• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TAHUNAN T.A. 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TAHUNAN T.A. 2010"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN TAHUNAN

T.A. 2010

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

(3)

LAPORAN TAHUNAN

T.A. 2010

Tim Penyusun

Penanggung Jawab

:

Handewi P. Saliem

Ketua

:

Sri Hery Susilowati

Sekretaris

:

Nur Khoiriyah Agustin

Anggota

:

Supena Friyatno

Yuni Marisa

Muhammad Suryadi

Ashari

Agus Subekti

Hermanto

Yana Supriyatna

Sri Yulianti

Ahmad Makky Arrozy

`

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2011

(4)

KATA PENGANTAR

Laporan Tahunan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) sebagai institusi pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang diembannya. Tupoksi PSEKP adalah mengembangkan kemampuan dalam menganalisis berbagai permasalahan sosial ekonomi pertanian di tingkat pedesaan, wilayah, nasional, kawasan, dan internasional, dalam rangka menghasilkan rekomendasi kebijakan bagi stakeholders untuk pembangunan pertanian.

Laporan Tahunan ini berisi tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian selama tahun anggaran 2010. Materi pokok yang disajikan dalam laporan meliputi struktur organisasi PSEKP, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penelitian, program, kerja sama penelitian dan pendayagunaan hasil, serta monitoring dan evaluasi. Khusus untuk kegiatan penelitian, disajikan sinopsis hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan PSEKP, baik kegiatan yang didanai oleh APBN maupun kegiatan kerja sama penelitian pada tahun 2010.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini disampaikan terima kasih. Semoga laporan ini memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bogor, Mei 2011 Kepala Pusat,

Dr. Handewi P. Saliem NIP. 19570604 198103 2 001

(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Visi dan Misi ... 1

1.2. Tugas Pokok dan Fungsi ... 1

1.3. Struktur Organisasi ... 2

II. SUMBERDAYA MANUSIA ... 4

III. SARANA DAN PRASARANA ... 8

3.1. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan) ... 8

3.2. Barang-Barang Bergerak ... 9

3.3. Anggaran DIPA, PNBP dan Kerja Sama Penelitian ... 11

IV. PROGRAM ... 16

4.1. Tujuan dan Luaran Kegiatan ... 16

4.2. Perencanaan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2011 ... 16

4.3. Mekanisme Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2011 (DIPA dan Ristek) dan Pelaksanaan Tupoksi Subbid Program... 18

V. SINOPSIS ... 22

A. Hasil Penelitian dengan Sumber Dana dari DIPA TA. 2010 ... 22

5.1. Evaluasi dan Penyusunan Desa Calon Lokasi Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) 2010 ... 22

5.2. Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan: Karakteristik Sosial Ekonomi dan Usahatani Padi ... 23

5.3. Evaluasi Dampak Program Penanggulangan Kemiskinan di Sektor Pertanian dan Perdesaan Tingkat Rumah Tangga dan Desa ... 25

5.4. Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil dan Alsintan dalam Mendukung Ketahanan Pangan ... 26

5.5. Optimalisasi Sumberdaya Pertanian pada Agroekosistem Lahan Kering ... 27

(7)

5.6. Analisis Dampak Investasi Pertanian terhadap Kinerja Sektor

Pertanian ... 28

5.7. Kebijakan Pemda dalam Alokasi Anggaran dan Penyusunan Perda untuk Mengakselerasi Pembangunan Pertanian ... 29

5.8. Evaluasi dan Tanggap Cepat atas Isu Kebijakan Aktual ... 30

B. Hasil Penelitian Kerjasama Sinergi Penelitian (SINTA) ... 37

5.9. Pengembangan Asuransi Usahatani Padi untuk Menanggulangi Risiko Kerugian 75% Akibat Banjir, Kekeringan dan Hama Penyakit ... 37

5.10. Kajian Keterkaitan Produksi, Perdagangan dan Konsumsi Ubi Jalar untuk Meningkatkan 30% Partisipasi Konsumsi Mendukung Program Keanekaragaman Pangan dan Gizi ... 38

5.11. Kajian Sistem Kelembagaan Cadangan Pangan Masyarakat Perdesaan untuk Mengurangi 25% Risiko Kerawanan Pangan .... 40

5.12. Peningkatan 20% Akses Petani terhadap Berbagai Sumber Pembiayaan Usahatani ... 41

VI. PENDAYAGUNAAN HASIL ANALISIS DAN KERJA SAMA PENELITIAN ... 43

6.1. Publikasi Hasil – Hasil Penelitian ... 43

6.2. Komunikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian ... 54

6.2.1. Seminar ... 55

6.2.2. Pengelolaan Website... 59

6.3. Perpustakaan ... 61

6.4. Kerja Sama Penelitian ... 66

VII. EVALUASI DAN PELAPORAN ... 71

7.1. Kegiatan Sub bidang Evaluasi dan Pelaporan ... 71

7.2. Ruang Lingkup ... 72

7.3. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi TA. 2010 ... 73

7.3.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian ... 76

7.3.2. Monitoring dan Evaluasi Manajemen Penelitian ... 83

7.3.3. Pelayanan Perpustakaan ... 86

7.3.4. Evaluasi Pelayanan Publikasi ... 87

(8)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

2.1. Jumlah Peneliti PSEKP Menurut Disiplin Ilmu dan Jenjang

Fungsional, Tahun 2010 ... 7

3.1. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan) ... 8

3.2. Barang Bergerak ... 9

3.3. Perkembangan Pelaksanaan Keuangan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2010 (Per 31 Desember 2010) ... 13

3.4. Rekapitulasi PNBP Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2010 (Per 31 Desember 2010)... 14

3.5. Target dan Realisasi Keuangan Kegiatan Penelitian Kerja sama Dalam dan Luar Negeri ... 15

6.1. Judul dan Penulis Naskah JAE Tahun 2010 ... 43

6.2. Judul dan Penulis Naskah FAE Tahun 2010 ... 45

6.3. Judul dan Penulis Naskah AKP Tahun 2010 ... 46

6.4. Judul dan Penulis Naskah Working Paper Tahun 2010 ... 48

6.5. Judul dan Penulis Naskah Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani ... 49

6. 6. Daftar Isi Terbitan Newsletter PSEKP Tahun 2010 ... 51

6.7. Susunan Dewan Redaksi JAE, FAE, AKP, dan Dewan Editor Tematik Tahun 2010 ... 53

6.8. Distribusi Publikasi Ilmiah ... 54

6.9. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Rutin Tahun 2010 ... 55

6.10. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Nasional Peringatan Hari Pangan Sedunia XXX Tahun 2010 ... 56

6.11. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Nasional “Era Baru Pembangunan Pertanian: Strategi Mengatasi Masalah Pangan, Bio-energi dan Perubahan Iklim” ... 57

6.12. Judul Makalah dan Pembicara pada Workshop Pemahaman Tatacara dan Aturan Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi Para Peneliti pada Publikasi Ilmiah ... 57 6.13. Materi Dialog Interaktif dan Narasumber pada Acara Karedok

(9)

6.14. Jumlah Pengakses Website PSEKP pada Tahun 2010 ... 59

6.15. Materi Website PSEKP dan Jumlah Pengakses Tertinggi Selama Tahun 2010 ... 60

6.16. Frase Kata/Kata yang Sering Digunakan dalam Pencarian Tahun 2010 ... 61

6.17. Pengadaan Bahan Pustaka TA. 2010 ... 62

6.18. Koleksi dan Jumlah Data Base Bahan Pustaka di Perpustakaan PSEKP Tahun 2009-2010 ... 63

6.19. Pengunjung Perpustakaan PSEKP Januari s/d Desember 2010 ... 64

6.20. Kegiatan untuk Peningkatan Profesi Kepustakawan ... 65

6.21 Uraian Tugas Staf Perpustakaan PSEKP ... 65

6.22. Target dan Realisasi Keuangan Kerja Sama Penelitian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Dalam dan Luar Negeri) Tahun 2010 ... 67

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1.1. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian .. 3 2.1. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Umur Tahun 2010 ... 4 2.2. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Golongan dan Masa Kerja

Tahun 2010 ... 5 2.3. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis

Kelamin Tahun 2010 ... 6 2.4. Jumlah Peneliti Berdasarkan Jenjang Fungsional ... 6 4.1. Tahapan Perencanaan Penelitian ... 19 7.1. Bagan Keterkaitan Tim Teknis, Tim Monev, dan Tim Editor di Pusat

(11)

I. PENDAHULUAN

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP), merupakan sebuah lembaga penelitian/pengkajian dalam unit eselon II di lingkup Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian yang pembinaannya dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pada awal berdirinya tahun 1976, lembaga ini dikenal sebagai Pusat Penelitian Agro Ekonomi (PAE). Seiring dengan dinamika sosial ekonomi dan pembangunan pertanian, beberapa kali lembaga ini mengalami perubahan nama. Pada tahun 1990, PAE berubah menjadi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian (P/SE), pada tahun 2001 menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Puslitbangsosek), Kemudian pada tahun 2005 menjadi Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP). Status terakhir berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Kpts/OT.140/10/2010, nama lembaga ini ditetapkan menjadi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

1

1..11.. VViissiiddaannMMiissii

Visi PSEKP adalah “menjadi pusat pengkajian yang kritis dan

terpercaya bertaraf internasional dalam menghasilkan informasi dan ilmu pengetahuan sosial ekonomi pertanian, serta proaktif dalam memberikan alternatif rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian”. Visi tersebut

dirumuskan mengingat bahwa PSEKP adalah lembaga pemerintah, sehingga harus berorientasi pada pelayanan masyarakat melalui partisipasi secara aktif dalam memberikan alternatif rekomendasi kebijakan pertanian.

