UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODOLOGI
3.1. Kerangka Perancangan
Menurut buku Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif karangan Dr. Elvinaro Ardianto mencirikan metode kualitatif deskripsi sebagai berikut : Metode kualitatif deskriptif menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting). Penelitian terjun langsung ke lapangan,bertindak sebagai pengamat. Ia membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Ia tidak berusaha untuk memanipulasi variable. (Ardianto, 2014:6).
3.2 . Kerangka Pendekatan
Dalam membuat analisis ini, dapat dilakukan beberapa pendekatan yang berkaitan dengan tujuan perancangan. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu : 1. Pendekatan dengan studi ke lapangan
Ialah pendekatan dengan mengumpulan data-data yang ada dengan dilakukannya perolehan data dari instansi terkait, observasi lapangan, dan lingkungan sekitar, kegiatan atau aktivitas, fungsi eksisting serta menganalisa potensi dan permasalahan yang ada dilingkungan sekitar serta memperoleh gambaran maupun data dari survey studi lapangan.
2. Pendekatan dengan cara studi literatur/studi pustaka
Ialah pendekatan dengan mengumpulan data untuk mempelajari
permasalahan yang ditemukan serta pemecahkan masalah berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan dan mendukung dalam proses perancangan seperti jurnal,buku panduan, standar bangunan maupun standar keselamatan pada bangunan seusai dengan fungsi proyek dan kelayakannya. 3. Pendekatan dengan cara studi banding
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mencari data yang telah ada. Sumber-sumber dapat berupa survey langsung maupun sumber tertulis seperti buku, media cetak, internet da sumber-sumber lain yang dianggap dapat mendukung proses perancangan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan cara survei lapangan. Mengamati permasalahan yang ada pada tapak dan mencatat data-data tapak, potensi tapak dan mengambil gambar yang dibutuhkan.
2. Metode Literatur
Dalam memperoleh data dan informasi yang diperlukan, digunakan studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan diperoleh dengan cara mengkaji literatur dan beberapa hasil observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data terkait dengan daya dukung jalan dan fungsi yang telah ada disekitar wilayah Batang Kuis. Adapun data yang dibutuhkan terdiri dari :
3. Data Primer
Data primer berupa data yang berhubungan dengan data fisik kawasan. Data primer merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang dihasilkan melalui wawancara dan observasi langsung. Data primer tersebut diantaranya adala : a. Kondisi Lahan
b. Kondisi Bentuk dan Massa Bangunan c. Kondisi Sirkulasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang didapatkan dari kajian literatur yang diperoleh dari sumber-sumber terkait, seperti :
a. Data mengenai kondisi lokasi perancangan, pencapaian lokasi yang diperoleh dari google earthdan google maps.
b. Data mengenai tata guna lahan, data ini dapat diperoleh dari Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK).
6. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori-teori, pendapat-pendapat serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media cetak, khususnya buku-buku yang menunjang dan relevan dalam masalah yang dibahas dalam penelitian. (Suarwono, 2010:34-35).
3.4. Metode Diagnosis/Analisa
BAB IV
DESKRIPSI PROYEK
Gambar 4.1. Peta Indonesia
Sumber: google.com
Letak geografis kota Medan berada pada 2o27’-2o47’ lintang utara
dan 98o35’- 98o44’ bujur timur. Berada 2.5-37.5 meter diatas permukaan laut.
Topografi site datar (tidak berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum antara
23.3oC-24.4oC dan suhu maksimum antara 30.7oC-33.2oC. Wilayah
Pengembangan Pembangunan Kota Medan terdiri dari 5 WPP, beserta wilayah
per WPP, seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Tata Guna Lahan Kota Medan
WPP Cakupan Kecamatan Pusat
Pengembangan Sasaran Peruntukkan
A rekreasi, maritim, usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan
B Kec. Medan Deli Tanjung Mulia
Kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, pemukiman, pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, dan sarana pendidikan
C
1. Kec. Medan Timur 2. Kec. Medan perjuangan 3. Kec. Medan Tembung 4. Kec. Medan Area 5. Kec. Medan Denai 6. Kec. Medan Amplas
Aksara
Tabel 4.1. Tata Guna Lahan Kota Medan (Lanjutan)
WPP Cakupan Kecamatan Pusat
Pengembangan Sasaran Peruntukkan
D
Kawasan perdagangan, perkotaan, rekreasi indoor dan pemukiman, dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanen, penanganan sampah dan sarana pendidikan 6. Kec. Medan Tuntungan
Sei Sikambing
Kawasan pemukiman, perdagangan, dan rekreasi dengan program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan
Gambar 4.2. Lokasi Perancangan Proyek, Jalan Pattimura kec. Medan Baru,
Sumatera Utara
4.1. Judul Proyek
Lokasi perancangan Galeri Paradise of North Sumatera berada di Jalan
Pattimura, Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Lokasi perancangan ini merupakan kawasan rekreasi indoor dan
pendidikan dengan tujuan menciptakan kondisi yang mudah bagi kalangan
pelajar untuk dapat mengakses fasilitas dan informasi.
Kondisi eksisting pada lokasi perancangan pada saat ini terdiri atas lahan
kosong berupa tanah, pasir dan rumput dengan kondisi kontur tanah yang agak
datar dan dikelilingi oleh vegetasi rawa dan pohon rindang. Secara umum dapat
diuraikan dekskripsi umum proyek Galeri Paradise of North Sumatera di Kota
Medan ini adalah sebagai berikut:
1. Nama Proyek : Galeri Paradise of North Sumatera di Kota Medan
2. Status Proyek : Fiktif
3. Lokasi : Jl. Pattimura, Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Provinsi
Sumatera Utara, Indonesia.
Gambar 4.3. Peta Lokasi Site
Sumber: Google map
Luas Lahan : + 1,8 Ha (+ 18.000 m2)
Kontur : Datar
KDB : 80 %
KLB : 3-5 lantai
GSB : 9,5 meter
Potensi Lahan :
1. Terletak dipusat kota
3. Luas site mendukung + 1,8 Ha
4. Memiliki jalur utilitas yang baik
5. Lahan memiliki potensi alam yang tinggi, terdapat sungai dan pepohonan
yang tinggi.
6. Dilalui angkutan umum
4.2. Luasan Site
Site untuk proyek ini berbentuk persegi panjang dengan luas keseluruhan
1,8 Ha. (multi massa). Dapat dilihat pada gambar.
Gambar 4.4. Ukuran Site
Sumber: Google map
Lebar Jln. Kapten Pattimura : 17 meter
GSB Jln. Kapten Pattimura : 9,5 meter
GGS (Sungai Babura) : 15 meter
Bangunan Eksisting : tanah kosong
4.3. Tata Guna Lahan
Di dalam RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kotamadya Medan),
lokasi site berada di daerah Jalan K. patimura, Kecamatan Medan Baru, yang
termasuk ke dalam WPP D (wilayah pengembangan Pembangunan D) dengan inti
kota sebagai pusat perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor dan pemukiman,
sampah dan sarana pendidikan. Sebagai kawasan perkantoran, rekreasi indoor
dan pemukiman, lokasi ini sangat berpotensi untuk dibangunnya bangunan yang
bersifat edukatif dan rekreatif sebagai wadah pengembangan seni bagi
masyarakat Kota Medan.
