• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Makalah Metodologi Penelitian (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Resume Makalah Metodologi Penelitian (1)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN

Masalah, Asumsi, dan Pendekatan Eksplorasi Masalah dalam Penelitian Kuantitatif

Pengertian dan Sumber Inspirasi Masalah Penelitian 1. Pengertian Masalah Penelitian

Pendapat Singh (2006); dan Sukardi (2009), dapat disimpulkan bahwa karakteristik masalah penelitian yang potensial dan signifikan dituntut memenuhi beberapa persyaratan yaitu dapat diteliti ; memiliki kontribusi signifikan; didukung data empiris; dan sesuai kemampuan peneliti. Menurut beberapa pandangan di atas dapat dikatakan bahwa masalah dalam penelitian, mengandung makna : adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan sesuatu yang dirasakan perlu adanya perubahan, proses yang tidak berjalan dengan baik, kesulitan yang harus dipecahkan, segera memerlukan jawaban, dan layak untuk diteliti.

prinsip-prinsip berdemokrasi pada kelompok subjek dan wilayah tertentu. 2. Sumber Inspirasi Masalah Penelitian

Sumber masalah penelitian yang sejati adalah alam semesta dengan segala isi dan semua fenomena yang ada di dalamnya. Seorang peneliti dianjurkan untuk mengarahkan perhatiannya dan menggunakan segala kemampuan yang dimiliki untuk melakukan identifikasi masalah masalah yang mungkin timbul diakibatkan oleh keberadaan dan laju perubahan serta dinamika yang terjadi pada alam semesta ini. Namun, perlu disadari bahwa untuk mengangkat permasalahan secara langsung dari pengalaman empiris dalam konteks kehidupan di alam semesta ini, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Hanya para ahli, pengamat, pendidik, dan praktisi yang terlatih dan berwawasan luaslah yang mampu mengidentifikasi berbagai kesenjangan yang terjadi di lingkungan dimana yang bersangkutan berada dan dijadikan permasalahan penelitian yang berbobot. Kekurang mampuan peneliti dalam hal ini, sering hanya akan menghasilkan masalah masalah penelitian yang dangkal, trivial dan parsial (isolated), serta kurang memiliki delta sumbangan yang signifikan, baik bagi pengembangan dan penerapan pada ranah teoretis maupun ranah empiris.

Pengembangan dan Kelayakan Masalah Penelitian 1. Pengembangan Masalah Penelitian

(2)

penelitian. Pertama, pendekatan ini dapat memberikan inspirasi kepada peneliti untuk mengembangkan pemikiran yang sejalan atau setara dengan paradigma penelitian yang telah ada. Kedua, pendekatan ini dapat memberikan inspirasi untuk digunakannya metodologi yang telah terbukti sukses dalam khazanah penelitian bidang dan waktu yang lain. Sebagai contoh peneliti yang tertarik pada masalah pengembangan 'usaha kecil agro-industri' dapat menggunakan pendekatan penelitian yang selama ini telah berhasil digunakan di suatu tempat atau di suatu negara untuk diterapkan di tempat atau negara lain. Penggunaannya pendekatan analogi masalah ini dapat diarahkan bukan hanya pada penelitian 'usaha kecil agro-industri', tetapi dapat digunakan di luar konteks bidang penelitian sebelumnya yang memiliki Karakteristik wilayah atau bidang penelitian yang relatif sama. Hal serupa dapat dilakukan dalam penelitian di bidang pendidikan, pengembangan ipteks, masalah-masalah sosial-humaniora, bidang lingkungan dan sebagainya.

(3)

Gambar 3.1 Peta Permasalahan Penelitian

Berdasarkan skema peta permasalahan sebagaimana Gambar 3.1, peneliti dapat mengidentifikasi dan menjabarkan permasalahan sarana pendidikan ke dalam unsur-unsur yang saling terkait, kemudian memusatkan kajiannya pada unsur-unsur atau aspek-aspek tertentu yang dijadikan fokus kajian berdasarkan tingkat signifikansi masalahnya. Keterkaitan aspek masalah penelitian yang akan dikaji dengan konteks yang lebih luas sebagai 'slot' dengan cara ini dapat dipertahankan. Penggunaan pendekatan ini sangat bermanfaat untuk masalah masalah yang ruang-lingkup cakupannya yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan satu kegiatan penelitian. Akan tetapi masalah tersebut menuntut diselesaikan secara setahap demi setahap, dan dengan beberapa topik dan kegiatan penelitian.

Pendekatan analisis morfologi, analisis morfologi ini bertumpu pada suatu proses yang terdiri atas tiga langkah dalam pengembangan masalah penelitian. Ketika langkah tersebut yaitu: (1) identifikasi faktor-faktor atau dimensi-dimensi utama dari suatu masalah; (2) mendaftar berbagai atribut atau tingkatan dari faktor-faktor tersebut (variasi keadaan yang dapat terjadi pada faktor-faktor terkait); dan (3) merumuskan berbagai pola hubungan yang mungkin terjadi antara faktor-faktor yang dijadikan objek kajian.

2. Tolok Ukur Kelayakan Masalah Penelitian

(4)

berdasarkan paradigma berpikir akronim "FINER" (Danakusuma, 2000) sebagai acuan. Dimensi dari akromin 'FINER' tersebut, meliputi F (feasiblity, kelayakan); I (interesting, ketertarikan/ minat); N (novelty, kebaruan): E (ethic, etika); dan R (relevancy, relevan). Kriteria dimensi kelayakan dalam memilih dan mengembangkan masalah penelitian meliputi indikator kelayakan dari mana ranah keilmuan, kepakaran, waktu, dana, dan tenaga, serta pendukung yang lainnya. Indikator kelayakan ini menjadi pertimbangan utama dalam memilih dan menetapkan suatu masalah yang dijadikan objek kajian. Jawaban atas pertanyaan yang terkait dengan indikator kelayakan tentunya melekat pada konteks dan tujuan penelitian yang dilakukan. Misalnya, konteks dari tujuan penelitian untuk penyelesaian studi (S1,S2, atau S3), penyelesaian masalah yang terkait dengan pengembangan kepakaran, tuntutan dinamika masalah di masyarakat, tuntutan sponsor, dan lain sebagainya.

Indikator dari dimensi ketertarikan/peminatan, lebih terkait dengan kondisi internal dan eksternal peneliti. Kondisi internal peneliti berupa ketertarikan peneliti terhadap masalah yang akan dijadikan objek kajian. Sedangkan kondisi eksternal peneliti lebih berubah ketertarikan pembimbing, konsultan, atau berbagai pihak yang berperan sebagai sponsor terhadap masalah yang akan dijadikan objek kajian penelitian. Masalah penelitian yang dikaji, apabila memenuhi kriteria ketertarikan dari peneliti yang bersangkutan, dari pihak konsultan atau pembimbing, dan juga pihak sponsor, atau pihak lain yang relevan berpotensi besar dari sisi kelancaran proses lebih terjamin, dan dari sisi hasil akan lebih berpotensi signifikan delta sumbangannya.

Indikator dari dimensi kebaruan, lebih berorientasi untuk menjawab pertanyaan yang terkait dengan nilai tambah, baik pada ranah teoretis maupun ranah empiris dalam kehidupan. Adakah sesuatu yang baru (kebaruan atau nilai tambah) yang dihasilkan dari masalah yang akan dijadikan objek? Jawaban atas pertanyaan ini, dapat berupa aspek kebaruan dari sisi substansi masalah, metode penelitian, pengembangan instrumen, teknik analisis data, dan lain sebagainya yang menjadi ciri adanya nilai tambah dari teori atau temuan yang sudah ada.

Indikator dari dimensi etika, lebih mengacu pada tata-nilai atau norma-norma yang berlaku pada masyarakat sebagai latar, subjek, atau objek penelitian. Masalah penelitian yang dijadikan objek kajian sebaiknya selain memenuhi ketika persyaratan sebelumnya (kelayakan, ketertarikan, dan kebaruan), juga perlu mempertimbangkan kesesuaian dengan tata-nilai dan norma yang dianut subjek atau objek kajian. Dengan memperhatikan aspek etika ini, diharapkan masalah yang dikaji, proses dan hasil kegiatan penelitian tidak bertentangan dengan tata-nilai dan norma-norma yang berlaku pada wilayah subjek atau objek yang dikaji. Terutama, baik tata-nilai dan norma akademik maupun tata-nilai dan norma non-akademik.

(5)

menjadi penting dijadikan pertimbangan agar peneliti memiliki kerangka pikir yang memadai dalam mengidentifikasi masalah sampai menetapkan alternatif pemecahan masalah. Di samping itu, untuk kepentingan pengembangan dan pendalaman keilmuan melalui kegiatan penelitian menjadi lebih terarah dan jelas akumulasi dari Sinergi hasil temuannya. Fenomena yang terakhir ini dapat dilihat dari gambar peta jalan (roadmap) Penelitian yang dilakukan pada bidang yang dijadikan objek kajian. Dengan dukungan peta jalan yang memadai dari masalah yang akan dikaji dapat segera dianalisis dan ditentukan aspek kebaruan dan potensi delta sumbangan dari penelitian.

Perumusan Masalah

Peneliti sebelum menentukan pilihan masalah yang akan diteliti, Ndak nya meyakinkan dirinya terlebih dahulu Bahwa masalah yang dipilihnya memang pantas/layak (feasible), baik secara akademis maupun non-akademis untuk diteliti. Kepastian ini dapat diperoleh melalui berbagai sumber yang antara lain dari urgensi masalah yang akan dikaji dalam kaitan dengan pemanfaatan tertentu. Misalnya, kemanfaatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat umum atau ke bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat umum atau kemanfaatan lebih pada pengembangann teoretis. Selain itu juga perlu dipertimbangkan keterkaitan dengan konteks permasalahan yang lebih luas, dan kejelasan posisinya dalam ranah keilmuannya. Pada prinsipnya peneliti dalam menentukan masalah penelitian harus mengacu terhadap jawaban atas pertanyaan "mengapa masalah ini harus dijawab melalui kegiatan penelitian?".

Apabila penetapan masalah penelitian sudah sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan, maka peneliti perlu menyusun rencana pelaksanaan penelitian. Rencana kegiatan penelitian ini lazimnya diwujudkan dalam bentuk proposal penelitian sebagai representasi upaya mencari jawaban sesuai dengan kaidah keilmuan atas suatu pertanyaan yang ditetapkan. Representasi upaya menjawab permasalahan yang memenuhi kriteria signifikansi masalah dalam wujud proposal penelitian dengan disertai penjelasan tentang 'kemengapaannya'. Penjelasan tentang kemengapaannya ini lazimnya diberikan pada bagian yang disebut latar (belakang) masalah. Dengan menulis latar belakang masalah, peneliti berusaha untuk meyakinkan kepada peneliti sendiri, meyakinkan kepada anggota tim peneliti)(apabila dilakukan secara kelompok), dan pihak-pihak lain yang terkait (pihak supervisor, sponsor, konsultan/pembimbing, penguji, panitia, dan sebagainya). Bahwa penelitian yang direncanakan memang benar-benar bernilai tambah dan layak diteliti, serta sesuai dengan kaidah-kaidah dalam mencari kebenaran pada ranah keilmuan.

(6)

yang akan diteliti dan memiliki gambaran yang jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Misalnya, variabel yang dijadikan objek kajian, jenis data yang akandikumpulkan, instrumen penelitian yang akan digunakan, dan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan, dan target populasi dan sampel penelitian. Menurut Ary, dkk. (1985) perumusan masalah yang baik harus memenuhi dua syarat: (1) menyebutkan dengan jelas apa yang akan dicari jawabannya, dan (2) jelas batasan yang dijadikan ruang lingkupnya. Kedua syarat ini dapat dipenuhi apabila peneliti menyebutkan dengan jelas hal-hal sebagai berikut: variabel-variabel yang dikaji; hubungan di antara variabel-variabel yang dikaji; populasi terkait atau sasaran kajian yang paling jelas keterkaitannya dengan permasalahan yang dikaji; dan berbagai atribut (lokasi, waktu, dana, perangkat pendukung) yang berfungsi membatasi lingkup kajian, tempat dan waktu terjadinya permasalahan, identitas khusus dari populasi atau bagian populasi yang bersangkutan.

Ditinjau dari cakupan aspek yang terkait, rumusan masalah penelitian operasional dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu rumusan masalah yang bersifat umum yang menunjukkan keseluruhan permasalahan penelitian secara utuh, dan rumusan masalah yang bersifat khusus yang berfokus pada aspek-aspek tertentu dari permasalahan yang dikaji. Berikut diberikan contoh rumusan masalah operasional yang disusun dalam bentuk rumusan umum dan rumusan khusus.

1. Bagaimanakah penerapan prinsip demokrasi dalam pemilihan calon kepala daerah pada masyarakat suku terasing di Indonesia (bentuk rumusan masalah yang bersifat umum). Sedangkan bentuk khusus dari rumusan masalah ini dapat diperikan berikut.

a. Apakah kriteria bagi calon kepala daerah? b. Siapakah yang mempunyai hak untuk memilih? c. Bagaimanakah mekanisme pencalonan kepala daerah? d. nakah mekanisme pelaksanaan pemilihannya?

e. Siapakah yang menetapkan keabsahan pemilihan proses dan hasil pemilihan?

f. Dan seterusnya!

2. Bagaimanakah pengaruh pemberlakuan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional terhadap peningkatan partisipasi masyarakatdan Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia (bentuk rumusan masalah yang bersifat umum). Bentuk khusus dari rumusan masalah ini dapat diperikan berikut. a. Bagaimanakah tingkat pemahaman masyarakat atas UU Sistem

Pendidikan Nasional?

(7)

c. Bagaimanakah tingkat pemahaman pelaku pendidikan atasUU Sistem Pendidikan Nasional?

d. Bagaimanakah pengaruh pemahaman pelaksanaan pendidikanatas UU sistem pendidikan nasional terhadap peningkatankualitas pendidikan nasional?

e. Dan seterusnya!

Ditinjau dari posisi variabel penelitiannya, perumusan masalah penelitian secara operasional meliputi pertanyaan yang terkait dengan pemerian dan hubungan antarvariabel yang dijadikan objek kajian. Bentuk rumusan masalah penelitian ditinjau dari aspek ini dapat dipilah menjadi tiga kelompok, yaitu mempertanyakan deskriptif, hubungan, dan komparatif variabel yang diteliti. Rumusan masalah penelitian kelompok pemerian variabel yaitu berupa suatu rumusan pertanyaan penelitian yang terkait dengan upaya pemerian, pencandraan, pemetaan, atau kualifikasi suatu fenomena, faktor, atau variabel yang dikaji. Contoh rumusan masalah penelitian kelompok pemerian variabel diberikan berikut. "Bagaimanakah tingkat narikan pembelajaran metodologi penelitian menurut mahasiswa peserta kuliah dikelas A?" Esensi jawaban atas pertanyaan penelitian ini lebih berupa pemerian, pencandraan, pemetaan, atau klasifikasi terrhadap tingkatkemenarikanpembelajaran menurut mahasiswa peserta kuliah.

Rumusan masalah penelitian kelompok hubungan variabel yaitu berupa suatu rumusan pertanyaan penelitian yang terkait dengan signifikansi hubungan antar variabel. Signifikansi hubungan antar variabel ini dapat bersifat hanya menjelaskan, meramalkan, atau mengontrol antar variabel, fenomena, atau faktor yang dikaji. Contoh rumusan masalah penelitian kelompok hubungan variabel yang sekadar menjelaskan hubungan diberikan berikut. "Apakah ada hubungan yang signifikan antara warna dan bentuk rambut antara pasangan suami, istri dan anak keturunannya?" Esensi jawaban atas pertanyaan penelitian ini lebih berupa signifikansi hubungan warna dan bentuk rambut antara pasangan suami-istri dan anaknya. Dalam upaya menjawab pertanyaan ini, peneliti tidak perlu melakukan manipulasi variabel warna dan bentuk rambut, karena peristiwanya sudah berlangsung dan anak sudah lahir.

Contoh rumusan masalah penelitian kelompok hubungan variabel yang meramalkan hubungan variabel diberikan berikut. "Apakah ada hubungan yang signifikan antara warna dan bentuk rambut antara pasangan suami, istri dan anak pertamanya yang akan lahir pada bulan depan?" Esensi jawaban atas pertanyaan penelitian ini lebih berupa signifikansi hubungan warna dan bentuk rambut yang diramalkan antara pasangan suami, istri dan anaknya. Dalam upaya menjawab pertanyaan ini, peneliti tidak perlu melakukan manipulasi variabel warna dan bentuk rambut, karena peristiwanya sedang berlangsung, dan anak belum/sedang akan lahir.

(8)

fenomena, atau faktor yang dikaji. Signifikansi perbedaan antar variabel ini dipilah menjadi dua sesuai dengan sifat manipulasi yang dilakukan peneliti (tidak ada manipulasi, dan ada manipulasi variabel) dalam suatu penelitian. Contoh rumusan masalah penelitian kelompok membandingkan antarvariabel dengan tanpa memanipulasi variabel diberikan berikut. "Apakah ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil belajar metodologi penelitian di kelas A dan kelas B?" Esensi jawaban atas pertanyaan penelitian ini lebih berupa signifikansi perbedaan hasil belajar metodologi penelitian antara kelas A dan B. Kedua kelas berlangsung sebagaimana biasa dalam pembelajaran, tanpa ada perlakuan yang berbeda. Sedangkan contoh rumusan masalah penelitian kelompok membandingkan antarvariabel dengan memanipulasi variabel diberikan berikut. ‘Apakah ada perbedaan yang signifikan antara terata hasil belajar metodologi penelitian di kelas yang dikenakan metode A dan kelas yang dikenakan metode B mahasiswa program studi kependidikan?" Metode A adalah sebagai metode alternatif (perlakuan baru), dan metode B adalah metode yang selama ini dilakukan di program studi kependidikan. Esensi jawaban atas pertanyaan penelitian imi lebih berupa signifikansi perbedaan hasil belajar metodologi penelitian antara kelas A dan B (kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda). Secara analog, contoh yang terakhir ini, juga mewakili contoh pertanyaan penelitian kelompok mengontrol hubungan variabel yang dijadikan objek kajian Atau "Adakah perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa putra dan siswa putri di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)?”. Contoh rumasan masalah peneliti kelompok pengontrolan variabel diberikan berikut. “Apakah hasil belapar siswa putra lebih baik daripada siswa putri secara signifikan di Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Industri?”, Atau “Apakah kelompok siswa yang dikenai perlakuan pembelajaran metode X lebih unggul hasil belajarnya daripada kelompok siswa yang dikenai perlakuan pembelajaran metode Y?.

(9)

variabel, tetapi lebih dari itu, utamanya dalam kajian perilaku dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan fenomena dalam pembelajaran yang kita jadikan objek penelitian, misalnya hasil belajar siswa ini tidak akan segera jelas dan bermakna, bila hanya dijelaskan dengan hubungan antardua variabel. Dikarenakan representasi hasil belajar siswa pada bidang dan latar sekolah tertentu merupakan resultanta dari berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal dari diri siswa.

Asumsi dalam Penelitian Kuantitatif

Secara umum dalam konteks keilmuan atau dalam konteks pola berpikir ilmiah, asumsi sering dikonotasikan dengan anggapan. Dalam konteks kegiatan penelitian, asumsi diperlakukan sebagai anggapan dasar.

Asumsi diajukan oleh seorang peneliti, agar dapat memilih alternatif dalam mengembangkan rancangan penelitian yang memenuhi persyaratan sesuai tuntutan metodologis.

Asumsi dapat dibedakan menjadi 3 menurut sifatnya, yaitu asumsi yang bersifat konseptual, situasional/ probabilistik, dan pragmatik/ operasional. Asumsi bersifat konseptual, berakar pada pengakuan kebenaran terhadap teori tertentu. Asumsi bersifat situasional, diperlukan apabila peneliti melihat atau mengantisipasi adanya kondisi lokal atau situasi yang bersifat sementara. Asumsi bersifat pragmatik, asumsi ini bertolak dari masalah operasional yang sebenarnya masih di dalam jangkauan peneliti untuk mengendalikannya.

Pendekatan Eksplorasi Masalah Penelitian 1. Pengertian Eksplorasi Masalah Penelitian

Keberadaan masalah dalam kegiatan penelitian dapat dipandang sebagai fenomena, faktor, atau variabel yang bersifat antecedent (yang ada sebelum penelitia dilakukan). Untuk itu keberadaan, dan tingkat signifikansi masalah penelitian menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Berikut beberapa alasan, diantaranya:

a) Masalah penelitian adalah sesuatu yang akan dicari alternatif jawabannya melalui logika dan berpikir ilmiah.

b) Masalah penelitian dapat dipandang sebagai dasar terjadinya dialektika/ cara penyelidikan dalam perkembangan teori dan penelitian.

c) Masalah penelitian dapat dijadikan tolok ukur perlu-tidaknya penelitian dilakukan

(10)

e) Masalah penelitian sebagai dasar untuk memilih, menetapkan, mengkaji, dan merekam, serta memanfaatkan sumber pustaka yang relevan.

f) Masalah penelitian sebagai dasar untuk menetapkan metode, rancangan, alat pengumpul data dan teknik analisis.

g) Masalah penelitian sebagai tolok ukur untuk menetapkan besar kecilnya biaya penelitian yang dilakukan.

2. Pendekatan Eksplorasi Masalah penelitian

Pendekatan eksplorasi masalah dapat memfasilitasi ditemukannya masalah penelitian yang baru, berbobot, signifikan, layak, dan sesuai konteks bidang, ruang, dan waktu. Untuk itu, Long, dkk (1986) menyarankan tiga macam pendekatan dalam melakukan eksplorasi masalah penelitian.Ketiga pendekatan tersebut, yaitu pendekatan berorientasi pada masalah (problem oriented), berorientasi pada proses (process oriented), dan berorientasi pada kondisi yang ada (expediency oriented).

PENDEKATAN EKSPLORASI MASALAH

(11)

Variabel penelitian menurut creswell (2012) dapat diartikan sebagai atur boot dalam penelitian yang berupa, orang atau kegiatan yang memiliki variasi nilai tertentu dan telah ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti. Hatch dan farhady dalam sugiyono (2013) memberikan batasan variabel adalah "atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi nilai antara satu orang dengan orang lainnya atau satu objek dengan objek lainnya". Sedangkan berdasarkan wikipedia pada variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu penelitian. Di samping itu. Kerlingerdalam sugiyono (2013) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dijadikan objek kajian peneliti.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, proses, atau kegiatan yang mempunyai variasi nilai tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dijadikan objek kajian. Contoh suatu variabel dan bukan variabel diberikan berikut ini. Jenis kelamin manusia adalah sebagai contoh suatu variabel; tinggi badan suatu variabel; berat badan suatu variabel; hasil belajar satu variabel; dan motivasi atau bakat seseorang sebagai suatu variabel. Contoh-contoh tersebut merupakan objek yang memiliki variasi nilai. Misalnya jenis kelamin mahasiswa memiliki variasi yaitu ada laki-laki, dan perempuan; tinggi dan berat badan mahasiswa memiliki variasi nilai, yaitu ada rendah, sedang dan tinggi, atau bahkan sangat tinggi dalam satuan tertentu, atau berat badan mahasiswa, yaitu berat, sedang dan ringan dalam satuan tertentu; hasil belajar, motivasi dan bakat mahasiswa memiliki variasi nilai, yaitu ada rendah, sedang, dan tinggi, atau bahkan sangat tinggi. Namun, konsep atau objek tentang laki-laki, atau perempuan, bukanlah tepat dikatakan sebagai variabel. Hal tersebut disebabkan objek laki-laki atau perempuan tidak memiliki variasi nilai.

Akhir dari aktivitas penelitian terhadap variabel/fenomena/faktor adalah menghasilkan simpulan sebagai representasi jawaban atas pertanyaan yang telah ditetapkan dan dirumuskan secara operasional. Perlu diperhatikan bahwa sebelum memilih variabel yang akan diteliti perlu melakukan kajian teoretis melalui telaah jurnal jurnal hasil penelitian yang relevan dan mutakhir, kajian laporan hasil penelitian sebelumnya yang sebidang, dan melakukan studi pendahuluan (preliminary study) terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti. Upaya melakukan kajian dan telaah referensi tersebut untuk menjelajah khazanah bidang ilmu yang akan diteliti dan memiliki pengetahuan khazanah perkembangan ilmu yang mutakhir. Dengan upaya ini diharapkan wawasan dan kerangka pikir penelitian tas masalah yang akan diteliti menjadi memadai untuk melakukan perimbangan terhadap penentuan konteks, aspek kebaruan (novelty), dan signifikansi masalah yang akan dijadikan objek kajian. Di samping itu, telaah referensi dilakukan untuk memfasilitasi dalam memilih dan menentukan lternatif strategi pemecahan (metode penelitian) yang akan digunakan.

(12)

kebaruan dalam telaah referensi yang dilakukan peneliti menjadi sangat strategis. Hal ini pula, Yang kadang menjadi kendala Peneliti, Utamanya pada peneliti yang masih pemula, Dan kurang rajin membaca dan merekam hasil telaahnya. Variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif lazimnya dipilah menjadi beberapa macam berdasarkan hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Pemilihan variabel penelitian yang lazim, Yaitu meliputi variabel bebas (Independent variable); Variabel moderator (Moderator variable); Variabel tergantung (dependent variable); Variabel antara (intervening variable); Dan variabel kontrol (control variabel), (Tuckman, 1999; Jhonson & Christensen, 2004). Ragam variabel, Makna dan posisinya setiap variabel dalam penelitian diuraikan berikut ini.

Variabel independen, Dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel bebas. Variabel bebas merupakan suatu fenomena faktor yang memiliki variasi nilai yang dapat mempengaruhi atau sebagai Penyebab terjadinya perubahan pada atribut variabel dependen (variabel terkait). Menurut Martono (2010), Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menimbulkan akibat pada variabel lain, Dan variabel bebas ini berada pada urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Kebad keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terhadap fokus, Tema, Tema atau topik penelitian. Menurut Sarwono (2011) variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang dapat diukur, Dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan dengan suatu gejala yang dijadikan objek kaian. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, Contoh variabel bebas dalam suatu penelitian adalah sesuatu objek, subjek, orang, barang, waktu, atau proses yang dari sisi urutan waktu keberadaannya lebih dahulu dan menjadi penyebab atau yang mempengaruhi keberadaan Variabel terikat yang dijadikan objek kajian, Teks secara langsung maupun tidak langsung.

