PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PEMROGRAMAN PROSEDURAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA RPL KELAS X
SMK NEGERI 3 MANADO Oleh:
Jance Randa Patasik 09 313 606 Dosen Pembimbing:
1. Dr.Ir.V.R.Palilingan, M.Eng 2. Vivi Rantung, ST, MISD
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan model Posttest-Only Kontrol yg terdapat dua kelompok yang dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan dengan belajar menggunakan media pembelajaran pemrograman prosedural, sedangkan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan rancangan tes akhir (posttest) dua kelompok yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan pemanfaatan media pembelajaran pemrograman prosedural terhadap hasil belajar pada mata pelajaran algoritman dan pemrograman tingkat dasar siswa jurusan RPL SMK Negeri 3 Manado. Data yang terkumpul, dianalisis dengan menguji perbedaan dua rata-rata (uji-t). Data hasil penelitian di SMK Negeri 3 Manado menunjukan bahwa pada taraf nyata 5% terdapat perbedaan hasil belajar siswa. Hasil belajar algoritma dan pemrograman tingkat dasar dari siswa yang belajar dengan menggunakan situs pembelajaran lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh pemanfaatan media pembelajaran pemrograman prosedural terhadap hasil belajar pada mata pelajaran algoritma dan pemrograman tingkat dasar siswa jurusan RPL SMK Negeri 3 Manado.
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang berlangsung disekolah, merupakan interaksi aktif antara guru dan siswa. Tugas dan tanggung-jawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua subjek pembelajaran. Guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedangkan siswa sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pembelajaran (Rohani, 2004:1).
Peran guru dalam proses pembelajaran, bukanlah mendominasi, tetapi membimbing dan mengarahkan siswa untuk aktif memperoleh pemahamannya berdasarkan segala informasi yang siswa temukan dari lingkungannya. Siswa harus mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang diperolehnya, sebab pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari seseorang yang mengetahui, akibatnya tidak dapat ditransfer kepada penerima yang pasif.
Minat siswa merupakan salah satu prinsip utama dalam proses pembelajaran. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang guru dapat
menyajikan dan menyediakan bahan pelajaran, tapi siswalah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakangnya.
Praktik pembelajaran di sekolah umumnya masih terfokus pada guru, sedangkan siswa belum terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Secara umum, minat siswa dalam pembelajaran tergolong rendah, hal ini terlihat dari : siswa tidak banyak bertanya, aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberi pertanyaan, siswa hadir di kelas dengan persiapan belajar yang tidak memadai, ribut jika diberi latihan, dan siswa hanya diam ketika ditanya sudah mengerti atau belum.
Menurut Lie (2008:6), strategi yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh kelas. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah berusaha dan mendorong siswa untuk berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang.
menggunakan metode ceramah dengan sedikit tanya jawab dan diskusi. Metode ceramah ditandai oleh guru yang lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran sedangkan siswa lebih banyak pasif mendengarkan dan mencatat, sedangkan jika guru menggunakan metode diskusi sering terjadi sistem pembelajaran yang tidak tuntas karena tidak semua siswa berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diatas, yaitu tentang bagaimana meningkatkan minat belajar siswa, guru dapat memilih alternatif model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran dengan menggunakan media pembelajran pemrograman prosedural merupakan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan Judul “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Pemrograman Prosedural Terhadap Hasil Belajar Siswa RPL Kelas X SMK Negeri 3 Di Manado”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang dan beberapa catatan di atas, maka dapat di diidentifikasi beberapa permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Media pembelajaran yang digunakan masih merupakan media konvensional
2. Minat belajar siswa kurang 3. Hasil belajar siswa kurang 4. Siswa malas masuk kelas
5. Proses belajar mengajar kurang terarah
C. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini, dibatasi pada pemanfaatan media pembelajaran pemrograman prosedural berbasis web untuk pelajaran algoritma dan pemrograman dasar siswa kelas X RPL SMK Negeri 3 Manado. D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh pemanfaatan media pembelajaran pemrograman prosedural terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran algoritma dan pemrograman dasar ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemanfaatan media pembelajaran pemrograman prosedural berbasis web terhadap hasil belajar mata pelajaran kompetensi kejuruan untuk lebih memahami materi algoritma dan pemrograman dasar pada siswa RPL kelas X SMK Negeri 3 Manado.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan minat, motivasi dan hasil dalam belajar.
