• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa TKJ SMK Telekomunikasi Tunas Harapan T1 702012602 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa TKJ SMK Telekomunikasi Tunas Harapan T1 702012602 BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Kajian Teori

2.1.1. Model Project Based Learning (PjBL)

Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif. PjBL memberi kebebasan pada peserta didik untuk bereksplorasi merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif dan berkelompok yang pada akhirnya menghasilkan suatu karya/hasil produk yang orisinil dan baru. (Cord et al., dalam Rais (2010:4). PjBL membantu peserta didik mengembangkan berbagai kemampuan seperti intelektual, sosial, emosional, dan moral (Bas, G., 2010:11).

Menurut Thomas, dkk, 1999 (dalam Wena, 2009) Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri. Tujuannya agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.

H.S. Barrows (1982) menyatakan bahwa masalah dapat digunakan sebagai permulaan atau titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang baru.

(2)

7

a. Autentik, yaitu: masalah harus berakar pada kehidupan di dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

b. Jelas, yaitu: masalah dirumuskan dengan jelas dalam arti, tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya mempersulit proses pemahaman para siswa.

c. Mudah dipahami, yaitu: masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami oleh siswa

d. Luas sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu: masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah diterapkan.

e. Bermanfaat, yaitu: masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat baik bagi siswa maupun sebagai guru. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

Adapun langkah-langkah dalam Project Based Learning sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2003:9) dalam Marinda (2013), adalah sebagai berikut.

a. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)

(3)

8

b. Merencanakan proyek (design a plan for the project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.

c. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)

Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi guru juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.

d. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)

(4)

9

e. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome) Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.

f. Evaluasi (evaluate the experience)

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

2.1.1.1.Karakteristik Model Project Based Learning

Menurut Buck Institute for Education (BIE) (dalam susanti, 2008), karakteristik Project Based Learning mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut:

1. Isi difokuskan pada ide-ide siswa, yaitu dalam membentuk gambaran tersendiri, bekerja keras atas topik-topik yang relevan dan minat siswa yang seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari.

2. Kondisi, maksudnya adalah kondisi untuk mendorong siswa agar lebih mandiri, yaitu dalam mengelola tugas dan waktu belajar. Sehingga dalam belajar siswa mencari sendiri sumber informasi tambahan dari berbagai referensi seperti buku maupun internet. 3. Aktivitas adalah suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu dalam

(5)

10

bangunan dalam mengagas pengetahuan siswa dalam mentransfer dan menyimpan informasi dengan mudah.

4. Hasil adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu siswa mengembangkan kecakapan belajar dan mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna, termasuk strategi pemecahan masalah. Juga termasuk kecakapan tertentu, disposisi, sikap dan kepercayaan yang dihubungkan dengan pekerjaan produktif, sehingga secara efektif dapat menyempurnakan tujuan yang sulit untuk dicapai dengan model-model pembelajaran yang lain.

2.1.1.2.Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning Anatta (dalam Susanti, 2008) menyebutkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari model Project Based Learning diantaranya sebagai berikut:

a) Kelebihan model Project Based Learning

1. Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain.

2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem‐problem yang kompleks.

3. Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Teori‐teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif.

(6)

11

praktik dalam mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber‐sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

b) Kekurangan model Project Based Learning

1. Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi ribut saat pelaksanaan proyek karena adanya kebebasan pada siswa sehingga memberi peluang untuk ribut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.

2. Walaupun sudah mengatur alokasi waktu yang cukup masih saja memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pencapaian hasil yang maksimal.

2.1.2. Edmodo

Salah satu aplikasi internet yang bisa digunakan untuk media pembelajaran online adalah Edmodo. Edmodo adalah media sosial yang sering digambarkan sebagai Facebook untuk sekolah, dan dapat berfungsi lebih banyak sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Nurita (2013), Edmodo adalah social network berbasis lingkungan sekolah (school based environment). Dikembangkan oleh Nicolas Borg and Jeff O’Hara, Edmodo adalah platform pembelajaran yang aman bagi guru, siswa dan sekolah berbasis sosial media. Edmodo menyediakan cara yang mudah bagi kelas untuk berkolaborasi antara siswa dan guru, saling berbagi konten pendidikan, mengelola proyek, tugas dan menangani pemberitahuan setiap aktivitas.

