• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Abreviasi pada Penggunaan Bahasa Arab di Media Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Abreviasi pada Penggunaan Bahasa Arab di Media Sosial"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Sebelum peneliti menyusun penelitian ini, maka terlebih dahulu peneliti

menelusuri skripsi yang ada di Kantor Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara dan perpustakaan digital

universitas-universitas yang ada di Indonesia. Maksud pengkajian ini adalah data yang akan

diteliti tidak sama dengan skripsi sebelumnya. Adapun beberapa tinjuan pustaka

yang peneliti gunakan dalam penelitian ini sebagai kajian terdahulu yang relevan

adalah:

1) Surati, 2015, Pola Pembentukan Akronim Bahasa Mandarin pada Koran

GuoJi RiBao. Pada penelitian ini, Surati menganalisi pola pembentukan akronim bahasa mandari dan pola pembentukan akronim yang dominan

dalam koran GuoJi RiBao. Data berupa akronim diperoleh dari koran GuoJi

Ribao. Hasil penelitian tersebut adalah ditemukan 14 pola pembentukan akronim dan 3 pola pembentukan akronim yang dominan. Sebelas pola

merupakan pola akronim bahasa Mandarin yang standar, sedangkan tiga

pola yang lain mempunyai ciri khas tersendiri. Pola yang dominan adalah

pola pengekalan silabel pertama tiap komponen sebanyak 44 buah atau

35.77%, diikuti oleh pola yang kedua yaitu pola pengekalan silabel pertama

dan silabel terakhir tiap komponen sebesar 15 buah atau 12,20 %.

2) Tristianasari. 2011. Abreviasi bahasa Indonesia pada bahasa SMS (Short

Message Service) Siswa SMA di Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini menganalisis bentuk penggunaan abreviasi bahasa Indonesia dalam

mengirim SMS oleh siswa SMA, dan makna dari abreviasi bahasa Indonesia

dalam bahasa SMS siswa SMA serta faktor-faktor yang mempengaruhi

siswa SMA menggunakan abreviasi dalam mengirim SMS. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan

(2)

siswa pada kuesioner yang disebarkan. Hasil darin penelitian ini adalah

abreviasi bahasa yang digunakan dalam mengirim SMS oleh siswa SMA

adalah (1) singkatan, (2) penggalan, (3) akronim, (4) kontraksi, dan (5)

lambang huruf. Makna abreviasi dalam mengirim SMS dapat dikategorikan

dalam makna kata, makna referensial, makna gramatikal, makna leksikal,

dan makna konseptual, serta faktor yang mempengaruhi penggunaan

abreviasi bahasa adalah (1) praktis dan cepat dalam mengirim SMS, (2)

lebih ringkas, (3) mengikuti trend, (4) agar tulisan lebih menarik, (5)

menghemat pulsa.

3) Ameer. 2009. Erros Made by Students at the Departements of English and

Arabic inAcronyms: A Contrastive Study.Actually, acronyms are not studied or written about thoroughly in Arabic and there is no enough elaboration on it in the students' English textbooks. This study aims at investigating acronyms in English and Arabic, identifying, analyzing the errors that the university students are liable to make, and discovering the reasons beyond their errors. A diagnostic test applied to Translation students at the University of Mustansiriya. It is concluded that: (1) the achievement of the students in the English acronyms is better than their achievements in Arabic ones, (2) most of the university students can construct acronyms but they face more difficulties in discerning the words from which acronyms are constructed in English, (3) their performance is generally bad in both English and Arabic, and (4) some of the acronyms that are used in Arabic are borrowed from English without translation, while most others are translated into Arabic and written in their full forms without using acronyms. Penelitian ini menganalisi bentuk perbedaan pada kesalahan penggunaan akronim yang

dilakukan oleh mahasiswa departemen Bahasa Inggris dan Bahasa Arab di

Universitas Mustansiriya, Irak. Data penelitian ini diperoleh dengan

memberikan tes kepada mahasiswa dari dua departemen tersebut yang berisi

pertanyaan mengenai pembentukan akronim dalam bahasa Arab maupun

bahasa Inggris. Hasil penelitian ini adalah berdasarkan presentase mengenai

(3)

1386,92% responden salah dalam menyelesaikan tes pembentukan akronim,

dan kesalahan yang dilakukan mahasiswa departemen Bahasa Inggris dan

Bahasa Arab tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu: interlingual transfer

dan intralingual transfer.

