• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Teologi Pendidikan sebuah parad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Landasan Teologi Pendidikan sebuah parad"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

'RVHQ

3URI'U'LDQD1RPLGD0XVQLU03G

'U.KDHUXGLQ03G

-DPULGDIUL]DO

5LQDZDW\

6UL5DKD\X6

7KRPDV6XWDQD

3$6&$6$5-$1$7(.12/2*,3(1',',.$1

81,9(56,7$61(*(5,-$.$57$

/$1'$6$17(2/2*,7(.12/2*,

(2)

OLEH:

JAMRIDAFRIZAL

RINAWATY

SRI RAHAYU SURTININGTYAS

THOMAS SUTANA

PROGRAM S3 TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS

NEGERI JAKARTA

1/1/2015

/$1'$6$17(2/2*,

7(.12/2*,3(1',',.$1

6HEXDK3DUDGLJPD%DUX

(3)

Islam Sebagai Landasan Teologi Teknologi Pendidikan

Sebuah Paradigma Baru

Bismillahirrahmaanirrahim

Abstrak

Para pemikir dan praktisi bidang teknologi pendidikan terus berupaya

memperbaiki definisi dan cakupan teknologi pendidikan, hal itu terlihat dari defenisi

terakhir teknologi pendidikan yang memasukan praktek etis dalam defenisi

terbarunya. Namun sebagai seorang muslim penulis merasa perlu memberikan

sebuah warna baru dalam praktek teknologi pendidikan yaitu dengan memasukkan

dimensi teologi islam. Dalam tulisan ini pembahasan tentang defenisi, kawasan

teknologi pendidikan, dan diakhiri dengan dimensi teologi islam dalam teknologi

pendidikan

Pendahuluan

Teknologi pendidikan adalah cabang pengetahuan yang membahasa

bagaimana orang menciptakan, menggunakan dan mengelola sumber dan

lingkungan yang tepat guna dengan kebutuhan pembelajaran. Untuk

mendapatkan gambaran yang utuh maka penulis perlu mencantumkan defenisi

yang sering acuan bagi dosen dan mahasiswa jurusan teknologi pendidikan yaitu

defenisi tahun 1994

Definisi Teknologi Pendidikan menurut AECT 1994 yaitu Teknologi

Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan,

pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar. Definisi ini

menegaskan adanya lima domain (kawasan) teknologi pembelajaran, yaitu

kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan

pengelolaan, dan kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar.

Seorang teknolog pembelajaran bisa saja memfokuskan bidang garapannya dalam

salah satu kawasan tersebut. Aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari

lima kawasan tersebut. Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa demi menjaga

keutuhan definisi (teknologi pembelajaran) kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan

(4)

1. Kawasan Desain

Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk

menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain bermula dari gerakan psikologi

pembelajaran, terutama diilhami dari pemikiran B.F. Skinner (1954) tentang teori

pembelajaran berprogram (programmed instructions). Selanjutnya, pada tahun 1969

dari pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif tentang desain

turut memicu kajian tentang desain. Pendirian pusat-pusat desain bahan

pembelajaran dan terprogram, seperti “Learning Resource and Development

Center” pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang desain. Dalam kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, selaku Direktur dari

Learning Resource and Development Center tersebut menulis dan berbicara tentang desain pembelajaran sebagai inti dari Teknologi Pendidikan. Tujuan desain adalah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro seperti program

dan kurikulum; dan pada tingkat mikro seperti pelajaran dan modul. Kawasan

desain meliputi studi mengenai :

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar mereka yang terlibat dalam pemafaatan mempunyai tanggung jawab untuk

mencocokan peserta didik dengan bahan dan aktivitas yang specifik, menyiapkan

peserta didik agar dapat berintekrasi dengan bahan aktivitas yang dipilih,

memberikan bimbingan selama kegiatan, membekan penilaian atas hasil yang

dicapai peserta didik serta memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang

berkelanjutan.

4. Kawasan Pengelolaan

Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui : perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Kawasan

(5)

media. Pembauran perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan

ahli media sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan

cetak dan non cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber

teknologikal dalam kurikulum.

Islam Sebagai Landasan Teologi Teknologi Pendidikan Sebuah: Paradigma Baru

Adakah dimensi teologi dalam Teknologi Pendidikan? untuk bisa menjawab

pertanyaan sederhana tersebut kita harus terlebih dahulu menalaah defenisi teologi

dan Teknologi pendidikan.

Teologis secara harfiah berasal dari bahasa Yunani berarti ilmu ketuhanan.

Dalam konteks makalah ini penulis menggaris bawahi bagaimana praktek teknologi

pendidikan sesuai dengan nilai teologi islam, yaitu nilai yang berazaskan pada ajaran

islam dengan tujuan akhirnya adalah Tuhan Yang Satu (Allahu Ahad).

Tujuan pemberian dimensi teologi islam ini adalah untuk memberikan

paradigma baru dalam praktek Teknologi Pendidikan karena selama ini praktek TP

tidak memiliki dasar teologi. Pemberian dimensi adalah ditujukan untuk para

pendidikan muslim, atau semua muslim yang terlibat dalam praktek TP

Untuk dapat memberikan dimensi teologi islam dalam praktek teknologi

pendidikan maka perlu terlebih dahulu kita pahami defenisi terakhir dari Teknologi Pendidikan yaitu” “Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing

appropriate technological processes and resources (AECT ,2008)

Dengan memperhatikan defenisi ini, informasi yang bersal dari AECT serta buku Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994).Instructional technology: the definition and Domains Of the filed.kita sama sekali tidak menemukan adanya dimensi teologis, mungkinkah karena hal ini disebabkan oleh paradigma keilmuan dimana ilmu teknologi pendidikan ini berasal dan berkembang.(Amerika Serikat) yang bersifat bersifat sekuler(memisahkan agama dan ilmu). Jawaban sementara yang dapat penulis sampaikan adalah “ya”. Untuk menguji kebenaran pendapat ini sebaiknya ada kajian yang mendalam, namun dalam penulis tidak akan membahas masalh tersebut dalam makalah ini.

(6)

Dimensi teologis islam pada Studi dan praktek etis Teknologi Pendidikan

Apakah itu studi dan praktek etis dalam Teknologi Pendidikan? Untuk dapat

memahami hal tersebut kita mesti mengacu kepada kode etik yang dibuat oleh komite

etik AECT. Bila penulis perhatikan satu persatu kode etik yang dibuat oleh komite etik

AECT yang terdiri dari 30 point, semuanya mengarah pada studi dan prinsip etis yang

berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan yang mungkin berbeda satu negara dengan

negara lain, satu daerah dengan daerah lain dalam negara.

