BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir analisis. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Pasundan 2 Bandung yaitu kelas X5, X7 dan X8.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Menurut Sukardi (2003, hlm.179) metode kuasi eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun pemilahan kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik random.
Metode ini diharapkan dapat mengungkapkan perbedaan kemampuan berpikir analisis antara siswa yang menggunakan model collaborative learning tipe debat, siswa yang menggunakan model collaborative learning tipe group grid dan siswa yang menggunakan metode ceramah.
3.3 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah counterbalanced design. Dalam desain ini terdapat tiga kelompok dan setiap kelompok diberi perlakuan tiga kali, kemudian diberi post test untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir analisis antar kelompok siswa yang diberi perlakuan. Secara lebih jelas bisa digambarkan seperti pada Gambar 3.1.
Group I X1 O X2 O X3 O
Group II X2 O X3 O X1 O
Group III X3 O X1 O X2 O
Keterangan:
X1 : Perlakuan menggunakan collaborative learning tipe debat X2 : Perlakuan menggunakan collaborative learning tipe group grid X3 : Perlakuan menggunakan metode ceramah
O : Post test
3.4 Operasionalisasi Variabel
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Perlakuan model
collaborative learning merupakan variabel bebas sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir analisis. Tabel 3.1 memaparkan operasionalisasi variabelnya.
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Teoritis Definisi Operasional
Perlakuan learning tipe debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan
Perbuatan berupa model collaborative learning tipe debat kepada kelas eksperimen 1 pada perlakuan pertama, kelas eksperimen 2 pada perlakuan kedua, dan pada kelas eksperimen 3 pada
perlakuan ketiga yang dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru membagi kelompok peserta
debat menjadi empat kelompok, dua kelompok berperan sebagai pro dan dua kelompok lainnya berperan sebagai kontra.
2) Guru meminta siswa membaca materi yang akan didebatkan.
3) Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra.
4) Guru menulis inti/ide daris setiap pembicaraan dipapan tulis.
5) Guru menambah konsep atau ide yang belum terungkap.
Perlakuan grid adalah tipe yang membantu siswa baru dan melatih siswa untuk menganalisa materi belajarnya. (Barkley, 2012, hlm. 319)
Perbuatan berupa model collaborative learning tipe group grid kepada kelas eskperimen 1 pada perlakuan kedua, kelas eksperimen 2 pada perlakuan pertama, dan kelas eksperimen 3 pada perlakuan ketiga yang dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok
2) Guru membagikan lembar kisi kosong kepada masing-masing kelompok. 3) Guru memberikan daftar item
informasi yang belum tersusun kepada siswa.
4) Kelompok mengisi sel-sel kosong yang ada pada kisi.
5) Kelompok memberikan uraian pada item yang sudah dianggap sesuai. 6) Kelompok mempresentasikan temuan
mereka.
7) Siswa menyimpulkan tentang materi yang telah dibahas.
Nilai post test kemampuan berpikir analisis pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas eksperimen 3 dengan indikator:
1) Analisis tentang bagian-bagian - Mengenali asumsi-asumsi yang
tidak dinyatakan secara eksplisit - Memberikan ciri-ciri, berdasar
fakta dari pernyataan normatif - Membeda-bedakan antara
mekanisme-mekanisme
- Memberikan ciri-ciri sebab akibat atau hubungan-hubungan dari urutan lain
- Memberikan ciri-ciri suatu pernyataan kesimpulan
2) Analisis tentang hubungan-hubungan - Mengenali hubungan timbal balik
di antara ide-ide dalam suatu kutipan teks pendek
- Mengenali seluk-beluk penetapan suatu keputusan yang relevan - Memberi ciri-ciri dari
sebab-akibat atau hubungan-hubungan dari urutan-urutan logis
- Menelaah hubungan-hubungan pernyataan-pernyataan dalam satu argumentasi
- Memberi ciri-ciri pernyataan yang relevan dan yang tidak
3) Analisis prinsip-prinsip pengorganisasian
- Memahami makna dan mengenali wujud serta pola artistik dalam kesusastraan
3.5 Instrumen Penelitian
Untuk mengukur kemampuan berpikir analisis siswa menggunakan instrumen tes dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal pada masing-masing perlakuan.
