Penerapan PSAK No. 106 Tentang Akuntansi Musyarakah Terhadap Produk Pembiayaan Musyarakah pada Bank Syariah Mandiri
Cabang Luwuk Faisal Rahim1)
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Luwuk Siswadi Sululing2)
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Luwuk Email:siswadi.sululing@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini berjudul: Penerapan PSAK No. 106 Tentang Akuntansi Musyarakah Terhadap Produk Pembiayaan Musyarakah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk, dengan rumusan masalah: Apakah produk pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk telah sesuai dengan PSAK nomor 106? dan Bagaimana perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk ?.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk, maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk sesuai dengan PSAK nomor 106 dan untuk mengetahui perlakuan akuntansi dalam pembiayaan musyarakah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk. Sedangkan kegunaan penelitian in dapat memberikan masukan bagi bank syariah mandiri cabang luwuk dalam perlakuan akuntansi musyarakah, serta menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk telah menerapkan sistem pembiayaan yang operasionalnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 106 tentang akuntansi musyarakah. Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk bertindak sebagai penyedia dana (mitra pasif) pendanaan ini dilakukan pada usaha yang telah berjalan, nasabah dapat mengembalikan dana tersebut untuk kepemilikan usaha sepenuhnya sesuai kesepakatan antara BSM dan nasabah. Porsi jumlah pembagian keuntungan dan kerugian yang ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk yaitu apabila usaha yang dijalankan mendapat keuntungan maka pembagiannya berdasarkan kesepakatan dan apabila terjadi kerugian pada usaha yang dijalankan maka pembagiannya berdasarkan porsi dana masing-masing mitra.
1. Pendahuluan
Menurut UU Perbankan no 10 tahun 1998 dalam ismail (2013, hal.30) Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki tujuan utama yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, Bank menghimpun dana dari masyrarakay dan kemudian menyalurkannya kepada masyarakat dengan tujuan untuk mendororng taraf hidup rakyat banyak, dari dua fungsi bank yaitu menghimpun dan menyalurkannya oleh karena itu disebut financial
intermediary.
Bank Syariah merupakan bank secara operasional berbeda dengan bank konvensional, salah satu ciri khas bank syariah yaitu tidak memberikan bunga kepada nasabah akan tetapi menerima atau membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai dengan akad-akad yang diperjanjikan, konsep dasar syariah berlandaskan pada
Al-Qur’an dan Al-Hadis. Semua produk yang ditawarkan tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan
Al-Hadis Rasulullah SAW.
Perlu digaris bawahi bahwa dari pengertian di atas bank konvensional dan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dari prinsip bank syariah berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Al-hadis sedangkan bank
konvensional berlandaskan pada keuntungan semata, produknya pun juga berbeda antara bank konvensional dengan bank syariah. Bahkan produk yang merupakan
bisnis utama, pencetak pendapatan terbesar bagi sebuah bank konvensional misalnya, yaitu fasilitas kredit dengan sistem bunga (riba) yang melekat pada bank konvensional, justru merupakan hal yang amat dilarang oleh bank syariah. Secara garis besar bank syariah dan bank konvensioanl sama saja dalam benuk sistem, penarikannya, selain itu sebagai lembaga yang membutuhkan dana baik untuk keperluan produktif maupun konsumtif. Namun bank konvensional dan bank syariah terdapat perbedaan yang berkaitan dengan aspek legal, struktur organisasi usaha-usaha yang dibiayai.
lingkungan pengadilan agama. (Ismail, 2013, hal.34).
Bank umum syariah perlu menyalurkan dananya kepada masyarakat agar tidak terjadi idle
fund, bank syariah dapat menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan serta dalam bentuk penempatan dana lainnya, dengan aktivitas penyaluran dana ini bank
syariah akan memperoleh
pendapatan dalam bentuk margin bila menggunakan akad jual beli, bagi hasil, kerja sama usaha, dan menggunakan akad sewa-menyewa. (Ismail, 2013, hal.52).
Dalam akad kerja sama usaha (akad musyarakah),. Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Luwuk memberikan modal sebagian dari total modal keseluruhan yang dibutuhkan. BSM dapat menyertakan modal sesuai dengan kesepakatan dengan nasabah. Jenis pembiayaan musyarakah yang dipakai oleh BSM adalah musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisah) yaitu musyarakah dengan ketentuan bahwa bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya dengan jenis pembiayaan produktif. Pembiayaan musyarakah melayani usaha-usaha yang nilai transaksinya sampai dengan Rp 2.000.000.000,00,. Lebih khususnya penerapan pembiayaan pada akad musyarakah telah tercantum dalam PSAK Nomor 106.
Dalam PSAK Nomor 106 telah mengatur pengakuan dan pengukuran serta penyajian dan pengungkapan,
oleh karena itu kami
mempertanyakan apakah bank syariah mandiri cabang luwuk telah
melaksanakan pembiayaan
musyarakah sesuai dengan psak
nomor 106 tentang akuntansi musyarakah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan
Psak No 106 tentang Akad Musyarakah Terhadap Produk Pembiayaan Musyarakah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk”.
1.1. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah produk pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk telah sesuai dengan PSAK nomor 106? dan Bagaimana perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk ?