Peta tata guna lahan dengan radius 500 meter:
Gambar 4.5. Peta Tata Guna Lahan
Sumber : Olahan Data dan RUTRK, 2017
Legenda
U
= Permukiman Penduduk
= Perkantoran
= Sarana Penginapan
= Taman
= Fasilitas Umum (kesehatan, peribadatan, organisasi baik pemerintahan maupun swasta, SPBU)
= Sarana Pendidikan
4.4. Sarana dan Prasarana
Prasarana yang mendukung site diantaranya:
1. Jalan yang cukup lebar pada Jalan K.Pattimura memungkinkan sirkulasi
kendaraan dan jalan Gang samping site yang akan menjadi jalur sirkulasi
alternative.
2. Fasilitas air bersih
3. Fasilitas roil kota
4. Fasilitas listrik
5. Fasilitas pedestrian
6. Fasilitas telepon
Gambar 4.6. Jalan Sudirman
Sumber: Data Survei, 2017
Gambar 4.7. Jalan K. Pattimura
Sumber: Data Survei, 2017
Gambar 4.8. Fasilitas Gas, Telepon dan Listrik
Gambar 4.9. Fasilitas Jalur Pedestrian
Gambar 4.10. Saluran Parit
Melihat dari keberadaan lokasi, terdapat beberapa sarana yang dapat menjadi
pendukung, diantaranya:
1. Sarana rekreasi
2. Sarana pendidikan
Gambar 4.12. Sarana Pendidikan
3. Sarana peribadatan
Gambar 4.13. Sarana Peribadatan
4. Sarana kesehatan
5. Sarana perkantoran
Gambar 4.15. Perkantoran
Secara umum, kawasan sekitar site merupakan area yang berpotensi sebagai
area rekreasi dan pendidikan yang didukung dengan adanya permukiman
4.7. Bangunan Keksisting Sekitar
Gambar 4.16. Bangunan Sekitar
Lokasi site berada di sekitar bangunan pendidikan, dan rekreasi, sangat
mendukung fungsi proyek. Hal ini dikarenakan Galeri Seni ini memiliki tujuan
BAB V
ANANLISA PERANCANGAN
5.1. Analisis Fungsional
5.1.1. Program Kegiatan
Berikut adalah tabel kelompok, jenis, karakteristik dan pemakai
ruangan dalam Galeri Paradise of North Sumatera di Medan.
Tabel 5.1. Analisa Kegiatan
Kelompok
kegiatan Jenis kegiatan Kegiatan yang terjadi Kriteria Pemakai
Pameran
Pameran tetap
Memamerkan objek koleksi
dengan jangka waktu
sedikitnya 3 tahun
- Publik Pengunjung
- Sirkulasi jelas Pengelola
dan terarah
dengan jangka waktu 1
minggu sampai 1 bulan
- Publik Pengunjung
Menyelidiki, - Semi publik Pengunjung mengidentifikasi, - Nyaman dan Pengelola memelihara, memperbaiki tenang
objek koleksi
Studio foto Membuat foto, slide, film - Semi publik Pengunjung untuk keperluan - Orientasi ke Pengelola dokumentasi dalam
Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan Menyelenggarakan - semi publik Seniman (sanggar) pendidikan non-formal dan - tenang dan Pengelola
- R. foto latihan bagi para pecinta seni nyaman Pengunjung
- R. sketsa (yang mau
model belajar
- R. lukis melukis)
Kelompok
kegiatan Jenis kegiatan Kegiatan yang terjadi Kriteria Pemakai
buku yang berkaitan dengan - fleksibilitas pengelola seni lukis ruang tinggi
Pendidikan dan pelatihan
Ruang seminar
Menyelenggarakan kegiatan- - publik Pengunjung kegiatan seminar yang - tenang, Pengelola berhubungan dengan seni nyaman dan seniman
lukis fleksibel
Workshop (seniman)
Menampung kegiatan - semi publik Seniman
seniman - mengundang Pengunjung
kekreatifitasan
Pelengkap
Cafe Tempat istirahat, makan/minum
Menjual cendera mata dan benda seni yang berkaitan dengan seni lukis
Medical centre Menampung pengguna bagunan yang mengalami
Administrasi Mengelola hal-hal administrasi
- privat
- formal Pengelola Keuangan Menangani manajemen
keuangan
Gudang Menyimpan objek koleksi - servis servis
Keamanan pengaturan sumber listrik, air dan pengkoordinasian udara
- akses ke jalan pengelola
- Pengunjung
Gambar 5.1. Pola Kegiatan Pengunjung
- Pengelola
Gambar 5.2. Pola Kegiatan Pengelola
- Datang-absen-kerja-rapat-istirahat-kerja-pulang
- Datang-absen-kerja-istirahat-kerja-pulang
-
- Seniman
Gambar 5.3. Pola Kegiatan Seniman
- Datang-melukis/mengajar-rapat-istirahat-pulang - Datang-melukis/mengajar-rapat- pulang
- Datang-melukis/mengajar- istirahat-pulang
- Datang-melukis/mengajar- istirahat-pameran-pulang
- Datang-melukis/mengajar- pameran-pulang
-
5.2. Analisis Ruang Luar Datang Mengisi Buku Tamu
5.2.1. Kondisi Eksisting
Kondisi eksisting pada lokasi perancangan merupakan lahan kosong yang
ditumbuhi pepohonan dan terdapat beberapa bangunan kosong yang sudah tidak
dihuni lagi. Pada bagian depan lokasi perancangan terdapat pedestrian yang
cukup lebar dan layak digunakan (Gambar 4.2). Pada bagian Utara lokasi
perancangan merupakan pemukiman yang sebagian beralih fungsi menjadi
restoran (Restoran Bhinnekha dan Restoran Babura).
Gambar 5.4. Kondisi Eksisting Lokasi Perancangan
Pada bagian Selatan lokasi merupakan pemukiman penduduk dengan
tingkat kepadatan sedang (Gambar 5.3) yang berada di Jl. Kampung Mandailing.
Pada bagian Barat lokasi perancangan menghadap ke kantor BPJS
Ketenagakerjaan (Gambar 5.4) dan RM. Garuda (Gambar 5.5). Pada bagian
Timur berbatasan langsung dengan Sungai Babura dimana terdapat kontur pada
bagian yang berdekatan dengan sungai. Selain itu lokasi perancangan yang
menghadap ke sungai, pada bagian depannya ditumbuhi pohon bambu sehingga
dari segi view ke luar tapak menjadi lebih baik, aman dan nyaman (Gambar 5.6).
Disekitar lokasi perancangan dan berdekatan dengan sungai terdapat musholla
(Gambar 5.7).
Gambar 5.6. Kantor BPJS Ketenagakerjaan
Gambar 5.7. Rumah Makan Garuda
Gambar 5.8. Kondisi Sungai Babura
Gambar 5.9. Musholla Berdekatan dengan Lokasi Perancangan
Pada bagian Utara lokasi yang berbatasan dengan pemukiman terdapat
batas berupa tembok. Pada bagian Timur lokasi perancangan karena berbatasan
langsung dengan sungai sehingga terdapat kontur tanah. Pada bagian Selatan
merupakan pemukiman warga dengan tingkat kepadatan sedang. Sedangkan,
pada bagian Barat lokasi berbatasan langsung dengan kantor BPJS
Ketenagakerjaan dan RM. Garuda (Gambar 5.10).
