• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR

NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH DATAR

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penataan, penertiban dan pengendalian terhadap bangunan yang telah didirikan dan pengendalian pemanfaatan ruang serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengurusan Izin Mendirikan Bangunan perlu dilakukan penataan kembali Izin Mendirikan Bangunan;

b. bahwa guna memudahkan pengawasan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan pembangunan dan keberadaan bangunan, dilaksanakan melalui Pemutihan Izin Mendirikan Bangunan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pemutihan Izin Mendirikan Bangunan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkung Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);

(2)

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 4. Undang -Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4494);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

(3)

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4592);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

12. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

13. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

(4)

16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 5 Tahun

1994 tentang Penetapan Kawasan Wisata Agro dan Jalur Hijau;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011 Nomor 18 Seri E); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 14

Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011 Nomor 3 Seri C)

21. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012 Seri E).

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Datar.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Tanah Datar.

4. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu selanjutnya disebut KPPT adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi urusan penyelenggaraan perizinan di Kabupaten Tanah Datar.

(5)

5. Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu selanjutnya disingkat Kepala KPPT adalah Kepala Kantor yang membidangi urusan penyelenggaraan perizinan di Kabupaten Tanah Datar.

6. Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang diberi tugas dan wewenang di bidang pelayanan perizinan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Pemohon adalah orang atau pribadi atau badan hukum yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Mendirikan Banguan.

8. Bangunan adalah suatu susunan yang bertumpu pada landasan dan terikat dengan tanah sehingga terbentuk ruangan dan mempunyai fungsi.

9. Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan, dengan maksud agar desain pelaksanaan bangunan dan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku serta sesuai dengan koefisien dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) yang ditetapkan menurut syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

10. Pemutihan IMB adalah kebijakan keringanan biaya retribusi dan penyederhanaan persyaratan untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan.

11. Tim pelaksana adalah unsur KPPT, Dinas Pekerjaan Umum dan Instansi terkait di Bidang IMB.

Pasal 2

Pemutihan IMB diberikan oleh pemerintah daerah terhadap bangunan yang sudah terbangun sebelum adanya Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung.

Pasal 3

Pemutihan IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dikenakan terhadap semua klasifikasi bangunan.

(6)

Pasal 4

Pemutihan IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tidak diberikan terhadap bangunan lama, tambahan dan bangunan baru apabila didirikan pada :

a. jalur hijau (sesuai Perda Nomor 5 Tahun 1994 tentang Penetapan Kawasan Agro dan Jalur Hijau);

b. daerah mitigasi bencana; c. sempadan danau dan sungai;

d. lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan dan lahan holtikultura berkelanjutan;

e. kawasan suaka margasatwa dan hutan lindung; f. bangunan yang sedang dalam sengketa; dan

g. bangunan yang dapat menimbulkan gangguan keamanan lalulintas, rawan konflik sosial dan pencemaran lingkungan.

Pasal 5

(1) SKPD terkait melaksanakan sosialisasi 3 (tiga) bulan sebelum pemutihan IMB dilaksanakan.

(2) Setelah dilaksanakan sosialisasi, pemutihan IMB dilaksanakan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.

(3) Pelaksanaan masa pemutihan IMB ditetapkan dengan keputusan bupati. Pasal 6

(1) Pelaksanaan pemutihan IMB dilaksanakan oleh tim pelaksana yang terdiri dari SKPD terkait sesuai kebutuhan.

(2) Tim pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas :

a. memberikan sosialisasi tentang prosedur tata cara dan persyaratan teknis pemutihan IMB kepada masyarakat;

b. melaksanakan proses pemutihan IMB menurut klasifikasi maupun peruntukannya yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Bupati.

(3) Tim pelaksana sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(7)

Pasal 7

(1) Persyaratan untuk mendapatkan pelayanan pemutihan IMB adalah dengan mengajukan surat permohonan kepada bupati melalui Kepala KPPT, dengan melampirkan :

a. fotocopy Kartu Tanda Penduduk;

b. rekomendasi bangunan layak huni dari Dinas Pekerjaan Umum; c. fotocopy sertifikat atau surat keterangan status tanah;

d. denah bangunan;

e. foto tampak depan, samping kiri dan kanan ukuran 3 R; f. denah lokasi bangunan;

g. surat Keterangan tahun berdiri bangunan, luas bangunan dan letak bangunan yang disahkan oleh Wali Nagari terkait diketahui camat; dan h. surat Pernyataan bersedia membongkar bangunan tanpa ganti rugi jika

terjadi pelebaran jalan.

(2) Setelah persyaratan lengkap dan benar, diterbitkan dokumen Pemutihan IMB yang ditandatangani oleh Kepala KPPT atas nama Bupati .

(3) Bentuk dan format pemutihan IMB sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan bupati ini.

Pasal 8

(1) Keringanan pembayaran retribusi IMB diberikan terhadap bangunan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. bangunan yang didirikan sebelum tahun 1995 dikenakan retribusi sebesar 60 % (enam puluh persen) dari tarif retribusi Izin Mendirikan Bangunan; b. bangunan yang didirikan tahun 1995 sampai dengan tahun 2000

dikenakan retribusi sebesar 70 % (enam puluh persen) dari tarif retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

c. bangunan yang didirikan sebelum tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 dikenakan retribusi sebesar 80 % (enam puluh persen) dari tarif retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

(2) Penentuan tahun pendirian bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan Surat Keterangan tahun berdiri bangunan yang disahkan oleh wali nagari terkait diketahui camat.

(3) Apabila diperlukan tim pelaksana dapat melakukan pemeriksaan setempat terhadap tahun berdiri bangunan untuk menguji kesesuaian dengan kondisi yang sebenarnya.

(8)

Pasal 9

Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 10

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tanah Datar.

Ditetapkan di : Batusangkar pada tanggal : 30 Januari 2014

13

BUPATI TANAH DATAR ttd

M. SHADIQ PASADIGOE Diundangkan di Batusangkar

Pada tanggal 30 Januari 2014 Plt.SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

ttd HARDIMAN

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2014 NOMOR 2 SERI E Salinan ini sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Hukum dan HAM Setdakab Tanah Datar

JASRINALDI,SH,SSos Pembina / IV.a

Nip.19671130 199202 1 002

Pasal 9

Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 10

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tanah Datar.

Ditetapkan di : Batusangkar pada tanggal : 30 Januari 2014

13

BUPATI TANAH DATAR ttd

M. SHADIQ PASADIGOE Diundangkan di Batusangkar

Pada tanggal 30 Januari 2014 Plt.SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

ttd HARDIMAN

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2014 NOMOR 2 SERI E Salinan ini sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Hukum dan HAM Setdakab Tanah Datar

JASRINALDI,SH,SSos Pembina / IV.a

Nip.19671130 199202 1 002

Pasal 9

Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 10

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tanah Datar.

Ditetapkan di : Batusangkar pada tanggal : 30 Januari 2014

13

BUPATI TANAH DATAR ttd

M. SHADIQ PASADIGOE Diundangkan di Batusangkar

Pada tanggal 30 Januari 2014 Plt.SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

ttd HARDIMAN

BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2014 NOMOR 2 SERI E Salinan ini sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Hukum dan HAM Setdakab Tanah Datar

JASRINALDI,SH,SSos Pembina / IV.a

Referensi

Dokumen terkait

Sistem identifikasi telapak tangan manusia ini memiliki nilai waktu eksekusi rata-rata menggunakan metode Self Organizing Map Kohonen selama 5.83596 detik terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara aplikasi dan dosis kompos terhadap kemantapan agregat tanah pada pertanaman tebu di PT Gunung Madu

Sholawat serta salam yang tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Pendugaan Erosi

Berbagai masalah lingkungan yang dihadapi oleh Semarang terkait dengan dinamika pesisir dan laut, antara lain adalah masalah genangan pasang surut, subsiden, dan banjir di

Aliran besar ketiga dalam teori organisasi dan manajemen adalah teori mmodern, disebut juga analisa sistem pada organisasi .Teori modern mengemukakan bahwa

Fungsi utama dari PBX adalah untuk mengatur panggilan yang datang ke extention atau cabang tertentu sesuai sesuai dengan yang dituju dalam jaringan lokal tersebut, dan

Orangtua fokus pada pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik sesuai harapan mereka dengan membangun hubungan dan menciptakan komunikasi dua

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan adalah kondisi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat