alat evaluasi yang peneliti gunakan disusun secara sistematis dan
indikator yang terstruktur sehingga tingkat kemampuan menulis cerita pendek
h. Mengembangkan format observasi aktivitas guru
Format observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat kondisi belajar
mengajar di kelas ketika peneliti mengaplikasikan teknik peta pemikiran. Format
observasi inilah yang akan digunakan observer dalam tahap pengamatan tindakan
(observasi).
i. Menentukan observer
Setelah peneliti mengembangkan format observasi, peneliti menentukan
observer yang akan mengamati peneliti dalam melaksanakan tindakan. Dalam
penelitian ini, rekan yang menjadi observer adalah guru tetap bahasa Indonesia (di
kelas yang bersangkutan) dan kepala sekolah SMA Langlangbuana.
3.4.3 Pelaksanaan Tindakan
Tahap berikutnya adalah melaksanakan pembelajaran menulis cerita
pendek sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan. Peran peneliti dalam
tahap ini adalah melaksanakan tindakan yang telah direncanakan. Namun,
pelaksanaan tindakan tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat
dinamika proses pembelajaran di kelas, guru memerlukan penyesuaian. Adapun
pelaksanaan tindakan (setiap siklus), peneliti mengaplikasikan enam tahapan
teknik peta pemikiran.
Pelaksanaan tindakan dari penelitian ini, terdiri dari tiga siklus. Pada
kegiatan pembelajaran siklus pertama, peneliti mengulas materi mengenai
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik cerita pendek serta pemahaman tentang tahapan
menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik peta pemikiran. Selanjutnya
pada siklus kedua, dapat diketahui kelemahan-kelemahan maupun masalah yang
dihadapi para siswa dalam siklus pertama untuk dilakukan tindakan perbaikan.
Demikian pula pada siklus ketiga, kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
siklus kedua, diperbaiki sehingga terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam
44
3.4.4 Pengamatan Tindakan (observasi)
Tahap observasi berjalan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada
tahap ini, dilakukan observasi yang bertujuan untuk memantau seluruh aktivitas
guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Metode observasi yang
digunakan adalah observasi terstruktur atau observasi yang ditandai dengan
perekam data yang sederhana, tetapi dengan format yang lebih rinci. Kegiatan
observasi ini, diharapkan dapat memantau hal-hal yang telah direncanakan dengan
proses pelaksanaannya sehingga jika terjadi hambatan maupun hal-hal teknis yang
mengganggu pembelajaran, dapat segera diantisipasi. Manfaat observasi ini
adalah agar tujuan tindakan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Observasi
merupakan kegiatan yang cukup berpengaruh terhadap penentuan tindakan pada
siklus berikutnya. Pada pelaksanaan observasi terhadap guru tersebut, peneliti
bekerja sama dengan kolega sebagai pengamat atau observer. Melalui pengamatan
tindakan (observasi), para observer memerhatikan secara cermat pelaksanaan
skenario tindakan dari waktu ke waktu, serta dampaknya terhadap proses dan hasil
belajar siswa.
3.4.5 Refleksi Tindakan
Refleksi bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan. Berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya. Pada tahap ini, peneliti melakukan
evaluasi diri terhadap tindakan yang dilakukan. Peneliti menganilis data-data yang
diperoleh dari hasil observasi, kemudian melakukan refleksi untuk menemukan
hal-hal yang perlu diperbaiki sehingga diketahui tingkat keefektivan pembelajaran
yang telah dilakukan. Refleksi dapat bersumber dari hasil observasi aktivitas guru
dan hasil evaluasi siswa dalam menulis cerita pendek. Hasil dari refleksi dapat
berguna untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat menjadi panduan bagi peneliti untuk melakukan
kegiatan refleksi, Syariffah (2006: 62).
a. Bagimana situasi yang terjadi antara perencanaan dengan pelaksanaan
b. Bagaimana presepsi peneliti dan siswa terhadap tindakan yang dilakukan?
c. Bagaimana efek dari tindakan yang telah dilakukan?
d. Kendala apa yang dihadapi peneliti dan siswa?
e. Apakah siswa mengalami peningkatan kemampuan menulis?
f. Adakah perubahan lebih lanjut yang diperlukan?
g. Alternatif tindakan mana yang dipandang lebih tepat?
