• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Mitos Dari Warna-Warna Pada Kue Hishimochi Saat Perayaan Hinamatsuri Hinamatsuri Ni Aru Hishimochi To Iu Okashi No Iro No Densetsu No Bunseki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Mitos Dari Warna-Warna Pada Kue Hishimochi Saat Perayaan Hinamatsuri Hinamatsuri Ni Aru Hishimochi To Iu Okashi No Iro No Densetsu No Bunseki"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Makanan Jepang dikenal dengan istilah washoku atau nihon shoku. Washoku atau nihon shoku merupakan salah satu makanan tradisional Jepang yang terdiri dari nasi, sup, lauk pauk, dan sayuran yang dimasak secara dikukus, direbus, digoreng, ditumis atau dibakar. Begitupun dengan penggunaan bumbu yang tidak terlalu banyak digunakan agar lebih menghargai rasa asli dalam bahan-bahannya. Pada umumnya, bahan-bahan masakan Jepang kaya akan hasil bahan makanan berupa beras, hasil pertanian (sayuran, dan kacang-kacangan), dan juga makanan laut. Makanan Jepang biasanya menitiberatkan pada cita rasa alami dan keindahan ketika menghidangkannya. Makanan Jepang disajikan agar mampu sedekat mungkin sesuai dengan keadaan alaminya, dan keserasian warna maupun rasanya. Salah satu makanan khas Jepang yang mempunyai keindahan warnanya adalah kue mochi.

(2)

dari kue mochi. Kue mochi dibuat dengan berbagai persembahan kekaisaran saat perayaan.Dalam tradisi Jepang, perayaan disebut sebagai matsuri.

Matsuri adalah sebuah tradisi yang sakral yang masih dipertahankan masyarakat Jepang sampai sekarang ini.Matsuri adalah suatu yang paling penting dalam sistem kepercayaan Jepang. Matsuri berfungsi sebagai “ yang memantapkan keyakinan seseorang mengenai dunia ” dunia nyata dan dunia gaib,

menjadi penghubung antara dunia nyata dan dunia gaib yang akan dicapai, membuat kenyataan-kenyataan dan gejala-gejala menjadi simbol-simbol dan metafora yang keberadaannya dinyatakan sebagai nyata ada dalam suatu ketururunan.

Dalam matsuri di Jepang menjadi inti adalah penyembahan roh leluhur yang tinggal digunung. Mereka mempercayai perjalan roh leluhur akan turun kedesa dan menjadi dewa sawah (tanokami), kemudian pada musim panas akan datang kekota untuk mengusir berbagai macam penyakit dan mengikuti acara

obon pada musim panas, dan kemudian pada musim gugur (aki) setelah panen padi atau setelah padi berada dirumah maka dewa tersebut akan kembali lagi kegunung, kemudian dari sanalah sosen (roh leluhur tersebut menjaga anak cucunya). Dalam matsuri yang dipersembahkan adalah makanan dan minuman yang kemudian bisa dimakan manusia. Dapat dikatakan bahwa matsuri ditandai dengan kegiatan yang sakral atau suci. Perayaan tradisi ini dilakukan setiap tahun dengan waktu yang sudah ditentukan menurut penanggalan mereka. Contohnya

(3)

Hinamatsuri adalah matsuri yang diadakan khusus untuk anak perempuan setiap tanggal 3 Maret setiap tahun. Di waktu ini seluruh orang tua berdoa untuk kebahagian dan pertumbuhan yang sehat bagi anak-anak perempuannya. Dalam perayaan ini, sebuah keluarga harus memajang bonekaatau yang sering disebut juga sebagai Hina Ningyo. Mereka memakai boneka (hitogata), boneka bebentuk orang sederhana yang terbuat dari kertas yang kemudian ditepuk keseluruh tubuh untuk memindahkan semua penyakit dan kesialan atau sebagai jimat yang mampu melindungi diri manusia dari penyakit yang kemudian dibuang ke sungai. Hina ningyouini juga dipercaya dapat mengusir roh-roh jahat yang mengganggu anak-anak mereka dan dapat menolak bala.