Langkah-langkah sistematis dari penyusunan instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator dan tujuan pembelajaran.
b. Membuat kisi-kisi tes.
c. Menyusun tes berdasarkan kisi-kisi. d. Melakukan uji coba tes.
e. Melakukan uji kualitas tes (validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda). f. Merevisi/memperbaiki tes.
3.6 Uji Instrumen Penelitian
3.6.1 Uji Validitas
Validitas item dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut:
r pbi = √
(Sudijono, 2011, hlm.185) Keterangan:
r pbi = Koefisien korelasi biserial
Mp = Skor rata-rata hitung untuk butir yang dijawab betul.
Mt = Rata-rata skor total
St = Standar Deviasi dari skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab betul pada butir yang diuji validitasnya q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada butir yang diuji validitasnya
Menggunakan interpretasi terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah selanjutnya. Interpretasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Jika rhitung > rtabel, maka item soal tersebut valid.
Sumber: Lampiran B
Berdasarkan validitas hasil uji coba item, untuk soal pertemuan ke-1 item no 3, 5, 8, 13, 18, 21, 22, dan 23 dinyatakan tidak valid. Soal no 5, 8, 13, dan 23 akan dibuang, sedangkan soal no 3, 18, 21, dan 22 dalam tahap perbaikan. Sehingga jumlah soal yang dipakai untuk penelitian pada pertemuan ke-1 berjumlah 20 soal.
Validitas hasil uji coba item untuk soal pertemuan ke-2 item no 5, 7, 10, 11 dinyatakan tidak valid dan soal akan dibuang. Sehingga jumlah soal yang dipakai untuk penelitian pada pertemuan ke-2 berjumlah 20 soal.
Validitas hasil uji coba item untuk soal pertemuan ke-3 item no 2, 6, 18 dinyatakan tidak valid dan soal akan dibuang. Sehingga jumlah soal yang dipakai untuk penelitian pada pertemuan ke-3 berjumlah 20 soal.
Sehingga ke 20 soal dalam masing-masing pertemuan layak untuk dijadikan alat ukur penelitian selanjutnya.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Suharsimi Arikunto, 2013, hlm.221). Instrumen yang dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan hasil data yang akurat serta juga dapat dipercaya, dalam hal ini instrumen tes akan bernilai tetap dan sama jika instrumen tersebut diberikan di berbagai kesempatan (sesuai dengan kenyataan). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen tes pada penelitian ini, menggunakan rumus Spearman – Brown, yaitu:
r 11 =
(Arikunto, 2013, hlm.223) Keterangan:
r 11 = Reliabilitas instrumen
r 1/21/2 = r xy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrument.
Menggunakan intrepetasi terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah selanjutnya, intrepetasinya dijelaskan pada Tabel 3.3.
Tabel 3. 3 Interpretasi Nilai r untuk Uji Reliablitas
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0.81 – 1.0 Sangat Tinggi
Antara 0.6 – 0.8 Tinggi
Antara 0.4 – 0.6 Cukup
Antara 0.2 – 0.4 Rendah
Antara 0 – 0.2 Sangat rendah
Sumber: Arikunto, 2010, hlm.214
Tabel 3. 4
Uji Reliabilitas Instrumen
Soal Pertemuan ke-1 Soal Pertemuan ke-2 Soal Pertemuan ke-3
r 11 0.677 0.639 0.709
Kriteria Tinggi Tinggi Tinggi
Sumber: Lampiran B
Berdasarkan hasil reliabilitas menunjukkan bahwa instrument penelitian soal eksperimen 1 memiliki reliabilitas yang tinggi, dengan angka 0.677, soal eksperimen 2 sebesar 0.639 dan soal eksperimen 3 sebesar 0.709 artinya semua soal dalam penelitian ini merupakan instrumen yang dapat dipercaya.