Jelaslah penjelasan tentang kode etik ini tidak memiliki dimensi Teologis. dalam

konteks teologi islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin ( rahmat sekalian alam),

Allah mestilah menjadi alasan bagi setiap orang untuk beraktivitas.

Dalam tulisan ini penulis mengusulkan sebuah dimensi baru dari kajian dan

praktek etis, yaitu sebuah kajian dan praktek didasarkan pada nilai-nilai yang islami,

hal ini dimaksudkan agar adannya sandaran vertikel terhadap praktek etis sendiri.

Sebab sebuah praktek yang etis yang tidak didasarkan pada tauhid kepada Allah maka

tidak dapat nilai kebaikan di sisi Allah atau balasan dari Allah swt di akhirat kelak.

Sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah:

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?” (QS Hud 15-16)

Demi masa. Sesungguhnya manusia benar benar berada dalam kerugian. Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasehati supaya menaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran...” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Artinya: “Ibnu Mas’ud RA berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang mempelajari satu bab dari ilmu dengan tujuan

untuk menyampaikan kepada umat manusia, maka ia diberi pahala seperti tujuh

puluh sodikin”. (H.R. Abu Daud

(7)

Dimensi teologis islam pada kawasan Teknologi Pendidikan

Apa sajakah yang tercakup dalam kawasan Teknologi Pendidikan? Ada tiga

kawasan penting yang terkandung dalam Defenisi Teknologi Pendidikan terakhir

yaitu “creating, using and managing”

Kata “creating, using and managing” merupakan kata-kata yang mengandung

aktivitas. dalam ajaran islam setiap aktivitas itu dapat dianggap ibadah jika kita

lakukan karena Allah sebagaimana yang dikatakan Allah dalam “ Sesungguhnya shalatku,ibadahku,hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.." (QS. Al An’am : 162)

Ibadahdalam islam tidak semata berupa ibadah mahdah tapi juga ghairu mahdah.

Ibadah mahdhah, pada dasarnya, kita dilarang untuk melakukannya, kecuali jika terdapat dalil yang menunjukkan bahwa hal tersebut dituntunkan. Sehingga, siapa

saja yang mengajak kita untuk melakukan suatu ibadah maka kita menuntutnya untuk

membawakan bukti nyata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkannya

hal ini dapat kita pahami dari hadit berikut”“Dari Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda, “Siapa saja yang melakukan amal ibadah yang tidak kami

ajarkan, maka amal ibadah tersebut adalah amal ibadah yang tertolak.” (HR. Muslim,)

ibadah Ghairu Mahdhah adalah: seluruh perilaku seorang hamba yang diorientasikan untuk meraih ridha Allah (ibadah). Dalam hal ini tidak ada aturan baku

dari Rasulullah s.a.w.Dalam hadis Jarir ibn ‘ Abdullah disebutkan bahwa Rasulullah

s.a.w. saw. bersabda:

“Barangsiapa merintis jalan yang baik dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan

hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka; dan barangsiapa merintis jalan yang buruk dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan

sayyi-ah), maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka.” (Lihat

antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadis senada diriwayatkan oleh 5 imam antara lain, Nasa’i, Ahmad, Turmudi, Abu Dawud dan Darimi).

Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah Ghairu Mahdhah atau umum ialah: segala

amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar,

(8)

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.

Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah s.a.w., Karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenalistilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya

disebutbid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebutbid’ah dhalalah.

c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan. Maka segala bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridha Allah masuk ke

dalam ranah ibadahghairu Mahdhah.

Dengan demikian bahwa praktek “creating, using dan managing” adalah bernilai ghairu mahdah, karena ini memang tidak ada dalil yang melarang, karena dianggap perbuatan baik,rasional dan memiliki azas manfaat.

Adapun dalam operasionalnya praktek “creating, using and managing” dalam

teologi islam harus berdasarkan niat karena Allah. Karena sesuatu ibadah ditentukan

oleh niatanya, sebagaimanan dapat dipahami dari firman Allah dan hadis Nabi

Muhammad SAW.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akanAllahberikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan

kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka

kerjakan. (QS:An-Nahl:97)

Dari Umar bin Khothob berkata : “Saya mendengar Rasulullah bersabda :

(9)

“Dari Jabir RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT tidak akan menerima amal seseorang kecuali dengan niat yang tulus dan semata-mata mencari keridhoan-Nya”. (H.R. Nasa’i)

Setelah dimulai dengan niat ibadah karena Allah, maka langkah berikutnya

ialah membaca basmalah, sebagaimana yang dapat kita pahami dari firman Allah dan

hadis,di bawah ini :

“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang

paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui (Surat Al-a’alq ayat 1-5).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

Nabi SAW berkata “Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bismillah

(dalam riwayat lain :dengan mengingat Allah) maka amalan tersebut terputus (kurang) keberkahannya ( “Hadits”)

Dimensi Teologi Islam Pada Fungsi Teknologi Pendidikan

Tujuan utama dari Teknologi Pendidikan adalah memudahkan belajar dan

meningkatkan kinerja. Fungsi meningkatkan kinerja dapat dilihat dari defenisi pendidikan islam

Dalam literatur pendidikan Islam, setidaknya ada tiga istilah, yang sering

digunakan untuk menyebut pendidikan, yaitu: tarbiyah, talīm, dan tadīb

Pertama,istilahtarbiyahberakar dari tiga kata, yaitupertamadari kata rabba-yarbu (و ت ي ر ) yang berarti ― bertambah dan tumbuh‖ ; kedua, katarabiya-yarba(ى ت ي ر ي ت ر ) yang berarti ― tumbuh dan berkembang; danketiga,katarabba-yarubbu(ب ي ر ) yang berarti ― memperbaiki, menguasai dan memimpin, menjaga dan memelihara.

Kata al-Rabb ( ا ) juga berasal dari kata Tarbiyah yang berarti ― mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaan secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.

