BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Sebelum peneliti menyusun penelitian ini, maka terlebih dahulu peneliti
menelusuri skripsi yang ada di Kantor Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara dan perpustakaan digital
universitas-universitas yang ada di Indonesia. Maksud pengkajian ini adalah data yang akan
diteliti tidak sama dengan skripsi sebelumnya. Adapun beberapa tinjuan pustaka
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini sebagai kajian terdahulu yang relevan
adalah:
1) Surati, 2015, Pola Pembentukan Akronim Bahasa Mandarin pada Koran
GuoJi RiBao. Pada penelitian ini, Surati menganalisi pola pembentukan akronim bahasa mandari dan pola pembentukan akronim yang dominan
dalam koran GuoJi RiBao. Data berupa akronim diperoleh dari koran GuoJi
Ribao. Hasil penelitian tersebut adalah ditemukan 14 pola pembentukan akronim dan 3 pola pembentukan akronim yang dominan. Sebelas pola
merupakan pola akronim bahasa Mandarin yang standar, sedangkan tiga
pola yang lain mempunyai ciri khas tersendiri. Pola yang dominan adalah
pola pengekalan silabel pertama tiap komponen sebanyak 44 buah atau
35.77%, diikuti oleh pola yang kedua yaitu pola pengekalan silabel pertama
dan silabel terakhir tiap komponen sebesar 15 buah atau 12,20 %.
2) Tristianasari. 2011. Abreviasi bahasa Indonesia pada bahasa SMS (Short
Message Service) Siswa SMA di Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini menganalisis bentuk penggunaan abreviasi bahasa Indonesia dalam
mengirim SMS oleh siswa SMA, dan makna dari abreviasi bahasa Indonesia
dalam bahasa SMS siswa SMA serta faktor-faktor yang mempengaruhi
siswa SMA menggunakan abreviasi dalam mengirim SMS. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan
siswa pada kuesioner yang disebarkan. Hasil darin penelitian ini adalah
abreviasi bahasa yang digunakan dalam mengirim SMS oleh siswa SMA
adalah (1) singkatan, (2) penggalan, (3) akronim, (4) kontraksi, dan (5)
lambang huruf. Makna abreviasi dalam mengirim SMS dapat dikategorikan
dalam makna kata, makna referensial, makna gramatikal, makna leksikal,
dan makna konseptual, serta faktor yang mempengaruhi penggunaan
abreviasi bahasa adalah (1) praktis dan cepat dalam mengirim SMS, (2)
lebih ringkas, (3) mengikuti trend, (4) agar tulisan lebih menarik, (5)
menghemat pulsa.
3) Ameer. 2009. Erros Made by Students at the Departements of English and
Arabic inAcronyms: A Contrastive Study.Actually, acronyms are not studied or written about thoroughly in Arabic and there is no enough elaboration on it in the students' English textbooks. This study aims at investigating acronyms in English and Arabic, identifying, analyzing the errors that the university students are liable to make, and discovering the reasons beyond their errors. A diagnostic test applied to Translation students at the University of Mustansiriya. It is concluded that: (1) the achievement of the students in the English acronyms is better than their achievements in Arabic ones, (2) most of the university students can construct acronyms but they face more difficulties in discerning the words from which acronyms are constructed in English, (3) their performance is generally bad in both English and Arabic, and (4) some of the acronyms that are used in Arabic are borrowed from English without translation, while most others are translated into Arabic and written in their full forms without using acronyms. Penelitian ini menganalisi bentuk perbedaan pada kesalahan penggunaan akronim yang
dilakukan oleh mahasiswa departemen Bahasa Inggris dan Bahasa Arab di
Universitas Mustansiriya, Irak. Data penelitian ini diperoleh dengan
memberikan tes kepada mahasiswa dari dua departemen tersebut yang berisi
pertanyaan mengenai pembentukan akronim dalam bahasa Arab maupun
bahasa Inggris. Hasil penelitian ini adalah berdasarkan presentase mengenai
1386,92% responden salah dalam menyelesaikan tes pembentukan akronim,
dan kesalahan yang dilakukan mahasiswa departemen Bahasa Inggris dan
Bahasa Arab tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu: interlingual transfer
dan intralingual transfer.
