• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Investasi Teknologi Informasi 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen Investasi Teknologi Informasi 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Investasi Teknologi Informasi

oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]

EKOJI

999

Nomor 121, 07 Januari 2013

(2)

IT Governance Institute bekerja sama dengan ISACA (Information System Audit and Control  Investasi  Teknologi  Informasi  yang  baik  dan  efektif.  Terkait  dengan  butir  tersebut,  COBIT  secara  jelas  menekankan  prinsip  investasi  yang  dinyatakan  dalam  kalimat  sebagai  berikut  (ITGI, 2000):

“Control  over  the  IT  process  Manage  the  IT  Investment  with  the  business  goal  of  ensuring  funding and controlling disbursement of �inancial resources ensures delivery  of information to the business that addresses the required  Information Criteria and is  measured by Key Goal Indicators is enabled  by a periodic investment and  operational  budget established and approved by the business considers Critical Success Factors that  leverage speci�ic IT Resources and is measured by Key Performance Indicators”.

INFORMATION CRITERIA DAN IT RESOURCES

Manajemen  sebuah  perusahaan  akan  berfungsi  secara  efektif  apabila  para  pengambil  keputusan  selalu  ditunjang  dengan  keberadaan  informasi  yang  berkualitas.  COBIT  mendeskripsikan  karakteristik  informasi  yang  berkualitas  menjadi  7  (tujuh)  aspek  utama,  yaitu masing‐masing:

Effectiveness  –  informasi  yang  dihasilkan  haruslah  relevan  dan  dapat  memenuhi 

kebutuhan dari  setiap  proses  bisnis  terkait  dan tersedia  secara  tepat  waktu,  akurat,  konsisten, dan dapat dengan mudah diakses;

Ef�iciency  –  informasi  dapat  diperoleh  dan  disediakan  melalui  cara  yang  ekonomis, 

terutama terkait dengan konsumsi sumber daya yang dialokasikan;

Con�identiality  – informasi  rahasia dan yang bersifat  sensitif harus  dapat  dilindungi 

atau  dijamin  keamanannya,  terutama  dari  pihak‐pihak  yang  tidak  berhak  mengetahuinya;

Integrity – informasi yang dihasilkan haruslah lengkap, akurat, valid,dan memiliki nilai 

bisnis sesuai dengan harapan yang membutuhkannya;

Availability – informasi haruslah tersedia bilamana dibutuhkan dengan kinerja waktu 

dan kapabilitas yang diharapkan;

Compliance  –  informasi  yang  dimiliki  harus  dapat  dipertanggung‐jawabkan 

kebenarannya dan mengacu kepada hukum maupun regulasi yang berlaku, termasuk  di dalamnya mengikuti standar nasional atau internasional yang ada; dan

Reliability  –  informasi  yang  dihasilkan  haruslah  berasal  dari  sumber  yang  dapat 

(3)

Keseluruhan  informasi  tersebut  dihasilkan  oleh  sebuah  sistem  informasi  (dan  teknologi  informasi)  yang  dimiliki  perusahaan,  dimana  di  dalamnya  teradapat  sejumlah  komponen  sumber daya penting, yaitu:

1. Data – yang merupakan “bahan mentah” dari setiap informasi yang dihasilkan, dimana  di  dalamnya  terkandung  fakta  dari  aktivitas  transaksi  dan  interaksi  sehari‐hari  masing‐masing proses bisnis yang ada di perusahaan;

2. Aplikasi  –  yang merupakan sekumpulan program untuk  mengolah dan menampilkan  data maupun informasi yang dimiliki oleh perusahaan;

3. Teknologi  –  yang  terdiri  dari  sejumlah  perangkat  keras  dan  infrastruktur  teknologi  informasi  sebagai  teknologi  pendukung  untuk  menjalankan portofolio  aplikasi  yang  ada;

4. Fasilitas  – yang berupa sarana �isik seperti  ruangan dan gedung dimana keseluruhan  perangkat sistem dan teknologi informasi ditempatkan; dan

5. Manusia – yang merupakan pemakai dan pengelola dari sistem informasi yang dimiliki.

Sumber: ITGI, 2000

Sumber: ITGI, 2000

(4)

harus dialokasikan untuk  pengembangan teknologi  informasi  perlu diberikan secara efektif,  melalui cara‐cara yang ekonomis (e�isien), dimana keseluruhan datanya haruslah terpercaya  atau reliable. Untuk itulah dibutuhkan teknologi, fasilitas, dan aplikasi yang memadai dengan  didukung oleh sumber daya manusia yang handal.