Sejalan dengan visinya, maka Misi PSEKP adalah:

1. Melakukan analisis dan pengkajian guna menghasilkan informasi dan ilmu pengetahuan sosial ekonomi pertanian;

2. Melakukan analisis kebijakan, pengkajian untuk mengolah informasi dan ilmu pengetahuan hasil analisis menjadi rumusan alternatif kebijakan pembangunan pertanian;

3. Melakukan advokasi pembangunan pertanian, berupa kampanye publik untuk memobilisir partisipasi lembaga terkait dan masyarakat luas dalam mendukung pembangunan pertanian;

4. Mengembangkan kemampuan institusi PSEKP sehingga mampu mewujudkan visi dan misinya secara berkelanjutan.

1.2. Tugas Pokok dan Fungsi

PSEKP mempunyai tugas melaksanakan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian.

(12)

Fungsi PSEKP adalah:

1. Merumuskan program analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; 2. Melaksanakan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan di

bidang pertanian;

3. Melaksanakan telaah ulang program dan kebijakan di bidang pertanian; 4. Memberikan pelayanan teknik di bidang analisis sosial ekonomi dan

kebijakan pertanian;

5. Melaksanakan kerja sama dan mendayagunakan hasil analisis dan pengkajian serta konsultasi publik di bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian;

6. Mengevaluasi dan melaporkan hasil analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian; dan

7. Mengelola urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. (Pasal 1372 Peraturan Menteri Pertanian No. 61 Tahun 2010)

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, sasaran kelompok pengguna hasil penelitian yang dituju oleh PSEKP adalah pejabat pembuat dan pengelola kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian, pejabat pembuat kebijakan lembaga negara di luar Kementerian Pertanian, praktisi agribisnis, politisi, ilmuwan dan masyarakat peminat pembangunan pertanian serta peneliti.

1.3. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/ OT.140/10/2010, tentang organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, maka PSEKP dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, secara struktural di dukung Unit Eselon III yaitu Bagian Umum, Bidang Program dan Evaluasi, serta Bidang Kerja Sama dan Pendayagunaan Hasil, disamping kelompok jabatan fungsional sebagai pelaksana teknis kegiatan penelitian dan pengkajian.

Berdasarkan SK Kapus PSEKP nomor 368/Kp.330/A.9/03/2009, kelompok peneliti (Kelti) PSEKP terdiri dari 3 kelompok, yakni:

(1) Kelti Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional (2) Kelti Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis (3) Kelti Sosio-Budaya Pedesaan.

(13)

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kabag. Umum Ir. Supena Friyatno, MSi Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian Dr. Handewi P. Saliem

Kabid. Pelayanan dan Pendayagunaan Hasil

Dr. Eizal Jamal

Kasubbid Pendayagunaan Hasil

Ashari, SP., MP

Kasubbid Kerja Sama

Dr. Hermanto

Kasubbid Program

Muhammad Suryadi, SP

Kasubbid Evaluasi dan Pelaporan

Nur Khoiriyah Agustis, STP., MP

Kelompok Jabatan Fungsional Kabid. Program dan Evaluasi

Dr. Sri Hery Susilowati

Kasubbag Kepegawaian dan Rumah Tangga

Ir. Yuni Marisa

Kasubbag Keuangan dan Perlengkapan

(14)

II. SUMBERDAYA MANUSIA

Berdasarkan data kepegawaian pada Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) tahun 2010, tercatat bahwa sumberdaya manusia, baik peneliti maupun staf penunjang PSEKP jumlahnya terus berkurang karena karyawan yang telah memasuki masa pensiun serta mutasi kerja. Secara keseluruhan jumlah pegawai Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) tahun 2010 sebanyak 172 orang. Pada gambar 2.1 diperlihatkan bahwa struktur pegawai PSEKP berdasarkan umur pada tahun 2010 sebagian besar 34,30% berumur 51-55 tahun, 26,74 persen berumur 46-50 tahun, dan 14,53 persen berumur 41-45 tahun. Sedangkan sisanya adalah 9,30 persen berumur 36-40 tahun, 5,23 persen berumur 31-35 tahun, dan 4,70 persen berumur 56-60 tahun, 4,06 persen berumur lebih dari 60 tahun, dan 1,14 persen berumur 26-30 tahun. Tabel 2.1. menunjukkan bahwa pegawai PSEKP tidak ada yang berumur di bawah 25 tahun.

7 4% 6 3% 0 0% 4 2% 9 5% 16 9% 25 15% 59 35% 46 27% <25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 >60

Gambar 2.1. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Umur Tahun 2010 Jumlah karyawan PSEKP berdasarkan masa kerja menunjukkan bahwa sebagian besar sudah berpengalaman melaksanakan tugas kerja di PSEKP selama 21 - 25 tahun (54 orang), selain itu juga terdapat sejumlah karyawan (49 orang) yang sudah memiliki masa kerja > 26 tahun yang diikuti dengan adanya peningkatan jumlah Golongan III dan IV yang termasuk didalamnya (Gambar 2.2). Dengan meningkatnya masa bakti dan pengalaman kerja, diharapkan selain

(15)

juga berdampak pada peningkatan produktivitas kegiatan institusi secara keseluruhan, sehingga ouput yang dihasilkan PSEKP sesuai dengan target yang diharapkan. 0 0 5 0 5 0 3 10 0 13 1 6 10 0 17 0 8 20 6 34 0 9 38 7 54 1 0 12 17 30 0 0 0 1717 0 0 02 2 0 10 20 30 40 50 60 O ra n g < 5 6.-10 11.-15 16-20 21-25 26-301 31-35 >35 Masa Kerja (Um ur)

Gol. I Gol. II Gol. III Gol. IV Total

Gambar 2.2. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Golongan dan Masa Kerja Tahun 2010

Dilihat dari sebaran tingkat pendidikan, menunjukkan gambaran bahwa sebagian besar pegawai PSEKP berpendidikan SMU (28,48%), diikuti Pascasarjana S2 (22,09%), S1 (19,76%), dan S3 (13,95%). Selain itu terdapat juga 4,65 persen pegawai yang berpendidikan SD, selanjutnya 2,32 persen berpendidikan SMP dan 8,75 persen berpendidikan Diploma/Sarjana Muda. Konfigurasi pendidikan pegawai PSEKP berdasarkan tugas pokok dan fungsi (tupoksi), memperlihatkan kecenderungan bahwa untuk program pendidikan pascasarjana S2 dan S3 sebagian besar berasal dari jumlah pendidikan yang sudah ditamatkan oleh para peneliti di PSEKP, sementara dinamika penjenjangan dan peningkatan pendidikan sebagian karyawan lainnya belum optimal dilaksanakan, khususnya untuk mendukung kinerja sebagai tenaga penunjang yang mempunyai kualitas pendidikan serta wawasan yang luas di lingkungan PSEKP.

(16)

8 4 50 10 34 38 21 0 0 9 3 13 19 6 4 41 7 21 19 15 5 4 1 8 0 10 20 30 40 50 60

SD SMP SMU Diplom a Sarjana

Muda S1 S2 S3 Tingkat Pendidikan O ra n g

Jumlah Wanita Pria

Gambar 2.3. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Jumlah pegawai PSEKP yang telah memiliki jabatan fungsional sebanyak 72 orang (88,88%) merupakan fungsional peneliti dan 5 orang lainnya (1,12%) merupakan fungsional non-peneliti (Gambar 2.4). Berdasarkan jenjang fungsional peneliti, tenaga fungsional peneliti PSEKP dengan jenjang tertinggi (Peneliti Utama) berjumlah 19 orang (23,45%), Peneliti Madya 24 orang (29,63%), Peneliti Muda 17 orang (20,98%), dan Peneliti Pertama 12 orang (14,81%). Sementara peneliti yang tidak memiliki jabatan fungsional (Peneliti Non-Klasifikasi) berjumlah 9 orang (11,13%).

