• Tidak ada hasil yang ditemukan

Osteotomi Le Fort I Pada Bedah Ortognati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Osteotomi Le Fort I Pada Bedah Ortognati"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

OSTEOTOMI LE FORT I PADA BEDAH ORTOGNATI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Diah P Sari NIM : 080600080

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Depatermen Bedah Mulut Dan Maksilofasial

Tahun 2014

Diah Permata Sari

Osteotomi Le Fort I Pada Bedah Ortognati. x + 34 halaman

Bedah ortognati terbukti menjadi tindakan yang penting dalam mengoreksi

kelainan dento fasial yang berat. Hal ini merupakan upaya gabungan antara

ortodontis dengan ahli bedah mulut dan maksilo fasial untuk meningkatkan kualitas

hidup pasien dalam mengoreksi ketidak harmonisan fungsional dan estetika. Pasien

dengan kelainan dentofasial menerima hasil yang terbaik dari perawatan bedah ketika

adanya komunikasi yang efektif dan jelas antara ortodontis dengan ahli bedah

maksilo fasial dari permulaan perawatan.

Osteotomi Le Fort I merupakan prosedur utama pada bedah ortognati yang

digunakan untuk mengoreksi berbagai masalah maksilo fasial, berdasarkan garis

imajiner pada fraktur Le Fort I yang digunakan pada pembedahan osteotomi maksila

horisontal. Prosedur ini dimulai dengan pembuatan insisi intraoral pada daerah muko

gingival junction pada maksila kemudian selanjutnya dilakukan pemotongan tulang

2-3 mm diatas apikal apeks gigi melewati septum nasi berlanjut dengan insisi yang

sama pada sisi berlawanan pada rahang atas. Setelah itu tulang dilepaskan dari basis

tengkorak kemudian direposisi sehingga gigi pada rahang atas berada tepat atau

(3)

Komplikasi dengan bedah meliputi perdarahan, kegagalan untuk reposisi

segmen tulang yang direposisi, kerusakan pada gigi (terutama akar) dan kehilangan

atau kerusakan pasokan darah segmen tulang sehingga tulang nekrotik, semua ini

harus dihindari. Fistula atau oro antral fistula dapat terjadi tetapi ini jarang terjadi.

Untungnya, nekrosis keseluruhan dari segmen tulang jarang terjadi, biasanya ketika

flap jaringan lunak telah rusak secara luas. Terapi oksigen hiperbarik kadang-kadang

membantu dalam situasi ini

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini tlah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 24 Juli 2014

Pembimbing

Tanda tangan

Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM

NIP : 19530401 198003 1 006

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 24 Juli 2014

TIM PENGUJI

KETUA

:

Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM

ANGGOTA

:

1. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM

2. Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai

disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp. BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut

dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen

pembimbing skripsi, atas keluangan waktu, saran, dukungan dan bantuan sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Seluruh Staf Pengajar Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp. Perio selaku penasehat akademik, yang

telah banyak memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani

masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan

kepada orangtua penulis, Ayah Alm. Ir. Karyono Rahardjo dan Ibu Hj. Dra.

Mardianis . Abang penulis Eko Surya Saputra S.t , Dwi Agus Saputra S.ikom ,

Wahyudi Utomo Saputra dan keponakan tersayang calista Kagumi dan Raditya Feldi

atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril

(7)

v

Sahabat-sahabat tersayang penulis Adinda Soraya NST, Anggi Batubara ,

Dian Anggraini, Dara Puspita, Yudha Agriawan, Lestari Putri Juita, Elyza Caesaria,

Rini Nurrahmah, serta teman-teman stambuk 2008 lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi selama penulis melakukan

penelitian dan penulisan skripsi ini.

Kepada Royen Akbar, SE yang telah memberi dukungan dan perhatiannya

selama ini pada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan

skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan

(8)

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 BEDAH ORTOGNATI PADA MAKSILA 2.1 Definisi ... 3

2.2 Indikasi dan Kontra indikasi bedah ortognati ... 5

2.2.1 Indikasi Bedah Ortognati ... 5

2.2.2 Kontra indikasi Bedah Ortognati ... 7

2.3 Pemeriksaan Rencana Perawatan ... 8

2.3.1 Pemeriksan Klinis ... 8

2.3.1.1 Analisis Tampak Depan ... 9

2.3.1.2 Analisis Profil ... 9

2.3.2 Pemeriksaan Oral... 11

2.3.3 Analisis Radiografik dan Gambaran Sefalometrik ... 11

(9)

vii

2.3.5 Hal-hal Lain ... 18

BAB 3 OSTEOTOMI LE FORT I 3.1 Sejarah Osteotomi Le Fort I ... 19

3.2 Defenisi... 19

3.2 Indikasi dan Kontra indikasi ... 20

BAB 4 OSTEOTOMI LE FORT I PADA BEDAH ORTOGNATI 4.1 Persiapan Sebelum Prosedur Bedah ... 22

4.2 Prosedur Pembedahan ... 23

4.3 Laporan Kasus ... 27

4.3 Komplikasi Pasca Bedah ... 32

BAB 5 KESIMPULAN ... 33

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(11)

ix

4. Garis Sella-Nasion Penentu Proporsi Wajah Divergen, Konvergen dan Normal ... 12

12. Diseksi Subperostal Untuk Mengidentifikasi Saraf Infraorbital, Celah Piriformis, Crest Zigomatikum, dan Maksila ... 26

13. Pemotongan Acuan Daerah Secara Vertikal dan Horisontal ... 26

14. Pemotongan Tulang Sesuai dengan Penandaan yang Dilakukan ... 26

15. Pemotongan Disesuaikan Dengan Garis Oklusal secara Pararel ... 26

(12)

x

17. Fiksasi Daerah Pemotongan Tulang Dengan Memasukkan Kawat

Intraoseus Kemudian Heting Mukosa ... 26

18. Profil Wajah Sebelum Perawatan... 27

19. Gambaran Klinis Intraoral Sebelum Perawatan ... 27

20. Foto Sefalometri Sebelum Perawatan ... 28

21. Profil Wajah Setelah Perawatan ... 31

22. Gambaran Klinis Setelah Perawatan ... 31

Gambar

Gambar      1.    Analisis Estetik Wajah ........................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dan 4 (empat) tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi

Pencatatan data pembayaran biaya perawatan pasien masih dilakukan dengan cara manual oleh bagian kasir, baik kasir rawat jalan... Bab I Pendahuluan maupun kasir

Pada tahap perencanaan siklus I dilakukan persiapan pembelajaran menulis pan- tun dengan menyusun rencana pembelajaran terlebih dahulu sesuai dengan tindakan yang

Pada tabel 3 dan tabel 4 bab 4 hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu, prevalensi dry socket pada rahang atas dan rahang bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU

Prosedur yang dilakukan penelitian 28 ibu bersalin yang sebelum dan sesudah di berikan teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri kala I Fase Aktif

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum pada bab sebelumnya yaitu tabel 3 dan 4 tentang hasil uji statistik kemampuan mengontrol halusinasi sebelum dan

Hasil perencanaan produksi multitujuan yang dilakukan adalah menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari target keuntungan hingga 4 kali lipat, biaya produksi

Perbedaan Analisis Sefalometri Skeletal Sebelum dan Sesudah Perawatan Alat Myofunctional pada Pasien Maloklusi Dentoskeletal Kelas II Divisi I dalam Masa