• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil pasien kanker paru yang dilakukan tindakan transthoracic needle aspiration (TTNA) dengan tuntunan ct scan toraks di RSUP H. Adam Malik Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil pasien kanker paru yang dilakukan tindakan transthoracic needle aspiration (TTNA) dengan tuntunan ct scan toraks di RSUP H. Adam Malik Medan Chapter III V"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah penelitian diagnostik untuk melihat tingkat akurasi TTNA dengan tuntunan CT Scan toraks dalam membantu menegakkan

diagnosis kanker paru.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran

Respirasi di Instalasi Radiologi di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini

dilaksanakan selama 12 bulan dimulai dari bulan Februari 2015-Februari 2016.

3.3. Populasi, sampel dan besar sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitan ini adalah semua pasien rawat inap di RSUP H. Adam

Malik dengan gejala klinis dan faktor risiko untuk kanker paru.

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi yang dihitung dengan

besar sampel sebagai berikut:

a. Besar sampel

Besar sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian diagnostik, dengan rumus sbb:

(2)

Dimana:

N = besar sampel penelitian

sen = sensitivitas alat yang diinginkan, yaitu = 90% (0,9) 1-sen = 1-sen, yaitu 0,1

d = presisi penelitian yaitu 20%

= derivat baku alpha, yaitu 1,96

P = prevalensi kanker paru yang di opname di RSUP HAM 2014, yaitu 0,21

Sehingga,

N = (1,96)2 x 0,9 x 0.1  N = 41 (0,2)2 x 0,21

Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebesar subyek yang di diagnosis positif kanker paru dengan pemeriksaan sitologi diagnostik, histopatologi, atau clinical and radiological follow up adalah 41 orang.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1.Kriteria Inklusi

1. Pasien yang diduga kanker paru yang didiagnosis berdasarkan gejala

klinis, gambaran radiologis, CT-scan toraks.

2. Bersedia untuk mengikuti penelitian yang dinyatakan secara tertulis

setelah mendapatkan penjelasan atau informed consent.

3. Pasien dengan tumor mediastinum yang didiagnosis berdasarkan

gambaran radiologis, CT Scan toraks.

4. Massa atau nodul yang soliter maupun multipel. 5. Invasi tumor paru ke dinding dada.

6. Konsolidasi atau infiltrat di paru. 7. Lesi di perifer.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

(3)

2. Pasien dengan gangguan koagulopati 3. Pasien dengan hipertensi pulmonal berat

4. Pasien dengan Infark miokard, angina tidak stabil, gagal jantung

kongestif atau disritmia jantung yang tidak terkontrol

3.5. Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan TTNA di ruangan

Instalasi Radiologi RSUP HAM Medan

3.5.1. Persiapan Pasien

1. Persetujuan dan ijin tindakan TTNA dari pasien dan diketahui keluarga

terdekat dengan saksi petugas paramedis/medis, setelah diberi penjelasan tentang tindakan dan tujuan pemeriksaan serta komplikasinya.

2. Foto toraks PA dan lateral (terbaru), CT-scan toraks. 3. Pemeriksaan spirometri.

4. EKG terbaru.

5. Laboratorium (darah rutin, faal hemostasis, analisa gas darah arteri ).

3.5.2. Persiapan Alat

1. Jarum punksi lumbal ukuran 25 merk Braun

2. CT Scan dengan spesifikasi merk Toshiba asteion slice 4. Model:

CXB-400C/1A

3. Mikroskop merk Olympus BX51 4. Doek lubang steril

5. Sarung tangan steril

6. Semprit (disposable syringe ) 10 cc

(4)

12. Cairan antiseptik ( larutan betadine dan alkohol 70 %)

3.5.3. Cara Kerja pelaksanaan TTNA dengan tuntunan CT Scan

toraks

1. Tindakan TTNA dilakukan oleh ahli pulmonologi dengan panduan

ahli radiologi.

2. Pasien yang dipersiapkan dengan pemeriksaan penunjang foto toraks

dan CT-scan toraks.

3. Persiapan pasien dilakukan di ruang CT Scan dengan memeriksa keadaan umum pasien serta tanda–tanda vital pasien.

4. Posisi penderita berbaring, Lakukan pemeriksaan CT Scan toraks

untuk mencari massa tumor.

5. mengukur jarak antara massa tumor dengan dinding dada.

6. mencari titik tusuk (Point of entry) dengan bantuan CT Scan toraks

yang sebelumnya telah diberi tanda/ marker ( marker diletakkan di dinding dada).

7. melakukan tindakan antiseptik dengan betadine dan alkohol 70 %. 8. Jarum spinal ditusukkan dan diarahkan dengan tepat dengan tuntunan

CT Scan sampai target yang tepat.