19

24

17

12

9

0

5

10

15

20

25

30

O ra n g

Utama Madya Muda Pertama Non-Klas

Fungsional Peneliti

Peneliti

(17)

Berdasarkan analisis kepakaran para peneliti yang ada di PSEKP, dengan latar belakang disiplin ilmu, masing-masing menunjukkan bahwa sebagian besar para peneliti mempunyai keahlian pada bidang Ilmu Ekonomi Pertanian pada jenjang fungsional peneliti utama (12 orang), peneliti madya (17 orang), peneliti muda (12 orang), peneliti pertama (10 orang) dan peneliti non klas (6 orang). Sedangkan pada bidang kebijakan pertanian dengan peneliti utama (2 orang) dan peneliti muda (1 orang). Pada sistem usaha pertanian dengan peneliti utama (2 orang), peneliti madya (1 orang) dan peneliti pertama (1 orang). Sementara pada bidang sosiologi pertanian dengan peneliti utama (3 orang), peneliti madya (6 orang), peneliti muda (3 orang), peneliti pertama (1 orang). Secara rinci jumlah peneliti PSEKP berdasarkan disiplin ilmu dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Selain kepakaran tersebut, sampai dengan tahun 2010 PSEKP juga tercatat telah memiliki 7 orang peneliti utama dengan jenjang penghargaan kepangkatan tertinggi sebagai Profesor Riset. Peneliti PSEKP yang dikukuhkan menjadi Profesor Riset selama tahun 2010 adalah Prof. Dr. Dewa K. Sadra (pengukuhan tanggal 29 Nopember 2010) dan Prof. Dr. I Wayan Rusastra (pengukuhan pada tanggal 30 Desember 2010). Dalam waktu yang akan datang jumlah Profesor Riset dan Peneliti Utama PSEKP akan terus bertambah sejalan dengan tuntutan profesionalisme kegiatan di bidang penelitian.

Tabel 2.1. Jumlah Peneliti PSEKP Menurut Disiplin Ilmu dan Jenjang Fungsional, Tahun 2010

Disiplin Ilmu

Jenjang Fungsional (Orang) Peneliti

Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Pertama Peneliti Peneliti Non Klas

1. Ekonomi Pertanian 12 17 13 10 9

2. Kebijakan Pertanian 2 - 1 - -

3. Sistem Usaha Pertanian 2 1 1 -

4. Sosiologi Pertanian 3 6 3 1 -

(18)

III. SARANA DAN PRASARANA

Pelaksanaan kegiatan penelitian PSEKP didukung oleh sarana dan prasarana yang terdiri dari barang-barang tidak bergerak dan barang-barang bergerak. Barang-barang tidak bergerak terdiri dari: (1) tanah bangunan negara golongan II; (2) tanah bangunan kantor pemerintah; (3) bangunan gedung kantor permanen; dan (4) rumah negara golongan II Type C/D permanen; sementara barang-barang bergerak secara garis besar meliputi alat angkutan (kendaraan roda 4 dan roda 2), furnitur, elektronik serta aset tetap lainnya. Pengadaan barang-barang inventaris tersebut berasal dari hibah, pembelian melalui anggaran rutin dan anggaran pembangunan Belanja Negara (APBN), dan anggaran kerja sama penelitian. Untuk dapat menyajikan data barang inventaris yang akurat, PSEKP telah melaksanakan SIMAK-BMN pada tahun anggaran 2010.

Pengelolaan inventaris kekayaan milik negara (IKMN) secara tersurat menjadi tanggung jawab bagian tata usaha, tetapi secara moral adalah tanggung jawab seluruh pegawai yang menggunakan barang inventaris tersebut. Pada kenyataannya, hal tersebut belum disadari oleh berbagai pihak, terbukti kepedulian terhadap rasa memiliki masih rendah. Hal ini merupakan salah satu kendala untuk dapat mengelola IKMN secara baik dan akurat.

3.1. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan)

Barang-barang tidak bergerak yang dimiliki oleh PSEKP meliputi tanah dan bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh PSEKP seluas 5.403 m2 yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan II seluas 1.558 m2 dan tanah bangunan kantor pemerintah seluas 3.845 m2. Sedangkan bangunan yang dimiliki oleh PSEKP adalah kantor yang terdiri atas dua unit bangunan yang saling terhubung seluas 3.266 m2 dan empat buah rumah dinas seluas 240 m2 secara keseluruhan dalam kondisi baik. Rincian barang tidak bergerak disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan)

No. Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS

I. BARANG TIDAK BERGERAK

1 Tanah Bangunan Rumah Negara Gol.II 1 (1.558m2) 1 0 0 2 Tanah Bangunan Kantor Pemerintah 1 (3.845 m2) 1 0 0

Jumlah 2 (5.403 m2) 2 0 0

3 Bangunan Gedung Kantor Permanen 2 (3.266 m2) 2 0 0 4 Rumah Negara Gol. II, Type C dan D 4 (240 m2) 4 0 0

Jumlah 6 (3.506 m2) 6 0 0

Total 8 (8.909 m2) 8 0 0

(19)

3.2. Barang-Barang Bergerak

Pada periode 2010, jumlah barang-barang bergerak yang dimiliki oleh PSEKP sebesar 1.717 unit barang, dengan 1.566 unit barang diantaranya dalam kondisi yang baik 37 unit barang lainnya dalam kondisi rusak dan 114 unit barang dalam kondisi rusak sekali. Barang-barang bergerak tersebut meliputi sarana transportasi atau kendaraan dinas, mesin dan peralatan kantor, sarana komunikasi, dan barang bergerak penunjang kegiatan kantor lainnya.

Pada Periode tahun berjalan 2010, PSEKP telah memproses barang-barang inventaris yang kondisinya rusak dan rusak sekali yang meliputi: (a) barang bergerak (kendaraan roda 4 sebanyak 2 unit terdiri dari jeep dan mini bus); (b) sepeda motor 2 unit; dan (c) barang inventaris peralatan kantor lainnya sebanyak 128 buah diusulkan untuk dilakukan penghapusan. Pelaksanaan penghapusan-nya selesai pada tahun 2011 dengan Keputusan Menteri Pertanian dengan perantara Kantor KPKNL Bogor. Rincian barang bergerak disajikan pada Tabel 3.2. Keadaan barang-barang bergerak inventaris, sebagai berikut:

a. Barang Inventaris Alat Angkutan

Periode tahun 2010, kendaraan roda 4 terdiri atas satu (1) buah jeep, 12 minibus dengan kapasitas penumpang 14 orang ke bawah, dan 13 unit sepeda motor roda 2.

b. Barang Inventaris Peralatan Kantor

Periode tahun anggaran 2010 keadaan barang inventaris peralatan kantor sebanyak 1.373 unit yang terdiri dari 57 jenis barang. Sumber dana pengadaan barang inventaris berasal dari dua sumber, yaitu (a) Rutin merupakan akumulasi dari pengadaan tahun lalu dan (b) Pengadaan dari anggaran tahun 2010 sebanyak 195 unit untuk 33 jenis barang. Rincian barang bergerak disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Barang Bergerak

No. Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS

BARANG BERGERAK

1 Jeep 1 0 0 1

2 Mini bus (penumpang 14 orang kebawah) 12 11 0 1

3 Sepeda motor 13 11 0 2

4 Auto lift 1 1 0 0

5 Tripod 1 1 0 0

6 Tes generator 2 2 0 0

7 Mesin ketik manual portable (11-13 inch) 19 13 0 6

(20)

Tabel 3.2. Lanjutan

No. Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS

9 Mesin hitung elektronik/calculator 6 0 0 6

10 Lemari besi/metal 70 64 0 6

11 Lemari kayu 33 32 0 1

12 Rak besi/metal 10 10 0 0

13 Rak kayu 50 49 0 1

14 Filing kabinet besi 128 120 0 8

15 Brankas 10 7 3 0

16 Overhead Projector (OHP) 4 0 1 3

17 Meja kerja kayu 220 200 20 0

18 Kursi besi/metal 627 604 0 23 19 Sice/sofa 21 20 1 0 20 Meja rapat 47 45 2 0 21 Jam elektronik 7 7 0 0 22 A.C. split 75 60 0 15 23 Radio cassette 1 0 0 1

28 Wireless transmision system 2 2 0 0

29 Router 1 1 0 0

30 Amplifier 2 2 0 0

31 Equalizer 1 1 0 0

32 Loudspeaker 10 10 0 0

33 Mic conference system 32 23 0 9

34 UPS 2 1 1 0 35 Stabilizator 2 0 2 0 36 Tustel 3 2 1 0 37 Wireles speaker 5 4 1 0 38 Blitzer 3 1 2 0 39 Power suplly 1 1 0 0 40 Slide projector 1 0 0 1 41 Lensa kamera 4 3 1 0

