• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5e Memanfaatkan Internet Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran TIK di SMA N aranggede T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5e Memanfaatkan Internet Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran TIK di SMA N aranggede T1 BAB IV"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Proses Perlakuan 4.1.1 Eksperimen

Pemberian perlakuan dilakukan di kelas XI IPA 2, yaitu dengan diterapkannya metode pembelajaran Learning Cycle 5e memanfaatkan internet dengan standar kompetensi menggunakan perangkat lunak pembuat desain grafis. Perlakuan dilakukan selama dua kali pertemuan disesuaikan dengan rancangan proses pembelajaran yang memerlukan dua pertemuan untuk menyelesaikan satu kompetensi dasar.

Pertemuan I

Pertemuan pertama dilakukan pada kelas eksperimen pada hari selasa tanggal 31 Maret 2015 jam 9.15 - 11.15 WIB. jumlah siswa yang mengikuti pelajaran sebanyak 29 siswa dan tidak ada siswa yang absen. Pada pertemuan pertama dijelaskan terlebih dahulu kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selama 2x45 menit. Penjelasan diberikan selama 5 menit. Hal – hal yang dijelaskan yaitu metode belajar Learning Cycle 5E, pemanfaatan internet sebagai sumber informasi. Pertemuan pertama dilaksanakan dengan materi mengidentifikasi perbedaan grafis berbasis vektor dan bitmap. Setelah diberikan penjelasan, guru melaksanakan skema pembelajaran yang sudah dibuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan treatment menggunakan metode belajar Learning Cycle 5E dengan memanfaatkan internet dimulai dari Fase engage

(2)

diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sebangku untuk menjawab beberapa pertanyaan dari guru seputar contoh gambar materi pembahasan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa seputar materi perbedaan vektor dan bitmap. Selanjutnya guru memberi instruksi kepada siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok, kemudian guru membagi siswa yang berjumlah 29 siswa menjadi 5 kelompok. Terdapat 4 kelompok beranggota 6 siswa dan 1 kelompok beranggota 5 siswa.

4.1.1 Tabel pertemuan pertama pembagian materi

NO DAFTAR

KELOMPOK

MATERI

1 KELOMPOK 1 Pengertian desain grafis, fungsi, aplikasi

desain grafis, penerepan dalam kehidupan

sehari-hari.

2 KELOMPOK 2 pengertian unsur-unsur dasar dari desain

grafis dan penjelasan.

3 KELOMPOK 3 Pengertian bitmap, kelebihan dan

kekurangan, contoh file gambar bitmap dan

aplikasi desain.

4 KELOMPOK 4 Pengertian Vektor, kelebihan dan

kekurangan, contoh file gambar Vektor dan

aplikasi desain grafis Vektor.

5 KELOMPOK 5 Mencari perbedaan Vektor dan Bitmap.

(3)

menambah pengetahuan baru yang siswa temukan selama proses diskusi.

Fase yang ketiga yaitu fase explain (menjelaskan). Guru pada fase ini melakukan pengecekan hasil jawaban kepada masing-masing kelompok untuk mengecek hasil jawaban sudah benar atau kurang tepat. Setelah semua kelompok selesai dan jawaban sudah benar kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan serta mempraktekan hasil pekerjaan kepada siswa lain. Pada waktu presentasi juga dilakukan tanya jawab.

Fase keempat yaitu fase elaboration (penerapan konsep) pada fase ini guru memberikan tugas latihan yang dipraktekkan. Tugas praktikum digunakan untuk mengukur seberapa jauh siswa memahami materi perbedaan grafis berbasis vektor dan bitmap. Kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat belajar secara bermakna, karena dapat menerapkan / mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Fase kelima yaitu fase evaluate (evaluasi) dengan alokasi waktu 5 menit guru memberikan kuis. Kemudian guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan secara bersama tentang materi Desain grafis berbasis vektor dan bitmap yang dipelajari. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi.

Selama proses treatment guru melakukan observasi mengenai indikator keaktifan siswa. Pelaksanaan treatment dilakukan 2 kali pertemuan dengan tata cara pelaksanaan yang sama dengan treatment pertama. Perbedaan treatment pertama dan treatment kedua terletak pada materi. Setelah pelaksanaan treatment pertama dan kedua selesai selanjutnya dilakukan postest untuk mengukur hasil belajar siswa apakah mengalami peningkatan atau tidak.