9. melakukan biopsi paru dengan jarum spinal dengan ukuran 25 G. 10. melepas mandrin jarum biopsi tersebut. kemudian disambungkan

dengan jarum suntik dan diberi tekanan positif. Dilakukan gerakan biopsi naik turun beberapa kali.

11. menyemprotkan aspirat pada gelas objek.

12. Sediaan difiksasi dengan alkohol 96 %.

3.6. Definisi Operasional

1. Kanker paru adalah penyakit keganasan pada paru baik yang berasal dari

jaringan paru sendiri (kanker primer) atau yang berasal dari organ lain

yang bermetastasis ke paru (kanker sekunder) yang ditegakkan

berdasarkan gejala klinis intrapulmonal (batuk, batuk darah, nyeri dada,

(5)

riwayat paparan inhalasi jangka panjang dari bahan karsinogenik,

pemeriksaan foto toraks, CT-scan toraks.

2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang membedakan pasien atas laki-laki

dan perempuan sesuai dengan gelang pasien.

3. Pekerjaan adalah pekerjaan yang digeluti pasien dalam mencari nafkah.

Kategorinya :

a. pegawai negeri b. pegawai swasta c. tidak bekerja

4. Transthoracic needle aspiration (TTNA) adalah tindakan diagnostik

dengan teknik pengambilan sampel secara perkutan dari tumor yang melalui dinding dada, parenkim paru, dan mediastinum untuk keperluan pemeriksaan sitologi, histopatologi, dan mikrobiologi.

5. Interpretasi sitologi TTNA adalah hasil sitologi yang dibacakan oleh ahli patologi anatomi dimana pembagiannya: C1 (tidak representatif), C2

(benign), C3(atypical), C4(suspicious of malignancy), C5(malignant).

6. Sensitivitas adalah kemampuan suatu pemeriksaan untuk menghasilkan hasil positif pada pasien yang positif menderita suatu penyakit.

7. Spesifisitas adalah kemampuan suatu pemeriksaan untuk menghasilkan hasil negatif pada pasien yang tidak menderita suatu penyakit.

8. Nilai ramal positif (NRP) adalah besarnya kemungkinan hasil pemeriksaan yang positif adalah benar-benar positif menderita suatu penyakit.

9. Nilai ramal negatif (NRG) adalah besarnya kemungkinan hasil

pemeriksaan yang negatif adalah benar-benar tidak menderita suatu

penyakit.

10.Variabel prediktor pada penelitian ini adalah hasil pemeriksaan TTNA dengan tuntunan CT Scan toraks dengan skala variabel nominal.

(6)

BAL dan Brushing), sitologi sputum, FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) KGB (Kelenjar Getah Bening), TTNA dengan tuntunan CT Scan

toraks, dalam upaya penegakan diagnosis akhir sampel tersebut.

(7)

3.7. Kerangka Operasional Penelitian

Pasien dengan gambaran klinis kanker paru (batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak napas),ada riwayat paparan karsinogenik,

Pemeriksaan penunjang foto toraks dengan gambaran masa, lesi atau nodul paru, CT-scan toraks dengan massa, lesi ataupun nodul

di paru .

Indikasi untuk TTNA dengan CT Scan toraks.

Inform consent kepada pasien dan keluarga

Penentuan letak tumor, menghitung kedalaman tumor dengan dinding dada

Menentukan letak point of entry dengan marker

Prosedur TTNA dengan tuntunan CT Scan toraks dengan jarum spinal no 25 G

Penilaian hasil aspirat

(8)

3.8. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam hasil penelitian ini di lakukan dengan cara manual.

Data disusun dalam tabel induk. Perhitungan tabel dilakukan dengan cara manual.

3.9. Analisis Data

Data hasil pemeriksaan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks dan reference standard yang telah terkumpul ditabulasi dan dimasukkan ke tabel 2x2.

Dari tabel 2x2 kemudian dilakukan penghitungan untuk mencari sensitivitas, spesifisitas, nilai ramal positif, dan nilai ramal negatif dari pemeriksaan TTNA dengan tuntunan CT Scan toraks dalam mendiagnosis kanker paru.

Tabel 6. Tabel 2x2 Perhitungan Hasil Penelitian Reference standar

(+)kanker paru (-)kanker paru

Hasil pemeriksaan TTNAdengan tuntunan CT Scan

(+)Kanker paru a b

(-) Kanker paru c d

Rumus perhitungan:

- Sensitivitas = a / (a+c) - Spesifisitas = d / (b+d)

(9)