(7)

12

guru maupun orangtua. Penggunaan Edmodo dapat melibatkan keluarga dan sekolah untuk saling membantu siswa dalam belajar.

Menurut Basori (2013), Edmodo merupakan salah satu open source gratis yang berusaha mengimbangi perkembangan facebook.

Perbedaannya hanya Edmodo lebih digunakan di dalam dunia pendidikan. Sehingga fitur yang adapun mendukung pengelolaan pembelajaran secara terintegratif.

2.1.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Edmodo

a. Menurut Umaroh (2012, dalam Basori, 2013), adapun kelebihan dari Edmodo sebagai berikut:

1. Membuat pembelajaran tidak bergantung pada waktu dan tempat.

2. Meringankan tugas guru untuk memberikan penilaian kepada siswa.

3. Memberikan kesempatan kepada orangtua/wali siswa untuk memantau aktivitas belajar dan prestasi dari putra-putrinya.

4. Membuat kelas lebih dinamis karena memungkinkan interaksi guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa dalam hal pelajaran atau tugas.

5. Memfasilitasi kerja kelompok yang multidisiplin. 6. Mendorong lingkungan virtual kolaboratif yang

membantu pembelajaran berbasis proses.

b. Sedangkan kekurangan dari jejaring Edmodo, sebagai berikut:

1. Penggunaan bahasa program yang masih berbahasa inggris, sehingga terkadang menyulitkan guru dan siswa.

(8)

13 2.1.3. Minat belajar

Minat belajar siswa merupakan salah satu kunci keberhasilan proses belajar menggunakan metode ini. Minat adalah suatu kecendrungan yang agak menetap dalam subyek sehingga ia merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa berkecimpung dalam hal itu (W.S Winkel, dalam Besty, 2010).

Minat memiliki manfaat sebagai pendorong dalam mencapai prestasi. Dengan minat belajar, siswa akan berhasil memahami materi pelajaran dan akan mengingat-ingat materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan dari guru.

William James (dalam Keke, 2008) mengatakan bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Pengertian minat menurut Witherington (dalam Keke, 2008), minat adalah suatu kesadaran seseorang terhadap suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi tertentu yang mengandung sangkut paut dengan dirinya atau dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Dengan kesadaran akan suatu objek maka siswa dapat mengekplorasi dan menemukan keterkaitan antara masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga dapat membentuk suatu pola pikir yang kritis dalam menyikapi suatu masalah.

Menurut Besty (2012), Guru dapat memperhatikan hal-hal kecil yang menunjukkan bahwa siswa memiliki minat yang cukup terhadap pelajaran, antara lain ialah:

1.) Melalui pekerjaan rumah

(9)

14 2.) Diskusi

Diskusi yang diciptakan dalam ruang kelas dengan teman sebaya dapat memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuat minat tersebut. Jadi, dalam berdiskusi siswa tersebut akan antusias dan berprestasi.

3.) Memberi pertanyaan

Apabila proses belajar mengajar berlangsung dengan aktif, artinya siswa aktif bertanya dan pertanyaan tersebut sesuai dengan materi yang diterangkan oleh guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki minat terhadap pelajaran tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa adalah faktor dalam (sifat pembawaan seseorang) dan faktor dari luar (seperti keluarga, sekolah, masyarakat atau lingkungan).

Untuk membentuk minat siswa dalam mempelajari sesuatu, dapat dilakukan dengan pendekatan terhadap apa yang disukai oleh siswa, dan juga pendekatan terhadap apa yang menjadi kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa. Jika minat siswa sudah terbentuk maka siswa akan lebih mudah dalam memahami suatu masalah, dan lebih semangat untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang dihadapinya. Siswa akan melakukan proses belajar dengan tenang dan rilex, dan mampu mengungkapkan pendapatnya dalam hal penyelesaian masalah tanpa terpatok oleh teori saja, bahkan siswa dapat mengembangkan pola pikirnya untuk menyelesaikan masalahnya secara lebih kreatif.

2.1.4. Ketuntasan Belajar

(10)

15

pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan.