Pertemuan II

(4)

kedua tidak lagi diberikan penjelasan tentang mekanisme pembelajaran seperti pada pertemuan pertama. Dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan merupakan pengulangan dari pertemuan sebelumnya. Hal yang membedakan pertemuan pertama dan kedua yaitu terletak pada materi. Pertemuan kedua membahas tentang identifikasi menu dan ikon pada program desain grafis Corel Draw. Materi tersebut masih dalam satu kompetensi dasar yang sama dengan pertemuan pertama.

Pertemuan kedua dimulai dari Fase engage (mengajak). Pada fase engage selama 15 menit bertujuan untuk membangkitkan minat dan

rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran desain grafis. Pembangkitan minat dengan cara memperlihatkan contoh gambar fungsi menu dan ikon pada corel draw kemudian siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sebangku untuk menjawab beberapa pertanyaan dari guru seputar contoh gambar materi pembahasan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa seputar materi menu dan ikon pada program desain grafis Corel Draw. Selanjutnya guru memberi instruksi kepada siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok. Kemudian guru menginstrusikan kepada siswa agar siswa bergabung dengan kelompok yang sudah dibuat sebelumnya.

4.1.L Tabel Pertemuan Kedua Pembagian Materi

NO DAFTAR

KELOMPOK

MATERI

1 KELOMPOK 1 Menjelaskan menu bar ( file, edit, view,

layout dan arrange).

2 KELOMPOK 2 Menjelaskan menu bar (effect, bitmaps, text,

table dan tool).

3 KELOMPOK 3 Menjelaskan Tool box (pick tools, shape

tools, croop tools dan zoom tools).

(5)

tools, retangle tools dan ellipse tools).

5 KELOMPOK 5 Menjelaskan fungsi property bar.

Fase yang kedua yaitu fase Explore (menyelidiki) dengan alokasi waktu 60 menit. Kegiatan siswa pada fase ini adalah mempelajari dan mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru dengan cara berdiskusi dengan anggota kelompok. Guru memberikan instruksi untuk mengerjakan lembar kerja dengan memanfaatkan buku panduan atau LKS dan internet sebagai sumber informasi. Kegiatan pada fase explore bertujuan untuk menyusun pemahaman siswa dengan cara

menambah pengetahuan baru yang siswa temukan selama proses diskusi.

Fase yang ketiga yaitu fase explain (menjelaskan). Guru pada fase ini melakukan pengecekan hasil jawaban kepada masing-masing kelompok untuk mengecek hasil jawaban sudah benar atau kurang tepat. Setelah semua kelompok selesai dan jawaban sudah benar kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan serta mempraktekan hasil pekerjaan kepada siswa lain. Pada waktu presentasi juga dilakukan tanya jawab.

(6)

Selama proses treatment guru melakukan observasi mengenai indikator keaktifan siswa. Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai terbiasa dengan metode yang digunakan. Keaktifan siswa juga mengalami peningkatan dibandingkan pertemuan pertama.

4.1.2 Kontrol

Pada penelitian ini yang digunakan sebagai kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 1 dengan diterapkannya metode pembelajaran konvensional (ceramah) yang biasa digunakan pada pertemuan – pertemuan sebelumnya. Pembelajaran kelas kontrol menggunakan standar kompetensi menggunakan perangkat lunak pembuat desain grafis. Skema pembelajaran sudah dijelaskan sebelumnya pada BAB III. Penerapan metode konvensional di kelas kontrol dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan.

Pertemuan I

Pertemuan pertama dilakukan di kelas kontrol pada tanggal 9 April 2015 jam 07.00 – 08.30 dan jumlah siswa yang hadir 29 siswa. Materi pembelajaran yaitu mengidentifikasi perbedaan grafis berbasis vektor dan bitmap dilaksanakan menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah). Selama 45 menit pertama, pada pelaksanaannya guru menjelaskan materi di depan kelas dan siswa mencatat apa yang dibacakan oleh guru dengan membawa buku dan sesekali melakukan tanya jawab dengan siswa. Pada saat guru menjelaskan materi, siswa terlihat pasif. Bahkan beberapa tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan dan mengakibatkan kurang adanya interaksi antara siswa dan guru pada proses pembelajaran. Sebagian besar interaksi yang terjadi adalah guru hanya menjelaskan materi dan siswa hanya menyimak dan mencatat materi.