3.10.Jadwal Penelitian

a. Pengumpulan kepustakaan Rp. 3.000.000,-

b. Pembuatan proposal Rp. 2.000.000,-

c. Seminar proposal Rp. 4.000.000,-

d. Bahan dan alat pendukung penelitian Rp. 14.000.000,-

e. Seminar hasil penelitian Rp. 6.000.000,-

(10)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian dan didapatkan 45 orang subjek penelitian yang dilakukan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks di ruang radiologi RSUP. H.Adam Malik Medan selama periode 12 bulan dimulai dari bulan Februari 2015 - Februari 2016. Tindakan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks dilakukan oleh

konsultan onkologi yang berpengalaman, dengan ahi radiologi konsultan toraks, dan pembacaan hasil sitologi oleh ahli patologi anatomi. Sebelum tindakan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks, pasien serta keluarga diinformasikan mengenai tindakan yang akan dilakukan hingga memahami tindakan tersebut serta komplikasinya jika terjadi. Jika pasien/keluarga bersedia, maka dibuat bukti ketersediaan secara tertulis. Persiapan pasien meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan radiologis, spirometri, AGDA, EKG. Sebelum tindakan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks, dilakukan persiapan alat pendukung. Subjek penelitian berupa semua pasien yang dirawat inap di RSUP. H.Adam Malik Medan yang dicurigai menderita kanker paru dengan adanya gejala klinis dan faktor risiko yang mendukung, serta dilihat dari gambaran foto toraks dan CT scan toraks apakah jarum spinal no 25G dapat menjangkau lesi. Komplikasi selama prosedur tindakan akan dipantau. Konfirmasi keganasan hasil TTNA dengan tuntunan CT scan toraks selanjutnya akan diperiksakan oleh ahli patologi di laboratorium dan akan diinterpretasikan dengan C1, C2, C3, C4, C5. Hasil penelitian kemudian dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

4.1.1. Karakteristik Penderita

(11)

Gambar 4.1. Diagram karakteristik sampel berdasarkan umur

Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa kelompok umur rata-rata pada subjek penelitian adalah 49,07 tahun dengan rentang umur 19-78 tahun. Rentang umur 19-28 tahun sebanyak 5 subjek (11,1%), 29-38 tahun sebanyak 3 subjek (6,7%), 39-48 tahun sebanyak 12 subjek (26,7%), rentang umur 59-68 tahun adalah sebanyak 11 subjek (24,4%). Rentang umur 49-58 tahun sebanyak 9 subjek (20%), rentang umur 69-78 tahun sebanyak 5 subjek (11,1%).

Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin penderita dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2 Diagram karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin

0 2 4 6 8 10 12 14

19-28 tahun 29-38 tahun 39-48 tahun 49-58 tahun 59-68 tahun 69-78 tahun

80% 20%

Laki-laki

(12)

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 36 subjek (80,00%) sementara yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 subjek (20,00%).

Karakteristik subjek penelitian berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada

gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3. Diagram karakteristik subjek penelitian berdasarkan pekerjaan

Gambar 4.3 menunjukkan karakteristik subjek penelitian berdasarkan pekerjaan didapati terbanyak pada pekerja swasta 33 subjek (73,34%), pegawai negeri 2 subjek (4,44%), tidak bekerja 10 subjek (22,22%).

Karakteristik subjek penelitian berdasarkan faktor risiko subjek penelitian dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini.

Gambar 4.4. Diagram karakteristik subjek penelitian berdasarkan faktor risiko

4,44%

73,34% 22,22%

pegawai negeri

pegawai swasta

tidak bekerja

6,7%

24,4%

40% 28,9%

merokok ringan

merokok sedang

merokok berat

(13)

Gambar 4.4 memperlihatkan karakteristik subjek penelitian berdasarkan faktor risiko dijumpai subjek dengan faktor risiko terbanyak merokok 32 subjek (71,10%), tidak merokok sebanyak 13 subjek (28,9%). Dari subjek yang merokok didapatkan perokok berat sebanyak 18 subjek (40%), perokok sedang sebanyak 11

subjek (24,4%), perokok ringan sebanyak 3 subjek (6,7%). 4.1.2. Hasil Sitologi TTNA

Tabel 4.1 merupakan tabel interpretasi hasil sitologi TTNA pada semua subjek penelitian yang dilakukan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks.

Tabel 4.1 Hasil sitologi TTNA

Interpretasi Sitologi TTNA N %

C1 (inadekuat) C2(benign ) C3(atipikal)

C4(curiga malignansi) C5 (Malignansi)

4 12 1 0 28

8,9 26,67 2,2 0,0 62,23

Total 45 100,00

Pada tabel 4.1 memperlihatkan interpretasi hasil sitologi TTNA: C1 (inadekuat) sebanyak 4 subjek (8,9%), C2 (benign) sebanyak 12 subjek (26,67%), C3 (atypical smear) sebanyak 1 subjek (2,2%). C4 (curiga malignansi) tidak

ditemukan, dan hasil C5 (malignansi) sebanyak 28 subjek (62,23%).