Berdasarkan penelitian di atas, peneliti melihat adanya perbedaan dan

persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu objek

yang diteliti, peneliti mengkaji abreviasi bahasa Arab pada penggunaan bahasa

Arab di media sosial daring seperti Facebook dan Twitter. Kemudian relevansi antara penelitian di atas dengan peneliti yang akan dilakukan adalah menganalisis

abreviasi dalam suatu bahasa dan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu metode kualitatif deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan

abreviasi yang ditemukan dalam penggunaan media sosial dengan jelas.

2.2.Pengertian Abreviasi

Menurut Kridalaksana (2000: 1) terdapat beberapa jenis proses

pembentukan kata yaitu afiksasi (penambahan imbuhan), reduplikasi

(pengulangan), komposisi (pemajemukan) metanalisisi (pertukaran tempat),

derivasi balik, morfofonemik dan abreviasi (singkatan atau akronim).

Menurut teori nonkonvensional, abreviasi (bahasa Latin brevis, yang

berarti pendek) merupakan salah satu proses morfologis. abreviasi adalah proses

penanggalan satu atau beberapa leksem atau kombinasi leksem atau gabungan

leksem menjadi kata kompleks atau akronim atau singkatan dengan pelbagai

abreviasi, misalnya kata pilpres, cagub, pemilu, KPU, USU, dan lain-lain.

Kemudian yang termasuk ke dalam abreviasi yaitu pemenggalan, kontraksi,

akronim dan penyingkatan (Ibid: 2007: 159).

Winarno (1991: 5) menyatakan bahwa singkatan atau bentuk dari proses

abreviasi dibedakan dengan akronim. Singkatan adalah bentuk penyingkatan satu

kata atau lebih menjadi satu huruf atau lebih yang pengejaannya dilakukan dengan

mengucapkan huruf demi huruf yang bersangkutan. Contohnya DPR (Dewan

(4)

atau lebih menjadi gabungan beberapa suku kata yang diperlakukan sebagai kata

misalnya Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat).

Menurut Chaer (2007: 191) abreviasi adalah proses penanggalan

bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk yang

singkat tetapi memiliki makna yang sama dengan bentuk yang utuh. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa abreviasi adalah proses penanggalan sebagian atau

beberapa leksem yang membentuk kata baru tanpa mengubah arti.

Struktur pembentukan singkatan dapat berupa gabungan huruf awal,

gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang

diperlakukan sebagai kata. Bentuk singkatan tersebut dapat dilihat sebagai

berikut:

a. Singkatan yang berupa gabungan huruf awal dari setiap kata selalu ditulis

menggunakan huruf besar (capital letter) dan dibaca sekaligus, sebagai

contoh:

USU (Universitas Sumatera Utara)

SIM (Surat Izin Mengemudi)

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)

b. Singkatan yang terdiri atas gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku

kata dari deret kata, huruf awal ditulis dengan huruf kapital dan suku kata

dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil dan tidak diakhiri oleh

tanda titik, sebagai contoh :

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)

Balmera (Belawan-Medan-Tanjung Morawa)

c. Akronim yang berupa gabungan huruf, suku kata atau gabungan huruf dan

suku kata dari deret kata dan seluruhnya ditulis dengan huruf kecil dan tidak

diakhiri oleh tanda titik

sinetron (sinema elekrtonik)

sidak (inspeksi mendadak)

(5)

Menurut (Al-Khuli) abreviasi disebut sebagai

ﻲﺑﺎﺘﻛ ﺭﺎﺼﺘﺧﺍ

/

ikhtiṡār kitabi/ kalimatu `au al-‘ibāratu kulluhā. mișal ( ilkha) al-mukhtaṡiratu (`ilā `akhirah) wa qad yuṡāḥibu al-`ikhtiṡaru al-kitāby `ikhtiṡārun fī al-lafẓi/’Abreviasi adalah pemendekan beberapa huruf dari kata atau frase atau keseluruhan dari kata atau frase, seperti akronim ‘ilkha’ pemendekan dari ( ‘ilā ākhir’ ) hingga akhirnya’ hal ini serupa dengan yang berlaku dalam bahasa inggris. Adanya singkatan tulisan seperti he’ll yang merupakan singkatan dari ucapan he will’

Kemudian Hijazy (2000: 95-96) menyebut abreviasi dalam bahasa Arab

sebagai

ﺕﺍﺭﺎﺼﺘﺧﻻﺍ

/

al-‘ikhtiṡārātu/

ﺓﺪﻋ ﻭﺃ ﻝﻭﻷﺍ ﻑﺮﺤﻟﺍ ﺬﺧﺃ ﻰﻠﻋ ﺕﺍﺭﺎﺼﺘﺧﻻﺍ ﻩﺬﻫ ﻡﻮﻘﺗ ﻝﺎﺤﻟﺍ ﺔﻌﻴﺒﻄﺑﻭ

.

