• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI TEKNIK PETA PEMIKIRAN (THINKING MAPS) : Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 Sma Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI TEKNIK PETA PEMIKIRAN (THINKING MAPS) : Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 Sma Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

CERITA PENDEK MELALUI TEKNIK PETA PEMIKIRAN

(THINKING MAPS)

(Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2

SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi sebagian

dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Rahayu Yulistia

NIM 0900117

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking

Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013)” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya

saya ini.

Bandung, Mei 2013

(3)
(4)
(5)

Rahayu Yulistia, 2013

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA

Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013)

Rahayu Yulistia NIM 0900117

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2

SMA Langlangbuana Tahun Ajaran 2012/2013)” ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal di kelas X-2 SMA Langlangbuana yang menunjukkan bahwa keterampilan menulis kurang diminati oleh setiap siswa. Hal tersebut dibuktikan oleh siswa yang mengalami kesulitan ketika mengekspresikan pikirannya ke dalam sebuah tulisan. Sementara itu, dalam pembelajaran menyimak, berbicara, dan membaca siswa dengan mudah mengungkapkan kembali apa yang disimak dan dibaca. Begitu juga pembelajaran berbicara, siswa mampu mengungkapkan hal-hal menarik dari yang telah disimak atau dibacanya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu (1) bagaimana perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana?; (2) bagaimana pelaksanaan proses menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana?; (3) bagaimana hasil dari proses menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana?. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikan perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana; (2) mendeskripsikan pelaksanaan proses menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana; (3) mendeskripsikan hasil dari proses menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran di kelas X-2 SMA Langlangbuana.

Untuk mencapai tujuan tersebut digunakanlah pendekatan penelitian, berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan perilaku penelitinya, perilaku objek penelitian, dan kerangka kerja dalam menangani proses belajar mengajar sehingga adanya perubahan positif yang dilaksanakan dalam sebuah siklus. Salah satu cara yang dapat membantu siswa mengembangkan minat dalam menulis adalah variasi teknik, media, dan metode dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mencoba menerapkan suatu teknik, yaitu teknik peta pemikiran dalam menulis cerita pendek. Teknik peta pemikiran adalah suatu teknik yang dikembangkan dari pendekatan pembelajaran berbasis otak, yaitu metode thinking maps, metode

mind map, metode waking suggestion, metode talking stick, dan teknik snowballing trowing.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN………. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ... 7

(7)

BAB 2 PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI TEKNIK

PETA PEMIKIRAN (THINKING MAPS) ... 10

2.1Kedudukan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek dalam KTSP....……. 10

2.2 Menulis ... 10

2.2.1 Pengertian Menulis ... 10

2.2.2 Keterampilan Menulis ... 11

2.2.3 Tujuan Menulis ……….. 12

2.2.4 Manfaat Menulis ……… 14

2.2.5 Fungsi Menulis ……….. 15

2.2.5.1 Fungsi Menulis Berdasarkan Kegunaan ……….. 16

2.2.5.2 Fungsi Menulis Berdasarkan Peranannya ……… 17

2.2.6 Upaya Mengatasi Kesulitan Menulis ………. 17

2.3 Keterampilan Menulis Cerita Pendek ... 18

2.3.1 Pengertian Cerita Pendek ………... 18

2.3.2 Ciri-ciri Cerita Pendek ……….………... 19

2.3.3 Tujuan Menulis Cerita Pendek ………... 20

2.3.4 Unsur-unsur yang Membentuk Cerita Pendek ………... 21

2.3.4.1 Tema ………. 21

2.3.4.2 Tokoh dan Penokohan ……….. 22

2.3.4.3 Alur dan Pengaluran ………. 22

2.3.4.4 Latar ……….. 23

(8)

xi

2.3.4.6 Gaya Bahasa ………. 25

2.3.4.7 Amanat ………. 26

2.4 Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps)………. 27

2.4.1 Pengertian Teknik Peta Pemikiran……….. 27

2.4.2 Langkah-langkah Peta Pemikiran………... 28

2.4.3 Tujuan Peta Pemikiran……… 28

2.4.4 Manfaat Peta Pemikiran ………. 29

2.4.5 Kelebihan dan Kekurangan Peta Pemikiran ....………. 29

2.5 Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Melalui Peta Pemikiran………... 29

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1 Desain Penelitian ... 34

3.1.1 Tahapan Pra-PTK... 35

3.1.2 Tahapan Pelaksanaan PTK... 35

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37

3.2.1 Lokasi Penelitian ………...………….……... 37

3.2.2 Subjek Penelitian……… 37

3.3 Definisi Operasional………... 38

3.4 Prosedur Penelitian... 39

3.4.1 Studi Pendahuluan... 39

3.4.2 Perencanaan Tindakan... 40

(9)

3.4.4 Pengamatan Tindakan (observasi)... 44

3.4.5 Refleksi Tindakan……….. 44

3.5 Teknik Penelitian... 45

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data……… 47

3.5.3 Teknik Pengolahan Data……… 63

3.5.4 Instrumen Pengolahan Data………... 65

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 69

4.1 Hasil Studi Pendahuluan... 69

4.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 72

4.2.1 Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus I... 72

4.2.1.1 Perencanaan Tindakan Siklus I... 73

4.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 78

4.2.1.3 Analisis Data Siklus I... 83

4.2.1.4 Analisis Data Observasi dan Jurnal Siswa Siklus I... 90

4.2.1.5 Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……… 97

4.2.1.6 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I ……… 106

4.2.2 Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus II ………... 108

4.2.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus II………... 108

4.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ...……… 113

(10)

xiii

4.2.2.4 Analisis Data Observasi dan Jurnal Siswa Siklus II ………… 125

4.2.2.5 Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……….. 131

4.2.2.6 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II………... 140

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 142

4.3.1 Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerita Pendek ……… 142

4.3.2 Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran Berdasarkan Hasil Jurnal Siswa ...……….. 148

4.3.3 Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran ………. 149

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 151

5.1 Kesimpulan ... 151

5.2 Saran ... 155

DAFTAR PUSTAKA . ... 156

RIWAYAT HIDUP

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang memegang peranan

sangat penting. Manusia mampu mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, dan

perasaannya kepada orang lain melalui bahasa. Oleh karena itu, setiap manusia

dituntut untuk terampil berbahasa, baik secara lisan, maupun tulisan.

Kosasih (2002: 21) mengungkapkan bahasa merupakan suatu alat untuk

berpikir dan belajar. Ungkapan tersebut, mengandung makna bahwa bahasa

memungkinkan kita dapat berpikir secara abstrak. Contohnya, kita dapat

memikirkan suatu objek meskipun objek tersebut tidak berada di dekat kita.