(14)

Tabel 4.2 Hasil sitologi TTNA C5 (malignansi), dimana yang paling banyak ditemukan adalah jenis adenokarsinoma sebanyak 16 subjek (57,1%), diikuti non hodgkin limfoma sebanyak 4 subjek (14,3%), hasil sitologi skuamous sel karsinoma sebanyak 2 subjek (7,1%), di ikuti tumor sel germinal 1 subjek (3,6%), timoma sebanyak 1 subjek (3,6%), teratoma imatur sebanyak 1 subjek (3,6%), seminoma sebanyak 1 subjek (3,6%). Hasil sitologi berupa C5 (malignansi) tanpa diketahui jenis sel sebanyak 2 subjek

(7,1%).

Gambar 4.5 menjelaskan tentang hasil interpretasi sitologi TTNA pada subjek penelitian yang dilakukan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks

Gambar 4.5 Hasil interpretasi sitologi TTNA

(15)

Gambar 4.5 memperlihatkan hasil penelitian pada 45 subjek yang dilakukan TTNA dan di dapatkan hasil diagnosis kanker paru pada 18 subjek (40%), bukan kanker paru pada 20 subjek (44,5%). Hasil sitologi TTNA yang tidak representatif untuk dinilai sebanyak 4 subjek (8,9%), hasil sitologi C5

(malignansi) tanpa diketahui jenis sel sebanyak 2 subjek (4,4%), sedangkan hasil sitologi C3 atipical smear pada 1 subjek (2,2%)

Tabel 4.3 merupakan tabel jenis sel kanker paru yang didapat dengan jumlah subjek yang terdiagnosis kanker paru berdasarkan pada jenis kelamin.

Tabel 4.3 Jenis sel kanker paru dengan jenis kelamin

Jenis kelamin

Jenis sel Laki-laki Wanita Total

N (%) N (%) N (%)

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa jenis sel adenokarsinoma merupakan jenis sel kanker paru yang paling banyak ditemukan, dan jenis sel ini paling banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki yaitu pada 15 subjek (83,33%) dan jenis skuamous sel karsinoma pada 2 subjek (11,11%). pada wanita hanya ditemukan jenis sel adenokarsinoma sebanyak 1 subjek (5,56%) sedangkan jenis skuamous sel karsinoma tidak ditemukan.

(16)

Gambar 4.6 Distribusi jenis sel pada kelompok kanker paru

Pada gambar 4.6 memperlihatkan hasil penelitian pada 45 subjek yang dilakukan TTNA dan didapatkan hasil diagnosis kanker paru pada 18 subjek. Dari 18 subjek penelitian dengan diagnosis kanker paru didapatkan bahwa jenis sel adenokarsinoma merupakan jenis sel terbanyak dengan 16 subjek (88,9%) penelitian diikuti dengan skuamous sel karsinoma sebanyak 2 subjek (11,1%). 4.1.3. Nilai Hounsfield unit (HU)

Selama pelaksanaan tindakan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks, dilakukan pengukuran kedalaman lesi pada jaringan yang akan dilakukan biopsi, dan pengukuran densitas dari lesi yang diukur dengan nilai HU.

Tabel 4.4 merupakan tabel nilai dari Hounsfield Unit (HU) pada subjek penelitian.

Tabel 4.4 Nilai Hounsfield Unit (HU)

Nilai N %

Pada tabel 4.4 memperlihatkan nilai HU rata-rata pada lesi yang dilakukan pengukuran adalah sebesar 45,31 dengan nilai HU terendah 20 dan nilai tertinggi

88,9% 11,1%

Adenokarsinoma

(17)

sebesar 73. Nilai HU terbanyak pada rentang 41-50 dengan jumlah sebanyak 17 subjek (37,9%)

Tabel 4.5 merupakan tabel nilai Hounsfield Unit (HU) pada kelompok kanker paru jenis sel adenokarsinoma

Tabel 4.5 Nilai Hounsfield Unit (HU) pada adenokarsinoma

Nilai N %

Pada tabel 4.5 memperlihatkan nilai HU pada kelompok kanker paru jenis sel adenokarsinoma. Nilai HU terbanyak pada rentang 41-50 dengan 6 subjek penelitian dengan HU terendah 28 dan HU tertinggi 73. Nilai rata rata HU pada kelompok kanker paru jenis adenokarsinoma adalah 47,31. Untuk kelompok kanker paru jenis sel skuamous sel karsinoma hanya didapatkan pada 2 subjek yaitu dengan HU masing masing 50 dan 73.

Tabel 4.6 menunjukkan tentang nilai sensitivitas dan spesifisitas dari penelitian TTNA dengan tuntunan CT scan toraks

Tabel 4.6 Tabel 2x2

Diagnosis akhir

(18)

Pada tabel 4.6 yang menjelaskan tentang nilai sensitivitas dan spesifisitas, jumlah subjek penelitian yang didapat dimasukkan kedalam tabel 2x2 hanya sebanyak 38 subjek penelitian dari total subjek yaitu 45. Hal ini disebabkan hasil

sitologi TTNA yang tidak representatif untuk dinilai sebanyak 4 subjek, hasil sitologi C5 (malignansi) tanpa diketahui jenis sel sebanyak 2 subjek, hasil sitologi C3 atipical smear pada 1 subjek. Jadi total sebanyak 7 subjek yang tidak dapat di masukkan kedalam tabel 2x2 dikarenakan hasil sitologi yang belum jelas apakah kanker paru atau bukan kanker paru.