Pertemuan II

(7)

pembelajaran yang berbeda tetapi masih dalam satu kompetensi dasar. Materi pembelajaran yang digunakan yaitu mengidentifikasi menu dan ikon pada program desain grafis corel draw dilaksanakan menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah). Pada pelaksanaannya guru menjelaskan materi di depan kelas dan siswa mencatat apa yang dibacakan oleh guru, selama 45 menit pertama dengan membawa buku dan sesekali melakukan tanya jawab dengan siswa. Pada saat guru menjelaskan materi, siswa terlihat pasif. Bahkan beberapa tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan dan mengakibatkan kurang adanya interaksi antara siswa dan guru pada proses pembelajaran. Sebagian besar interaksi yang terjadi adalah guru hanya menjelaskan materi dan siswa hanya menyimak dan mencatat materi

4.2. Hasil Belajar

4.2.1 Hasil Belajar Sebelum Tindakan

Tahap awal untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK didapat dari nilai pretest yang dilakukan guru sebelum dilakukannya tindakan. Nilai yang diperoleh dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2.1 daftar hasil belajar siswa dari pretest

No. Nilai IPA 1 IPA 2 Presentase IPA 1 (%)

Presentase IPA 2 (%)

1. 80 2 - 6,9 0

2. 75 5 6 17,24 20,68

3. 70 5 6 17,24 20,68

4. 65 6 6 20,68 20,68

5. 60 6 6 20,68 20,68

6. 55 5 5 17,24 17,24

Jumlah 29 100 % 100 %

(8)

Jumlah nilai 1910 1895

Rata-rata kelas 65,86207 65,34483

Nilai tuntas 7 6

Nilai tidak tuntas 22 23

Berdasarkan data tabel tersebut kelas XI IPA 1 dengan jumlah 29 siswa, hanya 7 siswa yang nilainya sudah mencapai batas KKM dan 22 siswa yang belum mencapai KKM. Sementara untukmKelas XI IPA 2 dengan jumlah 29 siswa, hanya 6 siswa yang nilainya mencapai KKM dan 23 siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Oleh karena itu berdasarkan tabel 4.2.1 kelas XI IPA 2 nilainya lebih rendah dibandingkan kelas XI IPA 1, maka kelas XI IPA 1 dijadikan kelas kontrol dan kelas IPA 2 dijadikan kelas eksperimen. Kelas Kontrol menggunakan metode konvensional (ceramah) sementara kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran Learning Cycle 5e memanfaatkan internet.

4.2.2 Hasil Belajar Sesudah Tindakan

Tahap akhir untuk memperoleh data peningkatan hasil belajar siswa pelajaran TIK didapat dari nilai posttest. Pemberian posttest digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai yang diperoleh dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.2.2 daftar hasil belajar siswa dari posttest

No. Nilai IPA 1 IPA 2 Presentase IPA 1 (%)

Presentase IPA 2 (%)

1. 95 - 5 0 20,68

2. 90 - 5 0 20,68

3. 85 6 5 20,68 20,68

4. 80 6 5 20,68 20,68

(9)

6. 70 5 2 13,8 6,9

7. 65 6 2 17,24 6,9

Jumlah 29 100 % 100 %

KKM 75

Jumlah nilai 2180 2395

Rata-rata kelas 75,17241 82,58621

Nilai tuntas 18 25

Nilai tidak tuntas 11 4

Dari data tabel 4.2.2 kelas XI IPA 1 dengan jumlah 29 siswa, hanya 18 siswa yang nilainya sudah mencapai batas KKM dan 11 siswa yang belum mencapai KKM. Sementara itu kelas XI IPA 2 dengan jumlah 29 siswa, 25 siswa yang nilainya mencapai KKM dan 4 siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Berdasarkan tabel diatas 4.2.2 Kelas XI IPA 2 dilihat berdasarkan rata-rata nilai kelas hasil yang ditunjukkan lebih tinggi dibandingkan kelas XI IPA 1, sementara dilihat berdasarkan nilai ketuntasan kelas IPA 2 lebih banyak dibandingkan kelas IPA 1. Sehingga metode Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar yang terjadi peningkatan secara signifikan. Hasil signifikan dapat dibuktikan dengan menguji nilai siswa dengan Uji-T. 4.3. Wawancara

Wawancara dilakukan setelah kegiatan pembelajaran untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai metode yang telah diterapkan pertanyaan wawancara tersebut yaitu 1) bagaimana tanggapan siswa terhadap metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet 2) apakah dengan penerapan

metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet membuat siswa menjadi lebih aktif. Hasil dari wawancara tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :

(10)

bermanfaat sekali dikelas. Pembelajaran jadi tidak membosankan dan monoton. Siswa lebih termotivasi untuk belajar. 2. siswa menjadi lebih aktif dikelas karena metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet membuat siswa lebih termotivasi dalam aktivitas dikelas.