Keterampilan berbahasa memiliki keterkaitan dengan salah satu tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, yaitu siswa mampu berbahasa, baik

secara lisan, maupun tulisan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Ada empat aspek dalam keterampilan berbahasa, yaitu (1) menyimak, (2)

berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Menulis merupakan salah satu aspek

dari keempat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam pembelajaran

bahasa Indonesia di sekolah.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan terhadap siswa pada hari

Rabu tanggal 8 Agustus 2012, keterampilan menulis merupakan keterampilan

yang kurang diminati oleh siswa kelas X di SMA Langlangbuana dibandingkan

tiga keterampilan bahasa lainnya. Pengamatan awal di SMA Langlangbuana,

khususnya siswa kelas X-2 lebih menyukai pembelajaran menyimak, berbicara,

dan membaca. Hal tersebut dapat dibuktikan pada saat pembelajaran menyimak

dan membaca, siswa mampu mengungkapkan kembali apa yang disimak dan

dibaca. Begitu juga pembelajaran berbicara, siswa mampu mengungkapkan

hal-hal menarik dari yang telah disimak atau dibacanya. Sementara dalam

(12)

2

Siswa kelas X-2 sering merasa kesulitan ketika harus mengekspresikan

pikirannya ke dalam sebuah tulisan. Mereka beranggapan bahwa menulis adalah

hal yang sangat sulit. Hasil karya berupa cerita pendek dari beberapa siswa yang

diambil sebagai sampel dan penguat data menunjukkan bahwa mereka kesulitan

menuangkan gagasan dan pikiran ke dalam sebuah tulisan, seperti kesulitan

merumuskan judul, menentukan tema, kurang dalam penguasaan diksi, dan

kurang tepat dalam ejaan. Kesulitan itulah yang mematahkan hasrat mereka untuk

menulis. Dengan demikian, guru bahasa Indonesia dituntut untuk memperbaiki

dan meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia salah satunya dalam

keterampilan menulis.

Guru harus mampu dan sanggup menjalankan perannya sebagai pengajar,

pendidik, pembimbing, fasilitator, evaluator, dan pembina ilmu. Salah satu segi

pembinaan kemampuan guru, yaitu menguasai metodologi dan media pendidikan

untuk kepentingan anak didiknya sehingga mereka berkembang secara optimal

sesuai dengan tujuan pendidikan. Peran penting guru adalah secara sadar dan

terencana mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa aktif

mengembangkan potensinya sendiri melalui proses pembelajaran (Dananjaya,

2010: 35).

Sementara itu, hasil wawancara dengan Lia Yuliana, S.Pd. guru bahasa

Indonesia di SMA Langlangbuana pada hari Jumat tanggal 10 Agustus 2012,

sama persis dengan hasil observasi awal, yaitu siswa lebih antusias ketika

ditugaskan membaca dan mengapresiasi cerita pendek. Dengan demikian, perlu

adanya sebuah teknik yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam pembelajaran menulis, khususnya dalam pembelajaran menulis cerita

pendek. Cerita pendek merupakan bagian dari pembelajaran sastra dan

pembelajaran sastra dikatakan berhasil jika dapat memberikan sumbangan yang

maksimal bagi pendidikan secara utuh.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, penelitian yang berkaitan dengan

pembelajaran menulis cerita pendek pernah dilakukan oleh Cristine (2009) dalam

skripsinya yang berjudul “Keefektifan Media VCD Pementasan Drama dalam

(13)

Ajaran 2008/2009”. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa penggunaan media pementasan drama bertujuan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam menulis

cerita pendek. Media ini ditampilkan secara audio visual. Penggunan media ini

efektif dan optimal dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Hal tersebut

terlihat dari hasil cerita pendek karya siswa mengalami peningkatan dan

pembelajaran di kelas semakain baik dari sebelumnya.

Penelitian berikutnya dilaksanakan oleh Febianti (2010) juga cukup

berhasil dengan judul skripsi “Penggunaan Strategi TOK (Tiru, Olah,

Kembangkan) dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Sebagai Upaya

Meningkatkan Keterampilan Menulis di Kelas X SMAN 11 Bandung Tahun

Ajaran 2009/2010)”. Penelitian ini berhasil meningkatkan kemampuan menulis

cerita pendek melalui tiga tahap, yaitu meniru sebuah model dengan mengganti

dua unsur (tema dan latar), tahap olah yaitu mengolah unsur tema, alur, dan latar.

Tahap mengembangkan tema baru mengganti tokoh baru dan mengembangkan

peristiwa baru serta unsur-unsur cerita pendek lainnya.

Berdasarkan hasil observasi awal, yaitu wawancara dan penyebaran angket

terhadap guru bahasa Indonesia dan siswa kelas X SMA Langlangbuana, serta

melihat hasil penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan

pembaharuan dalam penelitian yang serupa. Pembaharuan yang dimaksud adalah

penggunaan suatu teknik yang belum pernah digunakan sebelumnya, yaitu teknik

peta pemikiran untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menuangkan gagasan dan

pikiran ke dalam sebuah tulisan seperti kesulitan merumuskan judul, menentukan

tema, kurang dalam penguasaan diksi, dan kurang tepat dalam ejaan. Hal tersebut,

berlandaskan pada kegiatan menulis cerita pendek yang menantang peneliti untuk

memanfaatkan teknik yang belum digunakan dalam penelitian sebelumnya, yaitu

pemanfaatan teknik peta pemikiran atau yang lebih dikenal dengan thinking maps

dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Pemanfaatan teknik tersebut bertujuan

untuk mengarahkan energi mental dan emosional, serta menciptakan suasana

belajar yang menggairahkan dan penuh makna.

Mengacu pada standar proses pembelajaran, pembelajaran harus

(14)

4

menantang, dan memberi kebebasan untuk tumbuh-kembangnya prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian. Hal tersebut merupakan sebuah aktivitas yang

menggambarkan dominasi pembelajaran (Dananjaya, 2010: 35). Pada dasarnya,

teknik pembelajaran yang bersangkutan dengan pemikiran dapat menggambarkan

apa yang disebut dengan berpikir (thinking), yaitu suatu proses yang digunakan

agar berfungsi pada representasinya. Representasi dari proses tersebut adalah

mengembangkan konsep, memecahkan masalah, menyimpulkan, dan

mengantisipasi apa yang terjadi. Hal tersebut merupakan bagian dari karakteristik

berpikir. Adapun aspek lain dari berpikir adalah pemelajaran, memori, kreativitas,

komunikasi, logika, dan penyederhanaan (Sousa, 2012: 291).

Lewin (dalam Sousa, 2012: 291) mengatakan bahwa anak-anak terlalu

sering diberi jawaban untuk dihafalkan, bukan diberi berbagai masalah untuk

dipecahkan. Dengan demikian, dalam penggunaan teknik peta pemikiran, guru

tidak perlu mengajarkan bagaimana otak berpikir, melainkan guru dapat

membantu siswa menyusun konten pemelajaran untuk mendorong timbulnya

proses berpikir yang lebih kompleks. Peta pemikiran didasarkan pada delapan

alam raya kognitif atau proses pemikiran yang digunakan otak setiap hari:

mengurutkan, klasifikasi hierarkis, bagian keseluruhan, sebab-akibat,

membandingkan dan membedakan, menggambarkan, analogi, dan menjelaskan

dalam konteks (Hyerle dan Alper, 2012: 18).

Teknik peta pemikiran memiliki kecocokan dengan kegiatan menulis

cerita pendek. Hal tersebut berlandaskan pada kegiatan menulis cerita pendek

yang memerlukan delapan alam raya kognitif untuk membangun unsur-unsur yang

terdapat di dalamnya. Unsur-unsur tersebut adalah alur (pengenalan situasi cerita,

pengungkapan peristiwa, menuju pada adanya konflik, puncak konflik, dan

penyelesaian), penokohan (Teknik analitik atau penggambaran langsung,

penggambaran fisik dan prilaku tokoh, penggambaran lingkungan kehidupan

tokoh, penggambaran tata kebahasaan tokoh, dan pengungkapan jalan pikiran

tokoh), latar (latar tempat dan latar waktu), tema (melalui alur cerita, melalui

tokoh cerita, dan melalui perkataan yang dipergunakan pengarang), dan amanat

(15)

Dengan menggunakan teknik peta pemikiran, terlebih dahulu siswa

diarahkan kepada manfaat, keuntungan, dan kegunaan keterampilan menulis di

masa yang akan datang. Inti dari kegiatan awal ini adalah menstimulus siswa

untuk senang menulis cerita pendek. Pada pelaksanaannya, teknik peta pemikiran

dikombinasikan dengan media berupa peta gambar. Penggunaan media ini sebagai

upaya untuk menstimulus inspirasi siswa dalam menulis cerita pendek.