Pada tabel 2x2, diagnosis akhir pada setiap subjek penelitian bukan berdasarkan Gold standar diagnosis yaitu histopatologi, tapi diagnosis akhir berdasarkan pada gabungan diagnostik yang dilakukan pada setiap subjek penelitian yaitu dapat berupa hasil sitologi BAL dan brushing dari bronkoskopi, sitologi sputum, FNAB, ataupun sitologi cairan pleura.

Perhitungan atas hasil tersebut menghasilkan sebagai berikut: Sensitivitas : a / (a+c) = 78,3%

Spesifisitas : d / (b+d) = 100% Nilai duga positif : a / (a+b) = 100% Nilai duga negatif : d / (c+d) = 75%

Pada tabel 4.6 memperlihatkan hasil penelitian pada 45 subjek didapatkan nilai sensitivitas TTNA dengan tuntunan CT Scan toraks dalam menegakkan diagnosis kanker paru yaitu sebesar 78,3%, dengan nilai spesifisitas sebesar 100%. Nilai duga positif didapatkan nilai sebesar 100%, dan nilai duga negatif didapatkan sebesar 75%.

4.1.5 Komplikasi TTNA

(19)

4.1.6 Kedalaman lesi

Tabel 4.7 menjelaskan hasil penelitian pada 45 subjek penelitian yang dilakukan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks diukur kedalaman lesi dari dinding dada.

Tabel 4.7 Kedalaman lesi (cm)

Nilai N %

3-4,9 5-6,9 7-8

17 22 6

37,77 48,90 13,33

Total 45 100,00

Pada tabel 4.7 memperlihatkan kedalaman lesi yang paling dekat dengan dinding dada 3 cm dan kedalaman lesi dari dinding dada yang paling jauh 8 cm. Dengan nilai rata-rata kedalaman lesi adalah 5,06 cm. Kedalaman lesi masih dapat dijangkau dengan jarum spinocain no. 25G.

4.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di rumah sakit umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang melibatkan 45 orang subjek penelitian yang dicurigai kanker paru. Dari seluruh subjek penelitian didapat jenis kelamin laki-laki adalah 36 orang (80,00%) dan dengan jenis kelamin perempuan 9 orang (20,00%) seperti terlihat

(20)

Gambaran tentang jumlah penderita diatas sebenarnya dapat digunakan untuk memprediksi populasi yang lebih luas, dan didukung oleh hasil pada penelitian ini sehingga dapat disimpulkan bahwa laki laki mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya kanker paru dibanding dengan perempuan. Salah satu

penyebabnya adalah bahwa kebiasaan laki-laki merokok lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Data Riskesdas tahun 2007 memperlihatkan data bahwa 55,7 % laki laki di indonesia merupakan perokok, dan dibandingkan data bahwa pada wanita jumlah perokok hanya 4,4 % (Kemenkes,2007)

Pada penelitian ini rentang umur subjek penderita berkisar 19-78 tahun dengan jumlah rentang umur yang terbanyak pada rentang 39-48 tahun sebanyak 12 orang, diikuti rentang 59-68 tahun sebanyak 11 orang, dengan umur termuda pada penelitian ini adalah 19 tahun dan yang paling tua umur 78 tahun. Kelompok umur rata-rata pada subjek penelitian adalah 49,07 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Nema dkk di dapati rata-rata umur pasien yang dilakukan TTNA pada umur 60-69 tahun, di ikuti subjek dengan rentang 50-69 tahun (Nema,2012). Filippo Dkk melakukan penelitian didapatkan subjek yang dilakukan TTNA dengan Tuntunan CT Scan toraks didapati rentang umur penderita 36-90 tahun, dengan umur rata-rata 70 tahun (De filippo,2014). Dari seluruh subjek penelitian yang di teliti sebanyak 45 orang, 32 orang merupakan perokok sedangkan tidak perokok ditemukan pada 13 orang. Dari 18 orang yang tegak didiagnosis kanker paru, 16 orang merupakan perokok dan 2 orang tidak perokok. Dari 18 orang yang didiagnosis kanker paru, 17 orang diantaranya adalah laki-laki dan 1 orang perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan karakteristik subjek penelitian dimana subjek yang diduga menderita kanker paru adalah laki-laki dengan umur > 40 tahun dan perokok. Iritasi tembakau dan karsinogen merusak sel-sel di paru,

(21)