1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk sesuai dengan PSAK nomor 106 dan untuk mengetahui produk pembiayaan musyarakah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk. Sedangkan Kegunaan Penelitan: dapat memberikan masukan bagi bank syariah mandiri cabang luwuk dalam perlakuan akuntansi musyarakah dan dapat memberikan manfaat kepada peneliti lain yaitu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Tinjauan Pustakan dan Kerangka Pikir
Bank syariah menurut PP No. 72 tahun 1992 (dalam Ismail, 2013, hal.1) adalah bank yang sistem operasinya berdasarkan prisip-prinsip syariah.
Bank syariah adalah bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan dalam kegiatannya tidak
memberikan bunga maupun
membayar bunga kepada nasabah, imbalan yang diterima maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung pada akad dan perjanjian antara nasabah dan bank (Ismail, 2013, hal.32).
Menurut Syafi’I (dalam
Rahmadi, 2012, hal.33) bank syariah adalah bank beroprasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, yakni bank yang beroprasi sesuai dengan keyentuan-ketentuan syariah Islam khususnya yang nenyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara itu djauhi praktik-praktik yang dikhatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Menurut M.Amin (dalam usman, 2012, hal.34) bank syariah adalah lembaga perbankan yang menggunakan system dan operasinya berdasarkan Syariah islam. Ini berarti operasi perbankan mengikuti tata cara berusaha maupun perjanjian berusaha berdasarkan. Al-Qur’an dan
Al-Hadits dan hukan tata cara dan perjanjian berusaha yang bukan dituntun oleh Al-qur’an dan Al -Hadits. Dalam operasinya bank syariah menggunakan system bagi hasi dan imbalan lainnya yang sesuai dengan syariah islam tidak menggunakan bunga.
Dari pengertian bank dan bank syariah tersebut, dapat
disimpulkan bahwa bank syariah adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kepada masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam yaitu berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist.
Menurut Rachmadi (2012, hal.35) dalam menjalankan aktivitasnya bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: prinsip keadilan, prinsp kesederajatan dan prinsip ketentraman.
2.1.1 Ciri-Ciri, Fungsi dan Tujuan Bank Syariah
Menurut Rachmadi (2012, hal.35) ciri-ciri bank syariah adalah sebagai berikut :
1. Keuntungan dan beban biaya yang disepakati tidak kaku dan ditentukan berdasarkan kelayakan tanggungan risiko dan korbanan masing-masing.
2. Beban biaya tersebut hanya hanya dikenakan sampai batas waktu kontrak, sisa utang selepas kontrak dilakukan kontrak baru/ 3. Penggunaan presentase untuk
perhitungan keuntungan dan biaya administrasi selalu dihindarkan, karena presentase mengandung potensi melipat gandakan.
4. Pada bank syariah tidak mengenal keuntungan pasti (fixed return) ditentukan kepastian sesudah mendapat untung, bukan sebelumnya. 5. Uang dari jenis yang sama tidak
dapat diperjual belikan atau disewakan atau dianggap barang dagangan.
1. Memobilitasi tabungan masyarakat, baik domestk maupun asing.
2. Menyalurkan dana tersebut secara efektif ke kegiatan-kegiatan usaha
yang produktif dan
menguntungkan secara financial dengan memeperhatikan kegiatan usaha tersebut yang tidak dilarang oleh syariah.
3. Melakukan fungsi regulator turut mengatur mekanisme penyaluran dana ke masyarakat sesuai kebijakan Bank Indonesia.
4. Menjembatani keperluan pemanfaatan dana dari pemilik
modal dan pihak yang
memerlukan sehingga uang dapat melancarkan perekonomian khususnya, dan pembangunan umumnya.
5. Menjaga amanah yang
dipercayakannya kepadanya sebagai lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syariah.
Menurut Rachmadi (2012, hal.37) adapun tujuan didirikannya bank syarah yaitu :
1. Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat terbanyak.
2. Meningkatnya partisispasi masyrakat banyak dalam proses pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi.
3. Berkembangnya lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasar efisiensi dan keadilan yang
akan mampu meningkatkan
partisipasi masyarakat sehingga meggalakan usaha-usaha ekonomi
masyarakat banyak dengan antara lain memperluas jaringan lembaga-lembaga keuangan perbankan kedaerah-daerah terpencil.
4. Ikhtiar ini akan sekaligus
mendidik dan membimbing
masyarakat untuk berpikir secara ekonomis berperilaku bisnis dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. 5. Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan menururt syariah dapat beroprasi, tumbuh dan berkembang malebihi bank-bank dengan sistem lain.
2.2 Pengertian Pembiayaan dan Tujuan Pembiayaan
Menurut IAI (2009: 31 paragraf 11), pengertian pembiayaan dapat didefenisikan sebagai berikut:
“Pembiayaan adalah peminjaman
uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan”.
Menurut UU Perbankan no 10 tahun 1998, (dalam Ismail, 2013, hal.106) pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayaai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut serta jangka waktu tersebut dengan imbalan atau bagi hasil, sedangkan tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam.
umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
1. Tujuan pembiayaan untuk tingkat makro
Secara makro tujuan pembiayaan adalah: untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, tersedianya dana bagi peningkatan usaha, peningkatan produktivitas, membuka lapangan kerja baru, terjadinya distribusi pendapatan. 2. Tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro
Secara mikro tujuan pembiayaan adalah: untuk memaksimalkan laba, meminimkan resiko, pendayagunaan sumber ekonomi, dan penyaluran kelebihan dana.