2.1.4.1.KKM Individual

Peserta didik dianggap telah memenuhi ketuntasan belajar apabila telah menguasai sekurang-kurangnya sama dengan KKM yang ditetapkan oleh satuan pendidikan tersebut. Hasil belajar dalam kemampuan pemecahan masalah peserta didik dikatakan memenuhi KKM individual apabila peserta didik tersebut memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75.

2.1.4.2.KKM Klasikal

Kelas dianggap telah memenuhi ketuntasan belajar apabila sekurang-kurangnya 75% dari banyaknya peserta didik menguasai materi (Muslich, 2010:19). Jadi dapat dikatakan hasil belajar dalam kemampuan pemecahan masalah peserta didik memenuhi ketuntasan klasikal apabila sekurang-kurangnya 75% dari peserta didik yang berada pada kelas tersebut memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75.

2.1.5. Berfikir Kreatif

(11)

16

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Laksmi, 2012).

Menurut S.C. Utami Munandar (1990), karakteristik berpikir kreatif ada dua macam, yaitu:

1. Ketrampilan berpikir kreatif (aptitude) ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan proses berpikir. Ciri-ciri tersebut antara lain: a. Ketrampilan berpikir lancar (fluency), adalah mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

b. Ketrampilan berpikir luwes (flexibility), adalah menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

c. Ketrampilan berpikir orisinal (originality), adalah mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri serta mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

d. Ketrampilan memperinci (mengelaborasi), adalah mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan menambahkan atau merinci secara detail dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik. e. Ketrampilan menilai (mengevaluasi), adalah menentukan

(12)

17

terhadap situasi yang terbuka, serta tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melakukan.

2. Ketrampilan berpikir afektif (nonaptitude), ciri-ciri nonaptitude ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap. Ciri-ciri tersebut antara lain:

a. Rasa ingin tahu, meliputi suatu dorongan untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang lain, obyek dan situasi serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui dan meneliti. b. Bersifat imajinatif, meliputi kemampuan untuk

memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan. c. Merasa tertantang oleh kemajemukan, meliputi dorongan

untuk mengatasi yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

d. Sifat berani mengambil resiko, meliputi keberanian memberikan jawaban belum tentu benar, tidak takut gagal, atau mendapat kritik serta tidak menjadi ragu-ragu karena ketidak jelasan hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang terstruktur.

e. Sifat menghargai, meliputi tindakan dapat menghargai bimbingandan makna dalam hidup, serta menghargai kemampuan dan bakat-bakatsendiri yang sedang berkembang.

(13)

18

itu, penanganan kecakapan berpikir kritis-kreatif sangat penting diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran. Baer (1993, dalam Ida, 2006) mengemukakan, berpikir kreatif merupakan sinonim dari berpikir divergen. Ada 4 indikator berpikir divergen, yaitu :

1) Fluence (kemampuan menghasilkan banyak ide),

2) Flexibility (kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi), 3) Originality (kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang

sebelumnya tidak ada), dan

4) Elaboration (kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail).

Lebih lanjut, Baer mengemukakan bahwa kreativitas seseorang ditunjukkan dalam berbagai hal, seperti kebiasaan berpikir, sikap, pembawaan atau kepribadian, atau kecakapan dalam memecahkan masalah.

Menurut Joyce Wycoff (2002, dalam Ninik, 2011) beberapa ciri orang kreatif antara lain:

1) Keberanian, yaitu berani menghadapi tantangan baru dan bersedia menghadapi risiko kegagalan.

2) Ekspresif, yaitu tidak takut menyatakan pemikiran dan perasaannya.

3) Humor, yaitu humor berkaitan dengan kreativitas menggabungkan hal-hal sedemikian rupa sehingga menjadi berbeda, tidak terduga dan tidak lazim.

4) Intuisi, yaitu menerima intuisi sebagai aspek wajar dalam kepribadiannya.

Menurut Hurlock (2005, dalam Ninik, 2011) beberapa kegiatan untuk meningkatkan kreativitas antara lain:

1) Waktu

(14)

19

untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep yang dipahaminya.

2) Kesempatan

Apabila mendapat tekanan dari kelompok, kemudian anak menyendiri maka ia menjadi lebih kreatif.