Penggunaan teknik peta pemikiran mengajarkan siswa untuk

menggunakan proses imajinasi yang menghubungkan suatu benda visual dengan

otak sehingga menghasilkan sebuah karya berupa tulisan. Otak mengingat apa

yang telah dilihat karena manusia secara intrinsik adalah makhluk visual. Mata

mengandung hampir 70% dari penerima rangsang tubuh dan mengirimkan jutaan

sinyal setiap detik melalui saraf optis ke pusat pengolahan visual di otak. Tidak

mengherankan jika komponen visual dari memori sangat kuat. Hal berikut, dapat

dibuktikan ketika guru menggunakan alat bantu visual untuk menampilkan sebuah

konsep, siswa dapat lebih lama mengingat konsep tersebut (Hyerle dan Alper,

2012: xiii). Benda visual berupa gambar tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu

belajar yang kuat, melainkan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap

pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan fakta di atas, peneliti akan

melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps) (Penelitian

Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran

2012/2013)”.

Penelitian ini mencoba untuk menerapkan teknik peta pemikiran dalam

pembelajaran menulis cerita pendek. Dengan mensugestikan bahwa pembelajaran

menulis merupakan kegiatan yang mudah dan menyenangkan. Selama ini teknik

yang digunakan guru bahasa Indonesia di SMA Langlangbuana adalah pemberian

contoh cerita pendek, kemudian siswa ditugaskan untuk menulis cerita pendek

sesuai contoh yang diberikan. Kendala dari pemberian contoh tersebut, yaitu

siswa tidak sepenuhnya memahami bagaimana penulisan cerita pendek dan hanya

terfokus pada contoh sehingga kegiatan berpikirnya tidak berkembang. Melalui

(16)

6

siswa diharapkan dapat mengerti dan memahami secara baik bahwa teknik ini

sangat bermanfaat bagi perkembangan imajinasinya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dipaparkan,

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Produk tulisan yang dibuat siswa masih kurang memuaskan.

b. Teknik, media, dan metode pembelajaran yang efektif dan menarik belum

digunakan guru pada umumnya.

c. Kualitas guru dalam menerapkan teknik pembelajaran yang dapat menarik

minat siswa dalam keterampilan menulis masih belum maksimal.

d. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling kompleks. Oleh

sebab itu, menulis membutuhkan latihan yang aktif dan kreatif.

e. Pengunaan teknik yang efektif dan tepat dapat meningkatkan pembelajaran

menulis cerita pendek.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik

peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana?

b. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran menulis cerita pendek melalui

teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana?

c. Bagaimana hasil dari proses pembelajaran menulis cerita pendek melalui

teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) mendeskripsikan perencanaan hasil pembelajaran menulis cerita pendek

(17)

b) mendeskripsikan pelaksanaan hasil pembelajaran menulis cerita pendek

melalui teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana;

c) mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta

pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana.

1.5 Manfaat Penelitian

Jika penelitian yang dikemukakan di atas dapat tercapai, penelitian ini

akan memberikan manfaat sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini akan memperkuat dan mendukung teori yang terkait dengan

keefektifan teknik dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Penguatan dan

dukungan terhadap teori tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan

penelitian lanjutan dan penelitian di bidang lainnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru,

siswa, peneliti, dan pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun uraiannya, sebagai

berikut:

a) bagi guru, adanya penelitian ini dapat mengetahui teknik yang tepat dalam

mengajarkan penulisan cerita pendek kepada siswa. Teknik ini dapat

membantu guru dalam memberikan motivasi melalui rangsangan pikiran dan

menimbulkan rasa ketertarikan kepada siswa;

b) bagi siswa, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang selama ini

kesulitan menuangkan idenya dalam menulis cerita pendek. Keberhasilan

teknik ini diharapkan siswa akan semakin termotivasi untuk menghasilkan

tulisan-tulisan lain berupa cerita pendek yang lebih banyak secara kuantitas

dan lebih baik secara kualitas sehingga dapat menghantarkan siswa yang

bercita-cita menjadi penulis cerita pendek, menjadi cerpenis andal;

c) bagi peneliti, dapat mengetahui keefektifan sebuah teknik dalam pembelajaran

(18)

8

d) bagi pengajaran bahasa Indonesia, melalui penelitian ini pengajaran bahasa

dan sastra Indonesia akan menjadi lebih kaya dengan teknik-teknik baru,

sehingga terjadi pembaharuan bagi teknik-teknik yang sudah ada.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam suatu penelitian memiliki fungsi untuk

memberikan gambaran mengenai langkah-langkahnya. Adapun sistematika

penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. BAB 1 Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan ini, akan dibahas mengenai latar belakang,

identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian yang

berhubungan dengan judul penelitian, yaitu “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps)

(Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas X-2 SMA Langlangbuana Tahun Ajaran

2012/2013)”.

b. BAB 2 Kerangka Teori

Kerangka teori memiliki fungsi sebagai dasar teoretis yang mendukung

terhadap permasalahan yang dibahas dalam suatu penelitian, berupa

konsep-konsep/teori-teori/dalil-dalil/hukum-hukum/model-model/rumus-rumus utama dan

turunannya dalam bidang yang dikaji, serta penelitian terdahulu yang relevan

dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur, subjek, dan temuannya. Pada

penelitian ini, kerangka teori yang dibahas meliputi seluk-beluk menulis,

keterampilan menulis cerita pendek, teknik peta pemikiran, dan pembelajaran

menulis cerita pendek melalui teknik peta pemikiran.

c. BAB 3 Metodologi Penelitian

Bagian ini berisi penjabaran rinci mengenai metodologi penelitian,

(19)

penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, dan analisis data.

d. BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal utama, yakni: a)

pengolahan atau analisiss data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan

masalah penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian; b) pembahasan atau

analisis temuan. Pada penelitian ini, dibahas dan dianalisis beberapa hasil yang

ditemukan mengenai peningkatan kemampuan menulis cerita pendek melalui

teknik peta pemikiran pada siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana dengan

pendekatan penelitian tindakan kelas.