2.3 Pengertian Musyarakah
Menurut IAI dalam PSAK nomor 106 pargraf 4 Musyarakah
adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset non kas (yang diperkenankan oleh syariah).
Menurut Ismail (2013, hal.176) Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam menjalankan usaha, dimana masing-masing pihak menyertakan modalnya sesuai dengan kesepakatan, dan bagi hasil atas usaha dibagi sesuai kontribusi dana atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
Menurut IAI dalam PSAK no 106 paragraf 4 ada 2 jenis pembiayaan musyarakah yaitu :
1. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
2. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut. Menurut IAI dalam PSAK no 106 paragraf 4 ada 2 penggolongan mitra yaitu:
1. Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah, baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut.
2. Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha
musyarakah.
2.3.1 Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah
Menurut Ismail (2013, hal.178) ada tiga rukun dan syarat dalam pembiayaan musyarakah yaitu :
a. Ijab dan qabul
Ijab dan qabul harus dinyatakan dengan jelas dalam akad dengan memerhatikan hal-hal sebagagi berikut:
1. Penawaran dan permintaan harus jelas dituangkan dalam tujuan akad.
3. Akad dituangkan secara tertulis b. Pihak yang berserikat
1. Kompeten.
2. Menyediakan dana sesuai dengan kontrak dan pekerjaan/proyek usaha.
3. Memiliki hak untuk mengelola bisnis yang sedang dibiayai atau memberi kuasa kepaa mitra untuk mengelolanya. 4. Tidak diizinkan untuk menggunakan dana untuk kepentinga
sendir. c, Objek Akad
1. Modal
Dapat berupa uang atau aset yang dapat dinilai. Modal tidak boleh dipinjamkan atau dihadiahkan kepada phak lain. Bank diizinkan meminta aguna sebagai prinsip kehati-hatian.
2.Kerja
Partisipasi kerja dapat dilakukan besama-sama dengan porsi kerja yang tidak harus sama atau salah satu mitra memberi kuasa kepada mitra lain untuk mengelola usahanya. Kedudukan masing-masing mitra harus tertuang dalam kontrak
3.Keuntungan/Kerugian
Jumlah keuntungan harus dikuantifikasikan. Pembagian keuntunga harus jelas dan tercantum dalam kontrak.
2.4 Karakteristik PSAK No 106 Akuntansi Musyarakah
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 5, para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya salah satu mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 6, investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau asset non kas
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 7, karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan
yang disengaja. Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja adalah:
a. Pelanggaran terhadap akad, antara lain, penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya dan pendapatan operasional; atau b. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 7, jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 8, keuntungan usaha
oleh para mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset non kas).
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 9, jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam akad
musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang lebih besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnnya.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 11, porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati
dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 12, pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait dengan investasi
musyarakah yang dikelola dalam
catatan akuntansi tersendiri.
2. 5 Pengakuan dan Pengukuran PSAK 106
Menurut PSAK nomor 106 akuntansi musyarakah paragraf 13, untuk pertanggung jawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.
1. Akuntansi Untuk Mitra Aktif a. Pada Saat Akad
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 14, investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau asset non kas untuk usaha musyarakah.
Menurut psak 106 paragraf 15, pengukuran investasi musyarakah:
a. Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan; dan
b. Dalam bentuk aset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku asset non kas, maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas. Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa akad musyarakah.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 16, asset non kas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan:
a. Penyusutan yang dihitung dengan model biaya historis; b. Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat penyerahan asset non kas untuk usaha musyarakah.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 17, jika proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai asset, maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugian. Aset non kas
akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 19, penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, bank syariah) diakui sebagai investasi musyarakah dan di sisi lain sebagai dana syirkah temporer sebesar:
1. Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima; dan 2. Dana dalam bentuk aset non kas
dinilai sebesar nilai wajar dan disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis jika asset tersebut tidak akan dikembalikan kepada mitra pasif.
b. Selama Akad
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 20, Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar:
1. Jumlah kas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika ada); atau
2. Nilai wajar asset musyarakah non kas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 21, Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset non kas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan jumlah dana
syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif, dan dikurangi kerugian (jika ada).
c. Akhir Akad
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 22, Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban.
d. Pengakuan Hasil Usaha
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 23, Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 24, kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 25, jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 26, pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang dilakukan secara terpisah.
1. Akuntansi Untuk Mitra Pasif a. Pada Saat Akad
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 28, pengukuran investasi musyarakah:
1. Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan
2. Dalam bentuk asset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat asset non kas, maka selisih tersebut diakui sebagai: I. Keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad; atau
II. Kerugian pada saat terjadinya.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 29, investasi musyarakah non kas yang diukur dengan nilai wajar asset yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas asset yang diserahkan, dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada)
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 30, biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarak ah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra.
b. Selama Akad
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 31, bagian mitra pasif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar:
I. Jumlah kas yang
dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika ada); atau
II. Nilai wajar asset musyarakah non kas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 32, bagian mitra pasif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian (jika ada).
c. Akhir Akad
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 33, pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang.
d. Pengakuan Hasil Usaha
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 34, pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana.