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran serta guru terlatih untuk selalu menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan interaktif dalam meningkatkan minat belajar siswa.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk menjadi guru yang professional.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, perpustakaan, kebun binatang, sawah, sungai, atau hutan. Ditinjau dari segi guru, kegiatan belajar siswa tergolong dirancang dalam desain intruksional. Kegiatan belajar yang termasuk rancangan guru, bila siswa belajar di tempat-tempat tersebut untuk mengerjakan tugas-tugas belajar sekolah. Disamping itu ada juga kegiatan belajar yang tidak termasuk rancangan guru. Artinya, siswa belajar karena keinginannya sendiri. Pengetahuan tentang
“belajar, kerena ditugasi” dan “belajar, karena motivasi diri” penting bagi guru dan calon guru.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keingina yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati dan Mujiono, 2002:80)
merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Sebagai ilustrasi siswa kelas tiga SMA memiliki harapan untuk dapata diterima sebagai mahasiswa fakultas teknik. Siswa tersebut memperoleh hasil belajar rendah pada mata pelajaran matematika, fisika, dan kimia dalam ulangan bulan kesatu. Menyadari hal ini, maka siswa tersebut mengambil kursus tambahan dan belajar lebih giat. Pada ulangan kedua hasil belajarnya bertambah baik. Menyadari hasil belajar bertambah baik tersebut, maka semangat belajar siswa semakin tinggi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Pada kasus siswa mengambil kursus dan bersemangat belajar tinggi tersebut menunjukkan bahwa siswa bertujuan lulus UMPTN dan diterima di fakultas teknik (Dimyati dan Mujiono, 2002:81).
Motivasi belajar penting bagi siwa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, contohnya, setelah siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan teman sekelasnya yang juga membaca bab tersebut; ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi. 2. Menginformasikan tentang kekuatan
usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya; sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar siswa belum
mamadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil. 3. Mengarahkan keinginan belajar; sebagai
ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya. 4. Membesarkan semangat belajar; sebagai
ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha agar cepat lulus.
5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela-selanya adalah istirahat dan bermain) yang bersinambungan; individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Sebagai ilustrasi, setiap hari siswa diharapkan untuk belajar di rumah, membantu pekerjaan orang tua, dan bermain dengan teman sebaya; apa yang dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan. Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut:
siswa tak bersemangat; meningkatkan, bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar. 2. Mengetahui dan memahami motivasi
balajar siswa di kelas bermacam-ragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping yang bersemangat belajar. Di antara yang bersemangat belajar, ada yang tidak berhasil dan berhasil. Dengan bermacamragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi mengajar belajar.
3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa. 4. Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada “mengubah” siswa yang tak berminat menjadi bersemangat belajar. “Mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses
pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
Pembelajaran di sekolah pada saat ini mulai disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga terjadi perubahan dan pergeseran paradigma pendidikan. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi khususnya internet, mempercepat aliran ilmu pengetahuan yang menembus batas-batas dimensi ruang, birokrasi, kemapanan, dan waktu. Program-program di internet bukan hanya menampilkan data dan informasi yang dapat ditransmisikan dengan kecepatan tinggi, tetapi juga ilmu pengetahuan yang dapat diakses secara cepat oleh penggunanya. Dan tentu saja kondisi ini berpengaruh pada kebiasaan dan budaya pendidikan yang dikelola selama ini.
Kemajuan dan perkembangan teknologi sudah demikian menonjol, sehingga penggunaan alat-alat bantu mengajar seperti alat-alat audio,visual serta perlengkapan sekolah disesuaikan dengan perkembangan zaman tersebut. Dan juga harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum sesuai dengan materi, metode, dan tingkat kemampuan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik di sekolah.
Untuk itu, para pengajar mulai berusaha membiasakan diri untuk menggunakan peralatan-peralatan seperti OHP, LCD, CD, VCD, video, komputer dan internet dalam pembelajaran di kelas. dengan program pembelajaran yang dikembangkan ini patut dipelajari pengajar harus mempelajarinya agar mempermudah proses pembelajaran dan pendidikan, sehingga memudahkan
pembelajaran untuk berjalan dengan baik di kelas.
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan peserta didik, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran pelatihan.