Kedua, kata al-Ta’līm.Secara lughawi berasal dari kata kerja ― ‘allama” (م ل ع ) yang berarti ― mengajar. Jadi istilah ini dapat diartikan sebagai ― pengajaran,

(10)

Ketiga, kata tadīb, sebagai bentuk mashdar dari kata ― addaba” ( أ ) yang berarti memberi adab dan mendidik. Dalam kamus bahasa Arab, ― Mu jam al-Washīth,‖ sebagaimana yang dikutip oleh Abd. Rahman Abdullah, istilahtadīb yang biasanya diartikan sebagai ― pelatihan‖ dan ― pembiasaan mempunyai kata makna

dasar: 1) Ta‘dīb berasal dari kata dasar ― aduba – ya dubu” yang berarti melatih,

mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun; 2) Berasal dari

kata dasar ― adaba – ya dibu” yang berarti mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku sopan; 3) Kata“addaba”sebagai bentuk kata kerja

ta dīb mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan memberi tindakan.

Dalam ajaran islam begitu banyak perkataan nabi yang dapat dijadikan dalil

untuk menganalisis dengan fungsi ini, misalnya

Pertama, Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya

satu kesusahan pada hari kiamat.Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain,pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).

Kedua, Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bahwa di suatu hari yang sangat panas seorang wanita pelacur melihat seekor anjing, anjing

tersebut mengelilingi sebuah sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan,

maka kemudian wanita tersebut mencopot sepatunya dan memberi minum anjing

tersebut. Allah pun kemudian mengampuni dosa-dosa pelacur itu.”( HR Muslim )

Memudahkan orang dalam belajar dan dalam meningkatkan kinerja juga dapat

dikaitkan dengan metode pendidikan islam sebagaimana diungkapkan oleh Samsul

Nizar dan al-Rasyidin mengatakan bahwa metode dalam pendidikan dalam Islam

memiliki delapan karakteristiknya, yaitu:

1) Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari

pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap

didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.

(11)

dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karīmah sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan Islam.

3) Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa

membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi

yang melingkupi proses pendidikan Islam tersebut, baik dari segi peserta didik,

pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.

4) Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk

menyeimbangkan antara teori dan praktek.

5) Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta

didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas- batas kesopanan dan

al-akhlak al-karīmah.

6) Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai- nilai

keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan serta

mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam mencapai

tujuan pengajarannya.

7) Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan

kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang kondusif.

8) Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses

pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efesien.

Perlu diingat bahwa prinsip memudahkan dalam islam tidaklah dimaksudkan

untuk berbuat dosa tapi dalam rangka membantu orang lain untuk mencapai

tujuannya, penulis berpendapat prinsip ini sesuai dengan firman Allah sbb” Dan

tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...”(Q.S. al-Maidah/5: 2)

Ketiga,Pada suatu hari Rasululah SAW ditanya oleh sahabat beliau

: “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah dan apakah

perbuatan yang paling dicintai oleh Allah ? Rasulullah SAW menjawab :

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak

(12)

sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjidku ini selama satu bulan” ( Hadits riwayat Thabrani ).

Keempat, Setiap gerakan pertolongan merupakan nilai pahala ” Siapa yang menolong saudaranya yang lain maka Allah akan menuliskan baginya tujuh kebaikan bagi setiap langkah yang dilakukannya ” (HR. Thabrani ).

Kelima, Pertolongan Allah kepada seseorang juga tergantung dengan pertolongan yang dilakukannya antar manusia. “Sesungguhnya Allah akan menolong

seorang hamba-Nya selama hamba itu menolong orang yang lain“. (Hadits muslim, abu daud dan tirmidzi)

Keenam, Lebih hebat lagi, membantu orang yang susah lebih baik daripada ibadah umrah, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih berikut ini:

”Siapa yang berjalan menolong orang yang susah maka Allah akan menurunkan baginya tujuh puluh lima ribu malaikat yang selalu mendoakannya dan dia akan tetap berada dalam rahmat Allah selama dia menolong orang tersebut dan jika telah selesai melakukan pertolongan tersebut, maka Allah akan tuliskan baginya pahala haji dan umrah dan sesiapa yang mengunjungi orang yang sakit maka Allah akan melindunginya dengan tujuh puluh lima ribu malaikat dan tidaklah dia mengangkat kakinya melainkan akan dituliskan Allah baginya satu kebaikan, dan tidaklah dia meletakkan tapak kakinya untuk berjalan melainkan Allah angkatkan daripadanya, Allah akan ampunkan baginya satu kesalahan dan tinggikan kedudukannya satu derajat sampai dia duduk disamping orang sakit, dan dia akan tetap mendapat rahmat sampai dia kembali ke rumahnya ” (HR

Thabrani ).

(13)

Kedelapan,” Sesiapa yang bersikap ramah kepada orang lain dan meringankan beban hidupnya baik sedikit maupun banyak maka kewajiban bagi Allah untuk memberikan kepadanya pelayanan dengan pelayanan surga ” (HR

Thabrani ).

Kesembilan,Amar Makruf dan mencegah kemungkaran yang kamu lakukan adalah shalat. Menolong orang yang susah juga merupakan shalat. Perbuatan menyingkirkan sampah dari jalan juga shalat dan setiap langkah yang engkau

lakukan menuju tempat shalat juga merupakan shalat ” (HR. Ibnu Khuzaimah )

Penutup

Pada akhirnya penulis bermohon kepada Allah agar tulisan yang singkat ini

dapat menjadi pembuka wawasan yang membacanya, sehingga Allah menjadikan

sebagai ilmu yang bermanfat, harapan ini penuliskan sandarkan pada fhadis nabi

“Apabila anak Adam (manusia) mati maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal;

bersedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.(HR. Muslim)

Allah berfirman dalam surat zalzalah sbb:

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula (zalzalh-7-8)

Harapan lain yang penulis mohonkan kepada Allah yaitu agar tulisan ini

menjadi sebuah petunjuk awal bagi praktisi pendidikan muslim untuk lebih mendalami

dimensi teologi islam dengan kaiatannya dengan Teknologi Pendidikan.

(14)

Alhamdulillairrabi alamin

Banten, 15 mei 2015

Hamba Allah

Jamridafrizal

Renungan orang Teknologi Pendidikan

Ya Allah, I spent my time for creating,using and managing for ficilitating learning and improving the performing, but i will get nothing, except I do in the name of You and only for You

Referensi

1. Al-quran al karim:Jakarta: depag RI,2000

2. Kitab sahih muslim-bukhari

3. Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di Dunia Islam dan Indonesia, (Jakarta: Quantum Teaching,

2005)

4. Abdul Fattah Jalal, Min al-Ushūl al-Tarbawiyah fī al-Islām, Terj. ― Azas-Azas Pendidikan,‖ Penj. Hery Noer Ali, (Bandung: Diponegoro, 1988)

(15)

Domains Of The Field. Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.