Pada bagian yang menghadap ke tembok, harus dilakukan penyelesaian
dalam desain dengan merencanakan ruangan atau aktifitas yang cocok untuk
area tersebut. Selain itu pada bagian belakang yang berbatasan dengan sungai.
Dapat dimanfaatkan untuk kegiatan atau aktifitas yang membutuhkan ruang luar.
Pada Jl. Kampung Mandailing dapat dijadikan akses ke dalam lokasi
perancangan.
Gambar 5.10. Lingkungan Sekitar Site
Sumber: Olahan Data Pribadi, 2017
Berdasarkan Draft RDTR Tahun 2015, perancangan yang direncanakan
masuk dalam kategori Sarana Pelayanan Umum dengan persyaratan KDB max.
60%, KDH min. 20% dan Tinggi bangunan 51m (KKOP). Lokasi perancangan
memiliki Garis Sempadan Bangunan, sebagai berikut:
1. Jl. Patimura 15m.
2. Jln. Kamp. Mandailing 2,5m.
3. Berbatasan dengan lahan tetangga 2m.
4. Garis Sempadan Sungai Babura 15m.
Peruntukkan lahan untuk lokasi perancangan berdasarkan Draft RDTR
Tahun 2015, adalah perdagangan dan perumahan dengan kepadatan rendah.
Sehingga harus diubah peruntukan lahan untuk lokasi perancangan (Gambar
5.11).
Gambar 5.11. Peruntukan Lahan
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
Area yang dapat digunakan untuk pembangunan adalah ±13.000 m2
setelah dikurangai dengan garis sempadan. Luas bangunan pada lantai dasar
adalah tidak lebih dari ±10.200 m2 dengan asumsi KDB yang digunakan adalah
Gambar 5.12. Analisis Peraturan Dan Batasan
5.2.4. Analisis Pejalan Kaki
Pada bagian depan lokasi perancangan sudah terdapat area pejalan kaki
(pedestrian) dengan lebar ±1,5 meter dan terdapat beberapa pohon didepan
lokasi (Gambar 5.13). Demi kenyamanan pengunjung yang berjalan kaki
dibutuhkan area perantara (penyambut) sebelum ke bangunan seperti piazza
ataupun yang lainnya.
Lokasi Perancangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2.5. Analisis Sirkulasi Kendaraan
Jalan Kapten Patimura merupakan salah satu jalan primer di Kota Medan
dan dapat dikategorikan jalan yang jarang terjadi kemacetan. Jalan Patimura
dapat dilalui masing-masing 2 kendaraan mobil pada 2 jalur yang berlawanan
(memiliki lebar ± 14m). Pada Jl. Kampung Mandailing lebar jalan ±4 m dapat
dilalui oleh satu kendaraan sehingga jalan ini harus diperlebar (menggunakan
lahan perancangan) agar dapat digunakan sebagai jalur kendaraan ke lokasi
perancangan (Gambar 5.14).
Gambar 5.14. Analisis Sirkulasi Kendaraan
Demi kenyamanan pengunjung direncanakan akan terdapat area drop off
untuk pengunjung yang menggunakan angkutan umum sehingga tidak
menggangu arus lalu lintas Dan juga akan disediakan untuk parkir bus pariswisata
pada bagian depan lokasi lahan. Pembagian sirkulasi kendaraan terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu :
2. Sirklulasi kendaraan servis.
Parkir kendaraan pengunjung berada di area depan site mengikuti cara
berparkir Galeri rahmatdyah yang menampung semua kendaraan pengunjung
berupa mobil, sepeda motor dan bus besar di depan sitenya.
5.2.6. Analisis Kontur dan Drainase
Bentuk lokasi perancangan memanjang ke belakang dan juga pada
bagian belakang perancangan berbatasan langsung dengan sungai sehingga
semakin ke belakang semakin rendah. Kondisi lokasi perancangan pada bagian
belakang berpotensi untuk dijadikan area untuk panggung terbuka pada area yang
berkontur. Dari segi drainase, pada bagian depan lokasi terdapat selokan yang
memiliki lebar ±1.5m dengan kedalaman yang sekitar ±80-100 cm (Gambar 5.15).
Gambar 5.15. Kondisi Selokan Pada Jl. Patimura
Pada bagian belakang lokasi yang berdekatan dengan sungai, sebaiknya
lebih direncanakan sebagai daerah resapan dan minim pembangunan (akan
menghalangi aliran air ke daerah yang lebih rendah). Seperti taman dan lain-lain
(Gambar 5.16). Pada area depan lokasi juga sebaiknya dijadikan area untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 5.16. Analisis Kontur dan Drainase
5.2.7. Analisis Lokasi Terhadap Sinar Matahari
Posisi site tidak tegak lurus dengan arah Utara. Bentuk dari lokasi site
miring dari arah utara sekitar 26º. Sehingga sinar matahri pada saat sore hari
akan menyinari pada bagian lokasi yang melebar (Gambar 5.17).
site
TIMUR
BARAT
5.2.8. Analisis Pemandangan dari Tapak
Berikut merupakan pemandangan dari tapak ke luar (Gambar 5.18).
Terdapat beberapa pemandangan yang kurang mendukung sehingga perlu ada
penyelesaian dalam perancangan.
Gambar 5.18. Analisa View dan Vegetasi
5.2.9. Analisa Vegetasi
Dapat dilihat dari gambar 5.16 keadaan sekitar site terdapat banyak
vegetasi seperti dapat dilihat pada gambar 5.17
Tanggapan:
1. Vegetasi atau pepohonan yang berada di sekitar site sesuai sebagai peneduh,
mengurangi polusi udara akibat padatnya lalu lintas serta dapat mengurangi
teriknya sinar mathari
2. Vegetasi yang berada di Jalan Mandailing, kondisinya kurang yang
disebabkan jenis vegetasinya kurang sesuai dijadikan peneduh.
3. Vegetasi yang terdapat pada depan site yaitu yang berfungsi sebagai
buffer kebisingan pada bagian Jalan Kapten Pattimura, agar menghalangi
masuknya suara bising pada site.
5.3. Analisa Ruang Dalam
5.3.1. Bentuk Bangunan
Analisis bentuk bangunan adalah suatu penganalisisan terhadap
karakter maupun visualisasi yang akan ditampilkan pada bangunan. Bentuk
merupakan penghubung ruang dalam dengan lingkungan luar bangunan.
Bentuk terdiri atas elemen-elemen seperti ukuran, warna, tekstur, posisi, dan
massa. Semua elemen ini bertujuan untuk mewujudkan citra dan tampilan
bentuk bangunan.
Jenis bentuk yang dapat diterapkan dalam rancangan sebagai berikut:
1. Segitiga, bentuk yang dapat menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada
salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika
diletakkkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila
terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi
tidak stabil dan cenderung jatuh ke salah satu sisinya.
2. Bujur sangkar, bentuk yang menunjukkan sesuatu yang murni dan
rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak
memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap
sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar. Seperti segitiga, bujur sangkar
bila berdiri pada salah satu sisinya tampak stabil dan dinamis bila berdiri
pada salah satu sudutnya.
3. Lingkaran, bentuk yang terpusat. Berarah ke dalam dan pada umumnya
bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya.
dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk
bersudut lainnya atau unsur menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan
perasaan gerak putar yang kuat.