2.6 Penyajian dan Pengungkapan 2.6.1 Penyajian
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 35, mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan:
a. Kas atau asset non kas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra pasif disajikan
sebagai investasi
musyarakah;
dana syirkah temporer untuk;
c. Selisih penilaian asset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur ekuitas.
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 36, mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan: Kas atau asset non kas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi musyarakah. Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian asset non kas yang diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra
account) dari investasi musyarakah. 2.6.2 Pengungkapan
Menurut PSAK nomor 106 paragraf 37, mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas, pada:
I. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah,
seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain; II. Pengelola
usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan III. Pengungkapan
yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
2.7 Perlakuan Akuntansi Musyarakah
Menurut Sri Nurhayati (20012, hal.150) pencatatan perlakuan akuntansi dalam pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut :
A. Pencatatan Yang Dilakukan Oleh Mitra Aktif Atau Pasif 1 Pengakuan Investasi Musyarakah
Pengakuan investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau asset non kas untuk usaha musyarakah. Pencatatan ketika mitra aktif mengeluarkan biaya pra akad
Dr. Uang muka akad xxx
Cr. kas xxx
Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah
Dr. Beban musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx
2. Pengukuran Investasi Musyarakah
Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan
Dr. Investasi musyarakah xxx
Pencatatan uang dilakukan jika nilai wajar asset non kas yang diserahkan lebih besar dari nilai buku, maka selisihnya akan dicatat dalam akun selisish asset musyarakah.
Dr. Investasi musyarakah xxx
Dr. Akuntansi penyusutan xxx
Cr Selisih penilaian aset musyarkah xxx
Cr. Asset non kas xxx
Pencatatan amortisasi selisih penilaian asset musyarakah Dr. Selisih penilaian aset musyarakahxxx
Cr. Keuntungan xxx
Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset non kas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian.
Dr. Investasi musyarakah xxx
Dr. Akumulasi penyusutan xxx
Dr. Kerugian penurunan nilai xxx
Cr. Asset non kas xxx
Apabila investasi dalam bentuk asset non kas dan diakhir akad akan di terma kembali maka atas asset musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar tersebut.
Dr. Beban depresiasi xxx
Cr. Akumulasi depresiasi xxx
Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan.
Dr. Kas/piutang xxx
Cr. Pendapatan investasi Musyarakah xxx Apabila investasi yang dilakukan rugi
Dr. Kerugian xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
1. Pada Akhir Akad
Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas Jika ada kerugian
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Jika ada kerugian
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
Apabila modal investasi berupa asset non kas dan dikembalikan dalam bentuk asset non kas yang sama pada akhir akad
Jika tidak ada kerugian
Dr. Asset non kas xxx
Cr. Investasi musyarakah xxx
Jika ada kerugian
Dr. Asset non kas xxx
Apabila modal investasi berupa asset non kas, dan dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar ketika asset non kas diserahkan,
a. Jika tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan
asset non kas menghasilkan keuntungan;
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
b. Jika ada penyisihan kerugian dan penjualan asset non
kas menghasilkan keuntungan:
Dr. Kas xxx
Dr Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
B. Pencatatan Yang Dilakukan Oleh Pengelola Dana 1. Pengakuan Investasi Musyarakah
Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar:
Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas.
Dr. Kas xxx
Cr. Dana syirkah Temporer xxx
dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub
ledger) antara dana yang berasal dari mitra aktif atau mitra pasif. a. Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk asset non kas.
Dr. Asset non kas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
b. Apabila diakhir akad asset non kas tidak dikembalikan maka
yang mencatat beban depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis.
Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat beban depresiasi adalah mitra yang menyerahkan asset non kas sebagai modal investasinya.
Dr. Beban Depresiasi `xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi xxx
Pengelola akan mengakui pendapatan dan beban.:
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Dr. Beban xxx
Cr. Kas/utang xxx
2. Pengakuan Investasi Musyarakah
Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif/pasif :
Dr. Beban bagi hasil xxx
Pada saat pembagian laba tersebut dibagikan
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan dan beban bagi hasil ditutup.
Dr. Pendapatan belum dibagi hasilkan xxx
Cr. Beban bagi hasil xxx
Jika pengelola mengakui adanya kerugian, jurnal penutup:
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Kerugian yang belum dialokasikan xxx
Cr. Beban xxx
Untuk pengakuan pendisitribusian kerugian.
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr Kerugian yang belum dialokasikan xxx
3. Pada Akhir Akad.
Apabila dana investasi yang diserahkan kas. Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
Apabila dana investasi yang diserahkan berupa asset non kas, dan diakhir akad dikembalikan,.
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Asset non kas xxx
Jika asset harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka ia menerima kas sebagai penutup kerugian. Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
Ketika Pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian : Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx
Ketika Pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian : Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Kewajiban xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
2.8 Penelitian Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan sebagai berikut: Tabel : 2.1.
Penelitian Terdahulu
No Nama
peneliti
Judul Penelitian Vari-abel Peneli tian
Metode Anal-isis Data
1. Ha-yatunufus Muham-mad Yunus (2013)
Analisis Penerapan PSAK No 105 atas Pembiayaan Mud-harabah pada Bank Syariah.