ﺔﻠﻣﺎﻜﻟﺍ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻦﻣ ﻑﻭﺮﺣ

/wa biṭabī’ati al-ḥāli taqūmu haẕihi al-‘ikhtiṡārātu ‘alā `akhaẕa al-ḥarfu al-`ūla `aw ‘adatu ḥurūf min al-kalimāti al-‘arabiyyati al-kāmilati./ ‘Abreviasi bahasa Arab dibentuk dengan cara mengambil huruf pertama atau beberapa huruf dari susunan kata yang sempurna.

Menurut Hadi (2000: 254) dalam bahasa Arab diketahui ada dua jenis

proses abreviasi atau pemendekan kata yakni singkatan dan akronim. Istilah

singkatan dapat disejajarkan dengan

ﻝﺍﺰﺘﺧﻹﺍ

/al-`ikhtizāl/ ‘singkatan’ yang juga digunakan sebagai lambang huruf. Dalam bahasa Arab dikenal juga adanya istilah

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ ‘akronim’ yaitu penggabungan dua kata atau lebih menjadi sebuah kata.

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ tersebut memiliki dua jenis, yaitu penggabungan dua kata tanpa penanggalan salah satu huruf yang sering dikenal dengan istilah murakkab

(6)

merupakan frase atau kalimat, atau terjadi dari dua kata atau lebih yang berupa

frasa atau kalimat. Berikut macam-macam abreviasi dalam bahasa Arab:

2.3.1)

ﻝﺍﺰﺘﺧﻹﺍ

/al-`ikhtizāl/

Penggabungan huruf dalam bahasa Arab banyak dilakukan dengan cara

akronim sebagai salah satu proses abreviasi yang menghasilkan sebuah kata baru.

ﻝﺍﺰﺘﺧﻹﺍ

/al-`ikhtizāl/ adalah pemendekan sebuah kata atau lebih menjadi satu atau dua silabe, misalnya

ﻑﻭﺮﻌﻣ

/ma’ruf/ disingkat menjadi

/m/, (ﺎﻣ ﻭ ﻦﻣ)

ﺎﻤﻣ

yang merupakan akronim dari /min/ dan /mā/ yang berarti ‘dari apa’

ﻭ ﺔﻴﻁﺮﺸﻟﺍ ﻥﺇ ﻦﻣ

)

ﻻﺇ

ﺔﻴﻫ ﺎّﻨﻟﺍ ﻻ

)

yang merupakan akronim dari /in asy-syarṭiyyatu/ dan /lā `an-nahiyyah/ yang berarti‘jika tidak’.

2.3.2)

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/

Kata

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/secara etimologi dalam kamus lisanul Arab berasal dari akar kata yang mengandung makna

ﺮﺸﻨﻟﺍ

/an-nasyru/

ﻱﺮﺒﻟﺍ

/al-bariyu/

ﻊﻄﻘﻟﺍ

/al-qaṭ’u/ yang makna keseluruhan terhimpun dalam arti memahat. Adapun secara terminologis

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/menurut Nihad (1984: 67) adalah membentuk sebuah kata baru yang berasal dari dua kata atau lebih atau dibentuk dari sebuah kalimat,

masing-masing unsurtersebut memiliki arti dan tulisan yang berbeda dan kata baru

yang terbentuk dapat mewakili seluruh unsurpembentuk aslinya dari sisi pelafalan

dan makna.

Konsep

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/muncul dalam kajian kebahasaan Arab pertama kali di perkenalkan oleh Khalil bin Ahmad (w. 175 H) dalam karyanya Al-‘Ain,

menurut persepektif Khalil

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/adalah cara membentuk sebuah kata yang berasal dari dua kata yang beruntun dan upaya ini merupakan bagian dari

istiqaqa (derivasi) sebagaimana terdapat pada kata

ﺔﻠﻌﻴﺤﻟﺍ

/al-ḥaya’alatu/ yang merupakan singkatan dari dua kata yaitu

ﻰﻠﻋ ﻲﺣ

.

Senada dengan Khalil, Ibn Faris

(7)

kata menjadi satu kata, hal ini sebagai proses penyingkatan dan merupakan prinsip

bahwa entri dalam bahasa Arab dibentuk dari lebih tiga konsonan dasar seperti

pada kata

ﺮﻄﺒﺿ

/ḍibaṭrun/ yang merupakan singkatan berasal dari kata

ﻂﺒﺿ

/ḍabaṭa/ dan

ﺮﺒﺿ

/ḍabara/. Berdasarkan pandangan ahli bahasa tentang

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/, dapat disimpulkan bahwa

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ adalah proses pembentukan kata baru yang berasal dari unsur kata, frase atau kalimat. Kata baru yang terbentuk

harus mewakili seluruh unsur pembentuk aslinya dari sisi pelafalan dan makna.