42 Layar film OHP 4 4 0 0

43 Facsimile 4 3 0 1 44 P.C. Unit (komputer) 121 107 0 14 45 Note book 13 11 0 2 46 Printer 68 60 0 8 47 Scanner 3 3 0 0 48 Server 3 2 1 0

(21)

Tabel 3.2. Lanjutan

No. Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS

50 Mesin press 1 1 0 0

51 LCD (infocus) 3 3 0 0

52 PABX 3 1 0 2

53 Handy talky (HT) 4 4 0 0

54 Pesawat telpon extension 40 40 0 0

55 External 8 8 0 0

56 Mesin potong rumput 1 1 0 0

57 Megaphone 1 1 0 0

Keterangan: B = Baik; R = Rusak; RS = Rusak Sekali

3.3. Anggaran DIPA, PNBP dan Kerja Sama Penelitian

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, anggaran yang dikelola setiap unit instansi pemerintah pada tahun 2010 tidak dibedakan berdasarkan Anggaran Pembangunan dan Anggaran Rutin, namun dilakukan berdasarkan “anggaran yang berbasis kinerja”. Anggaran PSEKP tahun 2010 disusun berdasarkan variabel jenis pengeluaran dan variabel kegiatan. Variabel jenis pengeluaran dibedakan menurut belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial/BLM dan lainnya, sedangkan varibel kegiatan dibedakan menurut jenis kegiatan, yakni: kegiatan utama mencakup Penelitian Sosial dan kegiatan penunjang yang mencakup: (a) pengelolaan gaji, (b) operasional kantor, (c) perawatan gedung dan (d) perawatan sarana.

Total anggaran PSEKP Tahun 2010, baik menurut variabel jenis pengeluaran maupun variabel kegiatan, terealisasi sebesar 92.17 persen atau terealisir sebesar Rp 19.974.806.406 dari anggaran yang direncanakan sebesar Rp 21.670.539.000. Pada anggaran menurut variabel jenis pengeluaran, dana yang terbesar terserap pada jenis pengeluaran belanja pegawai yakni sebesar Rp 8.670.143.903 (99,94 persen) dari Rp 8.675.769.000 anggaran yang direncanakan. Sedangkan pada anggaran menurut variabel jenis kegiatan, sebagian besar merupakan anggaran kegiatan penunjang terutama pada kegiatan pengelolaan gaji yakni sebesar Rp 8.670.143.903 (99,94 persen) dari Rp 8.675.769.000 anggaran yang direncanakan. Perkembangan Pelaksanaan Keuangan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2010 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada PSEKP tahun 2010 harga diperoleh dari penerimaan umum, yakni Rp 15.107.318, sedangkan PNBP yang diperoleh dari penerimaan fungsional tidak ada (Tabel 3.4). Hal ini terutama disebabkan oleh keluaran kegiatan penelitian PSEKP tidak bersifat teknis, namun berupa rekomendasi kebijakan yang bersifat intangible dan ditujukan bagi

(22)

Pertanian. Selain itu, aset PSEKP yang dapat menjadi sumber penerimaan PNBP juga relatif terbatas.

Kegiatan kerja sama penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) pada tahun 2010 terdiri atas enam kegiatan kerja sama dengan instansi/lembaga luar negeri (ACIAR, IFPRI, FAO) dan tujuh kegiatan kerja sama dengan instansi dalam negeri. Beberapa kegiatan kerja sama luar negeri bersifat multiyears sehingga penyerapan dana pada bulan Desember 2010 masih cukup rendah karena kegiatan tersebut berlanjut pada tahun berikutnya. Sedangkan untuk kegiatan kerja sama dalam negeri umumnya telah selesai dilakukan pada tahun 2010 sehingga penyerapan dana per 31 Desember 2010 cukup tinggi, yakni berkisar 77,33 hingga 100 persen. Secara lengkap target dan realisasi keuangan kegiatan penelitian kerja sama dalam dan luar negeri oleh PSEKP dapat dilihat pada Tabel 3.5.

(23)
(24)
(25)
(26)

IV. PROGRAM

4.1. Tujuan dan Luaran Kegiatan

Tujuan umum kegiatan penyusunan program adalah untuk mendapatkan arah penelitian yang lebih terencana dan sistematis agar pelaksanaan penelitian layak untuk dilaksanakan. Secara rinci pelaksanaan kegiatan bertujuan untuk : (1) Membuat perencanaan dan kalender kegiatan penelitian PSEKP;

(2) Merencanakan penelitian tahun anggaran 2011

(3) Memperoleh implikasi tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang. Sejalan dengan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut, maka keluaran yang diharapkan adalah:

(1) Paket perencanaan dan kalender kegiatan penelitian PSEKP; (2) Program perencanaan penelitian tahun anggaran 2011;

(3) Implikasi tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang

4.2. Perencanaan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2011

Tujuan perencanaan kegiatan penelitian adalah agar seluruh kegiatan PSEKP dapat terlaksana secara optimal sesuai jadwal yang telah direncanakan. Untuk memudahkan koordinasi pada tahap perencanaan, maka dibentuk Tim Teknis Penelitian yang terdiri dari Kepala Bidang Program dan Evaluasi, Ketua Kelti, peneliti senior PSEKP dan Staf Sub Bidang Program.

A. Tim Penyusunan Program Penelitian

Pengarah : Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

(Prof. Dr. Tahlim Sudaryanto, APU) Penanggung Jawab : Kepala Bidang Program dan Evaluasi

(Dr. Handewi P. Saliem, merangkap anggota) Koordinator : Dr. Sumaryanto, merangkap anggota

Ketua : Prof. Dr. Budiman Hutabarat, APU, merangkap anggota Wakil Ketua : Kepala Bidang Pelayanan dan Pendayagunaan Hasil Analisis

(Dr. Benny Rachman, merangkap anggota) Sekretaris : Kepala Sub bidang Program (Ir. Supena Friyatno, MSi, merangkap anggota) Anggota : 1. Ketua Kelti Ekonomi Makro dan Perdagangan

(27)

2. Ketua Kelti Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis (Dr. Sumaryanto)

3. Ketua Kelti Sosio Budaya Pedesaan (Ir. Rita Nur Suhaeti, MS)

4. Prof. Dr. Pantjar Simatupang, APU 5. Prof. Dr. I Wayan Rusastra, APU 6. Prof. Dr. Kedi Suradisastra, APU 7. Dr. Nunung Kusnadi (IPB) 8. Dr. Sri Hartojo (IPB)

9. Dr. Ronie S. Natawidjaya (UNPAD) 10. Sudarsono, SE

11. Tonny Soelistiyo Wahyudi 12. Nur Intan Samsiah

B. Tim Penyusun dan Pembahas RKAKL

Pengarah : Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

(Prof. Dr. Tahlim Sudaryanto) Penanggung Jawab : Kepala Bidang Program dan Evaluasi

(Dr. Handewi P. Saliem, merangkap anggota) Koordinator : Kepala Sub bidang Program

(Ir. Supena Friyatno, MSi, merangkap anggota)

Ketua : Staf Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan (Kurnia Chaimi, SE AK, MSc., merangkap anggota)

Sekretaris : Staf Sub bidang Program (Susi Sulistiawati, SH, merangkap anggota) Anggota : 1. Chaerudin, SE (Staf Sub Bidang Program)

2. Drs. Agus Subekti (Kasubag Keuangan)

3. Diah Dwi Utami, SP, MSi (Staf Direktorat Jenderal Anggaran)

4. Gatot Pitono, SE (Staf Direktorat Jenderal Anggaran) 5. Budi Surya Mulia, SE, MM (Staf Direktorat Jenderal

Anggaran)

(28)

4.3. Mekanisme Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2011 (DIPA dan Ristek) dan Pelaksanaan Tupoksi Subbid Program

Tahapan perencanaan penelitian TA 2011 dapat disimak pada Gambar 1. Tahapan tersebut disusun agar semua pihak yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penelitian, dapat memahaminya dengan baik sehingga dapat bekerja sesuai tupoksi masing-masing secara optimal.

Sebagai institusi di bawah Badan Litbang Pertanian, mekanisme perencanaan kegiatan di PSEKP mengikuti pola perencanaan di Badan Litbang Pertanian. Dalam lingkup internal PSEKP, perencanaan diawali dengan perumusan masalah penelitian yang akan dilakukan. Pada tahapan ini, dokumen renstra PSEKP dan program Kementrian, dan program strategis Badan Litbang merupakan rujukan utama dalam menentukan kegiatan yang akan dilakukan. Tahapan selanjutnya adalah mengundang para stakeholder terkait untuk mendapatkan masukan dan membuat prioritas kegiatan. Prioritas kegiatan tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk matrik kegiatan yang kemudian diusulkan dan dibahas di tingkat Litbang. Setelah fokus penelitian ditetapkan, maka segera disusun TOR kegiatan sehingga diperoleh proposal ringkas. Proposal ringkas tersebut kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis PSEKP. Setiap proposal dievaluasi oleh dua orang anggota Tim Teknis. Pada tahap ini, diberikan saran dan komentar untuk penyempurnaan proposal-proposal terhadap aspek-aspek berikut:

(1) Perumusan masalah, review hasil penelitian sebelumnya dan justifikasi penelitian;

(2) Perumusan tujuan/keluaran;

(3) Kerangka pemikiran (landasan teoritis/review analisis data);

(4) Perencanaan sampling pemilihan lokasi (provinsi, kabupaten, kecamatan, desa) dan responden;

(5) Alat analisis dan jenis data untuk menjawab setiap tujuan penelitian; dan (6) Perencanaan operasional (SDM, dana, dan lain-lain).