Deskrifti p kualita-tif
pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indone-sia,Tbk diberikan dalam bentuk modal kerja berupa kas, asset non kas, dan dalam menetapkan besarnya bagi hasil digunakan metode Revenue Sharing dan pembiayaan mudhrabah telah sesuai dengan PSAK 105
2. Dian Gunawan (2013)
Penerapan PSAK
107 atas Transaksi Ijarah pada PT. BNI
Syariah Cabang
Makassar.
Deskrifti p Kuali-tatif
Hasil penelitian yang telah dilakukan, PT.BNI Syariah Cabang Makassar telah menerapkan pengakuan, pengukuran, serta penyajian transaksi ijarah pada laporan keuan-gan
secara keseluruhan sesuai dengan PSAK No 107.
3 Banindita
(2013)
Anlisis Penerapan PSAK 102 oada
Produk
Ke-pemilikan Emas
dan PSAK 107
pada Produk Gadai Emas Padan Bank BNI Syariah.
Deskrip-tif kuali-tatif
Secara keseluruhan bank BNI syariah telah men-jalankan dan menggunakan pedomoan akuntansi PSAk 102 dan PSAK 107 pada produk perlakuan akun-tansinya untuk produk gadai emas dan kepemilikan emas.
2.9 Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Sumber: Pengembangan Penulis, 2014
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk yang berlokasi di Jl. Urip Sumoharjo No: 18 Luwuk, Telp. (0461) 22779, Kelurahan Keraton,
Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
3.1 Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan yaitu: a. data kualitatif: data yang berhubungan dengan karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata, seperti profil perusahaan PSAK nomor 106
Akuntansi Musyarakah
Produk Pembiayaan Musyarakah
Pengakuan dan pengukuran
Penyajian dan Pengungkapan
Perlakuan Akuntansi Bank Syariah Mandiri Cabang
dan prosedur pembiayaan musyarakah; b. data kuantitatif: data yang berwujud angka-angka. Seperti data-data perlakuan akuntansi dalam pembiayaan musyarakah, sedangkan sumber data yang digunakan adalah: a/ data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumbernya. Seperti jenis produk musyarakah, jumlah nasabah dan perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah; b. data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan yang berhubungan dengan objek penelitian seperti penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan objek penelitian.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu: 1) Metode
Pengamatan (Observasi).
Pengamatan (observasi) yakni melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan dengan melihat dokumentasi akuntansi musyarakah; 2) Metode wawancara. Metode
wawancara yaitu dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan pembiayaan musyarakah; 3) Metode Kepustakaan. Metode kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku, artkel, jurnal yang berhubungan erat dengan akuntansi musyarakah
3.3. Definisi Variabel dan Operasional Variabel
Dalam penelitian ini memiliki 2 (dua) variabel yaitu, variabel produk pembiayaan musyarakah dan variabel PSAK nomor 106 akuntansi musyarakah
1. Pembiayaan Menurut IAI
(2009, 31 paragraf 11),
adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak
peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil
keuntungan.
2. Menurut IAI dalam
PSAK nomor 106 pargraf 4 Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset non kas, yang diperkenankan oleh syariah.
3.4. Metode Analisis Data
Penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan menggambarkan keadaan objek penelitian yang sesungguhnya untuk mengetahui penerapan pembiayaan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Luwuk.
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang terdapat dalam PSAK nomor 106 tentang Akuntansi Musyarakah
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Penerapan Pembiayaan Musyarakah
Sistem pembiayaan
musyarakah merupakan suatu kerangka dan prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang telah disusun dengan skema pembiayaan
yang menyeluruh untuk
menghasilkan informasi pembiayaan, khususnya pembiayaan musyarakah dengan tepat cepat akurat serta dapat dipertanggung jawabkan maka diperlukan kerja sama yang baik disetiap unit yang berhubungan dengan pembiayaan umumnya dan pembiayaan musyarakah khususnya. Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk menyediakan fasilitas musyarakah berupa pemberian pembiayaan produktif kepada nasabah. Pembiayaan Produktif 1. Untuk pengusaha perorangan,
le-galitas usaha, kartu identitas calon nasabah dan istri, KTP/paspor, kartu keluarga dan surat nikah, la-poran keuangan, salinan rekening bank 3 bulan terakhir dan dat ja-minan.
2. Untuk badan usaha, legalitas usaha, kartu identitas pengurus data jaminan, laporan keuangan 2 bulan terakhir, salinan rekening bank 3 bulan terakhir, proposal yang disampaikan calon nasabah
dinilai oleh marketing officer, dalam layak tidaknya suatu pem-biayaan disalurkan maka dilaku-kan penilaian pembiayaan penilaian awal proscrening den-gan memperhatikan pasar sasaran yakni jenis usaha atau barang yang dilarang dibiayai, jenis usaha yang perlu dihindari, daftar kredit macet di Bank Indonesia, daftar hitam Bank Indonesia, dan daftar hitam Bank Syariah Mandiri. Setelah analisis tersebut dinyatakan layak maka marketing officer melakukan analisis lebih lanjut.