3.7 Tingkat Kesukaran Soal
Untuk memperoleh instrumen yang baik dalam hal ini dalam bentuk soal, maka disamping soal memiliki kriteria valid dan reliabel, perlu juga dianalisis tingkat kesukaran soalnya. Adapun rumus analisis tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
P =
(Arikunto, 2009, hlm.208) Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal benar = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Tabel 3. 5 Kriteria Tingkat Kesukaran
Besarnya Nilai P Klasifikasi
0,70 ≤ P ≤ 1,00 Mudah
0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang
0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar
Sumber: Arikunto, 2009, hlm.208
Perhitungan tingkat kesukaran dilakukan untuk setiap nomor soal. Dari perhitungan uji tingkat kesukaran diperoleh hasil yang diringkas melalui Tabel 3.6
Tabel 3. 6
Uji Tingkat Kesukaran
Soal Mudah % Sedang % Sukar %
Pertemuan ke-1 9 37.5 11 45.8 4 16.7
Pertemuan ke-2 11 41.7 11 45 2 8.3
Pertemuan ke-3 7 30.43 2 8.7 14 60.87
Sumber: lampiran B
Hasil uji tingkat kesukaran soal pertemuan ke-1 yang membahas materi uang menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar, sedang, mudah. Pada soal pertemuan ke-1 dapat diketahui bahwa 37.5% termasuk ke dalam kriteria mudah, 45.8% termasuk kedalam tingkat sedang, dan 16.7% termasuk kedalam tingkat kesukaran sukar.
Hasil uji tingkat kesukaran soal pertemuan ke-2 yang membahas materi bank menunjukkan bahwa soal memiliki tingkat kesukaran sukar, sedang, mudah. Pada soal pertemuan ke-2 dapat diketahui bahwa 41.7% termasuk ke dalam kriteria mudah, 50% termasuk kedalam tingkat sedang, dan 8.3% termasuk kedalam tingkat kesukaran sukar.
sedang, mudah. Pada soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa 30.43% termasuk ke dalam kriteria mudah, 8.7% termasuk kedalam tingkat sedang, dan 60.87% termasuk kedalam tingkat kesukaran sukar.
3.8 Daya Beda
Menurut Suharsimi Arikunto (2009, hlm.211) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah).
Adapun rumus yang digunakan untuk analisis daya pembeda adalah sebagai berikut:
D =
(Arikunto, 2009, hlm.213) Keterangan:
D = Daya pembeda
JA = Jumlah siswa kelompok atas
Jb = Jumlah siswa kelompok bawah
BA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
PA = Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar.
Menggunakan intrepetasi kriteria terhadap hasil yang diperoleh adalah langkah selanjutnya, interpretasinya dijelaskan melalui Tabel 3.7.
Tabel 3. 7 Kriteria Daya Pembeda Soal
Interval Kriteria
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik
Tabel 3. 8
Uji Daya Pembeda soal
Soal Sangat
Jelek % Jelek % Cukup % Baik %
Sangat Baik %
Pertemuan ke-1 4 16.73 - - 4 16.67 5 20.8 11 45.8
Pertemuan ke-2 4 16.67 - - - - 11 45.83 9 37.5
Pertemuan ke-3 1 4.35 1 4.35 1 4.35 13 56.52 7 30.43
Sumber: Lampiran B
Dari hasil uji daya pembeda soal pertemuan ke-1 dapat diketahui bahwa 45.8% termasuk dalam kategori sangat baik, 20.8% termasuk dalam kriteria daya pembeda baik, 16.67% termasuk dalam kriteria daya pembeda cukup, dan 16.73% termasuk kedalam daya pembeda sangat jelek.
Dari hasil uji daya pembeda soal pertemuan ke-2 dapat diketahui bahwa 37.5% termasuk dalam kategori sangat baik, 45.83% termasuk dalam kriteria daya pembeda baik, dan 16.67% termasuk kedalam daya pembeda sangat jelek.
Dari hasil uji daya pembeda soal pertemuan ke-3 dapat diketahui bahwa 30.43% termasuk dalam kategori sangat baik, 56.52% termasuk dalam kriteria daya pembeda baik, 4.35% termasuk dalam kriteria daya pembeda cukup, 4.35% termasuk kedalam daya pembeda jelek, dan 4.35% termasuk kedalam daya pembeda sangat jelek.