e. BAB 5 Kesimpulan dan Saran

Bagian ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil

analisis temuan penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini ditulis berdasarkan hasil

dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas X-2 SMA

Langlangbuana dalam pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik peta

pemikiran. Saran atau rekomendasi disusun untuk pihak-pihak yang terkait

dengan hasil penelitian yang telah didapatkan. Pada penelitian ini, saran ditulis

untuk guru sebagai pendidik yang harus mampu mewujudkan pembelajaran aktif

(20)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Sebagai solusi dari masalah yang diangkat dalam penelitian ini, peneliti

menentukan dan merancang penelitian dengan desain Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Pada penenelitian ini PTK dijadikan sebagai alat untuk memonitor

peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Bagi

guru, PTK merupakan salah satu cara yang strategis untuk memperbaiki layanan

kependidikan yang diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan

peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat

dilakukan, mengingat tujuan PTK yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan

praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Pernyataan tersebut,

diperkuat oleh Arikunto (2009: 3) yang menyatakan bahwa PTK merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Adapun beberapa alasan peneliti menggunakan PTK, hal pertama adalah

karena PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap

terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Kedua, PTK dapat meningkatkan

kinerja guru sehingga menjadi profesional dalam proses Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM). Ketiga, dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru mampu

memperbaiki proses pembelajaran dengan suatu kajian yang dalam terhadap

permasalahan di kelasnya. Keempat, pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas

pokok seorang pengajar, karena tidak perlu meninggalkan kelas pada saat KBM

berlangsung. Kelima, dengan adanya pelaksanaan PTK, seorang pengajar menjadi

lebih kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai

implementasi dan adaptasi dari berbagai teori dan teknik pembelajaran, serta

bahan ajar yang dipakainya. Penelitian ini dihentikan jika ada peningkatan

terhadap kemampuan siswa atau kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dalam

(21)

PTK dilakasanakan karena adanya suatu kajian terhadap masalah secara

sistematis. Hasil dari kajian tersebut dijadikan sebagai landasan dasar untuk

mengatasi masalah yang ada. Pada proses pelaksanaan rencana yang telah

disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang hasilnya dipakai

sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap

pelaksanaan.

Tahapan-tahapan pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

3.1.1 Tahapan Pra-PTK

Tahapan pra-PTK meliputi tiga tahap, yaitu identifikasi masalah, analisis

masalah, dan rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

a. Identifikasi masalah merupakan bukti adanya faktor utama yang menyebabkan

terjadinya masalah.

b. Analisis masalah merupakan pemecahan suatu masalah yang dimulai dengan

dugaan akan kebenarannya.

c. Rumusan masalah merupakan masalah yang dirumuskan untuk dikaji dalam

suatu penelitian.

3.1.2 Tahapan Pelaksanaan PTK

Tahapan pelaksanaan PTK meliputi empat tahap, keempat tahap tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan (planning), tahapan ini disusun berdasarkan hasil studi

pendahuluan. Pada tahap perencanaan ini, peneliti memutuskan apa yang akan

menjadi fokus pembelajaran, teknik, dan evaluasi yang akan digunakan.

b. Pelaksanaan (acting), yaitu tahap berlangsungnya kegiatan pembelajaran,

dimana tahap ini sudah dipersiapkan pada tahap perencanaan.

c. Pengamatan (observing), yaitu selama proses pembelajaran berlangsung, guru

dan para observer diberikan format observasi untuk mencatat pengamatannya

mengenai proses pembelajaran. Hasil dari catatan lapangan dan observasi

tersebut akan menjadi bahan diskusi untuk melaksanakan siklus berikutnya,

jika hasil dari siklus pertama tidak menunjukkan adanya peningkatan atau

(22)

36

d. Refleksi (reflecting), yaitu peneliti melakukan identifikasi untuk memperbaiki

pembelajaran pada siklus berikutnya jika hasil dari siklus pertama tidak

menunjukkan adanya perubahan. Tahapan refleksi menjadi acuan untuk tahap

perencanaan pada siklus berikutnya dan seterusnya sampai hasil yang

diharapkan peneliti tercapai. Berikut ini adalah bagan PTK yang terbagi ke

dalam dua siklus.

3.1

Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan

(23)

Perencanaan

Pelaksanaan

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan dua hal penting dalam

penelitian, yaitu lokasi dan subjek penelitian. uraiannya sebagai berikut.

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Langlangbuana yang berlokasi di Jalan

Dr. Sahardjo, SH No. AA4 Sukamiskin Bandung.

3.2.2 Subjek Penelitian

Penelitian ini menitikberatkan kepada penerapan teknik peta pemikiran

dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Subjek dalam penelitian ini adalah

siswa kelas X-2 semester 2 SMA Langlangbuana tahun ajaran 2012/2013. Alasan

peneliti memilih siswa kelas X-2 semester 2 SMA Langlangbuana karena pada

saat melakukan observasi awal, didapatkan sebuah data yang menunjukkan bahwa

kelas X-2 bermasalah dalam pembelajaran menulis khususnya dalam kegiatan

menulis jenis sastra.

Peneliti melaksanakan penelitian di SMA Langlangbuana kepada kelas

X-2 semester X-2 tahun ajaran X-201X-2/X-2013 yang berjumlah 40 siswa sebagai subjek

penelitian. Siswa-siswa tersebut merupakan siswa yang hadir dalam setiap

pertemuan dan mengikuti kegiatan belajar mengajar secara penuh. Para siswa

kelas X-2 dipilih menjadi subjek penelitian berlandaskan pada wawancara yang

peneliti lakukan dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas tersebut, yaitu

Lia Yuliana, S. Pd., kelas X-2 tersebut memiliki semangat dan motivasi yang

cukup bagus, serta antusiasme yang begitu tinggi terhadap pembelajaran bahasa

Indonesia. Namun dalam kegiatan menulis, siswa kelas X-2 masih belum

memuaskan, khususnya dalam kegiatan menulis cerita pendek. Kendalanya,

(24)

38

sebuah tulisan seperti merumuskan judul, menentukan tema, memilih diksi yang

tepat, dan penggunaan EYD.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2, dengan pertimbangan

pembelajaran menulis cerita pendek terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada jenjang SMA kelas X semester 2. Adapun yang

dijadikan acuan peneliti dalam penelitian ini adalah standar kompetensi menulis,

yakni mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen

pada kelas X semester 2 dengan kompetensi dasar, menulis karangan berdasarkan

kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar) dan menulis

karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa,

latar). Dengan demikian, penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan

kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek dengan menerapkan

teknik peta pemikiran.

3.3 Definisi Opresional

Definisi operasional yang berlaku dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a. Kemampuan menulis cerita pendek adalah suatu kegiatan yang melibatkan

pikiran analitis dan kreatif siswa ketika mereka mampu memilah kata,

menuangkan gagasan dan pikiran ke dalam sebuah tulisan, merumuskan judul,

menentukan tema, menguasai diksi, dan tepat dalam ejaan. Selain itu, mereka

juga memahami bahwa cerita pendek merupakan suatu kesatuan bentuk yang

betul-betul utuh dan lengkap. Keutuhan dan kelengkapan sebuah cerita pendek

dapat dilihat dari segi unsur yang membentuknya. Unsur-unsur tersebut adalah

peristiwa cerita (alur dan plot), tokoh cerita (karakter), tema cerita, suasana

cerita (mood dan atmosfir cerita), latar cerita (Setting), sudut pandang

penceritaan (point of view), dan gaya (style) pengarangnya. Adanya tuntutan

hemat dalam penulisan cerita pendek, biasanya pengarang hanya

(25)

meniadakan unsur-unsur yang lain, melainkan pengarang hanya memusatkan

(fokus) pada satu unsur yang mendominasi cerpennya.

b. Teknik peta pemikiran dalam praktiknya digunakan guru untuk memfasilitasi,

meningkatkan, dan mempercepat kemampuan siswa untuk menulis dengan

lancar dari tingkat pertama hingga pendidikan tinggi. Intinya, peta pemikiran

adalah kertas untuk pemetaan mental yang masuk ke otak dan melalui benak

pikiran. Dengan demikian, peta pemikiran dapat dijadikan sebagai alat

perangsang pikiran bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek

secara efektif.

c. Penelitian tindakan kelas merupakan alat untuk memonitor perkembangan

kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek dengan

menggunakan teknik peta pemikiran. Tujuan utama penelitian tindakan kelas

adalah upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan apresiasi siswa terhadap

pembelajaran menulis cerita pendek serta hasil proses belajar mengajar.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajran menulis cerita pendek.

proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sehingga ada

peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek. Prosedur penelitian

dimuali dari, (a) studi pendahuluan (observasi awal), (b) perencanaan tindakan, (c)

pelaksanaan tindakan, (d) pengamatan tindakan (observasi), dan (e) refleksi

tindakan.

