• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi 2010 2016 Menurut Lapangan Usaha laporan pdrb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi 2010 2016 Menurut Lapangan Usaha laporan pdrb"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN PENYUSUNAN

PDRB EKRAF 5 PROVINSI

2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

PDRB EKRAF

5 PROVINSI

2010-2016

(3)

ISBN: 978-602-438-191-2 No. Publikasi: 07140.1801 No. Katalog: 9302028 Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xii + 125 halaman

Naskah: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Regional

Penyunting/Editor: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Regional Gambar Kulit: Badan Ekonomi Kreatif

Gambar: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Regional Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik

Dicetak oleh: PT. Citra Mawana Patamaro

(4)

KATA PENGANTAR

E

konomi kreatif (ekraf ) sebagai konsep ekonomi baru yang

mengandalkan ide kreatiitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS

dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) tahun 2017. Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data ekonomi kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Proil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan

Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2016; Klasiikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016 dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif 2014.

Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf.

Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh) kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional.

Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini.

Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik,

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

O

tonomi daerah memberi keleluasaan kepada pemerintah

daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas, serta peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Pembangunan daerah dapat diprioritaskan berdasarkan potensi dan karakteristik yang dimiliki dengan tetap terintegrasi dengan pembangunan nasional. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang

diperlukan dalam menganalisis potensi ekonomi di daerah. Selain menggambarkan kondisi ekonomi daerah, PDRB

juga dapat menunjukan keterbandingan ekonomi antar daerah, juga menghitung kontribusi daerah terhadap

perekonomian nasional.

Gelombang kreativitas yang melanda semua daerah menuntut tersedianya data PDB Ekonomi Kreatif hingga level regional. Ketersediaan data PDRB Ekonomi Kreatif ini akan bermanfaat untuk merencanakan dan mengevaluasi pembangunan ekonomi kreatif di daerah demi tercapaikan target nasional, yaitu untuk menjadikan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung perekonomian bangsa. Data PDRB Ekonomi Kreatif yang akurat digunakan sebagai acuan penyusunan strategi pembangunan ekraf yang fokus pada potensi masing-masing daerah.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik melakukan penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif pada lima provinsi di Indonesia. Laporan Penyusunan PDRB ini mengulas perkembangan potensi ekonomi kreatif lima provinsi dari tahun 2010 sampai dengan 2016. Kelima provinsi ini dipilih setelah diidentiikasi memiliki potensi ekonomi kreatif yang besar, sehingga layak menjadi prioritas pembangunan ekonomi kreatif. Provinsi tersebut antara lain Sumatera Utara, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif,

(7)

Naskah Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Regional

Penanggung Jawab Umum Setianto, S.E., M.Si.

Penanggung Jawab Teknis Etjih Tasriah, S.E., M.P.P.

Editor Tri Isdinarmiati, SST., S.E., M.Si.

Budi Ayu Kusuma Dewi, S.Si., M.A., M.Ec.Dev. Sri Setyarini, S.Si., M.M.

Penulis Naskah Ria Arinda, SST.

Theresa Novalia, SST.

Pengolah Data Wiwik Andriyani Lestari, SST.

Mirta Dwi Wulandari, SST. Prima Ardiansyah, SST. Habibullah Malik AHK, SST. Wawan Kurniawan, SST.

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR___________________________________________iii

PENYUSUN ________________________________________________vi

DAFTAR ISI________________________________________________ vii

DAFTAR TABEL ____________________________________________viii

DAFTAR GAMBAR ___________________________________________ix

DAFTAR LAMPIRAN__________________________________________xi

Bab 1 Pendahuluan ______________________________________ 3

Bab 2 Tahapan Kegiatan __________________________________ 9

Bab 3 Metodologi ______________________________________ 17

Bab 4 Hasil ____________________________________________ 83

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi

Kreatif ___________________________________________ 11

Tabel 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDRB

Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju

Pertumbuhan (Persen) PDRB 5 Provinsi Tahun, 2010-2016 _ 85

Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut

Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), 2011-2016 _ 91

Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT) ___ 10

Gambar 2.2 Dimensi Matrik Supply Industri Kreatif ______________ 10

Gambar 2.3 Tahapan Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif

Tahun 2010____________________________________ 11

Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif _________ 13

Gambar 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDRB

Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju

Pertumbuhan (Persen) PDRB 5 Provinsi Tahun,

2010-2016 _________________________________________ 84

Gambar 4.2 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga

Berlaku 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2010-2016 ________ 86

Gambar 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Subsektor

Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2016 ______ 87

Gambar 4.4 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga

Konstan 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2010-2016 ________ 87

Gambar 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor

Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2016 ______ 88

Gambar 4.6 Struktur Perekonomian 5 Provinsi Tahun (Persen), 2010

dan 2016 _____________________________________ 89

Gambar 4.7 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Ekonomi Kreatif di 5 Provinsi (Persen), 2016 _________ 89

Gambar 4.8 Laju Pertumbuhan PDRB, PDRB Ekonomi Kreatif, dan

PDRB Non Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen),

(11)

Gambar 4.9 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB

Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 ____________________ 92

Gambar 4.10 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB

Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 ____________________ 93

Gambar 4.11 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB

Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 ____________________ 94

Gambar 4.12 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Klasiikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor

EKonomi Kreatif Menurut KBLI 2015 _______________ 101

Lampiran 2. Deinisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif _____________ 108

Lampiran 3. Metode Estimasi Suppy Ekonomi Kreatif Tahun 2010 _ 111

Lampiran 4. PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga

Berlaku (Miliar Rupiah), 2010-2016 ________________ 119

Lampiran 5. PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga

Konstan 2010=100 (Miliar Rupiah), 2010-2016 ______ 120

Lampiran 6. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun (Persen), 2010-2016 __________ 121

Lampiran 7. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Terhadap Total PDRB 5

Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Persen), 2010-2016 122

Lampiran 8. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi

Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (Persen),

2011-2016 ________________________________________ 123

Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi

Atas Dasar Harga Berlaku (Persen), 2011-2016 _______ 124

Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi Kreatif 5

(13)
(14)

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

PENDAHULUAN

(15)
(16)

1.1. Latar Belakang

Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang bertumpu pada ide, kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Perkembangan yang pesat terhadap globalisasi dan konektivitas mengubah cara bertukar informasi, berdagang, dan konsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi di berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi.

Ekonomi kreatif memberikan nilai lebih karena menawarkan pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan kata lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar ekonomi kreatif dan menjadikan ekonomi kreatif sebagai model utama pengembangan ekonomi.

Bab 1

(17)

Di Indonesia sendiri, kehadiran ekonomi kreatif berpotensi dalam memberikan kontribusi ekonomi yang signiikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, meningkatkan keunggulan kompetitif, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pada dasarnya, bangsa Indonesia memiliki sumber daya yang kreatif. Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, menghasilkan suatu karya kreatif seolah telah menjadi gaya hidup. Bahkan, beberapa diantaranya sudah menghasilkan produk yang bersaing di pasar global dan bersaing dengan produk negara lain, sehingga berkesempatan untuk memperbesar pasar. Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Indonesia harus melakukan terobosan dengan mengembangkan industri kreatif. Industri kreatif ini mampu bertahan dari krisis karena bertumpu pada inovasi dan kreativitas.

Untuk membangun kompetensi dengan memanfaatkan potensi ekonomi kreatif yang sesuai bagi bangsa Indonesia tentunya memerlukan strategi kebijakan yang holistik dan tepat. Perencanaan program-program dan evaluasi pemerintah dalam mencapai target yang telah ditetapkan tidak dapat lepas dari dukungan ketersediaan data dan informasi yang memotret perkembangan kondisi industri kreatif terkini. Statistik yang berkualitas akan berdampak pada pengambilan keputusan yang lebih informatif serta perumusan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan industri kreatif di Indonesia.

1.2. Maksud dan Tujuan

Tahun ini adalah tahun pertama dimulainya penyusunan PDRB Lapangan Usaha Ekonomi Kreatif atau yang dikenal dengan sebutan EK. PDRB-EK disusun untuk menggambarkan nilai tambah seluruh barang dan jasa yang di produksi dalam perekonomian, khususnya yang dihasilkan oleh lapangan usaha ekonomi kreatif. PDRB-EK meliputi seluruh aktivitas ekonomi kreatif yang dilakukan oleh residen maupun non residen pada periode tertentu di wilayah domestik yang menghasilkan barang dan jasa.

Kegiatan penghitungan PDRB-EK tahun ini masih bersifat ujicoba, sehingga baru melibatkan 5 provinsi dalam penghitungannya. Kelima provisi yang terlibat dalam penghitungan PDRB-EK adalah Provinsi Sumatera Utara. Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.

