• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konstruksi Bangunan Lingkungan Fisik Dan Indeks Angka Kuman Udara Di Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Konstruksi Bangunan Lingkungan Fisik Dan Indeks Angka Kuman Udara Di Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan Tahun 2017"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Terciptanya kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan daya dukung bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal (Depkes RI, 2004). Udara dapat dikelompokkan menjadi udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan (Waluyo, 2009). Pencemaran udara yang sering terjadi saat ini semakin menunjukkan kondisi yang sangat mengkhawatirkan bagi kesehatan (Depkes RI, 2004).

Pembangunan kesehatan memiliki salah satu sasaran dalam mewujudkan lingkungan yang sehat seperti lingkungan rumah sakit. Rumah sakit menjadi salah satu tempat terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penularan penyakit. Selain itu sanitasi rumah sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, dan biologis di rumah sakit, yang menimbulkan atau dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada kesehatan jasmani, rohani dan kesejahteraan social bagi petgas, penderit, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit (Pengastuti, 2008).

(2)

No.1204/MENKES/SK/X/2004. Sebagai suatu institusi, rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan dalam rangka mengobati dan menyembuhkan penderita, sehingga didapatkan kondisi yang sehat dan terbebas dari penyakit. Kualitas lingkungan di rumah sakit menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan, karena beberapa cara transmisi kuman penyebab infeksi dapat terjadi melalui droplet, airborne maupun kontak langsung. Dengan demikian penyebab penyakit dapat berada di udara, lantai, dinding maupun peralatan medis (Suwarni et al., 2001 dalam Wulandari et al., 2015).

Fungsi rumah sakit untuk mempercepat penyembuhan dan pemulihan penderita sebagaimana yang diharapkan, dampak belum dapat diselenggarakan secara optimal. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif seperti terhambatnya proses penyembuhn dan pemulihan penderita, timbul pengaruh buruk pada petugas, dan tercemarnya lingkungan yang menjadi sumber penyakit bagi masyarakat. Dampak negatif ini menjadikan tujuan utama rumah sakit sebagai penyelenggara pengasuhan pasien yang berkualitas tinggi masih belum tercapai, akibatnya serinfkali rumah sakit kehilangan citranya dan berubah fungsi menjadi tempat yang memberikan kesan tidak teratur, kotor, tidak nyaman, berbahaya dan sebagainya. Salah satu penyebab yang cukup berperan dalam menciptakan kondisi rumah sakit adalah kurangnya perhatian terhadap instansi rumah sakit. Salah satu ruangan yang berada di rumah sakit yang berpotensi terjadi kontaminasi adalah ruang rawat inap.

(3)

dalamnya. Melihat faktor pemeliharaan ruangan di rumah sakit seperti kebersihan pada ruang rawat inap berbeda dengan ruang operasi dan isolasi yang menggunakan sterilisasi yang ketat, akses untuk masuk ke ruang rawat inap lebih mudah mengingat kepentingan berkunjung ke ruang rawat inap lebih tinggi dibandingkan dengan ruang cuci atau dapur. Lantai ruang perawatan di rumah sakit merupakan salah satu media selain udara yang menjadi tempat untuk bertebarnya berbagai jenis mikroorganisme (Suwarni et al., 2001 dalam Wulandari et al., 2015).

Beberapa kasus terkait penyakit menular di rumah sakit di Jakarta ditemukan bahwa dari 167 spesimen hapus tangan dan kuku petugas yang diperiksa terdapat 85,1% yang tidak steril yang mengandung 31,6% kuman batang berspora; 17,9% bakteri Coliform; 12,9% Staphylococcus epidermidis; 7,9% Pseudomonas aeruginosa; 7,3% Clostridium spp.; 6,2% Klebsiella spp.; 5,1% Streptococcushaemolyticus; 4,5% Clostridium welchii; 2,8% Proteus spp.; 2,3% E. coli; 1,1% Staphylococcus aureus; dan 0,6% Pseudomonas spp (Janas dan Punjabi, 1992 dalam Abdullah dan Hakim, 2011).