Pada penelitian ini hasil konfirmasi sitologi TTNA yang dibacakan oleh ahli patologi anatomi yang menunjukkan keganasan dengan interpretasi C5 (malignansi) sebanyak 28 subjek (62,23%). Dari 28 subjek penelitian dengan C5 (malignansi) didapatkan diagnosis kanker paru sebanyak 18 subjek. Pada 18

subjek penelitian yang sudah didiagnosis kanker paru, jenis sel adenokarsinoma merupakan jenis sel terbanyak yaitu pada 16 subjek, sedangkan skuamous sel karsinoma ditemukan pada 2 subjek penelitian. Pada jenis sel adenokarsinoma yang paling banyak ditemukan adalah subjek dengan jenis kelamin laki-laki, sementara pada jenis sel skuamous sel karsinoma semuanya laki-laki (tabel 4.3). Jenis keganasan lain diluar kanker paru yang ditemukan antara lain seminoma, teratoma imatur, non hodgkin limfoma, tumor sel germinal, timoma. Stanley loh dkk meneliti dari 399 subjek penelitian dengan hasil TTNA positif, sel adenokarsinoma sebanyak 113 orang, dan skuamous sel karsinoma sebanyak 31 orang (EK loh,2013). Wahyuni dkk meneliti dari 40 subjek yang diteliti didapatkan hasil TTNA positif adenokarsinoma sebanyak 26 orang, sedangkan sel skuamous karsinoma sebanyak 3 orang (Wahyuni,2011). Hasil ini mendukung bahwa jenis adenokarsinoma merupakan jenis sel yang paling sering dijumpai.

Tabel 4.1 memperlihatkan interpretasi hasil sitologi TTNA: C1 (inadekuat) sebanyak 4 orang (8,9%), C2 (benign) sebanyak 12 orang (26,67%), C3 (atypical smear) sebanyak 1 orang (2,2%). C4 (curiga malignansi) tidak ditemukan. Dari

hasil interpretasi sitologi C1 (inadekuat) bisa disebabkan karena pembacaan hasil sitologi dari sampel tidak langsung dilakukan oleh ahli patologi anatomi, karena ahli patologi anatomi tidak on-site sehingga tidak bisa mengevaluasi adekuat atau tidaknya sampel. Beberapa penelitian menunjukkan penilaian langsung sampel oleh ahli patologi anatomi pada saat pengambilan sampel meningkatkan nilai

(22)

Pada gambar 4.5 memperlihatkan interpretasi sitologi TTNA dan didapatkan diagnosis kanker paru pada 18 subjek (40%), yang bukan kanker paru pada 20 subjek (44,5%), hasil yang tidak representatif pada 4 subjek (8,9%), hasil sitologi C3 (atipikal smear) pada 1 subjek (2,2%) dan hasil C5 (malignansi) tanpa

jenis sel sebanyak 2 subjek (4,4%). Aktas dkk melaporkan hasil penelitian pada 94 orang yang dilakukan tindakan TTNA didapatkan hasil sitologi berupa keganasan sebesar 57 orang (60,6%), hasil sitologi berupa jinak (benign) sebanyak 22 orang (23,4%) dan yang tidak terdiagnosis sebanyak 15 orang (16%) (Aktas,2014)

Pada tabel 4.5 menunjukkan nilai HU pada kelompok kanker paru jenis sel adenokarsinoma. Nilai HU terbanyak pada rentang 41-50 dengan 6 subjek penelitian dengan HU terendah 28 dan HU tertinggi 73. Nilai rata rata HU pada kelompok kanker paru jenis adenokarsinoma adalah 47,31. Untuk kelompok kanker paru jenis skuamous sel karsinoma hanya didapatkan pada 2 subjek yaitu dengan HU masing masing 50 dan 73. Hasil dari penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Herlambang dalam meneliti karakteristik jenis kanker paru berdasarkan peningkatan densitas, dimana didapatkan perbedaan Housfield Unit (HU) pada jenis sel ganas yaitu antara 55 – 80 HU dimana karsinoma epidermoid mempunyai ukuran HU paling tinggi (80 HU) dan, diikuti

adenocarcinoma (67 HU), small cell ( 62 HU), large cell (61 HU) dan yang

paling rendah jenis undifferentiated/ malignant cell (55 HU) (Herlambang,2003) Pada tabel 4.6 didapatkan hasil nilai sensitivitas TTNA dalam menegakkan diagnosis kanker paru sebesar 78,3%. Sedangkan nilai spesifisitas sebesar 100%. Nilai duga positif didapatkan sebesar 100%, sedangkan nilai duga negatif sebesar 75%. Priola dkk melaporkan nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, dan