Menurut Muslich (2009: 93), manfaat refleksi bagi peneliti adalah sebagai
berikut:
a) peneliti dapat memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata
dalam tindakan strategis, dengan mempertimbangkan ragam prespektif yang
mungkin ada dalam situasi pembelajaran kelas;
b)peneliti dapat memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas.
3.5 Teknik Penelitian
Ada dua teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik
pengumpulan data dan pengolahan data.
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data, yaitu melakukan tes, observasi berupa wawancara, penyebaran angket, dan
observasi tindakan. Seluruh data, peneliti dapatkan selama proses penelitian
berlansung. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
a. Tes
Teknik tes dilaksanakan pada setiap setiap siklus. Teknik ini digunakan untuk
mengukur kemampuan dasar atau prestasi siswa. Bentuk tes yang diberikan
kepada siswa berupa uraian bebas. Data yang diperoleh dari hasil siswa di setiap
siklus menjadi bahan untuk memperoleh hasil tindakan.
b. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia,
yaitu Lia Yuliana, S. Pd. dan tiga orang siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana,
46
untuk mengetahui gambaran umum mengenai proses pembelajaran menulis cerita
pendek yang selama ini dilaksanakan.
c. Penyebaran angket
Untuk mendapatkan data mengenai pengalaman responden dalam
pembelajaran menulis cerita pendek, diadakan penyebaran lembar angket. Angket
merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang diisi oleh siswa, guna untuk
memberikan informasi selengkap-lengkapnya sehingga dapat dijadikan data yang
akurat dalam penelitian. pertanyaan-pertanyaan angket berkaitan dengan minat
menulis cerita pendek dan proses pembelajaran menulis cerita pendek yang
selama ini dilaksanakan.
Angket yang disebarkan dalam penelitian ini adalah angket berstruktur, yaitu
80% diberikan pilihan jawabannya dan 20% diminta pendapat pribadinya seputar
pembelajaran menulis cerita pendek. Oleh karena itu, responden harus memilih
jawaban yang telah disediakan dan menuangkan pendapatanya mengenai
pembelajaran menulis cerita pendek secara tertulis, tetapi tetap harus menjawab
berdasarkan dirinya sendiri. Angket disebarkan kepada seluruh siswa kelas X-2
SMA Langlangbuana. Pada lembar angket, terdapat delapan butir pertanyaan yang
menggunakan pilihan jawaban dan dua butir pertanyaan yang menggunakan
uraian. Jawaban dari angket dapat dijadikan landasan untuk pengambilan
keputusan terhadap keberhasilan penelitian. Hal tersebut terjadi karena diperkuat
oleh data konkret dari responden. Lembar angket terdapat pada lampiran.
d. Observasi tindakan
Teknik observasi dilaksanakan untuk mengamati aktivitas guru (peneliti)
dalam pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik peta
pemikiran. Teknik ini dilaksanakan dalam setiap siklus. Hasil observasi digunakan
sebagai bahan refleksi.
e. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan harian yang ditulis oleh observer segera
setelah proses pembelajaran berakhir. Catatan lapangan dimaksudkan untuk
menggunakan lembar observasi dan sebagai bahan refleksi untuk tindakan
selanjutnya.
f. Jurnal siswa
Jurnal siswa digunakan untuk memperoleh data mengenai respon siswa
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Data tersebut dapat membantu
peneliti untuk melakukan tindakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
selanjutnya. Jurnal diberikan kepada setiap siswa di akhir pembelajaran.
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan sarana penelitian, baik berupa tes,
maupun non-tes yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen non-tes dan instrumen tes.
Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
1. Instrumen Non-tes
Instrumen non-tes dalam penelitian ini meliputi:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Langlangbuana
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : X-2
Semester : 2
Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit
1. STANDAR KOMPETENSI
48
2. KOMPETENSI DASAR
Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, dan latar).
Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa, dan latar).
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
a) secara mandiri siswa mendaftar dan menyebutkan pengalaman diri sendiri atau
orang lain yang menarik;
b) secara mandiri siswa memilih salah satu pengalaman pribadi yang menarik;
c) secara mandiri siswa mampu menarasikan pengalaman dalam bentuk tulisan
berupa cerita pendek;
d) secara mandiri siswa mampu menghadirkan seluruh unsur intrinsik (tema,
alur/plot, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, serta gaya bahsa) yang
mendukung isi cerita.
