BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan
hidup. Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 1988 pasal 1 Ayat 2 tentang
kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa lanjut usia (lansia) adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Maryam, dkk 2010).
Keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan mengakibatkan
meningkatnya usia harapan hidup (UHH) pada lansia. WHO memperkirakan
tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang. Hasil
sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar
negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia. Tahun 2014 di
Indonesia jumlah lansia sudah mencapai 18,78 juta orang lebih (Sutriyanto E,
2015). Dan menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun
2010 jumlah lansia sebanyak 766.422 orang (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan survei awal yang diperoleh penulis bahwa di kelurahan
Labuhanbilik jumlah penduduk keseluruhan berjumlah 3623 jiwa. Lansia yang
tinggal dikelurahan tersebut berjumlah 777 orang. Sementara jumlah lansia
berbudaya melayu dan mandailing yang tinggal bersama keluarga berjumlah 620
orang (Data Kesehatan Kelurahan Labuhanbilik, 2014).
Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan
berlanjut sepanjang hidup. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang
terjadi di dalam kehidupan manusia, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan dan merupakan proses alamiah
yang tidak dapat dihindari. Masa tua dapat dikatakan masa emas, karena tidak
semua orang dapat melaluinya (Maryam, dkk 2008).
Adanya peningkatan jumlah lansia, menyebabkan perlunya perhatian pada
lansia tersebut. Lansia sering dianggap lamban, baik dalam berfikir maupun dalam
bertindak. Pada usia ini seseorang banyak mengalami perubahan secara fisik,
sosial, kognitif serta fungsi psikologis, selain itu juga terjadi pergeseran berbagai
gaya dan pola dalam kehidupan. Keragaman budaya di setiap keluarga akan
berpengaruh pada lansia karena jelas membawa perbedaan pola perilaku,
kebiasaan, kesehatan, kesejahteraan, dan perawatan yang dilakukan pada lansia
serta gaya hidup (S.Tamher, 2009).
Berbagai keluarga memiliki bermacam-macam budaya untuk merawat
lansia. Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang
nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat
istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola
kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu di ulangi, membuat
manusia terkait dalam proses yang dijalaninya.
Kehidupan kebudayaan didalam keluarga menetapkan usia tua dan
peranan serta fungsi sosialnya menuntut nilai-nilai, anggapan dan ukuran yang
satu faktor penting dalam penyesuaian masa tua. Tempat ibadah merupakan
kesempatan yang baik untuk meningkatkan kehidupan sosial dan persahabatan,
hal ini dapat mengurangi perasaan kesepian bagi lansia. Peran keluarga pada
lansia untuk lebih mendekatkan dirinya dengan agama merupakan hal yang sangat
penting. Pendekatan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal
kepuasan hidup, harga diri, dan optimisme. Lansia yang orientasi religiusnya
sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang lebih baik. Agama juga dapat
memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal
menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga,
pentingnya menghadapi kehidupan serta menerima kekurangannya di masa tua
(Lidriani D, 2014).
Keluarga juga mempunyai peran penting dalam keperawatan sebagai
support lansia, karena keluarga menyediakan sumber-sumber yang penting untuk
memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan bagi dirinya dan orang lain dalam
keluarga. Keluarga sebagai pemberi asuhan informal dalam melaksanakan fungsi
memberikan perawatan pada lansia melibatkan seluruh aspek yaitu fisik,
psikologis, emosional, sosial dan spritual. Berbagai dampak akan timbul sebagai
respon interaksi keluarga dengan lansia ketika pemberian asuhan (Wiyono dkk,
2003).
Keluarga yang memandang pemberian asuhan kepada lansia merupakan
suatu beban atau masalah, maka akan memiliki konsep negatif sebagai pemberi
asuhan. Sebaliknya jika keluarga memandang pemberian asuhan kepada lansia
akan memiiki konsep positif sebagai pemberi asuhan, sehingga kebutuhan fisik,
psikis, sosial, ekonomi dan spiritual lansia bisa terpenuhi dengan baik. Keluarga
berperan penting dalam kehidupan lansia.
Peranan keluarga sebagai support system utama dalam merawat lansia
antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan
status mental, mengantisipasi perubahan ekonomi, serta memberikan motivasi dan
memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam dkk,2008).
Beberapa alasan lansia perlu dirawat dilingkungan keluarga diantaranya
ialah karena keluarga merupakan unit pelayanan dasar, tempat tinggal keluarga
merupakan lingkungan atau tempat alamiah dan damai bagi lansia, apabila
keluarga harmonis, kesejahteraan keluarga dan kemampuan keluarga untuk
menentukan diri sendiri merupakan prinsip-prinsip untuk mengarah kepada
pengambilan keputusan, pengambilan keputusan yang terkait dengan kesehatan
keluarga merupakan proses aktif, merupakan kesepakatan keluarga dan pemberi
pelayanan kesehatan (Mubarak dkk, 2006).
Lansia masih memiliki peranan dalam kehidupan sosialnya sebagaimana
halnya sebagai salah satu anggota kerabat atau masyarakat secara lebih luas.
Dengan demikian penduduk lansia masih dianggap memiliki kelebihan, keahlian
tertentu dan dengan pengalaman yang demikian luas sehingga mereka patut
dihormati, serta diberikan penghargaan yang tinggi (Fitriani E, 2009).
Dukungan keluarga juga merupakan unsur terpenting dalam membantu
individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri pada
meningkat Sehingga orang lansia tidak hanya berumur panjang, tetapi dapat
menikmati masa tuanya dengan bahagia, serta meningkatkan kualitas hidup diri
mereka.
Oleh karena itu, peranan mereka dalam masyarakat masih sangat
diperhitungkan. Pelayanan kesejahteraan sosial lansia tidak harus di panti, tetapi
lebih indah jika ditempatkan di dalam keluarga-keluarga sebagai cerminan
nilai-nilai islam yang umumnya dianut bangsa Indonesia dan budaya yang berkembang.
Sedangkan pekerja sosial untuk lansia bisa bekerja di rumah atau di dalam
keluarga tersebut (Tamher S, 2009).
Fenomena pemberian asuhan pada lansia di rumah menurut budaya yang ada
sangat penting untuk dipahami guna merencanakan dan memberikan pelayanan
kesehatan lansia. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul gambaran peran keluarga dalam perawatan lanjut usia menurut budaya
melayu dan mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah
Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam perawatan lansia menurut
budaya melayu dan mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai
Tengah tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi peran keluarga dalam menjaga dan merawat lansia
menurut budaya melayu dan mandaling di Kelurahan Labuhanbilik
2. Mengidentifikasi peran keluarga dalam mempertahankan status mental
lansia menurut budaya melayu dan mandaling di Kelurahan Labuhanbilik
3. Mengidentifikasi peran keluarga dalam mengantisipasi adanya perubahan
sosial dan ekonomi lansia menurut budaya melayu dan mandaling di
Kelurahan Labuhanbilik
4. Mengidentifikasi peran keluarga dalam memberikan motivasi pada lansia
menurut budaya melayu dan mandaling di Kelurahan Labuhanbilik
5. Mengidentifikasi peran keluarga dalam memfasilitasi kebutuhan spritual
lansia menurut budaya melayu dan mandaling di Kelurahan Labuhanbilik
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya tentang peran
1.4.2 Pelayanan Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi perawat agar
lebih menyadari kondisi lansia sehingga dapat memberikan dan mengembangkan
intervensi keperawatan yang tepat.
1.4.3 Penelitian Keperawatan
Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi