• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar) Chapter III V"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PENJAMIN DALAM PEMBERIAN

KREDIT TERHADAP USAHA KECIL MENENGAH

A. Pengertian Hukum Penjamin dalam Pemberian Kredit

Dalam melakukan suatu usaha, kredit merupakan salah satu alternatif

solusi untuk kebutuhan dana. Hampir sebagian besar perusahaan pernah

mengajukan kredit kepada kreditur. Namun, tidaklah semudah itu bagi perusahaan

untuk memperoleh fasilitas kredit, pihak kreditur pasti akan sangat selektif untuk

memilih perusahaan mana yang mempunyai tingkat resiko gagal bayar paling

rendah. Untuk itu kredibilitas, total aset, dan keuangan perusahaan pun menjadi

salah satu pertimbangan kreditur.

Selain hal tersebut, pihak kreditur juga sering kali mensyaratkan adanya

jaminan. Jaminan ini diperlukan kreditur untuk mengantisipasi kemungkinan

pihak debitur gagal untuk memenuhi kewajibannya. Dengan adanya jaminan ini,

maka resiko bagi kreditur semakin kecil, karena jika terjadi gagal dalam

pembayaran, maka pihak kreditur dapat menyita jaminan tersebut dan kemudian

di lelang yang hasilnya digunakan untuk membayar sisa kreditnya.

Secara umum, jaminan yang biasa dicantumkan adalah jaminan yang

berupa kebendaan, misalnya jaminan berupa gedung, tanah, kendaraan, dan

sebagainya. Pihak kreditur akan melakukan penilaian beberapa nilai dari jaminan

(2)

diberikan oleh kreditur. Namun, pada kenyataannya, hal tersebut juga tidaklah

cukup untuk menjamin debitur dari kemungkinan gagal dalam melakukan

pembayaran. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya perusahaan-perusahaan

yang memanipulasi data-data perusahaan sehingga nilai dari asset perusahaan

bertambah. Untuk mengatasi kendala tersebut, akhir-akhir ini sebagian besar

pihak bank akan meminta jaminan personal guarantee (jaminan perorangan) untuk setiap perjanjian kredit. Jaminan perorangan pada umumnya merupakan

jaminan tambahan mengingat jaminan pokok dari pemberian kredit adalah proyek

yang dibiayai dengan kredit itu yang berupa jaminan kebendaan.

Dalam prakteknya yang menjadi Borg atau penjamin adalah orang-orang atau perusahaan yang memiliki hubungan kepentingan di bidang bisnis antara

debitur dengan Borg atau penjamin hutang tersebut. Jarang sekali terjadi seorang penjamin tidak mempunyai hubungan atau kepentingan dengan debiturnya.

Tujuannya adanya penjamin adalah untuk menjamin agar hutang yang telah

diberikan kreditur kepada debitur dapat terjamin pengembaliannya.

Jaminan perorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan

langsung pada perseorangan tertentu misalnya borgtocht.Borgtocht diatur dalam KUH Perdata Buku II Bab XVII Pasal 1820 sampai Pasal 1850.Borgtocht berasal dari bahsa Belanda yang dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan penanggung

atau penjamin. Dalam bahasa Belanda orangnya disebut Borg. Dalam bahasa Indonesia dinamakan Penanggungan atau penjaminan. Ahli hukum R.Subekti,

(3)

menggunakan istilah Penjamin dan orangnya disebut penjamin karena defenisi

Borgtocht pada pasal 1820 KUH Perdata intinya menjamin pelunasan utang seorang debitur.

Borgtocht atau penjamin adalah perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang (kreditur) mengikatkan diri untuk

memenuhi perjanjian si berutang (debitur) manakala orang ini sendiri (debitur)

tidak memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Dengan demikian pengertian atau

defenisi yang diberikan Pasal 1820 KUH Perdata untuk memudahkan pengertian

Borgtocht tersebut.

Jaminan dalam bentuk jaminan perorangan (Borgtocht) yang diatur dalam KUH Perdata mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Jaminan Borgtocht mempunyai sifat accessoir b. Borgtocht tergolong jaminan perorangan

c. Borgtocht tidak memberikan hak preferent (diutamakan)

d. Besarnya penjamin tidak melebihi atau syarat-syarat yang lebih berat

perikatan pokok.

e. Penjamin memiliki hak-hak istimewa dan tangkisan-tangkisan

f. Kewajiban penjamin bersifat subsider

g. Perjanjian Borgtocht bersifta tegas, tidak dipersangkalan h. Penjamin beralih kepada ahli waris.41

41

(4)

Jaminan perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda

tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang

menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan.

Jaminan penangguhan utang (Borgtocht) adalah jaminan yang bersifat perorangan yang menimbulkan hubungan langsung dengan orang tertentu.

Jaminan bersifat perorangan ini hanya dapat dipertahankan terhadap debitur

tertentu terhadap harta kekayaan debitur seumumnya.

Contohnya Borgtocht jaminan yang bersifat perorangan ini mempunyai azas kesamaan (Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata) artinya tidak

membedakan piutang mana yang lebih dahulu terjadi dan piutang yang terjadi

kemudian. Keduanya mempunyai kedudukan yang sama terhadap harta kekayaan

penjamin dan tidak mengindahkan urutan terjadinya.

Perjanjian antara kreditur dengan pihak ketiga (penjamin) dapat

dilakukan dengan sepengetahuan si debitur (si berutang) atau bahkan tanpa

sepengetahuan debitur.

Dalam jaminan borgtocht ini berarti seorang penjamin secara hukum

menyediakan seluruh atau sebagian tertentu harta kekayaan yang dimiliki

sekarang maupun yang akan datang, baik barang tetap atau barang bergerak untuk

menjamin utang debitur, manakala debitur tidak mampu melunasi hutangnya.

Seluruh atau sebagian harta kekayaan yang disediakan tersebut tergantung

perjanjian antara kreditur dengan pihak ketiga tadi.

(5)

perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kredit. Perjanjian jaminan borgtocht hapus apabila perjanjian pokoknya (perjanjian kredit) hapus misalnya kredit telah

dilunasi dan lain-lain.

Mengingat jaminan borgtocht ini bersifat accesoir dan sebagai cadangan saja maka seorang penjamin (borg) diberikan “hak istimewa” yaitu hak dimiliki seorang penjamin untuk menuntut agar harta kekayaan milik si berutang utama

(debitur) terlebih dahulu disita dan dijual/lelang. Jika hasil penjualan harta

kekayaan debitur tidak cukup untuk melunasi hutangnya, kemudian baru harta

kekayaan penjamin.

Hak istimewa seorang penjamin tersebut tercantum dalam pasal-pasal

KUH Perdata, tetapi biasanya dalam praktek membuat perjanjian jaminan hak-hak

istimewa ditiadakan/dihapuskan. Akibat dihapuskannya hak-hak istimewa

tersebut maka kedudukan seorang penjamin adalah apabila si berutang (debitur)

tidak membayar hutangnya maka si penjamin dapat ditagih untuk segera melunasi

hutang debitur.

Hak istimewa yang dimiliki seorang penjamin itu ada karena penjamin

(borgtocht) sifatnya hanya sebagai cadangan saja artinya jika debitur tidak melunasi hutangnya maka penjamin melunasi hutang debitur itu.

Ada dua macam bentuk jaminan borgtocht yaitu jaminan perorangan

(personal guaranted) dan jaminan perusahaan (corporate guaranted). Adapun unsur-unsur jaminan perorangan, yaitu :

(6)

b. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu

c. Terhadap kekayaan debitur umumnya.42

B. Fungsi Penjamin Kredit dalam Pemberian Kredit

Kredit pada awal perkembangan mengarahkan fungsinya untuk

merangsang bagi kedua belah pihak untuk saling menolong untuk tujuan

pecapaian kebutuhan, baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari.

Sebelum memberikan kredit pada pihak debitur, senantiasa meminta

jaminan kepada pihak debitur dengan tujuan agar kredit yang diberikan tersebut

dapat dikembalikan dikemudian hari dan biasanya jaminan tersebut adalah dalam

bentuk kebendaan agar mudah dieksekusi dan tidak menimbulkan permaslaahan

dikemudian hari.

Suatu kredit mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis, baik bagi

debitur, kreditur, maupun masyarakat membawa pengaruh pada tahapan yang

lebih baik. Maksudnya, baik bagi pihak debitur maupun kreditur mendapatkan

kemajuan. Kemajuan tersebut tergambar apabila mereka memperoleh keuntungan

juga mengalami peningkatan kesejahteraan, dan masyarakat pun atau negara

mengalami suatu penambahan dari penerima pajak, juga kemajuan ekonomi, baik

yang bersifat mikro maupun makro. Dari manfaat nyata dan manfaat yang

diharapkan maka sekarang ini kredit dalam kehidupan perekonomian dan

(7)

Pemerintah melalui kebijakan tanggal 29 Januari 1990 (Pak. Jan, 29 Tahun

1990) tentang penyempurnaan sistem Perkreditan ini mewajibkan setiap Bank

untuk menyalurkan 20% kreditnya kepada kegiatan usaha kecil dan kegiatan

koperasi yang produktif yang dibiayai dari dana Bank tersebut.

Pada prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada

lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank, namun benda yag dapat

dijaminkan adalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat benda jaminan adalah :

a. Mempermudah diperolehnya kredit bagi pihak yang memerlukannya.

b. Tidak melemahkan potensi/kekuatan si pencari kredit untuk

melakukan dan meneruskan usahanya.

c. Memberikan informasi kepada debitur, bahwa barang jaminan setiap

waktu dapat di eksekusi, bahkan diuangkan untuk melunasi utang si

penerima (nasabah debitur).

Manfaat benda jaminan bagi kreditur adalah :

a. Terwujudnya keamanan yang terdapat dalam transaksi dagang yang

ditutup.

b. Memberikan kepastian hukum bagi kreditur. Sedangkan manfaat benda

jaminan bagi debitur adalah untuk memperoleh fasilitas kredit dan

tidak khawatir dalam mengembangkan usahanya.

Jaminan mempunyai kedudukan dan manfaat yang sangat penting dalam

menunjang pembangunan ekonomi. Karena keberadaan lembaga ini dapat

(8)

untuk memberikan hak dan kekuasaan kepada Bank untuk mendapat pelunasan

dari agunan apabila debitur melakukan cidera janji yaitu untuk membayar kembali

hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

Penjamin kredit berfungsi untuk melengkapi kesiapan anda mendapatkan

persetujuan kredit dari bank atau kreditur lainnya, dan bukan menggantikan

seluruh agunan yang seharusnya anda serahkan untuk jumlah tertentu atas kredit.

Penjamin kredit pada dasarnya dapat dimanfaatkan oleh pengusaha atas

persetujuan pihak lembaga kredit atau orang penjamin. Meskipun demikian bila

antara kreditur atau penerima dan penjamin belum terdapat kerja sama.

Pada dasarnya permohonan penjamin dari seorang calon debitur dapat saja

diproses oleh penjamin (LPK), walaupun pada awalnya ketentuan penjamin akan

disampaikan terlebi dahulu kepada pihak kreditur.

C. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

Berbicarakan masalah kelompok usaha yang termasuk dalam usaha kecil

dan menengah disingkat UKM tidak mudah. Banyak istilah yang mucul dalam

hubungannya dengan usaha kecil dan menengah. Ada yang menyebut golongan

ekonomi lemah, usaha mikro ada juga yang menggunakan istilah industri kecil

dan sedang, serta ada juga menyebut dengan industri rumah tangga.

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari

perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara Indonesia.

(9)

masyarakat.44

a. Menurut kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah, Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah

entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan

memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- . Sementara

itu, usaha menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara

Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000

s.d. Rp 10.000.000.000.- tidak termasuk tanah dan bangunan.

UKM ini juga sangat membantu negara atau pemerintah dalam hal

penciptaan lapangan kerja baru dan lewat UKM juga banyak tercipta unit-unit

kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung

pendapatan rumah tangga. Selain dari itu UKM juga memiliki fleksibilitas yang

tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UKM ini

perlu perhatian yang khusus dan di dukung oleh informasi yang akurat, agar

terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan

elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar.

Dalam studi ini digunakan istilah Usaha Kecil Menengah (UKM).

b. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berdasarkan kuantitas tenaga kerja,

yaitu usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga

kerja lima sampai sembilan belas orang, sedangkan usaha menengah

44

(10)

merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja dua puluh sampao

dengan sembilan puluh sembilan orang.

c. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994

tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefenisikan sebagai perorangan atau

badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai

penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000,- atau aset

setinggi-tingginya Rp 600.000.000,- (di luar tanah dan bangunan yang

ditempati) terdiri dari :

(1) Bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan,

(2) Perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak,

nelayan, perambah hutan , penumbung, pedagang barang dan jasa)

d. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM) :

(1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakaan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupu tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

(11)

(3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasaai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini.

Berdasarkan definisi UKM di atas, maka penulis dapat disimpulkan UKM

merupakan usaha kecil yang dapat menghasilkan omzet pertahunnya

setinggi-tingginya Rp 200.000.000,- sampai dengan 600.000.000,- tanpa termasuk tanah

dan bangunan, serta memiliki pekerja lima sampai dengan sembilan belas orang.

Sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang omset per tahun paling

banyak Rp 200.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000.000 (diluar tanah dan

bangunan) dengan tenaga kerja dua puluh sampai dengan sembilan puluh

sembilan orang yang dilakukan perorangan maupun badan usaha.

Ciri-ciri usaha kecil menengah (UKM) adalah :

1. Bahan baku mudah diperoleh

2. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih

teknologi

3. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun-temurun

(12)

5. Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar

lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk

diekspor

6. Melihatkan masyarakat ekonomi lemah setempat, secara ekonomis

menguntungkan.

Secara umum UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran

sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, dan penyedia lapangan kerja

terbesar. UKM juga berperan penting dalam pengembangan perekonomian lokal

dan pemberdayaan masyarakat, dan pencipta pasar baru dan sumber inovasi. Oleh

karena itu pemberdayaannya harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan,

dengan arah peningkatan produktivitas dan daya asing, serta menumbuhkan

wiraushawan baru yang tangguh.

Salah satu keunggulan UKM adalah ia terkadang dangat lincah mencari

peluang untuk berinovasi untuk menerapkan teknologi baru ketimbang

perusahaan-perusahaan besar yang telah mapan.

Berdasarkan informasi dari kementrian Bagian Data – Biro Perencanaan

kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, UKM memberi

berbagai jenis kontribusi, antara lain sebagai berikut :

1. Kontribusi UKM terhadap Penciptaan Investasi Nasional ; Pembentukan

Investasi Nasional menurut harga berlaku :

a. Tahun 2007, kontribusi UKM tercatat sebesar Rp. 461,10 triliun atau

(13)

b. Tahun 2008, kontribusi UKM mengalami peningkatan sebesar Rp. 179,27

triliun atau sebesar 38,88% menjadi Rp. 640,38 triliun.

2. Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional ;

PDB Nasional menurut harga berlaku :

a. Tahun 2007, kontribusi UKM terhadap PDB nasional menurut harga

berlaku tercatat sebesar Rp. 2.105,14 triliun atau sebesar 56,23%

b. Tahun 2008, kontribusi UKM terhadap PDB nasional menurut harga

berlaku tercatat sebesar Rp. 2.609,36 triliun atau sebesar 55,56%

3. Kontribusi UKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja Nasional ; pada tahun

2008, UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.207 orang atau

97,04% dari total penyerapan tenaga kerja, jumlah ini meningkat sebesar

2,43%.

4. Kontribusi UKM terhadap Penciptaan Devisa Nasional ; pada tahun 2008

kontribusi UKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui ekspor non

migas mengalami peningkatan sebesar Rp. 40,75 triliun atau 28, 49%.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa UKM merupakan pilar utama

perekonomian Indonesia. Karakteristik utama UKM adalah

kemampuannya mengembangkan proses bisnis yang fleksibel dengan

menanggung biaya yang relatif rendah. Oleh karena itu, adalah sangat

wajar jika keberhasilan UKM diharapkan mampu meningkatkan

(14)

BAB IV

ANALISIS KEDUDUKAN PENJAMIN ( BORG ) DALAM PEMBERIAN KREDIT BAGI USAHA KECIL

DAN MENENGAH

A. Tanggung Jawab Penjamin dalam Pemberian Kredit

Umumnya pemberian kredit pada pemohon kredit adalah untuk membantu

pemohon kredit untuk menjalankan usahanya. Bank dalam rangka

mempertimbangkan pemberian kreditnya selain melihat pada prospek usaha yang

akan dijalankan juga melihat pada jaminan apa yang akan dijaminkan oleh

pemohon. Jika dilihat pada kenyataannya yang sangat membutuhkan kredit adalah

usaha kecil dan menengah yang justru tidak bisa menyediakan jaminan yang

dituntut oleh bank Pasal 24 Undang-undang Perbankan.