(4)

lebih dari 500 koloni/m3 udara (Abdullah dan Hakim, 2011). Kondisi sanitasi dari lingkungan fisik dan konstruksi bangunan yang ada di ruang rawat inap sangat mempengaruhi kesehatan pasien dan pengunjung.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1204/MENKES/SK/X/2004 juga mengatur tentang lingkungan fisik yang meliputi pencahayaan, suhu, dan kelembapan. Berapa faktor tersebut berperan penting kepada peningkatan angka kuman yang ada di dalam ruangan. Dipilihnya ruang perawatan sebagai lokasi penelitian karena pada ruang perawatan tersebut merupakan salah satu ruangan yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan kuman misalnya pada udara. Dari upaya sanitasi rumah sakit tersebut, salah satu yang penting untuk diperhatikan adalah kebersihan udara dalam ruang perawatan. Hal ini dikarenakan beberapa cara transmisi kuman penyebab infeksi terjadi melalui udara, pernafasan dan lain-lain. Selain itu ruang perawatan merupakan ruang yang paling banyak terjadi interaksi antara pasien dengan petugas kesehatan maupun pasien dengan pengunjung.

(5)

terhadap pasien. Studi kasus dalam penelitian ini adalah ruang rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Konstruksi bangunan di Rumah Sakit Bhayangkara pada ruang rawat inap memiliki kondisi fisik yang kurang baik salah satu diantaranya ialah kurangnya pencahayaan langsung dari sinar matahari kedalam ruang rawat inap dimana dapat mengakibatkan tingginya jumlah angka kuman udara.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi bangunan, lingkungan fisik dan indeks angka kuman udara pada ruang rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan pada tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran konstruksi bangunan yang meliputi persyaratan konstruksi bangunan pada ruang rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara TK II medan.

2. Mengukur lingkungan fisik yang meliputi pencahayaan, kelembaban dan suhu ruangan yang ada di rumah sakit bhayangkara TK II medan.

(6)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat dapat mengetahui bagaimana kondisi dari kontruksi bagunan, lingkungan fisik dan angka kuman udara yang di ruang rawat inap pada Rumah Sakit Bhayangkara TK II medan

2. Bagi Instansi

Memberikan informasi pada Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan mengenai keadaan ruang perawatan khususnya konstruksi bangunan, lingkungan fisik dan indeks angka kuman udara pada ruang rawat inap, sehingga dapat dijadikan masukan dalam menentukan langkah perbaikan dan pembinaan.

3. Bagi Peneliti Lain

(7)

Prasasti CI, Mukono J, Sudarmaji. Pengaruh Kualitas Udara Dalam Ruangan Ber-AC Terhadap Gangguan Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005;1(2).

Aditama TY, Hastuti T. Kesehatan dan keselamatan kerja. Jakarta: Universitas Indonesia; 2002.

Haryono. Infeksi Nosokomial Rumah Sakit. Jakarta: Renika; 2010.

Kepmenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.2004.

Referensi

Dokumen terkait

PEMBELAJARAN PERAKITAN KOMPUTER DENGAN MODEL SAVI BERBANTUAN MULTIMEDIA 3D UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dengan sejarah dan juga tingkat share market yang dihasilkan tergolong baik pada penayangan dari program berita tersebut akhirnya penulis memutuskan untuk mengangkat program ini

• Karena itulah, kedelai adalah salah satu sumber protein terbaik, terutama untuk vegetarian dan orang yang tidak tega/bisa makan daging. • Kedelai mempunyai asam amino yang tinggi

Aspirasi benda asing bronkus adalah masalah yang sering pada anak-anak dan merupakan masalah serius serta bisa berakibat fatal. Sebagian besar aspirasi benda asing di

28 September 2016 Membantu memilih bahan baku yang masuk 29 September 2016 Merekap jumlah barang yang dikeluarkan 30 September 2016 Mencatat bahan masuk dan merekapnya. 1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata diantara dua level pemberian tepung MO terhadap konsumsi pakan (berat kering, protein kasar, serat kasar,

Infark miokard adalah kematian jaringan otot jantung yang ditandai adanya sakit dada yang khas lama sakitnya lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat atau pemberian

b. Dengan menggunakan jangka, lukislah dua buah lingkaran kongruen dengan titik pusat A dan B serta berjari-jari sama dengan tali busur AB.. Tentukan titik potong dari kedua