Kriteria tampilan bentuk bangunan sebagai berikut:
1. Landmark, menciptakan tampilan baru dalam lingkungan tapak.
2. Filosofi, massa yang mewakili prinsip Metafora.
3. Tema, keindahan dilihat dari segi fungsi.
4. Wujud karakter yang mengundang, mendidik, sederhana, jujur, kuat, dan
indah.
Tabel 5.2. Perbandingan Bentuk Dasar
Kesesuaian Bentk Site Baik Baik Kurang Baik
Orientasi Bangunan Baik, Orientasi Jelas Baik, Orientasi ke
Segala Arah Tidak Jelas
Efisiensi Ruang Efisien Kurang Efisien Tidak Efisien
Efisiensi Struktur dan
Konstruksi Bangunan Lebih Mudah Cukup Sulit Mudah
Kesan yang Ingin Baik Paling Baik Kurang Baik
4. Keluaran: berdasarkan faktor-faktor di atas , bentuk yang paling baik yang
dijadikan sebagai pertimbangan kelebihan dan kekurangannya yang
digunakan untuk menyesuaikan dengan tema Arsitektur Metafora adalah
bentuk bulat dimana bentuk bulat mempertegas suatu bentuk metafora
5.3.2. Sirkulasi dan Penzoningan
Sirkulasi adalah suatu pencapaian yang dilakukan manusia untuk
mencapai fungsi-fungsi yang diinginkan di dalam bangunan. Ditinjau dari
sistem bangunan, sirkulasi dibedakan atas sirkulasi horizontal dan vertikal.
Sirkulasi horizontal dilakukan di dalam satu lantai sedangkan yang vertikal
dilakukan untuk mencapai dari lantai ke lantai lainnya. Pada sirkulasi pameran,
sirkulasi bergantung pada tata letak ruang dan objek pameran.
Tabel 5.3. Jenis Sirkulasi
Objek Gambar Keterangan
HO
Semua jalan pada dasarnya linear. Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama untuk sederet ruang-ruang. Di samping itu jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain bercabang-cabang, berbentuk putaran (loop)
Radial
Konfigurasi radial memiliki jalan yang lurus yang berkembang dari atau berhenti pada sebuah pusat, titik bersama.
Spiral
Sebuah konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal yang menerus, yang berasal dari titik pusat , mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah.
Grid
Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat.
Jaringan
Tabel 5.3. Jenis Sirkulasi (Lanjutan)
Objek Gambar Keterangan
VERTI
KA
L
Elevator
1. Pencapaian langsung ke tiap-tiap lantai
2. Waktu tempuh singkat
3. Dapat menempuh lebih dari satu lantai sekaligus
4. Kapasitas orang bergantung pada ukuran, jumlah, dan kecepatan lift
Eskalator
1. Pencapaian mengalir dari satu lantai ke lantai lain
2. Waktu tempuh relatif singkat 3. Orientasi jelas
Tangga
1. Pencapaian terbatas
2. Waktu tempuh relatif lama 3. Alternatif pencapaian pada
saat darurat
4. Memerlukan tenaga
Tabel 5.4. Jenis Sirkulasi Pameran
Jenis Sirkulasi Gambar Keterangan
Koridor antar ruang
1. Sirkulasi satu arah
2. Sesuai dengan objek pameran berukuran besar yang dapat memenuhi ruangan
3. Umumnya untuk pameran satu tema
Sepanjang sisi
3. Umumnya untuk pameran beberapa tema
Sepanjang sisi antar ruang bersekat tertutup
1. Sirkulasi tertutup
2. Menampung banyak objek pameran 3. Ruang dalam ruangan
Tabel 5.4. Jenis Sirkulasi Pameran (Lanjutan)
Jenis Sirkulasi Gambar Keterangan
Sepanjang sisi
2. Tanpa arahan atau bebas
3. Umumnya untuk pameran terbuka atau temporer
Kriteria sirkulasi bangunan sebagai berikut :
- Untuk pameran , sirkulasi diharapkan searah dari ruang ke ruang
- Jelas dan mudah pencapaiannya
- Aman dan nyaman untuk pengunjung
Penzoningan
Penzoningan dilakukan dengan pengelompokan kegiatan yang sama
terhadap kondisi tapak dan kriteria zona penzoningan . Zona Penzoningan
terbagi atas :
- Publik , merupakan zona yang berhubungan secara langsung dengan
pengunjung .
- Semi publik , merupakan peralihan antara zona pengelola dan pengunjung.
- Privat , merupakan zona yang digunakan untuk kepentingan pengelola
- Servis , merupakan zona yang berhubungan erat dengan kegiatan pelayanan.
Pada analisis penzoningan, zona-zona diatas dapat dibagi lagi menjadi
sub-zona berdasarkan kegiatan yang dilakukan pengguna bangunan.
Tabel 5.5. Pembagian Zona Bangunan
Zona Sub-Zona Fasilitas Kriteria
Publik
- Lobby , resepsionis dan publikasi
Dekat dengan akses , luas
Ekonomi - Souvernir shop Dekat dengan akses
Wisata - Ruang pamer temporer - Ruang pamer tetap
Tabel 5.5. Pembagian Zona Bangunan (Lanjutan)
Zona Sub-Zona Fasilitas Kriteria
Menyampaikan informasi
- Audio visual
- Ruang seminar/serba guna - Ruang pamer tetap
- Ruang pamer temporer
Ruang Khusus , dan terlindungi
Tambahan - Café, Amphitheatre Menarik
Semi
- Hall loading barang - Studio foto
Ruang khusus untuk merawat objek koleksi untuk kalangan tertentu.
Privat
Kuratorial - Ruang kurator - Ruang registrasi
Ruang untuk mencatat masuk-keluarnya, dan kelayakan objek koleksi.
Administrasi
- Hall ruang tamu - Ruang pimpinan galeri - Ruang wali pimpinan galeri - Ruang tata usaha
- Ruang kepegawaian - Ruang rapat
- Ruang bagian keuangan - Ruang bagian ilmiah dan
kependidikan
Area perkantoran dan administrasi (pengelola)
Istirahan - Pantry
5.4. AnalisaStruktur
5.4.1. Prinsip Struktur
1.Struktur atas, berfungsi menyalurkan beban atau gaya dari atas ke bawah Tabel 5.6. Kelebihan dan Kelemahan Bahan Struktur
Objek Kelemahan Kelebihan
Rangka batang Refleksi besar bila diterpa angin
Fleksibilitas ruang tinggi, bentangan relatif besar (14 -22 meter), kuat dalam bentangan horizontal.
Dinding pemikul Fleksibilitas ruang kurang, perlu keahlian khusus
Tidak menggunakan kolom, waktu pengerjaan cepat.
Balok Induk dan Pendukung
Ruang platfon relatif kecil (1/20-1/24 bentang)
Bentang 9-18 meter, rangkapenguat lantai
Kabel Baja
Bukan sebagai rangka utama, ruang gaya tarik yang besar
Daya tarik yang tinggi,bentangan 100-300 meter,fleksibilitas tinggi.
Plat lantai precast Selisih ketinggian relatif kecil
Praktis dalam pengerjaan, bentangan 4-10 meter, ruang plafon lebih tinggi.
