• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN D"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : KANKER PARU

Oleh

Nathalia Ratu Permatasari 30140112016

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS PADALARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunianya, saya dapat menyelesaikan tugas riset keperawatan ini yaitu proposal yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Kanker Paru. Proposal ini saya buat dan disusun sesuai dengan kasus yang saya ambil dan dapatkan di RS Santo Borromeus Bandung.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yaitu kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Santo Borromeus yang telah mengijinkan untuk mengambil kasus yang terdapat di ruang Yosef 3 Dago.

2. Ibu Ns. Susanti Niman, S. Kep selaku pembimbing yang telah memberikan motivasi, waktu tenaga dan solusi untuk membantu penyelesaian proposal ini. 3. Ibu Ns. Maria Yunita Indriarini, S.Kep selaku ketua Prodi DIII Keperawatan

Dalam penyusunan makalah ini bilamana terdapat kesalahan atau kekurangan yang terkandung di dalam proposal ini, baik dari segi isinya maupun kata-katanya bahkan dalam hal penulisan, maka dari itu saya mohon kritik dan saran demi perbaikan proposal ini.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

(3)

DAFTAR ISI

I. Kata Pengantar...i

II. Daftar Isi...2

III. BAB I...3

A. Latar Belakang...3

B. Tujuan...5

C. Manfaat...5

D. Sistematika Penulisan...6

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar progresinya (Syaifudin, 2007).

Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya (PDPI, 2003).

Menurut data jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah kanker paru, mencapai 1,3 juta kematian pertahun. Disusul kanker lambung (mencapai lebih dari 1 juta kematian pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian pertahun), kanke usus besar (655.000 kematian pertahun), dan yang terakhir yaitu kanker payudara (502.000 kematian pertahun) (WHO 2005 dalam Lutfia, 2008).

(5)

Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru (PDPI, 2003).

Tanda dan gejala kanker paru adalah dispnea ringan, batuk yang terus menerus dan berkepanjangan, napas pendek-pendek dan suara parau , batuk berdarah dan berdahak (hemoptisis), nyeri pada dada ketika batuk dan menarik napas yang dalam, hilang nafsu makan dan berat badan, kelelahan, benjolan di pangkal leher, sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.

Komplikasi dan efek samping antara lain adalah gangguan kognitif dan keresahan, demam, komplikasi saluran pencernaan, diare, hypercalcemia, dan mual serta muntah-muntah. (www.canhope.com)

(6)

pada pasien dengan melakukan diagnosa.Perawat juga mencari tahu kebutuhan psiko-sosial dan spiritual pasien. Perawat juga harus memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi pasien di samping membantu klien untuk berhasil melewati fase penyembuhan. Peran-peran perawat yang sangat penting tersebut dijelaskan dalam askep kanker secara mendetail. Intervensi keperawatan juga dijelaskan dalam askep kanker. Intervensi keperawatan merupakan cara penanganan terhadap pasien berdasarkan kondisi yang terjadi. Intervensi keperawatan dalam askep kanker seperti melihat kondisi pasien berdasarkan resiko infeksi, resiko perdarahan, resiko gangguan perfusi jaringan, gangguan keseimbangan cairan, dan resiko-resiko lainnya. Perawat profesional sangat dibutuhkan dalam penanganan kanker dan penyakit lainnya. Askep kanker merupakan pedoman penting untuk mewujudkan perawat yang profesional dan tanggap dalam menangani penyakit kanker. (http://www.deherba.com)

B. Tujuan Tujuan Umum

Agar mahasiswa mahasiswi STIKes Santo Borromeus semakin mengetahui tentang kasus pada pasien dengan kanker paru.

Tujuan Khusus

Agar mahasiswa mahasiswi STIKes Santo Borromeus : 1) Dapat memahami pengertian kanker paru

2) Dapat memahami anatomi dan fisiologi sistem pernapasan 3) Dapat memahami patofisiologi kanker paru

4) Dapat memahami stadium kanker paru 5) Dapat memahami etiologi pada kanker paru

6) Dapat memahami manifestasi klinis pada kanker paru 7) Dapat memahami klasifikasi pada kanker paru

8) Dapat memahami pemeriksaan diagnostik pada kanker paru 9) Dapat memahami penatalaksanaan pada kanker paru

10) Dapat memahami askep pada pasien kanker paru

C. Manfaat Manfaat Teori

1) Menambah wawasan tentang kanker paru

(7)

Manfaat aplikasi

1) Dapat menjelaskan kembali kepada orang awam tentang penyakit kanker paru 2) Dapat menangani orang disekitar kita yang mengalami kanker paru

D. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu :

Bab I: Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat, dan Sistematika Penulisan.

(8)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalamiproliferasi dalam paru (Underwood, 2000). Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. (Robbin dan Kumar, 2007). Kanker paru paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010). Kesimpulannya, kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel epitel.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU-PARU

Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi). Untuk melakukan fungsi ventilasi. Paru-paru mempunyai beberapa komponen penting, antara lain :

a. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot, saraf perifer

b. Parenkim paru yang terdiri dari saluran napas, alveoli, dan pembuluh darah

c. Dua lapisan pleura yakni pleura viseralis yang membungkus erat jaringan parenkim paru dan pelura parietalis yang menempel erat ke dinding thorax normalnya tidak berisi apapun

(9)

Volume paru-paru dibagi menjai empat macam, yakni :

1. Volume tidal : volume udara yang diinspirasikan dari diekspresikan pada setiap pernapasan normal

2. Volume cadangan : volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas voluem tidal normal

3. Volume cadangan ekspirasi : jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi

4. Voluem residual : volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi kuat.

Selain itu diperlukan juga kapasitas paru-paru, yaitu : a. Kapasitas inspirasi

b. Kapasitas residual fungsional c. Kapasitas vital paksa

d. Kapasitas total apru-paru

C. PATOFISIOLOGI

Kanker paru merupakan tumbuhnya sel epitel dalam sistem pernapasan bagian bawah yang berasal percabangan bronkus dan diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsino genetik di antaranya rokok yang mengandung neutal fraktion dan basik fraktion, polusi udara, faktor genetik, terpajan zat karsinogen, dan diit yang tdak baik.

Bahan-bahan tersebut masuk ke saluran pernapasan dan menyebar melalui alveolus, lobus paru, dan jaringan paru sehingga merangsang pertumbuhan sel yang abnormal, kemudian terjadilah tumor paru sehingga terjadi diantaranya metastase pada bagian-bagian paru seperti bagian traktus superior pada kerja silia menurun dan muskularis di saluran pernapasan di sana terdapat penumpukkan sekret maka terjadi sesak napas.

Terjadinya metastase di daerah paru pleura dinding paru, tulang,/syaraf, di columna vertebralis torakal dan lumbal dapat terjadi infasi pada syaraf nyeri kronik dan keterbatasan gerakan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan teteran di traktus digestifus maka mengakibatkan mual.

Pada lobus paru maka dilakukan tindakan medis yaitu pembedahan (lobustomi) pada bagian lumbal/columna vertebralis yang akan mengakibatkan klien keterbatasan gerak.

(10)

sehingga terjadi infark miokard, gangguan fungsi jantung dan penurunan kerja jantung. (Tabrani Rab, 1996)

D. STADIUM

Gambarn TNM Defenisi

Tumor primer (T) T0

Tx

TIS T1

T2

T3

T4

Tidak terbukti adanya tumor primer Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi

Karsinoma in situ

Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru atau pleura viseralis yang normal.

Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina.

Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung pada dinding dada,diafragma, pleura

mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.

(11)

Kelenjar limfe regional (N) N0

N1

N2

N3

Metastasis jauh (M) M0

M1

Kelompok stadium

Karsinoma tersembunyi TxN0M0

Stadium 0 TISN0M0 Stadium I T1N0M0 T2N0M0

Stadium II T1N1M0 T2N1M0

vertebra, atau karina; atau adanya efusi pleura yang maligna.

Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe regional.

Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.

Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina. Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.

Tidak diketahui adanya metastasis jauh

Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (seperti otak).

Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis.

Karsinoma in situ.

Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya bukti metastasis pada kelenjar limfe regional atau tempat yang jauh.

(12)

Stadium IIIa T3N0M0 T3N0M0

Stadium IIIb Setiap T N3M0

T4 setiap NM0

Stadium IV Setiap T, setiap N,M1

metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral. Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.

Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis jauh.

Setiap tumor dengan metastsis jauh.

Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).

E. ETIOLOGI 1. Merokok.

Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2. Iradiasi.

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.

(13)

Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput).Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4. Polusi udara.

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.

( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997). 5. Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni : a. Proton oncogen.

b. Tumor suppressor gene. c. Gene encoding enzyme. Teori Onkogenesis.

Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.

6. Diet.

Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

F. KLASIFIKASI

(14)

sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Wilson, 2005).

Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat di

kaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.

Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).

Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

G. MANIFESTASI KLINIS a) Dispnea ringan

(15)

c) Napas pendek-pendek dan suara parau d) Batuk berdarah dan berdahak (hemoptisis)

e) Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam f) Hilang nafsu makan dan berat badan

g) Kelelahan

h) Benjolan di pangkal leher

i) Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat

H. KOMPLIKASI a) Hematorak b) Pneumotorak c) Empiema d) Endokarditis e) Absesparu f) Atelektasis

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK I. Radiologi

a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus. II. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma. b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhanventilasi. c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru). III. Histopatologi.

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

(16)

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. IV. Pencitraan

a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura. b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

J. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa : a. Kuratif.

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidupklien. b. Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup. c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.

d. Suportif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.

Penatalaksanaan klien dengan kanker paru adalah: 1) Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.

a. Toraktomi eksplorasi.Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.

b. Pneumonektomi pengangkatan paru. Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisadiangkat.

c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.

d. Resesi segmental.Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru. e. Resesi baji.Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit

peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru –paru berbentuk baji (potongan es).

f. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris. 2) Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

(17)

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

K. PENGKAJIAN I. Pengkajian

A. Pengumpulan data

1. Keadaan umum : lemah, sesak, yang disertai dengan nyeri dada 2. Kebutuhan dasar :

a. Pola makan : nafsu makan menurun karena adnya sekret dan terjadi kesulitan menelan (disfagia), BB menurun

b. Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus) c. Pola tidur : susah tidur karena adany batuk dan nyeri dada d. Aktivitas : keletihan, kelemahan

3. Pemeriksaan fisik Sistem pernapasan :

a. Sesak napas, nyeri dada b. Batuk produktif tidka efektif c. Suara napas : mengi pada inspirasi d. Serak paralisis pita suara

Sistem kardiovaskular : a. Tachicardi, distritmia

b. Menunjukkan efusi (gesekan pericardial) Sistem Integumen

Sistem Gastrointestinal

a. Anorexia, disfagia, penurunan intake makanan, penurunan BB Sistem urinarius

a. Peningkatan frekuensi/jumlah urine Sistem neurologis

a. Perasaan takut/takut hasil pembedahan b. Kegelisahan

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan jumlah / perubahan mukus / viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan napas, meningkatnya tahanan jalan napas.

2. Nyeri b.d lesi dan melebarnya pembuluh darah, invasi kanker ke pleura dinding dada 3. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai O2 akibat perubahan struktur alveoli

(18)

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan prognosis b.d kurangnya informasi, kesalahn interpretasi informasi, kurang mengingat.

M. INTERVENSI KEPERAWATAN

DK I : Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan jumlah / perubahan mukus / viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan napas, meningkatnya tahanan jalan napas.

Kriteria hasil :

a) Menyatakan/menunjukkan hilangnya dispnue

b) Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih c) Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan

d) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan napas

Intervensi :

1. Catat perubahan upaya dan pola bernapas

R/ : penggunaan otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernapas

2. Observasi penurunan ekspensi dinding dada

R/ : ekspansi dada terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, sekret dalam seksi lobus.