CRITICAL SUCCESS FACTORS

Critical Success Factors atau  biasa  disingkat CSF,  merupakan hal‐hal  yang dianggap sebagai 

kunci keberhasilan perusahaan dalam mengelola teknologi informasi yang dimiliki agar dapat  secara  efektif  menjadi  penunjang  setiap  usaha  untuk  pencapaian  obyektif  bisnis.  Secara  prinsip, CSF memiliki karakteristik sebagai berikut:

Pemacu utama untuk pencapaian keberhasilan pelaksanaan proses manajemen;

Suatu kondisi yang akan menjadi batu pijakan tercapainya keberhasilan pelaksanaan 

aktivitas secara optimal;

Hal  yang  dianggap  sangat  penting  untuk  meningkatkan  probabilitas  tingkat 

kesuksesan terlaksananya sebuah proses;

COBIT menganggap bahwa terkait dengan proses  investasi teknologi informasi,  paling tidak  ada beberapa CSF  yang  patut untuk dipertimbangkan untuk  dipakai  sebagai acuan,  masing‐ masing adalah:

Seluruh  tipe dan jenis  biaya  terkait  dengan teknologi  informasi  telah  teridenti�ikasi 

dan diklasi�ikasikan sesuai dengan karakteristiknya;

Sejumlah  aset  teknologi  informasi  yang  terkait  dengan  adanya  pembiayaan 

pemeliharaan terhadapnya dapat diukur secara efektif dan jelas;

Kriteria  yang  dipergunakan  untuk  setiap  pengambilan  keputusan  terkait  dengan 

investasi  teknologi  informasi  secara  formal  telah dimiliki,  lengkap dengan  prosedur  pengajuan dan persetujuannya;

Perencanaan pengembangan teknologi informasi secara jelas telah dide�inisikan sesuai 

dengan  siklus  hidup  (life  cycle)  teknologi  terkait,  sehingga  biaya  yang  perlu  dikeluarkan dan diinvestasikan di kemudian hari telah dapat diketahui;

Proses  pengembilan  keputusan  terhadap  investasi  yang  akan  dikeluarkan  telah 

(5)

lain  sebagainya),  dampak  proses  lintas  sektoral  yang  perlu  dibina,  manfaat  yang  diharapkan  didapatkan,  kontribusi  terhadap  bisnis  yang  diperoleh,  dan  lain  sebagainya;

Tersedia  pilihan  sejumlah  skenario  terhadap  berbagai  kemungkinan  investasi  yang 

dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aspek‐aspek seperti analisa cost‐bene�it,  �isibilitas, tingkat kematangan teknologi, tata kala waktu, dan lain‐lain;

Anggaran  dan  investasi  teknologi  informasi  sejalan  dengan  strategi  anggaran  dan 

rencana bisnis perusahaan atau korporat; dan

Tingkat akuntabilitas manajemen yang jelas terhadap realisasi manfaat yang diperoleh 

dalam bentuk prosedur pengawasan berkala yang jelas, sejalan dengan biaya investasi  yang dikeluarkan.

KEY GOAL INDICATORS DAN KEY PERFORMANCE INDICATORS

Key  Goal  Indicators  atau  disingkat  KGI  adalah  merupakan  sasaran  atau  target  yang  ingin 

dicapai oleh sebuah proses atau aktivitas  di  dalam perusahaan.  Karena KGI sifatnya sebuah  obyektif  yang  ingin  dicapai  di  masa  mendatang,  maka  secara  berkala  perlu  dilakukan  pengukuran‐pengukuran untuk menjamin bahwa aktivitas yang dilakukan perusahaan berada  di  “jalan  yang  benar”  (on  the  right  track)  dalam  arti  kata  menuju  pada  tercapainya  KGI  tersebut.  Indikator ukuran ini lah yang di dalam COBIT dinamakan sebagai Key Performance 

Indicators atau KPI.

Sumber: ITGI, 2000

Terkait  dengan proses  investasi  teknologi  informasi  di  perusahaan,  contoh  KGI  yang  dapat  dipergunakan adalah sebagai berikut:

Persentasi  investasi  teknologi  informasi  yang  berhasil  memenuhi  atau  bahkan 

melebihi  manfaat  yang  diharapkan  atau  ditargetkan  sebelumnya,  berdasarkan  perhitungan semacam ROI atau kepuasan pemakai (user satisfaction);

Biaya aktual pengeluaran teknologi informasi yang dinyatakan sebagai persentasi total 

pengeluaran dibandingkan dengan target yang telah direncanakan;

Biaya aktual pengeluaran teknologi informasi yang dinyatakan sebagai persentasi total 

(6)

Sementara itu, KPI yang dapat dipergunakan sebagai indikator kinerja adalah sebagai berikut:

Persentasi  proyek  teknologi  informasi  yang  menggunakan  standar  baku  model 

investasi dan penganggaran;

Durasi pemantauan dan revisi anggaran secara berkala;

Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kasus terjadinya penyimpangan dengan 

pelaporan;

Persentasi proyek teknologi informasi yang melewati tahap evaluasi investasi;

Jumlah proyek teknologi  informasi  yang berhasil memberikan manfaat sesuai dengan 

harapan dan besaran investasi yang telah dikeluarkan; dan lain sebagainya.