2. Struktur bawah, berfungsi sebagai pemikul dan penerus beban ke tanah secara merata
Tabel 5.7. Analisa Struktur Bagian Bawah
Objek Keterangan
Pondasi Tiang Pancang
a. Cukup aman untuk menahan gaya, baik itu gaya vertikalmaupun horizontal
b. Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (8-20 meter) c. Pengerjaan cepat dan mudah
d. Bahan dari beton, baja, dan kayu
e. Menimbulkan getaran dan bunyi yang relatif besar
Pondasi Sumuran
a. Digunakan pada tanah rawa-rawa atau lunak
b. Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (4-8 meter)
c. Mudah pengerjaan dalam perluasan bangunan d. Aman dan ekonomis untuk tipe bangunan tingkat
rendah
Pondasi Bore Pile
a. Cukup aman untuk menahan gaya vertikal
b. Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (>10 meter)
c. Pengeboran untuk pengecoran pondasi d. Digunakan pada tanah yang tidak keras
e. Tidak menimbulkan getaran dan bunyi yang besar f. Tidak memakan waktu yang lama
g. Memerlukan keahlian khusus h. Tidak ekonomis
3.Bahan Struktur
Tabel 5.8. Analisa Bahan Struktur
Unsur Agregat kasar/halus, air dan semen
Besi, karbon,
oksigen Beton dan Baja
Sifat Mudah dibentuk,
praktis Kaku Relatif fleksibel
Kekuatan Gaya tekan Gaya tarik Gaya tekan dan tarik Daya tahan
kualitas Ketat Relatif merata Ketat
Keahlian Menegah Ahli khusus Ahli khusus
Pelaksanaan Bertahap, di
lapangan Singkat, pabrikan
Singkat, pabrikan atau lapangan
Jenis Bertulang, praktekan Variasi rangka dan
profil Variasi
Contoh Balok, kolom, lantai, dinding core
Tabel 5.9. Analisa Bahan Bangunan
Objek Keterangan
Kayu
a. Digunakan untuk bangunan kecil dan rendah
b. Sebagai struktur rangka dan balok c. Jenis bahan pabrikan
d. Tidak tahan terhadap rayap e. Perawatan intensif
f. Gaya sesuai arah serat
Aluminium
a. Sebagai struktur pendukung b. Jenis bahan pabrikan
c. Perlu keahlian khusus d. Tahan cuaca tropis e. Penghantar panas
f. Ringan
Gipsum
a. Tingkat stabilitas tinggi b. Daya tahan tinggi c. Kedap suara d. Anti serangga
e. Ringan & pemasangan praktis f. Aplikasi pada plafon dan partisi
Kaca
a. Sebagai sturktur pelingkup b. Perlu keahlian khusus
c. Permukaan yang rentan terhadap cuaca d. Tahan terhadap kelembaban
e. Ringan & Transparan f. Kuat pada fungsi tertentu
Direncanakan struktur yang akan digunakan adalah sistem beton bertulang
1. Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan lain.
2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air
3. Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi
4. Kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam, mulai
dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana sampai atap kubah dan
cangkang besar.
5. Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
bertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur
baja.
6. Bentang antar kolom atau modul kolom yang direncanakan adalah 8 – 10
meter. Pertimbangan terhadap basement bangunan dan parkir kendaraan
mobil (1 mobil 2,4 meter). Modul kolom disesuaikan dengan ukuran retail dari
UKM. Perhitungan dari tinggi balok adalah 1/12 atau 1/10 daribentang kolom.
Gambar 5.21. Konstruksi Beton Bertulang Sumber: Google.com
5.5. Analisa Utilitas Bangunan
5.5.1. Analisis Sistem Elektrikal
Berdekatan dengan lokasi proyek terdapat tiang listrik. Kabel listrik akan
disambung/dialirkan ke trafo yang berada didalam lokasi proyek. Bangunan
Gallery Paradise of North Sumatera akan didukung dengan generator listrik.
Pada persimpangan Jl. Patimura dan Jl. Kampung Mandailing terdapat
tiang telepon. Dari tiang telepon akan disambung ke panel in and out yang
berada di dalam lokasi proyek.
5.5.3. Analisis Sistem Pengkondisian Udara
Pengkondisian udara menggunakan sistem VRV (Gambar 4.20). Terdapat
pertimbangan dalam pemilihan sistem pengkondisian udara, yaitu tidak memakan
banyak tempat seperti ruang AHU, cocok digunakan dibangunan komersil, hemat
listrik dan kapasitas yang cukup besar, dapat menggunakan sistem kontrol
terpusat dan jangkauan yang cukup jauh (pipa).
Gambar 5.22. Pengkondisian Udara VRV
Sumber: Google.com
5.5.4. Analisis Sistem CCTV
Pemasangan CCTV pada bangunan galeri dirasa perlu. Hal
inidikarenakan,bangunanyangdirencanakanadalahbangunankomersilyangdikunjun
Gambar 5.23. Contoh System CCTV
Sumber: Google.com
5.5.5. Analisis Sistem Pendistribusian Air
Direncanakan sistem pendistribusian air pada proyek ini untuk pasokan
airbersih berada di belakang Halaman Kosong Bangunan. Penampungam air
bersih ini terdiri dari 2 buah reservoir air tank berurukuran besar. Hal ini
diasumsikan karna tidak terlalu banyaknya keperluan pasokan air dalam per hari
bangunan.
Gambar 5.24. Reservoir Air Tank
Sumber: Google.com
Sumber air kotor dalam bangunan berasal dari :
1. Air hujan (Drainase)
Disalurkan dari atap bangunan ke pipa-pipa pembuangan air hujan secara
vertikal dan kemudian diteruskan ke saluran pembuangan kota
2. Air kotor cair
Disalurkan melalui pipa pembuangan secara vertikal dan kemudian diteruskan
ke saluran pembuangan kota. Khusus pembuangan dari dapur, air kotor
disaring dalam bak penampungan lemak.
3. Air kotor padat
Disalurkan melalui pipa pembuangan air kotor padat secara vertikal dan
dibuang ke bak septictank dan kemudian diresapkan ke dalam tanah melalui
bak resapan.
5.5.7. Analisa Elektrikal
Sumber listrik berasal dari :
1. PLN
Untuk kebutuhan sehari-hari dalam keadaan normal.
2. Generator Set (Genset)
Untuk kebutuhan listrik pada saat terjadi pemadaman listrik PLN seperti yang
terjadi akhir-akhir ini. Minimal genset ini dapat menyuplai listrik 50 % dari listrik
yang dibutuhkan yaitu mencakup tenaga listrik utama, seperti penerangan
umum, AC, pompa, dan lift.
3. UPS (Uninteruped Power Supply)
Merupakan baterai kering yang dapat menyuplai tenaga listrik sementara.
UPS digunakan pada saat pemadaman listirk PLN dan kebakaran. UPS ini
berguna untuk menyuplai listrik secara langsung pada bangunan khususnya
pada fungsi yang sangat membutuhkan, seperti : penerangan darurat, dan
UPS
Gambar 5.25. Sistem Listrik
5.5.8. Anasilas Keselamatan
Pencegahan kebakaran berarti segala usaha yang dilakukan agar tidak
terjadi penyalaan api yang tidak terkendali, salah satunya adalah melalui sistem
deteksi awal untuk mengaktifkan alarm peringatan. Sedangkan
penanggulangannya adalah untuk memadamkan penyalaan api yang tidak
terkendali tersebut, yaitu sistem pemadaman yang diaktifkan alarm .
Sistem deteksi awal kebakaran, yaitu :
1. Alat deteksi asap (Smoke Detector)
Mempunyai kepekaan tinggi dan akan membe ikan alarm bila terjadi asap di
dalam ruang tempat alat itu dipasang.
2. Alat deteksi nyala api (Flame Detector)
Dapat mendeteksi adanya nyala a pi yang tidak terkendali dengan cara
menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api tersebut.
Penanggulangan pada saat kebak aran dapat dilakukan dengan cara :
1. Sprinkler
Untuk memadamkan api sedini mungkin secara otomatis. Setiap sprinkler
melayani area seluas 10-25 m2
2. Fire hydrant
Merupakan suatu sistem pipa air bertekanan tinggi atau tangki di bagian atas.
Pada tiap lantai sistem ini mempunyai penghubunga yang dapat
disambungkan dengan selang-selang hydrant di sampingnya.
Fire extinguisher Terdiri dari :
b. Gas, yang berisi gas asam arang (CO2)
c. Busa, lebih bersifat efektif untuk menanggulangi kebakaran yang
disebabkanbenda cair atau arus listrik.
4. Tangga darurat
Dengan persyaratan antara lain :
a. Mempunyai lebar yang cukup
b. Konstruksi harus tahan api
c. Perletakannya dalam bangunan jelas terlihat
d. Jarak pencapaiannya ke tangga maksimum 25 meter
Gambar 5.26. Pendeteksi Kebakaran Api Detector Panel Alarm Aktif
BAB VI
KONSEP PERANCANGAN
Setelah melakukan analisis perancangan secara eksternal dan internal.
Tahap berikutnya adalah penyelesaian dari hasil analisis yang telah dilakukan
pada bab V.
6.1 Konsep Penerapan Tema
Terkait dengan tema metafora tangible yang diaplikasikan ke dalam
bentukan bangunan, maka bentukan dan gubahan massa harus menggambarkan
karakteristik dari persepsi lingkungan sekitar, maka dibuat dari gambaran umum
mengenai sebuah galeri seni, kata kunci di sini ialah sungai babura yang dimana
terdiri dari elemen air yang menggunakan penggambaran visual air di jatuhkan
objek kecil akan menimbulkan riak air.
Gambar 6.1 Lukisan Water ripple, R. Christian
(Sumber: Google)
Dalam perancangan bangunan ini dirancang sebagai representative
terhadap seni dan memberikan identitas seni itu sendiri, dan diharapkan galeri ini
dapat menjadi ikonik kota medan yang berawal dari satu objek yang
diterjemahkan menjadi abstrak dan menghasilkan wujud seni. Menurut Affandi,
seorang seniman ternama di Indonesia, Seni abstrak memberikan kesan yang
lebih dalam dibandingkan seni objek nyata. Menurut Malivich (1913), Aliran
Abstraksionime adalah aliran yg berusaha melepaskan diri dari sensasi-sensasi
Menurut buku literatur seni, Dalam penciptaan karya seni, untuk
menekankan keseimbangan yang mendukung gerak (movement) atau arah
(direction) dengan menggunakan unsur-unsur seni. Irama dapat dihayati secara
visual atau auditif jika ada gerak seperti yang dapat kita hayati pula di alam,
misalnya irama gelombang laut, dan sebagainya.
Gambar 6.2 Riak air yang berirama
Sumber: Google
Gambar 6.3 Gambar karakteristik riak air
Sumber Google
Selalu meninggalkan void saat jatuhnya objek
Terdapat dimensi- dimensi layer air pada riak
6.2 Konsep Sistem Kegiatan/Program Ruang
Konsep system kegiatan mengikuti analisa kegiatan ruang pada umumnya
yaitu sebagai berikut:
Pengunjung memulai dari masuk site dan parker di basement atau
langsung jalan masuk ke galeri dan mendaftar melalui lobby dan masuk ke zona
splash water sebagai zona penyambutan. Setelah itu permulaian penelusuran di
bangunan dimulai apabila galeri sedang berlangsung pameran temporer atau tidak
dari bilik kiri bangunan atau langsung dari tengah seating memulai telusur
melengkung untuk member kesan riak air dan kesan ruang elegan.
Gambar 6.4 Denah Lantai Satu
Setelah naik pada lantai dua, perjalanan pada zona ini bertemakan giant
zone atau dikhususkan untuk benda patung besar dan keramik yang agak susah
di pindahkan ke lantai berikutnya. Pada Bagian ini terdapat banyak void dari lantai
Gambar 6.5 Visualisasi Giant Zone dari Lantai 1
Setelah melewati zona tersebut penelusuran galeri ini berlanjut ke area
basah dan lembab karena dinding pada lantai ini menggunakan air terjun di
dinding dan dikacakan seperti gambar dibawah ini.
Berikut adalah gambar denah lantai dua secara keseluruhan:
Gambar 6.6 Denah Lantai 2
Dibagian belakang denah lantai 2 terdapat opisonal penelusuran yaitu
melanjutkan ke lantai tiga atau memilih menelusuri bagian oudoor lantai 2 yang
melanjut ke jalur rooftop garden yang disambungkan oleh jembatan ke café
outdoor dan dapat melanjut menggunakan ramp turun ke halaman pameran luar
Apabila pengunjung memilih penulusuran berlanjut ke lantai tiga maka
pengunjung dapat merasakan pengalaman bawah air buatan dari bangunan. Pada
lantai tiga ini menggunakan atap sejenis skylight kaca sebagai alas dari kolam
yang diisi air dibagian atas, sehingga akan menampilkan visualisasi kesan bawah
air dikarenakan pembiasan cahaya ke air dan menghasilkan kesan bawah air.
Gambar 6.7 Visualisasi Skylight kolam Air
Gambar 6.8 Visualisasi Kolam diisi Air
Adapun fitur lain pada bangunan galeri adalah workshop, studio foto, café ,
Aula, Amphitheatre, dan Pameran Outdoor.
