• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN

A. Tinjauan Umum Tentang Retribusi

4. Pengertian Retribusi

Istilah retribusi atau retribute berasal dari Bahasa Inggris yang mana

penggunaannya mulai dipakai oleh bangsa-bangsa penjajah terhadap negara

jajahannya untuk membayar sesuatu kepada bangsa penjajah tersebut berupa upeti

atau pembayaran dari kelompok yang menang. Kemudian pembayaran itu dikuti

oleh suatu prestasi kembali dimana kelompok penerima upeti harus melindungi

kelompok yang membayar upeti atau kelompok yang kalah, maka dipakai

kata Re yang maksudnya “Kembali”. Jadi retribusi adalah pembayaran yang

diikuti kembali kepada sipembayar. Ini adalah pengertian retribusi dalam

terminology. Kemudian istilah retribusi ini berkembang sampai pada zaman

sekarang dan dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan untuk negara

maupun untuk pendapatan pemerintahan daerah.17

Retribusi merupakan suatu kata yang sudah familier dan sering di dengar

dalam menjalankan suatu aktifitas kehidupan sehari-hari. Retribusi sering dilihat

di tempat umum seperti di pasar, terminal, tempat rekreasi atau

tempat-tempat tertentu yang digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Secara

awam retribusi merupakan suatu pungutan atas pemakaian dan pemanfaatan suatu

fasilitas tertentu. Namun apakah semua pungutan-pungutan atas fasilitas tertentu

17

(2)

merupakan suatu retribusi atau tidak semua pungutan atas beragam fasilitas yang

digunakan merupakan retribusi.18

Retribusi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

dan Retribusi daerah Pasal 1 angka 64 menyatakan bahwa: Retribusi Daerah, yang

selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Retribusi daerah menurut Panca Kurniawan yang juga diambil berdasarkan

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 18 Tahun 1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yaitu

“Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.”19

Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.20

Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena

adanya jasa tertentu yang diberikan oeh negara bagi penduduk secara

perorangan.21

18

Samsuri Azhari, Implementasi Perda Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Retribusi Jasa Usaha Angkutan Umum Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Padangsidimpuan), Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2014, hal 17

19

Kurniawan, Panca, Agus Purwanto, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia. Cet. 1. Penerbit Bayumedia, Malang, 2005, hal 5

20

Abdul Kadir, dkk, Op. Cit, hal 19

21

(3)

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pasal 1 angka 26 menyatakan bahwa : Di Indonesia saat ini penarikan

retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi, retribusi yang

dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan.

Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.22

Dari pengertian retribusi di atas dapat simpulkan bahwa adalah suatu

pembayaran yang dilakukan oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan, dan

biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya

pelaksanaannya.

Retribusi daerah ditetapkan sesuai dengan undang-undang yang

pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan perda. Peraturan daerah

tentang retribusi tidak dapat berlaku surut dan sekurang-kurangnya mengatur

ketentuan mengenai: 23

a. Nama, objek dan subjek retribusi.

b. Golongan retribusi.

c. Cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan.

22Op.Cit

(4)

d. Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi.

Peraturan daerah harus mencantumkan jenis-jenis retribusi dan mencantumkan

prinsip penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi.

e. Struktur dan besarnya tarif retribusi.

f. Wilayah pumungutan.

g. Tata cara pemungutan, termasuk mengatur ketentuan pembayaran, tempat

pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran.

h. Sanksi administrasi.

5. Jenis-jenis Retribusi

Retribusi dibagi atas tiga golongan, penggolongan jenis retribusi ini

dimaksudkan guna menetapkan kebijakan umum tentang prinsip dan sasaran

dalam penetapan tarif Retribusi, yaitu:

a. Retribusi Jasa Umum ;

b. Retribusi Jasa Usaha;

c. Retribusi Perizinan Tertentu24

Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.25

23

Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika, Makasar, 2005, hal 78

24

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Pasal 18 ayat (3)

25

(5)