Menurut Briggs (1977:348), media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya :
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya 3. Projected still media : slide; over
head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan
hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam
proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada: isi pesan, cara menjelaskan pesan, dan karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.
a. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
1. Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai berikut :
a. Mempermudah proses pembelajaran di kelas.
b. Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.
c. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar. d. Membantu konsentrasi pembelajar
dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya, sehingga dapat lebih di pahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
c. Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, peserta didik tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
d. Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lainya.
a. Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan.
b. Menjelaskan struktur dan urutan pengajarn dengan baik.
c. Memberikan kerangka sistematis secara baik.
d. Memudahkan kembali pengajar terhadap materi pembelajaran. e. Membantu kecermatan, ketelitian
dalam penyajian dalam pembelajaran. f. Membangkitkan rasa percaya diri
seorang pengajar.
g. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Manfaat media pembelajaran bagi peserta didik, yaitu:
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
b. Memberikan dan meningkatkan variasi belajar peserta didik.
c. Memberikan struktur materi pelajaran.
d. Memberikan inti informasi pelajaran. e. Merangsang peserta didik untuk
berpikir dan beranalisis.
f. Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.
g. Peserta didik dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar .
b. Pertimbangan Pemilihan Media Pertimbangan media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan:
1. Tujuan pengajaran. 2. Bahan pelajaran. 3. Metode mengajar. 4. Alat yang dibutuhkan. 5. Pribadi mengajar.
6. Minat dan kemampuan mengajar. 7. Situasi pengajaran yang sedang
berlangsung.
Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan kondisi peserta didik, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebab media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki hubungan secara timbal balik dengan empat aspek tersebut. Dengan demikian, alat-alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
c. Fungsi Media Pembelajaran Media Pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan:
1. Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langkah.
2. Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya.
3. Membuat konsep abstrak ke konsep konkret.
5. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak.
6. Menyajikan ulang informasi secara konsisten.
7. Memberi suasana yang belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik. 3. Pemrograman Prosedural.
Pemrograman dalam paradigma prosedural dilakukan dengan memberikan serangkaian perintah yang berurutan. Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas hal-hal yang menjadi dasar dalam pemrograman prosedural, meliputi definisi algoritma dan konstruktor pemrograman prosedural, serta konsep input, proses, dan output yang sangat lazim dalam dunia pemrograman prosedural.
a. Algoritma
Algoritma adalah serangkaian langkah-langkah yang tepat, terperinci, dan terbatas untuk menyelesaikan suatu masalah. Langkah yang tepat artinya serangkaian langkah tersebut selalu benar untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Langkah yang tidak memberikan hasil yang benar untuk domain masalah yang diberikan bukanlah sebuah algoritma. Langkah yang terperinci artinya setiap langkah diberikan secara detail dan dapat dieksekusi oleh komputer, instruksi seperti “angkat sedikit ke kiri” merupakan contoh instruksi yang tidak tepat, karena “sedikit” tidak menyatakan sesuatu yang tepat. Langkah yang diberikan harus terbatas, artinya suatu saat langkah harus berhenti, jika langkah tidak pernah berhenti
(misalnya: “ambil air, masukkan ke bak mandi, ulangi ambil air, dan seterusnya”) maka serangkaian langkah itu tidak disebut sebagai algoritma (jika: “ambil air, masukkan ke bak mandi, ulangi ambil air sampai bak mandi penuh”, maka bisa disebut algoritma, namun langkah ambil air, masukkan ke bak mandi, harus diperinci).
b. Konstruktor (elemen) Pemrograman Prosedural
Elemen bahasa pemrograman prosedural yang penting adalah:
1. Program utama. 2. Tipe.
3. Konstanta. 4. Variabel.
5. Ekspresi, operator, dan operand. 6. Struktur data.
7. Instruksi dasar. 8. Program Moduler. 9. File eksternal. 10. Rekurens.
Konstruktor ini tidak untuk dipelajari secara berurutan, namun semua perlu dipelajari dan dimengerti untuk dapat membuat program dengan baik.
c. Input, Proses, dan Output
4. Media Pembelajaran Pemrograman Prosedural.
Media pembelajaran pemrograman prosedural dalam penelitian ini berisikan materi-materi belajar mata pelajaran algoritma dan pemrograman dasar dengan menggunakan bahasa pemrograman Pascal.
Pemanfaatan media pembelajaran pemrograman prosedural berbasis web dapat digunakan dengan cara membuka aplikasi tersebut menggunakan server lokal atau local host yang ada pada wamp server atau XAMP. Setelah itu akan muncul tampilan awal dari media tersebut:
B. Kerangka Berpikir
Media pembelajaran Pemrograman prosedural merupakan salah satu aplikasi berbasis web untuk membantu siswa dalam belajar algoritma dan pemrograman tingkat dasar maupun lanjut pada kurikulum SMK rumpun mata pelajaran kompetensi kejuruan. Media pembelajaran yang telah peneliti buat ini adalah versi yang telah diimplementasikan ke dalam web browser. Aplikasi ini diberikan secara gratis kepada semua siswa yg mengikuti mata pelajaran tersebut.
Berdasarkan paparan di atas dapat diduga bahwa dengan menggunakan media pembelajaran pemrograman prosedural, hasil belajar siswa akan meningkat dibandingkan dengan pembelajaran yang konvesional. Itu dapat dilihat dari flesibilitas cara penggunaannya. Dimana metode konvensional masih bergantung kepada buku dan modul-modul untuk belajar. Tapi dengan adanya
media pembelajaran pemrograman prosedural yang telah dibuat peneliti maka siswa mendapatkan keuntungan-keuntungan lebih seperti, pembelajaran tanpa batas ruang dan waktu khususnya praktikum dalam belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir dapat disimpulkan hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut : Terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran pemrograman prosedural terhadap hasil belajar mata pelajaran kompetensi kejuruan siswa RPL SMK Negeri 3 di Manado.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Manado yaitu pada siswa jurusan RPL kelas X, dan penelitian ini direncanakan pada semester genap 2013 dimulai dari bulan Januari sampai bulan juni 2013.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian atau jenis penelitian menggunakan penelitian eksperimen dengan menggunakan model “Posttest-Only Control Design”. Untuk lebih jelasnya mengenai rancangan penelitian ini dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 3.1. Posttest-Only Control Design
Kelompok Treatment Post-test
Kontrol - Y2
(Sugiyono, 2007) Keterangan :
X2 : Post-test pada kelas eksperimen T : Perlakuan dengan media pembelajaran prosedural
Y2 : Post-test pada kelas kontrol Perbedaan antara X2 dan Y2 diasumsikan sebagai efek dari perlakuan T yang terjadi pada kelas eksperimen.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa jurusan RPL kelas X SMK Negeri 3 Manado yang berjumlah 68 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmad (1998:82) yaitu:
N . d
2+
1
¿
n
=
N
¿
Dimana: n= Jumlah sampel N= Jumlah populasi
d
2 = Presisi yang ditetapkanDari jumlah populasi 68 siswa dan menggunakan tingkat kesalahan 5% maka sampel yang diambil sebanyak 58 siswa (Riduwan 2012:65). Sampel yang diambil secara random, dimana 29 orang merupakan kelompok eksperimen
dan 29 orang merupakan kelompok kontrol.
D. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian ini adalah tes hasil akhir belajar yang diperoleh siswa. Sebelum instrumen hasil belajar digunakan terlebih dahulu dilakukan uji validasi. Uji validasi yang digunakan adalah uji validasi isi. E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan Observasi, karena pada penelitian ini berkenaan dengan perilaku manusia dan proses kerja. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses –proses pengamatan dan ingatan (Sutrisno Hadi 1986:75).
F. Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah uji-t (uji perbedaan dua rata-rata), dengan rumus sebagai berikut:
t
=
X
´
1− ´
X
2SP
❑√
1
n
1+
1
n
2Dengan :
Sp
2=
(
n
1−
1
)
S
12
+
(
n
2−
1
)
S
22n
1+
n
2−
2
v
=
n
1+
n
2−
2
(Walpole, 1990)
H1 : µ1> µ2atau µ1 - µ2> 0
Keterangan :
´
x
1 = Selisih nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen (T2-T1)´
x
2 = Selisih nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol (T2-T1)Sp2 = Varians gabungan
s
12 = Varians kelas eksperimens
22 = Varians kelas kontroln
1 = Jumlah sampel kelas eksperimenn
2 = Jumlah sampel kelas kontrol µ1 = Rata-rata hasil belajar siswa yangbelajar menggunakan media
pembelajaran pemrograman prosedural
µ2 = Rata-rata hasil belajar siswa yang belajar menggunakan media
pembelajaran dengan metode konvensional.
Pengelolahan data dilakukan dengan bantuan program Excel dan Minitab 16.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X-RPL1 dengan jumlah siswa 34 orang dan kelas X-RPL2 dengan jumlah siswa 34 orang pada tahun ajaran 2012/2013 di SMK Negeri 3 Manado
yang dimulai pada bulan Januari sampai Mei. Kelas X-RPL1 merupakan kelas kontrol sedangkan kelas X-RPL2 merupakan kelas eskperimen. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data dari hasil skor pretest dan posttest mengenai materi menerapkan algoritma pemrograman tingkat dasar. Hasil penelitian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Rentang nilai yang didapat dari hasil pretest dan posttest yaitu 0 - 100.
2. Hasil Pengujian Analisis Data a. Uji Normalitas Data
Pada penelitian ini, data yang telah ada akan dilakukan uji normalitas dengan rumus Anderson Darling yaitu:
Dimana:
A = statistik uji untuk metode Anderson-Darling.
n = ukuran sampel.
x
i = data ke-i yang telah diurutkan.Z
i = datax
i yang distandarisasi.´
x
= rata-rata data.F(
Z
i ) = nilai fungsi distribusikumulatif normal baku di
Z
i .b. Uji Validitas Data Instrumen Penelitian
Pengujian validitas dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dinyatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013:137). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid (saheh).
Pada penelian ini, setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya akan diuji cobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dialakukan dengan analisi faktor.
Adapun langkah-langkah pengujian validitas instrumen pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung harga korelasi setiap
butir dengan rumus pearson product moment sebagai berikut:
r
h itung =n
(
ΣXY
)−(
ΣX
)
.
(
ΣY
)
√
{
n . Σ X
2−(
ΣX
)
2}
.
{
n . Σ Y
2−(
ΣY
)
2}
Dimana:
r
h itung = koefisienkorelasi.
ΣXi = jumlah skor item.
ΣYi = jumlah skor total (seluruh item).
n = jumlah
responden.
2. Menghitung harga
t
hitung dengan rumus :3. Mencari nilai
t
tabel apabila diketahui untuk α=0,05 dan dk= n-2.4. Membuat keputusan dengan membandingkan
t
hitungdengan
t
tabel . kaidahkeputusan jika
t
hitung >t
tabel berarti valid dant
hitung <t
tabel berarti tidak valid.c. Uji Reliabilitas Data
Instrumen Penelitian
t
hitung=
r
√n
−
2
Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Spearman Brown, yaitu:
Dimana:
r
11 = koefisien reliabilitas seluruh itemr
b = Koefisien product moment. Adapun langkah-langkah pengujian reliabilitas data instrumen penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menghitung nilai koefisien productmoment untuk masing-masing item pertanyaan dari instrumen penelitian.
2. Menghitung nilai reliabilitas
r
(
¿¿
11
)
¿
masing-masing item
pertanyaan.
3. Mencari nilai
r
tabel apabila diketahui α = 0.05 dan dk=n-2. 4. Membandingkanr
11 danr
tabel dengan kaidahkeputusan: Jika
r
11 >r
tabel berarti reliabel danr
11 <r
tabel berati tidakreliabel. d.Uji Homogenitas
Hipotesis statistik yang hendak di uji pada kedua perlakuan adalah :
H
0:
σ
12≥ σ
22 (kedua varians / ragam sama)H
1:
σ
12≠ σ
22 (kedua varians / ragam tidak sama)Taraf nyata : 5% = 0.05
Kriteria penerimaan atau penolakan
H
0Jika nilai Fhitung<Ftabel =
F
12∝(v1,v2) maka terima H0 Jika nilai Fhitung>Ftabel =
F
12∝(v1,v2) maka tolak H0 e. Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah uji-t (uji perbedaan dua rata-rata). Adapun langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1.
H
0:
μ
1≤ μ
2 2.H
a:
μ
1>
μ
23. Taraf nyata :
α
=
0.05
4. Wilayah Kritik : tolakH
0jika thitung
¿
t
αDengan derajat bebas:
v
=(
n
1+
n
2−
2
)
5. Menghitung nilai thitung dengan rumus hipotesis statistik Walpole. 6. Mencari nilai ttabel
r
11=
2.
r
bDengan jumlah sampel (n) sebanyak 58 orang dan taraf nyata 5%, maka akan didapat nilai ttabel = 0,671.
