• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAUD Baca Pendidikan Anak Usia Dini Impi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PAUD Baca Pendidikan Anak Usia Dini Impi (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PAU D I M PI AN

TULISAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Kelompok Bermain

Dosen : M.Dani Wahyudi,M.Pd

Hj. HUSNUL KHATIMAH,SP

Kelas B Konversi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SI PG PAUD KONVERSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah S.W.T atas nikmat iman dan kecerdasan

dalam kehidupan dan Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah

S.A.W sebagai rujukan tauladan dalam perbuatan, berfikir dan menjalani

kehidupan spiritualitas.

Dan karena rahmat-Nya pula saya dapat menyelesaikan tugas ini yang

mudah-mudahan di dalamnya terkandung nilai-nilai ilmiah di bidang disiplin ilmu

pembelajaran kelompok bermain pada khususnya dan ilmu kependidikan pada

umumnya. Penulisan karya ilmiah ini adalah suatu kewajiban yang dipersyaratkan

kepada penulis sebagai peserta dalam program SI PG PAUD KONVERSI

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat di

bidang mata kuliah pembelajaran kelompok bermain oleh Dosen Pembimbing

yaitu Bapak Muhammad Dani Wahyudi, M.Pd.

Harapan saya, semoga karya ilmiah bidang pendidikan yang mengangkat

tentang “PAUD IMPIAN dapat berguna dan menambah pengetahuan kita semua. Seiring dengan itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun,

serta bimbingan dari Dosen Pembimbing untuk pedoman bagi penulis di

masa-masa yang akan datang.

Banjarmasin, 1 Julii 2015

Penulis,

(3)

PAUD IMPIAN

Penerimaan dalam konsef inklusi dan memuaskan anak “bermain” adalah ruh yang akan mengisi impian saya dalam membuat sebuah kelompok bermain, dan bahagia adalah kata sakti yang yang akan mengisi visi dan misi kelompok bermain saya.

Mimpi tentang PAUD IMPIAN ini bukan sesuatu tanpa dasar dan kebermaknaan, cerita tentang mimpi ini akan saya awali dari sebuah kenyataan tentang pengalaman saya, seorang ibu dari anak berkebutuhan khusus dalam membangun sebuah penerimaan akan persamaan hak dalam pendidikan.

Kelompok bermain dalam pengetahuan dan pemikiran saya termasuk di dalam bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk anak usia 2 - <4 tahun dan 4 - ≤6 tahun seperti yang saya baca dan pahami pada bagian pendahuluan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Dan dalam bahan bacaan yang sama bahwa standarisasi PAUD dibuat untuk mengoptimalkan tingkat perkembangan anak, sehingga diperlukan sebuah acuan umum namun masih mempertimbangkan keunikan setiap anak yang membawa saya merefleksikan kembali mengenai Permendiknas No. 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi.

Mengintip latar belakang pendidikan saya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan bidang pendidikan, membuat saya selama ini hanya berfikir dan bertindak melalui insting dan naluri keibuan saya dalam mengaplikasikan sebuah program PAUD, terutama semenjak saya tidak bisa memasukkan anak berkebutuhan khusus saya yang seorang autis ke sekolah umum, dan itu pula yang memacu saya untuk mencari gambaran nyata tentang sebuah lembaga pendidikan yang menyediakan layanan yang bisa menerima seorang ABK di tengah-tengah anak normal yang menurut sayabelum tentunormal.

(4)

sebuah penerimaan, persamaan hak dan layanan yang sekarang saya kenali dengan konsep Education for All atau Pendidikan Inklusi.

Di sisi lain saya menemukan masalah yang menurut saya sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan, namun karena ini adalah sebuah “birokrasi” jadilah saya seperti berhadapan dengan sebuah tembok besar dalam melaksanakan visi dan misi sekolah saya. Tidak sedikit yang tersenyum sinis bahkan di belakang mentertawakan yang kata mereka saya sedang berkhayal dan bermimpi.