(23)

dalam mendiagnosis lesi yang dicurigai menderita tuberkulosis (Beg,2002). Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dkk tahun 2009 di RS Persahabatan dalam mendiagnosis lesi di paru yang dicurigai keganasan dengan membandingkan hasil bronkoskopi dengan TTNA dengan jarum spinal no 25G,

didapatkan hasil akurasi yang lebih tinggi dengan teknik TTNA menggunakan jarum spinal no 25G sebesar 80 % dibandingkan dengan bronkoskopi sebesar 50 % (Wahyuni,2011). Dari hasil penelitian ini nilai sensitivitas dan spesifisitas yang didapat cukup tinggi walaupun nilainya lebih rendah dibandingkan penelitian oleh Lima dan Wahyuni dkk. Dari hasil penelitian ini ternyata TTNA dengan tuntunan CT scan toraks mampu menegakkan diagnosis kanker paru, sehingga prosedur tindakan ini dapat dipakai sebagai alternatif diagnostik dalam menegakkan kanker paru.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil kepositipan dari TTNA antara lain seperti jenis jarum dan ukuran jarum yang digunakan. Jenis jarum yag digunakan pada penelitian adalah jarum spinocain no 25G yang merupakan jarum aspirasi yang fleksibel dan lentur sehingga ketika dilakukan TTNA jarum dapat menyimpang dari posisi sebenarnya. Jarum biopsi inti otomatis (automated core biopsy needle) merupakan jenis jarum yang lebih baik digunakan karena dengan

mekanisme pegas dapat mengambil sampel lebih baik dan lebih adekuat dan jarum yang digunakan tidak lentur (Birchard,2011;Neyaz,2012). Nema dkk melaporkan tingkat akurasi sebesar 93% pada sampel yang dilakukan TTNA dengan menggunakan core biopsy pada pada lesi perifer. Ukuran jarum yang di gunakan pada penelitian ini adalah no 25G yang merupakan ukuran kecil. Ukuran dari jarum mempengaruhi banyaknya sampel yang dapat diambil sehingga sampel

(24)

Pada penelitian Lee dkk melakukan prosedur TTNA dengan tuntunan C-arm cone-beam CT (CBCT) ternyata memberikan hasil yang baik dengan nilai

sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, dan nilai duga negatif pada tindakan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks adalah masing-masing sebesar 93,1%,

100%, 100% dan 90%. Dari beberapa hasil penelitian yang didapatkan dapat dipakai alternatif modalitas diagnostik yang lain selain tuntunan CT scan toraks konvensional untuk meningkatkan nilai diagnostik seperti CT fluoroscopy dan CBCT karena CT fluoroscopy ataupun CBCT mempunyai hasil sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam tuntunan tindakan TTNA karena dapat memberikan visualisasi yang lebih baik dibandingkan dengan CT konvensional (Lee,2012).

Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya komplikasi TTNA seperti pneumotoraks, perdarahan,dan hemoptisis. Komplikasi yang sering terjadi akibat TTNA antar lain pneumotoraks, emboli, perdarahan, hemoptisis. Komplikasi pneumotoraks yang dilaporkan berkisar 9-54% dengan rata-rata 20 %. Komplikasi perdarahan dilaporkan sebesar 11%, sedangkan hemoptisis dilaporkan berkisar 7 %. Nema dkk melaporkan hasil penelitian pada 43 orang yang dilakukan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks didapatkan komplikasi berupa pneumotoraks sebesar 4,7 % (Nema,2012).Lee dkk melaporkan hasil penelitian TTNA pada 94 orang, dimana didapatkan komplikasi berupa pneumotoraks pada 24 orang (25,5%). Komplikasi berupa perdarahan dijumpai pada 43 orang (45,7%) (Lee,2012).Branden dkk melaporkan komplikasi TTNA dengan CT scan toraks sebesar 34%, dan 17% dilakukan pemasangan selang dada (Branden,2014) Komplikasi yang timbul dapat diakibatkan oleh ukuran jarum yang dipakai dimana semakin besar ukuran jarum yang dipakai semakin besar pula risiko komplikasi yang terjadi dibandingkan dengan ukuran jarum yang lebih kecil.

(25)

terkena jaringan, organ maupun pembuluh darah semakin besar. Pada penelitian ini jarum yang dipakai ukuran 25G yang merupakan ukuran jarum yang kecil, hal ini memungkinkan komplikasi yang terjadi lebih rendah berupa pneumotoraks. Namun kelemahan ukuran jarum seperti no 25G pada penelitian ini sampel yang

