• Tidak ada hasil yang ditemukan

FASILITASI INFORMASI SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT UNTUK MENUNJANG UPAYA PENGELOLAAN BERBASIS MASYARAKAT PESISIR TELUK SUMBERKIMA BALI BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FASILITASI INFORMASI SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT UNTUK MENUNJANG UPAYA PENGELOLAAN BERBASIS MASYARAKAT PESISIR TELUK SUMBERKIMA BALI BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan 1 FASILITASI INFORMASI SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT UNTUK MENUNJANG UPAYA PENGELOLAAN BERBASIS MASYARAKAT PESISIR TELUK SUMBERKIMA

BALI BARAT

Wawan Andriyanto *), Adi Hanafi *), Dewi Syahidah *) Arif Rahman Hakim **), Sudarsono ***), Wiranti Saraswati ****)

* ) Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol PO Box 140, Singaraja 81101 Bali

Email : andriyanto_w@yahoo.co.id

**) LEAD Indonesia ***) REEFCHECK ****) MAC Indonesia

Abstrak

Informasi adalah data yang telah diolah dan menjadi bentuk yang bermanfaat bagi penggunanya untuk proses pengambilan keputusan baik keputusan yang harus ditetapkan saat ini maupun masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan fasilitasi penyediaan data dan informasi sumberdaya laut dan pesisir Desa Sumberkima untuk menunjang pengelolaan laut berbasis masyarakat yang diharapkan berkelanjutan. Pengambilan dan pengumpulan data data dilakukan dengan serangkaian penelitian secara terpadu melibatkan pihak-pihak yang berkompeten dalam bidang sosial ekonomi, karakterisasi biofisik sumberdaya alam, dan pemberdayaan masyarakat di Sumberkima. Kondisi sosial ekonomi 88 % mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan ikan hias, 6 % nelayan ikan konsumsi, masing-masing 3 persen adalah nelayan pembudidaya rumput laut dan pembudidaya keramba jaring apung dengan komoditas seperti kerapu dan bandeng. Teluk Sumberkima memiliki luas hamparan sekitar 935 ha dengan panjang garis pantai sekitar 10 km. Karakteristik daratan kering saat surut terendah berupa gosong pasir dan pecahan karang 28,00 %; Barrier karang 10,31 %; Padang lamun 7,17 %; Takad 0,35 %; Mangroves 3,98 %; Sedimen pantai (lumpur berpasir) 14.12 %; Laguna 0.83 % dan Kedalaman >10 m 35,22 %. Kelimpahan ikan per 400 m2 yang ada sekitar 1922 ekor dengan 127 jenis. Sampai saat ini masyarakat telah mengorganisasikan diri dalam Badan Pengelola Wilayah Laut dan Pesisir Sumberkima dan informasi tersebut sangat bermanfaat bagi rencana pelestarian dan pengelolaannya. Dengan pendampingan dari lembaga dan stake holder yang lain dilakukan serangkaian program, diantaranya adalah sertifikasi ikan hias dan transplantasi terumbu karang.

Kata Kunci : Informasi, Potensi laut dan pesisir, Pengelolaan, Masyarakat Pesisir, Teluk Sumberkima

(2)

Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan 2 IDENTIFIKASI BENTUK LAHAN PANTAI KECAMATAN BONEPANTAI

KABUPATEN BONEBOLANGO PROPINSI GORONTALO David Kuntel

Lab. Morfologi Pantai & Hidro-Oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi – Manado, Sulawesi Utara.

Kelurahan Batukota Link. III No. 127. Kecamatan Malalayang, Manado (95115), Sulawesi Utara. Telp: 0431-836516 / 0852-406-79591. E-mail: davidkuntel@yahoo.com)

Abstrak

Untuk kepentingan pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir, Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia mengadakan penelitian untuk mengetahui karakteristik pantai Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bonebolango, Provinsi Gorontalo. Survei lapangan telah dilakukan pada kawasan pantai Uabanga, Botungobungo, Tongo, Tihu, Tamboo, Tolotio, dan Olele. Karakteristik pantai Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bonebolango tergolong dalam karakteristik pantai tipe II, IV, dan V. Karakteristik pantai daerah ini secara umum diketahui memiliki tipe pantai yang bertebing, berbatu, berkerikil, dan berpasir. Serta adanya hamparan terumbu karang dan bangunan pantai. Proses dominan yang terjadi dalam kawasan pantai ini adalah proses marin dengan gelombang laut yang menerpa material-material yang terdapat di sepanjang pantai.