Kosakata pusat dan daerah adalah kata-kata yang seringkali menghiasi

“mimpi” saya, dimana menurut pusat sudah ada panduan untuk itu (pendidikan inklusi) namun di daerah tidak ada yang mengerti, walaupun ternyata ada yang mengerti atau dipaksa mengerti mereka menyayangkan saya berada dalam sistem pendidikan “abu-abu” secara pembinaan dan hirarki pelaksanaan, dan saya menjadi tidak berdaya karena lembaga pendidikan saya berada di jalur MADRASAH.

Menuju usia empat tahun, sekolah saya seolah tidak peduli lagi dengan AROGANSI yang menurut saya beda tipis dengan “ketidaknormalan” itu. Sekolah saya terus berbenah,tumbuh dan berkembang dan saya mulai merasakan lingkungan sekolah dan segala daya dukungnya bergerak harmonis, mengisi dan berbagi, ada empati dan simpati di sana, walaupun sesekali masih perlu diluruskan sedikit, tapi saya fikir ini adalah sebuah pencerahan. Itu sebabnya ketika seorang Munif Chatib menuntun saya dalam banyak karya beliau tentang orang tuanya, sekolahnya, gurunya bahkan kelasnya manusia, saya seperti merasa tiada, seperti garam yang ditaburkan ke lautan, saya menghilang sekaligus menemukan teman berfikir bahkan berkhayal dan ketika saya benar-benar bertemu beliau, berjabat tangan, bahkan mendengarkan sebuah kuliahnya, saya merasa seperti pulang ke rumah, bertemu dengan mereka yang memahami saya dan membuat saya menemukan banyak pemahaman baru (terimakasih Pak Munif). Dan saya sangat sependapat bahwa kecerdasan itu adalah sebuah pembiasaan, namun membuat konsep pembiasaannya itu yang “MAHAL” dan itu adalah sebuah

“PERJUANGAN” yang sudah semestinya kita lakukan sebagai KHALIFAH di muka bumi ini.

Sekarang sekolah kami lebih santai, ketika seisi sekolah bertindak sebagai khalifah, maka semua akan terasa mudah. Menurut seorang praktisi Okupasi Terapi dari Jakarta yang mampir ke sekolah, beliau bilang ini adalah sebuah lingkungan yang menyehatkan sekaligus menyembuhkan atau “Environmental Healing” atau kalau saya sebut sebagai pembiasaan menerima, “to acceptance”

teman-teman ABK (anak berkebutuhan khusus) maka dengan sendirinya mempengaruhi kecerdasan intra personal anak, inilah inklusif walaupun sejatinya belum sempurna menurut yang seharusnya.

(5)

utamanya adalah anak. Memasukkan semua konsep perkembangan melalui sebuah kesenangan yang bermakna dan memiliki lingkungan belajar yang memuaskan semua perangkat stimulasi yaitu indrawi, ramah lingkungan yang saya pahami lebih kepada sekolah alam, dikutip dari seorang filsuf Cina bernama Lao-TzuThe reality of the building does not consist in the roof and walls, but in the space within to be lived inmembuat saya berfikir harusnya tidak sulit jika ingin membuat sekolah, tidak harus membuat ruangan minimal 7 x 7 meter untuk sebuah kelas karena tentu saja akan memerlukan banyak biaya untuk mewujudkannya. Mengapa konsep alam, karena menurut saya alam memberikan banyak stimulasi yang bermakna ini saya pahami ketika saya diberikan saran agar membawa “Abang Muhammad” anak saya untuk ke pantai, sungai, hiking, berjalan di atas rumput, di atas batu, ajak bersepeda, dan banyak lagi. Ini banyak dijelaskan dalam buku yang saya baca, Mengoptimalkan Iq & Eq Anak Melalui Metode Sensomotorik tulisan Ratih Zimmer Gandasetiawan.