Proses pemendekan dalam bahasa Arab lainnya adalah

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ yaitu pemendekan dua buah kata atau lebih menjadi sebuah kata baru misalnya,

ﷲ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ

/lā ilāha ilā Allahu/ ‘tiada Tuhan selain Allah’ yang kemudian mengalami pemendekan menjadi

ﻞﻠﻫ

/halala/. Berdasarkan contoh tersebut hasil dari proses

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ adalah sebuah kata yang (mungkin) bermakna baru. Pemendekan atau abreviasi dari beberapa kosakata dalam hal ini

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ dapat berfungsi untuk menumbuhkembangkan kosakata baru yang bermakna baru,

bermakna sama dengan makna unsur kosakata pembentuknya atau bermakna sama

dengan salah satu makna pembentuknya.

Dalam ilmu linguistik

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ dapat disejajarkan dengan akronim. Kata akronim berasal dari bahasa Yunani akros yang berarti ‘paling tinggi’ +

onyma ‘nama’. Jadi secara etimologi akronim berarti ‘nama yang paling tinggi, paling agung’ (Dale et al, 1971: 201). Menurut KBBI (2007: 21) akronim adalah

kependekan yg berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis

dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Kemudian Tarigan (1985: 107)

mengatakan bahwa akronim merupakan singkatan yang dibentuk dari huruf-huruf

kata uraian dan ada kalanya suatu akronim menjadi kata yang dapat diterima oleh

masyarakat pengguna bahasa.

Selanjutnya

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ dalam bahasa Arab merupakan salah satu proses pemenuhan kebutuhan bahasa, yaitu untuk pengayaan kosakata (Anis,

(8)

pembentukan kata daru dua kata atau lebih yang terkait dengan kata

pembentukknya, kata baru itu mengandung untuk konsonan pembentuknya.

Adapun jenis

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ berdasarkan pembentukannya adalah sebagai berikut:

2.3.2.1)

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ Fi’il dengan Fi’il

Singkatan dalam bahasa Arab dapat dibentuk berdasarkan unsur

pembentuknya salah satunya dari fi’il.

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ tersebut dibentuk dengan menggabungkan unsur konsonan pada dua kata kerja atau fi’il menjadi sebuah

kata dan membentuk makna baru. Sebagai contoh:

ﻭ ﺏﺮﻫ ﻦﻣ

)

ﻝﻭﺮﻫ

(

ﻰﻟﻭ

/harwala ( min haraba wa walā)/ yaitu bentuk singkatan yang dibentuk dari

kata kerja atau fi’il,

ﻝﻭﺮﻫ

/harwala/ yang berarti ‘lari cepat’ yang berasal dari kata

ﺏﺮﻫ

/haraba/ ‘lari’ dan

ﻰﻟﻭ

/walā/ ‘lari cepat’.

2.3.2.2)

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ Ism dengan Ism

Singkatan selanjutnya adalah singkatan yang dibentuk dari dua buah ism

atau kata benda. Namun jenis

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ yang dibentuk dari ism ini sangat terbatas. Seperti contoh :

(

ﻥﺎﻣﺰﻟﺍ ﻭ ﺰّﻴﺤﻟﺍ

)

ﻦﻣﺰﻴﺤﻟﺍ

/al-ḥayzaman – al-ḥayyizu wa al-zamān/ yang berarti ‘tempat dan waktu’ yang berasal dari kaita tempat dan waktu.

2.3.2.3)

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ Kata Asing dan Arab

Bentuk singakatan selanjutnya adalah singkatan yang dibentuk dari kata

asing dan kata dalam bahasa Arab. Berikut contoh

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ yang berasal dari kata asing dan bahasa Arab yaitu:

ﺝﺮﻫﺯ

/zahraja/ ‘tanpa hidrogen’ yang berasal dari frase

ﻦﻴﺟﻭﺭﺪﻬﻟﺍ ﺔﻟﺍﺯﺇ

/`izālatu `al-hidrūjīn/ .

(9)

Abreviasi dalam bahasa Arab merupakan penggabungan unsur-unsur

konsonan dari pembentuk singkatan tersebut dari dua kata atau lebih yang bukan

merupakan frase atau kalimat atau yang berasal dari frase atau kalimat.