7. Membandingkan antara thitung dan ttabel
Berdasarkan pada hasil perhitungan, maka diperoleh nilai
t
hitung = 6,18 > ttabel = 1,671. Hal ini berarti “Rata-rata skor Post-Test siswa yang belajar dengan menggunakan media pembelajaran pemrograman prosedural lebih tinggi dari rata-rata skor Post-Test siswa yang belajar dengan metode konvensional”.B. Pembahasan Hasil Penelitian Secara umum dapat dikatakan bahwa hasil penelitian eksperimen yang dilaksanakan di SMK Negeri 3 Manado dengan memberikan perlakuan menggunakan media pembelajaran pemrograman prosedural dan tidak menggunakan media pembelajaran pemrograman prosedural memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan penyajian data hasil belajar kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran pemrograman prosedural berbasis web diperoleh hasil bahwa jumlah skor total data tes awal (pre test) adalah 1650 dengan rata-rata (mean) 56,90; standar deviasi 9,30 dengan tingkat penyebaran data (variance)
86,45 sedangkan jumlah skor total tes akhir (post test) adalah 2466 dengan rata-rata (mean) 85,03; standar deviasi 4.81 dengan tingkat penyebaran data (Variance) 23,18.
Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen yang diajar dengan media pembelajaran pemrograman prosedural berbasis web hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tes awal (pre test) yakni 56,90 dengan standar deviasi 9,30 sedangkan nilai tes akhirnya meningkat yakni menjadi rata-rata 85,03 dengan standar deviasi 4,81.
Berdasarkan analisis pengujian hipotesis penelitian diperoleh thitung senilai
6,18. Berdasarkan tabel distribusi t pada 0,05 dengan derajat kebebasan n1 + n2 – 2 = 29 + 29 – 2 = 56 maka diperoleh ttabel senilai 1,671. Jadi thitung lebih besar dari ttabel, yaitu
thitung = 6,18 ttabel = 1,671. Berdasarkan kriteria pengujian jika thitung lebih besar dari ttabel (thitung
¿
t
tabel ) maka Ho ditolak yang berarti HA diterima. Dengan demikian kesimpulan pengujian adalah rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran pemrograman prosedural berbasis web lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol yang tidak diajar dengan menggunakan metode konvensional.pemanfaatan media pembelajaran pemrograman prosedural berbasis web memberikan pengaruh terhadap hasil belajar pada mata pelajaran menerapkan algoritma dan pemrograman tingkat dasar dan siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK Negeri 3 di manado.
KESIMPULAN DAN SARAN BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan diuraikan pada bab IV dapat kita lihat dan perhatikan bahwa taraf nyata 5% terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran pemrograman prosedural berbasis web terhadap hasil belajar pada mata pelajaran algoritma dan pemrograman tingkat dasar lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan media konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran pemrograman prosedural berbasis web terhadap hasil belajar siswa jurusan Rekayasa Perangkat lunak SMK Negeri 3 Manado.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada guru mata pelajaran pemrograman tingkat dasar agar dapat menggunakan media pembelajaran pemrograman prosedural berbasis web, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa dan akhirnya media pembelajaran tersebut bisa mempengaruhi hasil belajar siswa, karena selain siswa bisa belajar disekolah melalui situs pembelajaran, siswa juga dapat belajar dirumah. Dalam mendukung hasil temuan pada penelitian, maka bagi para peneliti yang lain dapat melakukan penelitian lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012 . Pengertian Hasil Belajar. http://www.hasiltesguru.com/2012/0 4/
pengertian-hasil-belajar.html.Diakses 23 Maret 2014.
Anonim. 2012. Pengertian, Tujuan, Manfaat, dan Fungsi Media Pembelajaran
http://der-traumer.blogspot.com/2012/09/peng
ertian-tujuan-manfaat-dan-fungsi.html. Diakses 24 Maret 2014.
Anonim. 2012. Pengertian Media Pembelajaran.
http://belajarpsikologi.com/ pengertian-media-pembelajaran. Diakses 24 Maret 2014
Biggs, Jhon B. & Telfer, Roos. 1987. The Process Of Learning. Sidney: Prentice Hall of Australia Pty Ltd.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi aksara.
Koeswara, E..1989. Motivasi. Bandung: Angkasa.
Lie, Anita. 2008. Kooperatif Learning. Jakarta: PT. Grasindo
Nasution. S. 2006. Metode Research, Penelitian Ilmiah, Thesis. Bandung: Jemmars
National Education Associaton (1969). Leads An Effort To Establish The Bilingual Education Act.
Nugroho, Yohanes. 2004. Konsep Dasar Pemrograman Prosedural. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Wawasan Keilmuan Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional RI.
Rachmad, Jalaluddin. 1998. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Rohani Ahmad. 2004. Pengelolan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Schein, Edgar H.. 1991. Psikologi Organisasi. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo. Siagian, S.P.. 1989. Teori Motivasi dan
Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta.
Sutrisno Hadi. 1986. Metodologi Pendidikan. Yogyakarta: UGM.