Hasil evaluasi proposal kemudian disampaikan kepada penanggung jawab proposal masing-masing, untuk menjadi bahan perbaikan proposal. Selain evaluasi secara tertulis, juga dilakukan pembahasan dan penajaman proposal secara khusus, dimana proposal dibahas secara langsung melalui diskusi tim pembahas dan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dengan penanggung jawab (tim) penyusun proposal. Mekanisme perencanaan penelitian DIPA dan Ristek, dari sisi substansi pada prinsipnya sama, perbedaan antara kedua penelitian tersebut lebih berkaitan dengan proses administrasinya.

(29)

Ga m bar 4. 1. T ahap an Per enc anaan P enel it ian

(30)

Pada tahapan perencanaan penelitian tersebut dihasilkan judul-judul proposal operasional, baik yang didanai oleh DIPA maupun Program Insentif Peneliti dan Perekayasa (Ristek) sebagai berikut:

A. Judul Proposal Penelitian DIPA PSEKP TA. 2011:

1. Dampak Perubahan Iklim terhadap Kerawanan Pangan Temporer / Musiman

2. Keragaan, Permasalahan dan Upaya Mendukung Akselerasi Program Swasembada Daging Sapi

3. Kebijakan Pengembangan Pupuk Organik

4. Peningkatan Akses Petani terhadap Permodalan di Daerah Lahan Sub Optimal

5. Analisis Daya Saing Produk Hortikultura dalam Upaya Meningkatkan Pasar Ekspor Indonesia – Australia

6. Rancang Bangun Keterkaitan Indikator Makro Ekonomi dan Investasi Pemerintah di Sektor Pertanian dan Dampaknya terhadap Pembangunan Pertanian di Indonesia

7. Revitalisasi Sistem Penyuluhan untuk Mendukung Daya Saing Industri Pertanian

8. Penentuan Desa Calon Lokasi PUAP 2011 dan Evaluasi Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

9. Panel Petani Nasional (PATANAS) : Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan

10. Evaluasi dan Tanggap Cepat Atas Isu Kebijakan Aktual

B. Judul Proposal Penelitian Kerjasama Ristek TA 2011:

1. Analisis Volatilitas Harga Komoditas Pangan dalam Rangka Peningkatan Efektifitas Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pokok; 2. Studi Kebutuhan Pengembangan Produk Olahan Pertanian dalam

Rangka Liberalisasi Perdagangan;

3. Peningkatan Kapabilitas Kelompok Tani dalam Adaptasi terhadap Perubahan Iklim;

4. Peningkatan Kapasitas Mandiri Petani dalam Perluasan Skala Usaha; dan 5. Proyeksi Kinerja Pembangunan Pertanian Jangka Panjang: 2011 – 2035.

Dalam pelaksanaan kegiatan di subbidang Program selama tahun 2010 juga ditemui permasalahan-permasalahan yang menonjol sebagai berikut:

(31)

bisa dilakukan atau kurang optimal, termasuk penambahan kegiatan yang datang setelah semester I tahun anggaran berjalan. Penambahan tersebut selain akan mengganggu tahapan perencanaan, bila tidak dapat dikelola dengan baik justru akan mempengaruhi kinerja institusi, terutama terkait dengan penyerapan anggaran.

b. Kurang baiknya pengaturan waktu oleh pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan kegiatan berpengaruh besar terhadap pencapaian ketepatan jadwal tahapan kegiatan. Kondisi ini secara langsung atau tidak langsung juga sering diakibatkan perubahan anggaran dan kegiatan secara tiba-tiba pada tahun anggaran berjalan. Dengan adanya perubahan anggaran atau penambahan pada tahun anggaran berjalan, seringkali menyebabkan jadwal perencanaan untuk tahun anggaran yang akan datang menjadi terbengkalai karena para peneliti terfokus pada kegiatan pada tahun berjalan.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan, antara lain:

a. Menyusun Kalender Kegiatan Penelitian

b. Meningkatkan koordinasi dan kerja sama kegiatan penelitian dengan pihak-pihak terkait (Badan Litbang Pertanian, Dirjen. Anggaran, Dirjen. Perbendaharaan, Perguruan Tinggi, dan para stakeholder terkait lainnya).

(32)

V. SINOPSIS

A. Hasil Penelitian dengan Sumber Dana dari DIPA TA. 2010

5.1. Evaluasi dan Penyusunan Desa Calon Lokasi Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) 2010

Modal finansial merupakan aspek dan masalah yang sangat penting dalam produksi pertanian. Sebagian besar petani umumnya terkendala oleh ketersediaan modal untuk usaha. Dengan keterbatasan aksesnya terhadap perbankan, menyebabkan modal usaha menjadi masalah besar dalam keberlanjutan dan keberhasilan usahanya. Untuk itu, program PUAP mencoba mengatasi masalah dana dengan cara menyalurkan dana kepada petani melalui kelompok tani/Gapoktan. Dana PUAP pada prinsipnya hanya sebagai stimulus dalam menggerakkan usaha tani petani yang kemudian dikelola melalui LKM. Penelitian ini bertujuan: (1) Penyusunan 10.000 desa calon lokasi program PUAP Tahun 2010; (2) Melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan PUAP 2008 dan 2009; (3) Menetapkan/merumuskan saran kebijakan sebagai input rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan BLM PUAP selanjutnya. Lokasi penelitian di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung dan Bali.

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan program PUAP dapat dibagi dua, yaitu: Pertama, menentukan calon lokasi desa penerima dana BLM PUAP dan Kedua, implementasi dari pengembangan usaha agribisnis perdesaan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan teknologi baru dapat meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan, oleh karena itu perlu didorong bagi anggota Gapoktan PUAP penerima dana BLM PUAP untuk menerapkan inovasi teknologi baru spesifik lokasi. Di sisi lain, dalam rangka pengembangan agribisnis komoditas utama, banyak ditemukan berbagai masalah dan kendala yang tidak mungkin dapat diatasi oleh Pelaksana PUAP saja. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan koordinasi dan integrasi dengan Program Strategis Kementerian Pertanian lainnya, misalnya dengan program SLPTT, PS2DS, Pengembangan Kawasan Hortikultura, FEATI, dan Pengembangan Agropolitan serta program terkait lainnya. Bila memungkinkan dapat diintegrasikan (lokasi dan komoditas) dengan program dinas terkait yang memperoleh dana dari anggaran Tugas Pembantuan, yang dirancang untuk mengembangkan komoditas unggulan.

Agar pelaksanaan program PUAP sesuai dengan rencana Gapoktan (petani/peserta program PUAP) maka penyaluran dana BLM PUAP perlu dipercepat, sehingga dana yang tesedia dapat digunakan untuk pengembangan agribisnis sesuai kebutuhan. Dalam perguliran dana BLM PUAP berikutnya, perlu diprioritaskan bagi usaha-usaha pengembangan agribisnis yang perguliran modalnya lebih cepat dan keuntungan yang diperoleh lebih tinggi, sehingga

(33)

Agar percepatan pengembangan agribisnis di daerah dapat ditingkatkan, maka perlu dilakukan integrasi desa dan Gapoktan penerima dana BLM PUAP dengan Program Strategis Kementerian Pertanian lainnya, termasuk program subsektor lain yang dapat menunjang pengembangan agribisnis. Diperlukan studi khusus pengembangan lembaga keuangan mikro (LKM) yang sesuai dengan lingkungan agribisnis lokal, sehingga dapat memberikan masukan yang lebih komprehensif dan mendalam untuk pengembangan LKM pada Gapoktan/desa penerima dana BLM PUAP.

Pada kajian evaluasi kinerja pelaksanaan PUAP tahun 2010 ini sangat terbatas jumlah lokasinya, sehingga mengalami kesulitan untuk memberikan gambaran secara keseluruhan kinerja pelaksanaan PUAP 2008 dan 2009 dengan jumlah telah lebih dari 20.000 desa.

Oleh karena itu, diperlukan kajian yang lebih fokus, mendalam dan cakupan yang lebih luas (contoh yang representatif) sesuai dengan kebutuhan program PUAP ke depan, terutama dalam mengembangkan LKM. Bila diperlukan ada kaji tindak beberapa model LKM di beberapa lokasi desa program PUAP yang sesuai dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya.