Contoh keberadaan variabel bebas dalam suatu penelitian dapat diberikan berikut. Misalnya, Diterapkannya metode pembelajaran alternatif metode baru sebagai perlakuan dalam pembelajaran di suatu bidang studi tertentu pada kelas tertentu. Metode baru ini, Katakanlah metode pembelajaran baru (B), Sedangkan metode pembelajaran yang diterapkan di kelas tersebut selama ini adalah metode pembelajaran (A). Pengaruh penerapan metode pembelajaran baru (B) Akan dilihat dari hasil belajar setelah perlakuan dan pengukuran terhadap pengaruh perlakuan berakhir. Misalnya, Pengaruhnya terhadap skor hasil, Atau motivasi belajar, Kemenarikan pembelajaran sebagai variabel tergantung. Signifikansi pengaruh hasil belajar ini (Skor tes motivasi dan kemenarikan) Diukur melalui membandingkan antara kelas yang dikenai metode baru (B), Dan metode (A) dengan teknik analisis dan kriteria tertentu.

(13)

memiliki variasi nilai yang keberadaannya dipengaruhi atau sebagai akibat dari fenomena yang memiliki variasi nilai yang berperan sebagai variabel bebas. Sebagaimana pendapat Sarwono (2006) bahwa Variabel terikat adalah representasi variabel yang memberikan reaksi atau respons, Apabila dikaitkan dengan adanya perlakuan dari variabel bebas. Martono (2010) berpendapat bahwa Variabel terikat merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh keberadaan variabel bebas. Dengan kata lain, Variabel terikat adalah variabel yang keberadaannya diamati dan diukur untuk menentukan besaran pengaruh dari adanya perlakuan atau manipulasi variabel bebas.

Contoh representasi keberadaan variabel terikat dapat diberikan berikut. Analog dengan contoh variabel bebas di atas, Keberadaan hasil belajar pada suatu bidang studi dan kelas tertentu yang keberadaan sebagai akibat perlakuan atau manipulasi variabel metode pembelajaran baru (B) yang akan dibandingkan dengan pengaruh metode pembelajaran (A). Walaupun realitasnya, Keberadaan hasil belajar tersebut merupakan resultante dari banyak variabel bebas yang lain, Dan tidak hanya dapat dilihat secara linier diakibatkan oleh variabel metode pembelajaran baru (B) atau metode pembelajaran (A). Hal ini memberikan rambu-rambu kepada peneliti, Utamanya penelitian pendidikan pembelajaran yang notabene terkait dengan perubahan tingkah laku seseorang (mahasiswa, trainee, siswa) Sebagai Variabel terikat merupakan akumulasi dari sekian ragam faktor. Untuk itu, upaya untuk mengecilkan temuan yang memiliki validitas internal (internal validity) yang tinggi perlu melakukan identifikasi dan pengkondisian terhadap variabel bebas lain yang potensi ‘Mencemari’ Keberadaan variabel tergantung yang diamati. Upaya melakukan pengondisian variabel bebas lain tentunya berdasarkan pada skala prioritas dari hasil setelah teoritis dan empiris untuk menentukan posisi variabel lain sebagai variabel moderator atau variabel kontrol.

(14)

mempertinggi tingkat validitas internal dari suatu hasil penelitian. Untuk itu, Bukan variabel moderator lazimnya dilakukan pada desain penelitian eksperimental.

Contoh representasi keberadaan variabel moderator dalam suatu penelitian diberikan berikut Keberadaan hasil belajar (sebagai Variabel terikat) Yang diklaim sebagai akibat perlakuan atau manipulasi variabel metode pembelajaran baru (B) sebagai variabel bebas utama, Masih perlu dipertanyakan tingkat validitas internalnya (karena hasil belajar merupakan fenomena yang representasinya dari Resultanta banyak faktor). Untuk, Validitas internal hubungan antara metode pembelajaran baru (B) Dan hasil belajar, Maka perlu dipertimbangkan variasi pengaruh variabel kemampuan umum (IQ) Dari setiap peserta didik. Berdasarkan hasil telaah teoretis dan empiris, Misalnya keberadaan (IQ) Signifikan berpotensi memodifikasi keberadaan variabel hasil belajar dalam mengukur pengaruh metode pembelajaran baru (B). Variabel (IQ) yang dipertimbangkan pengaruh variasinya terhadap hasil belajar Inilah yang disebut sebagai variabel moderator. Pengaruh variasi (IQ) Ini diukur dan dipertimbangkan dengan melakukan analisis terhadap pengelompokan tingkat (IQ) Sampel menjadi beberapa kelompok sesuai hasil pengukuran yang dilakukan. Misalnya, (IQ) sampel dipilah menjadi empat variasi, yaitu (IQ) sangat tinggi (genius); (IQ) tinggi; (IQ) sedang; dan (IQ) rendah .

Variabel kontrol. Menurut Martono (2010) variabel kontrol merupakan variabel yang dibuat konstan pengaruhnya terhadap Variabel terikat, dalam hubungannya Antara variabel bebas utama dan Variabel terikat dalam suatu eksperimental yang berusaha membandingkan pengaruh perlakuan yang lebih dari dua kelompok Sarwono (2006), Menyimpulkan variabel kontrol keberadaannya dimaksudkan oleh peneliti yang berusaha untuk membersihkan, menghilangkan, atau menetralkan, Atau memperkecil pengaruh yang dapat mengganggu hubungan antara variabel bebas dan Variabel terikat. Dengan kata lain, Variabel kontrol adalah variabel yang keberadaannya dikendalikan atau dibuat relatif konstan atau relatif Netral pengaruhnya terhadap klaim hubungan variabel bebas utama dengan Variabel terikat yang diamati. Kiat pengendalian pengaruh selain variabel bebas utama terhadap variabel terikat, Sehingga relatif konstan dilakukan dengan tidak mempertimbangkan variasi pengaruh dari variabel lain, Selain variabel bebas utama Dan variabel moderator terhadap Variabel terikat.

(15)

pembelajaran baru (B) Dan hasil belajar, Maka perlu dipertimbangkan variasi pengaruh variabel kemampuan umum (IQ) Agar relatif konstan terhadap keberadaan variabel hasil belajar. Upaya membuat pengaruh variabel (IQ) Relatif konstan dengan cara mengeliminasi pengaruh variabel Dengan cara hanya dipertimbangkan dalam analisis untuk kelompok ber-IQ tertentu. Artinya, Dalam hal ini penelitian tidak mempertimbangkan adanya nilai variasi kelompok. Misalnya, (IQ) sampel sangat tinggi (genius); (IQ) tinggi; (IQ) sedang; dan (IQ) rendah. Namun, Analisis pengaruh metode pembelajaran baru (B) Hanya dilakukan pada sampel yang (IQ) sedang. Untuk itu, (IQ) sampel sangat tinggi (genius); IQ tinggi; dan IQ rendah tidak diikutkan dalam analisis dan pengaruh variabel (IQ) dibuat relatif konstan terhadap hasil belajar. Fenomena penyikapan terhadap variabel (IQ) seperti inilah yang disebut (IQ) diperankan sebagai variabel kontrol.

Variabel intervening. Menurut creswell (2012), Variabel intervening Atau variabel antara merupakan variabel yang keberadaannya menjadi jembatan, Mediasi atau menjadi ‘antara’ terjadinya pengaruh hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat. Keberadaan variabel intervening ini berperan sebagai remediasi pengaruh pengaruh dari manipulasi variabel bebas utama terhadap Variabel terikat yang diamati dan diukur. Sarwono (2006), menyebutkan keberadaan variabel bebas utama, variabel terikat, variabel moderator, dan variabel kontrol merupakan variabel konkrit dan dapat dimanipulasi dalam suatu penelitian. Namun, keberadaan variabel intervening berada, Sebab variabel ini secara teoritis akan berpotensi mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan terikat, Tetapi secara empiris sulit untuk dilakukan manipulasi atau di observasi oleh peneliti Pendapat lain dari Martono (2010), Variabel intervening merupakan variabel yang keberadaannya terletak diantara garis kontinum variabel bebas dan Variabel terikat Keberadaan pengaruh hubungan antara variabel bebas dan Variabel terikat Melalui mediasi keberadaan variabel ini, Untuk itu Urutan peristiwa nya dapat diilustrasikan variabel bebas-- variabel intervening-- Variabel terikat. Dengan kata lain, Variabel intervening merupakan variabel yang secara teoretis dapat mempengaruhi fenomena yang diamati dan diukur dalam hubungan antara variabel bebas dan terikat, Tetapi secara empiris sulit diamati, Sulit dimanipulasi, Maupun diukur.

(16)

variabel kemampuan umum (IQ). Selain pertimbangan ke dua variabel tersebut, sesungguhnya secara teoritis pengaruh hub hubungan antara variabel bebas, moderator, dan kontrol terhadap variabel terikat di jembatani oleh proses belajar peserta didik, yaitu interaksi antar peserta didik, dan interaksi dengan sumber belajar lain baik yang by desain atau yang by utilization, suasana kejiwaan peserta didik, dan lain sebagainya. Contoh jembatan pengaruh hubungan variabel bebas moderator dan kontrol terhadap variabel terikat tersebut sebagai representasi keberadaan variabel intervening. Variabel ini dalam penelitian pendidikan atau penelitian pembelajaran dapat diklaim akan keberadaannya, variabel ini dalam penelitian pendidikan atau penelitian pembelajaran dapat diklaim akan keberadaannya, utamanya terhadap variabel terikat.

B. Hipotesis penelitian

1. Pengertian dan Fungsi Hipotesis Penelitian

(17)

Mengapa keberadaan hipotesis menjadi penting dalam penelitian kuantitatif? untuk menjawab pertanyaan ini perlu kita berlandaskan pada fungsi dari suatu hipotesis, khususnya dalam kegiatan penelitian. Lima fungsi hipotesis dalam suatu kegiatan penelitian yang dapat disarikan dari pendapat Ashan dalam Singh (2006) sebagai berikut.

Pertama, hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara atas suatu masalah berdasarkan hasil kajian/telaah teori dan atau temuan penelitian sebelumnya. Dengan berangkat Tesis ini memungkinkan seorang peneliti untuk memulai penelitian. Jawaban sementara ini, terkandung maksud masih diperlukan proses verifikasi lebih lanjut untuk mendapatkan jawaban akhir atas untuk pertanyaan yang dijadikan sasaran penelitian

Kedua, hipotesis penelitian menjadi acuan dasar dan spesifik dalam mengembangkan fenomena yang diteliti untuk menghasilkan suatu pemecahan masalah yang dikaji. acuan dasar yang spesifik dalam hal ini sebagai representasi untuk memilih dalam menetapkan suatu proses penelitian (metode) yang mengarah pada diperolehnya jawaban atas masalah yang dijadikan objek kajian

Ketiga, suatu hipotesis penelitian berpotensi menjadi ilham atau menjadi inspirasi lahirnya pengembangan hipotesis lebih lanjut. Ilham atau inspirasi ebagai representasi adanya ritme fenomena dialekta dalam upaya mencari kebenaran ilmiah pada bidang tertentu. Artinya, atas suatu masalah pada bidang tertentu berpotensi untuk melahirkan masalah baru yang akan menuntut kiat pemecahan masalah yang lebih baru lagi.

Keempat, hipotesis penelitian awal sangat berpotensi menjadi bentuk jawaban akhir atas suatu masalah yang diteliti. Artinya, dalam merumuskan hipotesis yang akan diverifkasi keberadaan dengan data empiris sudah didasarkan pada hasil kajian teoretis yang relatif solid dan memadai. Keadaan ini berpotensi memperkecil kemungkinan kemunculan ‘keadaan ini berpotensi memperkecil kemungkinan kemunculan’ Keadaan ini berpotensi memperkecil kemungkinan kemunculan ‘hipotesis tandingan’ Setidaknya dalam interval waktu tertentu

Terakhir, hipotesis penelitian memfasilitasi peneliti melalui proposisi pertanyaan yang secara objektif dapat diuji berdasarkan teknik dan rumus statistik, Serta kriteria tertentu. Apakah hipotesis nol tersebut ditolak atau gagal ditolak sesuai kriteria yang diterapkan. Kalau hipotesis nol yang diverifikasi dengan data empiris ditolak, atau gagal ditolak, maka dapat diinterpretasikan hasil uji hipotesis untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Bilamana hipotesis nol gagal ditolak, maka dapat diinterpretasikan bahwa proposisi hipotesis alternatif (hipotesis penelitian) tidak didukung data empiris di lapangan. Namun, bilamana hipotesis nol ditolak, maka dapat diinterpreasikan bahwa proposisi hipotesis alternatif (hipotesis penelitian) didukung data empiris di lapangan. 2. Karakteristik dan Pentingnya Hipotesis Penelitian

(18)

dirumuskan dengan baik dan lugas agar hipotesis dapat berperan secara optimal sesuai karakteristik dan fungsinya. Sebagaimana karakteristik dasar hipotesis adalah menunjukkan secara jelas hubungan antar variabel (bebas dan terikat) yang akan diverifikasi dengan data empiris. Menurut martono (2010) terdapat lima karakteristik esensial hipotesis yang baik dalam penelitian (kuantitatif). Kelima karakteristik esensial suatu hipotesis penelitian yaitu menjadi penentu arah penetapan metode serta proses penelitian; dinyatakan dengan istilah sederhana dan mudah dipahami; membantu peneliti dalam upaya pengumpulan data penelitian; dapat diuji dengan teknik dan rumus statistik tertentu; dapat diuji dengan teknik dan rumus statistik tertentu; dan membantu peneliti dalam menarik kesimpulan hasil penelitian. Uraian ke lima karakteristik hipotesis disajikan sebagai berikut.

pertama, hipotesis sebagai penentu arah penetapan metode dan proses penelitian. Hipotesis yang dibangun oleh peneliti berdasarkan hasil telaah kajian teoritis harus dapat memfasilitasi peneliti dalam proses menentukan arah pemilihan dan penetapan metode penelitian yang akan digunakan. Sebab metode penelitian merupakan representasi alternatif pemecahan masalah dan sintaks dari tahapan penelitian yang memenuhi aspek keruntutan, sistematis, dan eksplisit prosedur yang melimpah,

kedua, hipotesis dinyatakan dengan istilah sederhana dan mudah dipahami. Proposisi hipotesis dapat menggambarkan hubungan antar variabel (utamanya variabel bebas dan tergantung) yang dijadikan objek penelitian. Baik hubungan antar variabel yang hanya bersifat menjelaskan hubungan, meramalkan hubungan, mengatur hubungan variabel. Disamping itu, proposisi hipotesis perlu dirumuskan dengan pemilihan diksi yang sederhana dan mudah dipahami.

ketiga, hipotesis dapat memfasilitasi peneliti dalam pengumpulan data penelitian. Hal ini sesuai tuntutan bahwa pengumpulan data dimaksudkan mendapatkan berbagai data atau informasi secara empiris yang bermuara pada upaya melakukan pengujian hipotesis. Jenis, sumber data dan arah yang jelas, berpotensi dapat menghasilkan data empiris yang akurat dan memiliki tingkat validitas, serta reabilitas yang memadai. Serta reabilitas yang memadai dan reabilitas yang memadai menjadikan indikator data yang benar dan berkualitas (bukan data yang ‘bias’).

(19)

kelima, hipotesis membantu peneliti dalam melakukan interpretasi dan menarik kesimpulan hasil penelitian. Interpretasi hasil penelitian sebagai representasi justifikasi proposisi temuan penelitian yang dibangun berdasarkan hasil verifikasi data empiris melalui uji signifikansi statistik dengan kriteria tertentu. Sedangkan kesimpulan penelitian sebagai representasi jawaban secara ilmiah atas pertanyaan penelitian yang dijadikan objek kajian. Secara kronologi kesimpulan hasil penelitian diperoleh melalui proses dari hasil uji hipotesis, mengatasi temuan, interpretasi temuan, interpretasi temuan (hasil penelitian). Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan rumusan masalah yang akan dicari jawabannya, peneliti merumuskan proposisi kesimpulan hasil penelitian.

Pentingnya hipotesis dalam penelitian kuantitatif. Sebagaimana pendapat Singh (2006) terkait dengan alasan pentingnya suatu hipotesis (kuantitatif) diberikan sebagai berikut. Pertama, hipotesis penelitian berfungsi sebagai "mata" peneliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Carter V. Good dalam Singh (2006) bahwa hipotesis penelitian berperan sebagai petunjuk atau penuntun arah bagi peneliti, dan berfungsi sebagai "mata" peneliti dalam upaya mencari jawaban atau pertanyaan (rumusan masalah), melalui upaya pengumpulan dan analisis data sampai dengan interpretasi temuan, menarik simpulan, dan perempatan (membuat generalisasi). Dalam konteks ini, penting peranan hipotesis penelitian untuk merumuskan jawaban sementara, penentuan instrumen, pengumpulan dan analisis data, serta melakukan interpretasi teman sebagai representasi jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan

Kedua, hipotesis penelitian berfungsi sebagai fasilitas mengarahkan fokus penelitian. Ketiga, hipotesis penelitian berfungsi menjelaskan tujuan penelitian secara spesifik. Keempat, hipotesis penelitian berfungsi sebagai media penghubung antar berbagai fakta dan informasi. Kelima, hipotesis penelitian dapat berfungsi mencegah “kebutaan arah” dan sebagai “pemandu” penelitian. Jadi penggunaan hipotesis penelitian tersebut dapat mencegah terjadinya penelitian yang tidak memiliki arah yang jelas.

3. Ragam Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian sebagai representasi jawaban sementara atas masalah yang dikaji berdasarkan hasiltelaah teoritis, oleh Taniredja dan mustafidah (2012) paling tidak dapat dipilih ragamnya menjadi tiga kelompok. Ketiga kelompok hipotesis penelitian yangdimaksud dipilih berdasarkan hubungan antarvariabel; bentuk rumusan operasionalnya; dan besaran lingkup hipotesisnya. Ketiga ragam hipotesis penelitian sebagai berikut.

(20)

hipotesis hubungan antarvariabel bersifat komparatif. Hubungan atau asosiasi antarvariabel lebih dari dua atau minimal dua. Untuk itu, hipotesis deskriptif tidak dimasukkan dalam hipotesis penelitian hubungan antarvariabel.