Berdasarkan penelitian di atas, peneliti melihat adanya perbedaan dan
persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu objek
yang diteliti, peneliti mengkaji abreviasi bahasa Arab pada penggunaan bahasa
Arab di media sosial daring seperti Facebook dan Twitter. Kemudian relevansi antara penelitian di atas dengan peneliti yang akan dilakukan adalah menganalisis
abreviasi dalam suatu bahasa dan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode kualitatif deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan
abreviasi yang ditemukan dalam penggunaan media sosial dengan jelas.
2.2.Pengertian Abreviasi
Menurut Kridalaksana (2000: 1) terdapat beberapa jenis proses
pembentukan kata yaitu afiksasi (penambahan imbuhan), reduplikasi
(pengulangan), komposisi (pemajemukan) metanalisisi (pertukaran tempat),
derivasi balik, morfofonemik dan abreviasi (singkatan atau akronim).
Menurut teori nonkonvensional, abreviasi (bahasa Latin brevis, yang
berarti pendek) merupakan salah satu proses morfologis. abreviasi adalah proses
penanggalan satu atau beberapa leksem atau kombinasi leksem atau gabungan
leksem menjadi kata kompleks atau akronim atau singkatan dengan pelbagai
abreviasi, misalnya kata pilpres, cagub, pemilu, KPU, USU, dan lain-lain.
Kemudian yang termasuk ke dalam abreviasi yaitu pemenggalan, kontraksi,
akronim dan penyingkatan (Ibid: 2007: 159).
Winarno (1991: 5) menyatakan bahwa singkatan atau bentuk dari proses
abreviasi dibedakan dengan akronim. Singkatan adalah bentuk penyingkatan satu
kata atau lebih menjadi satu huruf atau lebih yang pengejaannya dilakukan dengan
mengucapkan huruf demi huruf yang bersangkutan. Contohnya DPR (Dewan
atau lebih menjadi gabungan beberapa suku kata yang diperlakukan sebagai kata
misalnya Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat).
Menurut Chaer (2007: 191) abreviasi adalah proses penanggalan
bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk yang
singkat tetapi memiliki makna yang sama dengan bentuk yang utuh. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa abreviasi adalah proses penanggalan sebagian atau
beberapa leksem yang membentuk kata baru tanpa mengubah arti.
Struktur pembentukan singkatan dapat berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata. Bentuk singkatan tersebut dapat dilihat sebagai
berikut:
a. Singkatan yang berupa gabungan huruf awal dari setiap kata selalu ditulis
menggunakan huruf besar (capital letter) dan dibaca sekaligus, sebagai
contoh:
USU (Universitas Sumatera Utara)
SIM (Surat Izin Mengemudi)
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
b. Singkatan yang terdiri atas gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata, huruf awal ditulis dengan huruf kapital dan suku kata
dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil dan tidak diakhiri oleh
tanda titik, sebagai contoh :
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
Balmera (Belawan-Medan-Tanjung Morawa)
c. Akronim yang berupa gabungan huruf, suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata dan seluruhnya ditulis dengan huruf kecil dan tidak
diakhiri oleh tanda titik
sinetron (sinema elekrtonik)
sidak (inspeksi mendadak)
Menurut (Al-Khuli) abreviasi disebut sebagai
ﻲﺑﺎﺘﻛ ﺭﺎﺼﺘﺧﺍ
/
ikhtiṡār kitabi/ kalimatu `au al-‘ibāratu kulluhā. mișal ( ilkha) al-mukhtaṡiratu (`ilā `akhirah) wa qad yuṡāḥibu al-`ikhtiṡaru al-kitāby `ikhtiṡārun fī al-lafẓi/’Abreviasi adalah pemendekan beberapa huruf dari kata atau frase atau keseluruhan dari kata atau frase, seperti akronim ‘ilkha’ pemendekan dari ( ‘ilā ākhir’ ) hingga akhirnya’ hal ini serupa dengan yang berlaku dalam bahasa inggris. Adanya singkatan tulisan seperti he’ll yang merupakan singkatan dari ucapan he will’Kemudian Hijazy (2000: 95-96) menyebut abreviasi dalam bahasa Arab
sebagai
ﺕﺍﺭﺎﺼﺘﺧﻻﺍ
/
al-‘ikhtiṡārātu/ﺓﺪﻋ ﻭﺃ ﻝﻭﻷﺍ ﻑﺮﺤﻟﺍ ﺬﺧﺃ ﻰﻠﻋ ﺕﺍﺭﺎﺼﺘﺧﻻﺍ ﻩﺬﻫ ﻡﻮﻘﺗ ﻝﺎﺤﻟﺍ ﺔﻌﻴﺒﻄﺑﻭ
.