5.2. Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan: Karakteristik Sosial Ekonomi dan Usahatani Padi

Padi atau beras merupakan komoditas strategis nasional. Selama ini pemerintah telah menghasilkan berbagai kebijakan dan program untuk peningkatan produksi dan produktivitas padi, namun ketahanan pangan dan kesejahteraan petani/masyarakat perdesaan ini masih tetap menyisakan permasalahan. Usahatani padi juga rawan terhadap dampak negatif perubahan iklim global, tekanan lahan serta keterbatasan infrastruktur pertanian (terutama irigasi) yang semua itu berpotensi melemahkan daya saing usahatani padi relatif terhadap usahatani pangan lainnya. Usahatani padi juga sarat dengan intervensi pemerintah yang diduga akan berpengaruh terhadap efisiensi usahatani.

Tujuan penelitian secara garis besar adalah mengkaji karakteristik rumah tangga perdesaan dan dinamika sosial ekonomi petani padi, menganalisis kinerja dan efisiensi usahatani padi, daya saing usahatani padi dan menghasilkan rekomendasi kebijakan peningkatan kesejahteraan rumah tangga petani padi dan rumah tangga perdesaan umumnya serta upaya peningkatan produksi dan daya saing usahatani padi. Penelitian dilakukan di lima provinsi sentra produksi padi, yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan dan mencakup 14 kabupaten. Lokasi desa contoh PATANAS 2010 mengacu pada lokasi PATANAS 2007

Hasil kajian menunjukkan bahwa: (1) Selama periode 2007-2010, terjadi penurunan rata-rata luas total pemilikan lahan di desa-desa Jawa, dan sebaliknya di Luar Jawa. Tingkat penguasaan lahan pertanian umumnya tergolong merata sampai agak mengelompok/timpang; (2) Tingkat partisipasi angkatan kerja yang

(34)

bekerja jauh lebih tinggi dibanding ART bukan angkatan kerja, baik pada tahun 2007 dan 2010. Sementara itu, kesempatan kerja yang merupakan proporsi dari jumlah angkatan kerja terhadap jumlah ART cenderung meningkat, namun tidak diimbangi dengan penurunan tingkat pengangguran; (3) Distribusi pendapatan pertanian (ditunjukkan oleh indeks Gini) cenderung mengarah pada kesenjangan yang semakin lebar. Secara umum pendapatan rumah tangga meningkat dengan meningkatnya luas penguasaan lahan; (4) Pangsa pengeluaran cenderung meningkat, ada indikasi tingkat kesejahteraan menurun yang terlihat dari penurunan tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga; (5) Tidak ada korelasi antara persentase kemiskinan dengan persentase penyakapan. Korelasi antara kemiskinan dengan persentase kepemilikan lahan sawah menunjukkan bahwa bila persentase kepemilikan sawah makin sempit maka persentase penduduk yang miskin semakin tinggi. Dengan demikian maka salah satu kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi persentase penduduk miskin adalah dengan meningkatkan pemilikan lahan oleh petani; (6) NTS padi di semua desa kurang dari 100, yang berarti penerimaan dari usahatani padi belum dapat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga; (7) Ada perubahan pola tanam di lahan sawah selama 2007-2010, indikasi ini karena adanya penurunan atau peningkatan harga komoditas. Secara umum tidak ada perubahan nyata dalam penerapan teknologi baik dalam budidaya maupun pascapanen; (8) Kebutuhan sarana produksi pada umumnya sudah mencukupi, namun dari sisi modal masih kekurangan, masih ditemui petani yang meminjam untuk memenuhi kebutuhan modal usahatani; (9) Rumah tangga petani seluruhnya menjadikan sektor nonpertanian sebagai sumber pendapatan tambahan dimana pada rumah tangga buruh tani sektor pertanian memberikan kontribusi paling besar; (10) Rata-rata produktivitas yang dicapai petani adalah sekitar 92 persen dari produktivitas maksimum yang dapat dicapai dengan sistem pengelolaan terbaik; (11) Pengusahaan padi di Pulau Jawa maupun Luar Jawa menguntungkan, baik diusahakan secara individu maupun sosial.

Implikasi kebijakan yang dapat ditempuh adalah: (1) Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di perdesaan, diperlukan program peningkatan keterampilan dan pengetahuan sehingga tenaga kerja dapat bersaing di pasar tenaga kerja dan meningkat produktivitasnya. Perlu diberi prioritas pengembangan sumberdaya manusia perdesaan agar memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan teknologi, serta kapasitas manajemen yang lebih tinggi serta mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan; (2) Perbaikan distribusi lahan perlu didukung berbagai kebijakan seperti kebijakan reforma agraria, kebijakan lahan abadi, dan berbagai kebijakan lain dalam rangka mencegah pengurangan lahan sawah; (3) Agar terjadi diversifikasi pendapatan dan mengurangi ketimpangan pendapatan rumah tangga perlu memperbesar kesempatan kerja di sektor luar pertanian, misalnya dengan pengembangan industri perdesaan; (4) Dengan telah dicapainya efisiensi usahatani padi sawah yang relatif tinggi, guna meningkatkan lebih lanjut produktivitas dan produksi padi dan pendapatan petani, dibutuhkan terobosan teknologi khususnya dalam

(35)

bentuk penemuan-penemuan varietas unggul baru dan melalui perluasan areal sawah. Untuk itu kebijakan dan program pemerintah terkait dengan peningkatan akses petani terhadap lahan dan perbaikan distribusi lahan perlu terus didorong; (5) Perlu upaya perbaikan kualitas panen untuk meningkatkan peluang beberapa komoditas pesaing padi sebagai komoditas ekspor. Demikian pula perlu didukung melalui pembukaan lahan baru serta kebijakan pemerintah yang lebih kondusif dalam mendorong peningkatan ekspor (administrasi perijinan, birokrasi, dan lain-lain).

5.3. Evaluasi Dampak Program Penanggulangan Kemiskinan di Sektor Pertanian dan Perdesaan Tingkat Rumah Tangga dan Desa

Pencapaian sasaran MDGs di Indonesia akan dihadapkan pada permasalahan yang semakin kompleks dan bermuara pada perlambatan dalam pencapaian sasaran pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang diikuti oleh disparitas pendapatan yang semakin besar antar wilayah, desa-kota, dan antar kelompok pendapatan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan populasi penduduk miskin antara lain dengan meningkatkan alokasi dana program pengentasan kemiskinan. Namun penurunan populasi penduduk masih miskin relatif kecil. Dibutuhkan koordinasi dan sinergi program lintas sektoral pengentasan kemiskinan sehingga dapat memperbaiki efektivitas pemanfaatan dana pembangunan dan kinerja program pengentasan kemiskinan.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengevaluasi konsepsi/perencanaan program pemberdayaan sektor pertanian dalam pengentasan kemiskinan di perdesaan; (2) mengevaluasi dampak program pemberdayaan sektor pertanian terhadap peningkatan ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan di perdesaan; (3) menganalisis keterkaitan/sinergi program pemberdayaan dan Jaring Pengaman Sosial dalam konteks pengentasan kemiskinan dan pembangunan perdesaan; serta (4) merumuskan kebijakan strategis, dan program pengentasan kemiskinan dalam perspektif percepatan transformasi struktural ekonomi pertanian dan perdesaan.

Indikator Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: (1) evaluasi kebutuhan (perencanaan), (2) evaluasi operasional, dan (3) evaluasi dampak. Untuk evaluasi kebutuhan dilakukan terhadap sistem perencanaan, rancangan paket dan rancangan manajemen program. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan komparatif. Secara sederhana pendekatan komparatif ini dilakukan dengan membandingkan antara „rencana‟ dan „realisasi‟. Basis lokasi penelitian mengacu pada jenis program utama yang ada, yaitu Program Desa Mapan, P4MI dan FEATI. Ketiga program tersebut dinilai representatif untuk mewakili program pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan, khususnya di sektor pertanian dan perdesaan pada tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Penelitian ini menghasilkan kajian yang sangat menarik mengenai perbandingan program pengentasan kemiskinan di perdesaan. Disamping itu

(36)

terdapat temuan-temuan dilapangan mengenai pelaksanaan ketiga program tersebut yang sangat bernilai untuk perbaikan program tersebut dan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan dalam upaya pengentasan kemiskinan. Dengan demikian, target MDGs yang telah ditetapkan dapat kita capai.