Hipotesisi penelitian bersifat asosiatif, merpsksn rsgsm hipotesis penelitian yang terkait dengan upaya menjelaskan keberadaan hubungan antarvariabel. Dalam konteks penelitian kuantitatif hubungan antarvariabel itu sebagai representasi hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Atau, hubungan antar variabel yang berperan sebagai varian dan variabel yang berperan sebagai criterian (apabila tidak memanipulasi variabel bebas). Representasi ragam hipotesis dirumuskan dalam bentuk ‘pernyataan’ yang lebih menjelaskan tentang sifat dan arah hubungan antara dua atau lebih variabel secara eksplisit.

Menurut creswell (2012) dan Neuman Dalam Martono (2010) hipotesis yang jelas arah hubungan antarvariabel (beabas dan tergantung, atau variabel varian dan kriterion) disebut dengan hipotesis langsung(dyrectional hipotesis) sedangkan penelkitian yang tidak jelas arah hubungan antar variabel disebut hipotesis tidak langsung (indirectional hipotesis). Contoh dari hipotesis penelitian antarvariabel yang bersifat asosiatif langsung maupun tidak langsung sebagai berikut.

Hipotesis penelitian antarvariabel yang bersifat asosiatif langsung:

a) Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat kemampuan umum (IQ) dan hasil belajar seseorang siswa SMK dalam belajar matematika; b) Ada hubungn anegatif yang signifikan antara besarnya pengeluaran

keuangan dengan besarnya kemampuan menabung seorang siswa SMK dalam setiap bulannya.

Hipotesis penelitian antarvariabel yang bersifat asosiatif tidak langsung langsung:

a) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kemampuan umum (IQ) dan kemampuan memcahkan masalah siswa SMK dalam belajar matematika; b) Ada hubungn yang signifikan antara besarnya pengeluaran keuangan

dengan besarnya kemampuan menabung seorang siswa SMK dalam setiap bulannya.

(21)

Hipotesis penelitian bersifat komparatif, merupakan ragam hipotesis penelitian yang terkait dengan upaya menjelaskan keberadaan sifat perbedaan antar variabel. Dalam konteks penelitian kuantigtatif ‘perbedaan’ antarvariabel itu sebagairepresentasi perbedaan antara pengaruh variabel bebas antara pengaruh variabel bebas terhadap keberadaan variabel kriterion (apabila tidak memiliki variabel bebas). Sifat dan arah perbedaan yang menjelaskan keberadaan variabel tergantung (kriteria) sebagai akibat dari adanya variabel bebas (varian)

Menurut Creswell (2012) Dan Neuman Dalam Martono (2010) hipotesis yang jelas arah perbedaannya atas keberadaan variabel tergantung dari variabel bebas yang disebut hipotesis penelitian langsung (directional hypotesis) sedangkan yang tidak langsung (indirectional hypothesis)

Hipotesis penelitian bersifat komparatif, merupakan ragam hipotesis penelitian yang terkait dengan upaya menjelaskan keberadaan sifat perbedaan antarvariabel. Dalam konteks penelitian kuantitatif ‘perbedaan’ antar vaeiabel itu sebagai representasi perbedaan antara pengaruh variabel bebas terhadap keberadaan variabel tergantung (apabila peneliti meamnipulasi variabel bebas). Representasi ragam hipotesis penelitian ini dalam suatu penelitian selau di rumuskan dalam bentuk pernyataan. Rumusan dalam bentuk pernyataan yang lebih menjelaskan tentang sifat dan arah perbedaan antara dua atau lebih variabel asecara eksplisit.

Menurut creswell (2012) dan neuman dalam martono (2010) hipotesis yang jelas arah perbedaanya atas keberadan variabel tergantung sebagai akibat dari variabel bebas, lazim disebyt dengan hipotesis penelitian langsung (directional hypothesis), sedangkan hipotesis yang tidak jelas arah perbedaanya lazim disebut hipotesis penelitiuan tidak langsung (indirectional hiphotsis).

Contoh hipotesis penelitian antar variabel yang bersifat komparatif langsung:

(a) Hasil belajar pemecahan masalah kelompok matematika yang yang memiliki tingkat kemampuan umum (IQ) tinggi lebih unggul daripada kelompok siswa yang memiliki tingkat IQ sedang.

(b) Kemampuan menabung seseorang yang berpenghasilan besar setiap bulan lebih tinggi daripada kemampuan menabung seseornag yang berpenghasilan kecil pada kebutuhan pengeluaran setiap bulan yang sama.

Contoh hipotesis penelitian antar variabel yang bersifat komparatif tidak langsung:

(22)

(b) Ada perbedaan kemampuan menabung antara yang berpenghasilan besar setiap yang berpenghasilan kecil pada kebutuhan pengeluaran pada setiap bulan yang sama.

Menurut Sarwono (2006) hipotesis nol (H0) digunakan untuk keseimbangan terhadap hasil pengujian hipotesis alternatif (Ha). Dalam penelitian kualitatif hipotesis penelitian alternatif ‘tidak dapat langsung diuji dengan alat statistik’. Alat statistik hanya dapat menguji hipotesis Nol.

Contoh dari hipotesis alternatif (Ha) bersifat asosiatif langsung:

(a) Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat kemampuan umum (IQ) dan hasil belajar seseorang siswa SMK dalam belajar Matematika.

(b) Ada hubungan negatif yang signifikan antara besarnya pengeluaran keuangan dengan besarnya kemampuan menabung seseornag dalam setiap bulannya.

Contoh dari hipotesis Nol (H0) yang bersifat asosiatif langsung: (a) Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat kemampuan

umum (IQ) dan hasil belajar seorang siswa SMK dalam belajar matematika.

(b) Tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara besarnya pengeluaran keuangan dengan besarnya kemampuan menabung seseornag dalan setiap bulannya.

C. Kiat menguji hipotesis penelitian

Pengujian hipotesis penelitian sebagai bentuk upaya peneliti untuk melakukan vefikasi teori terhadap data empiris yang diperoleh melalui kegiatan penelitian. Hasil veririkasi teori dapat dipilah menajdi dua kemungkinan, yaitu hipotesis penelitian yang dirumuskan didukung atau tidak didukung (ditolak) oleh data empiris. Apabila kemungkinan pertama (hipotesis didukung data empiris) sebagai hasil pengujian hipotesis, maka dapat dikatakan bahwa peristiwa perkembangan (dinamika teoritis dan empiris) terjadi secara seimbang dan searah. Artinya, fenomena dinamika atau perkembangan teoritis lalu dibarengi dengan fenomena perkembangan empiris.

(23)

signifikansi yang digunakan sebagai acuan melakukan interpretasi, dalam literatur statistik diberikan dengan notasi alpha (α).

Kriteria signifikansi merupakan probabilitas nilai besaran yang diperoleh dari perbandingan anatara seseuatu fenomena yang tidak dapat di jelaskan melalui penelitian. Kriteria signifikansi uji hipotesis ditentukan dengan α = 0,05 atau α = 0,01. Artinya, hasil perbandingan atau fenomena yang tidak dapat di jelaskan dan sesuatu fenomena yang tidak dapat dijelaskan melalui penelitian adalah 0,05 atau 0,01. Hal ini menunjukan semakin keci persentase fenomena yang tidak dapat dijelaskan oleh hasil penelitian,

Penerapan kriteria taraf (α) dalam pengujian hipotesis penelitian sebagai berikut. Hopotesis nol yang diuji akan ditolak, apabila probabilitas signifikansi (dengan notasi p) dengan bantuan SPSS bernilai lebih kecil atau sama dengan daripada 0,05 (p 0,05). Hipotesis nol akan gagal ditolak, apabila besaran probabilitas signifikansi (dengan notasi p) dengan bantuan SPSS yang bernilai lebih besar daripada 0,05 (p >0,05). Peneliti dalam menguji hipotesis nol menggunakan kriteria α= o,01. Artinya, hipotesis nol yang diujin akan ditolak, apabila probabilitas signifikansi (p) pada ahasil analisis data dengan bantuan SPSS bernilai lebih kecil daripada 0,01 (p 0,01).

Kriteria dalam daerah penolakan atau daerah peneriamaan H0 dalam uji signifikansi dengan teknik dan rumus statistik tertentu dapat menggunakan dua macam kriteria, yaitu krietria pengujian signifikansi dengan dua ekor (two tails test), atau dengan satu ekor (one tails test). Kriteria pengujian signifikansi dengan dua ekor lazimnya digunakan untuk menguji signifikansi pada kelompok jenis hipotesis tidak langsung (indirect hyphotesys) sedangkan kriteria pengujian signifikansi dengan satu ekor lazimnya digunakan menguji signifikansi pada kelompok jenis hipotesis langsung (direct hyphotesis).

