• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKOM_DDRT-SRT PUNDUNGSARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REKOM_DDRT-SRT PUNDUNGSARI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

G.4. ANALISIS HASIL KAJIAN

DESA PUNDUNGSARI, KEC. SEMIN, KAB. GUNUNGKIDUL

INDIKATOR

KEBERHASILAN KEKUATAN (STRENGTHS) KELEMAHAN (WEAKNESSES) REKOMENDASI

INSTANSI PENANGGUNG

JAWAB KETERANGAN

1. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam di tingkat rumah tangga dan wilayah

 Luas wilayah : 728 Ha dengan potensi pertanian yang masih luas untuk tanaman pangan, hortikultura

 terdapat 96%

masyarakat yang memiliki persediaan pangan (DDRT)

 Kepemilikan hewan ternak (DDRT) = 48%

 Memiliki kelompok tani, gapoktan dan pengusaha olahan pangan

 Masih banyak lahan tidur dan atau lahan

pekarangan yang belum dimanfaatkan

 Penumbuhan / Pengembangan Kelompok Lumbung Pangan

 Pembangunan Fisik Lumbung

Pangan

 Pelatihan manajemen usaha

 Pengembangan usaha usaha

produktif

 Pengembangan pemanfaatan lahan tidur dan lahan pekarangan

 Pengembangan usaha ternak

 Pengembangan usaha pertanian

Faktor kualitas Sumber Daya Manusia

menyebabkan belum optimalnya pengelolaan potensi desa.

2. Meningkatnya daya beli dan akses pangan rumah tangga dan di wilayah

 Lebih dari 50% telah memiliki berbagai aset penting penunjang ekonomi

 53% mampu membeli 1 stel pakaian dalam 1 tahun (DDRT)

 Aspek distribusi desa terus berkembang

 Pendapatan ekononomi keluarga masih rendah (keluarga miskin)

 Penguatan Permodalan usaha Produktif

 Pelatihan motivasi usaha dan inovasi produk

Pelatihan usaha perdagangan untuk meningkatkan kontribusi terhadap akses pangan rumah tangga

 BKPP

 Dinas

Perindustrian Dan Koperasi

Akses pangan rumah tangga semakin meningkat namun rendahnya kemampuan daya beli akibat inflasi dan rendahnya pendapatan keluarga

3. Meningkatnya pola konsumsi pangan beragam bergizi berimbang dan aman

 Adanya kader gizi, PPL,

 50 % mengkonsumsi protein hewani (DDRT)

 Memiliki potensi pangan lokal

 43% tidak pernah mengkonsumsi pangan yang lengkap (SRT)

 Pengertian dan kesadaran

masyarakat mengenai

 Pelatihan B2SA pada para Kader Gizi dan PKK.

 Program Sosialisasi B2SA melalui pertemuan pertemuan tingkat desa hingga tingkat

 BKPP

 Dinas Kesehatan

(2)

B2SA masih rendah

kelompok masyarakat serta memasang spanduk gerakan B2SA

 Mencanangkan Gerakan B2SA.

 Secara kontinyu melaksanakan

lomba olah pangan B2SA untuk memotivasi masyarakat. 4. Berkembangnya

usaha produktif berbasis

sumberdaya lokal (pangan segar atau olahan) yang mampu

menjangkau pasar yang lebih luas

 Terdapat sentra sentra usaha olahan lokal (pati aci)

 63% tdak memiliki aset kendaraan bermotor

 Semangat wirausaha

masih rendah = 17% (SRT)

 Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan tidur

 Pengembangan budidaya sayuran

 Pengembangan olahan patiaci  Pelatihan manajemen usaha

dan kewirausahaan

 Pelatihan teknis usaha olahan dan budidaya

- Efisiensi proses produksi - Inovasi produk

- Sertifikasi - Pemasaran

 Penguatan modal usaha

 BKPP

 Dinas Perindustrian Dan Koperasi

Motivasi usaha dan ketrampilan (khususnya keluarga tidak mampu) masih rendah dan sebagian besar memilih menjadi buruh daripada berwirausaha

5. Berkembangnya lembaga layanan permodalan lokal (LKM atau koperasi) yang melayani kebutuhan permodalan bagi masyarakat setempat

 Kebiasaan meminjam uang = koperasi 7%

 Terdapat LKM dan Koperasi

 Kebiasaan meminjam uang = koperasi 52%

 Masih terdapat masyarakat yang

meminjam uang di renten

 Tidak Mengenal

perbankan 90% (SRT)