3.4.1 Studi Pendahuluan

Langkah pertama yang dilakukan peneliti untuk menemukan masalah

seputar pembelajaran menulis adalah dengan melaksanakan studi pendahuluan.

Studi pendahuluan merupakan pengamatan langsung terhadap proses kegiatan

belajar mengajar di kelas untuk merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan

pokok yang terjadi di kelas sebagai landasan untuk menyusun hipotesis

(26)

40

penyebaran angket untuk memperoleh gambaran umum permasalahan yang terjadi

di kelas.

Berdasarkan hasil angket yang telah disebar pada siswa kelas X-2,

wawancara dengan beberapa siswa kelas X-2, yaitu Anita Kesuma, Rahman Ilyas,

dan Rina Rahmawati, serta wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru

bahasa Indonesia kelas X dan XI, yaitu Lia Yuliana, S. Pd., dapat disimpulkan

bahwa masih banyak siswa yang kurang termotivasi untuk menulis cerita pendek,

khususnya kelas X-2. Kelas tersebut dianggap kurang baik dalam pembelajaran

menulis cerita pendek. hal itu dapat dilihat dari nilai hasil tugas menulis cerita

pendek yang pernah dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan dan hasilnya

menunjukkan terdapat 85% siswa mendapatkan nilai di bawah nilai standar

kelulusan (KKM) yaitu 75. Melalui wawancara tersebut, peneliti bertujuan untuk

mencari informasi mengenai karakteristik siswa kelas X-2 dan mengetahui

pembelajaran menulis cerita pendek di kelas X yang biasa dilaksanakan oleh guru

yang bersangkutan. Sementara itu, di samping melakukan wawancara dengan guru

bidang studi tersebut, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa

dan menyebarkan angket mengenai seputar menulis cerita pendek.

Setelah studi pendahuluan dilaksanakan, peneliti dapat mengamati teknik

pembelajaran yang digunakan guru kelas bersangkutan dan dapat mengidentifikasi

faktor pendukung dan penghambat yang dialami guru dalam pembelajaran bahasa

Indonesia sebelumnya. Melalui studi pendahuluan, peneliti dapat mengetahui

permasalahan dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Pada umumnya, siswa

kurang mengerti dan memahami bagaimana cara menuangkan ide yang sudah ada

dalam pikiran ke dalam sebuah cerita pendek. berdasarkan hal tersebut, peneliti

menerapkan teknik peta pemikiran dalam pembelajaran menulis cerita pendek

dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.

3.4.2 Perencanaan Tindakan

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari studi pendahuluan yang telah

(27)

untuk menyusun rencana pembelajaran pada sebuah siklus. Pada tahap ini peneliti

merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran

bahasa Indonesia, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis cerita pendek dan menyusun rencana tindakan perbaikan pembelajaran

menulis cerita pendek dengan teknik peta pemikiran yang difokuskan pada upaya

peningkatan kemampuan menulis cerita pendek.

Ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan dalam perencanaan

tindakan agar penelitian berjalan secra sistematis, terencana, dan terstuktur.

Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut (Sudrajat, 2010: 50-53).

a. Mengidentifikasi dan menentukan alternatif pemecahan masalah

Pada kegiatan ini, peneliti merumuskan masalah secara jelas, baik dengan

kalimat pertanyaan, maupun kalimat pernyataan. Masalah yang dilaksanakan

dalam masalah perencanaan siklus I didapatkan dari pengamatan peneliti pada

tahap studi pendahuluan, sedangkan untuk siklus-siklus berikutnya peneliti

mengidentifikasi masalah yang dialami pada siklus sebelumnya atau siklus I. Pada

kegiatan ini pula, peneliti merencanakan berbagai alternatif pemecahan masalah,

kemudian memilih tindakan yang sekiranya dapat memberikan hasil terbaik.

b. Menentukan waktu penelitian

Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu

kegiatan belajar mengajar. Pada PTK, tidak ada peraturan khusus yang

menentukan waktu pelaksanaan. Waktu pelaksanaan penelitian bersifat relatif.

Rentang waktu untuk siklus bergantung pada materi yang dilaksanakan dengan

cara tertentu. Namun alangkah baiknya, jika penelitian ini dilaksanakan tidak

kurang dari dua siklus. Meskipun demikian, bukan berarti PTK harus

menghabiskan banyak waktu. Oleh karena itu, PTK harus dirancang dan

dipersiapkan secara rinci dan matang. Setelah mendapatkan izin dari kepala

sekolah dan wakil kepala sekolah yang bersangkutan, peneliti menentukan waktu

penelitian yang disesuaikan dengan program semester yang dimiliki sekolah.

c. Menentukan pokok bahasan atau materi pembelajaran

Pada kegiatan ini, pokok bahasan yang akan dipelajari siswa dipersiapkan

(28)

42

relevan dengan masalah yang telah dirumuskan, baik teori bidang studi, maupun

teori pembelajaran bidang studi. Materi pokok yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah materi mengenai pembelajaran menulis cerita pendek,

sedangkan teori pembelajaran bidang studi yang ditentukan peneliti mengacu pada

penerapan teknik peta pemikiran.

d. Mengembangkan skenario pembelajaran

Pada tahap ini, peneliti harus merinci skenario pembelajaran, berupa

langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan guru (peneliti) dan

bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam rangka implementasi

tindakan perbaikan yang telah direncanakan. Tindakan-tindakan yang dirancang,

sebaiknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang tidak terduga sehingga

dapat menimbulkan risiko yang akan muncul. Skenario yang disusun merupakan

wujud nyata dari aplikasi teknik peta pemikiran yang meliputi tujuh tahap.

Skenario pembelajaran tersebut dituangkan secara rinci di dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

e. Menentukan sumber pembelajaran

Sumber pembelajaran dapat berupa buku acuan atau handout yang dapat

membantu siswa dalam mendapatkan materi pembelajaran. Sumber pembelajaran

ini disesuaikan dengan esensi pokok bahasan yang telah ditentukan sebelumnya.

f. Menentukan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu sarana pendukung

pembelajaran yang dapat membantu keefektifan pembelajaran di kelas. Pada

kegiatan ini, peneliti menentukan media pembelajaran yang relevan dengan pokok

bahasan dan menyesuaikan fasilitas yang dimiliki sekolah.

g. Menyusun alat evaluasi

Alat evaluasi merupakan salah satu instrumen pengumpulan data yang

dapat digunakan untuk menetapkan indikator ketercapaian pembelajaran. Melalui

alat evaluasi, peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Alat evaluasi yang peneliti gunakan disusun secara sistematis dan

indikator yang terstruktur sehingga tingkat kemampuan menulis cerita pendek

(29)

h. Mengembangkan format observasi aktivitas guru

Format observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat kondisi belajar

mengajar di kelas ketika peneliti mengaplikasikan teknik peta pemikiran. Format

observasi inilah yang akan digunakan observer dalam tahap pengamatan tindakan

(observasi).

i. Menentukan observer

Setelah peneliti mengembangkan format observasi, peneliti menentukan

observer yang akan mengamati peneliti dalam melaksanakan tindakan. Dalam

penelitian ini, rekan yang menjadi observer adalah guru tetap bahasa Indonesia (di

kelas yang bersangkutan) dan kepala sekolah SMA Langlangbuana.