ﺔﻠﻣﺎﻜﻟﺍ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻦﻣ ﻑﻭﺮﺣ
/wa biṭabī’ati al-ḥāli taqūmu haẕihi al-‘ikhtiṡārātu ‘alā `akhaẕa al-ḥarfu al-`ūla `aw ‘adatu ḥurūf min al-kalimāti al-‘arabiyyati al-kāmilati./ ‘Abreviasi bahasa Arab dibentuk dengan cara mengambil huruf pertama atau beberapa huruf dari susunan kata yang sempurna.
Menurut Hadi (2000: 254) dalam bahasa Arab diketahui ada dua jenis
proses abreviasi atau pemendekan kata yakni singkatan dan akronim. Istilah
singkatan dapat disejajarkan dengan
ﻝﺍﺰﺘﺧﻹﺍ
/al-`ikhtizāl/ ‘singkatan’ yang juga digunakan sebagai lambang huruf. Dalam bahasa Arab dikenal juga adanya istilahﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ ‘akronim’ yaitu penggabungan dua kata atau lebih menjadi sebuah kata.ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ tersebut memiliki dua jenis, yaitu penggabungan dua kata tanpa penanggalan salah satu huruf yang sering dikenal dengan istilah murakkabmerupakan frase atau kalimat, atau terjadi dari dua kata atau lebih yang berupa
frasa atau kalimat. Berikut macam-macam abreviasi dalam bahasa Arab:
2.3.1)
ﻝﺍﺰﺘﺧﻹﺍ
/al-`ikhtizāl/Penggabungan huruf dalam bahasa Arab banyak dilakukan dengan cara
akronim sebagai salah satu proses abreviasi yang menghasilkan sebuah kata baru.
ﻝﺍﺰﺘﺧﻹﺍ
/al-`ikhtizāl/ adalah pemendekan sebuah kata atau lebih menjadi satu atau dua silabe, misalnyaﻑﻭﺮﻌﻣ
/ma’ruf/ disingkat menjadiﻡ
/m/, (ﺎﻣ ﻭ ﻦﻣ)ﺎﻤﻣ
yang merupakan akronim dari /min/ dan /mā/ yang berarti ‘dari apa’ﻭ ﺔﻴﻁﺮﺸﻟﺍ ﻥﺇ ﻦﻣ
)
ﻻﺇ
ﺔﻴﻫ ﺎّﻨﻟﺍ ﻻ
)
yang merupakan akronim dari /in asy-syarṭiyyatu/ dan /lā `an-nahiyyah/ yang berarti‘jika tidak’.2.3.2)
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/Kata
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/secara etimologi dalam kamus lisanul Arab berasal dari akar kata yang mengandung maknaﺮﺸﻨﻟﺍ
/an-nasyru/ﻱﺮﺒﻟﺍ
/al-bariyu/ﻊﻄﻘﻟﺍ
/al-qaṭ’u/ yang makna keseluruhan terhimpun dalam arti memahat. Adapun secara terminologisﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/menurut Nihad (1984: 67) adalah membentuk sebuah kata baru yang berasal dari dua kata atau lebih atau dibentuk dari sebuah kalimat,masing-masing unsurtersebut memiliki arti dan tulisan yang berbeda dan kata baru
yang terbentuk dapat mewakili seluruh unsurpembentuk aslinya dari sisi pelafalan
dan makna.
Konsep
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/muncul dalam kajian kebahasaan Arab pertama kali di perkenalkan oleh Khalil bin Ahmad (w. 175 H) dalam karyanya Al-‘Ain,menurut persepektif Khalil
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/adalah cara membentuk sebuah kata yang berasal dari dua kata yang beruntun dan upaya ini merupakan bagian dariistiqaqa (derivasi) sebagaimana terdapat pada kata
ﺔﻠﻌﻴﺤﻟﺍ
/al-ḥaya’alatu/ yang merupakan singkatan dari dua kata yaituﻰﻠﻋ ﻲﺣ
.