5.4. Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil dan Alsintan dalam Mendukung Ketahanan Pangan

Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana mempercepat atau mengakselerasi inovasi pengolahan hasil dan alsintan dalam mendukung ketahanan pangan. Untuk itu perlu dicermati terlebih dahulu informasi dan ketersediaan inovasi teknologi khususnya dalam pengolahan hasil dan alsintan yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Selanjutnya perlu ditelaah keragaan pemanfaatan teknologi tersebut di tingkat rumah tangga, kemudian diidentifikasi dan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan pada kegiatan pascapanen dan pengolahan hasil. Faktor dan kendala adopsi inovasi yang dikaji mencakup permasalahan dari aspek teknis, ekonomi, kelembagaan/sarana pendukung, dan sosial budaya.

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan prospek akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan mendukung ketahanan pangan. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi ketersediaan inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan; (2) mengidentifikasi tantangan dan masalah adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan; (3) menganalisis potensi pengembangan teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan; (4) menyusun rekomendasi untuk mengakselerasi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan akselerasi inovasi teknologi pengolahan hasil ke depan masih akan ditemui, oleh karena itu pemerintah harus melakukan upaya sebagai berikut: (a) memperkuat struktur permodalan dan akses terhadap sumber modal; (b) meningkatkan penguasaan teknologi di tingkat rumah tangga atau industri kecil; (c) meningkatkan kualitas sumberdaya manusia agar dapat menjadi pengrajin/pengolah produk pertanian.

Agar pengolah tidak menghadapi kendala dalam mencari bahan baku maka perlu diupayakan: (a) kesinambungan produksi; (b) ketersediaan informasi; dan (c) meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Selain itu, sebagai upaya untuk meningkatkan adopsi teknologi pengolahan hasil pertanian maka perlu dibangun kemitraan antara pengusaha tani (petani) – pengusaha pengolah – industri (koordinasi vertikal). Perlu diupayakan kebijakan yang akan mendukung akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil dan mekanisasi pertanian demi terwujudnya kemandirian dan ketahanan pangan.

(37)

memperhatikan kearifan lokal. Selain itu, juga diperlukan kerja sama yang sinergis dan harmonis antara perguruan tinggi, lembaga penelitian, petani dan industri guna perbaikan pascapanen dan pengolahan hasil pertanian.

Program akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan mendukung ketahanan pangan harus melibatkan dan merupakan sinergi dari berbagai pihak sesuai dengan peran, kompetensi dan kapasitas masing-masing, antara lain; masyarakat petani, pemda, investor (sektor industri), lembaga keuangan, lembaga pendamping, kementrian/dinas terkait, Perguruan Tinggi, dan pasar/pembeli. Upaya agar tujuan itu tercapai pemerintah harus selalu melakukan berbagai kebijakan seperti: (1) mendorong diversifikasi pola konsumsi berbasis pangan lokal; (2) meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pangan beragam, dan (3) mendorong pengembangan teknologi pengolahan pangan non beras.

Strategi yang dapat dipilih untuk meningkatkan kinerja sistem inovasi guna meningkatkan kontribusi teknologi dalam upaya pencapaian ketahanan pangan adalah: (1) sinkronisasi antara teknologi yang dikembangkan dengan permasalahan yang dihadapi oleh petani dan industri pangan dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan konsumen domestik; (2) insentif bagi petani dan rangsangan untuk tumbuh-kembang industri pengolahan pangan yang berbasis teknologi nasional dan sesuai dengan permintaan pasar domestik maupun internasional; (3) vitalisasi lembaga intermediasi untuk percepatan proses adopsi teknologi oleh petani dan industri pangan dalam negeri; dan (4) dukungan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum untuk memfasilitasi, menstimulasi, dan mengakselerasi interaksi antar aktor sistem inovasi teknologi pengolahan hasil pertanian dan kelembagaan pendukung lainnya.

5.5. Optimalisasi Sumberdaya Pertanian pada Agroekosistem Lahan Kering

Perkembangan pertanian pada agroekosistem lahan kering (kecuali perkebunan skala besar) saat ini sangat kurang, perkembangan teknologi dan produktivitas tanaman pangan pada agroekosistem lahan kering menjadi sangat lamban jika dibandingkan dengan apa yang terjadi pada agroekosistem pesawahan. Dalam penelitian ini makna agroekosistem lahan kering adalah wilayah agroekosistem lahan kering beriklim kering, dimana sistem usahatani sawah (yang secara teoritis adalah minoritas) tercakup pula di dalamnya karena merupakan bagian integral dari sistem pertanian agroekosistem lahan kering. Secara normatif, kinerja pertanian pada wilayah tersebut didominasi oleh komoditas pertanian pangan nonpadi. Perekonomian wilayah yang didominasi agroekosistem lahan kering digambarkan dalam konteks keterkaitan sektoral yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan output, nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) memperoleh gambaran mengenai profil perekonomian wilayah yang didominasi agroekosistem lahan kering di lokasi penelitian, (2) mengidentifikasi kendala dan potensi pemanfaatan

(38)

sumberdaya pertanian pada wilayah yang didominasi agroekosistem lahan kering; (3) mencari solusi optimal mengenai pemanfaatan sumberdaya pertanian wilayah dominan agroekosistem lahan kering; serta (4) merumuskan kebijakan dan program relevan dengan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian, khususnya di wilayah dominan agroekosistem lahan kering.

Unit analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah wilayah. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis dengan pendekatan model I-O, tabulasi sederhana, dan LGP, sedangkan data kualitatif menyangkut aspek kebijakan dan kelembagaan akan dianalisis secara deskriptif. Sedangkan lokasi penelitian adalah di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan wilayah dominan lahan kering beriklim kering.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kendala dan permasalahan utama dalam pengelolaan usahatani di Jawa Tengah adalah ketersediaan air, kekurangan modal usaha, dan masih belum optimalnya pemasaran. Oleh karena itu, program-program pembangunan pertanian diarahkan untuk menangani hal tersebut. Sedangkan untuk optimalisasi sumberdaya pertanian di NTT yang efektif adalah melalui pendekatan langsung yaitu dengan memperbaiki teknologi usahatani berbasis pada teknologi lokal dan tidak langsung secara simultan sasarannya adalah meningkatkan permintaan agregat.

Implikasi kebijakan penelitian ini adalah: (1) pentingnya dukungan yang berkelanjutan dari pemerintah pusat/daerah dalam wujud prioritasi anggaran pembangunan, pengembangan infrastruktur dan program yang berhubungan dengan mitigasi bencana dan advokasi terkait adaptasi terhadap perubahan iklim; (2) pengembangan mix-farming (tanaman pangan dan ternak) merupakan pilihan yang strategis untuk meningkatkan pendapatan petani. Selain pengembangan pertanian primer, pengembangan usaha pertanian sekunder juga harus diperhatikan untuk mendukung perekonomian wilayah berbasis pertanian; (3) khusus untuk NTT, optimalisasi sumberdaya pertanian di NTT yang efektif adalah melalui pendekatan langsung dan tidak langsung secara simultan.

5.6. Analisis Dampak Investasi Pertanian terhadap Kinerja Sektor Pertanian

Investasi mempunyai peranan sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional, termasuk sektor pertanian. Peningkatan investasi di bidang pertanian diharapkan mempunyai dampak positif terhadap kinerja sektor pertanian, antara lain produksi pertanian. Dengan meningkatnya produksi pertanian, maka ketahanan pangan nasional akan menjadi semakin kuat, pendapatan petani meningkat, kesempatan kerja perdesaan makin luas, jumlah penduduk miskin di perdesaan berkurang, devisa negara makin besar dan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian juga akan tumbuh makin cepat.

Tujuan penelitian ini adalah: (a) mengetahui perkembangan jumlah dan struktur investasi pertanian; (b) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi pertanian; dan (c) menganalisis dampak investasi pertanian terhadap

(39)

investasi. Analisis yang digunakan adalah kombinasi antara metode kualitatif-deskriptif untuk menjawab tujuan (a) dan (b) dengan menggunakan data mikro primer hasil survei lapang, dan metode kuantitatif-ekonometrik serta akunting untuk menjawab tujuan (c) dengan menggunakan data sekunder makro nasional. Penelitian di lakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di sektor pertanian menempati urutan kedua setelah sektor manufaktur. Hal ini berarti investasi di sektor pertanian cukup menarik bagi investor. Di sisi lain, pada subsektor tanaman pangan dan perkebunan, investasi PMDN lebih besar dibanding PMA, sedangkan pada subsektor peternakan, investasi PMA lebih besar daripada PMDN. Investasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong utama, antara lain prospek pasar komoditas perkebunan yang semakin baik, bimbingan dan penyuluhan kepada kelompok tani, ketersediaan pakan bagi pembibitan sapi potong, dan sebagainya. Sedangkan faktor penghambat utama investasi adalah keterbatasan modal, meningkatnya harga input, upah tenaga kerja serta kondisi lingkungan dan iklim yang kurang kondusif. Dampak investasi pertanian oleh PMDN dan PMA memberikan dampak positif pada PDB pertanian dan penyerapan tenaga kerja baru. Secara agregat nasional, investasi PMDN memberikan kontribusi lebih besar dalam peningkatan PDB sektor pertanian. Demikian pula dengan investasi pertanian oleh petani juga memberikan dampak positif pada pendapatan petani. Pendapatan petani akan lebih besar jika nilai

Internal Rate of Return (IRR) investasi lebih besar dari suku bunga disubsidi

pemerintah.

5.7. Kebijakan Pemda dalam Alokasi Anggaran dan Penyusunan Perda untuk Mengakselerasi Pembangunan Pertanian

Sektor pertanian memiliki peran yang strategis dan signifikan dalam perekonomian nasional salah satunya dalam hal pengentasan kemiskinan. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk miskin terdapat diperdesaan dan terlibat dalam kegiatan pertanian. Peningkatan akselerasi dan penajaman prioritas pembangunan pertanian seharusnya didukung oleh berbagai pihak terutama pemerintah daerah. Salah satu tolok ukur yang dapat dilihat mengenai keberpihakan pemerintah daerah dalam mendukung sektor pertanian adalah dengan memperhatikan besarnya alokasi anggaran dan komitmen para pengambil kebijakan dalam memajukan sektor pertanian di daerah setempat.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi berbagai faktor yang berpengaruh kuat terhadap pelaksanaan dan akselerasi pembangunan pertanian di daerah dan penyusunan rekomendasi kebijakan dalam rangka peningkatan peran pemerintah provinsi dan kebupaten/kota agar akselerasi pembangunan pertanian di daerah dapat dilakukan lebih signifikan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dan sebagian besar datanya dikumpulkan dengan menggunakan metode Focused Group Discussion (FGD) dan Snowballing dari

(40)

berbagai tingkatan spasial mulai tigkat provinsi sampai tingkat daerah. Analisis data akan dilakukan dengan dua pendekatan,yaitu secara nomotetis untuk analisis kuantitatif dan ideografis untuk analisis secara kualitatif.

Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah data dan informasi tentang: (1) pangsa alokasi anggaran daerah untuk pembangunan pertanian; (2) pangsa lahan pertanian dan peta jaringan infrastruktur industri dan aspek pendukungnya; (3) political will, komitmen dan keberpihakan dari pimpinan daerah; (4) jumlah dan kinerja kelembagaan pertanian; (5) penegakan sanksi terhadap pelanggaran; (6) kesesuaian SDM pertanian; (7) manfaat lembaga pendidikan dan penelitian dalam pembangunan pertanian terutama dalam peningkatan capacity building masyarakat tani; (8) kesesuaian implementasi proyek/program/kegiatan dan dampak/manfaatnya untuk masyarakat; serta rekomendasi tentang kebijakan untuk peningkatan peran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam mengakselerasi pembangunan pertanian. Lokasi Penelitian di Provinsi Jawa Barat, Lampung dan Bali.

Kesimpulan dari penelitian ini antara lain bahwa alokasi anggaran daerah dan anggaran pemerintah lainnya belum mencerminkan pemihakan pada sektor pertanian. Disamping itu lemahnya keberpihakan politik, penegakan hukum, kelembagaan ekonomi, ketersediaan modal finansial, penyiapan SDM, serta lemahnya jaringan integrasi kelembagaan pertanian di perdesaan menunjukkan lemahnya kebijakan pemerintah daerah dalam melakukan akselerasi pembangunan pertanian. Kondisi ini diperparah dengan lemahnya penegakan sanksi terhadap pelanggaran dan penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh karena itu, guna mengantisipasi hal-hal tersebut diatas diperlukan sinkronisasi pembangunan pertanian dengan mengkombinasikan antara aspek rentang waktu dan jaringan integrasi vertikal PIP. Perlunya diwujudkan instrumentasi yang jelas tentang keberpihakan politik dan kepemimpinan daerah dalam penyelenggaraan pembangunan pertanian.

5.8. Evaluasi dan Tanggap Cepat atas Isu Kebijakan Aktual

Sektor pertanian dan ekonomi perdesaan sangat dipengaruhi oleh berbagai perubahan yang berlangsung sangat cepat di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan yang ketat sebagai dampak liberalisasi menuntut pemerintah melakukan pembenahan di berbagai sektor termasuk sektor pertanian. Sementara itu, tantangan yang dihadapi sebagian besar negara berkembang, termasuk Indonesia dalam ketahanan pangan terkait dengan dua faktor penting berikut. Pertama, tantangan yang sifatnya jangka pendek terkait dengan dampak negatif krisis finansial global. Akibat krisis finansial maka pertumbuhan ekonomi melemah, pengangguran meningkat, dan daya beli masyarakat turun sehingga akses penduduk terhadap pangan menurun. Kedua, tantangan yang sifatnya jangka menengah – panjang terkait dengan perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan ancaman sangat potensial terhadap ketahanan

(41)

Penelitian adalah Pulau Jawa dan Luar Jawa yang disesuaikan dengan topik kajian.

Kegiatan kajian ini bertujuan untuk (1) menginventarisir berbagai isu dan masalah pembangunan pertanian yang berkembang di masyarakat; (2) melakukan berbagai kajian spesifik tentang isu dan masalah pembangunan yang berkembang di masyarakat, secara cepat dan lengkap; (3) memberikan masukan kepada pembuat kebijakan tentang berbagai isu masalah pembangunan pertanian.

Keluaran yang diharapkan dari kajian ini, antara lain (1) data dan informasi tentang dinamika permasalahan pembangunan pertanian; (2) data dan informasi mengenai dampak kebijakan terhadap sumberdaya produksi dan pendapatan; (3) bahan rumusan alternatif kebijakan untuk mengatasi berbagai masalah pembangunan pertanian.

Pada Tahun Anggaran 2010 telah dilakukan kegiatan analisis beberapa isu aktual terkait kebijakan di sektor pertanian. Analisis kebijakan yang terkait dengan aspek sosial ekonomi pertanian adalah sebagai berikut:

a. Rancangan Kebijakan Subsidi Pupuk Langsung kepada Petani b. Impacts and Future Perpectives Of Fertilizer Policy in Indonesia c. Kajian Kebijakan Perberasan

d. Telaahan Kebijakan Pupuk

e. Kajian Penurunan Kualitas Gabah-Beras Diluar Kualitas di Provinsi Jawa Tengah

f. Kajian Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah-Beras: Kasus Provinsi Jawa Barat

g. Kajian Penurunan Kualitas Gabah-Beras Diluar Kualitas

h. Tanggapan terhadap HPP Gabah-Beras yang Bervariasi Berdasarkan Wilayah i. Menuju Kebijakan HPP Jagung Mendukung Stabilisasi Harga: Masih

Perlukah?

j. Analisis Penawaran dan Permintaan Jagung untuk Pakan Di Indonesia k. Prospek Pengembangan Ubi Jalar Mendukung Diversifikasi Pangan dan

Ketahanan Pangan

l. Optimalisasi Lahan Produksi Perhutanan untuk Peningkatan Produksi Komoditas Pangan

m. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.

1. Rancangan Kebijakan Subsidi Pupuk Langsung Kepada Petani

Pemerintah telah memberikan berbagai macam subsidi kepada petani, dan salah satu bentuk subsidi yang menonjol adalah subsidi pupuk. Model

Gambar

Gambar 1.1.  Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan  Pertanian Kabag. Umum  Ir
Gambar 2.1. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Umur Tahun 2010
Gambar 2.2.  Jumlah  Pegawai  PSEKP  Berdasarkan  Golongan  dan  Masa  Kerja  Tahun 2010
Gambar 2.3.  Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis  Kelamin Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Flowchart Garis Besar Aplikasi Pada Server Pada flowchart yang terdapat pada gambar 3.8 dapat dilihat alur aplikasi pada server secara garis besar, proses pertama kali yang

Masih menurut Kotler (2012:508) strategi pemasaran online dapat dilakukan dengan cara seperti : 1) Website, web dapat menjelaskan secara rinci produk dan jasa yang dijual

Pada saat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan, mahasiswa diharapkan memfokuskan pada salah satu Bidang Kerja pada Perusahaan tersebut untuk mengetahui segala prosedur kerja

Pemeliharaan Pemutus Tenaga yang berupa monitoring dan dilakukan oleh petugas operator setiap hari untuk Gardu Induk yang dijaga atau setiap Semester oleh petugas patroli pada

24 unsur institusi yang berkaitan dengan pengelolaan lahan kritis, baik dari segi kuantitas maupun kualitas pada hal mereka adalah tenaga teknis dan fasilitator yang paling

layani kaum remaja di gereja mereka. Namun makalah ini, hanya membahas salah satu aspek teknis terpenting saja dalam melayani kaum remaja, yaitu peli­ batan para orang tua

1 Daftar Calon Peserta Sertifikasi Guru tahun

“PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MI MIFTAHUL FALAH KAYEN KADEMANGAN BLITAR”. Permasalahan Penelitian (