6. Prawiradilaga, Dewi S. 2007. Konsep Teknologi Pendidikan Dari Masa ke Masa. No.20

LANDASAN TEOLOGI PENDIDIKAN KATHOLIK

Pendahuluan :

Sekolah-sekolah Katholik di Indonesia telah mempunyai perjalanan sejarah

yang panjang sebelum kemerdekaan Indonesia. Mereka didirikan oleh para

biarawan-biarawati ( dari Eropa ) untuk memenuhi layanan pendidikan anak-anak Eropa,

khususnya anak-anak bangsa Belanda. Dan, dalam perjalanan waktu

sekolah-sekolah katholik menjadi pilihan masyarakat dalam layanan pendidikan karena dikenal

(16)

terkenal di kota-kota besar di Indonesia, sebagai contoh : Santa Ursula dan Kanisius

di Jakarta, Regina Pacis di Bogor, Regina Pacis di Cirebon, Santa Angela dan Santo

Aloysius di Bandung, Kolese Loyola dan Sedes di Semarang, Stella duce dan Kolese

de Britto di Yogyakarta. Albertus di Malang dan St. Louis di Surabaya.

Bertebarannya sekolah-sekolah katholik di Indonesia merupakan bentuk nyata

dari pentingnya sebuah pendidikan. Menurut gereja katholik, pendidikan adalah karya

kerasulan gereja yang hidup dan tinggal bersama dunia. Menurut kodratnya,

pendidikan tidak dapat dilepaskan dari agama1. Melalui pendidikan, gereja

menjalankan tugas karya keselamatan Allah. Dalam pasal 8, dikatakan bahwa untuk

melaksanakan tugas penyelamatan, Gereja menggunakan sarana-sarana yang

diberikan Jesus Kristus kepadanya. Gereja mendirikan sekolah-sekolah karena

Gereja memandang sekolah sebagai sarana istimewa untuk memajukan

pembentukan manusia seutuhnya2.Anak-anak muda akan semakin berkembang

potensi dirinya dan semakin mengenal Allah melalui proses pendidikan. Dengan

demikian, pendidikan tidak hanya dimaknai secara sempit sebagai proses transfer

pengetahuan kepada anak-anak muda, tetapi pendidikan merupakan sarana untuk

semakin mengenal dan memahami misteri Allah. Hal itu semakin tampak dalm pasal

59 yang berbunyi sebagai berikut : “ para siswa harus diajak untuk merefleksikan fakta

bahwa pergulatan manusia berada dalam sejarah Ilahi penebus semesta3 dan

semakin mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dalam

GAMBARAN CITRA ALLAH:

Dalam kisah penciptaan manusia pertama, Adam dan Hawa, manusia disebut

sebagai citra Allah. Kitab Kejadian 1 : 27 berbunyi, “ maka, Allah menciptakan manusia

itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia ; laki-laki dan

perempuan. Sebagai gambar dan citra Allah, manusia mempunyai

kemampuan-kemampuan untuk berbuat kebaikan sebagaimana yang dimiliki oleh Allah. Manusia

adalah makhluk ciptaan yang diberikan rahmat oleh Allah. Manusia merasakan

1Rm. Mangunwijaya,Gereja dan Pendidikan dalam Situasi Kini yang Serba Kompleks dalam Gereja Indonesia

Pasca Vatican : Refleksi dan Tantangan, Kanisius, Yogyakarta,1997

2Komisi Pendidikan,Sekolah Katholik, Jakarta, 2008

(17)

kedamaian dan kebahagiaan yang sejati. Suasana damai dilukiskan dengan indah

dalam kitab suci, misalkan : seorang anak bermain dengan seekor singa.

Gambar dan citra Allah itu menjadi rusak karena dosa nabi Hawa. Dan sejak

itu, manusia itu keluar dari taman Eden dan mereka mengalami pergulatan antara

kebaikan dan kejahatan. Meskipun sudah jatuh dalam dosa, manusia tetap memiliki

kemampuan untuk berbuat kebaikan. Namun, usaha- usaha yang dilakukan manusia

sendiri untuk bersatu kembali kepada Allah tidak mudah dilaksanakan. Karena belas

kasih Allah yang besar kepada umat manusia, diutuslah para nabi untuk menyadarkan

kembali umat manusia atas dosa-dosanya. Akhirnya, Tuhan Jesus, puteraNya yang

tunggal diutus datang ke dunia. Apa yang dilakukan oleh Allah ini disebut sebagai

rencana karya keselamatan Allah. Dan karya keselamatan ini diteruskan dan

diperjuangkan oleh Gereja sebagai wakil Tuhan Jesus di dunia.

Oleh karena itu, pendidikan di sekolah-sekolah katholik tidak dapat

memisahkan diri dari Kristus sebagai jalan, kebenaran dan harapan. Kristus adalah

dasar dari seluruh usaha pendidikan dalam sekolah katholik. WahyuNya memberikan

arti baru kepada hidup dan membantu manusia mengarahkan pikiran, tingkah laku

dan kemauannya menurut Injil4. Sekolah katholik akan berupaya membantu peserta

didik untuk semakin tumbuh dalam iman dan untuk semakin mengenal Tuhan Jesus.

Sebagai contoh di atas, visi misi SMP Pangudi Luhur Jakarta Selatan

merupakan komunitas iman dengan semangat cinta kasih mendampingi kaum muda

untuk berkembang menjadi seorang pribadi yag berkualitas, beriman, berwatak dan

berbudi pekerti luhur. Proses pendidikan yang dijalankan oleh SMP Pangudi luhur

diikat dan dijalin dalam komunitas iman. Iman akan Tuhan menjadi dasar pelayanan

kepada peserta didik dan menjadi dasar terhadap interaksi satu sama lain. Komunitas

iman yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari disemangati oleh cinta kasih.

Maka, pendidikan di sekolah katholik mengintegrasikan kehidupan iman dan

kehidupan pribadi peserta didik. Integrasi ini diharapkan dapat membentuk peserta

didik menjadi orang Katholik seutuhnya. Sekolah menyadari bahwa usaha integrasi

(18)

menjadi apa yang dikehendaki oleh Tuhan atas dirinya5. Bersama keluarga dan

sekolah, peserta didik mengembangkan kehidupan imannya dan mengembangkan

potensi / talentanya yang dianugerahkan oleh Tuhan. Kehidupan iman akan membuat

peserta didik memiliki suara hati yang jernih dan mampu menanggapi panggilan

Tuhan ;apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidup mereka. Pengembangan

potensi diri menjadi dasar apa ayng disumbangkan peserta didik kepada masyarakat.

Dengan demikian, akan terbentuk pola hidup orang Katholik yang benar-benar

membawa peserta didik melibatkan diri dalam pengabdian kepada Tuhan di dalam

sesama manusia dan dalam membuat dunia menjadi tempat hidup yang lebih baik.

Pola dan proses pendidikan di sekolah katholik sampai sekarang ini merupakan

tradisi turun-temurun. Dan hal itu dijalankan di semua sekolah katholik di seluruh

dunia. Pendidikan sekolah Katholik mencerminkan dan melayani pandangan bahwa

setiap orang Katholik, karena pembaptisan, terpanggil untuk menuju hidup kudus

karena relasi yang baik dengan Tuhan, diri sendiri dan sesama. Hidup menuju

kekudusan menyiratkan kehidupan iman mendalam yang mempunyai relasi dengan

Tuhan dalam konteks komunitas iman dan kesadaran akan keberadaan Tuhan di

tengah-tengah dunia. Maka, peserta didik diharapkan nantinya dapat menghayati dan

mempraktekkan spiritualitas iman, yaitu :iman tanpa perbuatan adalah sia-sia.

Dalam konteks ke-Indonesia-an, iman tanpa perbuatan adalah sia-sia dapat

dimaknai bahwa kehidupan orang Katholik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

bermasyarakat. Uskup pribumi yang pertama, Mgr. Soegiyopranoto, SJ mengatakan

bahwa 100 % orang Katholik dan 100 % orang Indonesia. Meski beragama katholik,

orang katholik tetap tumbuh dan hidup dalam kebudayaan Indonesia. Pendidikan di

sekolah Katholik tidak menghilangkan akar kebudayaan, justru sebaliknya pendidikan

katholik memperkuat dan melestarikan kebudayaan setempat.Iman yang tidak

menjadi kebudayaan adalah iman yang tidak diterima sepenuhnya, tidak menyatu

seluruhnya, tidak dihayati dengan setia6

PRINSIP PENDIDIKAN KATHOLIK DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN:

5Komisi Pendidikan,Sekolah Katholik, KWI, Jakarta, 2008, pasal45

(19)

Apa yang telah digariskan oleh gereja dalam beberapa dokumen gereja tentang

pendidikan tidak bertentangan dengan konsep teknologi pendidikan. Beberapa prinsip

pendidikan katholik tersebut adalah sebagai berikut, yaitu7:

1. Sekolah katholik hendaknya menjadi rumah bagi para peserta didik. Mereka

merasa senang dan nyaman tinggal dan belajar di sekolah ( pasal 27 ).

2. Lingkungan sekolah yang menyenangkan, pertama adalah fasilitas fisik yang

memadai, misalkan : ruang kelas, olah raga, rekreasi. Setiap sekolah katholik

bisa berbeda-beda dalam banguna fisik. Tetapi peserta didiknya dibuat merasa

kerasan, lingkungannya sederhana tapi iklimnya kaya secara manusiawi dan

rohani ( pasal 28 )

3. Peserta didik hendaknya bertanggungjawab atas rumah sekolah mereka dan

lingkungannya dengan memelihara, menjaga sekolah sebersih dan serasi

mungkin ( pasal 29 )

4. Tanggungjawab pertama untuk menciptakan iklim khusus sekolah Katholik

adalah guru, baik perorangan maupun kelompok. Dimensi religius iklim sekolah

diwujudkan dalam hubungan antar pribadi yang akrab dan serasi dan dalam

kesediaan melayani ( pasal 26 )

5. Deklarasi Pendidikan katholik ( Gravissimum Educationis ) memberikan cara

pandang baru tentang sekolah katholik : transisi dari sekolah sebagai lembaga

ke sekolah sebagai komunitas. ( pasal 31 )

6. Setiap orang yang terlibat dalam sekolah adalah bagian komunitas sekolah (

pasal 32 )

7. Sikap dan perilaku para guru hendaknya menjadi sikap dan perilaku orang yang

menyiapkan lahan menambah kehidupan rohani dan memanjatkan doa untuk

para peserta didik yang dipercayakan kepada mereka.( pasal 71 )

8. Para guru mendoakan masing-masing para peserta didik agar rahmat yang

hadir di lingkungan sekolah dapat merasuki dan menerangi seluruh pribadi para

peserta didik dan membantu mereka menjawab secara teliti segala yang

diminta dari diri mereka untuk menghayati hidup Kristiani. Para peserta didik

belajar mendoakan para gurunya agar anugerah-anugerah pendidikan yang

(20)

PENUTUP:

Gereja sangat menaruh perhatian terhadap pendidikan karena melalui

pendidikan Gereja dapat melanjutkan karya keselamatan Allah. Pendidikan menjadi

salah satu karya kerasulan gereja yang secara terus menerus mendampingi dan

membimbing peserta didik. Diharapkan melalui pendidikan di sekolah Katholik,

peserta didik dapat menanggapi panggilan Allah untuk mengabdikan hidupnya bagi

Tuhan dan sesama.

DAFTAR PUSTAKA

Grace, Gerald R & Joseph O’Keefe,International Handbook of Catholic Education, Dordrecht, Springer, 2007

Komisi Pendidikan,Sekolah Katholik, KWI,Jakarta, 2008

Komisi Pendidikan KWI, Dimensi Religius Pendidikan di Sekolah Katholik, KWI, Jakarta, 2008

Mangunwijaya, Gereja dan Pendidikan dalam Situasi Kini yang Serba Kompleks dalam Gereja Indonesia Pasca Vatican : Refleksi dan Tantangan, Kanisius, Yogyakarta,1997

(21)

LANDASAN TEOLOGI PENDIDIKAN KRISTEN

DALAM KAITANNYA DENGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Sebuah pendidikan dikatakan Kristen jika ia memiliki dasar Alkitab dan dasar

teologis. Mengutip pandangan Robert W. Pazmino (1988) dalam Sidjabat (1994)

menurutnya pendidikan Kristen merupakan:

Usaha bersahaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi

untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap,

keterampilan-keterampilan dan tingkah laku yang bersesuaian/konsisten dengan iman

Kristen; mengupayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi

pribadi-pribadi, kelompok bahkan struktur oleh kuasa Roh Kudus, sehingga peserta

didik hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan oleh

(22)

DASAR TEOLOGIS

Pemikiran teologia yang baik dan jelas sangat perlu dalam rangka

mengarahkan tugas pendidikan Kristen itu sendiri.Sebab refleksi teologis menjadi

semacam keyakinan yang selanjutnya memberi warna terhadap kehadiran dan kerja.

Pokok-pokok pikiran teologis berikut dikemukakan sebagai unsur penting

dalam kegiatan pendidikan Kristen.

1. Pengenalan akan Allah sangat sentral dalam pemahaman iman Kristen.

Sebagaimana diajarkan oleh Alkitab pengenalan akan Allah merupakan

panggilan dan tujuan hidup manusia. Pengenalan yang dimaksud di sini

bukanlah sekedar mengerahui, melainkan memiliki relasi dan komunikasi

yang indah, akrab, harmonis, sangat pribadi (subjektif).

Jadi pendidikan bukanlah sekedar kegiatan yang membawa manusia

memiliki pengetahuan yang banyak namun terpisah dari Allah.Pendidikan

harus berusaha membawa pendidik dan peserta didiknya belajar, yakni

belajar semakin mengenal Allah dalam berbagai aspek hidupnya.

2. Pandangan mengenai kedudukan dan fungsi Alkitab

Apakah Alkitab dalam tugas pendidikan sebagai tujuan akhir? Sebagai

bahan? Sebagai alat? Sebagai subject matter? Keputusan tentang pandangan ini sangat menentukan bagi keseluruhan proses pendidikan itu

sendiri.

Jika Alkitab sebagai tujuan akhir, maka pendidikan akan diarahkan untuk

“penguasaan” isinya. Keberhasilan kegiatan diukur dari segi seberapa jauh

peserta didik menguasai isi alkitab. Jika Alkitab sebagai bahan atausubject matter, kegiatan pendidikan sangat mengutamakan Alkitab itu sendiri dalam

perumusan kurikulum.Bahan sajian disampaikan dengan harapan berbicara

kepada pendegarnya, serta membawa perubahan hidup (life

transformation).Jika Alkitab sebagai alat, bahan pengajaran Alkitab

dijadikan sebagai kiasan dalam upaya menyampaikan nilai-nilai moral, etis

(23)

3. Pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Allah Transenden yang juga

Immanent untuk memberikan jalan satu-satunya pengampunan akan dosa,

terang dan hidup bagi manusia.

Pemahaman seorang pendidik tentang Kristus akan mempengaruhi

konsepnya mengenai sifat dan fungsi pendidikan Kristen.

Keberpusatan kepada Yesus Kristus Tuhan merupakan kemutlakan dalam

pendidikan Kristen. Bagaimana seorang Pendidik mengarahkan,

mencontohkan dan membawa peserta didik kepada sikap yang penuh

hormat dan penyembahan kepada Yesus Kristus adalah inti dari seluruh

kegiatan pendidikan.

4. Roh Kudus dan peranan-Nya

Pendidikan Kristen terpanggil untuk memberikan pemahaman yang benar

mengenai pribadi Roh Kudus.Kegiatan belajar harus mendorong peserta

didik menyadari pertolongan dan penyertaan-Nya. Bahwa Ia adalah

“sumber kreativitas” yang menganugerahi manusia dengan kreativitas dan

inovasi.

5. Manusia, kedudukan dan panggilannya

Alkitab mengajarkan bahwa manusia merupakan ciptaan tertinggi, memiliki

harkat sebagai mandataris Pencipta-Nya.Hanya manusia yang memiliki

aspek lahiriah dan spiritual.Dalam dimensi lahiriahnya manusia sangat

terbatas dalam kekuatan, dalam ruang dan waktu. Dimensi spiritualnya

memungkinkan manusia berelasi kepada Khaliknya, dan spiritualnya

memiliki kebutuhan yang hanya bisa dipuaskan dan dipenuhi oleh

Pencipta-Nya,

Panggilan Allah kepada manusia adalah untuk berserah diri kepada-Nya

secara aktif, dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan. Sejajar

dengan panggilan itu, manusia diberi tanggung-jawab untuk mengasihi

sesamanya sama seperti dirinya sendiri.

(24)

Manusia sebagai pelaku pendidikan adalah insan yang berkembang di

sepanjang hidupnya.Banyak segi dari manusia termasuk fisik, intelek,

rohani, emosi, kehendak dan sikap mengalami perubahan sejalan dengan

perkembangan waktu. Kedewasaan merupakan proses pergumulan dan

tercapainya kemenangan di dalam menghadapi berbagai tantangan.

Pendidikan Kristen hadir untuk membimbing dan memberi perlengkapan

bagi individu dan kelompok guna mencapai kedewasaannya.

PELAKSANA TUGAS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Dalam perspektif Perjanjian Baru, gereja memiliki kedudukan yang hakiki

dalam tugas pendidikan.Yesus telah memberikan mandat agar gereja melaksanakan

tugas “menjadikan semua bangsa murid-Nya.” Hal ini dapat dipahami bahwa jika

seseorang menjadi pengikut Yesus, mereka akan berjalan dalam kebenaran, yakni

kebenaran yang memberi kebebasan dan pengenalan yang benar akan Sang Khalik.

Guna meningkatkan kualitas iman orang percaya melalui pelayanan

peneguhan dan pengajaran, Allah sendiri menganugerahkan guru atau pengajar

kepada gereja (Efesus 4:11-13) selain para rasul, penginjil dan nabi.Semua karunia

itu diberikan bagi kepentingan pembangunan tubuh Kristus. Jadi sasaran akhir dari

pembinaan jemaat adalah “pertumbuhan menuju kedewasaan iman di dalam Yesus

Kristus”

Kedewasaan yang dimaksud dalam hal ini menyangkut proses perubahan

hidup (life transformation). Kedua, kedewasaan itu meliputi aspek kognitif atau

pengenalan, pengertian, pemahaman akan Yesus Kristus, dalam artian secara

pribadi. Iman yang bertumbuh kea rah kedewasaan akan semakin memahami berapa

besar kasih Allah bagi manusia yang telah dinyatakan melalui Yesus Kristus.

Ketiga, kedewasaan itu harus terefleksi di dalam komunikasi dan hubungan

antar sesama dalam jemaat, demi terwujudnya pemeliharaan kesatuan Roh

(4:1-4).Perubahan hidup dalam Kristus itu harus tampak dalam pola-pola bertutur, dengan

perkataaan yang jujur dan membangun.Hal itu juga harus nyata dalam hidp keluarga,

(25)

Akhirnya, kedewasaan itu harus pula tertuang dalam kegiatan ibadah, doa dan dalam

ketahanan melawan musuh-musuh rohani.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keseluruhan dasar atau fondasi dari

pelayanan gereja adalah terletak pada pembinaan atau pendidikan warga jemaat,

guna mendorong mereka bertumbuh menuju kedewasaan dalam Yesus Kristus.

KAITAN TEOLOGI PENDIDIKAN KRISTEN DENGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Merujuk kepada lima kawasan teknologi pendidikan sebagaimana yang

ditunjukkan dalam gambar di bawah ini, maka teori dan praktek pendidikan Kristen

tersebut jika dioperasikan ke dalam lima kawasan tersebut maka beberapa usulan

yang dapat diajukan adalah:

(26)

Sebagaimana desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar, dan bertujuan

untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan

kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul.

Kawasan desain mempunyai empat cakupan, yaitu :

· Desain Sistem Pembelajaran (DSI) adalah prosedur yang terorganisasi yang

meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan,

penaplikasian, dan penilaian pembelajaran.

· Desain Pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan

(Grawbowski, 1991 : 206). Karakteristik lain dari desain pesan adalah bahwa

desain harus bersifat spesifik baik terhadap mediannya maupun tugas

belajarnya.

· Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan

peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pembelajaran.

· Karakteristik Pebelajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman pebelajar

yang berpengaruh terhadap efektifitas proses belajarnya.

KECENDERUNGAN DAN PERMASALAHAN

Berpusat pada penggunaan desain system pembelajaran yang tradisional, aplikasi

teori belajar dalam desain, dan pengaruh teknologi baru pada proses penyusunan

desain. Satu masalah yang sangat penting ialah perlunya ada teori yang

menghubungkan klasifikasi belajar dengan pemilihan media. Setiap langkah dalam

proses desain system pembelajaran dari analisis tugas sampai pada penilaian, kecuali

pemilihan media mempunyai dasar landasan teori klasifikasi belajar dan prosedur

untuk melaksanakannya.

2. Kawasan Pengembangan

Kawasan pengembangan berakhir pada produksi media. Melalui proses

bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini kemudian berakibat perubahan dalam

kawasan. televisi sebagai media yang baru juga digunakan untuk kepentingan

pendidikan dan muncul peradaban baru televisi.

Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk

fisik.

(27)

a. Teknologi Cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan,

seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses

pencetakan ekanis atau fotografis.

Karakteristik teknologi cetak/visual yaitu :

· Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang.

· Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif (hanya

menerima).

· Keduanya berbentuk visual yang statis.

· Pengembangannya sangat tergantung pada prinsip-prinsip linguistic dan

presepsi visual.

· Keduanya berpusat pada pebelajar.

· Informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.

b. Teknologi Audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan

dengan menggunakan audio dan visual.

Karakteristik teknologi audiovisual yaitu :

· Bersifat linier

· Menamiplkan visual yang dinamis

· Secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh

desainer/pengembang

· Cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan

abstrak.

· Dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif

· Sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas pebelajar.

c. Teknologi Berbasis Komputer merupakan cara-cara memproduksi dan

menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada

microprosesor.

Karakteristik teknologi berbasis komputer yaitu :

· Digunakan secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier.

· Dapat disunakan sesuai dengan keinginan pebelajar, maupun menurut cara

(28)

· Gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan

menggunakan kata, symbol maupun grafis.

· Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan

· Belajar dapat perbusat pada pebelajar dengan tingkat interaktivitas yang

tinggi.

d. Teknologi Terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan

bahan dengan memadukan beberapa media yang dikendalikan oleh computer.

Karakteristik teknologi terpadu yaitu :

· Dapat digunakan secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier ;

· Dapat digunakan sesuai dengan keinginan pebelajar, disamping menurut cara

seperti yang dirancang oleh pengembangnya ;

· Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistic dalam konteks

pengalaman Pabelajar, relevan dengan kondisi Pebelajar, dan dibawah

kendali Pebelajar ;

· Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktif diterapkan dalam pengembangan

dan pemanfaatan bahan pembelajaran ;

· Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif

sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan ;

· Bahan belajar menunjukkan interaktivitas pebelajar yang tinggi ;

· Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan tamsil dari banyak sumber

media.

Kecenderungan dan Permasalahan

Kecenderungan dan permasalahan teknologi cetak dan teknologi audiovisual

mencakup peningkatan perhatian terhadap desain teks, kerumitan visual serta

penggunaan isyarat warna (Berry 1992).Kecenderungan dan permasalahan dalam

teknologi komputer dan teknologi terpadu dari kawasan pengembangan terletak pada

tantangan mendesain teknologi interaktif, penerapan kontruktivisme dan teori belajar

sosial, sistem pakar dan otomisasi peralatan pengembangan, serta aplikasi untuk

belajar jarak jauh.

(29)

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.

Pemanfaatan mungkin merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran tertua diantara

kawasan-kawasan yang lain, karena pengunaan bahan audiovisual secara teratur

mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi media pembelajaran

yang sistematis. Pada tahun 1923 dana pendidikan visual dalam system persekolahan

kota mencakup projector, stereopticons, persewaan film dan lentera film bingkai

(lantern slides). Setelah Perang Dunia II, gerakan pembelajaran audiovisual

mengorganisasikan dan mempromosikan penggunaan bahan-bahan audiovisual.

Selama bertahun-tahun, kawasan pemanfaatan dipusatkan pada aktivitas guru dan

ahli media yang membantu guru. Model dan teori dalam kawasan pemanfaatan

cenderung terpusat pada perspektif pengguna. Akan tetapi dengan diperkenalkannya

konsep difusi inovasi pada akhir tahun 1960 yang mengacu pada proses komunikasi

dan melibatkan pengguna dalam mempermudah proses adopsi suatu gagasan

perhatian kemudian berpaling ke perspektif penyelenggara.

Secara historis kawasan mempunyai kebijakan dan aturan sendiri.Akan tetapi

kawasan pemanfatanlah yang paling terkena oleh kebijakan-kebijakan dan

aturan-aturan.Dengan demikian pemanfaatan menuntut adanya penggunaan, deseminasi,

difusi, implementasi, dan pelembagaan yang sistematis.Hal tersebut dihambat oleh

kebijakan dan peraturan.

Keempat kategori dalam kawasan pemanfaatan ialah :

· Pemanfaatan Media ialah penggunaan yang sistematis dari sumber belajar.

· Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana

dengan tujuan diadopsi.

· Imlementasi dan Pelembagaan ialah penggunaan bahan dan strategi

pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan).

Sedangkan pelembagaan yaitu penggunaan yang rutin dan pelestarian dari

inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.

· Kebijakan dan Regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat (atau

wakilnya) yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan

Teknologi Pembelajaran.

Kecenderungan dan Permasalahan, pada umumnya berkisar pada kebijakan dan

peraturan yang mempengaruhi penggunaan, difusi, implementasi dan pelembagaan.

(30)

4. Kawasan Pengelolaan

Konsep pengelolaan merupakan bagian integral dalam bidang Teknologi

Pembelajaran dan dari peran kebanyakan para teknologi pembelajaran.Seorang

teknolog pembelajaran mungkin terlibat dalam usaha pengelolaan projek

pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat media sekolah.Tujuan yang

sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat sangat bervariasi, namun

keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relative tetap sama apapun kasusnya.

Kawasan pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat media, program media

dan pelayanan media.Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang

ini teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi.Teori pengelolaan projek

digunakan khususnya dalam proyek desain pembelajaran, karena semakin diperlukan

dalam praktek pengelolaan.

Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervise. Pengelolaan biasanya

merupakan hasil dari penerapan dari suatu system nilai. Secara singkat ada empat

kategori dalam kawasan pengelolaan, yaitu :

· Pengelolaan Proyek meliputi perencanaan, monitoring dan pengendalian

proyek desain, dan pengembangan.

· Pengelolaan Sumber mencakup perencanaan, pemantauan, dan

pengendalian system pendukung dan pelayanan sumber.

· Pengelolaan Sistem Penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan,

pengendalian “cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran

diornganisasikan … Hal tersebut merupakan gabungan medium dan cara

penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pemelajaran kepada

pebelajar” (Elligton dan Harris, 1986:47).

· Pengelolaan Informasi meliputi perencanaan, pemantauan dan pengendalian

cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi

dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar.

Kecenderungan dan Permasalahan

Kecenderungan terhadap peningkatan dan pengelolaan kualitas dari dunia industri

nampaknya akan menyebar ke dunia pendidikan. Jika demikian hal tersebut akan

(31)

tantangan bagi para pengelola untuk menggunakan sumber-sumber yang ada

sekarang secara lebih baik.

5. Kawasan Penilaian

Penilaian dalam pengertian paling luas adalah aktivitas manusia sehari-hari.Dalam

kehidupan sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas atau kejadian berdasarkan

kepada system penilaian tertentu.Pengembangan program pendidikan formal, banyak

diantaranya yang didanai oleh pemerintah federal, menuntut perlunya program

penilaian yang bersifat formal pula.

Dengan perhatian yang lebih terarah pada penilaian formal menjadi jelas bahwa

penilaian harus membandingkan hasil dengan tujuan. Jadi lingkup penilaian

mencakup penelusuran kebutuhan(need assessment). Kawasan penilaian tumbuh

bersamaan dengan berkembangnya bidang penelitian dan metodologi.Keduanya

sering berjalan seiring atau bersamaan.Tujuan dari kawasan penilaian sendiri yaitu

membantu pengambilan keputusan yang tepat bukannya untuk menguji hipotesa.

Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program penilaian

projek dan penilaian produk.

Dalam kawasan penilaian terdapat empat subkawasan,yaitu :

· Analisis Masalah

· Mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan

menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan.

· Pengukuran Acuan-Patokan (PAP) meliputi teknik-teknik untuk menentukan

kemampuan pebelajar untuk menguasai materi yang telah ditentukan

sebelumnya.

· Penilaian Formatif dan Sumatif.Penilaian formatif berkaitan dengan

pengumpulan informasi tetntang kecukupan dan penggunaan informasi ini

sebagai dasar pengembangan selanjutnya.Sedangkan penilaian sumatif

berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk

pengambilan keputusan dalam pemanfaatan.

Kecenderungan dan Permasalahan

Penilaian kebutuhan dan jenis “Front-end analysis” yang lain semula berorientasi

(32)

konteks belajar yang sekarang memberi orientasi kognitif kadang-kadang orientasi

kontruktivis pada proses penilaian kebutuhan.

Bidang-bidang lain yang penting untuk diperhatikan ialah pengukuran untuk tujuan

kognitif tingkatan tinggi, tujuan avektif dan tujuan psikomotor. Penelitian tentang

pengukuran acuan-patokan yang berasaskan komputer akan merangsang kawasan

ini.

Tessmer (1993) mengusulkan suatu model penilaian formatif yang mengakomodasi

suatu pendekatan “Kebutuhan yang berlapis”.Pendekatan ini memperhatikan sumber

dan hambatan setiap projek dan berusaha menghindari perencanaan lapisan-lapisan

penilaian formatif yang berlajur-lajur dengan tidak dapat diselesaikan dalam sebuah

Referensi

Dokumen terkait

İsa Peygamberin Hak Peygamber olduğuna imân etti Fakat yedi gün sonra vefat etti Hak Teâlâ İsa Peygambere emir eyledi: Yeryüzünde herkes kendi kavmine haber versin ki,

Crustacea memiliki tubuh yang terdiri dari dua bagian yaitu kepala dan dada yang menyatu (sefalotoraks) dan perut (abdomen) yang bersegmen- segmen, memiliki mata majemuk

Google Formulir Menyeles aikan masalah yang berkaitan dengan persamaa n lingkaran yang berpusat di (a,b) dan berjari-jari r Chattin g room Share Link Materi Upload

(1) Proses perencanaan supervisi berisi pembentukan jadwal supervisi dan instrumen penilaian supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan wakasek kurikulum, (2)

Kompos gamal sebagai bahan organik berfungsi sebagai penyedia unsur hara sekaligus tempat penyedia C dan tempat pertumbuhan hifa eksternal bagi FMA, sebaliknya

(Make sure to notice He uses Scripture. You could ask ‘Why do you think He used God’s Word to respond to temptation?”) What are some things that we can learn about temptation

Pengujian secara parsial dimaksudkan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Untuk variabel modal intelektual, hasil

Dlam demokrasi liberal, keputusan – keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang – bidang kebijakan pemerintah