(3)

Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan 3 PERAN TEKNOLOGI TERUMBU KARANG BUATAN DENGAN FAKTOR

LINGKUNGAN KAITANNYA DISTRIBUSI PERIFITON DALAM MENUNJANG BUDIDAYA LAUT

Istiyanto Samidjan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang Abstrak

Peran terumbu karang buatan (TKB) yang ditempatkan di perairan laut sangat besar perannya dalam keberadaan biota laut dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti: suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus, oksigen terlarut, BOD, COD dan substrat dasar untuk penempelan perifiton. Perifiton sangat penting perannya sebagai makanan ikan untuk meningkatkan produksi perikanan dalam menunjang rekayasa budidaya laut masa kini. Tujuan penelitian untuk mengkaji kaitan faktor lingkungan dengan keberadaan spesies/komunitas perifiton dan untuk memngetahui “key factor” yang menentukan keberadaan perifiton sebagai makanan ikan. Serta peranan faktor lingkungan yang mempengaruhi distribusi komunitas perifiton sebagai pakan potensial untuk menunjang budidaya laut. Metode penelitian dengan menempatkan TKB berbentuk pyramid ukuran 75x75x125 cm terbuat dari semen ditempatkan di Pulau Menjangan Besar (TKB A1 sesuai arah angin, TKB A2 lawan arah angin, TKB A3 peralihan arah angin), dan TKB di tempatkan di Gon Waru (TKB B1 sesuai arah angin, TKB B2 lawan arah angina, TKB B3 peralihan arah angin). TKB tersebut ditempatkan pada kedalaman perairan 5 meter. Metode penelitian menggunakan metode eksploratif dengan rancangan non parametrik Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan perlakuan antar lokasi. Data yang dikumpulkan meliputi:perifiton dilakukan setiap bulan sekali dengan menggunakan buku identifikasi dari Newell & Newell (1963) dan Yamaji (1979). Faktor lingkungan seperti kualitas air yakni: oksigen terlarut, NH3, NO2, PO4, BOD, COD, silikat, suhu,

salinitas diamati pada pagi (07.00) dan sore hari (jam 17.00) selama delapan bulan. Sedangkan komposisi kimia lender pada permukaan TKB yang diamati adalah N, P, C, Ca, K, SiO2 diukur

dengan menggunakan metode Yoshida et al., (1972). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lokasi Pulau Menjangan besar bersifat mesotropik dan di Gon Waru bersifat oligotropik. Hasil analisis CCA (Canonical Correspondence Analysis), terdapat perbedaan distribusi perifiton pada TKB yang ditempatkan di Pulau Menjangan Besar dan di Gon Waru. Di Pulau Menjangan Besar didominasi perifiton dengan spesies pioneer Bacillia paradoxa dengan kelimpahan 140 indv/cm2 diikuti famili

dari Thalassionemataceae, Periniaceae, Chaetophoraceae, Phaeocystaceae, Dinophysidae, Thecadiummaceae, Biddulphiaceae, Rhizosoleniaceae dipengaruhi oleh unsur P, C, Ca. Berbeda halnya dengan di Gon Waru spesies pioneer yang muncul di TKB adalah Rhizosolenia hebetate 100-140 ind/cm2, kemudian diikuti oleh famili Bacillariaceae, Chaetoceraceae, Globorotalidae,

Zygnemataceae, Rhodopheceae, Atlantidae, Ceramiaceae dipengaruhi oleh unsur SiO2. Perifiton

yang potensial untuk menunjang budidaya laut terutama dari famili Chaetoceraceae yang ditemukan di Pulau Menjangan Besar dan di Gon Waru.

Kata kunci: perifiton, CCA (Canonical Correspondence Analysis), Bacillia paradoxa, Rhizosolenia hebetate, P, C, Ca, SiO2.

(4)

Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan 4 REKAYASA TEKNOLOGI TERUMBU KARANG BUATAN SEBAGAI

PENCIPTAAN HABITAT BARU IKAN KARANG UNTUK MENUNJANG PRODUKSI BUDIDAYA LAUT

Istiyanto Samidjan

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang

Abstrak

Rekayasa teknologi Terumbu Karang Buatan (TKB) dalam menunjang budidaya laut, saat ini berkembang dengan cepat dan berperan penting dalam inovasi budidaya laut untuk meningkatkan produksi perikanan. Ditemukannya teknologi TKB sebagai Shelter, penciptaan habitat baru, pengkayaan habitat, yang bermanfaat sebagai tempat mengumpulnya ikan, berkembang biak, memijah (spawning ground), mengasuh larva (nursery ground) dan tumbuhnya (pembesaran) ikan. Tujuan penelitian untuk mengkaji peran rekayasa teknologi TKB sebagai penciptaan habitat baru, sehingga mendorong ikan karang untuk berkumpul (recruitment) dan sebagai benih ikan karang yang potensial untuk meningkatkan produksi budidaya laut. Metode penelitian dengan menempatkan bangunan laut berupa TKB berbentuk pyramid ukuran 75x75x125 cm yang terbuat dari semen, terumbu tersebut di tempatkan pada dasar perairan berpasir (lokasi Pulau Menjangan Besar adalah TKB A1,A2,A3) dan dasar perairan rusak (Gon Waru adalah TKB B1,B2,B3) Kepulauan Karimunjawa, Jepara. TKB tersebut ditempatkan pada kedalaman perairan 5 meter.Data yang dikumpulkan meliputi parameter kualitas air yakni: suhu, salinitas, O2, NH3, NO2, PO4, BOD,

COD, silica dan data biologis seperti: jenis, jumlah ikan, kelimpahan ikan karang. Metode penelitian dengan menggunakan statistik non parametric uji-KruskalWallis untuk membedakan dua lokasi yang berbeda. Kemudian untuk mengetahui respon ikan dengan faktor lingkungan digunakan uji CCA (Canonical Correspondence Analysis) dan soft ware Biplot. Penelitian dilakukan sejak Oktober 2002 sampai Mei 2003 di perairan Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan karang hasil produksi TKB antara lain dari famili Caesionidae produksinya 20 ekor/m2(TKB B2), 16 ekor/m2(TKB B1), 7 ekor/m2(TKB A1,

A2), 5 ekor/m2(TKB A3), Serranidae 21 ekor/m2(TKB-B2), 17 ekor/m2(TKB-B1), 13

ekor/m2(TKB-B3), 8 ekor/m2(TKB-A2), 6 ekor/m2(TKB A1), 4 ekor/m2(TKB A3), serta siganidae

26 ekor/m2 (TKB B2), 22 ekor/m2(TKB-B1), 18 ekor/m2(TKB A2), 15 ekor/m2(TKB A3), 14 ekor/m2(TKB A1). Adapun jenis ikan kerapu dan beronang yang memungkinkan untuk

dibudidayakan dengan system karamba jaring apung (KJA) adalah dari produksi TKB antara lain

Epinephelus coeruleopunctatus (2-7 ekor/m2), Euxiphipops navarchus (2-6 ekor/m2), Siganus

coralinus (1-3 ekor/m2), S. virgatus (3-11 ekor/m2), S. lineatus (1-2 ekor/m2), S. stellatus (1-2 ekor/m2).

(5)

Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan 5 ANALISIS STABILITAS KAPAL IKAN MULTI-PURPOSE

Djauhar Manfaat1) dan Arif Rachman Hakim2)

1)Staf Pengajar, 2)Alumni

Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Tekonologi Kelautan, ITS Surabaya Telp./Fax: 031-5947254/5964182, Email: dmanfaat@na.its.ac.id

Abstrak

Pemanfaatan potensi perikanan di daerah perairan Pantai Utara Jawa Timur belum dilakukan secara maksimal. Pada daerah perairan ini, dimana terdapat berbagai jenis ikan, kapal-kapal ikan single-purpose, yaitu kapal ikan dengan alat tangkap tunggal, misalnya purse seine, longline atau trawl, dioperasikan. Dengan alat tangkap tunggal, potensi ikan yang ada pada daerah perairan ini kurang dapat dimanfaatkan secara optimal, karena hanya jenis ikan yang sesuai dengan salah satu jenis dari alat tangkap tersebut yang dapat ditangkap. Salah satu cara utama untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengoperasikan kapal ikan multi-purpose, yaitu kapal ikan yang dilengkapi dengan berbagai macam alat tangkap, misalnya purse seine, longline dan trawl. Perancangan kapal ikan multi-purpose yang optimal dan mempunyai daerah jelajah yang jauh di daerah perairan Pantai Utara Jawa Timur telah dilakukan. Ukuran utama optimal kapal ini adalah sebagai berikut: panjang (Lpp) = 27.00 m, lebar (Bmoulded) = 5.50 m, tinggi (Hmoulded) = 3.00 m, sarat (T) = 2.31 m, dan kecepatan dinas (Vs) = 9 knots. Kapal ikan ini dilengkapi dengan tiga macam alat tangkap, yaitu purse seine, longline dan trawl. Namun demikian, analisis stabilitas kapal ikan multi-purpose ini belum dilakukan. Oleh karena itu, dalam makalah ini, analisis stabilitas kapal ikan multi-purpose ini yang dihitung dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Barnhart & Thewlis diuraikan. Dari hasil analisis ini didapatkan bahwa desain kapal ikan multi-purpose ini memenuhi persyaratan stabilitas yang ditentukan dalam Peraturan International Maritime Organization (IMO).

(6)

Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan 6 PERTUMBUHAN KERANG BAKAU Polymesoda erosa

(MOLLUSKA, BIVALVE) YANG DITRANSPLANTASIKAN Ita Widowati, Jusup Suprijanto dan Nirmala Kristiani

Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. ita_jusup@yahoo.co.id

Abstrak

Pertumbuhan Polymesoda erosa, yang ditransplantasikan dari Segara Anakan-Cilacap ke Teluk Awur-Jepara, Jawa Tengah; telah diamati dan dibandingkan diantara 3 (tiga) kelas ukuran yaitu: I. (21-40) mm II.(41-60) mm and III.(61-80) mm. Sejumlah 324 kerang dipelihara selama 3 bulan di dalam sedimen di daerah bakau. Dengan tujuan untuk mempertahankan jumlah dan mempermudah penangkapan, kerang dipelihara dalam keranjang yang terbuat dari kayu dan bambu. Sebanyak 12 keranjang kayu persegi (1m x 1m x 15 cm) dibenamkan kedalam sedimen sampai setengah tingginya. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat pertumbuhan, yaitu berkisar antara 1,29 mm sampai 15,71 mm. Pertumbuhan tebal adalah yang terbesar dibandingkan tinggi dan panjang cangkangnya (α=0,05). Tingkat pertumbuhan tertinggi ditemukan pada kelas ukuran I (α = 0,05).

Kata kunci: pertumbuhan, Polymesoda erosa, transplantasi.

PEMELIHARAAN KERANG SIMPING Amusium pleuronectes (MOLLUSKA, BIVALVIA): SUATU STUDI PENDAHULUAN

Jusup Suprijanto dan Ita Widowati

Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. ita_jusup@yahoo.co.id

Abstrak

Kerang simping (Amusium plueronectes) diperoleh dari perahu nelayan yang beroperasi di perairan Pekalongan, pantai Utara Jawa. Prosedur penangkapan telah dimodifikasi pada waktu dan tekniknya dalam upaya untuk mendapatkan biota yang hidup. Kerang simping dipelihara dalam wadah 150 liter dengan menggunakan air laut yang telah disaring, dengan suhu sekitar 27°C. Selama pemeliharaan, dilakukan penggantian sebanyak 50% dari volume air laut setiap 2 hari sekali atau kadang-kadang setiap hari. Kerang simping diberi pakan alga campuran yang berasal dari kultur yaitu: Chaetoceros sp., Dunaliella sp. and Chlorella sp. dengan kepadatan 30.000-90.000 cells/ ml. Kecepatan filtrasi dari kerang simping diukur dengan menggunakan pakan tersebut.Hasil penelitian menunjukkan kecepatan filtrasi yang berbeda, berkisar antara 0,0461 liter/jam sampai 0,4405 liter/jam.

(7)

Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan 7 BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN BUJUK (Channa cyanospilos)

DI DAS MUSI, SUMATERA SELATAN Azwar Said

Peneliti Balai Riset Perikanana Perairan Umum

Jl. Beringin No. 308 Tlp/Fax. (0711) 537194/527205 HP: 0813 73926001 Email: brppu-palembang@yahoo.com Palembang 30763

Abstrak

Ikan bujuk (Channa cyanospilos) merupakan spesies asli (native species) yang terdapat di Sumatera (Sungai Musi) dan Kalimantan (Sungai Kapuas, Kalimantan Barat) dan juga kemungkinan ikan asli di Semenanjung Malaysia. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data biologi ikan bujuk meliputi distribusi panjang dan berat ikan, hubungan panjang berat (pola pertumbuhan), berat gonad, indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas, pakan alami dan habitat ikan. Hasil yang didapatkan ukuran ikan panjang total yang diperoleh berkisar 19,5-35,5 cm dengan berat berkisar 70 – 600 g. Pola pertumbuhan ikan bujuk adalah isometrik (nilai b= 3,1892 dengan taraf signifikansi 0,05). Berat gonad berkisar 1,33-6,8 g dengan rata-rata 3,775, indeks kematangan gonad (IKG) berkisar 0,348-1,331 dengan rata-rata 0,801, fekunditas berkisar 1.209-4.563 butir dengan rata-rata 2.303 butir diameter telur antara 0,27 – 0,45 mm dan puncak pemijahan terjadi pada bulan Mei, Juli dan September. Dapat diprediksi ikan bujuk memijah sepanjang tahun.

Kata kunci: Channa cyanospilos, spesies asli, biologi, indeks kematangan gonad, fekunditas, pertumbuhan.

STUDI PENDAHULUAN DOMESTIKASI IKAN CLOWN (Amphiprion ocellaris) PADA BERBAGAI SUBSTRAT Daniar Kusumawati1), Ketut Maha Setiawati1), Wardoyo1) dan Yunus2)

1)Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol

PO Box 140, Singaraja 81101 Bali

2)CV. Dinar, Denpasar

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis substrat yang berbeda sebagai habitat tempat pemeliharaan ikan clown terhadap laju pertumbuhan beratnya. Hewan uji yang digunakan adalah 32 ekor ikan clown yang berasal dari hasil tangkapan di Makasar. Ikan clown tersebut di masukkan dalam aquarium secara berpasangan (jantan dan betina). Pakan yang diberikan adalah pelet dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yang diberikan pada pagi dan sore hari secara adlibitum. Perlakuan yang diuji coba adalah pemberian substrat pasir (P), substrat karang (K), dan tanpa substrat/control (T). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis substrat sebagai tempat pemeliharaan ikan clown pada aquarium tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap laju pertumbuhan berat pada masing-masing perlakuan selama penelitian yaitu perlakuan substrat pasir (P) = 0,2987% + 0,05, substrat karang (K) = 0,7525% + 0,43 dan tanpa substrat/control (T) = 0,4548% + 0,10.

(8)

Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006

Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan 8 UPAYA DOMESTIKASI DAN PEMIJAHAN IKAN BELIDA YANG

DIPELIHARA DALAM WADAH BUDIDAYA Anang Hari Kristanto, Jojo Subagja dan Estu Nugroho

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor E-mail: ananghari@yahoo.com

Abstrak

Ikan belida hasil tangkapan dari sungai Cisadane, mempunyai berat berkisar 2,3-6,5 kg dengan rataan 3,9 kg, sebanyak 10 ekor ( 6 jantan dan 4 betina), ditempatkan dalam kolam berukuran 250 m2. Selama pemeliharaan 5 bulan, induk ikan belida diberikan pakan ikan hidup berupa nila dan anakannya yang berasal dari induk yang memijah. Pada awal musim kemarau, induk betina di kanulasi untuk melihat telur yang ada. Telur yang diperoleh berdiameter 1,5-2 mm, kemudian masing-masing induk betina diimplant dengan hormon 100 µg.kg-1 LHRHa (1 ekor), 500 IU.kg-1

hCG (2 ekor) dan 500 IU.kg-1 hCG dan 100 µg.kg-1 17 α methiltestoteron (1 ekor). Dua bulan

setelah implantasi, induk-induk betina di coba untuk dipijahkan secara buatan, dengan menyuntikan hormon ovaprim, dengan dosis 0,5 ml.kg-1. Dari hasil peliritan, hanya 1 ekor induk yang

menghasilkan 20 butir telur, dengan kondisi telur yang belum matang sempurna sehingga tidak terjadi proses pembuahan.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu metode sintesis telah digunakan dalam membuat senyawa t-kalkon sebagai bahan dasar molekul tabir surya, melalui reaksi kondensasi aldol menggunakan NaOH/EtOH sebagai katalis

Walaupun hak pelayanan kesehatan harus disesuaikan dengan aturan perundang-undangan yang terkait yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 12 ayat

Dengan ini saya, Rica Ning Nurhasanah, menyatakan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir saya dengan judul “ Penentuan Market Sentiment Menggunakan Markov Regime Switching Model “

Terdapat pendapat yang beragam menyikapi hal tersebut yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial, pengalaman dalam hidup serta budaya dapat berperan terhadap

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lokasi penelitian, diketahui bahwa perairan pantai Enggros memiliki kadar salinitas yang bervariasi dan transport sedimen

Data primer berupa kadar glukosa darah yang diperoleh pada waktu sebelum penundaan dan sesudah penundaan pemeriksaan akan diolah menggunakan uji normalitas data Shapiro-Wilk

Penggunaan metode titrasi argentometri merupakan metode yang klasik untuk analisis kadar klorida yang dilakukan. dengan mempergunakan AgNO 3 0.5M

Faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal operasi hitung aljabar diantaranya: kurangnya minat siswa, cara belajar siswa