Narasumber 2 1. metode learning cycle 5e membuat

siswa lebih terpacu dalam belajar karena metode yang simpel tapi memberikan efek yang luar biasa dalam mengingat.

2.siswa menjadi aktif karena metode

learning cycle 5e dengan

memanfaatkan internet memberikan kesan simpel dan mudah dalam penerapannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan hasil yang positif mengenai metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet yang digunakan dikelas. Hasil dapat disimpulkan bahwa merasa metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet sangat bermanfaat karena

pembelajaran jadi tidak membosankan dan metode yang dipakai simpel tapi memberikan efek luar biasa dalam meningkatkan hasil belajar serta metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet juga dapat meningkatkan

(11)

4.4. Observasi

4.3.1 Observasi Sebelum Tindakan

Pada penelitian ini dilakukan observasi untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa sebelum pembelajaran menggunakan Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet. Selain itu observasi sebelum

tindakan ini dapat dijadikan bukti bahwa memang siswa yang dijadikan sampel penelitian memiliki masalah dalam keaktifaan siswa sehingga hasil belajar tidak mencapai ketuntasan. Pada kegiatan observasi indikator keaktifan yang diamati adalah 1) selama proses belajar, pada umumnya siswa terlibat menjawab pertanyaan, 2) siswa pada umumnya mencari dan menggunakan sumber informasi, 3) kerja sama dan interaksi siswa dalam kelompok, 4) terjadi interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru, 5) siswa melakukan presentasi di depan kelas, 6) mengerjakan tugas dari guru. Kegiatan observasi dibantu oleh guru TIK di SMA N 1 Karanggede. Berikut table hasil observasi keaktifan siswa selama proses pembelajaran sebelum dilakukannya treatment.

Tabel 4.3.1 Hasil Obsevasi Sebelum Tindakan

No. Indikator

interaksi siswa dalam

kelompok

(12)

4. Terjadi interaksi antara

siswa dengan siswa

atau siswa dengan guru

33% 33% Rendah Rendah

5. siswa melakukan

presentasi di depan

kelas

33% 33% Rendah Rendah

6. mengerjakan tugas dari

guru

48% 46% Sedang Sedang

Total Presentase 40% 39% Rendah Rendah

Berdasarkan tabel 4.3.1 dapat disimpulkan bahwa total presentase keaktifan siswa kelas XI IPA 1 adalah 40% tergolong dalam kategori rendah dan presentase kelas XI IPA 2 adalah 39% tergolong dalam kategori rendah. Kedua kelas tersebut masuk kategori keaktifan kurang aktif. Indikator keaktifan yang pertama yaitu selama proses belajar, pada umumnya siswa terlibat menjawab pertanyaan. Perolehan hasil persentase indikator 1 didasarkan pada kriteria yang di tetapkan yaitu siswa menjawab sendiri (tepat, hampir tepat) memperoleh skor 3, menjawab ditunjuk memperoleh skor 2 dan tidak menjawab atau diam memperoleh skor 1. Sehingga diperoleh hasil pada kelas XI IPA 1 memperoleh 39% tergolong dalam kategori rendah dan pada kelas XI IPA 2 memperoleh 36% tergolong kategori rendah.

(13)

Indikator keaktifan ketiga, keempat dan kelima kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 memperoleh 33% tergolong rendah dikarenakan guru belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif selama proses pembelajaran.

Indikator yang keenam yaitu mengerjakan tugas dari guru. Perolehan hasil persentase indikator 6 didasarkan pada kriteria yang di tetapkan yaitu siswa mengerjakan sendiri dengan benar memperoleh skor 3, mengerjakan kurang tepat atau mencontek memperoleh skor 2 dan tidak mengerjakan sama sekali memperoleh skor 1.