3.4.3 Pelaksanaan Tindakan

Tahap berikutnya adalah melaksanakan pembelajaran menulis cerita

pendek sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan. Peran peneliti dalam

tahap ini adalah melaksanakan tindakan yang telah direncanakan. Namun,

pelaksanaan tindakan tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat

dinamika proses pembelajaran di kelas, guru memerlukan penyesuaian. Adapun

pelaksanaan tindakan (setiap siklus), peneliti mengaplikasikan enam tahapan

teknik peta pemikiran.

Pelaksanaan tindakan dari penelitian ini, terdiri dari tiga siklus. Pada

kegiatan pembelajaran siklus pertama, peneliti mengulas materi mengenai

unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik cerita pendek serta pemahaman tentang tahapan

menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik peta pemikiran. Selanjutnya

pada siklus kedua, dapat diketahui kelemahan-kelemahan maupun masalah yang

dihadapi para siswa dalam siklus pertama untuk dilakukan tindakan perbaikan.

Demikian pula pada siklus ketiga, kekurangan-kekurangan yang terdapat pada

siklus kedua, diperbaiki sehingga terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam

(30)

44

3.4.4 Pengamatan Tindakan (observasi)

Tahap observasi berjalan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada

tahap ini, dilakukan observasi yang bertujuan untuk memantau seluruh aktivitas

guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Metode observasi yang

digunakan adalah observasi terstruktur atau observasi yang ditandai dengan

perekam data yang sederhana, tetapi dengan format yang lebih rinci. Kegiatan

observasi ini, diharapkan dapat memantau hal-hal yang telah direncanakan dengan

proses pelaksanaannya sehingga jika terjadi hambatan maupun hal-hal teknis yang

mengganggu pembelajaran, dapat segera diantisipasi. Manfaat observasi ini

adalah agar tujuan tindakan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Observasi

merupakan kegiatan yang cukup berpengaruh terhadap penentuan tindakan pada

siklus berikutnya. Pada pelaksanaan observasi terhadap guru tersebut, peneliti

bekerja sama dengan kolega sebagai pengamat atau observer. Melalui pengamatan

tindakan (observasi), para observer memerhatikan secara cermat pelaksanaan

skenario tindakan dari waktu ke waktu, serta dampaknya terhadap proses dan hasil

belajar siswa.

3.4.5 Refleksi Tindakan

Refleksi bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan. Berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna

menyempurnakan tindakan berikutnya. Pada tahap ini, peneliti melakukan

evaluasi diri terhadap tindakan yang dilakukan. Peneliti menganilis data-data yang

diperoleh dari hasil observasi, kemudian melakukan refleksi untuk menemukan

hal-hal yang perlu diperbaiki sehingga diketahui tingkat keefektivan pembelajaran

yang telah dilakukan. Refleksi dapat bersumber dari hasil observasi aktivitas guru

dan hasil evaluasi siswa dalam menulis cerita pendek. Hasil dari refleksi dapat

berguna untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat menjadi panduan bagi peneliti untuk melakukan

kegiatan refleksi, Syariffah (2006: 62).

a. Bagimana situasi yang terjadi antara perencanaan dengan pelaksanaan

(31)

b. Bagaimana presepsi peneliti dan siswa terhadap tindakan yang dilakukan?

c. Bagaimana efek dari tindakan yang telah dilakukan?

d. Kendala apa yang dihadapi peneliti dan siswa?

e. Apakah siswa mengalami peningkatan kemampuan menulis?

f. Adakah perubahan lebih lanjut yang diperlukan?

g. Alternatif tindakan mana yang dipandang lebih tepat?

Menurut Muslich (2009: 93), manfaat refleksi bagi peneliti adalah sebagai

berikut:

a) peneliti dapat memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata

dalam tindakan strategis, dengan mempertimbangkan ragam prespektif yang

mungkin ada dalam situasi pembelajaran kelas;

b)peneliti dapat memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas.

3.5 Teknik Penelitian

Ada dua teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik

pengumpulan data dan pengolahan data.

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data, yaitu melakukan tes, observasi berupa wawancara, penyebaran angket, dan

observasi tindakan. Seluruh data, peneliti dapatkan selama proses penelitian

berlansung. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

a. Tes

Teknik tes dilaksanakan pada setiap setiap siklus. Teknik ini digunakan untuk

mengukur kemampuan dasar atau prestasi siswa. Bentuk tes yang diberikan

kepada siswa berupa uraian bebas. Data yang diperoleh dari hasil siswa di setiap

siklus menjadi bahan untuk memperoleh hasil tindakan.

b. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia,

yaitu Lia Yuliana, S. Pd. dan tiga orang siswa kelas X-2 SMA Langlangbuana,

(32)

46

untuk mengetahui gambaran umum mengenai proses pembelajaran menulis cerita

pendek yang selama ini dilaksanakan.

c. Penyebaran angket

Untuk mendapatkan data mengenai pengalaman responden dalam

pembelajaran menulis cerita pendek, diadakan penyebaran lembar angket. Angket

merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang diisi oleh siswa, guna untuk

memberikan informasi selengkap-lengkapnya sehingga dapat dijadikan data yang

akurat dalam penelitian. pertanyaan-pertanyaan angket berkaitan dengan minat

menulis cerita pendek dan proses pembelajaran menulis cerita pendek yang

selama ini dilaksanakan.

Angket yang disebarkan dalam penelitian ini adalah angket berstruktur, yaitu

80% diberikan pilihan jawabannya dan 20% diminta pendapat pribadinya seputar

pembelajaran menulis cerita pendek. Oleh karena itu, responden harus memilih

jawaban yang telah disediakan dan menuangkan pendapatanya mengenai

pembelajaran menulis cerita pendek secara tertulis, tetapi tetap harus menjawab

berdasarkan dirinya sendiri. Angket disebarkan kepada seluruh siswa kelas X-2

SMA Langlangbuana. Pada lembar angket, terdapat delapan butir pertanyaan yang

menggunakan pilihan jawaban dan dua butir pertanyaan yang menggunakan

uraian. Jawaban dari angket dapat dijadikan landasan untuk pengambilan

keputusan terhadap keberhasilan penelitian. Hal tersebut terjadi karena diperkuat

oleh data konkret dari responden. Lembar angket terdapat pada lampiran.

d. Observasi tindakan

Teknik observasi dilaksanakan untuk mengamati aktivitas guru (peneliti)

dalam pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik peta

pemikiran. Teknik ini dilaksanakan dalam setiap siklus. Hasil observasi digunakan

sebagai bahan refleksi.

e. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan harian yang ditulis oleh observer segera

setelah proses pembelajaran berakhir. Catatan lapangan dimaksudkan untuk

(33)

menggunakan lembar observasi dan sebagai bahan refleksi untuk tindakan

selanjutnya.

f. Jurnal siswa

Jurnal siswa digunakan untuk memperoleh data mengenai respon siswa

terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Data tersebut dapat membantu

peneliti untuk melakukan tindakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

selanjutnya. Jurnal diberikan kepada setiap siswa di akhir pembelajaran.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian merupakan sarana penelitian, baik berupa tes,

maupun non-tes yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen non-tes dan instrumen tes.

Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Instrumen Non-tes

Instrumen non-tes dalam penelitian ini meliputi:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Langlangbuana

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : X-2

Semester : 2

Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit

1. STANDAR KOMPETENSI

(34)

48

2. KOMPETENSI DASAR

 Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, dan latar).

 Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa, dan latar).

3. TUJUAN PEMBELAJARAN

a) secara mandiri siswa mendaftar dan menyebutkan pengalaman diri sendiri atau

orang lain yang menarik;

b) secara mandiri siswa memilih salah satu pengalaman pribadi yang menarik;

c) secara mandiri siswa mampu menarasikan pengalaman dalam bentuk tulisan

berupa cerita pendek;

d) secara mandiri siswa mampu menghadirkan seluruh unsur intrinsik (tema,

alur/plot, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, serta gaya bahsa) yang

mendukung isi cerita.

4. INDIKATOR

a) mendaftar pengalaman sendiri atau orang lain yang menarik;

b) menarasikan pengalaman sendiri atau orang lain dalam bentuk tulisan;

c) menghadirkan seluruh unsur intrinsik (tema, alur/plot, latar, tokoh dan

penokohan, sudut pandang, serta gaya bahasa) yang mendukung isi cerita.

5. MATERI PEMBELAJARAN

a) Pengertian cerpen;

b) unsur-unsur cerita pendek, yaitu intrinsik (tema, alur/plot, latar, tokoh dan

penokohan, sudut pandang, serta gaya bahasa) dan ekstrinsik (judul dan

pengarang);

(35)

6. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Kegiatan Awal (10 menit)

1. Apersepsi

a) guru mengecek kesiapan siswa;

b) guru mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

c) guru memberi penguatan mengenai cerpen, unsur-unsur yang membangun

cerpen, dan memberikan contoh pengalaman hidup seseorang.

2. Motivasi

a) sekilas guru menceritakan kehidupan dan karya seorang penulis;

b) guru menunjukkan sebuah cerita pendek.

B. Kegiatan Inti (60 menit)

a) mengidentifikasi terlebih dahulu kebutuhan siswa;

b) merencanakan pembelajaran dengan mengaitkan media peta pemikiran yaitu

menampilkan peta gambar;

c) memulai mengajar sesuai rencana yang dibuat dengan melakukan induksi

(cara untuk masuk ke dalam keadaan fokus) melalui sugesti bangun (waking

suggestion);

d) melakukan afirmasi (mengucapkan satu kata mengenai ilustrasi pada peta

gambar berdasarkan pengalaman pribadi) sebagai bahan untuk memunculkan

gagasan dari siswa;

e) melakukan visualisasi dengan intens sebagai sarana agar siswa dapat

memproduksi gagasan sebanyak-banyaknya berkaitan dengan topik

pembelajaran menulis cerpen;

f) mengaplikasikan gagasan yang telah diproduksi ke dalam sebuah tulisan

berupa cerita pendek.

C. Konfirmasi (5 menit)

Guru melakukan refleksi mengenai sesuatu yang dialami oleh siswa selama

(36)

50

D. Kegiatan Akhir (5 menit)

a) siswa membuat rumusan simpulan terhadap butir-butir pembelajaran yang

telah diikuti;

b) guru memberikan penguatan terhadap simpulan materi yang telah diberikan;

c) guru menyampaikan materi untuk kegiatan pembelajaran berikutnya;

d) guru menutup kegiatan pembelajaran.

7. METODE PEMBELAJARAN

 Teknik : Peta pemikiran (thinking maps)

 Metode : Penugasan, tanya jawab, dan unjuk kerja.

8. SUMBER/ALAT/BAHAN

Buku Sekolah Elektronik (BSE) kelas X  Lembar Kerja Siswa (LKS)

 Cerita pendek

 Media pembelajaran berupa peta gambar

9. PENILAIAN / EVALUASI

Format Tes Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran

(Thinking Maps)

a. Tuangkanlah tulisanmu pada lembar polio bergaris yang telah disediakan, sertakan nama, kelas, dan nomor presensimu secara lengkap!

b. Cermatilah dengan seksama peta gambar yang telah dibuat, kemudian

tulislah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dan peta

gambar tersebut pada lembar tes yang telah disediakan!

c. Cerita pendek meliputi:

 Tema

(37)

 Tokoh dan penokohan

 Latar

 Gaya bahasa

 Sudut pandang

b. Wawancara

Pedoman Wawancara untuk Guru Pada Pra Penelitian

1. Menurut ibu sebagai pengajar bahasa Indonesia, dari empat keterampilan

berbahasa, siswa/siswi cenderung berpotensi ke arah mana?

Jawab:

……… ……… ……… ………..

2. Menurut ibu antusiasme siswa/siswi dalam pembelajaran menulis sudah bagus

atau belum? Mengapa demikian?

Jawab:

……… ……… ……… ………..

3. Kesulitan/kendala apa saja yang sering dihadapi ibu ketika menyampaikan

pembelajaran menulis cerita pendek?

Jawab:

(38)

52

4. Metode apa yang sering ibu terapkan dalam pembelajaran menulis, khususnya

menulis cerita pendek?

Jawab:

……… ……… ……… ………..

5. Kendala apakah yang ibu rasakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek

dengan metode yang biasa digunakan tersebut?

Jawab:

……… ……… ……… ………..

6. Menurut ibu, cocokkah metode peta pemikiran (thinking maps) diterapkan

dalam pembelajaran menulis cerita pendek?

Jawab:

……… ……… ……… ………..

Lembar Pedoman Wawancara untuk Guru Pada Pelaksanaan Penelitian

Pertanyaan Jawaban

1. Teknik apakah yang selama ini

ibu gunakan dalam pembelajaran

(39)

2. Kendala apakah yang ibu rasakan

dalam pembelajaran menulis

cerita pendek dengan teknik yang

biasa digunakan?

3. Bagimana kesan ibu terhadap

pembelajaran menulis cerita

pendek dengan menggunakan

teknik peta pemikiran (thinking

maps)?

4. Menurut ibu, pembelajaran

menulis cerita pendek dengan

menggunakan teknik peta

pemikiran (thinking maps).

Apakah lebih sulit atau mudah?

5. Bagaimana pendapat ibu terhadap

pembelajaran menulis cerita

pendek dengan menggunakan

teknik peta pemikiran (thinking

maps), apa kelebihan dan

(40)

54

c. Angket

Angket untuk Siswa Pada Pra Penelitian

1. Tulislah nama dan kelas kamu di tempat yang tersedia!

2. Isilah pertanyaan-pertanyaan dengan memberi tanda silang (x) pada jawaban

yang cocok menurut kamu!

Nama:……….. Kelas: ……….

Jawablah pertanyaan berikut dengan jujur!

1. Apakah kamu menyukai pelajaran Bahasa Indonesia?

a. Ya b. Tidak

2. Dalam pelajaran bahasa Indonesia terdapat materi menulis cerita pendek.

Apakah kamu menyukai materi tersebut?

a. Ya b. Tidak

3. Menurutmu, pentingkah jika kamu mampu menulis cerita pendek?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah kamu senang jika mendapatkan tugas untuk menulis cerita pendek?

a. Ya b. Tidak

5. Pernahkah kamu mendapat penghargaan dari guru jika cerita pendek yang

kamu tulis bagus?

a. Ya b. Tidak

6. Kesulitan apa saja yang kamu alami saat menulis cerita pendek?

Jawab:……… ……… ………..