Senada dengan Khalil, Ibn Fariskata menjadi satu kata, hal ini sebagai proses penyingkatan dan merupakan prinsip
bahwa entri dalam bahasa Arab dibentuk dari lebih tiga konsonan dasar seperti
pada kata
ﺮﻄﺒﺿ
/ḍibaṭrun/ yang merupakan singkatan berasal dari kataﻂﺒﺿ
/ḍabaṭa/ dan
ﺮﺒﺿ
/ḍabara/. Berdasarkan pandangan ahli bahasa tentangﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/, dapat disimpulkan bahwaﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ adalah proses pembentukan kata baru yang berasal dari unsur kata, frase atau kalimat. Kata baru yang terbentukharus mewakili seluruh unsur pembentuk aslinya dari sisi pelafalan dan makna.
Proses pemendekan dalam bahasa Arab lainnya adalah
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ yaitu pemendekan dua buah kata atau lebih menjadi sebuah kata baru misalnya,ﻻ
ﷲ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ
/lā ilāha ilā Allahu/ ‘tiada Tuhan selain Allah’ yang kemudian mengalami pemendekan menjadiﻞﻠﻫ
/halala/. Berdasarkan contoh tersebut hasil dari prosesﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ adalah sebuah kata yang (mungkin) bermakna baru. Pemendekan atau abreviasi dari beberapa kosakata dalam hal iniﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ dapat berfungsi untuk menumbuhkembangkan kosakata baru yang bermakna baru,bermakna sama dengan makna unsur kosakata pembentuknya atau bermakna sama
dengan salah satu makna pembentuknya.
Dalam ilmu linguistik
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ dapat disejajarkan dengan akronim. Kata akronim berasal dari bahasa Yunani akros yang berarti ‘paling tinggi’ +onyma ‘nama’. Jadi secara etimologi akronim berarti ‘nama yang paling tinggi, paling agung’ (Dale et al, 1971: 201). Menurut KBBI (2007: 21) akronim adalah
kependekan yg berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis
dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Kemudian Tarigan (1985: 107)
mengatakan bahwa akronim merupakan singkatan yang dibentuk dari huruf-huruf
kata uraian dan ada kalanya suatu akronim menjadi kata yang dapat diterima oleh
masyarakat pengguna bahasa.
Selanjutnya
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ dalam bahasa Arab merupakan salah satu proses pemenuhan kebutuhan bahasa, yaitu untuk pengayaan kosakata (Anis,pembentukan kata daru dua kata atau lebih yang terkait dengan kata
pembentukknya, kata baru itu mengandung untuk konsonan pembentuknya.
Adapun jenis
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ berdasarkan pembentukannya adalah sebagai berikut:2.3.2.1)
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ Fi’il dengan Fi’ilSingkatan dalam bahasa Arab dapat dibentuk berdasarkan unsur
pembentuknya salah satunya dari fi’il.
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ tersebut dibentuk dengan menggabungkan unsur konsonan pada dua kata kerja atau fi’il menjadi sebuahkata dan membentuk makna baru. Sebagai contoh:
ﻭ ﺏﺮﻫ ﻦﻣ
)
ﻝﻭﺮﻫ
(
ﻰﻟﻭ
/harwala ( min haraba wa walā)/ yaitu bentuk singkatan yang dibentuk darikata kerja atau fi’il,
ﻝﻭﺮﻫ
/harwala/ yang berarti ‘lari cepat’ yang berasal dari kataﺏﺮﻫ
/haraba/ ‘lari’ danﻰﻟﻭ
/walā/ ‘lari cepat’.2.3.2.2)
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ Ism dengan IsmSingkatan selanjutnya adalah singkatan yang dibentuk dari dua buah ism
atau kata benda. Namun jenis
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ yang dibentuk dari ism ini sangat terbatas. Seperti contoh :(
ﻥﺎﻣﺰﻟﺍ ﻭ ﺰّﻴﺤﻟﺍ
)
ﻦﻣﺰﻴﺤﻟﺍ
/al-ḥayzaman – al-ḥayyizu wa al-zamān/ yang berarti ‘tempat dan waktu’ yang berasal dari kaita tempat dan waktu.2.3.2.3)
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ Kata Asing dan ArabBentuk singakatan selanjutnya adalah singkatan yang dibentuk dari kata
asing dan kata dalam bahasa Arab. Berikut contoh
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ yang berasal dari kata asing dan bahasa Arab yaitu:ﺝﺮﻫﺯ
/zahraja/ ‘tanpa hidrogen’ yang berasal dari fraseﻦﻴﺟﻭﺭﺪﻬﻟﺍ ﺔﻟﺍﺯﺇ
/`izālatu `al-hidrūjīn/ .Abreviasi dalam bahasa Arab merupakan penggabungan unsur-unsur
konsonan dari pembentuk singkatan tersebut dari dua kata atau lebih yang bukan
merupakan frase atau kalimat atau yang berasal dari frase atau kalimat.