 86% kk miskin tidak memiliki kebiasaan menabung

 Kurangnya sosialisasi pemasaran permodalan

 KK Miskin tidak memiliki

jaminan untuk

mengakses permodalan

 Penguatan Modal Usaha LKM/LKD

 Penumbuhan LKM /LKD

 Gerakan menabung

 Dinas Perindustrian Dan Koperasi

 BKPP

Keberanian mengakses modal ke bank dan lembaga keuangan masih rendah yang disebabkan oleh : - Kurangnya sosialisasi

dari lembaga permodalan - KK miskin tidak

memiliki jaminan - KK Miskin sebagian

(3)

 KK Miskin tidak memiliki usaha (sebagian besar pekerjaan utama buruh tani)

6. Desa (Lokasi) penerima manfaat sudah tidak lagi masuk kategori rawan pangan, tidak lagi dijumpai orang yang kelaparan /rawan pangan

 96% masyarakat memiliki persediaan pangan (DDRT)

 Desa memiliki SDA yang potensial.

 Semangat

Kebersamaan dan gotong royong warga masih tinggi

 Angka kemiskinan = 48%

 Laju Pertumbuhan

penduduk semakin meningkat

 Seiring perkembangan waktu lahan pertanian semakin berkurang.

 Livelihood dan mindset masyarakat masih rendah

 Pemantauan / Evaluasi secara intensif mengenai kondisi rawan pangan di desa ini

 Pengembangan Program program berbasis kemandirian

 Penguatan Kelembagaan desa

(lembaga sosial dan ekonomi) berbasis kemandirian

 Penguatan aspek ketersediaan,

distribusi dan konsumsi, serta sarana dan prasarana

 BKPP

 BPS  PEMDA

 PEMDES

 BKKBN

Tingkat kemiskinan, Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, ketersediaan lahan yang semakin berkurang, kualitas SDM yang rendah menjadi faktor kerawananpangan

7. Mantapnya organisasi / kelembagaan yang ada (TPD, Gapoktan, LKM/Koperasi, Asosiasi Komoditas /olahan pangan)

 Telah memiliki kelembagaan Gapoktan, LKM, TPD (baru)

 Belum ada kerjasama antar lembaga atau organisasi di tingkat desa untuk mewujudkan tujuan pembangunan desa

 Masih lemahnya dinamika kelembagaan yang ada (krisis SDM yang memiliki kemauan dan kemampuan mengelola)

 Koordinasi antar lembaga desa secara rutin

 Pembinaan dinamika kelompok

yang berkelanjutan

 Pembentukan asosiasi komoditas

 Pemerintah Desa

 Dinas

Pertanian,

 Dinas Perindustrian Dan Koperasi

 BKPP

Kurangnya kerjasama antar lembaga, terbatasnya SDM yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam mengelola lembaga yang ada.

8. Pembentukan jaringan usaha / kemitraan dan pemupukan sumber permodalan masyarakat

 Tersedia berbagai jenis

usaha produktif

 Kerjasama antar

pengusaha masih rendah

 Pemupukan sumber permodalan belum dioptimalisasi

 Masyarakat kurang percaya terhadap lembaga permodalan yang belum berbadan hukum

 Program temu usaha antar

desa

 Pameran produk lokal

 Penguatan LKM

 Pembentukan kelompok

asosiasi

 Gerakan menabung

 Fasilitasi Badan Hukum Bagi Lembaga Permodalan

 BAPEDA  BKPP  Dinas

Perindustrian Dan Koperasi

(4)

 86% kk miskin tidak memiliki kebiasaan menabung

9. Jajanan anak sekolah aman dari cemaran

mikrobiologi, kimia dan fisik

 Adanya pengusaha olahan lokal yang masih mampu dibina dan dikembangkan untuk membuat produk lokal yang aman

 Kemampuan pengusaha memproduksi produk jajanan sekolah yang aman dan inovatif masih rendah

 Kesulitan ekonomi menyebabkan beberapa pengusaha produk pangan menggunakan bahan bahan yang tidak aman untuk

meningkatkan pendapatan

 Siswa tidak terbiasa membawa bekal makanan kesekolah

 Sosialisasi kepada anak didik serta pengusaha kantin sekolah melalui guru mengenai jajanan anak sekolah yang aman

 Sosialisasi kepada masyarakat tentang produk pangan yang aman

 Pembinaan kepada pengusaha agar menyediakan produk jajanan anak sekolah yang amab

 Test sampel produk jajanan sekolah dan mensosialisasikan hasilnya kepada masing masing pengusaha

 Penerapan sanksi tegas bagi pengusaha yang tidak menyediakan produk pangan yang aman

 BKPP

 Dinas Perindustrian Dan Koperasi

 Dinas Kesehatan

 Badan POM

Terdapat beberapa pengusaha olahan yang berpotensi untuk memproduksi jajanan sekolah namun kemampuan inovasi produk masih rendah dan dampak dari lemahnya ekonomi menyebabkan beberapa pengusaha

menggunakan bahan bahan yang tidak aman untuk meningkatkan pendapatannya.