(18)

mengenai perkembangan dan peranan industri kreatif di Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengembangan industri kreatif di Indonesia dan evaluasi kebijakan pengembangan industri kreatif. Secara khusus, kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun 2016. Selain tabel pokok buku ini juga menampilkan indikator-indikator turunan seperti distribusi, pertumbuhan dan sumber pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif 5 provinsi. Berikut tabel-tabel yang akan disajikan dalam buku ini :

• PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2010-2016

• PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan 2010 tahun 2010-2016

• Struktur/distribusi PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010-2016

• Laju pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016

• Sumber pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun

2011-2016

1.3. Manfaat

Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah, khususnya oleh Badan Ekonomi Kreatif dalam menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif, sehingga dapat memacu sektor industri kreatif lebih berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat pula digunakan oleh para peneliti, penulis, pelajar, pemerhati industri kreatif, atau para pelaku bisnis dalam industri kreatif untuk lebih memahami perkembangan dari masing-masing kelompok industri kreatif tersebut.

(19)
(20)

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

TAHAPAN

KEGIATAN

(21)
(22)

Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif dimulai dengan kegiatan penyusunan klasiikasi dan selanjutnya dilakukan penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010. Dari Matriks Supply Ekonomi Kreatif dapat diperoleh output yang kemudian dikalikan dengan nilai rasio konsumsi antara untuk mendapatkan angka PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010. Kegiatan berikutnya adalah penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016. Tahapan kegiatan penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif secara rinci akan diuraikan di bawah ini.

2.1. Penyusunan Klasiikasi

Penyusunan klasiikasi kegiatan ekonomi kreatif merupakan langkah awal dalam penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif. Besaran nilai PDRB Ekonomi Kreatif sangat tergantung dari cakupan kegiatan ekonomi yang terbentuk.

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 72 Tahun 2015, industri kreatif dikelompokkan ke dalam 16 kelompok, yang selanjutnya disebut sebagai subsektor ekonomi kreatif, yaitu:

1. Arsitektur 2. Desain Interior

3. Desain Komunikasi Visual 4. Desain Produk

5. Film, Animasi, Video 6. Fotograi

Bab 2

(23)

7. Kriya 8. Kuliner

9. Musik

10. Fesyen

11. Aplikasi dan Game Developer 12. Penerbitan

13. Periklanan 14. Televisi dan Radio 15. Seni Pertunjukan 16. Seni Rupa

Enam belas subsektor ekonomi kreatif tersebut kemudian dipetakan secara rinci ke dalam klasiikasi standar yang disebut Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Saat ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah

Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT)

Gambar 2.2 Dimensi Matrik Supply Industri Kreatif Baris: Persamaan Keseimbangan Produk/Komoditi:

Supply = Use

Supply = Output + Impor+ Margin+ (pajak-subsidi) atas produk

Use = Konsumsi antara + Konsumsi rmhtangga+ Konsumsi LNPRT+ Konsumsi pemerintah+ PMTB+ Perubahan inventori +Ekspor

Kolom :

Total Output = Total Input

Output Domestik =Konsumsi antara + NTB

(24)

menggunakan KBLI terbaru, yaitu KBLI 2015. Rincian jumlah kelompok lima digit KBLI dalam masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel 2.1 rekapitulasi struktur KBLI 2015 subsektor ekonomi kreatif di bawah ini.

Gambar 2.3 Tahapan Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif Tahun 2010

No. Subsektor Jumlah

KBLI 5 Digit

01 Arsitektur 2

02 Desain Interior 2

03 Desain Komunikasi Visual 2

04 Desain Produk 3

05 Film, Animasi, dan Video 9

06 Fotograi 7

07 Kriya 72

08 Kuliner 32

09 Musik 9

10 Fesyen 19

11 Aplikasi dan Game Developer 13

12 Penerbitan 17

13 Periklanan 5

14 Televisi dan Radio 5

15 Seni Pertunjukan 10

16 Seni Rupa 16

Jumlah 223

Kode Industri 1 2 53 54 55 56 70

Jumlah Benchmark Selisih Kode

Komoditi Rincian

Tanaman

(25)

Selanjutnya, rincian cakupan 223 kelompok lima digit KBLI 2015 pada 16 subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat secara lengkap pada tabel lampiran. Sedangkan konsep dan deinisi yang digunakan untuk masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada lampiran dua.

2.2. Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif

Tabel supply merupakan bagian dari Supply and Use Table (SUT). Tabel supply memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik dan yang didatangkan dari luar wilayah (impor). Sementara, matrik supply regional memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik regional, tanpa impor barang dan jasa.

Penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010 ditujukan untuk memperoleh PDRB tahun dasar, yaitu PDRB tahun 2010, dan sekaligus sebagai benchmark PDRB Ekonomi Kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan terbentuknya Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, maka PDRB Ekonomi Kreatif yang dihasilkan telah cukup valid.

Saat ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh BPS memiliki tahun dasar 2010 (2010=100) atau biasa disebut sebagai PDRB seri 2010. PDRB seri 2010 tersebut diturunkan dari Matrik Supply 2010. Dengan demikian, agar konsisten dengan PDRB maka PDRB industri kreatif juga harus disusun menggunakan tahun dasar yang sama, sehingga diperlukan penyusunan Matrik Supply 2010 berbasis industri kreatif. Tahapan penyusunan Matrik Supply industri kreatif adalah sebagai berikut:

(26)

2.3. Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Industri Kreatif

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah dari seluruh aktivitas ekonomi yang tercipta akibat adanya proses produksi pada suatu periode tertentu dari suatu wilayah. Penyusunan PDRB ekonomi kreatif sesuai dengan standar penyusunan neraca nasional (SNA 2008) dan berbasis KBLI 2015. Tahapan penyusunan PDRB ekonomi kreatif adalah sebagai berikut:

PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matrik Supply industri kreatif tahun 2010. Level PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 ini menjadi basis penyusunan PDRB ekonomi kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dalam istilah neraca nasional, tahun 2010 ini disebut sebagai tahun dasar (base period), biasa dituliskan sebagai 2010=100. Setelah PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDRB ekonomi kreatif tahun 2011-2016. PDRB untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dari hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), hasil Survei Khusus Neraca Produksi - Ekonomi Kreatif (SKNP - EK), dan data sekunder lainnya yang tersedia. Dengan demikian, diperoleh series PDRB ekonomi kreatif tahun 2010-2016.

Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif

PDRB Ekonomi Kreatif Tahun

2011-2016

PDRB Ekonomi Kreatif Tahun

2010

Matrik

Supply

Industri Kreatif

Tahun 2010

Data dasar,

SKEK, dan

(27)
(28)

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA

METODOLOGI

(29)
(30)

3.1. Metode Estimasi

Supply

Industri Kreatif Tahun 2010

Secara umum, metode yang digunakan untuk estimasi output (supply) dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi. Estimasi supply dilakukan per kategori dalam tiap-tiap subsektor ekonomi kreatif. Berikut adalah metode estimasi output (supply) dengan berbagai indikator yang digunakan dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif.

a. Subsektor Arsitektur

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat,

Bab 3

(31)

Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

b. Subsektor Desain Interior

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, Provinsi

Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Pendidikan

(32)

provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply masing-masing provinsi penyusun PDRB-EK.

Sumber data:

• Statistik Pendidikan, Kemendikbud

• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

c. Subsektor Desain Komunikasi Visual

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005.

Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai

dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, Provinsi

Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Pendidikan

(33)

dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Statistik Pendidikan, Kemendikbud.

• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

d. Subsektor Desain Produk

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

(34)

Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, Provinsi

Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Statistik Pendidikan, Kemendikbud

• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

e. Subsektor Film, Animasi, dan Video

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi

(35)

Sumber data:

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi supply nilai produksi (output) diperoleh dari jumlah ilm, sinetron, dll dikalikan dengan rata-rata biaya pembuatan ilm, sinetron, dll. Untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Sensus

Ekonomi 2006. Untuk disagregasi output ilm pemerintah,

menggunakan data pendapatan dari laporan keuangan perusahaan BUMN, Kementerian BUMN.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Jumlah ilm, sinetron, dll, Kemenparekraf

• Laporan Keuangan BUMN, Kementerian BUMN

f. Subsektor Fotograi

Industri: Jasa Perusahaan

(36)

Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per

peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Statistik Pendidikan, Kemendikbud

• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

g. Subsektor Kriya

Industri: Industri Pengolahan

(37)

khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasiikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor dalam Matrik Supply meliputi kegiatan ekonomi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.

(38)

perlengkapan tulis menulis, bahan pengepak dan pembungkus, rekening listrik dan telepon, serta biaya iklan.

Industri perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor

dalam Matrik Supply meliputi penjualan kembali (tanpa

perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya, pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer ada yang bertindak sebagai agen dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan

menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity low,

yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kriya yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung

menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini

diperoleh dari survei khusus.

Sumber data:

• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

(39)

• Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP) Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

h. Subsektor Kuliner

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi

Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasiikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor Kuliner dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Kuliner.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan

menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity low

(40)

pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung

menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini

diperoleh dari survei khusus.