3. Marketing officer melakukan in-terview awal dengan calon nasa-bah untuk memperoleh informasi mengenai calon nasabah, penye-lidikan tentang penggunaan pem-biayaan, kunjungan ke lokasi ja-minan calon nasabah untuk men-getahui kebenaran dan menilai jaminan penilaian atas legalitas usaha dan untuk mengetahui gambaran umum mengenai ke-mampuan keuangan calon nasa-bah.
Ca-pacity (kapasitas), Capital
(mo-dal), Condision (kondisi)
Collat-eral (jaminan). Penilaian dengan
analisis 5C adalah sebagai berikut :
a. Character
Analisi yang dilakukan terhadap pribadi nasabah secara individu ataupun suatu badan usaha seperti : sifat-sifat pribadi, gaya hidup, kebiasaan-kebiasaan dan kemauan serta niat baik nasabah untuk mematuhi
kewajibannya kelak
(willingness topay)
b. Capacity
Analisis ini bertujuan
mengukur tingkat
kemampuan calon nasabah
dalam mengelola
pembiayaan yang diberikan.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
1) Aspek manajemen
Aspek manajemen
adalah kemampuan
pengelolaan perusahaan antara lain : kemampuan menetapkan visi dan misi
dalam berusaha,
menterjemahkan visi dan misi dalam sasaran spesifik, merumuskan strategi yang diperlukan secara efektif, dan efisien serta melakukan evaluasi pengendalian.
2) Aspek produksi
Analisis aspek produksi
bertujuan untuk
mengetahui kemampuan
permohonan untuk
berproduksi/berdagang secara
berkesinambungan. 3) Aspek pemasaran
Tujuan analisis terhadap aspek pemasaran adalah
untuk menilai
kemampuan pemohon
dalam memasarkan
produknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : Data penjualan masa lalu tingkat persaingan, angka proyeksi pemasaran, pada masa yang akan
dating meliputi
perencanaan dan strategi pemasaran yang akan dilakukan.
4) Aspek personalia
Analisis aspek personalia bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dari segi kuantitas maupun kualitas tenaga kerja yang mendukung aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan memelihara hubungan baik antara tenaga kerja dengan perusahaan. 5) Aspek keuangan
Analisis aspek keuangan bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan mengelola dana dan
membayar di mas
mendatang
c. Capital
Analisis ini bertujuan untuk mengukur kemampuan usaha
calon nasabah unuk
mendukung pembiayaan
modalnya sendiri. Semakin besar kemampuan modal berarti semakin besar porsi pembiayaan yang disukung oleh modal sendiri.
Analisis ini bertujuan melihat kondisi perekonomian secara umum serta kondisi pada sector usaha callon nasabah. Keadaan perdagangan serta persaingan dilingkungan sector usaha calon nasabah. Sehingga pembiayaan yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya.
e. Collateral
Setiap pemberian
pembiayaan harus di sertai dengan jaminan fisik yang jumlah dan nilainya harus dapat menjamin besarnya pembiayaan yang disetujui. Jaminan pembiayaan harus benar-benar dapat dikuasai serta di yakini kebenaran status pemiliknya. Sehingga, bila dikemudian hari nasabah tidak mampu membayar kewajibannya, maka jaminan ini dapat dijadikan sebagai alat pengamanan atas pembiayaan yang di berikan. 1. Setelah memperoleh keyakinan
atas keabsahan dokumen dari hasil penyelidikan dan awancara maka langkah selanjutnya adalah memberikan keputusan, mene-rima atau menolak pembiayaan tersebut. Persetujuan pem-biayaan merupaan sarana gendalian resiko, sarana pen-gendalian proses manajemen pembiayaan, cermin kemampuan pengelola pembiayaan, dan hasil akhirnya memperlihatkan kuali-tas pembiayaan secara keseluru-han. Bila telah dianggap layak menerima pembiayaan, maka persetujuan pembiayaan diberi-kan oleh Marketing officer, yang dituangkan dalam Nota Analisa Pembiayaan (NAP).
2. Selanjutnya Nota Analisa Pem-biayaan (NAP) akan di ajukan oleh Marketing Officer kepada
Pimpinan Cabang untuk
meminta persetujuan pem-biayaan. Jika Pimpinan Cabang menyetujui pembiayaan tersebut maka akan dinyatakan dalam su-rat Keputusan Pembiayaan (SKP) yang telah di buat oleh Administrasi Pembiayaan.
4.1.2 Prosedur Realisasi Pem-biayaan Musyarakah
Prosedur realisasi pembiayaan musyarakah adalah proses pencairan dana atas permohonan pembiayaan yang telah disetujui oleh Pimpinan Cabang. NAP, SKP, dan dokumen lainnya akan diserahkan kepada Administrasi Pembiayaan untuk selanjutnya dibuat SP3/akad pembiayaan dan didudukan dalam perjanjian akad pembiayaan persetujuan untuk menempatkan dana dan modal bank pada aktiva yang berisiko. Dalam persetujuan pembiayaan ini harus mencerminkan suatu pernyataan bahwa nasabah yang disetujui adalah nasabah yang layak menerima pembiayaan. Tahap selanjutnya adalah pencairan pembiayaan. Dana yang diberikan sesuai dengan jumlah yang di setujui dalam akad perjanjian pembiayaan musyarakah yang akan langsung di transfer ke dalam rekening nasabah yang ada di Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk.
4.1.3 Prosedur Pembinaan dan Monitoring Pembiayaan Musyarakah
Prosedur ini meliputi informasi yang diperoleh Marketing Officer khususnya dan unit-unit yang terikat
lainnya, yang mencakup
Secara perodik Marketing Officer menghubungi nasabah untuk mengingatkan nasabah akan kewajiban dan untuk pembiyaan produktif Marketing Officer melakukan kunjungan kelokasi usaha nasabah yang biasanya dilakukan minimal 3 bulan sekali.
Monitoring yang dlakukan oleh
Marketing Officer meliputi pemantauan langsung ketempat usaha, pemeriksan laporan keuangan perkembangan nilai jaminannya. Setiap bulan nasabah harus memberikan laporan keuangan atau catatan pembukuannya kepada
Marketing Officer untuk mengetahui
perkembangan usaha nasabah.
Marketing Officer melakukan evaluasi atas perkembangan usaha yang dibiayai berdasarkan data-data yang diperoleh dari riwayat pembayaran nasabah data-data yang ada di dalam file pembiayaan. Apabila dalam evaluasi tersebut terdapat indikasi adanya masalah dalam pelaksanaan kegiatan nasabah, maka Marketing Officer melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terikat lainnya, dan mengusulkan tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk memperbaiki dan memecahkan masalah.
4.1.4 Prosedur Penutupan Pem-biayaan
Dalam melakukan penutupan pembiayaan murabah nasabah haruslah melunasi seluruh pembiayaan yang telah disepakati, kemudian Marketing Officer
melakukan pemeriksaan melalui data yang ada pada computer untuk melihat kebenarannya, apakah nasabah telah benar-benar melunasi sejumlah pembiayaan. Jika nasabah telah melunasi seluruh pembiayaan, maka Administrasi Pembiayaan akan
membuat surat pelunasan yang harus disetujui oleh Pimpinan Cabang. Bila Pimpinan Cabang telah menyetujui surat pelunasan tersebut, maka ia akan memberikan surat perintah kepada Unit Kontrol intern untuk mengeluarkan jaminan nasabah.
Marketing Officer menenyerahkan
dokumen jaminan dan Surat Pelunasan.
Pembiayan kepada nasabah dan nasabah menandatangani tanda terima dokumen dengan rangkap dua, rangkap pertama diserahkan ke bagian administrasi pembiayaan dan rangkap kedua diserahkan kepada nasabah. Kemudian tanda terima pelepasan jaminan di arsipkan oleh Asisten Administrasi Pembiayaan. Tanda terima jaminan ini berfungsi sebagai bukti bahwa dokumen jaminan telah diambil oleh nasabah.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Karakteristik
Penerapan pembiayaan Musyarakah Menurut PSAK nomor 106. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pembiayaan musrakah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Lwuwuk secara umum telah sesuai dengan PSAK nomor 106. Kesesuain penerapan pembiayan musyarakah yang terikat dengan PSAK nomor 106 antara lain adalah :
Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk dalam melaksanakan pembiayan musyarakah bertindak sebagai mitra pasif ( penyedia dana) pendanaan ini dilakukan pada usaha yang telah berjalan, nasabah dapat ,engenmbalkan dana tersebut untuk kepemilikan usaha sepenuhnya sesuai kesepakatan antara bank dan nasabah.
menyatakan bahwa para mitra (syarik), bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang masih baru, selanjutnya salah satu mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain (PSAK 106 : Akuntansi Musyarakah, paragraf 05).
Contoh transaksi musyarakah : Tn sukron menerima bantuan pendanaan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk dengan menggunakan akad musyarakah dengan total Rp 50.000.000,00, dari
transaksi tersebut maka pencatatan yang dilakukan oleh Bank Mandiri Syariah Cabang Luwuk adalah sebagai berikut :
Pembiayaan musyarakah Rp 50.000.000,00
Kas Rp 50.000.000,00
Pemberian dana kepada nasabah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk yaitu berupa kas, hal ini telah sesuai dengan akuntansi musyarakah, investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau asset non kas, (PSAK 106 : Akuntansi Musyarakah, paragraf 06).
Porsi jumlah pembagian keuntungan dan kerugian yang ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk yaitu apabila usaha yang dijalankan mendapat keuntungan maka pembagiannya berdasarkan kesepakatan dan apabila terjadi kerugian pada usaha yang dijalankan maka pembagiannya berdasarkan dana masing-masing mitra, hal ini sesuai dengan akuntansi musyarakah, keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun asset non kas).