4. INDIKATOR
a) mendaftar pengalaman sendiri atau orang lain yang menarik;
b) menarasikan pengalaman sendiri atau orang lain dalam bentuk tulisan;
c) menghadirkan seluruh unsur intrinsik (tema, alur/plot, latar, tokoh dan
penokohan, sudut pandang, serta gaya bahasa) yang mendukung isi cerita.
5. MATERI PEMBELAJARAN
a) Pengertian cerpen;
b) unsur-unsur cerita pendek, yaitu intrinsik (tema, alur/plot, latar, tokoh dan
penokohan, sudut pandang, serta gaya bahasa) dan ekstrinsik (judul dan
pengarang);
6. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Apersepsi
a) guru mengecek kesiapan siswa;
b) guru mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c) guru memberi penguatan mengenai cerpen, unsur-unsur yang membangun
cerpen, dan memberikan contoh pengalaman hidup seseorang.
2. Motivasi
a) sekilas guru menceritakan kehidupan dan karya seorang penulis;
b) guru menunjukkan sebuah cerita pendek.
B. Kegiatan Inti (60 menit)
a) mengidentifikasi terlebih dahulu kebutuhan siswa;
b) merencanakan pembelajaran dengan mengaitkan media peta pemikiran yaitu
menampilkan peta gambar;
c) memulai mengajar sesuai rencana yang dibuat dengan melakukan induksi
(cara untuk masuk ke dalam keadaan fokus) melalui sugesti bangun (waking
suggestion);
d) melakukan afirmasi (mengucapkan satu kata mengenai ilustrasi pada peta
gambar berdasarkan pengalaman pribadi) sebagai bahan untuk memunculkan
gagasan dari siswa;
e) melakukan visualisasi dengan intens sebagai sarana agar siswa dapat
memproduksi gagasan sebanyak-banyaknya berkaitan dengan topik
pembelajaran menulis cerpen;
f) mengaplikasikan gagasan yang telah diproduksi ke dalam sebuah tulisan
berupa cerita pendek.
C. Konfirmasi (5 menit)
Guru melakukan refleksi mengenai sesuatu yang dialami oleh siswa selama
50
D. Kegiatan Akhir (5 menit)
a) siswa membuat rumusan simpulan terhadap butir-butir pembelajaran yang
telah diikuti;
b) guru memberikan penguatan terhadap simpulan materi yang telah diberikan;
c) guru menyampaikan materi untuk kegiatan pembelajaran berikutnya;
d) guru menutup kegiatan pembelajaran.
7. METODE PEMBELAJARAN
Teknik : Peta pemikiran (thinking maps)
Metode : Penugasan, tanya jawab, dan unjuk kerja.
8. SUMBER/ALAT/BAHAN
Buku Sekolah Elektronik (BSE) kelas X Lembar Kerja Siswa (LKS)
Cerita pendek
Media pembelajaran berupa peta gambar
9. PENILAIAN / EVALUASI
Format Tes Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran
(Thinking Maps)
a. Tuangkanlah tulisanmu pada lembar polio bergaris yang telah disediakan, sertakan nama, kelas, dan nomor presensimu secara lengkap!
b. Cermatilah dengan seksama peta gambar yang telah dibuat, kemudian
tulislah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dan peta
gambar tersebut pada lembar tes yang telah disediakan!
c. Cerita pendek meliputi:
Tema
Tokoh dan penokohan
Latar
Gaya bahasa
Sudut pandang
b. Wawancara
Pedoman Wawancara untuk Guru Pada Pra Penelitian
1. Menurut ibu sebagai pengajar bahasa Indonesia, dari empat keterampilan
berbahasa, siswa/siswi cenderung berpotensi ke arah mana?
Jawab:
……… ……… ……… ………..
2. Menurut ibu antusiasme siswa/siswi dalam pembelajaran menulis sudah bagus
atau belum? Mengapa demikian?
Jawab:
……… ……… ……… ………..