Sumber data:

• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP) Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum merupakan cakupan dalam subsektor kuliner. Total Output produk jasa penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri), dengan kata lain output yang dihasilkan merupakan total Supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor.

Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa

(41)

Persamaan formulanya bisa disederhanakan, sebagai berikut: Total Supply = Total Use

Output Domestik + Impor = Total Konsumsi (konsumsi antara dan konsumsi akhir) + Ekspor Output Domestik = Total Konsumsi + Ekspor – Impor

Selain itu, konsumsi rumahtangga yang didata di SUSENAS, bisa dilakukan di penyediaan makan minum baik di restoran yang ada di kereta api, di angkutan udara, maupun di hotel. Ini merupakan produk sekunder dari industri kereta api, angkutan udara, industri penyediaan akomodasi, dan industri lainnya. Jadi, untuk menghitung output jasa penyediaan makan minum yang khusus dihasilkan oleh industri penyediaan makan minum, maka harus dikurangi output jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh industri-industri lain tersebut.

Sumber data:

• Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Publikasi Proyeksi Penduduk 2010-2035, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

i. Subsektor Musik

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi

Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasiikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif

(42)

• Matrik Supply Provinsi, BPS Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor Musik dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Musik.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan

menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity low

yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung

menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini

diperoleh dari survei khusus.

Sumber data:

• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Informasi dan Komunikasi

(43)

industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output subsektor musik. Untuk struktur Supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh

digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output

tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Pendidikan

(44)

kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Statistik Pendidikan, Kemendikbud

• SKSPJ 2009 atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan

dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja.

Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inlate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

(45)

j. Subsektor Fesyen

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi

Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentiikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasiikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasiikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif

Sumber data:

• Matrik Supply Provinsi Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor Fesyen dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Fesyen.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan

menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity low

(46)

Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung

menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini

diperoleh dari survei khusus.

Sumber data:

• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Statistik Pendidikan, Kemendikbud

• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

(47)

k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer

Industri: Informasi dan Komunikasi

Subsektor aplikasi dan game developer menggunakan data Sensus Ekonomi 2006 dan indikator PDRB seri 2000 sehingga diperoleh estimasi Supply tahun 2010. Untuk struktur Supply, diperoleh dari struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data Sensus Ekonomi 2006.

Estimasi Supply subsektor aplikasi dan game developer di industri penerbitan diperoleh dari proporsi output industri penerbitan dengan menggunakan data sensus ekonomi 2006. Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Laporan keuangan perusahaan go public, BEI

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh

digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output

tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.

Sumber data:

(48)

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan

dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja.

Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inlate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

l. Subsektor Penerbitan

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi

(49)

Sumber data:

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor Penerbitan dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Penerbitan.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan

menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity low

yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor penerbitan yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung

menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini

diperoleh dari survei khusus.

Sumber data:

• Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

(50)

Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi Supply nilai produksi (output) subsektor Penerbitan diperoleh dari data nilai produksi Industri Besar dan Sedang ditambah dengan pendapatan dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh surat kabar, majalah dan sejenisnya tahun 2010. Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Belanja Iklan tahun 2010, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI).

• Laporan keuangan perusahaan go public, BEI

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh

digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output

tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

(51)

Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan

dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja.

Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inlate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

m. Subsektor Periklanan

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh

digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output

tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.

Sumber data:

(52)

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

n. Subsektor Televisi dan Radio

Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi Supply subsektor televisi dan radio diperoleh dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh televisi dan radio ditambah dengan pendapatan dari laporan keuangan RRI dan TVRI. Untuk

struktur Supply, diperoleh dengan menggunakan struktur

pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data sensus ekonomi 2006.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Laporan keuangan perusahaan go public, BEI

• Data RRI dan TVRI, APBN Kemenkeu

• Data belanja iklan, PPPI, Ernest dan Katadata.com

o. Subsektor Seni Pertunjukan

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh

digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output

tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.

Sumber data:

(53)

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

• Statistik Pendidikan, Kemendikbud

• SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan

dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja.

Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inlate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

(54)

Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Data Pajak, Kemenkeu

p. Subsektor Seni Rupa

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Estimasi Supply/output diperoleh proporsi output industri tersebut terhadap total output industri perdagangan eceran, dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006. Untuk struktur Supply, juga menggunakan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

• Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh

digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output

tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply.

Sumber data:

(55)

Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Sumber data:

Statistik Pendidikan, Kemendikbud

SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan

dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja.

Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inlate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

(56)

Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

• Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

Ringkasan metode estimasi Supply dari masing-masing

subsektor Ekonomi Kreatif dapat dilihat pada lampiran 3.

3.2. Metode Penyusunan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016

3.2.1 Konsep Dasar PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu, tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki oleh residen atau non-residen.

Ada 3 pendekatan untuk menghitung PDRB, yaitu sebagai berikut:

1. PDRB produksi adalah jumlah nilai tambah seluruh aktivitas ekonomi, dimana nilai tambah diperoleh dari output dikurangi konsumsi antara.

2. PDRB pendapatan adalah jumlah seluruh balas jasa faktor produksi berupa Kompensasi Tenaga Kerja, Surplus Usaha, Penyusutan dan Pajak Produksi & Impor.

3. PDRB pengeluaran adalah jumlah seluruh permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan perubahan inventori, ekspor, dikurangi impor (C + G + I + X – M).

(57)

Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, dan dinilai atas dasar harga produsen.

Jenis output ada 2 (dua) macam yaitu:

• Output utama (output utama produksi),

• Output sekunder

b. Konsumsi Antara

Konsumsi Antara adalah nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sebagai input dalam proses produksi atau nilai barang dan jasa tidak tahan lama yang digunakan/habis dalam proses produksi. Konsumsi antara ini dinilai atas harga pembeli.

c. Nilai Tambah

Nilai Tambah Bruto (NTB)

Nilai Tambah Bruto adalah selisih antara output dan konsumsi antara, yang merupakan produk dari proses produksi.

Produk ini terdiri atas :

1. Pendapatan faktor yang terdiri dari:

• Kompensasi tenaga kerja

• Sewa tanah sebagai balas jasa tanah

• Bunga sebagai jasa modal, dan

• Keuntungan sebagai balas jasa kewir swasta

2. Konsumsi barang modal tetap yang dipakai untuk produksi

3. Pajak lainnya atas produksi dikurangi subsidi lainnya tas produksi

PDRB dapat dinyatakan sebagai :

a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB)

(58)

b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK)

Nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar penghitungan.

Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) ada 3 yaitu: Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran.

1. Menurut Pendekatan Produksi.

Menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan  konsumsi  antara dari masing-masing  total nilai produksi/pendapatan (output) tiap-tiap  lapangan usaha.

Output

b,t

= Produksi

t

× Harga

t

NTB

b,t

= Output

b,t

Konsumsi Antara

b,t

Dimana:

Output b,t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku tahun t

NTBb,t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun ke-t

Produksit = Kuantum produksi tahun ke-t

Hargat = Harga produksi tahun ke-t

2. Menurut Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi.

PDRB = Kompensasi Tenaga Kerja + Surplus Usaha Neto + Konsumsi Barang Modal Tetap + Pajak atas Produksi dan Impor.

3. Menurut Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir.

PDRB = Konsumsi rumahtangga + KonsumsiPemerintah + PMTB + Perubahan stok + (Ekspor - Impor).

Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) ada 3 yaitu: Revaluasi, Ekstrapolasi dan Delasi.

Gambar

Gambar 4.9  Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT)
Gambar 2.3 Tahapan Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif Tahun 2010
Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

jika rata-rata laju pertumbuhan ekonomi wilayah lebih rendah daripada Provinsi Jawa Timur, namun PDRB perkapita yang ada di wilayah lebih tinggi jika dibandingkan

Dengan penghitungan atas dasar harga konstan 2010, laju pertumbuhan jasa pendidikan Kota Serang mengalami percepatan dari 3,41 persen pada tahun 2010 menjadi 10,32 persen

Melihat kondisi faktual tentang rendahnya PDRB Provinsi Jawa Tengah dan ketimpangan PDRB di antara Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur, serta

PDRB menurut lapangan usaha memiliki pengaruh yang besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi kota Pematangsiantar, yang mendorong penulis ingin mengadakan penelitian terhadap

Laporan ini berisi ten tang uraian hasil penelitian terapan mengenai " Pemodelan Matematika Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara

PDRB untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dari hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), hasil Survei Khusus Neraca Produksi - Ekonomi

LAJU PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN SIDOARJO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2011 - 2016 (PERSEN).. LAJU INDEKS IMPLISIT PDRB KABUPATEN SIDOARJO MENURUT

 Pertumbuhan ekonomi Nusa tenggara Timur meningkat cukup signifikan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyatakat sehingga mengurangi kemungkinan