7. Tema apa yang biasa kamu tulis dalam menulis cerita pendek?

(41)

8. Apakah kamu pernah mendengar istilah peta pemikiran (thinking maps)?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah kamu tertarik dengan metode peta pemikiran (thinking maps)?

a. Ya b. Tidak

10.Apakah kamu tertarik dengan metode peta pemikiran (thinking maps) jika

diterapkan dalam pembelajaran menulis cerita pendek?

a. Ya b. Tidak

Angket Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Cerita Pendek

Melalui Teknik Peta Pemikiran (Thinking Maps)

No Pernyataan SS S TS STS

1.

2.

3.

4.

5.

Saya senang menulis cerita pendek

Saya senang menulis cerita pendek dengan

menggunakan teknik peta pemikiran

Pembelajaran menulis cerita pendek

dengan menggunakan teknik peta

pemikiran yang saya ikuti sangat menarik

Saya merasa mudah dan terbantu dalam

menulis cerita pendek dengan

menggunakan teknik peta pemikiran

Pembelajaran menulis cerita pendek

dengan menggunakan teknik peta

pemikiran menumbuhkan daya imajinasi

(42)

56

6.

7.

Pembelajaran menulis cerita pendek

dengan menggunakan teknik peta

pemikiran membuat saya lebih rileks saat

menulis cerita pendek

Saya senang pembelajaran seperti ini

dibandingkan dengan pembelajaran

biasanya

Keterangan:

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

d. Observasi

Observasi Aktivitas Guru

No Hal yang Diamati Skor

1 2 3 4 5

1. Kemampuan Membuka

Pembelajaran

(43)

b. Menumbuhkan motivasi siswa

c. Memberi acuan bahan belajar

yang lama dengan yang baru

2. Sikap Guru dalam Proses

Pembelajaran

a. Kejelasan suara

b. Gerakan badan tidak mengganggu

perhatian siswa

c. Antusiasme penampilan atau

mimik

d. Menyesuaikan mobilitas dengan

keadaan siswa dan kelas

3. Penguasaan Bahan Ajar

a. Bahan ajar disajikan sesuai

dengan langkah-langkah yang

direncanakan

b. Kejelasan dalam menerangkan

materi

c. Kejelasan dalam memberikan

contoh

d. Mencerminkan keluasan wawasan

4. Implementasi Langkah-langkah

Pembelajaran

a. Mengidentifikasi terlebih dahulu

kebutuhan siswa

b. Merencanakan pembelajaran

(44)

58

pemikiran yaitu menampilkan

peta gambar

c. Memulai mengajar sesuai rencana

yang dibuat dengan melakukan

induksi (cara untuk masuk ke

dalam keadaan fokus) melalui

sugesti bangun (waking

suggestion)

d. Melakukan afirmasi

(mengucapkan satu kata mengenai

ilustrasi pada peta gambar

berdasarkan pengalaman pribadi)

sebagai bahan untuk

memunculkan gagasan dari siswa

e. Melakukan visualisasi dengan

intens sebagai sarana agar siswa

dapat memproduksi gagasan

sebanyak-banyaknya berkaitan

dengan topik pembelajaran

menulis cerpen

f. Mengaplikasikan gagasan yang

telah diproduksi ke dalam sebuah

tulisan berupa cerita pendek.

5. Kemampuan menggunakan media

a. Memerhatikan prinsip

penggunaan media

b. Tepat saat penggunaan

c. Terampil dalam mengoperasikan

d. Membantu kelancaran proses

(45)

6. Evaluasi

a. Melakukan evaluasi berdasarkan

tuntutan aspek kompetensi

b. Melakukan evaluasi butir soal

yang telah direncanakan dalam

RPP

c. Melakukan evaluasi sesuai

alokasi waktu yang direncanakan

d. Melakukan evaluasi sesuai

dengan bentuk dan jenis yang

dirancang

7. Kemampuan menutup

pembelajaran

a. Meninjau kembali

b. Memberikan kesempatan bertanya

c. Menugaskan kegiatan

ko-kurikuler

d. Menginformasikan bahan ajar

berikutnya

Keterangan:

 5 = Sangat Baik; 4 = Baik; 3 = Cukup; 2 = Kurang; 1 = Sangat Kurang

(46)

60

Observasi Aktivitas Siswa

No Nama Siswa Keseriusan Kerjasama Keberanian Keaktifan

1.

2.

3.

Jumlah

(%)

Keterangan:

A= Sangat Baik

B= Baik

C= Cukup

D= Kurang

E= Sangat Kurang

e. Catatan Lapangan

Format Catatan Lapangan

Hari/tanggal :

Observer :

(47)

Catatan Lapangan Pembelajaran

Catatan lapangan Kendala/kesulitan Solusi/saran

f. Jurnal Siswa

Jurnal Siswa

Nama:

Kelas:

(48)

62

3. Berikan saran untuk pembelajaran berikutnya!

(49)

2. Instrumen Tes

Format Tes Menulis Cerita Pendek Melalui Teknik Peta Pemikiran

(Thinking Maps)

a. Tuangkanlah tulisanmu pada lembar polio bergaris yang telah disediakan, sertakan nama, kelas, dan nomor presensimu secara lengkap!

b. Cermatilah dengan seksama peta gambar yang telah dibuat, kemudian

tulislah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dan peta

gambar tersebut pada lembar tes yang telah disediakan!

c. Cerita pendek meliputi:

 Tema

 Alur

 Tokoh dan penokohan

 Latar

 Gaya bahasa

 Sudut pandang

3.5.3 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil penelitian, selanjutnya dilaksanakan

pengolahan data. Adapun langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah

sebagai berikut.

a. Inventaris data

Peneliti mengumpulkan seluruh data penelitian, yaitu angket, lembar observasi

aktivitas guru, dan hasil tes menulis siswa berupa penulisan cerita pendek.

inventaris data mulai dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan.

b. Analisis data

Peneliti memeriksa dan menafsirkan hasil observasi aktivitas guru, serta

menganalisis hasil tulisan siswa berupa cerita pendek yang telah dilaksanakan di

Gambar

gambar berdasarkan pengalaman pribadi) sebagai bahan untuk memunculkan
gambar tersebut pada lembar tes yang telah disediakan!
gambar tersebut pada lembar tes yang telah disediakan!

Referensi

Dokumen terkait

Dengan meninjau permasalahan yang dibahas di skripsi ini yaitu Bagaimana hubungan transaksi antara konsumen dengan Ahli Tukang Gigi, Bagaimana tanggung jawab Ahli Tukang

PENINGKATAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA MELALUI METODE TUGAS DALAM PEMBELAJARAN IPS: (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Tanjungsari Kelas VIII A).. Universitas

PENINGKATAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA MELALUI METODE TUGAS DALAM PEMBELAJARAN IPS: (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Tanjungsari Kelas VIII A).. Universitas

Memahami Perilaku Pemilih Pada Pemilu 2004 di Indonesia. Jurnal Demokrasi

Pengaruh Kepemimpinan Berbasis Nilai ( Value-Based Leadersip ) kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru di SD Negeri di se- kecamatan Kejaksan Kota

The role of reading identities and reading abilities in students’ discussions about texts and comprehension strategies.. Main idea identification: instructional explanation

Penelitian ini menjelaskan dan menganalisis tentang masalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja dengan mengambil lokasi penelitian di Kampung

Puji syukur selalu terucap kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai persyaratan untuk