- Contoh transaksi musyarakah :
Tn sukron melaporkan laba usaha sebesar Rp 25.000.000,00 nisbah bagi hasil yang telah disepakati antara Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk dengan nasabahnya adalah 40:60 maka porsi bagi hasil yang telah disepakati antara Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk sebesar Rp 10.000.000,00 (40% x Rp 25.000.000,00). Pencatatan yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk :
Kas Rp 10.000.000,00
Pendapatan biaya musyarakah Rp 10.000.000,00
Adapun, hak atas bagi hasil yang belum dibayarkan oleh mitra pasif pada saat jatuh tempo kepada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk akan diakui sebagai piutang jatuh tempo sebesar bagi hasil yang menjadi porsi pemilik dana pada periode yang bersangkutan. Sedangkan, rugi yang terjadi akan diakui pada periode tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan. Pada akhir periode pembiayaan musyarakah, Tn sukron melaporkan bahwa masih terdapat bagi hasil yang menjadi porsi Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk sebesar Rp 3.500.000,00 maka Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk mencatat :
- Piutang jatuh tempo Rp 3.500.000,00
4.2.2 Pengakuan dan Pengukuran
Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk akan diakuai sebagai dana musyarakah, dana musyarakah tersebut akan diukur sebesar kas yang diberikan BSM kepada pengelola dana, adapun dana yang diberikan secara bertahap diakui setiap tahap pembayaran dan diukur sebesar kas yang diberikan kepada pengelola dana (mitra aktif). Hal ini sesuai dengan akuntansi musyarakah investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau asset non kas untuk usaha musyarakah, (PSAK nomor 106, akuntansi musyarakah, paragraf 14) dan pengukuran investasi musyarakah dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan, dan dalam bentuk asset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antar nilai wajar dan nilai buku asset non kas, maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian asset dalam ekuitas. Selisih penilaian asset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa akad musyarakah ( PSAK nomor 106,Akuntansi Musyarakah, paragraf 15)
4.2.3 Penyajian
Bank Syariah Mandiri
Cabang Luwuk menyajikan
pembiayaan musyarakah dalam laporan keuangan sebesar jumlah yang tercatat, adapun bagi hasil yang dibayarkan oleh pengelola dana disajikan sebesar jumlah dana yang dibayarkan sebagai pendapatan bagi hasil sedangkan dana bagi hasil yang belum dibayarkan disajikan sebesar jumlah tercatat sebagai piutang jatuh tempo.
4.2.4 Pengungkapan
Dalam hal pengungkapan PSAK 106 menyatakan bahwa
pengelola dana harus
mengungkapkan hal-hal terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas pada isi kesepakatan usaha musyarakah seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktifitas usaha musyarakah dan lain-lain, penyaluran dana yang berasal dari
pembiayaan musyarakah,
pengungkapan yang diperlukan sesuai dengan PSAK nomor 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah.
5. Penutup
Berdasarkan hasil dan pembahasan, penulis memberikan
kesimpulan: 1) Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk telah menerapkan sistem pembiayaan yang operasionalnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 106 tentang akuntansi musyarakah. Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk bertindak sebagai penyedia dana (mitra pasif) pendanaan ini dilakukan pada usaha yang telah berjalan, nasabah dapat mengembalikan dana tersebut untuk kepemilikan usaha sepenuhnya sesuai kesepakatan antara BSM dan nasabah; 2) porsi jumlah pembagian keuntungan dan kerugian yang ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk yaitu apabila usaha yang dijalankan mendapat keuntungan maka
pembagiannya berdasarkan
kesepakatan dan apabila terjadi kerugian pada usaha yang dijalankan maka pembagiannya berdasarkan porsi dana masing-masing mitra.
Mandiri Cabang Luwuk dengan mitra aktif; 2) Lebih terbuka untuk
pemberian informasi atas laporan posisi keuangan dan SOP.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, 2013, Perbankan Syariah, edsi ke dua Yogyakarta, Kencana Prenada Media group
Usman Rachmadi, 2012, Aspek hokum Perbankan Syariah, Jakarta, Sinar Grafika.
Warsono, Sony, 2011, Akuntansi Transaksi Syariah, edisi pertama asgard chapter
Nurhayati, Sri, 2012. Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta. Salemba empat
SUMBER LAIN
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Dian Gunawan, 2013, Penerapan PSAK 107 atas transaksi ijarah pada PT. BNI
syariah cabang makassar., universitas Hasanuduin Makassar. Diakses
Tanggal 12 Mei 2014, 09:00 Wita.
Hyatunufus, Muhammad Yunus, 2013, Analisis penerapan psak no. 105 atas
pembiayaan mudharabah pada bank syariah (studi kasus PTt. bank muamalat indonesia, tbk) Universitas Bin Nusantara. Diakses tanggal 12
Mei 2014, 09:00 Wita.
Banindita, 2013, Anlisis penerapan PSAK 102 oada produk kepemilikan emas dan
PSAK 107 pada produk gadai emas padan bank BNI syariah, Universitas Islam Negeri, Sunan Kalijaga. Diakses Tanggal 12 Mei 2014, 09:00 Wita.
(http://esharianomics.com) Muhammad, 2009, jenis-jenis pembiayaan, Diakses Tanggal !2 Mei 2014, 09:00 Wita..
(http://id.shvoong.com) tentang tujuan pembiayaan, Diakses tanggal 12 Mei 2014. 10:00 wita.
www.. American Accounting Association. Com Pengertian akuntansi. Diakses Tanggal 12 Mei 2014. 09:30 Wita.
www. Astriandiana.blogspot.com. Pengertian Akuntansi, Diakses Tanggal 12 Mei 2014, 09:00 Wita.