3. Kesulitan/kendala apa saja yang sering dihadapi ibu ketika menyampaikan
pembelajaran menulis cerita pendek?
Jawab:
52
4. Metode apa yang sering ibu terapkan dalam pembelajaran menulis, khususnya
menulis cerita pendek?
Jawab:
……… ……… ……… ………..
5. Kendala apakah yang ibu rasakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek
dengan metode yang biasa digunakan tersebut?
Jawab:
……… ……… ……… ………..
6. Menurut ibu, cocokkah metode peta pemikiran (thinking maps) diterapkan
dalam pembelajaran menulis cerita pendek?
Jawab:
……… ……… ……… ………..
Lembar Pedoman Wawancara untuk Guru Pada Pelaksanaan Penelitian
Pertanyaan Jawaban
1. Teknik apakah yang selama ini
ibu gunakan dalam pembelajaran
2. Kendala apakah yang ibu rasakan
dalam pembelajaran menulis
cerita pendek dengan teknik yang
biasa digunakan?
3. Bagimana kesan ibu terhadap
pembelajaran menulis cerita
pendek dengan menggunakan
teknik peta pemikiran (thinking
maps)?
4. Menurut ibu, pembelajaran
menulis cerita pendek dengan
menggunakan teknik peta
pemikiran (thinking maps).
Apakah lebih sulit atau mudah?
5. Bagaimana pendapat ibu terhadap
pembelajaran menulis cerita
pendek dengan menggunakan
teknik peta pemikiran (thinking
maps), apa kelebihan dan
54
c. Angket
Angket untuk Siswa Pada Pra Penelitian
1. Tulislah nama dan kelas kamu di tempat yang tersedia!
2. Isilah pertanyaan-pertanyaan dengan memberi tanda silang (x) pada jawaban
yang cocok menurut kamu!
Nama:……….. Kelas: ……….
Jawablah pertanyaan berikut dengan jujur!
1. Apakah kamu menyukai pelajaran Bahasa Indonesia?
a. Ya b. Tidak
2. Dalam pelajaran bahasa Indonesia terdapat materi menulis cerita pendek.
Apakah kamu menyukai materi tersebut?
a. Ya b. Tidak
3. Menurutmu, pentingkah jika kamu mampu menulis cerita pendek?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah kamu senang jika mendapatkan tugas untuk menulis cerita pendek?
a. Ya b. Tidak
5. Pernahkah kamu mendapat penghargaan dari guru jika cerita pendek yang
kamu tulis bagus?
a. Ya b. Tidak
6. Kesulitan apa saja yang kamu alami saat menulis cerita pendek?
Jawab:……… ……… ………..
7. Tema apa yang biasa kamu tulis dalam menulis cerita pendek?
8. Apakah kamu pernah mendengar istilah peta pemikiran (thinking maps)?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah kamu tertarik dengan metode peta pemikiran (thinking maps)?
a. Ya b. Tidak
10.Apakah kamu tertarik dengan metode peta pemikiran (thinking maps) jika
diterapkan dalam pembelajaran menulis cerita pendek?
a. Ya b. Tidak
Angket Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Cerita Pendek
Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps)
No Pernyataan SS S TS STS
1.
2.
3.
4.
5.
Saya senang menulis cerita pendek
Saya senang menulis cerita pendek dengan
menggunakan teknik peta pemikiran
Pembelajaran menulis cerita pendek
dengan menggunakan teknik peta
pemikiran yang saya ikuti sangat menarik
Saya merasa mudah dan terbantu dalam
menulis cerita pendek dengan
menggunakan teknik peta pemikiran
Pembelajaran menulis cerita pendek
dengan menggunakan teknik peta
pemikiran menumbuhkan daya imajinasi
56
6.
7.