Sehingga pada kelas XI IPA 1 memperoleh rata-rata observasi 48% tergolong sedang dan pada kelas XI IPA 2 memperoleh 46% tergolong sedang. Hal ini membutikan bahwa kedua kelas tersebut memiliki keaktifan yang sedang. Namun presentase terendah yaitu kelas XI IPA 2 dijadikan kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 kelas kontrol.

4.3.2 Observasi Sesudah Tindakan

Pertemuan I dan Pertemuan II

Pada penelitian ini dilakukan observasi untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa setelah pembelajaran menggunakan Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet. Pada kegiatan observasi indikator keaktifan yang diamati adalah 1) selama proses belajar, pada umumnya siswa terlibat menjawab pertanyaan, 2) siswa pada umumnya mencari dan menggunakan sumber informasi, 3) kerja sama dan interaksi siswa dalam kelompok, 4) terjadi interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru, 5) siswa melakukan presentasi di depan kelas, 6) mengerjakan tugas dari guru. Berikut tabel hasil observasi keaktifan siswa selama proses pembelajaran sesudah dilakukannya treatment.

4.3.2 Tabel Observasi Sesudah Tindakan

No. Indikator

Pertemuan 1 Pertemuan 2 XI IPA 1

kontrol

XI IPA 2 eksperim

XI IPA 1 kontrol

(14)

ent nt

(15)

Penentuan kriteria pada masing-masing indikator sama hal nya dengan observasi sebelum tindakan. Sehingga antara peneliti dan guru TIK memiliki penilaian yang sama terhadap lembar observasi. Penelitian dilakuan dengan cara mengisi dan mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran dengan mengisi lembar observasi yang telah dibuat. Hasil tersebut menunjukan bahwa penerapan metode pembelajaran Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet berhasil untuk meningkatkan keaktifan siswa.

4.5. Analisis Dan Pembahasan Secara Statistik 4.4.1 Normalitas

Pretest

Pada tahapan ini dilakukan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi SPSS 19.0. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 4.4.1 Uji Normalitas pretest

Hasil Pengujian

Hasil Belajar pretest (eksperimen)

Hasil Belajar pretest (kontrol)

N 29 29

Normal Parameters

Mean 65,34 65,86

Std.Devition 7,062 7,8

Nilai | Ft-Fs| terbesar 0,159 0,152

Asymp. Sig (2-Tailed) 0,59 0,8

Test distribution is Normal

Kriteria pengujian jika nilai | Ft - Fs |

terbesar kurang dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | Ft -

Fs| terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak ; H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas

(16)

0,159 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,59. Berdasarkan pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data pretest kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (0,159) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,59) > 5% (0,05).

Hasil yang sama pada pretest kontrol menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs |

terbesar adalah 0,866 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,441. Berdasarkan pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data pretest kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (0,152) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,8) > 5% (0,05).

Kedua uji normalitas untuk data nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Posttest

Pada tahapan ini dilakukan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak antara kelas kontrol dan kelas eksperimen berdasarkan nilai postest. Pengujian ini dilakukan dengan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi SPSS 19.0. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 4.4.1 Uji Normalitas posttest

Hasil Pengujian Hasil Belajar posttest (eksperimen)

Hasil Belajar posttest (kontrol)

N 29 29

Normal Parameters

Mean 82,59 75,17

Std.Devition 9,124 7,256

Nilai | Ft-Fs| terbesar 0,137 0,161

Asymp. Sig (2-Tailed) 0,177 0,053

(17)

Kriteria pengujian jika nilai | Ft - Fs | terbesar kurang dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | Ft -

Fs| terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov-Smirnov, maka Ho ditolak ; H1 diterima. Berdasarkan perhitungan uji normalitas

pretes eksperimen menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 0,137 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,177. Berdasarkan pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data pretes kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (0,137) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,177) > 5% (0,05).

Hasil yang sama pada posttest kontrol menunjukkan bahwa nilai | Ft - Fs | terbesar adalah 0,161 dan asymp. Sig (2-Tailed) bernilai 0,053. Berdasarkan pengujian nilai kuantil Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa sebaran data pretes kelas eksperimen tersebut normal karena nilai | Ft - Fs | terbesar (0,161) > dari pada nilai tabel Kolmogorov-Smirnov (0,246) dan nilai Asymp. Sig (2-Tailed) (0,053) > 5% (0,05).