Berdasarkan UndangUndang No. 28 Tahun 2009 tentang retribusi daerah

digolongkan menjadi tiga yaitu:26

1. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta

dapat dinikmati orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum

antara lain retribusi pelayanan kesehatan; retribusi pelayanan

persampahan/kebersihan; retribusi penggantian biaya cetak kartu penduduk

dan akta catatan sipil; retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat;

retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum; retribusi pelayanan pasar;

retribusi pengujian kendaraan bermotor; retribusi pemeriksaan alat pemadam

kebakaran; retribusi pengujian kapal perikanan;

2. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa usaha yang disediakan

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya

dapat pula disediakan sektor swasta. Jenis-jenis usaha, antara lain retribusi

pemakaian kekayaan daerah; retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan;

retribusi tempat pelelangan; retribusi terminal; retribusi tempat khusus parkir;

retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa; retribusi penyedotan kakus;

retribusi rumah potong hewan; retribusi pelayanan pelabuhan kapal; retribusi

rekreasi dan olahraga; retribusi penyeberangan di atas air; retribusi pegelolaan

limbah cair; etribusi penjualan produksi usaha daerah.

3. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah

daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

26

(6)

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan

atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum

dan menjaga kelestarian lingkungan. jenis-jenis retribusi perizinan tertentu

antara lain retribusi izin peruntukan penggunaan tanah; retribusi izin

mendirikan bangunan; retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol;

retribusi izin gangguan; retribusi izin trayek; retribusi izin pengambilan hasil

hutan.

Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi

Perizinan tertentu dapat ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintahan dengan

kriteria sebagai berikut:27

1) Retribusi Jasa Umum:

a) Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau

Retribusi Perizinan tertentu;

b) Jasa yang bersangkutan merupakan Kewenangan Daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi;

c) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan

yang diharuskan membayar Retribusi, disamping untuk melayani

kepentingan dan kemanfaatan umum;

d) Jasa terssebut layak untuk dikenakan Retribusi;

e) Tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai

penyelenggaraannya;

27

(7)

f) Dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu

sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan

g) Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan

tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

2) Retribusi Jasa Usaha:

a) Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau

Retribusi Perizinan Tertentu ;dan

b) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang

seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau

terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum

dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

3) Retribusi Perizinan Tertentu:

a) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang

diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi

b) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi

kepentingan umum; dan

c) Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin

tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari

pemberian izin tertentu cukup besar sehingga layak dibiayai dari

Retribusi Perizinan.

Penetapan jenis-jenis retribusi jasa umum dan jasa usaha dengan peraturan

Pemerintah dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam penerapannya , sehingga

(8)

nyata Daerah yang bersangkutan. Penetapan jenis-jenis Retribusi Perizinan

Tertentu dengan Peraturan Pemerintah dilakukan karena perizinan tersebut,

walaupun merupakan kewenangan Pemerintah Daerah, tetap memerlukan

koordinasi dengan instansi-instansi teknis terkait. Berdasarkan Peraturan Daerah

dapat ditetapkan jenis Retribusi selain yang ditetapkan di atas, sesuai dengan

kewenangan otonominya dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Hasil penerimaan jenis Retribusi tertentu Daerah Kabupaten sebagian

diperuntukkan kepada Desa. Bagian Desa tersebut ditetapkan berdasarkan

Peraturan Daerah Pemerintah Kabupaten dengan memperhatikan aspek

keterlibatan Desa dalam penyediaan layanan tersebut.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi ditentukan sebagai

berikut:

a. Untuk Retribusi Jasa Umum, berdasarkan kebijakan Daerah dengan

mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,

kemampuan masyarakat dan aspek keadilan;

b. Untuk Retribusi Jasa Usaha, berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh

keuntungan yang layak; dan

c. Untuk Retribusi Perizinan Tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk

menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin

yang bersangkutan (Pasal 21 UU No. 34 Tahun 2000)

Penetapan tarif Retribusi Jasa Umum pada dasarnya disesuaikan dengan

peraturan perundang undangan yang berlaku mengenai jenis-jenis Retribusi yang

(9)

aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Tarif Retribusi Jasa Usaha ditetapkan

oleh Daerah sehingga dapat tercapai keuntungan yang layak, yaitu keuntungan

yang dapat dianggap memadai jika jasa yang bersangkutan diselenggarakan oleh

swasta.

Tarif Retribusi Perizinan Tertentu ditetapkan sedemikian rupa sehingga

hasil Retribusi dapat menutup sebagian atau seluruh perkiraan biaya yang

diperlukan untuk menyediakan jasa yang bersangkutan. untuk pemberian izin

bangunan, misalnya dapat diperhitungkan biaya pengecekan dan pengukuran

lokasi, biaya pemetaan, dan biaya pengawasan.

Retribusi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang tidak dapat

berlaku surut sama halnya dengan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah tersbut sekurang-kurangnya mengatur ketentuan mengenai:

a. nama, objek, dan subjek Retribusi;

b. golongan Retribusi;

c. cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan;

d. prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi;

e. struktur dan besarnya Retribusi;

f. wilayah pemungutan;

g. tata cara pemungutan;

h. sanksi administrasi;

i. tata cara penagihan; dan

(10)

Jenis-jenis Retribusi yang termasuk dalam golongan Retribusi Jasa Usaha

dan Retribusi Perizinan Tertentu yang prinsip tarifnya telah ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan, Peraturan Daerah mencantumkan prinsip tertentu.

Untuk jenis-jenis Retribusi yang termasuk dalam golongan Retibusi Jasa Umum,

Peraturan Daerah harus mencantumkan prinsip penetapan struktur dan besarnya

tarif retribusi. Ketentuan dalam tata cara pemungutan ini termasuk mengatur

penentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan

pembayaran.

Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah dapat juga mengatur ketentuan

selain yang disebut diatas seperti:

a. masa retribusi;

b. pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan dalam hal-hal

tertentu atas pokok Retribusi dan/atau sanksinya; dan

c. tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kadaluwarsa (Pasal 24 ayat

(4) UU No. 34 tahun 2000)

Pengurangan dan keringanan dikaitkan dengan kemampuan wajib

Retribusi, misalnya dalam Retribusi tempat rekreasi, pengurangan dan keringanan

diberikan untuk orang jompo, orang cacat, dan anak sekolah. Pembebasan

Retribusi dikaitkan dengan fungsi objek Retribusi, misalnya pelayanan kesehatan

bagi korban bencana alam. Peraturan Daerah untuk jenis-jenis Retribusi yang

tergolong dalam Retribusi Perizinan Tertentu harus terlebih dahulu

(11)

Dalam rangka pengawasan, Peraturan Daerah tentang Retribusi disampaikan

kepada Pemerintah paling lama lima belas hari setelah ditetapkan. Penetapan

jangka waktu tersebut telah mempertimbangkan administrasi pengiriman

Peraturan Daerah dari Daerah yang tergolong jauh.

Dalam hal peraturan Daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi, pemerintah dapat membatalkan Peraturan Daerah dimaksud.

Pembatalan Peraturan Daerah berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dalam hal ini

wajib Retribusi tidak dapat mengajukan restitusi kepada Pemerintah Daerah yang

bersangkutan. Pembatalan tersebut dilakukan paling lama satu bulan sejak

diterimanya Peraturan Daerah dimaksud. Penetapan jangka waktu satu bulan

tersebut dilakukan dengan pertimbangan untuk mengurangi dampak negatif dari

pembatalan Peraturan Daerah tersebut.

3. Subjek dan Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Subjek retribusi IMB adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh

IMB dari pemerintah daerah.28 Objek Retribusi Pelayanan IMB adalah pemberian

izin untuk mendirikan suatu bangunan dan pelayanan administrasi perizinan

bangunan meliputi kegiatan peninjauan lokasi dan penilaian desain dan

pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana

teknis bangunan dan rencana tata ruang, dan pengawasan penggunaan bangunan

28

(12)

yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang

menempati bangunan tersebut.29

Manfaat izin mendirikan bangunan, antara lain:30

a. Bupati/Walikota memanfaatkan pemberian IMB untuk:

1) Pengawasan, pengendalian, dan pengertiban bangunan.

2) Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang menjamin keandalan

bangunan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

3) Mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan tata bangunan dan

serasi dengan lingkungannya.

b. Pemilik IMB mendapat manfaat untuk

1) Pengajuan sertifikat fungsi bangunan.

2) Memperoleh pelayanan ultilitas umum seperti pemasangan/penambahan

jaringan listrik air minum, telepon.

Berdasarkan Perda Kota Medan No. 5 Tahun 2012 Pemberian IMB

meliputi:31

1. Bangunan gedung, yaitu bangunan gedung yang meliputi fungsi hunian,

fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial budaya, dan fungsi campuran.

2. Prasarana bangunan gedung dan/atau bangunan bukan gedung yaitu

konstruksi bangunan yang merupakan prasarana penunjang bangunan gedung

antara lain perkerasan, kolam renang, gardu, pagar, gapura, menara, tanki,

lapangan, pos jaga, dan lain sejenisnya.

29

Ibid. Pasal 7 ayat 4.

30

Ibid, Pasal 3

31

(13)

Proses penerbitan IMB memerlukan waktu untuk pemeriksaan dan

penelitian baik administratif maupun teknis. Dalam penerbitannya diperlukan

beberapa perizinan yang terkait dengan IMB, antara lain:32

1. Izin Pendahuluan

a. Persiapan, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan pagar proyek,

bangsal kerja, pematangan tanah, pembongkaran bangunan. Bangunan-

bangunan dan untuk pemancangan pertama

b. Pondasi, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pekerja pondasi

c. Struktur, yaitu izin melakukan kegiatan pelaksanaan struktur bagunan/

bangunan-bangunan

d. Menyeluruh, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan bangunan/

bangunan- bangunan sampai selesai.

2. Izin Peruntukkan Lahan

Izin yang diterbitkan pada seseorang sebagai bukti kepemilikan hak

mempergunakan lahan yang ada sesuai dengan perundangan dan tata letak

kawasan yang berlaku.

3. Surat Izin Peruntukkan dan Penggunaan Tanah (SIPPT)

Izin tentang persetujuan sebidang tanah yang terletak pada jalur jalan utama.

4. Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasi/ Lahan (SP3L)

Sejenis surat persetujuan prinsip pembebasan sebuah lokasi atau lahan atau

sebidang tanah untuk bangunan fisik.

32

(14)

5. Izin Penggunaan Lahan

Pemberian izin atas penggunaan kepada orang pribadi atau badan hukum yang

akan menggunakan tanah seluas 2500 M2 sampai dengan 10.000 sesuai

dengan tata ruang wilayah. Pelayanan Izin Peruntukan Penggunaan Tanah ini

di bagi beberapa tahap.

6. Izin Pengeringan Lahan/ Izin Perubahan Penggunaan

Lahan izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki orang pribadi

yang akan mengubah peruntukan tanah pertanian menjadi non pertanian guna

pembangunan rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan, dengan ukuran

seluas-luasnya 5000 m2 (lima ribu meter persegi).

Sesuai dengan ketentuan Perda walikota berwenang mencabut IMB

apabila:33

a. Pemegang IMB melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam IMB;

b. Pekerjaan mendirikan bangunan belum dimulai setelah 6 (enam) bulan sejak

izin diterbitkan atau 4 (empat) bulan pekerjaan telah pernah

diberhentikan tanpa alasan yang dapat diterima Walikota; dan

c. dikemudian hari diketahui ternyata secara hukum bahwa salah satu atau

beberapa syarat untuk memperoleh IMB dimaksud tidak benar keabsahannya.

Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan bangunan di daerah

harus memperoleh IMB untuk pembinaan penyelenggaraan bangunan dari

Walikota. IMB diberikan terhadap kawasan yang peruntukan tanahnya telah

ditetapkan sesuai dengan rencana tata ruang kota dan secara teknis memenuhi

33

(15)

ketentuan rencana tata ruang kota serta memenuhi persyaratan keandalan

bangunan. Dalam hal pemohon izin telah memenuhi persyaratan. Penetapan

keputusan IMB wajib diterbitkan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja

terhitung sejak semua persyaratan dinyatakan lengkap dan benar. Bangunan

yang didirikan harus sesuai dengan IMB yang diterbitkan. Bangunan yang

ditambah dan diperbaiki/renovasi harus sesuai dengan IMB yang diterbitkan.

Dokumen Administrasi yang dimiliki orang pribadi atau Badan dapat diajukan

perubahannya berdasarkan salah satu atau beberapa alasan.34

B. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota

Medan

Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap suatu

bangunan harus didasarkan oleh bukti yang kuat dan sah menurut hukum. Tanpa

bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum tersebut

menjadi tidak sah, Sehingga dengan adanya sertifikat IMB akan memberikan

kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat.

Oleh sebab itu dalam kaitannya terhadap pelayanan perizinan khususnya

IMB, pemerintah harus menetapkan standar pelayanan yang optimal antara lain

aparatur pemerintah harus dapat meningkatkan pengetahuan dan profesionalitas,

guna mengubah citra aparatur yang sebelumnya di pandang lamban menjadi

efisien dan efektif sesuai dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian

sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri

34

(16)

sesuai dengan potensinya masing-masing. Sumber-sumber penerimaan tersebut

dapat berupa pajak atau retribusi. Sesuai dengan amanat UUD 1945, setiap

pungutan yang membebani masyarakat baik berupa retribusi harus diatur dengan

undang-undang.35

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan izin yang dikeluarkan oleh

pemerintah kota Medan melalui Dinas Tata Kota dan Bangunan kepada perorangan

atau badan yang akan melaksanakan pembangunan suatu bangunan. Dalam hal

perorangan atau badan akan melakukan kegiatan pengujian terhadap kelayakan

tanah di lokasi rencana pembangunan bangunan, maka orang atau badan tersebut

wajib memiliki izin pendahuluan yang ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang

ditunjuk. Setelah izin pendahuluan dan IMB diperoleh, maka barulah

pembangunan dapat dilaksanakan.36

Pelaksanaan dari pembangunan juga harus sesuai dengan fungsi

bangunan dan rencana teknis yang tercantum sebelumnya dalam IMB yang

diajukan. Pada dasarnya, IMB diterbitkan berdasarkan rencana teknis yang

direkomendasikan oleh dinas terkait. Apabila pemegang IMB dalam tengang

waktu enam bulan sejak diterbitkannya IMB tidak melaksanakan pembangunan,

maka IMB dinyatakan tidak berlaku, kecuali pemegang izin mengajukan

perpanjangan izin sebelum tenggang waktu berakhir. Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) berjangka dapat diberikan kepada pemohon yang:37

35

http://dppka.jogjaprov.go.id/upload/files/pajak_daerah_dan_retribusi_daerah.pdf (diakses tanggal 21 September 2016)

36

http://trtb.pemkomedan.go.id/kategoriartikel-57-pengumuman.html

37

(17)

1. Rencana pendirian bangunannya termasuk dalam rencana perluasan atau

pelebaran jalan yang telah direncanakan;

2. Mendirikan bangunan yang bersifat sementara;

3. Bangunannya berada pada lahan milik sendiri namun melanggar

garis sempadan bangunan.

Pengaturan mengenai IMB diatur dalam berbagai peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Dalam Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung diatur tentang asas, tujuan dan lingkup

dari bangunan gedung, fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung

yaitu syarat administratif dan syarat teknis, peranan masyarakat, pembinaan

terhadap bangunan gedung dan sanksi yang terdiri atas sanksi administratif dan

sanksi denda. 38

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksana

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung mengatur

secara lebih rinci mengenai bangunan gedung. Diantaranya persyaratan

administratif bangunan gedung yang meliputi : 39

1. Status hak atas tanah yaitu setiap bangunan gedung harus didirikan pada status

tanah yang memiliki kepemilikan jelas, baik milik sendiri maupun pihak lain.

Dalam hal tanah milik pihak lain, bangunan gedung hanya dapat didirikan

dengan izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik

tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau

38

Yuke Dwi Hidayati. Op.Cit, hal 37

(18)

pemilik tanah dengan pemilik bangunan gedung. Perjanjian tertulis tersebut

harus memuat hak dan kewajiban para pihak, luas, letak dan batas-batas tanah

serta fungsi bangunan gedung dan jangka waktu pemanfaatan tanah.

2. Status kepemilikan gedung yang dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan

bangunan gedung yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, kecuali bangunan

gedung fungsi khusus oleh pemerintah berdasarkan hasil kegiatan pendataan

bangunan gedung. Kepemilikan gedung ini dapat dialihkan kepada pihak lain,

namun apabila pemilik bangunan gedung bukan merupakan pemilik tanah,

pengalihan hak harus mendapat persetujuan dari pemilik tanah

Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

24/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung,

diatur mengenai prinsip penerbitan IMB gedung, yaitu pelayanan prima.

Pelayanan prima yaitu proses pemeriksaan (pencatatan dan penelitian) termasuk

pengkajian, penilaian/evaluasi, persetujuan dan pengesahan dokumen rencana

teknis berupa penerbitan IMB dilakukan dengan : 40

1. Prosedur yang jelas sesuai dengan proses dan kelengkapan yang

diperlukan berdasarkan tingkat kompleksitas pelayanan teknis.

2. Waktu proses yang singkat berdasarkan penggolongan sesuai dengan

kompleksitas prosedur penerbitan IMB.

3. Transparansi dalam pelayanan dan informasi termasuk

penghitungan/penetapan besarnya retribusi IMB yang dilakukan secara

objektif, proporsional dan transparan.

(19)

4. Keterjangkauan yaitu besarnya retribusi IMB sesuai dengan lingkup

dan jenis bangunan gedung serta tingkat kemampuan ekonomi

masyarakat.

Prosedur untuk memperoleh IMB tersebut, setiap orang atau badan yang

berencana untuk membangun bangun-bangunan dapat meminta petunjuk kepada

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Petunjuk yang dimintakan dari Dinas Tata

Ruang dan Tata Bangunan mengenai rencana membangun bangun-bangunan

berupa:

1. jenis dan peruntukan bangun-bangunan;

2. luas lantai bangunan diatas/dibawah tanah;

3. jumlah lantai/lapis bangunan diatas/dibawah permukaan tanah;

4. garis sempadan yang ditetapkan;

5. luas ruangan terbuka;

6. koefisien lantai bangunan;

7. koefisien dasar bangunan;

8. ketinggian bangun-bangunan;

9. jarak bebas bangun-bangunan;

10.spesifikasi perwujudan bangun-bangunan (arsitektural, struktural, mekanikal

elektrikal;

11.persyaratan perencanaan, pelaksanaan dan pengawas bangun-bangunan

12.rencana induk/rencana bagian wilayah/rencana terinci kota dan tata letak

Referensi

Dokumen terkait

Kolam olakan datar type IV (USBR IV) bisa dipakai pada Bendungan Jehem, karena pada tipe IV cocok untuk digunakan dengan tekanan hidrostatis rendah, dan debit

Komunikasi massa, adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas,siaran radio, dan televisi yang ditujukan kepada umum

penurunan mobilisasi, pasien mengalami kerusakan neuromuscular, posisi pasien di ubah setiap 2 jam sekali, tidak ada tanda- tanda edema, luka peradangan pada ekstremitas

Dari hasil pemetaan blasthole diperoleh data litologi berupa diorit dengan warna abu-abu gelap, ukuran butir kristal rata-rata 4 mm tekstur faneritik yang tersusun

Skop kajian ini memberi fokus kepada jenis masalah ponteng dan enam faktor utama menyebabkan gejala ponteng dalam kalangan pelajar sekolah menengah

Evaluasi terhadap kinerja Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan indikator yang jelas dan terukur, dengan memperhatikan perbaikan prosedur

Objektif pentadbiran Islam secara khususnya ialah untuk memelihara segala nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia iaitu yang terkandung dalam

Pekerjaan komunikasi di dalam pengertian hubungan masyarakat melibatkan usaha mengirimkan atau meyampaikan pesan yang berupa lambang, bahasa lisan, tertulis, atau gambar dari sumber