3) Dorongan

Orang tua sangat berperan dalam hal ini, anak seharusnya dibebaskan dari ejekan dan kritik yang seringkali memojokkan anak.

4) Sarana

Harus disediakan untuk merangsang dorongan ekperimen dan eksplorasi yang merupakan unsure penting dari kreativitas.

5) Lingkungan

Keadaan lingkungan yang merangsang kreativitas anak. 6) Hubungan dengan orang tua

Orang tua yang terlalu melindungi atau posesif terhadap anak dapat menghambat proses kreativitas.

7) Cara mendidik anak

Mendidik secara demokratis dan persimis dirumah dan di sekolah akan meningkatkan kreativitas, sedangkan mendidik dengan otoriter menghambat proses kreativitas.

8) Pengetahuan

(15)

20

2.1.5.1. Karakteristik berfikir kreatif

Karakteristik berfikir kreatif menurut Dennis (2008), sebagai berikut:

1) Orisinalitas

Orisinalitas ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik serta jarang terjadi. Berpikir tentang masa depan juga bisa memberikan stimulasi ide-ide yang orisinil.

2) Elaborasi

Suatu kemampuan untuk menguraikan sebuah objek tertentu. Elaborasi adalah jembatan yang harus dilewati oleh seseoranng dalam mengkomunikasikan ide-ide kreatifnya.

3) Kelancaran

Kemampuan untuk menciptakan segudang ide (Guilford, 1950). Semakin banyak ide, maka semakin besar kemungkinan dalam memperoleh sebuah ide yang signifikan.

4) Fleksibilitas

Kemampuan untuk mengatasi rintangan-rintangan mental, mengubah pendekatan untuk sebuah masalah.

2.1.5.2. Hubungan kreativitas dengan pembelajaran TIK

Kurangnya jam proses belajar mengajar (PBM) siswa dengan guru mengakibatkan guru tidak leluasa untuk mengarahkan siswa dalam peningkatan aspek berfikir kreatif para siswa. Melalui TIK, para siswa akan terangsang untuk belajar lebih maju sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pembelajaran menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian, sehingga akan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh para siswa.

(16)

21

Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

Bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian pada siswa. Melalui TIK para siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam, sehingga dapat meningkatkan wawasan mereka, jadi para siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan dari guru dan buku panduan siswa (lembar kerja siswa). Dengan pembelajaran TIK, memungkinkan untuk dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna.

2.1.5.3. Sasaran Pembelajaran TIK

Seiring berjalannya waktu, teknologi semakin berkembang, para konsumen tergiur dalam adanya perkembangan teknologi tersebut. Dengan adanya pembelajaran TIK, para siswa diajarkan bagaimana menggunakan teknologi yang ada, sehingga siswa tidak mudah bosan, selain itu proses pembelajaran dapat lebih menyenangkan, dan menarik.

Secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah:

(17)

22

mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.

2. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri.

3. Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktifitas dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal, menarik, dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi, terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.

5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif, dan bertanggungjawab dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah sehari-hari.

2.2.Kajian Penelitian Yang Relevan

(18)

23

meningkatkan hasil belajar fisika dengan nilai t hitung 2.79 > t table 2.00.

2. Penelitian oleh Marinda Ditya Putriari berjudul “Keefektifan Project Based Learning Pada Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah

Peserta Didik kelas X SMK Materi Program Linear”, dengan hasil model Project-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan pencapaian ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya 75% dari peserta didik nilainya mencapai KKM. Uji pengaruh yang dilakukan menggunakan uji regresi linear menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara aktivitas belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah yakni kemampuan pemecahan masalah peserta didik 32,28% dipengaruhi oleh aktivitas belajar. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa model PBL efektif terhadap pencapaian kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X SMK Negeri 9 Semarang pada materi program linear.

(19)

24 2.3.Kerangka Berfikir

Untuk mengetahui efektifitas hasil pembelajaran dalam usaha pengembangan pola pikir dan kreativitas siswa tidak cukup hanya dengan melakukan tes saja. Diperlukan suatu metode pembelajaran yang lebih efektif. Untuk mempermudah siswa dalam menyerap pelajaran maka beragam metode telah dikembangkan, salah satunya adalah model Project Based Learning. Penerapan model Project Based Learning pada mata pelajaran TIK

dilaksanakan dalam dua siklus, siklus pertama bertujuan untuk pengenalan Project Based Learning dan pengaplikasiannya memanfaatkan Edmodo, pada

siklus ini belum terlihat banyak perkembangan terhadap siswa. Sedangkan pada Siklus kedua, bertujuan untuk menyempurnakan hasil belajar pada siklus pertama, semua kekurangan yang didapat pada siklus pertama akan dilengkapi pada siklus kedua, sehingga pada siklus kedua ini akan terlihat perkembangan studi yang cukup signifikan dari peserta didik. Pada setiap siklus akan dilakukan pendalaman materi dan evaluasi agar mendapat hasil yang lebih optimal.

Terdapat 5 tahapan dalam proses pelaksanaan Project Based Learning, yaitu:

a.Tahap 1, yaitu: Orientasi siswa terhadap proyek yang diberikan. Pendidik membagi siswa dalam kelompok-kelompok, satu kelompok terdiri dari 5-6 siswa, dan memberikan proyek dalam bentuk soal pada masing-masing kelompok, sedangkan siswa berkontribusi memberikan pendapat atau ide sesuai dengan apa yang sudah diketahui sementara oleh siswa.

b.Tahap 2, yaitu: Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Sedangkan siswa berdiskusi dengan kelompoknya dan konsultasi dengan guru.

(20)

25

d.Tahap 4, yaitu: Guru membantu siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya, seperti laporan. Sedangkan siswa menyusun laporan berdasarkan hasil diskusi terhadap temuan-temuan yang didapat, kemudian meng-upload ke Edmodo.

e.Tahap 5, yaitu: Guru melakukan penilaian terhadap hasil temuan, sedangkan siswa mempresentasikan hasil temuan bersama kelompoknya. Para siswa akan dibiasakan untuk berinteraksi dengan siswa lain melalui belajar kelompok atau diskusi. Siswa akan belajar bersama-sama dalam kelompok masing-masing yang sudah ditentukan, kelompok-kelompok tersebut akan dibagi menjadi kelompok kecil yang heterogen untuk berdiskusi memecahkan masalah-masalah yang ditemui dalam materi yang sedang dipelajari. Sehingga proses pembelajaran ini akan berpusat pada siswa (student centered), maka para siswa dapat mengembangkan cara belajar mandiri.

Kelompok heterogen artinya kelompok yang terdiri atas berbagai unsur yang berbeda sifat atau berlainan jenis, terdiri dari siswa yang tergolong pandai, sedang dan malas, jenis kelamin (perempuan dan laki-laki). Dengan berdiskusi, maka para siswa dapat saling bertukar ide/pendapat, pengalaman, informasi ataupun saran, sehingga dapat mencari pemecahan masalah dan menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh siswa-siswa yang lain. Apabila terdapat anggota kelompok yang tidak jelas, maka anggota lain dalam kelompok tersebut dapat membantu menjelaskan kepada anggotanya yang tidak jelas. Diharapkan dengan adanya penerapan Project Based Learning dengan memanfaatkan Edmodo, dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.

2.4.Hipotesi Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijabarkan di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hal ini mengingat bahwa ketersediaan lahan untuk budidaya tumbuhan obat di Indonesia masih cukup luas sehingga memungkinkan tumbuhan akar kuning di tanam dalam skala

Peringkat Obligasi (Kamus BI, 2012) adalah Peringkat yang diberikan oleh suatu perusahaan penilai obligasi mengenai bonafiditas dari penerbit obligasi (ada empat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Pengolahan Data Alumni Sekolah Berbasis Website menggunakan Framework CodeIgniter

Purwaningsih, Endang, 2005, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights Kajian Hukum terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual dan.. Kajian Komparatif Hukum Paten,

Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah merancang dan membangun sebuah Sistem Infromasi Pengolahan Data Nilai Siswa Berbasis web dan SMS Gateway dengan

“ Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya

Merek dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)”. Bagaimana praktik perdagangan barang tiruan yang menggunakan. merek terkenal di