Berdasarkan unsur pembentuknya abreviasi dalam bahasa Arab terbagi
menjadi dua, singkatan yang terdiri atas dua unsur pembentuk dan tiga unsur
pembentuk. ( Hadi, 2010 )
2.4.1) Struktur
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ Dua Unsur PembentukPada
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ yang terdiri atas dua unsur pembentuk (UP) adalah dengan cara menambahkan satu unsur konsonan (UK) dari unsur lainnya di akhirunsur kesatu. Misalnya :
ﺝﺮﺣﺩ
/daḥraja/ yang dibentuk dari kataﺮﺣﺩ
/daḥara/ danﻯﺮﺟ
/jarā/Pada contoh di atas, singkatan kata dengan menambahkan satu huruf
konsonan di akhir UP1
ﺮﺣﺩ
/daḥara/ dengan huruf dari UP2ﻯﺮﺟ
/jarā/ yaitu konsonanﺝ
/j/. Pada singkatan tersebut terdapat unsur konsonan yang sama (UKS) sehingga pembentukannya dengan menambahkan UK dari UP yang lain.Kemudian pembentukan singkatan dengan dua unsur lainnya adalah
dengan menggabungkan dua UK dari salah satu UP pada UP lainnya dengan
menambahkan UK tersebut di depan atau belakang. Misalnya
ﺔﺒﻌﺜﻨﺨﻟﺍ
/`al-khanṡa’abatu/ yaitu singkatan dari kataﺚﻨﺧ
/khanaṡa/ danﺐﻌﺛ
/ṡa’aba/Pada contoh tersebut kata
ﺐﻌﺛ
/ṡa’aba/ diletakkan di akhir unsur pertamaﺚﻨﺧ
/khanaṡa/ kemudian diberi afiksﺔ
/tu/ di akhir dan partikelﻝﺍ
/`al/. Pada dasarnya pembentukan singkatan dari UP yang memiliki UK yang sama adalahﺦﻣﺰﺑ
/bazmaḥa/ yaitu singkatan dari kataﺦﻣﺯ
/
zamakha/ dan kataﺥﺰﺑ
/bazakha/2.4.2) Struktur
ﺖﺤﻨﻟﺍ
/an-naht/ Tiga Unsur PembentukPada pembentukan singkatan yang terdiri atas tiga UP yaitu dapat
dilakukan dengan menambahkkan UK ketiga dari UP23 pada UP1. Seperti
contoh:
ﻞﺒﺤﺴﻟﺍ
/`al-saḥbala/ yaitu singkatan dari kataﺐﺤﺳ
/saḥaba/,ﻞﺤﺳ
/saḥala/,ﻞﺒﺳ
/sabala/.Pembentukan singkatan yang terdiri atas tiga UP lainnya adalah dengan
menggabungkan UK yang berbeda dari masing UP yaitu seperti pada contoh
berikut ini:
ﻖﻠﺴﻌﻟﺍ
/`al-‘aslaqu/ yaitu singkatan dari kataﻖﺴﻋ
/’asaqa/,ﻖﻠﺳ
/salaqa/,ﻖﻠﻋ
/’alaqa/.Pada contoh di atas, singkatan di atas terbentuk dari tiga kata yang
memiliki UK ketiga yang sama, sedangkan UK lainnya memiliki kesamaan hanya
pada dua kata, maka pembentukkannya adalah dengan menambahkan UP1 + UK