Prosedur pengujian hipotesis dalam suatu penelitian dapat diberikan sebagai berikut. Pertama, tentukan formulasi hipotesis nol dengan mengacu pada hipotesis alternatif, yang kedua tentukan taraf signifikansi sebagai kriteria pengujian hipotesis, ketiga lakukan penghitungan sesuai dengan data dan parameter yang akan diuji, keempat bandingkan nilai statistik dengan hasil hitung statistik tabel atau besar probabilitas (p), bila mengguanakan bantuan SPSS. Kelima berdasarkan nilai hasil uji-t, uji-f, uji-r atau uji-x2 dengan

alternatif uji hipotesis dengan satu atau dua ekor dan kriteria signifikansi uji hipotesis (α), keenam interpretasi hasil uji signifikansi hipotesis dapat dilakukan dengan dua kemungkinan, pertama Ho ditolak, Ha diterima.

D. Potensi kesalah pengujian hipotesis’

(24)

menempatkan temuannya pada kancah domain. Teori atau temuan yang sudah ada yang lazimnya disebut dengan simpulan hasil penelitian.

Keputusan atau situasi H0 (benar) H0 (salah)

Terima H0 Tepat Eror type 2 (β)

Tolak H0 Eror type 1 (α) Tepat

Kekeliruan tipe 1 (α): menolak hipotesis nol yang seharusnya gagal ditolak

Kekeliruan tipe 2 (β): gagal menolak hipotesis nol yang seharusnya ditolak

E. Data dan jenis data penelitian 1. Pengertian data penelitian

Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data, informasi, fakta-fakta empiris sebagai bahan baku yang akan dianalisis. Data penelitian adalah fakta-fakta empiris yang dikumpulkan oleh peneliti dengan mengikuti pola pikir atau kaidah empirically accurate sesuai dengan atribut fenomena yang dikaji untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas, keberadaan data (jamak, kalau tunggal disebut datum) dapat berupa sesuatu atribut fenomena yang sudah diketahui dengan pasti atau yang masih dianggap (the thing known or assumate). Representasi sesuatu yang diketahui dengan pasti sebagai indikator atribut fenomena itu sudah terjadi misalnya atribut fenomena rerata skor ujian masuk ujian perguruan tinggi tahun 2016 sebesar = 450, dari skor tertinggi = 600. Misalnya tingkat kemenarikan suatu peristiwa pembelajaran tertentu bagi mahasiswa.

Data penelitian dapat dikategorikan baik atau tidak bias dituntut memenuhi persyaratan tertentu, persyaratan tersebut antara lain, tingkat objektivitas tinggi, berupa data sampel dan harus representatif (random; data harus berdistribusi normal dan homogen); data parameter atau data populasi harus memiliki kesalahan baku (standart error yang relatif kecil), data harus reliabel, dan data harus mutakhir atau (up to date)

2. Jenis-jenis data penelitian

(25)

Data penelitian berdasarkna bentuk atau sifatnya. Dibedakan menjadi dua jenis yaitu data kuantitatif (berbentuk angka) dan kualitatif (berbentuk kata). Data kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan sifat datanya yaitu data yang bersifat diskrit atau data yang bersifat kontinum. Data yang bersifat distrik yaitu data sebagai representasi atribut fenomena yang dilambangkan dalam bentuk angka yang diperoleh dengan cara menghitung. Data yang bersifat kontinum yaitu data sebagai representasi atribut fenomena yang dilambangkan dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan cara pengukuran. Data penelitian berdasarkan skala pengukurannya dibagi menjadi empat. data normal, menurut Hartono (2012) disebut dengan data diskrit atau data kategori. Data nominal merupakan data statistik yang cara penghitungannya diklasifikasikan dalam beberpa kategori saling lepas dan tuntas (exhoustive). Data ordinal, data statistik dengan menggunakan angka-angka dari pengukuran hasil yang tidak hanya sebagai sibol atribut, tetapi juga menunjukkan gradasi representasi kuantititas suatu atribut fenomena.

Data interval yaitu data statistik dengan menggunakan angka sebagai lambang hasil pengukuran suatu atribut fenomena memiliki gradasi representasi kuantitas (tinggi, sedang, dan rendah) dan jarak interval ini dapat ditentukan dengan eksak tetapi tidak memiliki angka nol mutlak. Yang terakhir data rasio yaitu data statistik dengan menggunakan angka-angka sebagai representasi hasil pengukuran suatu atribut fenomena memiliki gradasi kuantitas (tinggi, sedang dan rendah) dan jarak interval dapat ditentukan dengan cara eksas yang bersifat mutlak (angka 0 = tidak ada).

PENGUMPULAN DATA PENELITIAN KUALITATIF

STRATEGI PENGUMPULAN DATA

Kegiatan utama dalam penelitian adalah mengumpulkan data. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif konseptual, emik post-priori, dan holiistik kontekstual. Istilah induktif konseptual yaitu lebih mementingkan aspek penyusunan konsep, proposisi atau teori. Penyusunan toeri dilakukan berdasarkan pada data yang telah terkumpulkan. Oeh karena itu, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif umumnya tidak dimaksudkan untuk mencari bukti dalam rangka menguji hipotesis. Itulah sebabnya pengumpulan data dalam penelitian kualitatif lebih lama dibandingkan dengan penelitian kuantitatif.

(26)

yang diteliti, dan bukan sebagaimana yang dinyatakan dalam teori. Oleh karena itu penelitian kualitatif tidak bersifat apriori. Sebagai konsekuensinya, peneliti harus mengumpulkan data yang banyak.

Pengumpulan data kualitatif bersifat holistic kontekstual , artinya dalam pengumpulan data keyakan yang dianut peneliti adalah bahwa realitas social tidaklah tunggal, melainkan beragam dan kompleks. Oleh karena itu, memahami fenomena social dan tingkah laku manusia tidak cukup hanya mengamati hal-hal yang tampak secara eksplisit, melainkan juga harus melihatnya secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya.

(27)

Pada gambar 7.1 menunjukkan aktivitas yang dimulai dari bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya umum dan eksploratif (gathering og general information), kemudian dilanjutkan dengan checking-looking for verification, dilanjutkan lagi dengan testing-probing, dan dilanjutkan confirming. Jika dilihat dari waktu yang dibutuhkan, pada langkah awal penelitian kualitatif memrlukan waktu sekitar 80% untuk pengumpulan data dan 20% untuk analisis data. Namun pada langkah akhir penelitaian mengiuti pola sebaliknya 80% untuk analisis data, dan 20% untuk pengumpulan data, sebagaimana pada gambar 7.2.

PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Secara garis besar ada dua tahapan dalam pengumpulan data yaitu tahap persiapan dan tahap pengumpulan data.

TAHAP PERSIAPAN

Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti harus mempersiapkan diri tentang segala sesuatu yang terkait dengan pengumpulan data penelitian.

1. Kesiapan Rancangan dan Penetapan Focus Penelitian

Jika peneliti sudah mantap terhadap focus masalah yang akan diteliti, maka rancangan dan prosedur penelitian harus ditetapkan. Penetapan rancangan berfungsi sebagai alat pemandu bagi peneliti yang dapat mewarnai kegiatan pengumpulan data di lapangan. Walaupun sudah melakukan penjajakan awal penelitian sebelum menetapkan focus penelitian, namun perisapan yang lebih mantap dan operasional harus dilakukan setelah focus ditetapkan. Pemantapan perisapan dilakukan dengan cara membatasi ruang lingkup penelitian, mengidentifikasi sub-sub focus yang menjadi persoalan dalam pengumpulan data, dan kegiatan lain yang diperlukan.

(28)

Kesiapan penting yang harus dilakukan adalah kesiapan diri peneliti sebagai instrument kunci dalam pengumpulan data. Keterampilan mental yang diperlukan dalaqm pengumpulan data, antara lain kesabaran, keuletan, ketekunan dan kerajinan, kedisiplinan, keramahan,kejujuran kepekaan, dan kepedulian. Yin (2003) mengidentifikasi 5 keterampilan dalam mengumpulkan data, sebagi berikut.

a. Kemampuan Melacak (inquiring mind) dengan mengajukan pertanyaan, yaitu menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan pada saat sebelum, selama, dan sesudah data dikumpulkan.

b. Kemampuan Mendengarkan (listen) yaitu sengaja mendengarkan dengan seksama, termasuk mengamati dan memaknai informasi tanpa kecenderungan untuk memihak.

c. Kemampuan Beradaptasi dan Menyesuaikan Diri (adaptability and flexibility) yaitu kesanggupan mencocokkan atau menyesuaikan diri terhadap keadaan yang diteliti selalu berubah.

d. Kemampuan Memahami Issu (understanding of the issues) yaitu kemampuan memahami pokok persoalan yang diteliti.

e. Kemampuan Tidak Salah/Tepat dalam Menginterpretasikan Data (unbiased interpretation of the data) yaitu kemampuan untuk memahami secara benar dan tepat terhadap persoalan yang diteliti dan data yang dikumpulkan.