MATURITY MODEL

COBIT melihat  bahwa menerapkan mekanisme governance secara efektif tidaklah semudah  membalikkan  telapak  tangan,  melainkan  harus  melalui  sejumlah  tahap  “kematangan”  tertentu.  Paling tidak posisi kematangan sebuah perusahaan terkait dengan keberadaan dan  kinerja proses tata kelola investasi teknologi informasi dapat dikategorikan menjadi 6 (enam)  tingkatan, yaitu:

1.

Adalah  posisi  kematangan  terendah,  suatu  kondisi  dimana  perusahaan  merasa  tidak membutuhkan adanya mekanisme proses investasi teknologi  informasi  yang  baku,  sehingga  tidak  ada  samak  sekali  pengawasan terhadap  investasi  teknologi  informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan;

2.

Sudah ada beberapa inisiatif mekanisme perencanaan, tata kelola, dan pengawasan  terhadap  sejumlah  investasi  yang  dilakukan,  namun  sifatnya  masih  ad‐hoc,  sporadis, tidak konsisten, belum formal, dan reaktif;

3.

Kondisi  dimana  perusahaan  telah  memiliki  kebiasan  yang  terpola  untuk  merencanakan dan mengelola investasi  teknologi  informasi  dan dilakukan secara  berulang‐ulang  secara  reaktif,  namun  belum  melibatkan  prosedur  dan  dokumen  formal.

4.

Pada tahapan ini,  perusahaan telah memiliki mekanisme  dan prosedur yang jelas  mengenai tata cara dan manajemen proses investasi teknologi informasi, dan telah  terskomunikasikan  serta  tersosialisasikan  dengan  baik  di  seluruh  jajaran  manajemen perusahaan;

5.

Merupakan  kondisi  dimana  manajemen  perusahaan  telah  menerapkan  sejumlah  indikator pengukuran kinerja kuantitatif untuk memonitor efektivitas pelaksanaan  manajemen investasi teknologi informasi; dan

6.

Level  tertinggi  ini  diberikan kepada  perusahaan yang telah berhasil  menerapkan  prinsip‐prinsip governance  secara  utuh  dan mengacu pada best  practice,  dimana  secara  utuh  telah  diterapkan  prinsip‐prinsip  governance,  seperti: transparency, 

(7)

Sumber: ITGI, 2000

Dengan  adanya  maturity  level  model,  maka  perusahaan  dapat  mengetahui  posisi  kematangannya saat ini, dan secara kontinyu serta berkesinambungan harus berusaha untuk  meningkatkan levelnya  sampai  ke  tingkat tertinggi  agar  aspek governance  terhadap  proses  investasi teknologi informasi dapat berjalan secara efektif.

Referensi

Dokumen terkait

Kota Semarang mempunyai potensi yang cukup besar di bidang budidaya air payau yakni seluas 789,80 Ha. Untuk pembesaran ikan bandeng sendiri di Kecamatan Tugu telah

Guna melaksanakan kegiatan penelitian dan pengambilan data tersebut maka saya mengajukan permohonan kepada Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya untuk memberikan surat

Metode yang digunakan adalah BSC , untuk mengukur kinerja bisnis / industri dengan 4 perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan, dan

(2) Apabila PIHAK PERTAMA tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 Perjanjian ini, PIHAK KEDUA berhak mengakhiri perjanjian ini sebelum berakhirnya jangka waktu sewa, dengan

Untuk menilai seberapa angka ketidaklengkapan data yang ada pada lahan penelitian di Rumah Sakit Umum Sinar Kasih Purwokerto, pada bulan November.. 2012 peneliti

Ada 4 aktivitas utama yang dirancang dan dikembangkan dalam PHK-PKPD HPEQ PSPD FK Unsyiah, yaitu (1) Penguatan Implementasi KBK dengan Metode PBL untuk mencapai Kompetensi

Dalam teori kepemimpinan yang lain ada beberapa filsafat lagi yang banyak dipakai, agar setiap pemimpin (Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar

Jika dilihat secara tahunan, produksi Industri Mikro dan Kecil (IMK) Provinsi Bali triwulan III tahun 2017 ( y-on-y ) naik sebesar 4,33 persen dibandingkan dengan triwulan yang