10. Menurunya prosentase jumlah keluarga miskin

 Berkembangnya usaha usaha produktif

 Akses ekonomi semakin berkembang

 Angka Kemiskinan 48%

 Masih banyak rumah

tidak layak huni

 Pertumbuhan penduduk dan keluarga baru yang terus berkembang

 Semangat motivasi usaha dan ketrampilan masih rendah

 Kurangnya akses permodalan

 Peningkatan program – program pemberdayaan berbasis pengentasan kemiskinan dan singkronisasinya

 Peningkatan berbagai akses ekonomi yang dibutuhkan masyarakat

 Peningkatan Skill / ketrampilan

berwirausaha

 Penyediaan Kredit lunak untuk usaha

 Bantuan Perumahan Swadaya  Peningkatan sarana dan

prasarana fisik penunjang

 Dinas Perindustrian Dan Koperasi

 BAPEDA

 Kemenpera

 Dinas PU

Usaha produktif dan berbagai akses ekonomi desa terus berkembang namun seiring

(5)

ekonomi desa

11. Tingkat partisipasi masyarakat bertambah

 Semangat gotong royong masyarakat masih tinggi

 Masuknya budaya luar yang individualise

 Program Peningkatan Pemberdayaan masyarakat desa

 Gerakan cinta produk lokal

 Pemberdayaan partisipasi masyarakat desa dari perencanaan hingga pengawasan program

 BAPEDA

 BKPP

 PEMERINTAH DESA

Seiring perkembangan jaman masuknya budaya luar dari perpindahan penduduk dapat menjadi faktor mundurnya kebersamaan gotongroyong dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan 12. Prosentase

tingkat laju pertumbuhan penduduk tidak mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya

 Kesadaran KB meningkat

 Jumlah anggota rumah tangga yang lebih dari 4 = 16% (DDRT)

 Pembinaan kepada para remaja akan dampak pernikahan dini

 Sosialisasi Program KB

 BKKBN

 DINAS SOSIAL

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan akan KB

13. Tersedianya air bersih dan infrastruktur fisik memadai

 Semangat gotong royong dan swadaya dibidang pembangunan cukup tinggi

 Kerusakan berbagai jalur distribusi dan

perhubungan

 Pembangunan sarana Air Bersih di wilayah kutugan tepus jelok

 Drainase jalan desa semin – karangsari

 Pembangunan jalur

perhubungan / distribusi dusun kutugan - tepus – jelok 3km

 sedono dan bonpon yang

merupakan wilayah rawan longsorPambangunan Talud di jelok

 DINAS PU

 DINAS PMD  PEMDA

Terdapat beberapa potensi SDA, smangat swadaya dan

gotongroyong yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan fasilitas infrastruktur fisik namun rusaknya fasilitas membutuhkan dana yang cukup besar

14. Terfasilitasinya kelompok –

 Anak drop out rendah  Fasilitas pendidikan

 KK tamat SD = 42  KK tidak tamat SD= 27%

 Bantuan Sarana Pendidikan SD

dan SMP

 DINAS

PENDIDIKAN

(6)

kelompok belajar untuk

meningkatkan SDM

terjangkau  Bantuan sarana Pendidikan

PAUD dan TK

 Bantuan Sarana Pendidikan Non-Formal

 Pembentukan Kelompok Belajar Masyarakat berbasis Usaha dan bantuan sarana pendidikannya

Referensi

Dokumen terkait

Dapat diuraikan bahwa hasil penelitian antara latihan squat jump dan latihan skipping rope sama-sama memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemampuan smash bola voli,

[r]

Pada tahap ini akan dilakukan logic model pada kondisi sebenarnya (existing) untuk mengetahui bagaimana kondisi proses belajar mengajar pada mata kuliah kewirausahaan

dan (3) jumlah buku yang pernah dibaca, diperoleh hasil bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas berupa penggunaan Reading Corner dalam pembelajaran membaca pada

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Katolik Soegijapranata Hak Bebas Royalti Nonekslusif atas karya ilmiah saya yang berjudul

Dalam penelitian ini salah satu langkah yang harus dilakukan adalah melakukan overlay data guna memonitor antara hasil digitasi kavling dengan mengacu pada peta

Jika dibandingkan dengan neraca perdagangan non migas pada April tahun sebelumnya, maka defisit neraca perdagangan non migas meningkat dari USD 0,2 miliar pada

Setelah melalui proses digitasi serta pengolahan data sekunder dengan menggunakan metode penginderaan jauh & SIG, maka hasil evaluasi kesesuaian bangunan