Ketentuan Pasal 1820 KUH Perdata dinyatakan bahwa Penanggungan

merupakan suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga guna

kepentingan si pemberi hutang (kreditur) mengikatkan diri untuk memenuhi

perikatannya si berhutang (debitur) manakala orang ini sendiri tiidak

memenuhinnya”.

Dari ketentuan pasal tersebut, di atas dapat disimpulkan bahwa

penanggung hutang adalah suatu perjanjian untuk mengikatkan diri untuk suatu

pemenuhan perjanjian, dengan demikian perjanjian penanggungan merupakan

perjanjian yang sifatnya accesoir yaitu perjanjian yang mengikuti perjanjian

(15)

perjanjian pokok yang tidak sah. Hal ini merupakan atau mengandung cacat

hukum sehingga secara yuridis batal demi hukum.45

Penjaminan pribadi merupakan bagian dari skema perjanjian

penanggungan yang diatur pada KUH Perdata Bab XVII KUH Perdata. Inti dari

perjanjian penanggungan adalah adanya pihak ketiga yang setuju untuk

kepentingan si berutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang,

apabila pada waktunya si berutang sendiri tidak berhasil memenuhi kewajibannya

Pasal 1820 KUH Perdata. Berbeda dengan skema jaminan lainnya, yaitu jaminan

kebendaan yang memberikan hak penuh kepada kreditur atas suatu hak kebendaan

spesifik apabila terjadi kegagalan pemenuhan prestasi (misal: gadai, fidusia),

maka perjanjian penanggungan hanya memberikan kreditur hak umum untuk

menagih kepada pihak-pihak yang telah mengikatkan diri sebagai penanggung

dalam hal kegagalan pembayaran, sehingga kedudukan kreditur yang dijamin oleh

penanggung masih berada di bawah kreditur yang dijamin oleh hak jaminan

kebendaan.46

Apabila pihak yang memegang suatu tanggung jawab tersebut melakukan

kesalahan/pelanggaran karena suatu kealpaan, kelalaian dan kesengajaan sehingga

menimbulkan kerugian yang diderita oleh pihak kreditur sebagai akibat dari

45

Nurman Hidayat, Tanggung Jawab Penanggung Dalam Perjanjian Kredit, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014, hal 2.

46

(16)

kesalahan/pelanggaran tersebut maka pihak kreditur dapat menuntut ganti rugi

sesuai dengan yang diatur dalam isi perjanjian47

Penjamin adalah debitur dari kewajiban untuk menjamin pembayaran oleh

Seorang Penjamin berkewajiban untuk membayar utang debitur kepada kreditur

manakala sidebitur lalai atau cidera janji, penjamin baru menjadi debitur atau

berkewajiban untuk membayar setelah debitur utama yang utangnya ditanggung

cidera janji dan harta benda milik debitur utama atau debitur yang ditanggung

telah disita dan dilelang terlebih dahulu tetapi hasilnya tidak cukup untuk

membayar utangnya, atau debitur utama lalai atau cidera janji sudah tidak

memepunyai harta apapun. Maka berdasarkan ketentuan tersebut penjamin atau

penanggung tidak wajib membayar kepada kreditur, kecuali debitur lalai

membayar 48

Hak penjamin dalam pemberian kredit, antara lain berhak menuntut balik

kepada pihak debitur atas sita jaminan yang di sahkan oleh pihak Pengadilan Penjamin diatur dalam Pasal 1831-1850. Dari ketentuan-ketentuan di

dalam KUH Perdata tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang penjamin atau

penanggung adalah juga seorang debitur. Mengenai penanggungan dijelaskan

dalam Pasal 1820 KUH Perdata yang menyatakan bahwa penanggungan ialah

suatu persetujuan dimana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikatkan

diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi

perikatannya.

(17)

Negeri karena kesalahan dalam pengambilan keputusan. Tidak adanya keharusan

apabila pihak kreditur wanprestasi dan pihak debitur menyita langsung atas sita

jaminan yang telah di serahkan. Jika pihak debitur dinyatakan tidak cakap dalam

melakukan perjanjian maka pihak penjamin dinyatakan mengikuti dari pihak

debitur. Jika ada pelelangan sita jaminan maka apabila harga jaminan melebihi

dari jumlah hutang harga.49

Kewajiban penjamin dalam pemberian kredit, meliputi kewajiban

penjamin untuk menyerahkan jaminan kepada kreditur apabila debitur dinyatakan

wanprestasi dan benar-benar bersalah tanpa pengurangan untuk biaya-biaya

maupun hutang-hutang dari pihak debitur. Penjamin tidak wajib membayar

kepada kreditur selainnya jika debitur lalai, sedangkan bendabenda debitur ini

harus lebih dahulu disita dan jiual untuk melunasi utangnya. Penjamin tidak

terkena kewajiban apapun selain mnyerahkan jaminannya, termasuk dipenjarakan.

Penjamin berkewajiban menanggung kerugian atas orang yang ditanggung apabila

ia menghindari hutang nya kepada pihak kreditur.50

Pada jaminan kebendaan, si debitur yang berhutang memberi jaminan

benda kepada kreditur, sebagai jaminan atas hutang yang dipinjam debitur. Jadi

apabila debitur tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo maka pihak

kreditur dapat menuntut eksekusi atas benda yang telah dijaminkan oleh debitur

tersebut untuk melunasi hutangnya. Sedangkan dalam jaminan perorangan atau

borgtocht ini jaminan yang diberikan oleh debitur bukan berupa benda melainkan

49

Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016

50

(18)

berupa pernyataan oleh seorang pihak penjamin yang tak mempunyai kepentingan

apa-apa baik terhadap debitur maupun terhadap kreditur, bahwa debitur dapat

dipercaya akan melaksanakan kewajiban yang diperjanjikan; dengan syarat bahwa

apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya maka pihak penjamin

itubersedia untuk melaksanakan kewajiban debitur tersebut.51

Seorang debitur yang memiliki seorang penjamin (borgtocht) mempunyai tanggung jawab dalam wanprestasi yang dilakukan debitur utamanya. Ketentuan

Pasal 1831 KUH Perdata dinyatakan bahwa seorang penjamin (borgtocht) tidak diwajibkan ikut dan turut membayar kepada kreditur selain jika debitur utama

lalai dan aset-asetnya telah disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi

utangnya.52

Peran sebagai penjamin kredit adalah melakukan sejumlah kewajiban

debitur kepada penerima kreditur. Hal ini dilakukan apabila pada saat kredit telah

jatuh tempo sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian kredit antara debitur dan

kreditur, ternyata debitur (terjamin) tidak dapat memenuhi kewajiban yang telah

disepakati tersebut.53

1. Menyakinkan pihak bank (kreditur) dalam memberikan kredit kepada

debitur umumnya perorangan pelaku usaha perorangan yang memiliki Tujuan penjamin kredit dalam perjanjian kredit UKM , antara lain :

51

M. Yahya Harahap. Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni : Bandung, 1996, hal 315 52

(19)

prospek, tetapi belum memenuhi persyaratan teknis bagi suatu penyaluran

kredit sebagaimana mestinya.

2. Memperoleh pendapatan dari fee yang diberikan untuk dikelola dengan menggunakan asas pengelolaan keuangan yang sehat dan bertanggung jawab.

3. Mengambilalih sementara risiko kegagalan pelunasan pinjaman yang

diterima pihak terjamin, sehingga kewajiban terjamin kepada penerima

jaminan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah disepakati.54

B. Kedudukan Penjamin Bila Debitur Wanprestasi

Dalam KUH Perdata, jaminan perorangan diatur pada Bab XVII yaitu

mengenai perjanjian penanggungan. Pada Pasal 1820 KUHPerdata menjelaskan

bahwa perjanjian penanggungan adalah perjanjian dengan adanya pihak ketiga

yang setuju untuk kepentingan si berutang mengikatkan diri untuk memenuhi

perikatan si berutang, apabila pada waktunya si berutang sendiri tidak berhasil

memenuhi kewajibannya. Dalam hal penjaminnya adalah pribadi, maka yang

perlu diperhatikan adalah status sosial dan status ekonomi garantor itu. Bonafilitas garantor secara ekonomi dan status sosialnya di dalam masyarakat, menjadi syarat penentu dan dapat dijadikan alasan, dapat tidaknya garantor itu diterima kreditur. Berkaitan dengan garantor pribadi ini, apabila perjanjian kredit jatuh

tempo, dan debitur tidak dapat membayar utang-utangnya, maka debitur dapat

dimohonkan pailit. Setelah debitur dinyatakan pailit, lalu semua hartanya dijual

oleh kurator untuk membayar utang-utangnya. Apabila hasil penjualan itu tidak

54

(20)

mencukupi untuk melunasi utang-utangnya, maka kurator dapat menjual harta

garantor untuk menutupi kekurangannya. Jadi, garantor baru tampil memenuhi kewajibannya apabila debitur (utama) sudah kehabisan harta untuk membayar

utang-utangnya.55

Penjamin sangat diperlukan dalam setiap kredit yang dilakukan oleh pihak

debitur terhadap kreditur. Perjanjian jaminan perorangan bahkan dapat diadakan

tanpa sepengetahuan debitur tersebut. Jaminan kebendaan dapat diadakan antara

kreditur dengan debitur, atau antara kreditur dengan orang ketiga yang menjamin

dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur.

56

Kewajiban penjamin untuk melunasi utang debitur tersebut baru dilakukan

setelah kreditur mengeksekusi harta kekayaan milik debitur yang hasilnya tidak

mencukupi untuk melunasi utangnya.57

55

Syamsudin M. Sinaga. Hukum Kepailitan Indonesia. Jakarta, Tatanusa, 2012, hal 408. 56

Selama kreditur belum melakukan

eksekusi atau penjualan harta kekayaan debitur, guarantor/penjamin tidak

memiliki kewajiban membayar utang debitur yang dijaminnya. Jadi meskipun

guarantor/penjamin telah mengikatkan diri sebagai guarantor/penjamin tidak serta

merta memiliki kewajiban uuntuk membayar utang debitur. Bisa dikatakan bahwa

tanggung jawab penjamin hanyalah sebagai cadangan atau subsider, dalam hal

penjualan harta kekayaan debitur tidak mencukupi atau sama sekali debitur tidak

memiliki harta benda yang dapat dijual. Hal ini sesuai Pasal 1831 KUH Perdata

(21)

kepada kreditur, selain jika debitur lalai sedangkan harta benda debitur ini harus

lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.58

Prinsip dari perjanjian penjaminan, bahwa seorang penjamin tidak

diwajibkan memenuhi kewajiban para kreditur, kecuali setelah kewajiban debitur

tidak terpenuhi. Penjamin memiliki beberapa hak istimewa, yaitu:59

1. Hak untuk meminta agar harta benda debitur disita dan dilelang terlebih

dahulu bagi pemenuhan kewajiban terhadap kreditur;

2. Apabila terdapat lebih dari satu penjamin, maka guarantor berhak untuk meminta pada kreditur agar dilakukan pemecahan piutang antara

masing-masing penjamin. Artinya penjamin hanya menanggung sebagian dari piutang

tersebut. Kedudukan penjamin berdasarkan ketentuan dalam KUH Perdata

adalah sama dengan debitur. Namun demikian menurut ketentuan hukum

penjaminan pula bahwa terhadap seorang penjamin memiliki hak istimewa,

tetapi hak istimewa tersebut dari penjamin dapat dilepaskan dengan suatu

perjanjian yang dinyatakan secara tegas dalam perjanjian tersebut, bahkan

penjamin dapat membuat perjanjian saling mengikatkan dirinya secara

tanggung renteng dengan debitur utama dalam menghadapi kreditur. Dengan

perjanjian pelepasan hak istimewa dari penjamin, maka guarantor telah menetapkan dirinya sebagai “debitur”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka terhadap seorang

Penjamin dapat dipailitkan, apabila dalam hal telah melepaskan hak istimewa

58

Ibid

59

(22)

sebagai guarantor, serta kreditur pemohon dapat membuktikan dalam persidangan di pengadilan niaga dengan langkah-langkah sebagai berikut: 60

1. Debitur utama telah dimintai pertanggungjawabannya, tetapi debitur utama

sudah tidak memiliki harta sama sekali atau setelah disita dan dilelang harta

debitur utama tersebut, namun harta tersebut tidak mencukupinya atau debitur

sudah benar-benar pailit

2. Harus dibuktikan, bahwa guarantor (sebagaimana sayarat yang telah ditentukan di dalam Pasal 2 Undang-Undang Kepailitan, yaitu bahwa

memiliki lebih dari satu kreditur

3. Salah satu utang tersebut telah jatuh tempo.

Kedudukan antara debitur dengan penjamin adalah sama-sama seorang

debitur. Kedudukan hukum penjamin apabila debitur wanprestasi maka penjamin

wajib memberikan pertanggungjawabannya kepada kreditur apabila debitur tidak

dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan isi dari perjanjian jaminan yang

telah disepakati oleh kreditur dan penjamin.61

Kedudukan penjamin bila debitur wanprestasi merupakan hal yang rumit

dalam suatu perkara perdata, namun demikian penjamin tetap merupakan borg

yaitu kedudukan penjamin atau borg akan terlihat pada saat debitur wanprestasi yang menurut ketentuan Pasal 1831 KUH Perdata bahwa seorang penjamin tidak

(23)

mempunyai kewajiban untuk membayar kreditur terkecuali debitur utama

wanprestasi maka si penjamin harus membayar kepada kreditur62

Si penjamin ada juga mempunyai hak menuntut penggantian biaya, rugi

dan bunga serta jika ada alasan untuk itu. (Pasal 1839 KUH Perdata). Kemudian

dikatakan oleh Pasal 840 Si penjamin yang telah membayar, menggantikan demi

hukum segala hak si berpiutang terhadap si berhutang. Pergantian ini adalah apa

yang dalam hukum perjanjian dinamakan "subrogasi", dalam hal ini subrogasi

menurut unclang-undang sebagaimana yang ditnaksudkan dalam Pasal 1402 sub 3

KUH Perdata.

Sesuai dengan Pasal 1832 KUHPerdata angka (2) bahwa kedudukan antara

debitur utama dengan penjamin (borgtocht) adalah sama-sama seorang debitur. Akibatnya penjamin atau penanggung tersebut juga berkewajiban melunasi utang

debitur utama kepada kreditur atau para krediturnya apabila debitur utama tidak

membayar utang yang telah jatuh waktu dan atau yang telah dapat ditagih

63

Penjamin yang telah mengikatkan dirinya untuk memenuhi kewajiban

debitur, berada dalam posisi yang lemah. Hal ini disebabkan karena pemberian

jaminan dibuat untuk melindungi kepentingan kreditur, sehingga pada saat debitur

mengalami kegagalan dalam pemenuhan kewajibannya, penjamin segera dapat

dimintakan untuk pemenuhannya berdasarkan perjanjian pemberian

garansi/jaminan yang telah dibuat.64

62

Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016

63

I Gede Krisna Adi Yasa, Perlindungan Hukum Terhadap Penjamin Untuk Memperoleh Pembayaran Kembali Dari Debitur Yang Wanprestasi Jika Penjamin Telah Melaksanakan Kewajibannya Pada Bank Bni Cabang Denpasar, 2013, 7

64

M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal 321-323

(24)

pihak kreditur dapat menuntut kepada penjamin untuk membayar hutang debitur

bila debitur lalai atau tidak mampu untuk membayar hutangnya tersebut

C. Upaya apa yang Dilakukan oleh Bank Sumut untuk Menyelesaikan

Kredit Macet Ketika Debitur Wanprestasi

Bank sebagai lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dan

menyalurkan dana, memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian.

Bank dalam aktivitas menyalurkan dana ke masyarakat, menerima berbagai

macam risiko. Risiko yang dihadapi bank dalam penyaluran dana kepada debitur

dapat berupa risiko sistematis maupun risiko tidak sistematis.

Bank dalam memberikan kredit, wajib mempunyai keyakinan atas

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan

yang diperjanjikan, serta harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat

karena kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko. Dalam praktek

perbankan untuk adanya pemberian kredit dari bank, maka pihak bank harus

mengadakan perjanjian didalam penyerahan uang terhadap debitur seperti yang

telah disepakati bersama. Karena biasanya dituangkan dalam suatu perjanjian

kredit yang dibuat sebelum dilakukan penyerahan uang, sehingga perjanjian kredit

ini merupakan perjanjian perdahuluan dari penyerahan uang.65

Kredit macet yang terjadi pada PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar,

disebabkan oleh faktor :66

(25)

Faktor internal yang menjadi penyebab timbulnya kredit macet yaitu:

1. Buruknya perencanaan finansial atas aktiva tetap/modal kerja.

2. Kelemahan analisis oleh pejabat kredit sejak awal proses pemberian kredit.

3. Terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan

4. Itikad kurang baik dari kreditur, pengurus atau pegawai kreditur

5. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya

sistem informasi kredit bermasalah.