Pembelajaran menulis cerita pendek
dengan menggunakan teknik peta
pemikiran membuat saya lebih rileks saat
menulis cerita pendek
Saya senang pembelajaran seperti ini
dibandingkan dengan pembelajaran
biasanya
Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
d. Observasi
Observasi Aktivitas Guru
No Hal yang Diamati Skor
1 2 3 4 5
1. Kemampuan Membuka
Pembelajaran
b. Menumbuhkan motivasi siswa
c. Memberi acuan bahan belajar
yang lama dengan yang baru
2. Sikap Guru dalam Proses
Pembelajaran
a. Kejelasan suara
b. Gerakan badan tidak mengganggu
perhatian siswa
c. Antusiasme penampilan atau
mimik
d. Menyesuaikan mobilitas dengan
keadaan siswa dan kelas
3. Penguasaan Bahan Ajar
a. Bahan ajar disajikan sesuai
dengan langkah-langkah yang
direncanakan
b. Kejelasan dalam menerangkan
materi
c. Kejelasan dalam memberikan
contoh
d. Mencerminkan keluasan wawasan
4. Implementasi Langkah-langkah
Pembelajaran
a. Mengidentifikasi terlebih dahulu
kebutuhan siswa
b. Merencanakan pembelajaran
58
pemikiran yaitu menampilkan
peta gambar
c. Memulai mengajar sesuai rencana
yang dibuat dengan melakukan
induksi (cara untuk masuk ke
dalam keadaan fokus) melalui
sugesti bangun (waking
suggestion)
d. Melakukan afirmasi
(mengucapkan satu kata mengenai
ilustrasi pada peta gambar
berdasarkan pengalaman pribadi)
sebagai bahan untuk
memunculkan gagasan dari siswa
e. Melakukan visualisasi dengan
intens sebagai sarana agar siswa
dapat memproduksi gagasan
sebanyak-banyaknya berkaitan
dengan topik pembelajaran
menulis cerpen
f. Mengaplikasikan gagasan yang
telah diproduksi ke dalam sebuah
tulisan berupa cerita pendek.
5. Kemampuan menggunakan media
a. Memerhatikan prinsip
penggunaan media
b. Tepat saat penggunaan
c. Terampil dalam mengoperasikan
d. Membantu kelancaran proses
6. Evaluasi
a. Melakukan evaluasi berdasarkan
tuntutan aspek kompetensi
b. Melakukan evaluasi butir soal
yang telah direncanakan dalam
RPP
c. Melakukan evaluasi sesuai
alokasi waktu yang direncanakan
d. Melakukan evaluasi sesuai
dengan bentuk dan jenis yang
dirancang
7. Kemampuan menutup
pembelajaran
a. Meninjau kembali
b. Memberikan kesempatan bertanya
c. Menugaskan kegiatan
ko-kurikuler
d. Menginformasikan bahan ajar
berikutnya
Keterangan:
5 = Sangat Baik; 4 = Baik; 3 = Cukup; 2 = Kurang; 1 = Sangat Kurang
60
Observasi Aktivitas Siswa
No Nama Siswa Keseriusan Kerjasama Keberanian Keaktifan
1.
2.
3.
Jumlah
(%)
Keterangan:
A= Sangat Baik
B= Baik
C= Cukup
D= Kurang
E= Sangat Kurang
e. Catatan Lapangan
Format Catatan Lapangan
Hari/tanggal :
Observer :
Catatan Lapangan Pembelajaran
Catatan lapangan Kendala/kesulitan Solusi/saran
f. Jurnal Siswa
Jurnal Siswa
Nama:
Kelas:
62
3. Berikan saran untuk pembelajaran berikutnya!
2. Instrumen Tes
Format Tes Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran
(Thinking Maps)
a. Tuangkanlah tulisanmu pada lembar polio bergaris yang telah disediakan, sertakan nama, kelas, dan nomor presensimu secara lengkap!
b. Cermatilah dengan seksama peta gambar yang telah dibuat, kemudian
tulislah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dan peta
gambar tersebut pada lembar tes yang telah disediakan!
c. Cerita pendek meliputi:
Tema
Alur
Tokoh dan penokohan
Latar
Gaya bahasa
Sudut pandang
3.5.3 Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil penelitian, selanjutnya dilaksanakan
pengolahan data. Adapun langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Inventaris data
Peneliti mengumpulkan seluruh data penelitian, yaitu angket, lembar observasi
aktivitas guru, dan hasil tes menulis siswa berupa penulisan cerita pendek.
inventaris data mulai dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan.
b. Analisis data
Peneliti memeriksa dan menafsirkan hasil observasi aktivitas guru, serta
menganalisis hasil tulisan siswa berupa cerita pendek yang telah dilaksanakan di