Dalam perayaan ini, hanya dirayakan oleh keluarga yang memiliki anak perempuan.Sesudah hinamatsuri, biasanya para keluarga ini menyimpan hina ningyou ini dengan baik untuk dipergunakan lagi di perayaaan tahun depan. Selain itu dipercaya juga boneka yang segera disimpan sudah menyerap roh-roh jahat dan nasib sial. Dibalik inti dari semua tradisi dan ritual terdapat kepercayaan yang sangat mengakar pada orang Jepang yakni menangkal roh jahat untuk membuat hidup senang dan bahagia. Dalam perayaan hinamatsuri ini terdapat makanan dan minuman adat untuk perayaan yang dinikmati semua orang termasuk anak-anak. Makanan seperti kue mochi juga ditandai sebagai makanan khas saat perayaan. Ada banyak jenis makanan kue mochi yang digunakan oleh masyarakat Jepang saat perayaan. Seperti Kagami mochi, Kashiwa mochi, Sakura mochi, Hishimochi

(4)

Hishimochi adalah sebuah kue beras berlapis-lapis dengan warna merah muda, putih, dan hijau dari atas kebawah yang berbentuk belah ketupat. Lambang belah ketupat sebagai lambang tanaman hishi yang mudah berkembang biak.Mitosnya, bagi anak perempuan yang memakan hishimochi diharapkan berumur panjang. Makanan ini merupakan salah satu hidangan simbolis yang biasa disajikan saat hinamatsuri yaitu perayaan untuk mendoakan pertumbuhan anak. Hishimochi terdiri dari 3 warna, warna kue ini melambangkan pemandangan awal musim semi ketika rumput muda mulai tumbuh dibawah sisa-sisa salju yang mencair. Warna dan bahan makanan tersebut memiliki arti tersendiri, yaitu untuk memberikan energi dan kesehatan bagi anak-anak mereka.

(5)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis tentang

hishimochi saat perayaan hinamatsuri terkait arti dari warna kue hishimochi dan

penulis menuangkannya dengan judul “ANALISIS MITOS DARI

WARNA-WARNA PADA KUE HISHIMOCHI SAAT PERAYAAN HINAMATSURI”

1.2 Perumusan Masalah

Kehidupan negara Jepang tidak terlepas dari berbagai kebudayaan yang dikenal dengan berbagai kebudayaan tradisionalnya. Kebudayaan yang masih kental dengan berbagai macam perayaan. Upacara-upacara yang diadakan saat ada tujuan dan kesempatan tertentu sesuai dengan keinginan atau tujuan tertentu untuk memohon bantuan dan rasa terimakasih kepada kekuatan gaib. Hinamatsuri

sebagai perayaan bagi anak perempuan di Jepang yang dilambangkan dengan kebiasaan masyarakat memajang hinaningyo (yang disebut boneka hina) dengan sajian makanan dan minuman tradisional. Masyarakat Jepang menganggap anak perempuan yang memakan kue hishimochi diharapkan berumur panjang.

Dalam hinamatsuri makanan hishimochi yang berbentuk belah ketupat yang terbuat dari beras ketan memiliki warna yang khas di Jepang. Ada 3 lapis warna yang diartikan orang Jepang. Warna yang dibuat dalam kue hishimochi ini bertepatan juga dengan keadaan alam saat perayaan hinamatsuri. Warna ini menjadikan kue hishimochi sebagai makanan istimewa yang disajikan saat perayaan. Kombinasi warna yang digunakan dalam hishimochi mencerminkan musim di Jepang. Orang Jepang sedapat mungkin memindahkan alam pada kehidupan mereka. Begitupun dengan kepercayaan orang Jepang terhadap kue

(6)

Pemikiran yang di dapat masyarakat Jepang mengenai kekuatan tentang

hishimochi dalam hinamatsuri, terdapat hubungan yang kuat antara manusia, Tuhan, dengan alam sudah menjadi kebudayaan yang diyakini oleh masyarakat sebagai warisan budaya. Tradisi yang dijalankan msyarakat Jepang ini mampu mengatur tatanan kehidupan masyarakatnya secara teratur. Dengan pertahanan tradisi yang dilakukan sampai sekarang ini, dapat membangun karakter generasi penerusnya dan dapat membuat kehidupan masyarakatnya sejahtera. Tidak lain semua karena cara masyarakat Jepang mendekatkan kehidupannya kepada para dewa. Yang mempercayai semuanya bahwa arah tujuan yang sama dengan pengharapan untuk kebaikan anak-anak mereka. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat dengan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.

Sehubungan hal tersebut,penulis merangkum masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu :

1. Bagaimana mitos dari warna-warna kue hishimochi saat perayaan

hinamatsuri dalam kehidupan masyarakat Jepang ?

2. Bagaimana kearifan lokal dari warna-warna kue hishimochi saat perayaan hinamatsuri dalam kehidupan masyarakat Jepang ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

(7)

Didalam penelitian ini pembahasan akan difokuskan pada mitos dari warna-warna kue hishimochi saat perayaan hinamatsuri. Untuk mendukung pembahasan pada Bab II akan dikemukakan juga tentang pengertian dan sejarah

hishimochi, dan makna dari warna hishimochi, mitos-mitos dankearifan lokal pada perayaan hinamatsuri.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Kebudayaan tradisional seperti perayaan tradisional dan gaya hidup yang sudah berakar disetiap daerah Jepang masih tetap melekat sebagai ciri khas daerahnya. Di antara banyak tradisi di Jepang, Hinamatsuri adalah salah satu tradisi yang di samping bernilai sakral juga sebagai pariwisata di negara Jepang yang diselenggarakan dengan penuh kemeriahan. Selain ornamen-ornamen hiasan yang dipajang dalam perayaan, makanan dan minumannya pun juga dihidangkan.

Dalam perayaan hinamatsuri ini, makanan seperti kue hishimochi banyak digunakan masyarakat Jepang, dan juga makanan pada musim semi dan musim dingin. Hishimochi dalam istilah Jepang adalah kue yang terbuat dari beras yang diterjemahkan dari bahasa Inggris menjadi cake rise. Pada perayaan hinamatsuri

masyarakat Jepang mengkonsumsi kue mochi berbentuk belah ketupat dengan tiga lapis warna merah muda, putih, dan hijau. Warna yang terdapat dalam kue

(8)

menyambut segala sesuatu yang baru. Tradisi masyarakat Jepang pada kue mochi

sudah turun temurun dilakukan sampai sekarang tradisi itu masih dilakukan. Situmorang (2013:3) menjelaskan Minzokugaku/ ethnologi adalah ilmu yang mempelajari fenomena kehidupan masyarakat tradisional dan bagaimana pengaruhnya pada kehidupan masyarakat sekarang dan memprediksikan kira-kira bagaimana kehidupan masyarakat masa depan.

Geertzdalam Lawada (2004: 16) Matsuri merupakan upacara yang dilakukan berangkat dari kenyataan logis dengan memanfaatkan wahyu-wahyu yang bertentangan dengan yang sekuler dan diilhami oleh kompleks simbol-simbol khusus dari metafisa yang dirumuskan dan gaya hidup yang disarankan dengan otoritas persuasif. Simbol-simbol matsuri merupakan cerminan kehidupan alam semesta. Melalui proses pemahaman tentang makna proses kehidupan dan alam semesta, matsuri diciptakan berdasarkan peniruan dari keteraturan kosmos untuk mencapai tujuan praktikal.

Menurut J. Van Baal (1987:44) Mitos didefinisikan sebagai cerita di dalam kerangka sistem sesuatu religi yang di masa lalu atau di masa kini telah atau sedang berlaku sebagai kebenaran keagamaan.

Ike Iswary Lawanda (2004: 14)mitos membedakan yang sakral dengan manusia, menciptakan hubungan antar keduanya. Sama halnya dengan kue mochi,

(9)

2. Kerangka Teori

Dalam melakukan sebuah penelitian, penulis memerlukan kerangka teorisebagai landasan dalam penulisan skripsi, hal ini bertujuan agar penulis nanti menjadi terarah dalam melakukan penulisan melakukan penulisan dalam penelitian.

Mitologi dapat berarti kajian tentang mitos, tentang kisah suci atau dongeng suci mengenai kehidupan dewa dalam susatu kebudayaan yang di anggap kebenarannya. (http://kbbi.web.id/mitologi.html)

Pengertian mitologi adalah sebuah bagian dari budaya yang membawa ke cerita-cerita kuno dengan kekuatan-keuatan yang magis yang mengakar dan menjadikan simbol-simbol dalam suatu budaya.

Mitologi mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan mahkluk halus dalam suatu kebudayaan yang menjadikan suatu kepercayaan bagi masyarakat. Tentang kue hishimochi yang telah diyakini masyarakat Jepang sejak zaman dahulu dengan adanya kekuatan yang membawa keberuntungan.