Karena bagaimanapun setiap anak itu unik, sehingga kita harus menyiapkan guru dan tenaga pendidik yang unik pula, karena itu sekolah saya mendedikasikan diri memfasilitasi pelatihan Ice Breaker Penyemangat Belajar bersama Kak Kusumo Suryo Harjuno yang juga menusliskan detail tips dan trik dalam bukunya 100+ Ice Breaker Penyemangat Belajar, demi menyokong SDM yang segar dalam mengaktualisasikan kreatifitas di PAUD. Secara khusus sekolah akan menyeimbangkan antara jumlah anak berkebutuhan khusus yang masuk dengan kemampuan pendidik.

Seperti saat ini, saya sedang menjalani hal yang tidak berani saya mimpikan yaitu kuliah di PGPAUD, namun ketika kesempatan itu datang untuk mengikuti test beasiswa dengan penuh sukacita saya ikuti dan semoga saja saya berani mengakhirinya dengan sebuah karya yang sesuai dengan mimpi saya ini, mengutip pernyataan Bapak Muhammad Dani Wahyudi,MPd “Berani Memulai, Berani Mengakhiripada pertemuan P2B di awal perkuliahan.

Mimpi saya ini ibarat film berseri, saat ini saya telah memiliki sebuah PAUD di bawah pembinaan Kementerian Agama, Raudhatul Athfal Ulumul Qur’an Al Madani https://www.facebook.com/raudatulathfal.almadani?fref=ts

yang didukung oleh Bina Autis Indonesia

https://www.facebook.com/BinaAutisIndonesia?ref=aymt_homepage_panel

sebagai tempat terapi bagi ABK yang bersekolah di RA, pada saat ini sedang memulai layanan Taman Penitipan Anak yang juga inklusi, baru kemudian Kelompok Bermain (KB).

(6)

dan mampu berpikir jernih. Artinya perasaaan bahagia berbanding lurus dengan selera belajar, seperti yang ditulis Pak Munif Chatib tentang cara kerja otak reptil (sang penjaga) dalam buku Kelasnya Manusia, yaitu pengendali dunia fisik, jika dapat memuaskan otak reptil maka sang penjaga ini akan membukakan pintu arus informasi menuju ke bagian otak berikutnya, otak reptil akan terpuaskan jika lingkungan fisik disekelilingnya nyaman dilihat dan dirasakan. Itulah sebabnya anak-anak cenderung bermain, karena ia sedang memuaskan otak reptilnya agar dapat menyerap esensi atau makna pembelajaran. Ini berhubungan erat dengan pengelolaan lingkungan belajar dalam hal ini adalah bermain yang di dalamnya terdapat unsur profesionalisme guru, dukungan fasilitas dan kebijakan sekolah, serta peran serta orang tua dan masyarakat. Rita Mariyana, MPd dalam bukunya menuliskan guru selain dituntut profesional dalam membangun, mengatur, menata dan mengkreasikan serta memelihara keselamatan lingkungan belajar, juga dituntut mampu menjalin hubungan komunikasi dengan anak untuk meningkatkan selera belajar. Hal itu dapat terjadi jika anak dijadikan sebagai sumber dalam merefleksikan kegiatan di kelompok bermain dan berorientasi pada optimalisasi perkembangan dan belajar (baca bermain) anak serta berpijak pada efesiensi pembelajaran (baca permainan). Secara penting kita harus menempatkan anak sebagai sejatinya seorang anak bukan sebagai miniatur orang dewasa, ini penting karena disadari atau tidak kita para pendidik sering terjebak dalam labirin emosi karena salah anggapan, bahwa kita hadir sebagai orang dewasa yang memberi tahu kemudian menunggu perubahan, tanpa memberikan teladan dan inspirasi bagi anak-anak kita, mengenai penjelasan ini ada baiknya kita membaca buku 7 Kiat Orangtua Shalih Menjadikan Anak Disiplin dan Bahagia karya Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari. Sesuai judul buku itu dijelaskan bahwa kita sebagai orang tua harus belajar, dengan diawali muhasabah, kemudian menerapkannya dan membiasakannya, kemudian memeliharanya, maka hal ini berlaku juga untuk para guru, mereka perlu introspeksi, pemahaman, pelatihan dan evaluasi agar tujuan itu juga dapat dilaksanakan di sekolah.