3.9 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data bertujuan untuk mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang dapat diinterpretasikan, sehingga dapat memberikan arahan untuk mengkaji lebih lanjut. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data post test
a. Menghitung skor mentah dari hasil tes
Penskoran tes pilihan ganda dilkakukan dengan menggunakan pedoman penskoran. Skor setiap siswa dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: S = R
(Sudijono, 2011, hlm.303) Keterangan:
S = Skor yang dicari R = Jumlah jawaban betul
b. Mengubah skor mentah menjadi nilai
Setelah skor mentah diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengubah skor mentah menjadi nilai standar. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dalam penelitian ini mengacu pada Penilaian Acuan Norma (PAN).
Menurut Sudijono (2011, hlm.322) penilaian beracuan kelompok ini mendasarka diri pada asumsi sebagai berikut:
1. Bahwa setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen, akan selalu
didapati kelompok “baik”, kelompok “sedang” dan kelompok kurang.
2. Bahwa tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relative (=relative standing) dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu,
yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah” ataukah di “bawah”
Apabila dalam penelitian nilai standar digunakan standar relatif, maka prestasi kelompok itu dicari atau dihitung dengan menggunakan identik rata-rata hitung (=arithmetic mean), dengan rumus sebagai berikut:
= ∑
= √∑
(Sudijono, 2011, hlm.327) Setelah diperoleh besarnya nilai rata-rata hitung dan besarnya standar deviasi dari hasil tes, selanjutnya skor-skor mentah hasil tes dikonversi atau diubah menjadi nilai standar.
3.10 Teknik Analisis data
Setelah dilakukan pengolahan data dengan mendapatkan nilai dari masing-masing kelas, kemudian dilakukan analisis data. Adapun langkah analisis data tersebut sebagai berikut:
a. Mencari nilai minimum dari nilai standar yang dihasilkan. b. Mencari nilai maksimum dari nilai standar yang dihasilkan.
c. Menghitung nilai rata-rata atau Mean Ideal (MI) dari nilai standar yang dihasilkan.
MI = x SMI
d. Menghitung Standar Deviasi (SD) dari nilai standar yang dihasilkan. SDI = x MI
e. Uji Gain
Dalam penelitian ini uji gain yang digunakan adalah normal gain. Menurut Nurramdani (2012, hlm.62) normal gain digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah pembelajaran dilaksanakan. Rumus normal gain menurut Meltzer (dalam Nurramdani, 2012, hlm.62) adalah:
Normal gain =
Karena dalam penelitian ini tidak ada pre test, maka uji gain dilakukan antar kelas eksperimen.
Tabel 3. 9 kategori Interpretasi Normal Gain
Normal Gain Tafsiran
>0.7 Tinggi
0.3-0.7 Sedang
<0.3 Rendah
Sumber: Meltzer, 2006, hlm.71
3.11 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dari penelitian, terlebih dahulu melakukan uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas varian data. Jika data berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas dan uji t untuk pengujian hipotesis, namun jika data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji mann-whitney.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat bagi pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik.
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji kolmogorov smirnov yang diolah menggunakan SPSS 20.0. kriteria pengujian adalah signifikansi lebih besar dari pada 0,05 maka data berdistribusi normal. Adapun kriteria lengkapnya sebagai berikut.
a. Jika level signifikansi (sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal b. Jika level signifikansi (sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal b. Uji Homogenitas
Uji kesamaan varians adalah uji dalam analisis data yang bertujuan untuk mengetahui apakah kelas-kelas tersebut mempunyai varian yang sama atau tidak. Dikatakan homogen jika kelas mempunyai varian yang sama.
H0 = Tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1 = Terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Uji homogenitas dilakukan dengan uji lavene dengan taraf signifikansi 5%. Adapun kriteria lengkapnya sebagai berikut.
a. Jika signifikansi (sig) pengujiannya lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.
b. Jika signifikansi (sig) pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0
diterima.
