• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS BERTINGKAT MADU TERHADAP GAMABARAN MIKROSKOPIS HEPAR PADA MENCIT STRAIN Balb/c JANTAN YANG DIBERI PAPARAN ASAP ROKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN DOSIS BERTINGKAT MADU TERHADAP GAMABARAN MIKROSKOPIS HEPAR PADA MENCIT STRAIN Balb/c JANTAN YANG DIBERI PAPARAN ASAP ROKOK"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS BERTINGKAT MADU

TERHADAP GAMABARAN MIKROSKOPIS HEPAR PADA

MENCIT STRAIN Balb/c JANTAN YANG DIBERI PAPARAN

ASAP ROKOK

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter

ARGO PANDU WIDIGDO 22010110120129

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)
(3)

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS BERTINGKAT MADU TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS HEPAR PADA MENCIT STRAIN Balb/c

JANTAN YANG DIBERI PAPARAN ASAP ROKOK Argo Pandu Widigdo*, Bambang Witjahyo**, Noor Wijayahadi*** ABSTRAK

Latar Belakang: Asap rokok adalah hasil residu olahan tembakau yang bersifat karsinogenik. Tiap hisapan rokok memiliki jumlah oksidan besar.. Paparan asap rokok dapat menyebabkan kanker dan kerusakan kardiovaskuler. Madu merupakan zat alami yang bermanfaat sebagai antioksidan. Beberapa zat antioksidan dalam madu terkandung dalam senyawa fenolik, vitamin C, dan vitamin E. Hepar merupakan tempat detoksifikasi utama yang sering mengalami kerusakan dengan ditandai adanya perubahan struktur histologik.

Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian dosis bertingkat madu terhadap gambaran mikroskopis hepar mencit jantan strain Balb/c yang diberi paparan asap rokok.

Metode: Penelitian ekperimental laboratorik desain “ post test only control group design”. Sebanyak 24 mencit jantan strain Balb/c diadaptasi selama 7 hari. Kemudian mencit dibagi secara simple random sampling menjadi 4 kelompok. Kelompok kontrol dipapari asap rokok 1 batang per hari tanpa diberi madu, kelompok perlakuan 1 dipapari asap rokok 1 batang per hari dan dosis madu 0,2 mL, kelompok perlakuan 2 dipapari asap rokok 1 batang per hari dan dosis madu 0,4 mL, kelompok perlakuan 3 dipapari asap rokok 1 batang per hari dan dosis madu 0,6 mL. Setelah 2 minggu, semua sampel diterminasi, diambil organ hepar untuk dilakukan pemeriksaan gambaran mikroskopis. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel, gambar, dan analisa statistik.

Hasil: Hasil uji Kruskal-Wallis untuk degenerasi parenkim dan nekrosis didapatkan nilai p > 0,05 atau tidak signifikan. Hasil uji One Way ANOVA untuk sel normal dan degenerasi hidropik didapatkan nilai p>0,05 atau tidak signifikan. Kesimpulan: Pemberian madu dosis bertingkat terhadap mencit strain Balb/c jantan yang terpapar asap rokok berpengaruh terhadap perubahan gambaran mikroskopis pada sel hepar.

Kata kunci: Asap rokok, madu, hepar, radikal bebas, antioksidan, gambaran mikroskopis hepar.

*

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

**

Staf Pengajar Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

***

(4)

THE EFFECT OF GRADED DOSES OF HONEY FOR LIVER

MICROSCOPIC APPEARANCE ON BALB/C MICE EXPOSED CIGARETTE SMOKE

Argo Pandu Widigdo*, Bambang Witjahyo**, Noor Wijayahadi*** ABSTRACT

Background: Cigarette smoke is a residual product of processed tobacco that

carcinogen. Per Inhaling of cigarette smoke has a lot of oxidant. Cigarette smoke could cause cancer and disfunction cardiovascular. Honey is a natural substance known as an antioxidant. Some antioxidant substance are fenolic substance, vitamin C, and vitamin E. Liver is major detoxification organ which oftenly damage marked by histological structural changes.

Objective: Verify the effect of graded doses of Honey for liver microscopies

appearance on Balb/c mice which gave cigarette smoke.

Methods: The research laboratory with an experimental post-test only control

group design. Sample of 24 male mice strain Balb/c adapted for 7 days. After a period of adaptation, Male mice strain Balb/c were divided by simple random sampling into 4 groups. Control group given exposed smoke of 1 cigarrette per day without honey. Intervention group 1 given exposed cigarette of 1 cigarette per day and 0,2 mL of dose honey. Intervention group 2 given exposed smoke of 1 cigarette per day and 0,4 mL of dose honey. Intervention group 3 given cigarette smoke of 1 cigarette smoke and 0,6 mL of dose honey. After 2 weeks intervention,, all samples were terminated, lung were taken for microscopic examination. The data described in the form of tables, figures, and statistical analysis.

Results: Kruskal-Wallis test results for parenchyma degeneration and necrosis

was not significant (p>0,05). One Way ANOVA test results for normal cells and hydropic degeneration cells was not significant (p>0,05).

Conclusion: Given of graded doses of honey to Balb/c mice exposed cigarette

smoke has microscopic changes.

Keywords: Cigarette smoke, honey, liver, oxidant, anti oxidant, microscopic

image of liver.

*Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University **Department of Histology Faculty of Medicine Diponegoro University ***Department of Pharmacology Faculty of Medicine Diponegoro University

(5)

PENDAHULUAN

Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan lainnya.1 Tiap hisapan rokok mengandung jumlah oksidan yang besar meliputi aldehida, epoxida, peroxide, dan radikal bebas lain.2 Selain mengandung oksidan, asap rokok dapat memicu aktivitas sel sel antiinflamasi untuk membentuk radikal bebas secara tidak langsung dalam tubuh sehingga jumlah oksidan yang ada dalam tubuh bisa melebihi jumlah antioksidan yang tersedia.3

Madu merupakan makanan alami yang banyak digunakan sebagai obat tradisional sejak zaman dulu. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat dan kandungan dari madu. Salah satu manfaat penting madu yang telah diketahui yaitu sebagai antioksidan. Antioksidan dalam madu terkandung dalam senyawa fenolik, chrysin, pinobanksin, vitamin E, vitamin C, katalase dan pinocembrin.4

Hepar merupakan organ utama untuk detoksifikasi racun racun utama yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh.5 Enzim Glukoroniltransferase merupakan salah satu enzim yang berperan dalam detoksifikasi tersebut.6Selain enzim tersebut, hepar memproduksi enzim enzim lain yang berguna untuk menangkal radikal bebas yang masuk ke dalam sel sel hepar, contohnya enzim katalase. Jika radikal bebas yang masuk memiliki jumlah yang lebih banyak dari jumlah antioksidan yang terkandung dalam sel sel hepar maka sel sel hepar akan mengalami suatu degenerasi sel hingga mengalami nekrosis. Antioksidan yang berasal dari luar dibutuhkan untuk mengatasi jumlah radikal bebas yang masuk dalam sel sel hepar tersebut. Salah satu antioksidan yang berasal dari luar tubuh terkandung di dalam madu. Sebuah penelitian di Malaysia menyatakan bahwa dalam dosis rendah, madu jenis Gelam dapat mencegah proliferasi serta menginduksi apoptosis pada sel sel kanker di hepar.7

(6)

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh pemberian madu dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis hepar pada mencit strain Balb/c jantan yang diberi paparan asap rokok.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain true experimental dengan rancangan post test only controlled group design. Mencit yang digunakan adalah jenis strain Balb/c dan berjenis kelamin jantan. Jumlah mencit yang digunakan pada penelitian sebanyak 24 ekor mencit dan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Sebelum diberi perlakuan, mencit terlebih dahulu diadaptasi serta diberi makanan dan minuman standar secara ad libitum selama 7 hari.

Semua kelompok diberi perlakuan berupa paparan asap rokok yang berasal dari 1 batang rokok kretek per hari. Kelompok I adalah kelompok kontrol yang hanya diberi paparan asap rokok tanpa pemberian madu. Kelompok II, III, dan IV adalah kelompok perlakuan yang diberi madu dengan dosis bertingkat. Sebelum diberikan madu, kelompok mencit yang akan diberi pemberian madu diberikan jeda selama 30 menit. Kelompok I diberi madu dengan dosis 0,2 mL setelah diberi paparan asap rokok. Kelompok II diberi madu dengan dosis 0,4 mL setelah diberi paparan asap rokok. Kelompok III diberi madu dengan dosis 0,6 mL setelah diberi paparan asap rokok. Semua percobaan dilakukan selama 14 hari.

Mencit diterminasi pada hari ke 15 dan dilakukan terminasi untuk mengambil organ hepar mencit. Kemudian dilakukan pembuatan dan pembacaan preparat dari organ tersebut. Masing-masing preparat dibaca pada 5 lapangan pandang, yaitu keempat sudut dan bagian tengah preparat dengan perbesaran 400x, dan dihitung rata rata sel yang normal, kerusakan berupa degenerasi dan nekrosis berdasarkan model scoring histopatologi Manja Roenick sebagai berikut

1 (normal) : Normal

Sel berbentuk bulat, mempunyai sitoplasma utuh dan berwarna ungu, membrane sel

(7)

tidak rusak, dan inti sel bulat dan tidak padat.

2 (ringan) : Degenerasi Parenkimatosa

Sitoplasma dalam sel hepar membentuk celah celah kecil.

3 (sedang) : Degenerasi Hidropik

Sitoplasma dalam sel hepar membentuk celah celah yang lebih besar.

4 (berat) : Nekrosis

Membran sel rusak dan berbentuk tidak beraturan, sitoplasma kosong dan tidak berwarna, inti memadat berwarna ungu tua dan pekat.

Data yang diperoleh kemudian dilihat distribusi datanya, normal atau tidak, dengan uji Shapiro-Wilk. Jika didapatkan distribusi data normal dan varians data sama, maka dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA. Jika distribusi data yang didapat tidak normal atau varians data tidak sama, maka ditansformasi terlebih dahulu. Jika setelah ditransformasi tetap didapatkan distribusi data yang tidak normal atau varians data tidak sama, maka dilakukan uji Kruskal-Wallis. Setelah dilakukan uji One Way ANOVA dan Kruskal-Wallis, apabila didapatkan p≤0,05 maka dilanjutkan uji Post Hoc dengan ketentuan :

1. p≤0,05 maka ada perbedaan yang bermakna 2. p≥0,05 maka tidak ada perbedaan yang bermakna.8

(8)

HASIL

Pada kelompok kontrol terlihat gambaran mikroskopik sel sel hepar hampir keseluruhan mengalami kerusakan. Jumlah sel sel yang normal dapat dikatakan tidak ada. Sebagian besar sel sel mengalami kerusakan berupa degenerasi hidropik dan nekrosis.

Gambaran Mikroskopis Kelompok Kontrol (400x) (1 Batang Rokok + Aquadest )

Keterangan :

: Sel hepar yang mengalami nekrosis

: Sel hepar yang mengalami degenerasi hidropik : Vena Sentralis

Pada kelompok perlakuan 1 didapatkan bahwa hampir sebagian sel sel hepar mengalami degenerasi hidropik. Sel sel hepar normal dan sel sel hepar yang mempunyai derajat kerusakan berupa degenerasi parenkim dan nekrosis terdapat dalam jumlah yang sedikit.

(9)

Gambaran Mikroskopis Kelompok Perlakuan 1 (400x) (1 Batang Rokok + Dosis Madu 0,2 mL)

Keterangan :

: Sel hepar yang mengalami degenerasi hidropik : Vena Sentralis

Pada kelompok perlakuan 2 sebagian besar sel sel hepar mengalami degenerasi hidropik. Jumlah sel sel hepar normal lebih banyak jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan 1 dan kelompok kontrol. Jumlah sel yang mengalami nekrosis pun lebih sedikit dibandingkan kelompok control dan kelompok perlakuan 1.

Gambaran Mikroskopis Kelompok Perlakuan 2 (400x) (1 Batang Rokok + Dosis madu 0,4 mL)

(10)

Keterangan :

: Sel hepar yang mengalami degenerasi parenkim : Vena Sentralis

Pada perlakuan 3 hampir keseluruhan sel sel hepar mengalami degenerasi parenkima. Sel sel hepar yang mengalami derajat kerusakan berupa nekrosis dan degenerasi hidropik hanya sebagaian kecil saja. Jumlah sel sel normal pada perlakuan 3 lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnnya.

Gambaran Mikroskopik Kelompok Perlakuan 3 (400x) (1 Batang Rokok + Dosis madu 0,6 mL)

: Sel hepar normal : Vena Sentralis

(11)

Tabel Deskriptif

Variabel Kategori N Mean ± SD Median Min – max

Sel normal K (-) 5 0,00 ± 0,000 0 0 – 0 P1 5 0,15 ± 0,172 0,12 0 – 0,4 P2 5 0,19 ± 0,155 0,17 0 – 0,39 P3 5 0,12 ± 0,107 0,1 0,01 – 0,28 Degenerasi parenkim K (-) 5 0,06 ± 0,092 0 0 – 0,21 P1 5 0,29 ± 0,214 0,29 0 – 0,6 P2 5 0,20 ± 0,193 0,08 0,03 – 0,44 P3 5 0,21 ± 0,167 0,12 0,03 – 0,4 Degenerasi Hidropik K (-) 5 0,35 ± 0,099 0,39 0,23 – 0,45 P1 5 0,46 ± 0,201 0,45 0,25 – 0,78 P2 5 0,46 ± 0,243 0,62 0,16 – 0,67 P3 5 0,38 ± 0,235 0,34 0,08 – 0,67 Nekrosis K (-) 5 0,59 ± 0,164 0,58 0,4 – 0,77 P1 5 0,28 ± 0,214 0,18 0,17 – 0,66 P2 5 0,22 ± 0,100 0,27 0,08 – 0,3 P3 5 0,31 ± 0,330 0,22 0,05 – 0,88

Tabel Distribusi normalitas dan homogenitas data sel normal, degenerasi parenkim, degenerasi hidropik dan nekrosis berdasarkan kelompok dengan uji Shapiro Wilk.

(12)

Analisis Analitik

Tabel Normalitas dan Homogenitas

Variabel Kelompok Shapiro-Wilk (p) Levene test (p)

Sel normal K (-) – 0,460 P1 0,406 P2 0,923 P3 9,685 Degenerasi parenkim K (-) 0,037 0,366 P1 0,762 P2 0,094 P3 0,194 Degenerasi Hidropik K (-) 0,292 0,182 P1 0,490 P2 0,069 P3 0,877 Nekrosis K (-) 0,468 0,386 P1 0,001 P2 0,155 P3 0,065

(13)

Dari tabel normalitas di atas variabel sel normal dan degenerasi hidropik berdistribusi normal dan homogen sehingga uji yang digunakan adalah uji One Way ANOVA. Sedangkan untuk variabel degenerasi parenkim dan nekrosis setelah melewati langkah transformasi data didapatkan data berdistribusi tidak normal dan homogen sehingga uji yang digunakan adalah uji Kruskal Wallis. Tabel Uji Beda Multivariat

Variabel P Sel normal 0,139€ Degenerasi Parenkim 0,200$ Degenerasi Hidropik 0,767€ Nekrosis 0,084$ Keterangan : €

One Way ANOVA

$

Kruskal Wallis

Dari tabel uji multivariat didapatkan semua variabel mempunyai nilai p > 0,05 atau tidak signifikan.

(14)

PEMBAHASAN

Menurut hasil uji statistik dapat diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna diantara 4 kelompok perlakuan mencit strain Balb/c jantan tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkan hasil penelitian tersebut menjadi tidak bermakna, yaitu jarak tempuh asap rokok menuju organ hepar dan metabolisme asap rokok sebelum menuju hepar.

Pada kelompok kontrol sebagian besar sel sel hepar mengalami nekrosis dan degenerasi hidropik. Sel hepar normal tidak ditemukan pada kelompok kontrol. Pada sel hepar yang mengalami degenerasi hidropik terjadi pembengkakan serta kekeruhan sitoplasma dengan ditandai munculnya granula granula akibat endapan protein.9 Sel hepar tersebut tidak mampu mengeliminasi air dan ditimbun di dalam sel sehingga terjadi pembengkakan. Pada sitoplasmanya akan tampak vakuola yang berisi air10 Proses degenerasi ini bersifar reversibel atau dapat kembali seperti semula jika rangsangan yang menyebabkan kerusakan sel dihentikan.11 Sel hepar yang mengalami nekrosis terjadi robekan pada membran plasma dan perubahan intinya menjadi lebih padat dan gelap.12 Proses nekrosis ini bersifat irreversible atau tidak dapat kembali seperti semula jika rangsangan yang menyebabkan kerusakan sel dihentikan.13

Pada kelompok perlakuan 1 mulai terlihat adanya sel hepar normal dalam jumlah sangat sedikit. Sel - sel hepar sebagian besar mengalami derajat hidropik. Degenerasi Parenkim pada sel hepar terlihat jarang pada kelompok ini. Sel yang mengalami degenerasi parenkim mempunyai derajat kerusakan yang lebih ringan dibandingkan pada sel yang mengalami degenerasi hidropik.14 Sel hepar dengan derajat kerusakan degenerasi parenkim mempunyai pengertian yang sama dengan degenerasi hidropik tetapi pada degenerasi parenkim akan terlihat celah celah kosong pada sitoplasma yang lebih sempit dibandingkan degenerasi hidropik.15 Sel – sel hepar pada kelompok perlakuan 2 sebagian besar mengalami degenerasi hidropik. Jumlah sel sel normal lebih banyak dibandingkan pada kelompok perlakuan 1. Kelompok Perlakuan 3 menunjukkan sebagian besar sel – sel hepar

(15)

mengalami degenerasi parenkim. Jumlah sel yang mengalami nekrosis lebih sedikit dibandingkan kelompok perlakuan lain.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kerusakan sel hepar dimulai dari proses degenerasi berupa pembengkakan yang bersifat reversible hingga mencapai nekrosis yang bersifat irreversible.16

Asap rokok yang dipaparkan pada mencit jantan strain Balb/c mengandung radikal bebas dalam jumlah sangat tinggi. Selain itu, asap rokok juga mengandung suatu bahan yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh sehingga jumlah radikal bebas dalam tubuh menjadi lebih banyak.17 Berdasarkan penelitian sebelumnya, asap rokok dapat meningkatkan aktivitas sel hepar tikus wistar yang dilihat dengan indikator peningkatan kadar MDA.18 Radikal bebas yang masuk ke dalam sel sel hepar selama pemberian paparan asap rokok terjadi melalui mekanisme kerusakan peroksidasi lemak, kerusakan protein hingga kerusakan DNA. Kerusakan tersebut terjadi jika radikal bebas yang terdapat dalam tubuh melebihi antioksidan yang terdapat dalam tubuh. Secara fisiologis tubuh sendiri mempunyai system pembuatan antioksidan untuk melawan oksidan oksidan yang dibentuk oleh tubuh sendiri.19 Hati merupakan organ utama yang berfungsi membersihkan radikal radikal tersebut dengan membentuk senyawa antioksidan seperti GSH, vitamin C, vitamin E, SOD, dan enzim katalase. Paparan asap rokok ke dalam sel sel hepar meningkatkan jumlah oksidan dalam sel hepar melampaui antioksidan yang dibentuk sel hepar pada mencit sehingga dibutuhkan antioksidan dari luar mencit yaitu madu.20

Radikal bebas secara khusus akan mencari kekurangan electron dengan cara merusak sel sel hepar dimulai dari membrane sel hepar mencit tersebut. Reaksi pengrusakan ini akan berlanjut hingga menjadi reaksi berantai ke seluruh membran sel hingga kepada inti sel hepar sehingga menyebabkan kerusakan sel hepar dari bentuk degenerasi hingga nekrosis. Antioksidan yang terbentuk digunakan untuk memberikan kekurangan electron pada radikal bebas sehingga radikal bebas tidak merebut kekurangan electron dari sel hepar.21

Proses degenerasi pada sel sel hepar terjadi akibat radikal bebas merusak sel hepar perlahan lahan hingga nekrosis. Kelompok kontrol tidak diberikan madu

(16)

menyebabkan jumlah oksidan lebih banyak daripada jumlah antioksidan yang dibuat oleh sel hepar tersebut sehingga sel sel hepar yang mengalami nekrosis paling banyak terdapat di kelompok ini. Secara khusus madu memiliki zat zat antioksidan untuk membantu tubuh melawan kelebihan radikal bebas sehingga terjadi penurunan jumlah sel sel yang mengalami kerusakan sesuai dengan penambahan dosis madu dimulai dengan dosis 0,2 mL pada kelompok 1, 0,4 mL pada kelompok 2, dan 0,6 mL pada kelompok 3.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian madu berpengaruh terhadap pengurangan kerusakan sel sel hepar mencit akibat paparan asap rokok. Uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna diantara kelompok kelompok perlakuan mencit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Pemberian dosis bertingkat madu, yaitu kelompok perlakuan 1 dosis 0,2 ml, perlakuan 2 dosis 0,4 ml, dan perlakuan 3 dosis 0,6 ml berpengaruh terhadap gambaran mikroskopis hepar mencit strain Balb/c jantan yang diberi paparan asap rokok. Hasil uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan maupun antara kelompok perlakuan 1, perlakuan 2, dan perlakuan 3.

Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis madu yang lebih bervariasi, menggunakan hewan coba dengan dengan tingkat spesies lebih tinggi, dan pemberian dosis rokok yang lebih bervariasi serta jumlah rokok yang digunakan.

(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. R. B Bambang Witjahyo, M. Kes, dr. Noor Wijayahadi M. Kes, dr. Kusmiyati DK, M. Kes, dr. Farmaditya Eka P, M.Si.Med, Ph.D, Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang, Bagian Histologi dan Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini dan memberi masukan dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. 2003 2. Arief S. Radikal Bebas. [Internet] 2010. [cited 2013 Nov 13] Available from :

old.pediatrik.com/buletin/06224113752-x0zu6l.pdf

3. Diniz MF, Dourado VA, Silva ME, et al. Cigarette Smoke Causes Changes in Liver and Spleen of Mice Newborn Exposed During Pregnancy. [Internet] 2013.[cited 2013 Nov 14] Available from : http;//omicsonline.org/cigarette- smoke-cause-changes-in-liver-and-spleen-of-mice-newbirn-exposed-during-pregnancy-2157-7099.1000168.pdf

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010. Riset Kesehatan Dasar. 2010

5. Parwata IMO, Ratnayati AK. Aktivitas Antiradikal Bebas Serta Kadar Beta Karoten Pada Madu Randu (Ceiba pentandra) dan Madu Kelengkeng (Nephelium longata L). [Internet] 2010. [cited 2013 Nov 16] Available from : ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/download/2766/1958

6. Singh MP, Chourasia HR, Agarwal M, et al. Honey As Complementary Medicine. Int J Pharma Bio Sci. 2012 June;3(2):10-12. Available from : www.ijpbs.net/vol-3/issue-2/pharma/3.pdf

7. Asari H. Efek Pemberian Madu Terhadap Kerusakan Sel Hepar Mencit (Mus musculus) Akibat Paparan Parasetamol. [Internet] 2009. [cited 2013 Nov 19] Available from : eprints.uns.ac.id/7839/1/1357709082010120121.pdf

(18)

8. Dewi MR. Pengaruh Hepatoprotektor Madu Terhadap Kerusakan Histologis Sel Hepar Mencit (Mus musculs) Yang Diberi Perlakuan Natrium Siklamat. [Internet] 2010. [cited 2013 Nov 21] Available from : eprints.uns.ac.id/3744/ 9. Jubri Z, Narayanan NNN, Karim NA,et al. Antiproliferative Activity and

Apoptosis Induction by Gelam Honey on Liver Cancer Cell Line. J Int App Sci Tech. 2012 April 19;2(2):4.

10. Haris A, Ikhsan M, Rogayah R. Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar Dalam Ruangan. [Internet] 2012. [cited 2013 Nov 24] Available from :eprints.uns.ac.id/7838/253728162627181.pdf

11. Buettner GR, Oberley LW. Free Radicals in Biology and Medicine. [Internet]

2008. [cited 2013 Nov 24] Available from :

www.boark.org/pdfonline/4442263526.pdf

12. Valavanidis A, Vlachogianni T, Fiotakis K. Involvement of Reactive Oxygen Species and Stable Free Radicals in Mechanisms of Oxidative Damage, Carcinogenesis, and Synergistic Effects With Other Respirable Particles. [Internet] 2009. [cited 2013 Nov 26] Available from : www.scribd.com/doc/36357178253/invoolvement-of-ROS.pdf

13. Tirtosastro S, Murdiyati AS. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. [Internet] 2009. [cited 2013 Nov 26] Available from : baliittbas/litbang.deptan.go.id/ind/pdf/vol21333.pdf

14. Malik A. Addiksi Nikotin. Yogyakarta. [Internet] 2011. [cited 2013 Nov 27] Available from : repository.uns.ac.id/bitstream/adiiksi-nikotin/chapter%20.pdf

15. Susanto D, Setiawati A, Gayatri A. Nicotine Replacement Therapy. Cer Dun Ked (CDK). 2012;39(1):25-30 Available from : www.kalbemed.com

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. 2012

17. Novitasari S. Pengaruh Pemberian Jus Noni (Morinda Citrifolia L) Dosis Bertingkat Terhadap Produksi Nitrit Oxide (NO) Makrofag Peritoneum Pada

(19)

Tikus Galur Wistar Yang Diberi Paparan Asap Rokok. [Internet] 2012. [cited 2012 Dec 10] Available from : eprints.undip.ac.id/37641/

18. Oktavianis. Efek Pemberian Asap Rokok Terhadap Kehamilan Tikus Putih. [Internet] 2011. [cited 2013 Nov 30] Available from : pasca.unand.ac.id 19. Indyah SA. Pendidikan Lingkungan Hidup Tentang Bahaya Polutan Udara.

[Internet] 2008. [cited 2013 Dec 2] Available from : www.lonntar.net/pendidikan-lingkungan-hidup/bsuwms.pdf

20. Slauch JM. How Does The Oxidative Burst of Macrophages Kill Bacteria? Still an Open Question. [Internet] 2009. [cited 2013 Dec 2] Available from : http//www. Oxidativeburst.8387229/72828.pdf

21. Revianti S, Prananingrum W, Sari RP. Peranan Antioksidan Ekstrak Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam) Sebagai Hepatoprotektor. [Internet] 2008.

[cited 2013 Dec 2] Available from :

jurnal.pdii.lipi.go.index.php/search.peranan-antioksidan=ekstrak-buah-merah/627253.pdf

Gambar

Tabel Deskriptif

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini uji hipotesis II memiliki nilai probabilitas p=0,000 (p<0,05) dari pernyataan tersebut berarti pada sampel kelompok perlakuan contract relax

Berdasarkan hasil pemeriksaan spirometer yang dilakukan oleh Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Semarang pada bulan Juli 2006 terhadap 10 (sepuluh)

Judul Tugas Akhir/Skripsi: PERANCANGAN VISUAL KAMPANYE SOSIAL DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN GADGET UNTUK ORANG TUA PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI DKI JAKARTA Dengan ini menyatakan

Profil Swamedikasi pada mahasiswa jurusan Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta pada kurun waktu bulan November-Desember 2017 menjabarkan bahwa swamedikasi yang

Dengan adanya penelitiian tentang penilaian tingkat kemampuan empati mahasiswa ners pada saat melaksanakan praktik klinik stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga

18 1 Februari 2019 Penulis melakukan bimbingan dengan mentor untuk mengecek progress yang sudah dikerjakan1. 19 6 Februari 2019 Penulis menambahkan validasi pada text

Makna high significant menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan komitmen organisasional menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pertanian

Ruudusta otettiin sattumanvaraisesti 20 tainta (ei korjuuriveistä), jotka tarkastettiin laboratoriossa... Zw.mehk-ehrääjäko-in (HYP onomeuta evonymellus) torjuntakokeet