Gambar 6.10 Visualisasi Café
Gambar 6.11 Amphitheatre dan Pameran Outdoor Tepi sungai
Zona dan Pembagian Ruang
Adapun pembagian Zona dalam massa galeri adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1 Zona Pembagian Ruang
Zona Kelompok Ruang Ruang
Publik Koleksi
`2D (lukisan, grafis,
fotografis)
`3D (patung, keramik,
miniatur rumah,
arsitektur, tekril, griya
kayu)
R. Pameran Utama R. Pameran Temporer R. Kuliah Umum /
Seminar R. Orientasi Lavatory
Koleksi
Ruang Komputer Pengawas (CCTV) Ruang Perlengkapan
Keamanan
Perhitungan Besaran Ruang adalah sebagai berikut:
Tabel 6.2 Pembagian Kelompok Besaran ruangan
Kelompok Ruang Nama Ruang & Perhitungan
Luasan Ruang Luas (m
2
)
PENERIMAAN Parkir Pengunjung dan Pengelola
Kapasitas 800 orang berdasarkan kendaraan
yang digunakan :
Total luas parkir 2269
Lobby
Kapastias 200 orang
Standar gerak (buffer sone area) = 0,65 m2
Kebutuhan ruang gerak = 200 x 0,65 = 130
m2
Sirkulasi 150% = 195 m2
Loket
Perhitungan kapasitas 1000 orang
Terbagi dalam 5 kelompok 200 orang
Perhitungan untuk 800 orang
Standar kebutuhan
Total luas lavatory 44,8
PENGELOLA R. Kurator / Kepala Museum
1 meja diskusi 3,4 m2
Kapasitas 25 orang 50
Restroom
Kapasitas 25 orang
Luas
Total luas lavatory 17,1
DOKUMENTASI Studio Presentasi
Total luas lavatory 17,1
PENUNJANG Cafetaria
Kapasitas 50 orang
Sirkulasi 20%
Luas total
Gift Shop
Kapasitas 40 orang
Standar ruang gerak 1,6 m2/orang
Ruang administrasi 3 x 3 = 9 m2
Total luas lavatory 17,1
SUPER SECURE Ruang Penyimpanan Koleksi 150
Ruang Komputer Pengawas (CCTV)
Kapasitas 3 orang
Standar gerak 1,6 m2/orang
20 unit monitoring pengawas 20 x 0,2 x 0,4
Kapasitas 10 orang
R. Penyimpanan Sementara 60 m2
Lab. Penelitian 60 m2
R. Konservasi 40 m2
R. Karantina 40 m2
Luas total 150
Bengkel Restorasi (Workshop)
Ruang restorasi 60 m2
Gudang alat 20 m2 80
Total luas lavatory 17,1
SERVICE Ruang ME
Ruang pompa 9 m2
Ruang trafo & genset 15 m2
Ruang kontrol 9 m2
Luas total 33
Ruang AHU
Kapasitas 20 unit AHU
1 unit 0,6 x 2 = 1,2 m2 Sirkulasi 20%
Luas total 28,8
Ruang Cleaning Service & OB
Kapasitas 20 orang
Loker 20 x 0,4 x 0,4 = 3,2 m2
Total luas lavatory 17,1
Gudang
Luas Total Ruang Pendukung Museum
3.224,3
Tabel 6.3 Perhitungan Total Ruang
(indoor)
Workshop Asumsi 28 8 200,00 200,00
Total Luas Ruang Yang Dibutuhkan 3.469,48
Kelompok Kegiatan Luas Area (m2)
Area Penerimaan 3224,3
Area Pengelola 294,4
Area Dokumentasi 64,4
Area Penunjang 219,9
Area Super Secure 171,4
Area Pemeliharaan 418,3
Area Service 122,0
Area Pameran dan Workshop 3.469,48
Total 7.999,68
6.3 Konsep Ruang Luar
6.3.1Konsep Lingkungan
Pada ketentuan peraturan pembangun, site ini terbagi atas 40% non KDB
yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka. Pengolahan tapak untuk site
harus dimaksimalkan memberikan kesan menyambut pengunjung yang hendak
berekreasi di bangunan Galeri ini.Bagian depan site bersifat publik dan perlahan
berubah menjadi semi-publik ditengah dan privat di belakang. 40% ruang terbuka
ini dapat dimanfaatkan sebagai sirkulasi kendaraan, pedestrian dan taman
sehingga memaksimalkan fungsi ruang luar menjadi sebuat tamandan pada
belakang ditambah fasilitas amphitheatre. Konsep Keseluruan perancangan tapak
tidak lepas dari konsep tema metafora riak air, sehingga semua bentuk tapak
Gambar 6.12 Konsep Ruang Luar Bangunan
Ruang Luar dapat berfungsi sebagai sirkulasi kendaraan, pedestrian,
taman, seating area, café outdoor, amphitheatre dan sebagainya. Bentukan Site
mengikuti bentuk riak air yang beruas-ruas.
Ruang luar juga tetap mempertahankan konsep bermain dengan air dimulai
dari bagian halaman depan terdapat tapak beruas yang bergaris jalur air. Hingga
pada samping muka bangunan menggunakan konsep air mengalir di dinding dan
membentuk kolam air yang ditambah air mancur. Hingga pada bagian belakang
site terdapat area pameran outdoor dan amphitheatre menyatu dengan sungai.
6.3.2 Konsep Pejalan Kaki
Pada bagian depan lokasi proyek terdapat jalur pedestrian dan masih layak
dengan lebar ±2 m dan lebar selokan ±1,5m. Direncanakan selokan akan ditutup
sehingga jalur pedestrian akan menjadi lebar sekitar ±3m. Penutupan selokan
bukan berarti air dari lokasi proyek tidak dapat mengalir dengan baik, tentunya
akan terdapat penyelesaian tersendiri.
Pada pembahasan sebelumnya ruang terbuka hijau dapat dimanfaatkan
dimanfaatkan untuk menunjukan karakter bangunan yang berfungsi sebagai
bangunan seni
Disepanjang Jl. Kampung Mandailing yang berbatasan dengan lokasi
proyek direncanakan akan dibuat jalur pedestrian sehingga dapat diakses hingga
ke bagian belakang. Sekaligus direncanakan pengunjung dan karyawan akan
melakukan ibadah sholat pada musholla yang berdekatan dengan lokasi sehingga
dibutuhkan akses.
Gambar 6.13 Konsep Pedestrian
Sirkulasi Bebas mengelilingi sekitar bangunan dengan lebar jalan khusus
pedestrian selebar 4m. Alur dirancang bebas bisa mengelilingi seluruh bagian
bangunan dan fasilitas outdoor
6.3.3 Kosep Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi terbagi atas 2 yaitu sirkulasi sekedar mengantarkan saja dan
sirkulasi kendaraan yang parkir di basement. Seperti pada gambar diatas, jalur
besar bermaterial aspal adalah area sirkulasi kendaraan.
Adapun jalur selain pada gambar diatas, yaitu pada basement dapat dilihat
Gambar 6.14 sirkulasi Kendaraan disekitar bangunan
Gambar 6.15 Sirkulasi Mobil Dalam Basement
Panah warna hijau merupakan sirkulasi kendaraan masuk kedalam site dan
dilanjutkan masuk kedalam basement dan keluar lagi keatas site.
6.3.4 Konsep Kontur dan Drainase
Pada bagian depan untuk aliran drainase, sebelum ke selokan akan
melewati Taman yang akan di rancang semaksimal mungkin area hijau untuk
resapan air. Sedangkan pada bagian belakang aliran drainase tentunya kan
mengalir ke sungai sehingga rancangan (bangunan) pada bagian belakang akan
air akan mengalir ke sungai. Disepanjang Jl. Kampung Mandailing akan dibuat
selokan yang akan mengalir ke sungai.Di Sepanjang sisi kanan sebelahan dengan
Babura juga akan dirancang drainase. Kedua Drainase ini dirancang miring juga
kedepan sehingga teralir ke depan selokan existing
Kontur tanah cenderung rata datar sehingga dibikin elevasi buatan
membantu pembentukan permukaan tanah. Pada belakang site dirancang
meninggi supaya air sungai tidak naik sampai permukaan site pada saat air sungai
Babura mencapai maksimum ketinggiannya atau banjir.
6.3.5 Konsep Lokasi terhadap Sinar Matahari
Jika dilihat dari lokasi proyek. Sinar matahari pada saat sore hari akan
menyinari pada bagian yang lebar sehingga bukaan harus disesuaikan dengan
fungsi ruangan. Penyelesaian lainnya adalah dengan meminimalisir bukaan dan
memang bangunan galeri bersifat tertutup dan terkesan aman dari pencurian dan
bukaan ada sisi sudut bangunan dengan menggunakan teknologi kaca yang tahan
terhadap sinar matahari (tidak merambat ke dalam bangunan).