Faktor eksternal penyebab timbulnya kredit macet adalah:

1. Kegagalan usaha debitur

2. Terjadinya musibah terhadap debitur dalam kegiatan usaha debitur, seperti

kebakaran atau bencana alam.

3. Pendapatan bersih menurun

4. Rata-rata umur piutang bertambah lama sehingga perputaran piutang

semakin lambat.

5. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:14/15/PBI/2012 Tentang

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum ditetapkan secara tegas penggolongan

ditinjau dari segi kualitas kredit, maka kredit dibagi menjadi lima tingkatan,

yaitu:67

1. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria:

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

67

(26)

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

2. Dalam Perhatian Khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum

melampaui 90 hari; atau

b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau

c. Mutasi rekening relatif aktif; atau

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

e. Didukung oleh pinjaman baru.

3. Kurang Lancar (Substandard), apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 90 hari; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau

c. Frekuensi rekening relatif rendah; atau

d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau

e. Terdapat indikasi masalah keuangan debitur; atau

f. Dokumentasi pinjaman lemah.

4. Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui

180 hari; atau

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau 60

(27)

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun

pengikatan jaminan.

5. Macet (loss), apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui

270 hari; atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan

pada nilai wajar.

Restrukturisasi kredit dalam penyelamatan kredit macet merupakan suatu

upaya yang ditawarkan dan menguntungkan baik dari pihak kreditur maupun dari

pihak debitur. Beberapa kendala yang dihadapi dalam penyelamatan kredit macet

antara lain:68

1. Tidak adanya keterbukaan antara kreditur dengan debitur. Hal demikian tidak

lepas dari sifat hubungan yang antagonistik antara keduanya. Pihak kreditur,

dalam hal ini bank, dalam praktiknya menetapkan persyaratan yang lebih

mencerminkan besarnya kerugian yang dapat ditolerirnya serta kepastian

pembayaran sesegera mungkin tanpa memperhatikan kondisi bisnis dan

keuangan.

2. Adanya keterbatasan baik finansial maupun tenaga staf yang ahli di bidang

restrukturisasi pada lembaga-lembaga fasilitas. Sementara pada sisi yang lain

nasabah debitur maupun bank kreditur terlalu berharap banyak pada lembaga

tersebut secara fakta sebenarnya juga tidak mempunyai kekuatan memaksa.

68

(28)

3. Kurangnya koordinasi antara lembaga yang terlibat sebagai fasilitator dalam

restrukturisasi, karena masing-masing lembaga tersebut mempunyai agenda

atau prioritas yang berbeda satu dengan yang lain.

Beberapa kebijakan yang dilakukan PT. Bank Sumut Cabang

Pematangsiantar dalam rangka penyelamatan dan penyelesaian kredit macet

terhadap debitur antara lain : 69

1. Pihak PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar melalukan penjadwalan

kembali (rescheduling), yaitu suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal

pembayaran kembali/jangka waktu kredit termasuk tenggang, termasuk

perubahan jumlah angsuran, dan bila perlu dengan penambahan kredit.

Kebijakan ini dapat diberikan dengan cara memperpanjang jangka waktu

kredit, memperpanjang jangka waktu angsuran.

2. Pihak PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar melakukan persyaratan

kembali (reconditioning), yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan

jadwal angsuran, dan atau jangka waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit

tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi

atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan.

(29)

melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan,

yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan atau reconditioning.

Pihak PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar dalam menyelesaikan

kredit macet melakukan dua cara yaitu penyelamatan kredit adalah suatu langkah

penyelesaian kredit macet melalui perundingan kembali antara bank sebagai

kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur dan penyelesaian kredit adalah

suatu langkah penyelesaian kredit macet melalui lembaga hukum. Yang dimaksud

dengan lembaga hukum dalam hal ini adalah Panitia Urusan Piutang Negara

(PUPN) dan Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara (DJPLN), melalui

Badan Peradilan, dan melalui Arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian

sengketa.70

Tindakan yang diambil oleh PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar

dalam upaya menyelesaikan kredit macet ketika debitur wanprestasi dengan cara

melakukan pengamanan secara represif dan preventif. Pengamanan secara

preventif dilakukan oleh pihak PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar setelah

melihat adanya tanda-tanda bahwa debitur akan wanprestasi, kemudian pihak

kreditur akan melakukan pendekatan-pendekatan kepada debitur.71

Upaya Preventif tindakan untuk mengantisipasi munculnya kredit macet

yang dilakukan oleh Bank Sumut Cabang Pematangsiantar kepada debiturnya

adalah dari semua persyaratan-persyaratan administrasi aplikasi pembiayaan dan

tindakan survey yang dilakukan oleh Credit Officer , seharusnya akan terlihat

70

Hasil wawancara dengan Rismayani, selaku Account Officer, PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar, tanggal 28 September 2016.

71

(30)

tingkat kemampuan keuangan pemohon. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar

juga harus melakukan penilaian umum dan harus dilakukan oleh bank untuk

mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan kredit, dilakukan

dengan analisis prinsip 5C, diantaranya.72

Beberapa kendala dalam upaya yang dilakukan oleh Bank Sumut untuk

menyelesaikan kredit macet ketika debitur wanprestasi, yaitu kendala internal

berupa sistem kinerja yang kurang baik dari pihak PT. Bank Sumut Cabang

Pematangsiantar dan kendala eksternal, antara lain adanya perbuatan melawan

hukum terhadap perjanjian kredit yang telah disepakati oleh pihak debitur dan

kreditur, yang dilakukan oleh debitur seperti debitur selalu menghindar, debitur

kurang memahami, dan/atau tidak memperhatikan isi dari perjanjian kredit.73

Penyelesaian kendala internal yang timbul adalah pihak-pihak dari dalam

lembaga perbankan sendiri yang melakukan kesalahan internal, sehingga pihak Dengan adanya berbagai kendala, maka penyelesaian kredit macet yang

paling ideal apabila di Bank Sumut Cabang Pematangsiantar terjadi kendala

normatif maka pihak kreditur dapat dikenai Pasal 1365 KUH Perdata yang

menyatakan bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian

kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Penggantian kerugian tersebut

berdasarkan pada adequate theorie yaitu semua sebab yang menimbulkan akibat

harus dihukum.

(31)

yang melakukan kesalahan tersebut mendapat teguran dan sanksi atas peraturan

yang berlaku pada lembaga perbankan tersebut. Kendala eksternal yang timbul

maka Bank Sumut Cabang Pematangsiantar mempunyai penyelesaian dengan cara

penugasan terhadap Relationship Anchor melakukan penekanan kepada debitur untuk harus tetap membayar angsuran pokok hutang dan bunganya. Apabila

debitur tetap tidak membayar angsuran maka Relationship Anchor segera melakukan tindakan secara hukum atau yaitu mengajukan gugatan perdata

terhadap debitur ke pengadilan perdata yang berupa gugatan wanprestasi

berdasarkan Pasal 1243 KUH Perdata dengan tuntutan ganti rugi kepada

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tanggung Jawab Penjamin dalam Pemberian Kredit, penjamin berkewajiban

melunasi utang debitur utama kepada kreditur atau para krediturnya apabila

debitur utama tidak membayar utang yang telah jatuh waktu dan atau yang

telah dapat ditagih.

2. Kedudukan antara debitur dengan penjamin adalah seorang debitur

Kedudukan hukum penjamin apabila debitur wanprestasi maka penjamin

wajib memberikan pertanggungjawabannya kepada kreditur apabila debitur

tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan isi dari perjanjian jaminan

yang telah disepakati oleh kreditur dan penjamin. Menurut ketentuan hukum

penjaminan pula bahwa terhadap seorang penjamin memiliki hak istimewa,

tetapi hak istimewa tersebut dari penjamin dapat dilepaskan dengan suatu

perjanjian yang dinyatakan secara tegas dalam perjanjian tersebut, bahkan

penjamin dapat membuat perjanjian saling mengikatkan dirinya secara

tanggung renteng dengan debitur utama dalam menghadapi kreditur.

3. Upaya penyelesaian kredit macet dapat ditempuh dengan dua cara yaitu upaya

litigasi melalui jalur pengadilan dan upaya non-litigasi melalui upaya preventif

(33)

B. Saran

1. Penjaminan guna memberikan suatu perubahan kearah perbaikan tentunya

harus ditegakkan lebih dahulu kepastian hukumnya sehingga keberadaan

terhadap proses penjaminan itu sendiri hars benar-benar dilindungan dan

disahkan oleh aturan hukum yang berlaku sehingga tidak ada yang merasa

dirugikan baik itu secara finasial maupun inmateriil. Untuk itu diharapkan

agar dibentuk suatu peraturan perundang-undangan berupa undang-undang

khusus yang mengatur penjaminan kredit di Indonesia agar kegiatan dan

lembaganya dapat berkembang dengan baik guna memajukan

perekonomian Indonesia.

2. Penjamin, hendaknya melaksanakan kewajibannya sesuai dengan apa yang

telah ditetapkan atau disepakati oleh masing- masing pihak, baik itu pihak

debitur maupun pihak kreditur, agar Penjamin sebagai pihak ketiga dapat

bertanggungjawab jika debitur melakukan wanprestasi.

3. U.paya penyelesaian kredit macet supaya mendapatkan hasil yang win- win solution adalah debitur sebaiknya menyerahkan jaminan yang diagunkan untuk dilelang apabila tidak dapat melunasi angsuran pokok

hutang dan bunganya, karena hal tersebut sudah menjadi kewajiban dari

Referensi

Dokumen terkait

Table 5 shows that the Adjusted Odds ratios between underweight and normal weight and its predictors shows that it was not in fl uence by rural- urban area, while the older they

penulis menentukan materi yang sesuai untuk dijadikan tema sentral gaya yang akan disajikan dengan metode eksperimen. 2) Merumuskan persiapan pembelajaran dengan

Ciri- cirinya menurut Worrel dan Stillwell (dalam Song and Hill, 2007) antara lain: (a) tanggung jawab (mereka yang memiliki motivasi belajar merasa bertanggung

Dalam memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan terdapat dua motivasi utama pelaku bisnis, yaitu terkait dengan masalah akomodasi dan legitimasi. Alasan akomodasi terkait dengan

S|RUP adalah aplikasi Slstem lntormasi Rencana Umum Pengadaan berbasis web yang funqsinya sebagai gaEna atau alat untuk mengumumkan RUP.. SiRUP bgrtujuan untu

1LODL0DNVLPDO-XUQDOOOPLDK 1LODL$NKLU .RPSRQHQ\DQJGLQLODL OQWHPDVLRQDO OQWHUQDVLRQDO 1DVLRQDO 1DVLRQDO1DVLRQDO 7HUDNUH WHULQGHNVGL'2$- \DQJ. %HUHSXWDVL GLWDVL

Selain itu dalam pemahaman materi praktikum, mahasiswa praktikan juga masih kurang walaupun sebelumnya sudah membuat catatan pra- praktikum ini disebabkan dalam

Maksud dari penlitian ini adalah untuk menggali, mencari serta memperoleh data dan informasi mengenai apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen