• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengelolaan Wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengelolaan Wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Pesisir

Menurut Dahuri (2003) ekosistem perairan laut dapat dibagi menjadi dua,

yaitu perairan laut pesisir, yang meliputi paparan benua, dan laut lepas atau laut

oseanik. Ada kesepakatan dunia bahwa wilayah pesisir merupakan suatu wilayah

peralihan antara daratan dan lautan. Ditinjau dari garis pantai (Coastline), suatu

wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu batas yang sejajar dengan garis

pantai (long-Shore), dan batas yang tegak lurus dengan garis pantai

(Cross-Shore).

Definisi dan batas wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah

wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas di daratan meliputi

daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih

dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang-surut, angin laut dan intrusi

garam, sedangkan batas di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh

proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut,

serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di

daratan (Bengen, 2001).

Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki karakteristik yang

unik dan kompleks. Kompleksitas ditunjukkan oleh keberadaan berbagai

pengguna dan berbagai entitas pengelola wilayah yang mempunyai kepentingan

dan cara pandang yang berbeda mengenai pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya di wilayah pesisir. Mempertimbangkan karakteristik tersebut, maka

(2)

pendekatan andalan dalam mengelola berbagai potensi dan konflik sumberdaya

yang ada di wilayah pesisir (Dahuri, 1996).

Beberapa ekosistem utama di wilayah pesisir adalah estuaria, hutan

mangrove, padang lamun, terumbu karang, pantai (berbatu, berpasir, berlumpur),

dan pulau-pulau kecil. Secara prinsip, ekosistem pesisir mempunyai fungsi pokok

bagi kehidupan manusia yaitu penyedia sumberdaya alam, penerima limbah,

penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan dan penyedia jasa-jasa kenyamanan

(Bengen, 2001).

Pantai

Secara umum pantai dikenal sebagai batas antara daratan dan lautan.

Istilah pantai juga digunakan untuk batas antara daratan dan danau yang sangat

besar. Namun demikian jika ditinjau lebih terinci, maka ada beberapa

permasalahan yang membuat istilah pantai tidak semudah itu. Hal ini karena yang

disebut sebagai batas tidak dapat dibuat sangat tegas. Dengan demikian dalam

daerah pantai sendiri dikenal istilah-istilah yang membedakan daerah tersebut

secara fisik (Ermawan, 2008).

Menurut Dahuri (2003) pantai biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan pionir

yang memiliki cirri-ciri antara lain:

1. Sistem perakaran yang menancap dalam

2. Mempunyai toleransi tinggi terhadap kadar garam, hembusan angin, dan suhu

tanah yang tinggi

(3)

Pantai yang terbuka biasanya memiliki kondisi lingkungan yang kurang

bersahabat, yakni kondisi fisik yang tidak stabil akibat fluktuasi suhu, salinitas

dan kelembaban yang tinggi. Ada tiga zonasi dimana organisme hadir dalam

jumlah besar, yaitu:

1. Zona bagian atas dihuni oleh kepiting (Ghost-crab) dari genus Ocypode,

Amphipoda, dan krustasea dari famili Talitridae.

2. Zona pertengahan yang dihuni oleh moluska genus Donax dan beberapa

spesies isopoda.

3. Zona yang lebih rendah dihuni oleh spesies keong (Gastropoda), kepiting

(Hippid Crab), dan bulu babi (Echinoid). Disamping itu pantai juga penting

sebagai habitat bagi penyu dan burung laut untuk bertelur.

Menurut Irianto (2002), jenis pantai dibagi berdasarkan fisiologi

kepulauan dan pengaruh kegiatan manusia. Jenis pantai berdasarkan fisiologi

kepulauan yaitu :

1. Pulau/daratan menghadap ke arah samudera lepas

Pantai dan pesisir yang menghadap ke arah laut/samudera lepas ditandai

oleh tebing perbukitan curam, pantai berbentang alam kasar, berbukit terjal

menerima hempasan kuat gelombang. Pantai datar berpasir adakalanya

menyelingi pesisir ini, terbentuk oleh endapan sedimen sungai.

2. Pantai – pesisir yang menghadap cekungan belakang (tepian paparan)

Cekungan belakang dari jalur konvergensi tektonik ditandai oleh paparan

landai luas dengan alur sungai (dendritic) panjang dan dataran tangkapan hujan

(4)

berawa dan ber tutupan tebal bakau membentuk muara delta luas dengan pulau

pulau delta di depannya.

3. Pesisir menghadap tepian kontinen

Indonesia memiliki dua tepian kontinen, Sunda dan Sahul yang ke arah

mana beberapa pulau menghadapnya dengan ciri pantai landai dan sangat stabil

dari gejala geologi. Dua paparan tersebut menyisakan bentang alam dataran saat

sempat kering ketika susut laut hingga –145 m dari muka laut sekarang. Landai

dan dangkalnya perairan seringkali menyebabkan kekeruhan akibat agitasi laut

saat musim barat sulit hilang. Rataan tipis bakau menutup pesisir perairan.

4. Jalur pulau busur luar

Jalur pulau non vulkanik busur luar terbentuk hampir menerus di barat dari

pulau Sumatera menghadap ke lepas Samudra Hindia. Di bagian timur busur

Sunda, busur luar terbentuk kembali sebagai pulau Sumba dan Sabu. Pulau-pulau

tersebut terbentuk dari terangkatnya sedimen laut oleh proses penunjaman dan

tumbukan lepeng, dicirikan oleh lapisan batuan yang terlipat membentuk

perbukitan dan terpotong patahan. Adakalanya batu gamping terumbu karang ikut

terangkat keluar membentuk perbukitan di pantai bertebing curam.

5. Pulau gunung api

Pantai pulau ini dicirikan oleh endapan bahan vulkanik yang dimuntahkan

hingga ke perairan membentuk pesisir pantai landai di bagian mana sering

ditumbuhi bakau dan terumbu karang di perairannya. Lembah sungai dalam di

hulu berakhir pada muara yang berpantai landai pada pesisir datar, namun sering

(5)

6. Pulau kecil di laut dalam

Pulau-pulau ini dicirikan oleh lereng perairan curam, namun lereng atas

dekat permukaannya sering dikelilingi oleh terumbu karang yang menempel pada

batuan vulkanik. Terumbu karang adakalanya terangkat membentuk undak sempit

batu gamping karang dengan takik ombak, sebagai bukti adanya pengangkatan.

Pantai sempit landai adakalanya ditumbuhi bakau.

7. Pulau-pulau kecil di paparan tepian kontinen

Pulau terbentuk oleh tinggi batuan yang resisten dari kerja cuaca di

kawasan geologi yang stabil bagian dari paparan kontinen. Perubahan paras muka

laut lebih mengontrol evolusi morfologi perairan ini membentuk alur perairan

dangkal yang ditutupi endapan pantai dan sungai purba. Dangkalnya perairan

menyebabkan kekeruhan tidak mudah hilang, menyebabkan kualitas terumbu

karang kurang baik namun endapan pantai di perairan tenang mengalasi rataan

tebal bakau.

8. Pulau Delta

Pulau-pulau delta terbentuk di bagian perairan landai di muara sungai yang

mengalir jauh dari pedalaman mengangkut sedimen yang diendapkan dan

membentuk pulau-pulau ini. Hampir seluruh pulau umumnya ditutupi bakau atau

hutan tropis dataran basah pada kisaran supra tidal atau intertidal.

Sedangkan Dahuri (2003) menjelaskan bentuk-bentuk pantai yang terdapat

(6)

1. Pantai terjal berbatu

Biasanya terdapat di kawasan tektonis aktif yang tidak pernah stabil

karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup ditentukan oleh 3 faktor, yaitu

tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca.

2. Pantai landai dan datar

Pantai jenis ini ditemukan di wilayah yang sudah stabil sejak lama karena

tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini

ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang padat dan hutan lahan basah lainnya.

3. Pantai dengan bukit pasir

Pantai ini terbentuk akibat transportasi sedimen clastic secara horizontal.

Karena perubahan berlangsung cepat dan terjadi di daerah yang kering, maka

bukit pasir biasanya miskin tanaman penutup.

4. Pantai beralur

Proses pembentukan pantai ini lebih ditentukan oleh factor gelombang

ketimbang angin. Proses penutupan yang berlangsung cepat oleh vegetasi

menyebabkan zona supratidal tidak terakumulasi oleh sedimen yang berasal dari

erosi angin.

5. Pantai lurus di dataran pantai yang landai

Pantai tipe ini ditutupi oleh sedimen berupa Lumpur hingga pasir kasar.

Pantai ini merupakan fase awal untuk berkembangnya pantai yang bercelah dan

bukit pasir apabila terjadi perubahan suplai sedimen dan cuaca (angin dan

(7)

6. Pantai berbatu

Pantai ini dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas. Komunitas

organisme pada pantai berbatu hidup di permukaan. Bila dibandingkan dengan

habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan mikroorganisme yang

tinggi, khususnya di habitat intertidal didaerah angin (temperate) dan subtropik.

7. Pantai yang terbentuk karena adanya erosi

Sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akan mengandap di

daerah pantai. Pantai yang terbentuk dari endapan semacam ini dapat mengalami

perubahan dari musim ke musim, baik secara alamiah maupun akibat kegiatan

manusia yang cenderung melakukan perubahan terhadap bentang alam.

Ekowisata Bahari

Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang

mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk

kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata. Pariwisata merupakan

kegiatan perpindahan atau perjalanan orang secara temporer dari tempat mereka

biasa bekerja dan menetap ke tempat luar, guna mendapatkan kenikmatan dalam

perjalanan atau di tempat tujuan. Kenikmatan dari perjalanan ini merupakan suatu

jasa yang diberikan alam kepada manusia, sehingga manusia merasa perlu untuk

mempertahankan eksistensi alam (Yulianda, 2007).

Ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya

pariwisata secara ramah lingkungan. Dalam ekowisata ini, kegiatan wisata yang

bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian

(8)

berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan, tetapi juga pelaku

wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi wisatawan untuk menunjukkan

tanggung jawab tersebut. Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada

lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya

alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (Bato, dkk., 2013).

Menurut Yulianda (2007) ekowisata bahari merupakan ekowisata yang

memanfaatkan karakter sumberdaya pesisir dan laut. Sumberdaya ekowisata

terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan

menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Berdasarkan konsep

pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada

pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya

sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan

wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan

perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.

Pencadangan ataupun penetapan suatu daerah menjadi kawasan ekowisata

bertujuan untuk mengharmonisasikan antara kebutuhan ekonomi masyarakat

dengan keinginan untuk melestarikan sumberdaya alamnya, sehingga dalam

perkembangannya kawasan ekowisata telah dimanfaatkan dengan berbagai tujuan

seperti sebagai tempat penelitian, perlindungan alam, pelestarian spesies dan

keragaman genetik, kegiatan wisata, kegiatan pendidikan lingkungan serta

(9)

Honey (1999), mengemukakan bahwa ada 7 butir prinsip-prinsip

ekowisata :

1. Perjalanan ke suatu tempat yang alami (involves travel to natural

destinations) sering tempat tersebut jauh, ada penduduk atau tak ada penduduk dan biasanya lingkungan tersebut dilindungi.

2. Meminimalkan dampak negatif (minimized impact).

Pariwisata menyebabkan kerusakan, tetapi ekowisata berusaha untuk

meminimalkan dampak negatif yang bersumber dari hotel, jalan dan

infrastruktur lainnya.

3. Membangun kepedulian terhadap lingkungan (build enviromental

awareness).

Unsur penting dalam ekowisata adalah pendidikan, baik kepada wisatawan

maupun masyarakat penyangga obyek. Sebelumnya semua pihak yang

terintegerasi dalam perjalanan wisata alam harus dibekali informasi tentang

karakteristik obyek dan kode etik sehingga dampak negatif dapat

diminimalkan.

4. Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan

konservasi (provides direct financial benefit for conservations).

Ekowisata dapat membantu meningkatkan perlindungan lingkungan

penelitian dan pendidikan melalui mekanisme penarikan biaya masuk dan

sebagainya.

5. Memberikan manfaat/keuntungan finansial dan pemberdayaan pada

masyarakat lokal (provides financial benefit and enpowerment for local

(10)

Masyarakat akan merasa memiliki dan peduli terhadap kawasan konservasi

apabila mereka mendapatkan manfaat yang menguntungkan, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Keadaan ekowisata di suatau kawasan

harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (local

community walfare). Manfaat finansial dapat dimaksimalkan melalui

pemberdayaan atau peningkatan kapasitas masyarakat lokal, baik dlam

pendidikan , wirausaha permodalan dan manajemen.

6. Menghormati budaya setempat (respect local culture).

Ekowisata disamping ramah lingkungan, juga tidak bersifat destruktif,

intrusif, polutan dan eksploitatif terhadap budaya setempat, yang justru

merupakan salah satu “core” bagi pembangunan kawasan ekowisata.

7. Mendukung gerakan hak azasi manusia dan demokrasi (support human right

and democratic movement).

Prinsip Pengembangan Ekowisata

Keberadaan ekowisata membawa pengaruh positif bagi masyarakat

sekitar, terutama di pemukiman nelayan dalam hal peningkatan kesejahteraan

lingkungan desa. Pembangunan dalam konteks penataan dan pengembangan

wilayah adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup sektor pemerintahan

maupun masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperbaiki tingkat

kesejahteraan hidup masyarakat (Nugrahanti, dkk., 2012).

Suatu strategi yang ditempuh pemerintah untuk mengembangkan sektor

pariwisata adlaah dengan mencari, membangun dan mengembangkan ODTW

(Obyek dan Daya Tarik Wisata) baru. Seriap tempat, lokasi atau kawasan yang

(11)

semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut

(Mangindaan, dkk., 2012).

Menurut United State Agency for International Development (dalam

Siagian, 2014) menyebutkan ada 8 prinsip pengembangan ekowisata yakni :

1. Mencegah menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam

dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan

karakter alam dan budaya setempat.

2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat

setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses ini dapat dilakukan

langsung di alam.

3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang

digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelolaan kawasan pelestarian

dapat menerima langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan

kualitas kawasan perairan alam.

4. Prinsip masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam

merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula didalam

pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.

5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi

masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga

kelestarian alam.

6. Menjaga keharmonisan dengan alam, semua upaya pengembangan termasuk

pengembangan fasilitas atau utilitas harus tetap menjaga keharmonisan

(12)

7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya

dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun

mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukung lah yang

membatasinya.

8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu

kawasan pelestarian dikembangakan untuk ekowisata, maka devisa dan

belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau

pemerintah daerah setempat.

Sifat Pengunjung Ekowisata

Menurut Muhaerin (2008) sifat dan karakteristik dari ekowisatawan adalah

mempunyai rasa tanggung jawab sosial terhadap daerah wisata yang

dikunjunginya. Kunjungan yang terjadi dalam satu satuan tertentu yang mereka

lakukan tidak hanya terbatas pada sebuah kunjungan dan wisata saja. Wisatawan

ekowisata biasanya lebih menyukai perjalanan dalam kelompok-kelompok kecil

sehingga tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya. Daerah yang padat

penduduknya atau alternatif lingkungan yang serba buatan dan prasarana lengkap

kurang disukai karena dianggap merusak daya tarik alami. Secara khusus,

ekowisatawan mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Menyukai lingkungan dengan daya tarik utama adalah alam dan budaya

masyarakat lokal, dan mereka juga biasanya mencari pemandu yang

berkualitas.

b. Kurang memerlukan tata krama formal (amenities) dan juga lebih siap

menghadapi ketidaknyamanan, meski mereka masih membutuhkan pelayanan

(13)

c. Sangat menghargai nilai-nilai (high value) dan berani membayar untuk suatu

daya tarik yang mempesona dan berkualitas.

d. Menyukai daya tarik wisata yang mudah dicapai dengan batasan waktu

tertentu dan mereka tahu bahwa daya tarik alami terletak di daerah terpencil.

Partisipasi Masyarakat Lokal

Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan

emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk

memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta

turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Maifat, 2008).

Partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya

dalam kegiatan penyusunan perencanaan implementasi program/proyek

pembangunan, dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat

untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan

(Suratmo, 1990).

Menurut Ericson (dalam Prasetyo, 2015) bentuk partisipasi masyarakat

dalam pembangunan terbagi atas 3 tahap, yaitu:

1. Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada

tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan

rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu

kegiatan/proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran

dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan.

2. Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi

pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan

(14)

ataupun material/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya

pada pekerjaan tersebut.

3. Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini

maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek

setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap

ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek

yang telah dibangun.

Tipologi Partisipasi ada 7 jenis menurut Pretty (dalam Ziku 2015), yaitu:

1. Partisipasi Manipulative merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah.

Karakteristiknya yang mana, masyarakat seolah-olah dilibatkan dan diberi

kedudukan dalam organisasi resmi, namun mereka tidak dipilih dan tidak

memiliki kekuatan.

2. Partisipasi Pasif merupakan masyarakat menerima pemberitahuan apa yang

sedang terjadi dan yang telah terjadi. Pemberitahuan ini sifatnya hanya

sepihak, tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan hanya terbatas di

kalangan tertentu saja.

3. Partisipasi Konsultatif merupakan masyarakat berpartisipasi dengan cara

berkonsultansi, melakukan dengan pendapat, sedangkan orang luar hanya

mendengarkan, menganalisis masalah dan pemecahannya. Namun, belum ada

peluang untuk pembuatan keputusan bersama. Para profesional tidak

berkewajiban untuk memasukan pandangan masyarakat untuk ditindaklanjuti.

4. Partisipasi Intensif Material merupakan masyarakat berpartisipasi dengan

menyumbangkan tenaga dan jasa untuk mendapatkan imbalan, baik berupa

(15)

pembelajaran atau eksperimen yang dilakukan, sehingga masyarakat tidak

menguasai teknologinya dan tidak memiliki andil untuk melanjutkan

kegiatan-kegiatan tersebut setelah insentif dihentikan.

5. Partisipasi Fungsional merupakan partisipasi yang diawali oleh kelompok

luar sebagai sarana untuk mencapai tujuan, terutama untuk mengurangi

pembiayaan. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan membentuk

kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan proyek. Keterlibatan masyarakat dalam

partisipasi ini dapat secara interaktif dan terlibat dalam pengambilan

keputusan, namun cenderung setelah keputusan utama dibuat oleh kelompok

luar. Secara kasar dapat dikatakan, masyarakat masih berpartisipasi hanya

untuk melayani kepentingan orang luar.

6. Partisipasi Interaktif merupakan masyarakat berperan dalam analisis untuk

perencanaan kegiatan, pembentukan dan penguatan kelembagaan setempat.

Partisipasi dipandang sebagai hak, bukan sebagai cara untuk mencapai tujuan

semata. Proses partisipasi ini melibatkan metode interdisipliner yang mencari

keberagaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis.

Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol keputusan-keputusan mereka

dan menentukan seberapa besar sumber daya yang tersedia dapat digunakan,

sehingga mereka memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan.

7. Partisipasi Mandiri merupakan masyarakat berpartisipasi dengan cara

mengambil inisiatif secara bebas untuk mengubah sistem. mereka

mengembangkan kontak dengan lembaga lain untuk mendapatkan bantuan

(16)

Menurut Suratmo (1990), menfaat dari partisipasi masyarakat dalam

sebuah rencana pembangunan adalah sebagai berikut :

a. Masyarakat mendapat informasi mengenai rencana pembangunan di

daerahnya.

b. Masyarakat akan ditingkatkan pengetahuan mengenai masalah lingkungan,

pembangunan dan hubungannya.

c. Masyarakat dapat menyampaikan informasi dan pendapat atau presepsinya

terhadap pemerintah terutama masyarakat di tempat pembangunan yang

terkena dampak langsung.

d. Dapat menghindari konflik di antara pihak-pihak yang terkait.

e. Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerima manfaat yang akan

dapat dinikmati dan menghindari dampak negatifnya.

f. Akan meningkatkan perhatian dari instansi pemerintah yang terkait pada

masyarakat setempat.

Terdapat empat alasan pentingnya partisipasi dalam menunjang

keberhasilan suatu program atau kegiatan, yaitu: partisipasi diperlukan untuk

meningkatkan rencana pengembangan program atau kegiatan secara umum dan

kegiatan prioritas secara khusus; partisipasi dikehendaki agar implementasi

kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat; partisipasi dibutuhkan untuk

menjamin kelangsungan program atau kegiatan; partisipasi dapat meningkatkan

kesetaraan dalam implementasi kegiatan. Oleh karena itu, partisipasi merupakan

suatu tatanan mekanisme bagi para penerima manfaat dari suatu program atau

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu kinerja pemerintah daerah untuk pengeluaran tidak efesien di karenakan kinerja keuangan daerah pada tahun 2009 di posisi > 100

Kepada peserta / penyedia jasa yang keberatan atas pengumuman hasil prakualifikasi ini diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis

[r]

Perihal : Penunjukan Penyedia untuk Pelaksanaan Paket Pekerjaan Sewa Sarana Mobilitas Darat Dengan ini kami beritahukan bahwa penawaran Saudara Nomor : 003/HW-DIR/VI/2012 tanggal 27

Pada hari ini Kamis tanggal Empat belas bulan Juli tahun Dua Ribu Duabelas (14-07-2012) dimulai pada jam 10.00 WIB, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan Penapisan dan

[r]

Hasil analisis diketahui, atribut yang perlu mendapatkan perbaikan terdiri dari gedung TIKI yang luas, gedung TIKI yang nyaman, tersedianya buku alamat kode pos, adil dalam

[r]