1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Prostat merupakan organ genitalia pria yang terletak pada inferior vesica urinaria, anterior rektum, dan posterior uretra bagian proksimal, sehingga jika terjadi pembesaran tentunya sangat mengganggu proses perkemihan. Dalam
Campbell-Walsh Urology 10th ed. (2012) disebutkan bahwa sebagai kelenjar, prostat memproduksi beberapa protein seperti PSA (human kallikrein 3 [hK3, protein; atau KLK3, gen]); human kallikrein 2 (hK2 atau KLK2); prostase /KLK-L1 (Yousef et al., 1999; Lwaleed et al., 2004; dan Clements, 2008); prostatic acid phosphatase; dan prostate-specific protein (PSP-94) yang juga dikenal sebagai β
-microseminoprotein (β-MSP). Normalnya protein-protein ini ditemukan pada
cairan semen. Kadar dari beberapa protein ini dijadikan sebagai diagnostik beberapa penyakit yang menyerang prostat, seperti kadar serum PSA pada BPH (Benign Prostate Hyperplasia) dan kanker prostat.
PSA (Prostate Specific Antigen) adalah serine-kalikrein protease yang hampir seluruhnya diproduksi oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific
tetapi bukan cancer specific. Oleh karena itu, pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar serum PSA. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada peradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi, BPH, keganasan prostat, dan bertambahnya usia. Pada pasien BPH pemeriksaan kadar serum PSA penting untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH (Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2009). Pada pasien kanker prostat pemeriksaan kadar serum PSA menjadi parameter berkelanjutan, semakin tinggi kadarnya maka semakin tinggi kecurigaan kanker prostat (Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2011).
Penelitian dua dekade belakangan ini banyak mencari tahu efek Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap kejadian pembesaran prostat, karena banyaknya pengaruh IMT, terutama obesitas, terhadap kesehatan saat ini. Hasil yang didapat
2
cukup menarik, pada pasien obesitas cenderung memiliki kadar serum PSA yang relatif lebih rendah. Berdasarkan penelitian Peter Ka-Fung Chiu et al. (2011) dalam Asian Pacific Journal of Cancer Prevention didapati bahwa terjadi penurunan kadar serum PSA pada pasien seiring dengan peningkatan IMT (terutama obesitas) sehingga dibutuhkan batas yang berbeda antara pasien yang obesitas dengan IMT normal. Banez et al. (2007) dalam The Journal of the American Medical Association mendapati bahwa kadar serum PSA menurun secara signifikan pada peningkatan IMT karena dilusi dari jumlah PSA yang tetap dalam volume plasma pada pasien dengan IMT yang lebih tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk diteliti hubungan antara IMT dengan kadar serum PSA.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Serum
Prostate Specific Antigen (PSA) pada Pasien Poliklinik Urologi RSUP H. Adam Malik?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan IMT dengan kadar serum PSA pada pasien poliklinik urologi RSUP H. Adam Malik.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi usia pasien dengan gejala LUTS poliklinik urologi RSUP H. Adam Malik
2. Untuk mengetahui distribusi IMT pasien dengan gejala LUTS poliklinik urologi RSUP H. Adam Malik
3. Untuk mengetahui distribusi kadar serum PSA pasien dengan gejala LUTS poliklinik urologi RSUP H. Adam Malik
3
4. Untuk mengetahui hubungan IMT dengan kadar serum PSA pada pasien poliklinik urologi RSUP H. Adam Malik.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1.Peneliti
a. Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian b. Menambah ilmu pengetahuan
2.Penelitian Selanjutnya
a. Menjadi bahan rujukan bagi penelitian yang akan datang b. Menjadi inspirasi bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih dalam
hubungan antara IMT dan kadar serum PSA 3.Tenaga Kesehatan
Menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan cutoff kadar serum PSA pada diagnostik prostat.