Konsep religi menurut Koentjaraningrat ( 1998: 70) adalah sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan dan bertujuan mencari hubungan antara manusia dengan tuhan, dewa-dewa atau makhluk halus lain yang mendiami alam gaib.

(10)

manusia dan kehidupan sehari-hari lainnya yang dapat memberi keuntungan secara langsung dan juga selalu berhubungan dengan kegunaan dan dasar pemikirannya yaitu bahwa pada dasarnya manusia harus hidup, kemudian untuk mengatasinya.

Maka melelui pendekatan ini penulis dapat meninjau nilai religi yang terdapat pada kue hishimochi saat perayaan hinamatsuri.

Menurut M abed Al Jabiri dalam Sulaiman (2000 ) Tradisi adalah segala sesuatu yang diwarisi manusia dari orang tuanya, baik itu jabatan, harta pustaka maupun keninggratan.

Tradisi ( Bahasa latin: traditio, “diteruskan” ) atau kebiasan, dalam

pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadibagian dalam kehidupan kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun ( sering kali) lisan, karna tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. (http://id.m.wikipedia.org/wiki/tradisi.)

Tradisi Jepang sudah dikenal diseluruh dunia khususnya tentang tradisi budayanya yang telah diwariskan turun temurun dari genarasi terdahulu sampai generasi sekarang dan dipelihara agar tidak punah. Salah satuya adalah kue mochi

(11)

Menurut Robert Sibarani (2012:114) Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan hidup masyarakat.

Menurut Balitbangsos Depsos RI dalam Sibarani (2012:115) Menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan secara arif dan bijaksana.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan bagaian dari budaya suatu masyarakat yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang masih diterapkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekarang ini secara bijaksana guna untuk mencapai kesejahteraan kehidupan masyarakat.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan mitos dari warna-warna pada kue hishimochi

saat hinamatsuri.

2. Untuk mendeskripsikan kearifan lokal dari warna-warna kue

hishimochisaat hinamatsuri bagi masyarakat Jepang. 2. Manfaat Penelitian

Maanfaat penelitian ini adalah:

1. Penulis dan pembaca dapat mengetahui mitosdari warna-warna kue

(12)

2. Penulis dan pembaca dapat menambah wawasan dari kearifan lokal dari warna-warna kue hishimochi saat perayaan hinamatsuri.

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk menentukan, mengembangkan dan menguji masalah yang dihadapi.

Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah yaitu metode deskriptif yang merupakan inti atau daging dalam penelitian sejarah khususnya.Catatan deskriptif seringkali merupakan bagian yang paling utama dan yang terpanjang dalam upaya terbaik seseorang peneliti mencatat secara rinci dan objektif gambaran fakta atau setting tertentu lewat kata-kata. Informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya. Selain itu metode deskriptif yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan mencoba memahami data-data pustaka dari buku-buku yang relevan dengan permasalahan.Data-data tersebut dideskripsikan kemudian dianalisa dan dituliskan kembali untuk mendapatkan kesimpulan.

Metode kepustakaan adalah adalah pengumpulan informasi yang berkaitan dengan penelitian yaitu dengan membaca. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi pustaka, yaitu dengan menelusuri sumber-sumber kepustakaan dengan membaca buku dan referensi yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan.Beberapa aspek penting perlu dicari dan digali, meliputi : masalah, teori, konsep, penarikan kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis varian terhadap 5 parameter, menunjukkan bahwa faktor perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan nilai kekokohan stump keben yang

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang 2013 2 1.. Model literasi inforrnasi lain yang sangat mendukung proses pembelajaran berbasis-. maslah adalah The

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA SISWA SMA PADA PRAKTIKUM FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN ARAH KESETIMBANGAN.. Universitas Pendidikan Indonesia |

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengolahan data ini dilakukan untuk pengetahui profil penggunaan energi yang sebenarnya.Mengetahui berapa intensitas kebutuhan energi dan apa saja peluang penghematan energi

Kaitan antara penelitian yang dilakukan sekarang dengan penelitian terdahulu adalah penerapan aplikasi pembelajaran sebagai media yang digunakan oleh guru dalam kegiatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah classroom action research (PTK). Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari

Karena terdapat kebebasan untuk masuk ke dan keluar dari pasar, maka pasar dapat menciptakan harga yang kompetitif karena perusahaan yang tidak efisien akan keluar dan digantikan