(7)

dalam bukunya berjudul Stimulasi Kecerdasan Anak Menggunakan Teknologi Informasi.

Berdiri sebagai praktisi pada pendidikan inklusi, impian saya adalah menerapkan metode montesori dan glend doman yang selama ini sudah akbrab di kepala saya, namun karena peraturan pemerintah yang melarang calistung di PAUD membuat saya urung menjalankannya. Secara ilmiah Glend Doman sudah membuktikan bahwa otak tumbuh karena digunakan, bukan berdasarkan jadwal yang digariskan sebelumnya. Pemahaman tentang metode Glend Doman dan Montesori ini banyak mempengaruhi saya karenapengalaman membesarkan anak berkebutuhan khusus. Begitu pula metode montessori yang di temukan oleh Maria Montessori seorang dokter sekaligus pendidik yang fokus kepada anak-anak dengan hambatan. Menurut Maria, anak-anak-anak-anak akan mengalami suatu masa yang disebut masa peka, yaitu masa di mana anak mencapai kematangan tertentu. Hal ini sangat penting, sebab menjadi modal anak untuk belajar.

Penting bagi mewujudkan mimpi ini adalah menularkan pemahaman yang sama pada pendidik yang artinya memberikan bekal yang beragam diluar sumber-sumber dari pemerintah (menurut saya), jika disampaikan secara masif, berkesinambungan dan tanpa iming-iming kredit dan kenaikan pangkat, maka pendidik dapat lebih percaya diri dalam mengaktualisasikan dirinya.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Chatib, M. (2012). Orangtuanya manusia: melejitkan potensi dan kecerdasan dengan menghargai fitrah setiap anak. Kaifa.

Chatib, M. (2012). Gurunya manusia: Menjadikan semua anakistimewa dan semua anakjuara. Bandung: Kaifa.

Chatib, M. (2012). Sekolah Anak-Anak Juara: Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Kaifa..

Chatib, M, Fatimah N, Irma (2014). Kelasnya manusia : Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar. Bandung: Kaifa

Dini, D. P. P. A. U. (2011). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain.

Doman, Glenn J. (2009). How smart is yourbaby? : Develop and Nurture Your Newborns Potential, Tigaraksa Optima Perkasa.

Gandasetiawan, R. Z. (2009). Mengoptimalkan Iq & Eq Anak Melalui Metode Sensomotorik. BPK Gunung Mulia.

Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari (2015). Dari Abah Ihsan: 7 Kiat Orangtua Shalih Menjadikan Anak Disiplin dan Bahagia. Bandung:Mizania

Mariyana, R., Nugraha, A., & Rachmawati, Y. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Noorlaila, I. 2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogjakarta: Pinus Book Publisher.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sehingga setelah lulus, siswa mampu menentukan sendiri ke mana ia akan melangkah. Apakah ia akan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi atau langsung terjun ke dunia

Dalam skala identitas karier ini disediakan empat alternatif jawaban yaitu : Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Alasan dipakainya pilihan jawaban

5.Pendapatan pekerja batu lapis merupakan faktor yang mempengaruhi pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, pendapatan pekerja tergolong rendah yaitu

Sementara itu, hasil penelitian yang diperoleh selama pembelajaran pada siklus III, kemampuan mengenal kata pada anak kelas B TK Mahkota di peroleh angka 95%

Penelitian dengan judul pengaruh model pembelajaran Novick terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas XI MIA pada pembelajaran biologi di SMA Negeri 2 Purwokerto

satu dari guru. c) Metode targhib dan tarhib ini terselip dalam metode.. ceramah, karena dalam materi-materi yang telah disediakan untuk ceramah. terdapat materi-materi

Publikasi ini menyajikan data Ketenagakerjaan, Indeks Konstruksi, Nilai Konstruksi, Nilai Bahan Bangunan, Bangunan menurut jenisnya, Indeks Tendensi Bisnis