didapatkan sedikit sehingga kurang adekuat untuk diagnosis. Priola dkk melaporkan dari 73 subjek yang dilakukan TTNA dengan ukuran jarum yang digunakan 14G dan 18G, ternyata risiko komplikasi lebih banyak dengan menggunakan jarum 14G, dibanding 18G. Shaukat dkk melaporkan komplikasi pneumotoraks sebesar 25% dengan menggunakan jarum 18G dibandingkan komplikasi pneumotoraks sebesar 26 % dengan menggunakan jarum 20G dan 22G pada tindakan TTNA dengan tuntutan CT scan toraks. Pada penelitian ini evaluasi komplikasi hanya berdasarkan gejala klinis pada subjek penelitian setelah dilakukan tindakan TTNA apakah dijumpai sesak napas tiba-tiba, maupun perdarahan. Pemeriksaan foto toraks setelah tindakan TTNA dapat dilakukan untuk mengevaluasi apakah ditemukan komplikasi pasca tindakan. Lee dkk melaporkan penilaian evaluasi tindakan dengan foto toraks dilakukan 4 jam pasca tindakan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks untuk menilai adanya komplikasi. Nema dkk melakukan penilaian evaluasi komplikasi pasca tindakan TTNA dengan foto toraks yaitu ½ jam pasca tindakan TTNA (shaukat,2006;Priola,2010;lee,2012;Nema,2012).

Keterbatasan dari penelitian ini adalah pada subjek penelitian yang kecil yaitu 45 subjek. Hal ini terjadi dikarenakan sulit dalam mendapatkan subjek penelitian yang baik dan memenuhi kriteria. Keterbatasan lain adalah dalam melakukan penilaian dan evaluasi mengenai komplikasi hanya berdasarkan kepada observasi gejala klinis, tidak ada melakukan evaluasi dengan foto toraks.

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat akurasi diagnostik TTNA dengan tuntunan CT scan toraks dalam menegakkan diagnostik kanker

paru. Dari hasil penelitian didapat :

1. Umur terbanyak pada rentang umur 39-48 tahun sebanyak 12 subjek

(26,7%)

2. Jenis kelamin terbanyak dalam penelitian ini adalah laki-laki (80,00%) 3. Pekerjaan swasta merupakan pekerjaan yang paling banyak sebanyak 33

orang ( 73,34%)

4. Faktor risiko terbanyak dijumpai adalah merokok (71,1%)

5. Nilai sensitivitas TTNA yaitu 78,3%, dengan nilai spesifisitas sebesar

100%. Nilai duga positif didapatkan nilai sebesar 100%, dan nilai duga negatif didapatkan sebesar 75%.

6. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya komplikasi seperti

pneumotoraks, hemoptisis maupun perdarahan.

7. Hasil sitologi TTNA berupa kanker paru (40,00%) dan bukan kanker paru

(44,5%)

8. Pada kelompok kanker paru jenis sel terbanyak adalah adenokarsinoma

(88,9%), skuamous sel karsinoma (11,1%)

9. Nilai Hounsfield Unit (HU) rata rata adalah 45,31. Dengan nilai terendah

20, dan tertinggi 73. Rentang nilai terbanyak 41-50 (37,9%)

10. Jarak kedalaman lesi dari dinding dada didapatkan rata-rata adalah 5,06

cm 5.2. Saran

1. Untuk penelitian berikutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

dilakukan pada populasi yang lebih besar

2. Tindakan TTNA dengan tuntunan CT scan toraks ini agar lebih sering

(27)

3. Untuk mendapatkan nilai akurasi lebih tinggi selanjutnya tindakan TTNA

dapat dilakukan dengan ROSE (rapid on site evaluation) dengan bantuan ahli patologi anatomi.

4. Pada tindakan TTNA sebaiknya menggunakan jarum dengan ukuran jarum

yang lebih besar dari 25G seperti ukuran 18G atau dengan jarum core biopsy untuk meningkatkan akurasi diagnostik.

5. Untuk tindakan TTNA selanjutnya dapat menggunakan modalitas lain selain

Gambar

Gambar 4.1. Diagram karakteristik sampel berdasarkan umur
Gambar 4.3. Diagram karakteristik subjek penelitian berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.1 Hasil sitologi TTNA
Tabel 4.2 Hasil sitologi TTNA C5
+5

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.2 Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Gula yang Dikonversi IV-7 Gambar 4.3 Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Nilai Ph IV-9 Gambar 4.4 Pengaruh Penurunan Emisi Gas

funeral chants, songs and poems. The ritual is often held for rveeks, months, or years after the death. until the deceased's family had raised a significant amount of

data pasien penyakit jantung dengan menggunakan faktor-faktor yang. mempengaruhi pasien menderita

Your food will take longer to defrost if the temperature ofyour refrigerator is several degrees lower.. Place your frozen food on a plate or dish to prevent

Oberndorfer (2009) examined the relationship between the development of the energy market, price of energy and stock prices in Eurozone from 2002-2007 using ARCH and GARCH

• Please describe the detail concept of this program, includes number of participants, level of participants and methodology to measure the successful of program..6. THE BEST

flitsal match, basketball match, singing contest, speech contest, and classroom contest.. The second day is basketball

Metode klasifikasi yang sering digunakan adalah metode klasifikasi berstruktur pohon, diantaranya yaitu QUEST ( Quick, Unbiased, Efficient Statistical Trees ) dan