3. Catat karakteristik batuk (misalnya menetap, efektif, tidak efektif) juga produksi dan karakteristik sputum

R/ : karakteristik batuk dapat berubah tergantung pad apenyebab/etiologi gagal pernapasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, dan / purulen 4. Pertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan gunakan alat jalan napas sesuai

kebutuhan

R/ : memudahkan memelihara jalan napas atas paten pada pasien 5. Kolaborasi pemberian bronkodilator contoh : aminofilin, albuterol dll

R/ : memantau keadaan pasien

6. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat contoh : takikardi, hipertensi, tremor, insomnia

R/ : obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi dan memudahkan pembuangan sekret

DK II : Nyeri b.d lesi dan melebarnya pembuluh darah, invasi kanker ke pleura dinding dada

Kriteria hasil :

a) Melaporkan nyeri hialngterkontrol

b) Tampak rileks dan tidur / istirahat dengan baik

(19)

1. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0-10

R/ : membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.

2. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien

R/ : ketidaksesuaian antara petunjuk verbal/non verba dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/keefektifan intervensi

3. Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisiologi dan psikologi

R/ : insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien daripada insisi anterolateral. Selain itu takut, distres, ansietas, dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya

4. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri

R/: takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri

5. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan tekhnik relaksasi R/ : meningkatkan relaksasi da pengalihan perhatian

DK III : Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai O2 akibat perubahan struktur alveoli (hipoventilasi)

Kriteria hasil :

a) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan

b) Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan / situasi. Intervensi :

1. Kaji status pernapasan dengan sering, cata peningkatan frekuensi/ upaya pernapasan / perubahan pola napas

R/ : dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan napas 2. Catat ada/tidak adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi

R/ : bunyi napas dapat menurun, tidak sama/tidak ada pada area yang sakit 3. Kaji adanya sianosis

R/ : penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis 4. Kolaborasi pemberian O2 untuk pertukaran

R/ : memaksimalkan seri GDA

5. Awasi / gambarkan ventilasi/ oksigenasi R/ : menunjukkan ventilasi/oksigenasi

DK IV : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan prognosis b.d kurangnya informasi, kesalahn interpretasi informasi, kurang mengingat.

Kriteria hasil :

a) Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi b) Menggambarkan/menyatakan diet, obat, program aktivitas

(20)

d) Membuat perencaaan untuk keperawatan lanjut Intervensi :

1. Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien.

R/ : sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi

2. Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat

R/ : pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan

3. Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan, kebutuhan makanan kalori tinggi R/ : penurunan dengan masalah pernapasan berat biasanya mengalami pernurunan BB dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhkan

4. Berikan pedoman untuk aktivitas

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Gofar,Abdul. 2009. Cara mudah mengenal dan mengobati kanker. Jakarta : Flamingo.

Doengoes,M. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait

4.. Histogram adalah grafik yang digambarkan berdasarkan data yang sudah disusun dalam tabel distribusi frekuensi. Grafik tersebut berupa persegi panjang yang saling berimpit pada

Setelah jalan mengalami perbaikan, kecepatan kendaraan yang bergerak meningkat menjadi 30 km/jam.. Setelah jalan mengalami perbaikan, kecepatan kendaraan yang bergerak meningkat

Untuk masalah wasir atau ambeien kami rekomendasikan obat herbal Ambejoss dan Salep Salwa produk dari De Nature indonesia yang terbuat dari ekstrak bahan alami tanpa

Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses

Strategi Program Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran Target Capaia n Indikator Nilai data Dasar Sumber dan Thn Data Dasar Program Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang bayi meliputi BB, TB, LK, LLA, dan LD dengan menggunakan alat ukur

Pada gambar 4.29 menampilkan urutan state edit pemilik yang berawal dari halaman kelola user dibuka, data diubah sampai data kemudian ditampilkan. mulai

Pengujian dilakukan kembali pada mikrokontroler dan PCB rangkaian phase shifter yang telah terintegrasi menggunakan network analyzer untuk melihat apakah keluarannya