3. Kesiapan Alat Pemandu/Protokol Penelitian

Protokol atau panduan penelitian kualitatif yang mengunakan metode studi kasus atau yang lainnya berfungsi tidak hanya sebagai sarana pelengkap, tetapi sebagai pemandu dan arah jalannya penelitian. Protocol ini berisi : tujuan dan ciri-ciri umum dari penelitian yang akan dilakukan, prosedur-prosedur lapangan yang harus dilalui, substansi isi dan pertanyaan-pertanyaan yang harus tercakup, tata cara dan aturan umum yang harus dipatuhi, dan hal-hal lain yang perlu dipahami sebelumnya oleh peneliti. 4. Kesiapan Logistic

Kesiapan logistic ini penting agar pengumpulan data dapat berjalan tanpa terganggu oleh hal-hal yang seharusnya bisa diantisipasi sebelumnya. Faktor logistic termasuk akomodasi, transportasi, konsumsi, pengaturan jadwal, dan alat-alat bantu lain yang menunjang jalannya pengumpulan data.

5. Kesiapan Lapangan Menerima Kehadiran Peneliti

(29)

melakukan pendekatan terlebih dahulu, membangun keakaraban dan hubungan baik dengan subjek yang diteliti sehiungga kehadiran peneliti bisa diterima. Penelitian yang baik adalah penelitian yang tidak semata-mata hanya untuk kepentingan peneliti melainkan penelitian yang bermakna bermanfaat secara praktis untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh subjek penelitian.

6. Menciptakan Hubungan Akrab

Tanpa adanya hubungan yang akrab, peneliti akan sulit memperoleh informasi yang menyeluruh dan mendalam tentang focus penelitian. Agar terjadi hubungan yang akrab spartley menyarankan peneliti melewati 4 tahapan yaitu :

1. Tahap kecemasan

Tahapan dimana subjek penelitian masih ragu dan memandang peneliti sebagai orang asing.

2. Tahap eksplorasi

Tahapan yang ditandai oleh keinginan dimana peneliti dan informan sama-sama mengetahui lebih jauh tentang identitas dan karakteristik masing-masing.

3. Tahap kerjasama

Jika tahap eksplorasi sudah dapa dilewati, maka secara tidak langsung tahap kerjasama akan tumbuh dengan sendirinya. Kerjasama terjadi karena adanya sikap saling mempercayai.

4. Tahap partisipasi

Tahapan dimana subjek penelitian sudah merasa bahwa dirinya tidak hanya sebagi sumber informasi tetapi sebagi orang kunci bagi peneliti untuk menyelesaikan penelitiannya.

7. Memilih Informan Kunci atau Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian kuantitatif dimkasudkan untuk mewakili karakteristik populasi agar hasilnya bisa digeneralisasikan kepada populasi. Berbeda dengan penelitian kualitatif yang sampelnya dipilih karena mampu memberikan informasi yang akurat dan beragam sesuai focus penelitian. Maka ketepatan memilih informan sangat penting, sehingga peneliti harus menemukan informan kunci . hal yang diperhatikan dalam menentukkan informan kunci adalah dengan :

1. Subjek telah lama dan intensif terlibat focus penelitian 2. Pada saat dipilih masih terlibat dengan kegiatan yang diteliti 3. Ia mau dan memiliki waktu untuk penelitian

4. Ia secara sukarela memberikan informasi 8. Etika dan Izin Penelitian

(30)

(1) benar-salah atau bisa tidaknya peneliti diterima oleh subjek penelitian, dan (2) perlindungan terhadap keselamatan diri subjek penelitian.

Tahap Pelaksanaan

A. Jenis dan Sumber Data

Secara umum data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Sedangkan informasi adalah hasil olahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Data dalam penelitian umumnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu fakta, pendapat, dan kemampuan. Data dalam penelitian diperoleh dari subyek yang disebut suber data. Dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan teknik angket dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Responden adalah orang yang merespon atau menjawab ertanyaan-pertanyaan yang disediakan peneliti di dalam angket. Sedangkan dalam Penelitian kualitatif banyak yang menggunakan teknik wawancara, maka sumber datanya disebut informan.informan adalah orang yang memberikan informasi terkait dengan focus penelitian ( bias berupa pertanyaan-pertanyaan dari peneliti). Apabila menggunakan teknik observasi maka sumber datanya bias berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Arikunto (2002) mengklasifikasian sumber data menjadi tiga, yaitu orang, tempat dan symbol (person, place, paper) Orang adalah sumber data yang bias memberikan jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Tempat adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam atau bergerak. Symbol adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol seperti arca, ukran kayu, dan lain-lain.

Dalam praktik penelitian kualitatif sumber data seringkali diidntikkan dengan teknik pengumpulan datanya. Yin (2003) mengelompokkan data untuk penelitian studi kasus bisa berasal dari enam sumber, yaitu dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan, dan perangkat-perangkat fisik. Berdasarkan darimana data didapat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu orang (kata-kata dan tindakan), dokumen dan perangkat fisik.

1. Informan (kata-kata dan tindakan orang)

Dalam penelitian kualitatif, jenis data utamanya adalah kata-kata dan tindakan. Menurut Guba dan Lincoln (dalam Ulfatin, 2001) yang dijadikan informan dalam penelitian kualitatif hendaknya seseorang yang memiliki pengetahuan khusus atau informasi, atau dekat dngan situasi yang menjadi focus penelitian. Informan dapat dikelompokkan menjadi informan kunci dan informan tidak kunci. Informan kunci adalah orang yang paling tahu dan paling banyak mengetahui tentang focus yang dimaksudkan oleh peneliti. Sedangkan informan tidak kunci adalah orang yang memberikan informasi tambahan kepada peneliti karena dirinya dianggap mengetahui tentang informasi yang diperlukan, sehingga ia dirujuk/ditunjuk baaik o0leh informan kunci maupun informan pendukung lainnya.

(31)

Merriam (1998) mengartikan dokumen sebagai alat-alat simbolik dalam bentuk tertulis, tanda-tanda, dan non simbolik seperti petunjuk dan dan perkakas lainnya. Dilihat dari jenisnya dokumen dikelompokkan menjadi 3 yaitu, catatan umum, dokumen pribadi, dan material fisik.

Dilihat dari sifatnya dokumen dikelompokkan dengan cara pengelompokkan lain, yaitu dokumen tertulis, dokumen foto dan audio, dan dokumen material lainnya seperti prasasti dan symbol-simbol

A. Dokumen Tertulis, Photo dan Video/Audio

Dokumen tertulis dibedakan menjadi dua yaitu dokumen resmi dan dokumen pribadi. Dokumen resmi adalah dokumen yang secara resmi dihasilkan oleh orang atau sekelompok orang yang mewakili suatu organisasi atau lembaga masyarakat tertentu. Dokumen resmi dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Dokumen tertulis resmi internal adalah dokumen yang ditulis secara resmi dan diperuntukkan bagi kalangan di dalam organisasi sendiri. Contohnya : surat, memorandum, pengumuman, agenda dan notulen rapat, proposal dan laporan kegiatan, dokumen administrative, penilaian dan evaluasi kegiatan, peraturan disiplin, dan sebagainya.

2. Dokumen tertulis resmi eksternal adalah dokumen yang ditulis secara resmi dan diperuntukkan bagi kalangan atau masyarakat umum. Contohnya : buku, majalah/bulletin, berita/ artikel di meia massa, dan sebagainya.

Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Merriam (1998) mencatat yang termasuk dokumen pribadi adalah data yang terkait dengan sikap, kepercayaan, dan pandangan pribadi terhadap berbagai hal di dunia. Data yang termasuk dokumen pribadi antara lain surat pribadi, riwayat hidup, buku harian, lagu-lagu yang diciptakan, agenda kegiatan, dan catatan pribadi lainnya.

B. Dokumen Perangkat Fisik

Dokumen perangkat fisik adalah peralatan atau benda-benda hasil buatan manusia atau teknologi (artifacts) seperti arca, alat perang (senjata), alat-alat permainan, alat penunjuk (computer perpustakaan), dan perangkat fisik lainnya. Rathje pada tahun 1979 (dalam Merriam, 1998) telah banyak memberikan contoh penggunaan perangkat fisik dalam penelitiannya, dicontohkan bahwa museum yang memajang benda dalam bentuk perangkat. Penggunaan dokumen yang penting adalah :

Gambar

Gambar 7.3 Rentangan Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama penelitan cross sectional adalah untuk mencari prevalensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat seperti pada studi

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat- syarat tertentu

Variabel merupakan sesuatu objek kasus yang sudah didetetapkan dengan memilki nilai berbeda- beda serta sewaktu- waktu pula bisa jadi sesuatu variabel tertentu

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel bebas pada eksternal (harga, produk, promosi, kemasan, pengiriman

Melalui fungsi permintaan ini, hubungan antara variabel bebas (harga) dan variabel tidak bebas (jumlah barang yang diminta) dapat diketahui dengan asumsi

Jadi, penelitian dengan menggunakan metode ilmiah dilakukan dengan membangun hipotesis berdasarkan kerangka teori (hubungan sebab akibat antara variabel-variabel

Model Autoregressive dan Distribusi Lag akan digunakan pada data time series, dimana pada saat suatu variabel terikat NPF atau NPL dipengaruhi oleh variabel bebas pada periode

Dari beberapa pendapat para ahli di atas , maka dapat ditarik simpulan ciri- ciri parageraf narasi yaitu perubahan keadan dari sesuatu waktu menjadi keadan lain konflik, mementingkan