Uji hipotesis pada penelitian ini didasarkan pada data peningkatan kemampuan berpikir analisis. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji t-independen dua arah, uji ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata (mean) yang terdapat pada program pengolahan data. Apabila data tes berdistribusi normal dan homogen, maka dikaji menggunakan statistik parametric yaitu uji t-test independen, dengan rumus:
√ ∑ ∑
(Arikunto, 2006, hlm.311) Keterangan:
M = Nilai rata-rata hasil perkelompok N = Jumlah peserta didik
x = Deviasi setiap nilai X1 dan X2
y = Deviasi setiap nilai Y1 dan Y2
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel distribusi t tes dua sisi, berikut tahapannya:
a. Menentukan derajat kebebasan dk = (N1– 1) + (N2– 1).
Berikut hipotesis statistiknya: Perlakuan pertama
1) H0: µcl,d = µcl,gg // H0: µcl,d - µc,gg = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe group grid pada perlakuan pertama.
H1: µcl,d≠ µcl,gg // H0: µcl,d - µc,gg≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan model
collaborative learning tipe group grid pada perlakuan pertama. 2) H0: µcl,gg = µc // H0: µgg - µc = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan metode ceramah pada perlakuan pertama.
H1: µcl,gg≠ µc // H0: µcl,gg - µc≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan metode ceramah pada perlakuan pertama.
3) H0: µcl,d = µc // H0: µcl,d - µc = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan metode ceramah pada perlakuan pertama.
H1: µcl,d≠ µc // H0: µcl,d - µc≠ 0
Perlakuan kedua
4) H0: µcl,gg = µc // H0: µcl,gg - µc = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan metode ceramah pada perlakuan kedua.
H1: µcl,gg≠ µc // H0: µcl,gg - µc≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan metode ceramah pada perlakuan kedua.
5) H0: µc = µcl,d // H0: µc - µcl,d = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe debat pada perlakuan kedua.
H1: µc≠ µcl,d // H0: µc - µcl,d≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe debat pada perlakuan kedua.
6) H0: µcl,gg = µcl,d // H0: µcl,gg - µcl,d = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe debat pada perlakuan kedua.
H1: µcl,gg≠ µcl,d // H0: µcl,gg - µcl,d≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe group grid dengan yang diberi perlakuan model
collaborative learning tipe debat pada perlakuan kedua. Perlakuan ketiga
7) H0: µc = µcl,d // H0: µc - µcl,d = 0
H1: µc≠ µcl,d // H0: µc - µcl,d≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe debat pada perlakuan ketiga.
8) H0: µcl,d = µcl,gg // H0: µcl,d - µcl,gg = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe group grid pada perlakuan ketiga.
H1: µcl,d≠ µcl,gg // H0: µcl,d - µcl,gg≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe debat dengan yang diberi perlakuan model
collaborative learning tipe group grid pada perlakuan ketiga. 9) H0: µc = µcl,gg // H0: µc - µcl,gg = 0
Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe group grid pada perlakuan ketiga.
H1: µc≠ µcl,gg // H0: µc - µcl,gg≠ 0
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir analisis siswa yang diberi perlakuan metode ceramah dengan yang diberi perlakuan model collaborative learning tipe
group grid pada perlakuan ketiga.
3.11 Prosedur Penelitian
Gambar 3. 2 Prosedur Penelitian Persiapan
Pra Penelitian
Masalah
Analisis SK, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran
Penyusunan Tes Kemampuan Berpikir Analisis
Penyusunan Rencana Pelaksanaan pembelajaran
Uji Kualitas Tes (Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, Daya Beda), Revisi
Pelaksanaan Pembelajaran
Perlakuan Model Collaborative Learning Tipe
Debat (K.E.1, Perlakuan 1)
Perlakuan Model Collaborative Learning Tipe Group Grid
(K.E.2, Perlakuan 1) Learning Tipe Group Grid
(K.E.1, Perlakuan 2)
Perlakuan Metode Ceramah (K.K, Perlakuan 2)
Perlakuan Model Collaborative Learning Tipe
Debat (K.E.2, Perlakuan 2)
Perlakuan Metode Ceramah (K.K, Perlakuan 3)
Perlakuan Model Collaborative Learning Tipe
Debat (K.E.1, Perlakuan 3) Post Test
Post Test Post Test
Perlakuan Model Collaborative Learning Tipe Group Grid
(K.E.2, Perlakuan 3)