6.3.6 Konsep Pemandangan dari Tapak
Beberapa penyelesaian pada pemandangan dari tapak ke luar adalah
dengan menentukan fungsi yang sesuai dan penanaman vegetasi untuk
menghalangi pemandangan ke luar. Selain itu ada taman atas lantai dua yang
memberikan akses pengunjung memandang site dari atas menikmati bentuk site.
6.3.7 Konsep Kebutuhan Parkir
Menurut Buku The Manual of Museum Planning, Gail, Dexter Lord, Standar
jumlah parkir ditentukan berdasarkan luas galeri atau ruang pamer. Standar parkir
dihitung per 30 m2 galeri yang tersedia.
Jadi jumlah parkir pada Galeri Seni Lukis Medan yang memiliki luas galeri
2370 m2 adalah 2370/30=79 buah parkir, total luasan parkir 79 x 12,5=
987.5m2. Untuk parkir roda 2 diasumsikan sebanyak ±20 buah parkir (40 m2).
Untuk parkir servis tersedia masing-masing 5% dari seluruh jumlah parkir
yang ada, sehingga total jumlah parkir untuk servis dan pengelola adalah 4
buah parkir.
Untuk parkir pengelola, 1 buah parkir roda 4 untuk 1 kabag jadi sekitar 16
Untuk seniman, 1 parkir roda 2 untuk 1 orang seniman. Jadi ada sekitar
77 buahparkir (174 m2).Jadi total luasan untuk parkir ada sekitar 1430 m2
6.4 Konsep Gubahan Massa dan Perwajahan
Konsep gubahan massa tertampil seperti dibawah ini. Terdiri dari 3 lantai
dari atas tanah. Bentukan membulat dan melilit seperti tubuh ular srta memiliki sisi
yang dieksplore menjadi maju mundur untuk menekan symbol ular. Pemilihan
fasad mengunakan batu alam yg agak bermotif melambangkan corak tubuh ular.
Gambar 6.16 Gubahan Massa
Gubahan massa bangunan yang berasal dari konsep tema metafora
intangible yang berbasis abstrak. Gubahan massa mengikuti ruas-ruas riak air
yang beruas-ruas dan tidak beraturan. Sesuai dengan tema dasar yang
mengaikan pada seni dan abstrak, bangunan sengaja dipotong maju mundur.
Pada Bagian depan bangunan dirancang air mengalir didinding
memberikan kesan dramatisir konsep air air pada bangunan yang bertema
metafora riak air.
Pemilihan warna putih pada bangunan yaitu untuk mereprensentasikan
sifat air yang jernih dan polos. Selain itu bangunan juga menyeretarakan dengan
6.17 Visualisasi Bangunan Tampak samping Kanan
6.18 Visualisasi Bangunan Tampak Samping Kiri
6.20 ampak Bangunan Kiri dan Kanan
6.5 Konsep Konstruksi
Pondasi
Gambar 6.21 pondasi borepile
Dinding
Dinding terdiri dari dinding cetak pada semua bagian dinding.
Gambar 2.22 Dinding Cetak
Kolom dan balok
Kolom dan balok dibuat dari beton dengan tulangan besi ulir.
Atap
Atap yang digunakan berupa dak beton yang ditimpakan ke kolom.
Adanya permainan atap adalah permainan naik turun kemiringan atap
sehingga menghasilkan pengalaman ruang baru.
Selain atap dak beton di tambah skylight atau kolam air yang beralas air
dengan kaca ketebalan 20 mm agar dapat menahan air setinggi sekitar 30cm.
Gambar 2.24 Konsep Penanaman Taman Pada Dak Beton
6.6 Konsep Utilitas
6.6.1 Konsep Elektrikal
Diagram 6.1 Konsep Elektrikal Meteran
Trafo
Genset PLN
MDP LIstrik
Panel Penerangan Panel Pompa MDP CCTV Mesin Lift
Baterai Charger Pengendalian Kebakaran
6.6.2 Konsep Air Bersih
Diagram 6.2 Konsep Air Bersih
6.6.3 Konsep Air Kotor
Air Kotor Cair
Diagram 6.3 Air Kotor Cair
Air Kotor Padat
Diagram 6.4 Air Kotor Padat PDAM Meteran Tangki
Air
Pompa Toilet Wastafel Dapur Sprinkler Cooling tower
Air kotor Cair
Floor Drain Urinal Wastafel
Zink
Sumur Resapan
Air Kotor Padat dari Kloset
Septitank
Air Kotor Hujan
Diagram 6.5 Air Kotor Hujan
6.6.4 Konsep Kebakaran dan Keselamatan Bangunan
Konsep Sprinkler
Sprinkler yang akan digunakan pada bangunan ini ialah wet sprinkler yang
dimana menggunakan air sebagai bahan pemadam saat sprinkler pecah
mendeteksi kebakaran. Keperkuan sprinkler itu tergantung dengan berapa
diameter siram dari sprinkler tersebut dan bagaimana sudut ruangan atau bentuk
ruangan tersebut. Bentuk ruangan bangunan ini melingkar dan berbeda-beda
keperluan sprinkler dalam ruang tersebut sehingga perhitungan kebutuhan akan
ditampilkan di rencana titik sprinkler.
Total luas bangunan = 8500 m2
Jumlah titik sprinkler = 8500 / 25 = 340 unit
Kebutuhan tangki air untuk air = 20% dari 340 unit x 18 x 30
(liter) = 36.720 liter
Diagram 6.6 Konsep Sprinkler Air Kotor Hujan
Jalur Drainase
Selokan
PDAM
Tanki Air
Pompa Booster Pump
Pipa Air di Shaft setiap Lantai
6.6.5 Konsep Fire Detector
Diagram 6.7 Konsep Fire Detector
Konsep Alat Tambahan Pengatur Kebakaran
Menurut buku panduan kebakaran, Banyak hal yang mempengaruhi
aspek-aspek kebakaran masih tetap terjadi meskipun sudah ada pemadam utama yaitu
sprinkler. Hal untuk mencegah beberapa sudut yang tidak dijangkau diameter
sprinkler dan pecahnya sprinkler tidak sempurna, Maka diperlukan alat penunjang
keberhasilan pemadaman, seperti APAR dan Hidran.
Menurut Buku ini, kemampuan manusia menjangkau suatu bantuan saat
mengalami terjebak dalam panic dan kebakaran adalah 25 meter. Jadi Konsep
peletakan APAR adalah 25 meter dari jarak masing-masing, hydrant berjarak 50m
antar hydrant.
6.6.6 Konsep Utilitas Tambahan
Pada Bangunan ini umumnya menggunakan Filter Air daur ulang sehingga
tidak berdampak buruk di biaya air bangunan.
Gambar 2.25 Filter Air Panel Listrik
Ruang Kontrol Panel Utama Pengendali
Kebakaran Alarm Bunyi
Tanda Kebakaran ( Detector)
Filter Air ini bisa ditanam pada dinding yang tebal berukuran 30
cm.Ukuran filter ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan bentuk media
aplikasinya. Filter ini dapat dibersihkan pada katup atas penutup dibagian
bawah dinding tetapi dinding harus dibongkar apabila terjadi kendala pada