Berdasarkan unsur pembentuknya abreviasi dalam bahasa Arab terbagi

menjadi dua, singkatan yang terdiri atas dua unsur pembentuk dan tiga unsur

pembentuk. ( Hadi, 2010 )

2.4.1) Struktur

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ Dua Unsur Pembentuk

Pada

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ yang terdiri atas dua unsur pembentuk (UP) adalah dengan cara menambahkan satu unsur konsonan (UK) dari unsur lainnya di akhir

unsur kesatu. Misalnya :

ﺝﺮﺣﺩ

/daḥraja/ yang dibentuk dari kata

ﺮﺣﺩ

/daḥara/ dan

ﻯﺮﺟ

/jarā/

Pada contoh di atas, singkatan kata dengan menambahkan satu huruf

konsonan di akhir UP1

ﺮﺣﺩ

/daḥara/ dengan huruf dari UP2

ﻯﺮﺟ

/jarā/ yaitu konsonan

/j/. Pada singkatan tersebut terdapat unsur konsonan yang sama (UKS) sehingga pembentukannya dengan menambahkan UK dari UP yang lain.

Kemudian pembentukan singkatan dengan dua unsur lainnya adalah

dengan menggabungkan dua UK dari salah satu UP pada UP lainnya dengan

menambahkan UK tersebut di depan atau belakang. Misalnya

ﺔﺒﻌﺜﻨﺨﻟﺍ

/`al-khanṡa’abatu/ yaitu singkatan dari kata

ﺚﻨﺧ

/khanaṡa/ dan

ﺐﻌﺛ

/ṡa’aba/

Pada contoh tersebut kata

ﺐﻌﺛ

/ṡa’aba/ diletakkan di akhir unsur pertama

ﺚﻨﺧ

/khanaṡa/ kemudian diberi afiks

/tu/ di akhir dan partikel

ﻝﺍ

/`al/. Pada dasarnya pembentukan singkatan dari UP yang memiliki UK yang sama adalah

(10)

ﺦﻣﺰﺑ

/bazmaḥa/ yaitu singkatan dari kata

ﺦﻣﺯ

/

zamakha/ dan kata

ﺥﺰﺑ

/bazakha/

2.4.2) Struktur

ﺖﺤﻨﻟﺍ

/an-naht/ Tiga Unsur Pembentuk

Pada pembentukan singkatan yang terdiri atas tiga UP yaitu dapat

dilakukan dengan menambahkkan UK ketiga dari UP23 pada UP1. Seperti

contoh:

ﻞﺒﺤﺴﻟﺍ

/`al-saḥbala/ yaitu singkatan dari kata

ﺐﺤﺳ

/saḥaba/,

ﻞﺤﺳ

/saḥala/,

ﻞﺒﺳ

/sabala/.

Pembentukan singkatan yang terdiri atas tiga UP lainnya adalah dengan

menggabungkan UK yang berbeda dari masing UP yaitu seperti pada contoh

berikut ini:

ﻖﻠﺴﻌﻟﺍ

/`al-‘aslaqu/ yaitu singkatan dari kata

ﻖﺴﻋ

/’asaqa/,

ﻖﻠﺳ

/salaqa/,

ﻖﻠﻋ

/’alaqa/.

Pada contoh di atas, singkatan di atas terbentuk dari tiga kata yang

memiliki UK ketiga yang sama, sedangkan UK lainnya memiliki kesamaan hanya

pada dua kata, maka pembentukkannya adalah dengan menambahkan UP1 + UK

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data-data hasil pengujian dan perhitungan yang diperoleh, maka dapat disajikan pembahasan mengenai pengaruh putaran dan temperatur terhadap kekuatan tarik

Kabupaten Lombok Tengah terbentuk menjadi otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan daerah- daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-Daerah

mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk. Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan

Dalam berpikir perubahan, seseorang diharapkan memiliki pola pikir yang produktif karena pola pikir seperti inilah yang akan menciptakan ide-ide baru sekaligus dapat membuat

utama yaitu : SO (Strengths, Opportunities), WO ( Weakness, Opportunities), ST (Strengths, Threats), dan WT ( Weakness, Threats). Tuliskan kekuatan internal

tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, dalam bukunya Darise (2009: 129) menekankan bahwa dalam hal APBD diperkirakan defisit dapat didanai dari pembiayaan

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-analitik dengan diawali penjabaran latar belakang masalah berupa kebutuhan sebuah bangunan stadion di Kota Kediri dan

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, terealisasi sebesar Rp. Terdapat pendapatan dari Obyek Retribusi Laboraturium dikelompokkan pada Jenis Retribusi Jasa Umum