Kedua uji normalitas untuk data nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

4.4.2 Homogenitas

Setelah melakukan uji normalitas data yang berguna apakah data yang didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas data. Uji homogenitas data berguna untuk mengetahui data berasal dari sampel yang homogen atau tidak. Maksud homogen disini adalah bahwa sampel yang diambil memiliki tingkat kemampuan atau tingkat pemikiran yang sama atau tidak. Oleh karena itu, dalam uji homogenitas data ini kita menggunakan 2 sampel data untuk mengujinya.

(18)

Setelah diketahui data pretest berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang berguna untuk mengetahui kesamaan varian antara skor pretest. Pada perhitungan ini dilakukan dengan program SPSS 19.0. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.3.1.2.

Tabel 4.4.2 Uji Homogenitas pretest

Kelas Sig (P)

Eksperimen

0,555 Kontrol

Kriteria Pengujian :

Jika nilai Sig. (P) > ∝(0.05), maka homogen

Jika nilai Sig. (P) < ∝(0.05), maka tidak homogen

Berdasarkan tabel di atas, pada skor pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh P = 0,555. Dengan membandingkan dengan nilai ∝= 0.05, karena nilai untuk P (0,555) > ∝ (0.05), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen).

Posttest

Setelah diketahui data posttest berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang berguna untuk mengetahui kesamaan varian antara skor posttest. Pada perhitungan ini dilakukan dengan program SPSS 19.0. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.4.2.

Tabel 4.4.2 Uji Homogenitas posttest

Kelas Sig (P)

Eksperimen

(19)

Kriteria Pengujian :

Jika nilai Sig. (P) > ∝(0.05), maka homogen

Jika nilai Sig. (P) < ∝(0.05), maka tidak homogen

Berdasarkan tabel di atas, pada skor postest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh P = 0,16. Dengan membandingkan dengan nilai ∝ = 0.05, karena nilai untuk P (0,16) > ∝ (0.05), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen).

4.4.3 Uji-T

Uji Persamaan Dua Rerata

Teknik analisis uji-T pretest bertujuan untuk mengetahui persamaan hasil belajar pada tahap awal. Hasil penghitungan uji-T pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan bantuan program SPSS versi 19.0. Sedangkan ringkasan hasil penghitungan uji-T pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.4.3 Uji Persamaan Dua Rerata

Kelas Df Sig.(P) thitung ttabel

Eksperimen

56 0,792 0,05 -2,56 2,003 Kontrol

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah 0,792. Karena signifikansi P (0.792) > ∝ (0.05), atau thitung adalah

-2,56 karena ℎ� �� (-2,56) < �� (2,003), maka keputusan uji nilai Sig. > α atau thitung < ttabel maka keputusannya adalah tolak H1

dengan kata lain H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa penerapan

(20)

Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer dalam hal hasil belajarnya.

Uji Perbedaan Dua Rerata

Setalah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada skor posttest dapat dilihat bahwa data tersebut menunjukkan normal dan

homogen, sehingga untuk menguji perbedaan dua rerata posttest digunakan uji statistik parametrik uji T (Independent Samples T Test menggunakan equal variances assumed) dengan bantuan program SPSS 19.0, dengan taraf signifikansi 5%.

Rumusan hipotesis yang akan diuji:

H0 : Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5e dengan

memanfaatkan internet sama dengan penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.

H1 : Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5e dengan

memanfaatkan internet lebih tinggi dari pada penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.

Tabel 4.3.2.3 Uji perbedaan dua rata-rata posttest

Kelas Df Sig.(P) thitung ttabel

Eksperimen

56 0,001 0,05 3,425 2,003 Kontrol

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah 0,001. Karena signifikansi P (0.001) < ∝(0.05), atau thitung adalah

(21)

dengan kata lain H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran Learning Cycle 5e dengan memanfaatkan internet lebih tinggi dari pada penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer. 4.4.4 Uji-Gain

Uji-gain digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Uji ini untuk membandingkan hasil pretest-postest kelas kontrol dan pretest-postest kelas eksperimen dengan digunakan perhitungan gain ternormalisasi. Nilai gain didapat dari selisih nilai posstest dan pretest. Karena hasil belajar merupakan hasil yang

diperoleh siswa setelah pembelajaran, maka hasil belajar yang dimaksud yaitu adanya peningkatan yang dialami siswa. Hasil dari perhitungan gain ternormalisasi (g) dapat dilihat pada tabel 4.4.4

Tabel 4.4.4 Hasil Perhitungan Gain

Kelas Pretest Posttest G g Keterang

an

Eksperimen 65,3448 82,58 17,2352 0,49733373 Sedang

(22)

Gambar 4.4.4 Nilai Gain Kelas Eksperimen dan kontrol

Berdasarkan tabel 4.4.4 dan Gambar 4.4.4 memperlihatkan bahwa nilai pretest dan posttest diperoleh nilai gain ternormalisasi pada kelas eksperimen sebesar 0.57 yang diinterpretasikan ke dalam kriterium nilai (g) tergolong sedang. Sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0.15 tergolong rendah. Jika dibandingkan nilai gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran TIK menggunakan metode pembelajaran Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet di kelas eksperimen lebih signifikan

dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan media pembelajaran konvensional.

4.5 Pembahasan

(23)

berperan dalam proses pembelajaran. Tidak hanya metode pembelajaran yang menjadi kendala namun juga sumber belajar yang siswa gunakan kurang lengkap karena siswa menggunakan LKS sebagai buku panduan. Untuk itu maka kendala tersebut dijadikan dasar pada penelitian ini. Proses belajar yang biasanya hanya ceramah didepan maka pada penelitian ini tidak hanya guru yang berperan dalam pembelajaran namun juga siswa dituntut berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Learning cycle 5e. Tidak hanya model belajar yang dirubah namun juga siswa dituntut untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang ada untuk pembelajaran dengan menggunakan internet sebagai sumber belajar. Model pembelajaran Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet dilakukan di kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen, sementara model ceramah atau metode konvensional dilakukan di kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol.

Tahap pertama pada kelas eksperimen yaitu dengan memberikan pretest. Pemberian pretest digunakan untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang dijelaskan, yang hasilnya digunakan untuk menjawab hipotesis terhadap hasil belajar siswa bahwa kemampuan yang dimiliki siswa sama. Tahap selanjutnya pemberian treatment dengan menggunakan metode belajar learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet. Sementara untuk kelas kontrol digunakan pembelajaran konvensional atau ceramah seperti biasa.

(24)

dengan cara memperlihatkan contoh gambar vektor dan bitmap kemudian siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sebangku untuk menjawab beberapa pertanyaan dari guru seputar contoh gambar materi pembahasan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa seputar materi perbedaan vektor dan bitmap. Selanjutnya guru memberi instruksi kepada siswa agar dapat bekerja sama dalam kelompok, kemudian guru membagi siswa yang berjumlah 29 siswa menjadi 5 kelompok. Terdapat 4 kelompok beranggota 6 siswa dan 1 kelompok beranggota 5 siswa. Fase yang kedua yaitu fase Explore (menyelidiki) dengan alokasi waktu 60 menit. Kegiatan siswa pada fase ini adalah mempelajari dan mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru dengan cara berdiskusi dengan anggota kelompok. Guru memberikan instruksi untuk mengerjakan lembar kerja dengan memanfaatkan buku panduan atau LKS dan internet sebagai sumber informasi. Kegiatan pada fase explore bertujuan untuk menyusun pemahaman siswa dengan cara

menambah pengetahuan baru yang siswa temukan selama proses diskusi.

Fase yang ketiga yaitu fase explain (menjelaskan). Guru pada fase ini melakukan pengecekan hasil jawaban kepada masing-masing kelompok untuk mengecek hasil jawaban sudah benar atau kurang tepat. Setelah semua kelompok selesai dan jawaban sudah benar kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan serta mempraktekan hasil pekerjaan kepada siswa lain. Pada waktu presentasi juga dilakukan tanya jawab.

(25)

Fase kelima yaitu fase evaluate (evaluasi) dengan alokasi waktu 5 menit guru memberikan kuis. Kemudian guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan secara bersama tentang materi Desain grafis berbasis vektor dan bitmap yang dipelajari. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami materi.

Selama proses treatment guru melakukan observasi mengenai indikator keaktifan siswa. Pelaksanaan treatment dilakukan 2 kali pertemuan dengan tata cara pelaksanaan yang sama dengan treatment pertama. Perbedaan treatment pertama dan treatment kedua terletak pada materi. Setelah pelaksanaan treatment pertama dan kedua selesai selanjutnya dilakukan postest untuk mengukur hasil belajar siswa apakah mengalami peningkatan atau tidak secara signifikan.

Metode belajar learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa dikelas sekaligus mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Perhatian siswa dikelas semakin meningkat, siswa berani memberikan pendapat dan saling berdiskusi antar siswa. Terbukti dari hasil observasi yang dilakukan tentang keaktifan dikelas berdasarkan indikator. Hasil yang di dapatkan terdapat perbedaan keaktifan siswa dikelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hasil presentase keaktifan yang diperoleh selama proses pembelajaran sebagai berikut :

Tabel 4.5.1 Perbandingan Keaktifan Belajar Kontrol Dan Eksperimen

No. Indikator

Persentase Kelas

Eksperimen

Persentase Kelas

Kontrol

Sebelum Rata-rata

Pert 1,2 Sebelum

Rata-rata

Pert 1,2

1. Selama proses

belajar, pada

umumnya siswa

terlibat menjawab

(26)

pertanyaan

2. Siswa pada

umumnya mencari

dan menggunakan

sumber informasi

51 92 54 42,5

3. Kerja sama dan

interaksi siswa

dalam kelompok

33 90 33 33

4. Terjadi interaksi

antara siswa dengan

siswa atau siswa

dengan guru

33 90 33 33

5. siswa melakukan

presentasi di depan

kelas

33 90,5 33 33

6. mengerjakan tugas

dari guru

46 92,5 48 45

Total Presentase 39% 88% 40% 38,5%

(27)

Dapat disimpulkan bahwa metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet dapat meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4.5.2 Peningkatan hasil belajar setelah menggunakan metode pembelajaran Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet Penelitian dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran Learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet. Kegiatan pertama

yaitu memberikan pretest kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan treatment.

Berdasarkan dari hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh kesimpulan rata-rata kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan rata-rata kelas kontrol, namun perbandingan rata-rata pada kedua kelas tidak terlalu jauh, sehingga kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dikatakan memiliki kemampuan awal yang sama. Kemudian kelas eksperimen diberikan tindakan menggunakan metode pembelajaran learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet dan pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Setelah pemberian tindakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian diberikan posttest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Dapat disimpulkan pada hasil posttest, bahwa rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. perbedaan hasil akhir rata-rata sangat signifikan sehingga terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut tabel hasil pretest dan postest pada kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel. 4.5.2 Hasil pretest dan postest pada kelas kontrol dan eksperimen

Kontrol Eksperimen

Pretest Postest Pretest Postest

(28)

Nilai tuntas 7 18 6 25 Nilai tidak

tuntas

22 11 23 4

Nilai tertinggi

80 85 75 95

Nilai terendah

55 65 55 65

Berdasar tabel 4.5.2 Pada kelas kontrol semula hasil pretest 65,86 menjadi 75,17 sementara pada kelas eksperimen hasil pretest 65,34 menjadi 82,58. Pembelajaran dengan metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet pada kelas eksperimen jumlah nilai yang tuntas KKM ada 25 siswa dari 29 siswa. Dan pembelajaran dengan metode konvensional pada kelas kontrol jumlah nilai yang tuntas 18 siswa dari 29 siswa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode learning cycle 5e dengan memanfaatkan internet terbukti meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sampel terdistribusi secara normal dan sampel berasal dari variansi yang sama atau homogen, sehingga penelitian ini menggunakan uji T dengan statistik Independent Sample T-Test menggunakan equal variances assumed. Hasil akhir dari penelitian ini, yaitu nilai P (0.001) < ∝(0.05) sehingga H1 yang

Gambar

table dan tool).
Tabel 4.2.1 daftar hasil belajar siswa dari pretest
Tabel 4.2.2 daftar hasil belajar siswa dari posttest
table hasil observasi keaktifan siswa selama proses pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

informasi gagal ujian dan informasi detil

 Siswa dapat Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.  Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan

Seandainya dilihat secara utuh, baik dalam konteks keseluruhan pemikiran Ibnu Taimiyyah maupun dalam konteks di mana kalimat yang dikutip tersebut maka para pembaca yang jujur

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Belakangan ini, ia telah menerbitkan sebuah monograf tentang sebuah nilai Islam: konsep amar ma'ruf nahyi munkar – Memerintah kebaikan dan melarang hal-hal

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Riska Fitriyani 2016

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.”

Untuk memenuhi kriteria security pada daerah taktis, dalam sistem OFDM disimulasikan beberapa kemungkinan terjadinya jamming. Pertama dilakukan pembandingan hasil BER